Anda di halaman 1dari 6

Pencemaran Timbal di Bogor Ditangani KLH

2012 / Juni / 4 16:16


Pencemaran pada lapisan tanah di Cinangka tersebut mencapai 10.000 ppm, jauh
melebihi standar batas yang ditetapkan WHO.

Arief Prabowo/Fotokita.net
Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) akan melakukan penelitian lebih lanjut bersama instansi
terkait untuk pembersihan logam berat yang mengontaminasi tanah di Desa Cinangka, Ciampea,
Bogor, Jawa Barat.
Asisten Deputi Verifikasi Pengelolaan Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya KLH Wiryono
menyatakan, bahwa akan melakukan penelitian lebih lanjut bersama instansi terkait untuk
pembersihan logam berat yang mengontaminasi tanah di Desa Cinangka, Ciampea, Bogor.
Pencemaran timbal (timah hitam) pada lapisan tanah di Cinangka tersebut mencapai 10.000 ppm,
jauh melebihi standar batas yang ditetapkan WHO, yakni 400 ppm. Konsentrasi ini dapat
bertahan dalam jangka panjang karena timbal tidak mengalami degradasi.
Pencemaran terjadi akibat aktivitas peleburan aki dari baterai kendaraan yang beroperasi di sana
selama puluhan tahun. Menurut Kepala Desa Cinangka Sholeh Mansur, aktivitas peleburan aki
ditutup sejak beberapa tahun lalu. Namun, limbahnya dibuang dan ditimbun di lapangan
seberang kantor desa yang sering menjadi tempat bermain anak-anak sekolah.
"Saat ini kami masih mendiskusikan apakah sudah darurat sehingga harus dilakukan. Kami juga
tengah mempersiapkan survei dengan pakar," kata Wiryono.
http://nationalgeographic.co.id/berita/2012/06/pencemaran-timbal-di-bogor-ditangani-klh
Kasus Timbal, Menkes Bahas Bersama Kementerian Lingkungan
Yohannie Linggasari , CNN Indonesia | Rabu, 04/02/2015 01:14 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek mengatakan pihaknya akan
berkoordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk mencari
penyelesaian ihwal pencemaran timbal di Desa Cinangka, Bogor, Jawa Barat.

"Tentu akan dibicarakan dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Seharusnya
dilakukan analisis dampak lingkungan oleh kementerian tersebut," kata Nila saat ditemui usai
pelantikan Pimpinan Saka Bhakti Husada Tingkat Nasional di Gedung Kemenkes, Jakarta,
Selasa (3/1).

Nila mengaku masih mempelajari data mengenai kasus pencemaran timbal yang dilaporkan oleh
Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPPB), pada Jumat (30/1) lalu.

"Saya harus teliti dulu karena saya baru dapat laporannya. Saya menunggu semua data dari
mereka untuk diberikan pada kami, juga dari Wahana Lingkungan Hidup (WALHI)," ujar Nila.

Lebih jauh lagi, Nila mengatakan anak yang terpapar limbah timbal sudah pasti mengalami
kecacatan. Dari pihak Kemenkes bisa membantu perawatan. Namun, dia menilai pencegahan
lebih baik dari sekadar pengobatan.
"Anak-anak Cinangka bisa ditolong. Mereka, kan, masuk dalam program Kartu Indonesia
Sehat," kata dia.

Sebelumnya, Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) bersama beberapa warga korban
pencemaran timbel dari pabrik peleburan aki di Bogor mendatangi kantor Kemenkes pada Jumat
(30/1) siang untuk melaporkan pencemaran tersebut.

Mereka mengatakan banyak warga yang memiliki anak yang mengalami keterbelakangan mental
dan pertumbuhan fisik yang tidak seimbang.

Penemuan pencemaran timbal atas warga desa Cinangka ditemukan KPBB sejak 2010. Saat itu,
KPBB mengetes 40 siswa di tiga sekolah dasar negeri di Cinangka.

Hasil menunjukkan kadar timbal di dalam darah anak-anak tersebut berkisar 16, 2 hingga 60
mikrogram per desiliter atau sekitar 36,6 ug per dl. Padahal, standar normal timbal dalam tubuh
manusia menurut badan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) maksimal 10 ug per dl.

Menurut Direktur Eksekutif KPBB Ahmad Safrudin, Desa Cinangka tercemar oleh timbal yang
diemisikan dari pabrik peleburan aki bekas. Peleburan ini kemudian menghasilkan racun timbal
yang menyebar melalui udara dan mengendap di tanah.

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20150203125241-20-29270/kasus-timbal-menkes-
bahas-bersama-kementerian-lingkungan/
Kemenkes Didesak Perhatikan Korban Pencemaran Timbal
Ranny Utami , CNN Indonesia | Jumat, 30/01/2015 16:56 WIB

KPBB bersama dengan belasan warga dari Desa Cinangka, Bogor, mendatangi kantor Kemenkes
di Jakarta, Jumat (30/1) untuk menuntut janji rehabilitasi kesehatan terhadap korban pencemaran
timbel yang dikeluarkan oleh pabrik peleburan aki, pada Jumat (30/1). (CNN Indonesia/ Ranny
Virginia Utami)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Kesehatan didesak untuk bertanggungjawab terhadap
warga Desa Cinangka, Bogor, yang menjadi korban pencemaran timbal berat. Pencemaran
timbal tersebut berasal dari pabrik peleburan aki alias baterai kendaraan.

Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbel (KPBB) Ahmad Safrudin


mengatakan pihaknya telah menagih janji pada Kementerian Kesehatan, yang berulang kali
berujar akan melakukan rehabilitasai kesehatan terhadap warga tercemar timbal di Indonesia,
termasuk di Desa Cinangka.

"Ini kasus lama, bukan kasus baru. Tahun lalu, kami telah melakukan pertemuan dengan pihak
dari Kemenkes. Keputusannya selalu akan menindaklanjuti dengan bu Menteri Kesehatan.
Namun, sampai sekarang tidak ada tindakan nyata," kata Ahmad di kantor Kementerian
Kesehatan, Jumat (30/1).
Penemuan pencemaran timbal atas warga desa Cinangka ditemukan KPBB sejak 2010. Saat itu,
KPBB mengetes 40 siswa di tiga sekolah dasar negeri di Cinangka.

Hasil menunjukkan kadar timbal di dalam darah anak-anak tersebut berkisar 16, 2 hingga 60
mikrogram per desiliter atau sekitar 36,6 ug per dl. Padahal, standar normal timbal dalam tubuh
manusia menurut badan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) maksimal 10 ug per dl.

Menurut Ahmad, Desa Cinangka tercemar oleh timbal yang diemisikan dari pabrik peleburan aki
bekas. Peleburan ini kemudian menghasilkan racun timbal yang menyebar melalui udara dan
mengendap di tanah.

Peleburan aki bekas di desa Cinangka berkembang sejak tahun 1978. Namun, puluhan usaha
peleburan aki bekas sempat berhenti total pada 2010.

"Pabrik peleburan aki ini menghasilkan asap tebal dan beracun. Asap tersebut mengandung zat
bersifat neurotoksin atau racun yang menyerang saraf. Bagi balita, pertumbuhan otak terganggu
sehingga mengakibatkan keterbelakangan mental dan pertumbuhan fisik tak seimbang," kata
Ahmad.

Lebih jauh lagi, Ahmad mengatakan zat beracun dari peleburan timbal umumnya masuk ke
dalam tubuh melalui sistem pernafasan dan menyebabkan gangguan kesehatan, seperti
penurunan gangguan reproduksi, gangguan sistem pencernaan, kelahiran prematur dan kegagalan
janin.

Sementara itu, bagi anak-anak, timbal bisa berdampak pada kerusakan syaraf, keterbelakangan
mental, penurunan IQ dan kematian.

Oleh karena itu, Ahmad menegaskan kembali agar Kemenkes memberikan perhatian lebih
kepada warga di sekitar pemukiman industri olah limbah B3 (timbal) yang beresiko tinggi
memaparkan zat beracun dan berbahaya. "Kami meminta Kemenkes untuk memberikan
rehabilitasi kesehatan terhadap korban pencemaran agar tak terjadi di tempat lain," kata dia.

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20150130160006-20-28583/kemenkes-didesak-
perhatikan-korban-pencemaran-timbal/

Anda mungkin juga menyukai