Dosen Pembimbing:
Di Susun Oleh
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
2019/2020
1. Kebocoran anjungan minyak Montara di Laut Timor (2009)
Di sisi lain, ada kalanya masalah yang sama terjadi akibat kegiatan
manusia, terutama tumpahan minyak yang mengakibatkan kerusakan ekosistem
laut. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain aktivitas pelayaran, penangkapan ikan
dan sumber daya hayati laut lainnya, pengeboran minyak dan gas lepas
pantai (offshore), hingga kecelakaan-kecelakaan tumpahan minyak dari kapal
tanker, dan kebocoran pipa anjungan minyak lepas pantai. Berbagai kecelakaan di
laut yang menyebabkan tumpahan minyak yang masif, seperti Showa Maru di
Selat Malaka (1975), Exxon Valdez di Alasca (1989), Amoco Cadiz di Selat
Inggris (1978), blow up di sumur minyak Macondo milik British Petroleum (BP)
di Teluk Meksiko (2010), dan kebocoran anjungan minyak Montara di Laut Timor
(2009)
Lebih dari 270.000 ton sampah industri senjata kimia dibuang dalam
kurun waktu antara tahun 1930 hingga 1998 di daerah itu. Menurut Blacksmith
Institute, di Dzerhinsk bahan kimia mengubah air menjadi lumpur putih yang
mengandung dioksin dan fenol tingkat tinggi yang bisa menimbulkan keracunan
akut dan kematian. Levelnya dilaporkan 17 juta kali dari batas aman.
Dalam beberapa kasus, kandungan krom ini berada pada 20 kali di atas
standar keamanan internasional. Asosiasi Sukarelawan Kesehatan Orissa
melaporkan bahwa 85 persen kematian di daerah pertambangan dan industri di
daerah itu berhubungan dengan kromit.
Tragedi ini terjadi pada malam tanggal 3 Desember 1984, saat gas beracun
bocor dari pabrik pestisida Union Carbide di Bhopal, India. Tragedi ini dikatakan
sebagai kecelakaan industri terburuk sepanjang sejarah akibat banyaknya angka
kematian dan dampak lingkungan yang ditimbulkan.
Pada 24 Maret 1989, kapal super tanker Exxon Valdez yang mengangkut
12 juta galon minyak mentah karam di perairan Alaska. Kapal tersebut karam
dalam perjalanannya menuju Long Beach, California. Bayangkan saja, akibat
kejadian ini seluruh barel minyak yang dibawa oleh kapal tersebut tumpah dan
mencemari perairan. Pencemaran ini menutupi perairan hingga 2.100 km dari
garis pantai, yang meliputi wilayah seluas 28 ribu km persegi.
Banjir lumpur panas Sidoarjo terjadi pada bulan Mei 2006, sebagai akibat
dari ‘meletusnya’ gunung lumpur yang dipicu oleh ledakan gas alam dari
pengeboran sumur minyak oleh PT Lapindo Brantas di Jawa Timur, Indonesia.
17. China
China didaulat sebagai negara paling polutif di dunia. Banyak zat berbahaya
seperti sulfur dioksida dan nitrogen oksida bebas beredar di udara. Wilayah
Beijing, Tianjin, dan Hebei menyumbang polusi terbesar karena merupakan pusat
bagi industri besar. Di sana, industri batubara tidak dilengkapi filter dan langsung
menyemburkan polusi ke atmosfer. Keadaan tersebut diperparah dengan
minimnya ruang terbuka hijau yang disediakan pemerintah.
18. Qatar
Qatar berada di urutan kedua mengingat negara dengan ibu kota Doha itu
adalah salah satu yang terkaya di Timur Tengah. Siapa sangka kekayaan mereka
tidak diimbangi dengan lingkungan hidup yang baik, karena tingkat polusi udara
yang buruk. Daily Telegraph melaporkan bahwa negara kaya minyak dan gas ini
menghasilkan lebih banyak emisi CO2 daripada negara lain mana pun. Udara
disana begitu buruk , bahkan masyarakat tidak biasa disarankan melakukan
olahraga luar ruangan disini.
Warna air Sungai Daldykan dekat kota Norilsk, Siberia, berubah menjadi
merah setelah Norilsk Nickel, perusahaan tambang dan peleburan nikel dan
paladium Rusia, tak sengaja menumpahkan limbah pabriknya. Demikian hal
tersebut dilaporkan media Rusia RT, mengutip siaran pers perusahaan.