PENDAHULUAN
1. 1. Latar belakang
Manusia sudah terpajan bahaya dalam pekerjaannya sehari hari
jauh sebelum revolusi industry dan sebelum adanya tempat kerja
industry. Kekejaman cuaca dan kelangkaan makan, termasuk juga
ancaman singa pada masa prasejarah, membuat manusia cukup
terancam kesehatannya. Bahaya kesehatan kerja nampaknya mulai pada
zajan batu ketika seseorang menggosokan batu api yang akan
mengeluaran debu silica. Sementara leluhur kita tidak hidup lama
karena meninggal dunia akibat silikosis, penggunaaan dari alat besi dan
perkembangan pertambangan serta pengecoran juga meningkatkan
bahaya bagi mereka yang terlibat. (J.M Harrington & F.S Gill 2005)
Meskipun
demikian,
tulisan
umum
pertama
yang
sangat
keselamatan kerja, dll. Pada tahun 1974 diantara kedua masa itu ada
undang undang yang berturut turut mengurangi jam kerja, terutama
pada anak anak dan wanita, dan undang undang 1833 membentuk
inspektur pabrik. Empat inspektur ditunjuk untuk mengawasi seluruh
negeri. Sebelas tahun kemudian para inspektur itu diberi tugas
tambahan untuk menetapkan dokter di tiap distrik yang akan
menentukan usia anak anak. Adanya surat kelahiran pada tahun 1836
membuat peran itu menjadi berlebihan, tapi merupakan kelahiran
kesehatan kerja industry. Undang undang berikutnya member tugas
tambahan untuk para dokter ini termasuk penyelidikan kecelakaan
indusri dan pemberian sertifikat kebugaran untuk bekerja.
Pada awal abad kedu puluh, efek toksik bahan tertentu yang wajb
dipakai pada industry sudah dikenal dengan baik di inggris sehingga
wajib dilaporkan. Ini memberikan kekuasaan untuk meneliti indensi
penyakit dengan tujuan untuk pencegahan. Bahan pertama yang
dilaporkan dalam tahun 1895 ialah timbale, fosfor, arsenic, dan antraks.
Daftar itu kemudian diperluas dengan 16 penyakit yang wajib
dilaporkan. (J.M Harrington & F.S Gill 2005).
Penyakit akibat kerja disebabkan oleh paparan terhadap bahan
kimia dan biologis, serta bahaya fisik di tempat kerja. Meskipun angka
kejadiannya tampak lebih kecil dibandingkan dengan penyakit penyakit
utama penyebab cacat lain, terdapat bukti bahwa penyakit ini mengenai
cukup banyak orang, khususnya di negara negara yang sedang giat
mengembangkan industri.
Pada banyak kasus, penyakit akibat kerja ini bersifat berat dan
mengakibatkan kecacatan. Akan tetapi ada dua faktor yang membuat
penyakit penyakit ini mudah dicegah. Pertama, bahan penyebab
penyakit dapat diidentifikasi, diukur dan dikontrol. Kedua, populasi
yang berisiko biasanya mudah didatangi dan dapat diawasi secara
teratur serta diobati. Selain itu, perubahan perubahan awal seringkali
dapat pulih dengan penanganan yang tepat.
Kesehatan
Kerja
menyatakan
bahwa
kesehatan
kerja
tersebut.
Kabupaten
Bandung
Barat
memiliki
areal
Mater
ial
Tambang
Luas
Lahan
Andes
it
61.84
Ha
Marm
er
Padalarang,
Batu jajar, Cililin
Padalarang,
26
Cipatat,
Ha
Kapur
Wilayah
Cikalong
Wetan
15
Padalarang,
Ha
Cipatat
banyaknya
penduduk
yang
menergantungkan
mata
pencahariannya kepada kegiatan ini. Sampai saat ini belum ada data
pasti dari pemerintah tentang berapa jumlah tenaga kerja yang terlibat
didalam proses produksinya. Diperkirakan hampir 80 persen penduduk
menggantungkan matapencahariannya pada pertambangan kapur dan
mamer ini.
Nilai ekonomi yang tinggi kawasan itu, tidak dibarengi dengan
perbaikan kondisi lingkungan dan pekerja disana. Saat ini, akibat
penggalian yang seporadis yang dilakukan oleh penambang (baik
korporasi ataupun pertambangan Inkonvensional) mengakibatkan
kerusakan lingkungan yang cukup parah. Ancaman longsor dan
kekurangan air bersih mengancam warga yang tinggal didaerah itu.
Disisi lain, kekayaan alam yang ada tidak menjadikan warga yang ada
di daerah tersebut sejahtera. Kepemilikan lahan pertambangan dan
Industri pendukungnya dimiliki oleh segelintir orang saja. Penduduk
lokal yang bekerja di pertambangan dan industri pendukungnya,
mayoritas berprofesi sebagai buruh dengan upah yang dibawah upah
layak serta rentan terhadap kecelakaan dan penyakit di tempat kerja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1.
akibat
kerja
adalah
setiap
penyakit
yang
2. 2.
10
2. 3.
11
2. 4.
Silicosis
Silicosis adalah penyakit yang paling penting dari golongan
12
13
penderita
kurang
berkembang,
pada
perkusi
sama
menyebabkan
sekali
tidak
bertambah
ada
manfaatnya.
beratnya
Bahkan,
penyakit.
dapat
Bagaimana
14
15
BAB III
TINJAUAN KASUS
di
pinggir
Jalan
Raya
Padalarang-Rajamandala.
Dia
16
17
Analisis
Terjadinya penyakit akibat kerja itu karena ada kontak antara pekerja
dengan hazard, di perusahaan tambang batu kapur di citatah ini telah
terjadi kontak antara pekerja dengan hazard itu sendiri. Hazard di
pertambangan batu kapur tersebut adalah debu kapur yang berasal dari
proses penggilingan. Terjadinya kontak antara pekerja dan hazard karena
tidak adanya alat pelindung diri.
Management yang buruk dari pihak perusahaan merupakan factor utama
terjadinya penyakit paru akibat kerja, Dari informasi dan data di atas dapat
disimpulkan bahwa pera pekerja di tambang kapur ini sangat beresiko
mengalami penyakit silikosis, dikarenakan penyebab utama silikosis
adalah silica bebas. Silica yang menjadi penyebab silikosis adalah silica
dalam bentuk Kristal, yaitu kristobalit, kwarsa, tridimit, dan Tripoli.
Silikosis biasanya diderita oleh para pekerja di perusahaan yang
menghasilkan batu untuk keperluan membangun seperti perusahaan
keramik dan kapur.
Dan ditambah lingkungan kerja yang sangat tidak kondusif yakni tempat
kerja di tambang kapur tersebut tidak menggunakan ventilasi, alasan dari
pihak pabrik sendiri tidak memberikan ventilasi di parik tersebut karena
debu hasil pembuangannya mengganggu warga sekitar.
18
Yang terahir para pekerja tidak dilengkapi dengan alat pelindung diri
seperti masker dan safety shoes yang memadai karena tidak disediakan
oleh perusahaan.
19
DAFTAR PUSTAKA
Higine perusahaan dan kesehatan kerja (hiperkes), dari DR. sumamur
P.K., Msc, yang diterbitkan Sagung Seto, 2009
20