Dampak Korupsi Bagi Perekonomian
Dampak Korupsi Bagi Perekonomian
Dr. Sarlito W. Sarwo, tidak ada jawaban yang persisi, tetapi ada dua hal yang jelas, yaitu :
1. Dorongan dari dalam diri sendiri (keinginan, hasrat, kehendak, dan sebagainya)
2. Rangsangan dari luar (dorongan dari teman, adanya kesempatan, kurang kontrol dan
sebagainya).
Dr. Andi Hamzah dalam disertainya menginventarisasi beberapa penyebab koruopsi yaitu:
1. Gaji pegawai negeri yangh tidak sebanding dengan kebutuhan yang semakin tinggi
2. Latar belakang kebudayaan atau kultur Indonesia yang merupakan sumber atau sebab
meluasnya
korupsi
3. Manajemen yang kurang baik dan kontrol yang kurang efektif dan efesien, yang
memberikan peluan untuk korupsi
4. Modernisasi pengembangbiakan korupsi.
Analisa yang lebih detil lagi tentang penyebab korupsi diutarakan oleh Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dalam bukunya berjudul Strategi Pemberantasan
Korupsi, antara lain :
Aspek Individu Pelaku
1. Sifat Tamak Manusia
Kemungkinan orang melakukan korupsi bukan karena orangnya miskin atau
penghasilan tak cukup. Kemungkinan orang tersebut sudah cukup kaya, tetapi
masih punya hasrat besar untuk memperkaya diri. Unsur penyebab korupsi pada
pelaku semacam itu datang dari dalam diri sendiri, yaitu sifat tamak dan rakus.
ini yang akan memberi peluang besar untuk melakukan tindak korupsi, baik itu korupsi
waktu, tenaga, pikiran dalam arti semua curahan peluang itu untuk keperluan di luar
pekerjaan yang seharusnya.
4. Kebutuhan Hidup yang Mendesak
Dalam rentang kehidupan ada kemungkinan seseorang mengalami situasi terdesak dalam hal
ekonomi. Keterdesakan itu membuka ruang bagi seseorang untuk mengambil jalan pintas
diantaranya dengan melakukan korupsi.
5. Gaya Hidup yang Konsumtif
Kehidupan di kota-kota besar acapkali mendorong gaya hidup seseong konsumtif. Perilaku
konsumtif semacam ini bila tidak diimbangi dengan pendapatan yang memadai akan
membuka peluang seseorang untuk melakukan berbagai tindakan untuk memenuhi hajatnya.
Salah satu kemungkinan tindakan itu adalah dengan korupsi.
6. Malas atau Tidak Mau Bekerja
Sebagian orang ingin mendapatkan hasil dari sebuah pekerjaan tanpa keluar keringat alias
malas bekerja. Sifat semacam ini akan potensial melakukan tindakan apapun dengan caracara mudah dan cepat, diantaranya melakukan korupsi.
7. Tidak Menerapkan ajaran Agama
Indonesia dikenal sebagai bangsa religius yang tentu akan melarang tindak korupsi dalam
bentuk apapun. Kenyataan di lapangan menunjukkan bila korupsi masih berjalan subur di
tengah masyarakat. Situasi paradok ini menandakan bahwa ajaran agama kurang diterapkan
dalam kehidupan.
II. Dampak Korupsi Terhadap Perekonomian
1. Dampak Kualitatif Korupsi Terhadap Perekonomian
Korupsi
mengurangi
pembelanjaan
pendapatan
dari
sektor
publik
dan
meningkatkan
pemerintah
untuk sektor publik. Korupsi juga memberikan kontribusi pada nilai defisit fiskal
yang
besar,
dalam
yang
memakaii
perusahaan
negara Lebih lanjut korupsi mendistorsi mekanisme pasar dan alokasi sumber
daya
dikarenakan:
masyarakat
yang
turun.
yang
dicapai.
6. Korupsi mengurangi legitimasi dari peran pasar pada perekonomian, dan juga
proses demokrasi. Kasus seperti ini sangat terlihat pada negara yang sedang
mengalami masa transisi, baik dari tipe perekonomian yang sentralistik ke
perekonomian yang lebih terbuka atau pemerintahan otoriter ke pemerintahan
yang lebih demokratis, sebagaimana terjadi dalam kasus Indonesia.
Korupsi memperbesar angka kemiskinan. ini sangat wajar. Selain dikarenakan programprogram pemerintah sebagaimana disebut di atas tidak mencapai sasaran, korupsi juga
mengurangi potensi pendapatan yang mungkin diterima oleh si miskin. Menurut Tanzi
(2002), perusahaan perusahaan kecil adalah pihak yang paling sering menjadi sasaran korupsi
dalam bentuk pungutan tak resmi (pungutan liar). Bahkan, pungutan tak resmi ini bisa
mencapai hampir dua puluh persen dari total biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan
ini amat mengkhawatirkan, dikarenakan pada negara negara berkembang seperti Indonesia,
perusahaan kecil (UKM adalah mesin pertumbuhan karena perannya yang banyak menycrap
tenaga kerja).
1.
Dampak
Korupsi
pada
Perekonomian
Anahsa
Ekonometrika
Beberapa tahun terakhir, banyak dilakukan penelitian dengan menggunakan angka indeks
korupsi untuk melihat hasilnya pada variabel variabel ekonomi yang lain. Beberapa hasil
penelitian tersebut adalah
1. Korupsi Mengurangi Nilai Investasi
Korupsi membuat sejumlah investor kurang percaya untuk menanamklanmodalnya di
Indonesia dan lebih memilih menginvestasikannya ke negara-negara yang lebih aman seperti
Cina dan India. Sebagai konsekuensinya, mengurangi pencapaian actual growth dari nilai
potential growth yang lebih tinggi. Berkurangnya nilai investasi ini diduga berasal dari
tingginya biaya yang harus dikeluarkan dari yang seharusnya. ini berdampak pada
menurunnya growth yang dicapai. Studi didasarkan atas analisa fungsi produksi dimana
growth adalah fungsi dari investasi.
2. Korupsi Mengurangi Pengeluaran pada Bidang Pendidikan dan Kesehatan
Akibat korupsi pendapatan pemerintah akan terpangkas bahkan lebih dari 50%,
sebagai contoh kasus dugaan korupsi Presiden Soeharto yang tidak kunjung kelar
yang di sinyalir menggelapkan uang negara sekitar 1,7 triliun. Agar pengeluaran
pengeluaran pemerintah tidak defisit maka di lakukan pengurangan pengeluaran
pemerintah.
korupsi adatah bagian yang tak terpisahkan dart proses perbaikan ekonomi Indonesia. Karena
berdasarkan analisa apapun, korupsi tidak mungkin ditolerir.
Tentu akan sangat membingungkan bila kita harus menyelesaikan semua kasus korupsi
karena sangat banyaknya kasus konupsi di negeri ini. Oleh karena itu pemetaan korupsi
dengan memberilcan prioritas menjadi penting. Tolak ukur yang paling penting adalah
seberapa jauh korupsi tersebut berkaitan dengan kepentingan umum dan merugikan keuangan
negara. Kita dapat menemukan suatu pola umum dari korupsi yang terjadi di Indonesia,
namun bukan tidak mungkin setiap daerah dan setiap kasus memililki kekhususannya sendiri.
Beberapa hal bisa dijadikan alasan bagi ttumbuhnya perbedaan-perbedaan ini seperti
perbedaan sumber daya ekonomi (atau pendapatan), budaya, kondisi kelompok-kelompok
sosial, yang kesemuanya mempengaruhi pola-pola korupsi dan upaya pemberantasannya.
Yang pasli, kita harus segera bergerak menuntaskan serta melakukan perubahan.
Sumber : http://antikorupsi.org/indo/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=407
http://kelana-tambora.blogspot.com/2007/03/soeharto-pengkhianat-bangsa.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Korupsi_di_Indonesia
http://www.beritaindonesia.co.id/visi-berita/budaya-korupsi/
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Masalah
Akhir-akhir ini masalah korupsi sedang hangat-hangatnya dibicarakan, terutama dalam media
massa baik lokal maupun nasional. Banyak pendapat yang timbul akibat korupsi tersebut baik
yang pendapat yang pro maupun yang kontra. Akan tetapi, korupsi merugikan negara dan
dapat
merusak
sendi-sendi
kebersamaan
bangsa.
Korupsi, secara teori bisa muncul dengan berbagai macam bentuk. Dalam kasus Indonesia,
korupsi menjadi terminologi yang akrab bersamaan dengan kata kolusi dan nepotisme. Dua
kata terakhir dianggap sangat lekat dengan korupsi yang kemudian dinyatakan sebagai
perusak perekonomian bangsa. Bahkan sampai MPR merasa perlu mengeluarkan ketetapan
(TAP MPR) khusus untuk memastikan penuntasannya dan terakhir dibentuk Komisi
Pemberantasa
Korupsi
(KPK).
Politik uang dan suap adalah bentuk transaksi haram yang sangat akrab dengan para elite
ekonomi dan politik kita sejak zaman orde lama sampai era reformasi ini. Terminologi
ekonomi menyebutkannya sebagai transaction cost, sedangkan bahasa sosiologinya disebut
korupsi.
Celah kelemahan hukum selalu menjadi senjata ampuh para pelaku korupsi untuk
menghindar dari tuntutan hukum. Kasus Korupsi mantan Presiden Soeharto, contoh kasus
yang paling anyar yang tak kunjung memperoleh titik penyelesaian. Padahal penyelesaiaan
kasus-kasus korupsi besar seperti kasus korupsi Soeharto dan kroninya, dana BLBI, Kasus
Susno, dan Gayus akan mampu menstimulus program pembangunan ekonomi di- Indonesia.
Agar tercapai tujuan pembangunan nasional, maka mau tidak mau korupsi harus diberantas.
2.
Rumusan
Masalah
Korupsi merupakan suatu masalah sosial, sehingga penjelasan mengenainya dapat dilakukan
melalui berbagai macam pendekatan ilmu sosial. Secara khusus, tulisan ini membahas
korupsi
1.
dilihat
Faktor-faktor
2.
melalui
apa
yang
Bagaimana
3.
Bagaimana
korupsi
perspektif
mendorong
mengukur
menimbulkan
ilmu
seseorang
ekonomi,
melakukan
tingkat
dampak
pada
tindak
mencakup
korupsi
korupsi
perekonomian
Tiga hal diatas merupakan bahasan utama yang sekaligus merupakan batasan dari tulisan ini.
Hal- hal selain yang disebutkan di atas bukan merupakan inti dari tulisan yang penulis sajikan
ini.
1.3
Tujuan
Penulisan
1.
Manfaat
Penulisan
Penulisan ini diharapkan menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca mengenai
korupsi
dan
dampaknya
terhadap
BAB IIPEMBAHASAN
perekonomian.
1.
Definisi
Korupsi
Korupsi merupakan masalah yang sangat populer di masyarakat sehingga banyak definisi
yang muncul sesuai dengan aspeknya masing-masing. Akibatnya, jarang kita temui definisi
yang
cukup
lengkap
dan
sempurna
dalam
menjelaskan
korupsi
Wikipedia yang merupakan salah satu ensiklopedia online menyebutkan bahwa Korupsi
berasal dari bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak,
menggoyahkan, memutarbalik, menyogok. Secara harfiah, korupsi adalah perilaku pejabat
publik, baik politikus atau politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak
legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan
menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka. Definisi ini juga
tidak luput dari kekurangan karena disebutkan bahwa korupsi hanya mencakup pejabat publik
yang
berarti
pegawai
pemerintah,
politisi
dan
tidak
termasuk
sektor
swasta.
Lebih lanjut, tindak korupsi tidak hanya mencakup penyuapan atau penyelewengan sejumlah
dana, namun lebih luas dari hal itu. Misalnya, seorang mahasiswa yang izin untuk tidak
masuk kuliah dengan alasan sakit, namun dia bepergian bersama temanya. Hal ini juga
merupakan tindakan korupsi. Dari banyaknya definisi korupsi sulit di bedakan antara
penyuapan dan hadiah. Penyuapan biasanya menimbulkan timbal balik dan hadiah tidak
menimbulkan
timbal
balik
karena
di
anggap
sebagai
hibah.
1.
Faktor-faktor
yang
Mendorong
Tindakan
Korupsi
Tindakan korupsi bukanlah hal yang berdiri sendiri. Perilaku korupsi menyangkut berbagai
hal yang sifatnya kompleks. Faktor-faktor penyebaba bisa dari internal pelaku-pelaku
korupsi, tetapi bisa juga berasal dari situasi lingkunan yang kondusif bagi seseorang untuk
melakukan korupsi. Berikut ini adalah aspek-aspek penyebab seseorang melakukan korupsi.
Menurut Dr. Sarlito W. Sarwo, tidak ada jawaban yang persisi, tetapi ada dua hal yang jelas,
yaitu
1.
Dorongan dari daklam diri sendiri (keinginan, hasrat, kehendak, dan sebagainya);
2.
Rangsangan dari luar (dorongan dari teman, adanya kesempatan, kurang kontrol dan
sebagainya).
Dr. Andi Hamzah dalam disertainya menginventarisasi beberapa penyebab koruopsi yaitu :
1.
Gaji pegawai negeri yangh tidak sebanding dengan kebutuhan yang semakin tinggi;
2.
Latar belakang kebudayaan atau kultur Indonesia yang merupakan sumber atau sebab
meluasnya
korupsi;
3.
Manajemen yang kurang baik dan kontrol yang kurang efektif dan efesien, yang
memberikan
4.
peluan
Modernisasi
untuk
korupsi;
pengembangbiakan
korupsi.
Analisa yang lebih detil lagi tentang penyebab korupsi diutarakan oleh Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dalam bukunya berjudul "Strategi Pemberantasan
Korupsi,"
antara
lain
1.
Aspek
Individu
1.
Sifat
Tamak
Pelaku
Manusia
Kemungkinan orang melakukan korupsi bukan karena orangnya miskin atau penghasilan tak
cukup. Kemungkinan orang tersebut sudah cukup kaya, tetapi masih punya hasrat besar untuk
memperkaya diri. Unsur penyebab korupsi pada pelaku semacam itu datang dari dalam diri
sendiri,
yaitu
sifat
tamak
dan
rakus.
2.
Moral
yang
Kurang
Kuat
Seorang yang moralnya tidak kuat cenderung mudah tergoda untuk melakukan korupsi.
Godaan itu bisa berasal dari atasan, teman setingkat, bawahanya, atau pihak yang lain yang
memberi
3.
Tingkat
kesempatan
Upah
dan
untuk
Gaji
Pekerja
di
itu.
Sektor
Publik
Penghasilan seorang pegawai dari suatu pekerjaan selayaknya memenuhi kebutuhan hidup
yang wajar. Bila hal itu tidak terjadi maka seseorang akan berusaha memenuhinya dengan
berbagai cara. Tetapi bila segala upaya dilakukan ternyata sulit didapatkan, keadaan semacam
ini yang akan memberi peluang besar untuk melakukan tindak korupsi, baik itu korupsi
waktu, tenaga, pikiran dalam arti semua curahan peluang itu untuk keperluan di luar
pekerjaan
4.
yang
Kebutuhan
Hidup
seharusnya.
yang
Mendesak
Dalam rentang kehidupan ada kemungkinan seseorang mengalami situasi terdesak dalam hal
ekonomi. Keterdesakan itu membuka ruang bagi seseorang untuk mengambil jalan pintas
diantaranya
dengan
5.
Gaya
melakukan
korupsi.
yang
Konsumtif
Hidup
Kehidupan di kota-kota besar acapkali mendorong gaya hidup seseong konsumtif. Perilaku
konsumtif semacam ini bila tidak diimbangi dengan pendapatan yang memadai akan
membuka peluang seseorang untuk melakukan berbagai tindakan untuk memenuhi hajatnya.
Salah
6.
satu
kemungkinan
Malas
tindakan
atau
itu
Tidak
adalah
dengan
Mau
korupsi.
Bekerja
Sebagian orang ingin mendapatkan hasil dari sebuah pekerjaan tanpa keluar keringat alias
malas bekerja. Sifat semacam ini akan potensial melakukan tindakan apapun dengan caracara
mudah
dan
cepat,
diantaranya
melakukan
korupsi.
7.
Tidak
Menerapkan
ajaran
Agama
Indonesia dikenal sebagai bangsa religius yang tentu akan melarang tindak korupsi dalam
bentuk apapun. Kenyataan di lapangan menunjukkan bila korupsi masih berjalan subur di
tengah masyarakat. Situasi paradok ini menandakan bahwa ajaran agama kurang diterapkan
dalam
kehidupan.
1.
Aspek
1.
2.
Kurang
Memiliki
Organisasi
Keteladanan
Pimpinan
Posisi pemimpin dalam suatu lembaga formal maupun informal mempunyai pengaruh
penting bagi bawahannya. Bila pemimpin tidak bisa memberi keteladanan yang baik di
hadapan bawahannya, misalnya berbuat korupsi, maka kemungkinan besar bawahnya akan
mengambil
kesempatan
yang
sama
dengan
atasannya.
3.
1.
Tidak
Memiliki
Kultur
Organisasi
yang
Benar
4.
Kultur organisasi biasanya punya pengaruh kuat terhadap anggotanya. Apabila kultur
organisasi tidak dikelola dengan baik, akan menimbulkan berbagai situasi tidak kondusif
mewarnai kehidupan organisasi. Pada posisi demikian perbuatan negatif, seperti korupsi
memiliki
peluang
untuk
terjadi.
5.
6.
1.
7.
Pada institusi pemerintahan umumnya belum merumuskan dengan jelas visi dan misi yang
diembannya dan juga belum merumuskan dengan tujuan dan sasaran yang harus dicapai
dalam periode tertentu guna mencapai misi tersebut. Akibatnya, terhadap instansi pemerintah
sulit dilakukan penilaian apakah instansi tersebut berhasil mencapai sasaranya atau tidak.
Akibat lebih lanjut adalah kurangnya perhatian pada efisiensi penggunaan sumber daya yang
dimiliki. Keadaan ini memunculkan situasi organisasi yang kondusif untuk praktik korupsi.
8.
9.
1.
Kelemahan
Sistem
Pengendalian
Manajemen
10. Pengendalian manajemen merupakan salah satu syarat bagi tindak pelanggaran korupsi
dalam sebuah organisasi. Semakin longgar/lemah pengendalian manajemen sebuah organisasi
akan semakin terbuka perbuatan tindak korupsi anggota atau pegawai di dalamnya.
11.
1.
Manajemen
Cendrung
Menutupi
Korupsi
di
Organisasi
Pada umumnya jajaran manajemen selalu menutupi tindak korupsi yang dilakukan oleh
segelintir oknum dalam organisasi. Akibat sifat tertutup ini pelanggaran korupsi justru terus
berjalan
1.
1.
dengan
Aspek
Tempat
berbagai
Individu
dan
bentuk.
Organisasi
Berada
Nilai-nilai di masyarakat kondusif untuk terjadinya korupsi Korupsi bisa ditimbulkan oleh
budaya masyarakat. Misalnya, masyarakat menghargai seseorang karena kekayaan yang
dimilikinya. Sikap ini seringkali membuat masyarakat tidak kritis pada kondisi, misalnya dari
mana
2.
kekayaan
itu
didapatkan.
Masyarakat kurang menyadari sebagai korban utama korupsi Masyarakat masih kurang
menyadari bila yang paling dirugikan dalam korupsi itu masyarakat. Anggapan masyarakat
umum yang rugi oleh korupsi itu adalah negara. Padahal bila negara rugi, yang rugi adalah
masyarakat juga karena proses anggaran pembangunan bisa berkurang karena dikorupsi.
1.
Masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat korupsi Setiap korupsi pasti melibatkan
anggota masyarakat. Hal ini kurang disadari oleh masyarakat sendiri. Bahkan seringkali
masyarakat sudah terbiasa terlibat pada kegiatan korupsi sehari-hari dengan cara-cara terbuka
namun
1.
tidak
disadari.
Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi akan bisa dicegah dan diberantas bila
masyarakat ikut aktif Pada umumnya masyarakat berpandangan masalah korupsi itu tanggung
jawab pemerintah. Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi itu bisa diberantas hanya
bila
1.
masyarakat
ikut
melakukannya.
perundang-undangan.
1.
Mengukur
Tingkat
Korupsi
Jika korupsi dapat diukur, maka akan ada kemungkinan untuk menguranginya. Namun pada
kenyataannya, secara konseptual, selalu terdapat ketidakjelasan dalam menentukan besaran
yang harus diukur. Jika pengukuran hanya dilakukan pada besaran suap yang dibayarkan,
maka ini berarti terjadi pengabdian terhadap bentuk bentuk korupsi sebagaimana telah
disebutkan sebelumnya pada bagian pendahuluan di atas. Mengingat, secara langsung, amat
sulit ditemukan cara untuk melakukan pengukuran korupsi, maka terdapat beberapa cara
tidak langsung untuk mendapatkan informasi tentang tindak korupsi. Beberapa cara untuk
mendapatkan
1.
informasi
mengenai
korupsi:
Laporan mengenai korupsi melalui surat kabar dan institusi independen misalnya lewat
internet;
2.
Studi kasus mengenai korupsi di sebuah instilusi, walaupun kadang- kadang laporan dari
studi
3.
kasus
cenderung
untuk
pelaporan
internal
dan
rahasia;
Survey dengan menggunakan kuisioner. Cara ini bisa dilakukan secara langsung ke institusi
yang hendak diteliti (seperti dalam kasus Peru dan Argentina, studi dilakukan kepada petugas
dan administrator pajak), atau secara keseluruhan dalam satu negara. Hasil dari survey ini
berupa tingkat persepsi terhadap korupsi, dan bukan angka nominal tindak korupsi. World
Bank, IMF dan negara - negara pemberi bantuan keuangan biasanya menyertakan survey
seperti ini dalam setiap program bantuannya. Pada beberapa negara seperti Tanzmania,
Uganda, India, Ukaraina dan beberapa yang lain, cara ini cukup memberikan hasil yang
memuaskan. Survey bisa dilakukan dalam berbagai bentuk, misalnya survey mengenai
Global Competitiveness Report (Jenewa), Political and Economic Risk (Hongkong),
International
Transparancy
(Berlin),
Political
Risk
Service
(Syracuse).
Hasil dari berbagai macam survey di atas, telah dipergunakan secara luas bank oleh peneliti
maupun pelaku bisnis. Yang harus dihindari adalah kebingungan akan penggunaan ukuranukuran korupsi yang dihasilkan. Harus diperhatikan, bahwa indeks yang dihasilkan dari
survey-survey tersebut merefleksikan persepsi masyarakat tentang korupsi, bukan
pengukuran kuantitatif dari korupsi yang dilakukan. Negara-negara di dunia mempunyai
kecenderungan untuk mempunyai posisi yang relatif stabil dalam persepsi masyarakat
mengenai korupsi dalam negara tersebut. Beberapa perubahan posisi yang cukup signifikan
salah satunya ditunjukkan oleh Chili. Muncul pertanyaan penting, seberapa akurat perubahan
dalam indeks ini menurut perubahan riil yang terjadi di lapangan? Tidak selalu akurat. ini
disebabkan pengukuran ini menunjukkan tingkat persepsi, maka bisa saja walapun hanya
terjadi satu kasus korupsi, namun karena terus diberitakan oleh media, maka terjadii
perubahan cukup signifikan dalam persepsi masyarakat terhadap korupsi. ini menjadikan
pengukuran berdasarkan indeks persepsi tidak membedakan ukuran yang tepat terhadap
korupsi
1.
yang
Tingkat
terjadi
Korupsi
di
suatu
di
negara.
Indonesia
Ditengah gegap gempita pertumbuhan ekonomi yang positif pada tahun 2009 silam, ternyata
Indonesia merupakan negara paling korup dari 16 negara Asia Pasifik yang menjadi tujuan
investasi para pelaku bisnis seperti yang di sebutkan Political & Economic Risk
Consultancy (PERC) pada tanggal 9 Maret 2010. Penilaian didasarkan atas pandangan
ekskutif bisnis yang menjalankan usaha di 16 negara terpilih. Total responden adalah 2,174
dari berbagai kalangan eksekutif kelas menengah dan atas di Asia, Australia, dan Amerika
Serikat.
Berikut
daftar
16
negara
terkorup
1.
di
Asia
Pasifik
menurut
PERC.
Indonesia (terkorup)
1.
Kamboja
(korup)
2.
Vietnam
(korup)
3.
Filipina
(korup)
4.
Thailand
5.
India
6.
China
7.
Taiwan
8.
Korea
9.
Macau
10.
Malaysia
11.
Jepang
12.
Amerika
13.
Hong
14.
Australia
15.
Singapura
Serikat
(bersih)
Kong
(bersih)
(bersih)
(terbersih)
Sementara itu Indeks Persepsi Korupsi (IPK) yang dikeluarkan Transparency International
2009, yang lebih fokus pada baik-buruknya pelayanan publik di suatu negara, Indonesia
memang boleh sedikit berbangga. Sejak berdirinya KPK, IPK Indonesia mengalami
peningkatan
secara
bertahap.
Tabel
Peningkatan
Indeks
Persepsi
Korupsi
(IPK/CPI)
Indonesia
Tahun Survei
Sumber TI
2001
1.9
CPI 2001
2002
1.9
CPI 2002
2003
1.9
CPI 2003
2004
2.0
CPI 2004
2005
2.2
CPI 2005
2006
2.4
CPI 2006
2007
2.3
CPI 2007
2008
2.6
CPI 2008
2009
2.8
CPI 2009
2001-2009
Untuk tahun 2009 IPK Indonesia naik, yakni meningkat menjadi 2,8 dari 2,6 di tahun 2008.
Peringkat Indonesia dalam ranking negara paling korup di dunia pun turun secara signifkan.
Namun, tentu saja kita tidak lantas berpuas diri dan terlena. Apalagi jika didasari pada
kenyataan bahwa IPK terbaik di dunia yang diraih oleh Selandia Baru pada angka 9,4 dan
disusul masing-masing Denmark 9.3 dan Singapura dan Sweden pada IPK 9.2. Dari angka
ini, jelas Indonesia jauh sekali dibanding dengan negara tetangga kita Singpura yang
menduduki peringkat ke-3 dunia atau Australia di posisi 8 dengan IPK 8.7. Bahkan dengan
negara serumpun-pun, Indonesia masih kalah dengan Malaysia yang menduduki posisi 56
dengan
IPK
1.
Dampak
1.
Dampak
Korupsi
Kualitatif
4.5
Terhadap
Korupsi
Terhadap
Perekonomian
Perekonomian
2.
dalam pengaruh korupsi yang kuat maka pengenaan peraturan dan kebijakan, misalnya, pada
perbankan, pendidikan, distribusi makanan dan sebagainya, malah akan mendorong
terjadinya
3.
inefisiensi.
Korupsi mendistorsi insentif seseorang, dan seharusnya melakukan kegiatan yang produktif
menjadi keinginan untuk merealisasikan peluang korupsi dan pada akhimya menyumbangkan
negatif
4.
value
added.
Korupsi menjadi bagian dari welfare cost memperbesar biaya produksi, dan selanjutnya
memperbesar biaya yang harus dibayar oleh konsumen dan masyarakat (dalam kasus pajak),
sehingga secara keseluruhan berakibat pada kesejahteraan masyarakat yang turun.
5.
6.
Korupsi mengurangi legitimasi dari peran pasar pada perekonomian, dan juga proses
demokrasi. Kasus seperti ini sangat terlihat pada negara yang sedang mengalami masa
transisi, baik dari tipe perekonomian yang sentralistik ke perekonomian yang lebih terbuka
atau pemerintahan otoriter ke pemerintahan yang lebih demokratis, sebagaimana terjadi
dalam
kasus
Indonesia.
Korupsi memperbesar angka kemiskinan. ini sangat wajar. Selain dikarenakan programprogram pemerintah sebagaimana disebut di atas tidak mencapai sasaran, korupsi juga
mengurangi potensi pendapatan yang mungkin diterima oleh si miskin. Menurut Tanzi
(2002), perusahaan perusahaan kecil adalah pihak yang paling sering menjadi sasaran korupsi
dalam bentuk pungutan tak resmi (pungutan liar). Bahkan, pungutan tak resmi ini bisa
mencapai hampir dua puluh persen dari total biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan
ini amat mengkhawatirkan, dikarenakan pada negara negara berkembang seperti Indonesia,
perusahaan kecil (UKM adalah mesin pertumbuhan karena perannya yang banyak menycrap
tenaga
1.
kerja).
Dampak
Korupsi
pada
Perekonomian
Anahsa
Ekonometrika
Beberapa tahun terakhir, banyak dilakukan penelitian dengan menggunakan angka indeks
korupsi untuk melihat hasilnya pada variabel variabel ekonomi yang lain. Beberapa hasil
penelitian
tersebut
adalah
1.
Korupsi
Mengurangi
Nilai
Investasi
dicapai.
dimana growthadalah
2.
Korupsi
Mengurangi
Studi
didasarkan
atas
fungsi
Pengeluaran
analisa
fungsi
dari
pada
Bidang
Pendidikan
produksi
investasi.
dan
Kesehatan
Akibat korupsi pendapatan pemerintah akan terpangkas bahkan lebih dari 50%, sebagai
contoh kasus dugaan korupsi Presiden Soeharto yang tidak kunjung kelar yang di sinyalir
menggelapkan uang negara sekitar 1,7 triliun. Agar pengeluaran pengeluaran pemerintah
tidak
3.
defisit
maka
di
lakukan
pengurangan
pengeluaran
pemerintah.
Korupsi mengurangi pengeluaran untuk biaya operasi dan perawatan dari infrastruktur
Korupsi juga turut mengurangi anggaran pembiayaan untuk perawatan fasilitas umum.
4.
Korupsi menurunkan produktivitas dari investasi publik dan infrastruktur suatu negara
5.
Korupsi
menurunkan
pendapatan
pajak
Sebagai contoh kasus Gayus Tambunan, seorang pegawai golongan 3A, yang menggelapkan
pajak negara sekitar Rp 26 miliar. Dengan demikian pendapatan pemerintah dari sektor
pendidikan akan berkurang Rp 26 miliar, itu hanya kasus gayus belum termasuk kasus
makelar
1.
pajak
lainnya.
Korupsi menurunkan Foreign Direct Investment, dikarenakan efek korupsi yang sama
dengan
BAB
efek
pajak.
III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Ditinjau dari sudut apapun, korupsi sama sekali tidak memberikan manfaat. Baik kepada
perekonomian, maupun kepada sistem demokrasi politik yang baik. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa negara dalam masa transisi seperti Indonesia, baik dari sistem ekonomi
(dari sistem ekonomi terpusat menuju sistem ekonomi yang lebih menganut pasar) maupun
dari sistem politik dan demokrasi (pemerintahan yang otoriter ke pemerintahan yang
demokratis), selalu mengalamii masalah korupsi yang luar biasa besar. Bahkan, saat ini sudah
terbangun mitos di masyarakat bahwa korupsi hampir mustahil dapat dibasmi, karena ada
anggapan bahwa korupsi telah menjadii kebudayaan bangsa Indonesia. Namun hal ini tidak
bisa dijadikan justifikasi dan apologi untuk terus bersikap toleran dan permisif terhadap
keberadaan korupsi
Hasil penelitian Farah Dewi (Mahasiswa Pasca Sarjana UI, 2002) mengatakan jikalau
Indonesia sanggup menekan tingkat korupsinya sampai serendah tlngkat korupsi di Jepang,
maka dengan performa ekonomi seperti sekarang, Indonesia dapat mencapai tingkat
pertumbuhan sebesar 6.37% setahun. Lebih lanjut, jika Indonesia sanggup menekan tingkat
korupsinya hingga serendah tingkat korupsi Singapura, maka Indonesia akan mencapai
pertumbuhan ekonomi sebesar 10.68% per tahun. Maka mutlak sudah, bahwa pemberantasan
korupsi adatah bagian yang tak terpisahkan dart proses perbaikan ekonomi Indonesia. Karena
berdasarkan
analisa
apapun,
korupsi
tidak
mungkin
ditolerir.
Tentu akan sangat membingungkan bila kita harus menyelesaikan semua kasus korupsi
karena sangat banyaknya kasus konupsi di negeri ini. Oleh karena itu pemetaan korupsi
dengan memberilcan prioritas menjadi penting. Tolak ukur yang paling penting adalah
seberapa jauh korupsi tersebut berkaitan dengan kepentingan umum dan merugikan keuangan
negara. Kita dapat menemukan suatu pola umum dari korupsi yang terjadi di Indonesia,
namun bukan tidak mungkin setiap daerah dan setiap kasus memililki kekhususannya sendiri.
Beberapa hal bisa dijadikan alasan bagi ttumbuhnya perbedaan-perbedaan ini seperti
perbedaan sumber daya ekonomi (atau pendapatan), budaya, kondisi kelompok-kelompok
sosial, yang kesemuanya mempengaruhi pola-pola korupsi dan upaya pemberantasannya.
Yang pasli, kita harus segera bergerak menuntaskan serta melakukan perubahan.
1.
Saran
Pembangunan di Indonesia tidak boleh terkoyak hanya karena ulah okrnum yang tidak
bertanggungjawab
(walaupun
esok
mereka
pasti
akan
mempertanggungjawabkan
perbuatannya pada mahkamah tertinggi di akhirat) yang melakukan abuse of power. Oleh
karena itu, ada beberapa hal teknis yang kami sarankan sebagai rekomendasi kebijakan bagi
pemerintah
Indonesia,
yakni:
Komitmen yang kuat dari para pemimpin adalah kunci, karenanya pada setiap proses
pemilihan presiden atau pejabat apapun, agar dilakukan dengan fit proper test yang harus
sangat memperhatikan Si moralitas, Pemerintah secara perlahan-lahan harus mulai
mengurangi keterlibatan para aktivitas ekonomi. Mungkin sangat neoklasik, tapi itulah yang
mesti dilakukan jika berkaca pada Finlandia dan negara lain yang mampu meng-nol-kan
potensi korupsinya. Peran pemerintali selanjutnya adalah mei 'polisi pasar' atau menjadi
'wasit dunia usaha' yang memastikan aktivitas ekonomi berjalan lancar serta meminimalkan
terjadinya
kegagalan
pasar.
1.
Menghukum koruptor dengan hukuman yang seberat-beratnya. Mungkin Korea Selatan bisa
dicontoh
2.
dalam
hal
ini;
Memaksimalkan peran KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) sebagal pengawas yang jujur
dan auditor yang bersih dalam melakukan peran kontrol dan pengusutan atas segala macam
dugaan
3.
korupsi;
sudah
diciptakan
namun
harus
dilaksanakan.
Yakni:
TAP MPR No. XIJMPRI1998 tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas KKN.
UU No. 28 tahun 1999 tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas KKN.
UU no. 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU anti Korupsi).
Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang Undang Hukum Acara
Pidana
Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta
Masyarakat dan Pemberian Penghargaan Dalam Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi
Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2005 tentang Sistem Manajemen Sumber Daya
Manusia KPK
Peraturan Pemerintah No. 103 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah No. 63 Tahun 2005 Tentang Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia
KPK
pembangunan
yang diinginkan, sedangkan proses birokrasi relaif lambat, sehingga
setiap
orang
atau badan menginginkan jalan pintas yang cepat dengan memberikan
imbalan-imbalan
dengan cara memberikan uang pelicin (uang sogok).
Meningkatnya tindak pidana korupsi baik dari segi kualitas maupun
kuantitas yang begitu rapi telah menyebabkan terpuruknya
perekonomian Indonesia. Korupsi di Indonesia bagaikan gurita.
Penyimpangan ini bukan saja merasuki kawasan yang sudah dipersepsi
publik sebagai sarang korupsi, tapi juga menyusuri lorong-lorong
instansi yang tak terbayangkan sebelumnya bahwa ada korupsi.
Satu persatu skandal keuangan di berbagai instansi terbongkar.
Mahkamah Konstitusi (MK) yang dipenuhi akademisi, pakar hukum dan
guru besar pun tak steril dari wabah korupsi, bahkan Kementerian
Agama yang notabenenya adalah orang-orang yang tahu tentang ilmu
agama juga tidak lepas dari praktek-praktek korupsi. Belum lagi
praktek-praktek korupsi yang dilakukan oleh anggota legislatif,
Gubernur, Walikota/Bupati, dan kepolisian.
Akhir-akhir ini masalah korupsi sedang hangat-hangatnya
dibicarakan
publik,
terutama dalam media massa baik lokal maupun nasional. Akan tetapi
walau bagaimanapun korupsi ini merugikan negara dan dapat merusak
kepemerintahan. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh
transparency.org, sebuah badan independen, dari 146 negara, tercatat
bahwa Indonesia menduduki posisi ke-5 sebagai negara terkorup di
dunia pada tahun 2013. Ini membuktikan bahwa Indonesia telah
mencetak sebuah prestasi yang luar biasa yang dapat memancing
respon negatif dari berbagai negara. Namun nampaknya respon negatif
tidak datang dari luar saja,tetapi masyarakat dalam negeri juga akan
melakukan hal yang sama. Bagaimana tidak, pemimpin yang selama ini
mereka beri kepercayaan malah memanfaatkan kekuasaan demi meraih
kekayaan. Berbagai upaya yang selama ini di terapkan tidak mampu
menanggulangi tindakan korupsi.
Terlalu banyaknya praktek korupsi yang telah terjadi di negara kita,
mau tidak mau kita sebagai warga Negara Indonesia tentu harus
mengetahui apa yang dimaksud dengan korupsi, hal-hal yang
menyebabkan terjadinya korupsi dan bagaimana cara atau strategi
yang dapat digunakan untuk memberantas atau menghilangkannya.
Berdasarkan dari latar belakang masalah tersebut, maka
makalah/artikel ini diberi judul Korupsi, Penyebab dan Strategi
Pemberantasannya.
B. Identifikasi Masalah
Merebaknya praktek korupsi yang terjadi
dimana mana
merupakan fakta yang sudah jelas terbukti. Berdasarkan hasil survey
yang dilakukan oleh transparency.org, sebuah badan independen, dari
146 negara, tercatat bahwa Indonesia menduduki posisi ke-5 sebagai
negara terkorup di dunia pada tahun 2013. Coba kita renungkan.
Mengapa hal itu bisa terjadi dan bagaimana cara untuk mengatasi hal
korupsi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1.
2.
3.
4.
2. Represif
Upaya ini bersifat menekan, menahan atau mengekang
korupsi. Usaha Represif ini merupakan strategi yang diarahkan
agar setiap korupsi yang diindentifikasi dapat diperiksa dan
disidik secara tepat dan akurat sehingga diketahui duduk
persoalan sebenarnya, untuk memudian diberikan sanksi yang
tepat dengan mengikuti prosedur yang berlaku.
Upaya Represif yang dapat dilakukan yaitu :
1)
Memberitakan dan menayangkan wajah koruptor
dimedia massa, media elektronik maupun media sosial
(internet)
2)
Mendorong partisipasi masyarakat pada gerakan anti
korupsi.
3)
4)
5)
6)
7)
8)
Penegakan
hukum
yang
tegas
dengan
menjatuhkan sanksi (hukuman) yang berat kepada
koruptor.
Kerjasama aktif antara LSM, para penggiat anti korupsi
dan civil society dengan KPK dalam memerangi korupsi
Memberikan kesempatan KPK untuk bekerja Independen
dibawah pengawasan masyarakat.
Penerapan aturan larangan menerima hadiah, grafitikasi,
suap dan pemerasan.
Pelaporan terhadap kekayaan pejabat.
Memberikan reward (award) bagi pelapor tindak korupsi
dan penggiat anti korupsi
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian tersebut di atas dapatlah ditarik suatu kesimpulan
sebagai berikut :
1.
Korupsi berasal dari bahasa Latin, yaitu corruption yang berarti
suatu perbuatan busuk, buruk, bejat, tidak jujur, dapat disuap,
tidak bermoral, menyimpang dari kesucian, dan kata-kata atau
ucapan yang menghina atau memfitnah.