Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Desain atau perencanaan merupakan sesuatu hal yang begitu penting
bagi seseorang yang akan melaksanakan tugas atau pekerjaannya, termasuk
guru yang memiliki tugas/pekerjaan mengajar (mengelola pengajaran).
Supaya seorang guru dapat menyusun perencanaan pengajaran dengan
baik, maka harus memperhatikan prinsip-prinsip pengajaran dan memahami
strategi pengajaran. Dengan munculnya era globalisasi di penghujung
milenium kedua ini, telah membawa wawasan dan kesadaran masyarakat,
dengan muncul sejumlah harapan sakaligus kecemasan. Harapan-harapan
ini karena ada perbaikan kualitas hidup dan kehidupan di satu sisi sebagai
akibat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta informasi
dan teknologi (INFOTEK), dan di sisi lain muncul juga kecemasan-kecemasan,
Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan yang terlalu cepat menyebabkan
kondisi masyarakat sulit beradaptasi di dalamnya.
Pendidik dituntut untuk menyediakan kondisi belajar untuk peserta
didik

untuk

mencapai

kemampuan-kemampuan

tertentu

yang

harus

dipelajari oleh subyek didik. Dalam hal ini peranan desain pesan dalam
kegiatan

belajar

mengajar

sangat

penting,

karena

desain

pesan

pembelajaran menunjuk pada proses memanipulasi, atau merencanakan


suatu

pola

atau

signal

dan

lambang

yang

dapat

digunakan

untuk

menyediakan kondisi untuk belajar.


Peningkatan mutu pendidikan terus digalakkan baik ditingkat pusat
maupun daerah. Seiring dengan perkembangan kebutuhan masyarakat baik
lokal maupun global, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
maka diadakan pengembangan di bidang pendidikan, yang sekarang kita
kenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Dewasa ini

setiap satuan pendidikan secara bertahap harus melaksanakan pengelolaan

penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 19


tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). SNP adalah kriteria minimal
tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Ada delapan standar nasional pendidikan, yang meliputi :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Standar
Standar
Standar
Standar
Standar
Standar
Standar
Standar

isi;
proses;
kompetensi lulusan;
pendidik dan tenaga kependidikan;
sarana dan prasarana;
pengelolaan;
pembiayaan;
penilaian pendidikan.1[1]

1.2 Rumusan Masalah


Agar pembahasan di dalam makalah ini tidak lari dari sub judulnya, ada baiknya
penyusun merumuskan masalah-masalah apa saja yang akan dijelasakan dan diuraikan. Antara
lain :
Pengertian desain pembelajaran;
Pengertian desain intruksional;
Kriteria desain intruksional;
Hubungan perencanaan dengan desain pembelajaran;
Model-model desain intruksional.
1.3 Tujuan Penulisan
Ada beberapa tujuan penyusun dalam menulis makalah ini, diantaranya :
Mahasiswa mampu mengerti dan memahami konsep desain pembelajaran dan desain intruksional;
Mahasiswa mangetahui kriteria desain intruksional;
Mahasiswa mengetahui hubungan perencanaan dengan desain pembelajaran;
Mahasiswa mangerti dan memahami model-model desain intruksional.
1.4 Metode Penulisan
Metode yang digunakan penulis adalah metode kepustakaan yaitu memberikan gambaran
tentang materi-materi yang berhubungan dengan permasalahan melalui literatur buku-buku yang

tersedia, tidak lupa juga penulis ambil sedikit dari media massa/internet. Dan diskusi mengenai
masalah yang dibahas dengan teman-teman.

BAB II
PEMBAHASAN
HAKIKAT DAN MODEL DESAIN PEMBELAJARAN
2.1 Pengertian Desain Pembelajaran
Desain adalah sebuah istilah yang diambil dari kata design yang
berarti perencanaan atau rancangan. Ada pula yang mengartikan dengan
Persiapan. Di dalam ilmu manajemen pendidikan atau ilmu administrasi
pendidikan, perencanaan disebut dengan istilah planning yaitu Persiapan
menyusun suatu keputusan berupa langkah-langkah penyelesaian suatu
masalah atau pelaksanaan suatu pekerjaan yang terarah pada pencapaian
tujuan tertentu.2[2] Herbert Simon (Dick dan Carey, 2006), mengartikan
desain sebagai proses pemecahan masalah. Tujuan sebuah desain adalah
untuk mencapai solusi terbaik dalam memecahkan masalah dengan
memanfaatkan sejumlah informasi yang tersedia.
Dengan demikian, suatu desain muncul karena kebutuhan manusia
untuk memecahkan suatu persoalan. Melalui suatu desain orang bisa
melakukan langkah-langkah

yang sistematis untuk memecahkan suatu

persoalan yang dihadapi. Dengan demikian suatu desain pada dasarnya


adalah suatu proses yang bersifat linear yang diawali dari penentuan
kebutuhan,
2

kemudian

mengembangkan

rancangan

untuk

merespons

kebutuhan tersebut, selanjutnya rancangan tersebut diujicobakan dan


akhirnya

dilakukan proses

evaluasi untuk

menentukan hasil tentang

efektivitas rancangan (desain) yang disusun.3[3]

Gambar : Desain pembelajaran sebagai proses


Sistematis.
Dalam arti luas, pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan yang
sistematis dan sistemik, yang bersifat interaktif dan komunikatif antara
pendidik (guru) denga peserta didik, sumber belajar dan lingkungan untuk
menguasai kompetensi yang telah ditentukan.4[4]

Pembelajaran adalah

proses, cara, menjadikan orang atau mahluk hidup belajar. Pembelajaran


adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk
membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan
sumber belajar. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh
guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan
kemampuan

berpikir

mengkonstruksi

siswa,

pengetahuan

serta
baru

dapat

meningkatkan

sebagai

upaya

penguasaan yang baik terhadap materi pembelajaran.5[5]

3
4
5

kemampuan
meningkatkan

Pembelajaran juga diartikan dengan usaha untuk memberdayakan


semua potensi anak didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan.
Kegiatan pembelajaran harus mampu mendorong untuk terbentuknya
kemampuan,

yaitu

mengetahui,

memahami,

melakukan

sesuatu

dan

mengaktualisasikan diri.6[6] Agar kemampuan tersebut dapat dibentuk,


maka kegiatan pembelajaran harus memperhatikan prinsip sebagai berikut :

Desain pembelajaran sendiri menurut Shambaugh (2006) yang dikutip oleh


Wina

Sanjaya

adalah

An

intellectual

process

to

help

teachers

systematically analyze learner needs and construct structures possibilities to


6

responsively address those needs. Jadi dengan demikian, suatu desain


pembelajaran

diarahkan

untuk

menganalisis

kebutuhan

siswa

dalam

pembelajaran kemudian berupaya untuk membantu dalam menjawab


kebutuhan tersebut.7[7] Sejalan dengan pengertian di atas, Gagne (1992)
menjelaskan bahwa desain pembelajaran disusun untuk membantu proses
belajar siswa, di mana proses belajar itu memiliki tahapan segera dan
tahapan jangka panjang.
Menurut Gagne, belajar seseorang dapat dipengaruhi oleh dua factor
yakni faktor internal dan faktor eksternal. Factor internal adalah factor yang
berkaitan dengan kondisi yang dibawa atau datang dari dalam individu
siswa, seperti kemampuan dasar, gaya belajar seseorang, minat dan bakat
serta kesiapan setiap individu yang belajar. Faktor eksternal adalah faktor
yang datang dari luar individu, yakni berkaitan dengan penyediaan kondisi
atau lingkungan yang didesain agar siswa belajar. Desain pembelajaran
berkaitan dengan faktor eksternal ini, yakni pengaturan lingkungan dan
kondisi yang memungkinkan siswa dapat belajar. Menurut Gagne, kondisi
internal dapat dibangkitkan oleh pengaturan kondisi eksternal. 8[8]
2.2 Pengertian Desain Intruksional
Intruksional berasal dari kata intruction yang berarti pengajaran, pelajaran,
atau bahkan perintah/intruksi.9[9] Menurut Prof. Dr. H. Dailami Firdaus, SH
intruksinal berarti memberi pengetahuan/informasi khusus dengan maksud
melatih berbagai bidang pengetahuan, dalam bidang pendidkan intruksional
berarti pengajaran/pelajaran.10[10] Menurut Ade Lukman S.Pd.I desain
7
8
9
10

instruksional

adalah

cara

yang

sistematis

dalam

mengidentifikasi,

mengembangkan, dan mengevaluasi seperangkat materi dan strategi yang


diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Hasil akhir dari
pengembangan instruksional ialah suatu sistem instruksional, yaitu materi
dan strategi belajar mengajar yang dikembangkan secara empiris dan
konsisten untuk dapat mencapai tujuan instruksional tertentu.
Desain instruksional ini terdiri dari seperangkat kegiatan yang meliputi
perencanaan, pengembangan, dan evaluasi terhadap sistem instruksional
yang sedang didesain, sehingga setelah mengalami beberapa kali revisi,
sistem instruksional tersebut dapat memuaskan hati pendesainnya.11[11]
Dalam konteks pembelajaran, desain instruksional dapat diartikan sebagai
proses yang sistematis untuk memecahkan persoalan pembelajaran melalui
proses perencanaan bahan-bahan pembelajaran beserta aktivitas yang harus
dilakukan, perencanaan sumber-sumber pembelajaran yang dapat digunakan
serta perencanaan evaluasi keberhasilan.12[12]
Desain Instruksional sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar
dengan menggunakan pendekatan sistem Instruksional. Pendekatan sistem
dalam Instruksional lebih produktif untuk semua tujuan Instruksional, di
mana setiap komponen bekerja dan berfungsi untuk mencapai tujuan
Instruksional. Komponen seperti instruktur, peserta didik, materi, kegiatan
Instruksional, sistem penyajian materi, dan kinerja lingkungan belajar saling
berinteraksi dan bekerja sama untuk mewujudkan hasil Instruksional
pebelajar yang dikehendaki.
Dari beberapa pengertian diatas, maka desain instruksional berkenaan dengan proses
pembelajaran yang dapat dilakukan siswa untuk mempelajari suatu materi pelajaran yang di
dalamnya mencakup rumusan tujuan yang harus dicapai atau hasil belajar yang diharapkan,
rumusan strategi yang dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan termasuk metode, teknik, dan

11
12

media yang dapat dimanfaatkan serta teknik evaluasi untuk mengukur atau menentukan
keberhasilan evaluasi untuk mengukur atau menentukan keberhasilan pencapaian tujuan.13[13]
2.3 Kriteria Desain Intruksional
Desain intruksional yang baik harus memiliki beberapa kriteria di antaranya :
a.

Berorientasi pada siswa


Mendesain pembelajaran perlu diawali dengan melakukan studi pendahuluan tentang
siswa. Beberapa hal yang perlu dipahami tentang siswa di antaranya :
Kemampuan dasar
Pemahaman kemampuan dasar yang dimiliki siswa perlu dipahami untuk menentukan dari
mana sebaiknya kita mulai mendesain pembelajaran. Dalam menentukan tujuan pembelajaran

yang harus dicapai disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki siswa.


Gaya belajar
Gaya belajar setiap siswa memiliki perbedaan, ada yang bertipe auditif, visual dan kinetetis.
Siswa yang bertipe auditif akan dapat menangkap informasi lebih banyak melalui pendengaran,
dengan demikian desain pembelajaran dirancang agar siswa lebih banyak mendengar melalui

berbagai media, misal radio atau tape recorder.


b. Berpijak pada pendekatan sistem
System adalah satu kesatuan komponen yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan.
Melalui pendekatan system, bukan saja dapat diprediksi keberhasilannya, akan tetapi juga akan
terhindar dari ketidakpastian. Hal ini disebabkan melalui pendekatan system dari awal sudah
c.

diantisipasi berbagai kendala yang mungkin dapat menghambat terhadap pencapaian tujuan.
Teruji secara empiris
Sebelum digunakan, sebuah desain intruksional harus teruji dahulu efektivitas dan
efisiensinya secara empiris. Melalui pengujian secara empiris dapat dilihat berbagai kelemahan
dan berbagai kendala yang mungkin muncul sehingga jauh sebelumnya dapat diantisipasi.14[14]
2.4 Hubungan Perencanaan dan Desain Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran berbeda dengan Desain Pembelajaran, namun keduannya
memiliki hubungan yang sangat erat sebagai program pembelajaran. Perencanaan pembelajaran
disusun untuk kebutuhan guru dalam melaksanakan tugas mengajarnya. Dengan demikian,
perencanaan merupakan kegiatan menerjemahkan kurikulum sekolah kedalam kegiatan
pembelajaran di dalam kelas. Walaupun perencanaan pembelajaran berkaitan dengan desain
13
14

pembelajaran, keduanya memiliki posisi yang berbeda. Perencanaan lebih menekankan pada
proses pengembangan atau penerjemahan suatu kurikulum sekolah, sedangkan desain
menekankan pada proses merancang program pembelajaran untuk membantu proses belajar
siswa.
Dengan demikian, pertimbangan dalam menyusun dan mengembangkan sebuah
perencanaan pembelajaran adalah kurikulum yang berlaku di suatu lembaga; sedangkan
pertimbangan dalam menyusun dan mengembangkan suatu desain pembelajaran adalah siswa itu
sendiri sebagai individu yang akan belajar dan mempelajari bahan pelajaran.
2.5 Model-model Desain Intruksional
Pada system intruksional, kita dihadapkan kepada tiga buah pertanyaan penting, yakni
bagaimana cara mendesain suatu program, struktur program yang bagaimana yang akan
dipergunakan, dan pola mengajar apa yang akan diterapkan sehubungan dengan pelaksanaan
program yang telah didesain itu. 15[15] Di muka telah dijelaskan bahwa desain sistem
pembelajaran berbeda dengan perencanaan sistem pembelajaran. Walaupun perencanaan
pembelajaran berkaitan dengan desain pembelajaran, keduanya memiliki posisi yang berbeda. 16
[16] Ada beberapa model-model desain intruksional yang dapat ditawarkan, antara lain:
1.

Model Kemp
Model

desain

sistem

instruksional

yang

dikembangkan oleh Kemp merupakan model yang membentuk siklus.


Menurut Kemp pengembangan desain sistem pembelajaran terdiri atas
komponen-komponen, yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, tujuan
dan berbagai kendala yang timbul. Model sistem instruksional yang
dikembangkan Kemp ini tidak ditentukan dari komponen mana seharusnya
guru memulai proses pengembangan. Mengembangkan sistem instruksional,
menurut Kemp dari mana saja bisa, asal saja urutan komponen tidak diubah,
dan setiap komponen itu memerlukan revisi untuk mencapai hasil yang
15
16

maksimal. Model desain yang dikembangkan Kemp dapat digambarkan


sebagai berikut:

Komponen-komponen dalam suatu desain instruksional menurut Kemp


adalah :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Hasil yang ingin dicapai;


Analisis tes mata pelajaran;
Tujuan khusus belajar;
Aktivitas belajar;
Sumber belajar;
Layanan pendukung;
Evaluasi belajar;
Tes awal;
Karakteristik belajar.17[17]
Kesembilan komponen itu merupakan siklus yang terus-menerus
direvisi setelah dievaluasi baik evaluasi sumatif maupun evaluasi formatif,
serta diarahkan untuk menentukan kebutuhan siswa, tujuan yang ingin
dicapai, prioritas dan berbagai kendala yang muncul. Menurut sumber
lainnya, model Kemp merupakan sistem pengajaran yang sederhana yang
mana dibagi menjadi delapan langkah yaitu :

a.

Menentukan tujuan instruksional umum, yaitu tujuan yang ingin dicapai

untuk masing-masing pokok pembahasan;


b. Menganalisis karakteristik peserta didik;
c. Menentukan tujuan instruksional khusus;
d. Menentukan materi pelajaran sesuai dengan tujuan intruksional khusus
yang telah dirumuskan;
e. Menetapkan pengajaran awal;
f. Menentukan strategi belajar mengajar dan sumber belajar yang sesuai
g.

dengan tujuan intruksional khusus;


Mengkoorsinasi sarana penunjang yang meliputi biaya, fasilitas, peralatan,
waktu, dan tenaga;

17

h.

Mengadakan evaluasi untuk mengontrol dan mengkaji keberhasilan program secara


keseluruhan.18[18]

2. Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Intruksional)


Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Intruksional) adalah
model yang dikembangkan di Indonesia untuk mendukung pelaksanaan
kurikulum 1975. PPSI berfungsi untuk mengefektifkan perencanaan dan
pelaksanaan program pengajaran secara sistemis, untuk dijadikan sebagai
pedoman bagi guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. 19[19] PSSI
merupakan perwujudan dari penerapan pendekatan ke dalam sistem
pendidikan, yaitu sebagai suatu kesatuan yang terorganisasi yang terdiri dari
sejumlah komponen yang saling berhubungan satu sama lainnya dalam
rangka mencapai tujuan yang diharapkan.20[20] PPSI dapat digambarkan sebagai
berikut :

18
19
20

a.

Merumuskan tujuan, yakni kemampuan yang harus dicapai oleh siswa. Ada 4 syarat dalam
perumusan tujuan ini yakni tujuan harus operasional, artinya tujuan yang dirumuskan harus
spesifik atau dapat diukur, berbentuk hasil belajar bukan proses belajar, berbentuk perubahan

tingkah laku dan dalam setiap rumusan tujuan hanya satu bentuk tingkah laku.;
b. Mengembangkan alat evaluasi, yakni menentukan jenis tes dan menyusun item soal untuk
masing-masing tujuan. Alat evaluasi disimpan pada tahap 2 setelah perumusan tujuan untuk
meyakinkan ketepatan tujuan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan;
c.

Mengembangkan kegiatan belajar-mengajar, yakni merumuskan semua kemungkinan kegiatan


belajar dan menyeleksi kegiatan belajar perlu ditempuh;

d.

Mengembangkan program kegiatan pembelajaran yakni merumuskan materi pelajaran,


menetapkan metode dan memilih alat dan sumber pelajaran;

e.

Pelaksanaan program, yakni kegiatan mengadakan prates, menyampaikan materi pelajaran,


mengadakan psikotes, dan melakukan perbaikan.21[21]

3. Model Banathy
Model desain system pembelajaran dari Banathy berbeda dengan model-model
sebelumnya. Model ini memandang bahwa penyusunan system instruksional dilakukan melalui
tahapan-tahapan yang jelas. Terdapat 6 tahap dalam mendesain suatu program pembelajaran
a.

yakni:
Menganalisis dan merumuskan tujuan, baik tujuan pengembangan sistem maupun tujuan

spesifik. Tujuan merupakan sasaran dan arah yang harus dicapai oleh siswa atau peserta didik;
b. Merumuskan kriteria tes yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Item tes dalam tahap
ini dirumuskan untuk menilai perumusan tujuan. Melalui rumusan tes dapat meyakinkan kita
bahwa setiap tujuan ada alat untuk menilai keberhasilannya;
c. Menganalisis dan merumuskan kegiatan belajar, yakni kegiatan mengiventasikan seluruh
kegiatan belajar mengajar, menilai kemampuan penerapannya sesuai dengan kondisi yang ada
d.

serta menentukan kegiatan yang mungkin dapat diterapkan;


Merancang sistem, yaitu kegiatan menganalisis sistem menganalisis setiap komponen sistem,

mendistribusikan dan mengatur penjadwalan;


e. Mengimplementasikan dan melakukan control kualitas system, yakni melatih sekaligus menilai
efektivitas system, melakukan penempatan dan melaksanakan evaluasi;
f. Mengadakan perbaikan dan perubahan berdasarkan hasil evaluasi.22[22]
Model Banathy dapat digambarkan sebagai berikut :

21
22

Jika kita lihat langkah 1 dan 4 merupakan tahapan dalam rangka proses rancangan, sedangkan
tahap 5 dan 6 adalah tahap pelaksanaan dari perencanaan sesudah dirumuskan.23[23]
4. Model Dick dan Cery
Model dick and cery harus dimulai dengan mengidentifikasi tujuan pembelajaran umum.
Menurut model ini, sebelum desainer merumuskan tujuan khusus yakni performance goals, perlu
menganalisis pembelajaran serta menentukan kemampuan awal siswa terlebih dahulu. Criterion
Reference Test, artinya tes yang mengukur kemampuan penguasaan tujuan khusus. Untuk
mencapai tujuan khusus selanjutnya dikembangkan strategi pembelajaran, yakni skenario
23

pelaksanaan pembelajaran yang diharapkan dapat mencapai tujuan secara optimal, setelah itu
dikembangkan bahan-bahan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan. Langkah akhir dari desain
ini adalah melakukan evaluasi, yakni evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.24[24] Model Dick
and Cery termasuk ke dalam model prosedural. Langkah-langkah Desain Pembelajaran menurut
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Dick and Carey adalah :


Mengidentifikasikan tujuan umum pembelajaran;
Melaksanakan analisi pembelajaran;
Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa;
Merumuskan tujuan performansi;
Mengembangkan butirbutir tes acuan patokan;
Mengembangkan strategi pembelajaran;
Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran;
Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif;
Merevisi bahan pembelajaran;
Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif.25[25]
Model Dick and Carey terdiri dari 10 langkah, setiap langkah sangat jelas maksud dan
tujuannya sehingga bagi perancang pemula sangat cocok sebagai dasar untuk mempelajari model
desain yang lain. Kesepuluh langkah pada model Dick and Carey menunjukan hubungan yang
sangat jelas, dan tidak terputus antara langkah yang satu dengan yang lainya. Dengan kata lain,
sistem yang terdapat pada Dick and Carey sangat ringkas, namun isinya padat dan jelas dari satu
urutan ke urutan berikutnya.
Langkah awal pada model Dick and Carey adalah mengidentifikasi tujuan pembelajaran.
Langkah ini sangat sesuai dengan kurikulum perguruan tinggi maupun sekolah menengah dan
sekolah dasar, khususnya dalam mata pelajaran tertentu di mana tujuan pembelajaran pada
kurikulum agar dapat melahirkan suatu rancangan pembangunan. Penggunaan model Dick and
Carey dalam pengembangan suatu mata pelajaran dimaksudkan agar pada awal proses
pembelajaran anak didik atau siswa dapat mengetahui di

mampu melakukan hal-hal yang

berkaitan dengan materi pada akhir pembelajaran, adanya hubungan antara tiap komponen
khususnya strategi pembelajaran dan hasil pembelajaran yang dikehendaki, menerangkan
langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan perencanaan desain pembelajaran.
BAB III
24
25

PENUTUP
3.1 Simpulan
Pendidikan merupakan masalah penting dalam kehidupan manusia, karena dengan adanya
pendidikan berarti akan melahirkan manusia yang kreatif dan mempunyai ide-ide yang
cemerlang dalam mengisi masa depan yang lebih maju. Potensi yang ada pada diri manusia akan
berkembang menjadi pribadi yang baik, apabila dia manfaat kan dengan sebaik mungkin kearah
yang positif. Kurikulum terus berubah karena potensi siswa, kondisi pendidikan, persaingan
global, persaingan pada kemampuan SDM dan persaingan terjadi pada lembaga pendidikan.
Oleh karena itu guru dituntut harus mampu: (a) Menggunakan sumber belajar dalam kegiatan
pembelajaran sehari-hari. (b) Mengenalkan dan menyajikan sumber belajar. (c) Menerangkan
peranan berbagai sumber belajar dalam pembelajaran. (d) Menyusun tugas-tugas penggunaan
sumber belajar dalam bentuk tingkah laku. (e) Mencari sendiri bahan dari berbagai sumber. (f)
Memilih bahan sesuai dengan prinsip dan teori belajar. (g) Menilai keefektifan penggunaan
sumber belajar sebagai bagian dari bahan pembelajarannya. (h) Merencanakan kegiatan
penggunaan sumber belajar secara efektif.
Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang, misalnya sebagai
disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses. Sebagai disiplin, desain pembelajaran
membahas berbagai penelitian dan teori tentang strategi serta proses pengembengan
pembelajaran dan pelaksanaannya. Sebagai ilmu, desain pembelajaran merupakan ilmu untuk
menciptakan spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan situasi yang
memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro dan mikro untuk berbagai mata
pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas
Komponen utama dari desain pembelajaran adalah: Pembelajar (pihak yang menjadi
fokus) yang perlu diketahui meliputi, karakteristik mereka, kemampuan awal dan pra syarat.
Tujuan Pembelajaran (umum dan khusus) Adalah penjabaran kompetensi yang akan dikuasai
oleh pembelajar. Konsep tujuan pengajaran atau pembelajaran menitik beratkan pada tingkah
laku siswa atau perbuatan (performace) sebagai suatu jenis output yang terdapat dari siswa, yang
dapat diamati dan menunjukan bahwa siswa tersebut telah melakukan kegiatan belajar.
Dalam desain pembelajaran dikenal beberapa model yang dikemukakan oleh para ahli.
Secara umum, model desain pembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam model berorientasi
kelas, model berorientasi sistem, model berorientasi produk, model prosedural dan model

melingkar. Model berorientasi kelas biasanya ditujukan untuk mendesain pembelajaran level
mikro (kelas) yang hanya dilakukan setiap dua jam pelajaran atau lebih.
3.2 Kritik & Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak
luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif akan
senantiasa penyusun nanti dalam upaya evaluasi diri. Akhirnya penulis hanya bisa berharap,
bahwa dibalik ketidaksempurnaan penulisan dan penyusunan makalah ini adalah ditemukan
sesuatu yang dapat memberikan manfaat atau bahkan hikmah bagi penulis, pembaca. Sehingga
teman-teman yang akan menjadi seorang guru profesional dibidang ilmu masing-masing untuk
memberi saran dan

perbaikan terhadap makalah yang saya buat ini,

Sehinggga nantinya

makalah ini bisa dijadikan sedikit acuan dalam pembuatan desain pembelajaran disekolah kita
masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA
UUD tentang Standar Nasional Pendidikan, No 19 tahun 2005, Jakarta :
Depdiknas, 2005.
Rohani, Ahmad, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta : Rineka Cipta, 2004.
Sanjaya, Wina, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran , Jakarta :
Kencana Prenada Media Group, 2008.
Arifin, Zainal, Evaluasi Pembelajaran, Jakarta : Dirjen Pendidikan Islam
Departemen Agama RI, 2009.
Supriatna,

Dadang,

PENGEMBANGAN

Konsep

DAN

Dasar

Desain

PEMBERDAYAAN

Pembelajaran,

PENDIDIK

DAN

PUSAT
TENAGA

KEPENDIDIKAN TAMAN KANAK KANAK DAN PENDIDIKAN LUAR BIASA, 2009.


Limbong, Masdar, Perencanaan Pembelajaran Agama Islam, Medan : STAI AlHikmah, 2009.
Hamelik, Oemar, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem,
Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2005.
Yamin, Martinis, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta : Gaung Persada,
2011.
Dailami Firdaus, pengertian, strategi, metode intruksinal, diunggah pada
tanggal

15-03-2013

dalam

sebuah

situs

9.

http://dailani.blogspot.com/2008/02/strategi-intruksional.html
Ade Lukman, Model desain Intruksional, diunggah pada tanggal 15-03-2013
dalam sebuah situs http://adelukmanhakim13.blogspot.com/2011/12/modeldesain-instruksional.html

Anda mungkin juga menyukai