Anda di halaman 1dari 28

Pengertian larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit

Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik dengan memberikan

gejala berupa menyalanya lampu pada alat uji atau timbulnya gelmbung gas dalam larutan .Larutan
yang menunjukan gejala gejala tersebut pada pengujian tergolong ke dalam larutan elektrolit.

Larutan nonelektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik dengan

memberikan gejala berupa tidak ada gelembung dalam larutan atau lampu tidak menyala pada alat
uji. Larutan yang menunjukan gejala gejala tersebut pada pengujian tergolong ke dalam larutan
nonelektrolit.

Jenis jenis larutan berdasrkan daya hantar listrik


1.

Larutan elektrolit kuat

Laruta elektrolit kuat adalah larutan yang banyak menghasilkan ion ion karena terurai sempurna,
maka harga derajat ionisasi ( ) = 1. Banyak sedikit elektrolit menjadi ion dinyatakan dengan derajat
ionisasi ( ) yaitu perbandingan jumlah zat yang menjadi ion dengan jumlah zat yang di hantarkan.
Yang tergolong elektrolit kuat adalah :
1.

Asam asam kuat

2.

Basa basa kuat

3.

Garam garam yang mudah larut

Ciri ciri daya hantar listrik larutan elektrolit kuat yaitu lampu pijar akan menyala terang dan timbul
gelembung gelembung di sekitar elektrode. Larutan elektrolit kuat terbentuk dari terlarutnya
senyawa elektrolit kuat dalam pelarut air. Senyawa elektrolit kuat dalam air dapat terurai sempurna
membentuk ion positif ( kation ) dan ion negatif (anion). Arus listrik merupakan arus electron. Pada
saat di lewatkan ke dalam larutan elektrolit kuat, electron tersebut dapat di hantarkan melalui ion
ion dalam larutan, seperti ddihantarkan oleh kabel. Akibatnya lampu pada alat uji elektrolit akan
menyala. Elektrolit kuat terurai sempurna dalam larutan. Contoh : HCl, HBr, HI, HNO 3, H2SO4, NaOH,
KOH, dan NaCL.

Larutan elektrolit lemah


Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang daya hantar listriknya lemah dengan harga derajat
ionisasi sebesar 0 < > 1. Larutan elektrolit lemah mengandung zat yang hanya sebagian kecil
menjadi ion ion ketika larut dalam air. Yang tergolong elektrolit lemah adalah :
Asam asam lemah

1.

Garam garam yang sukar larut

2.

Basa basa lemah

Adapun larutan elektrolit yang tidak memberikan gejala lampu menyala, tetapi menimbulkan gas
termasuk ke dalam larutan elektrolit lemah. Contohnya adalah larutan ammonia, larutan cuka dan
larutan H2S.

1.

Larutan non elektrolit

Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik karena zat
terlarutnya di dalam pelarut tidak dapat menghasilkan ion ion ( tidak mengion ). Yang tergolong
jenis larutan ini adalah larutan urea, larutan sukrosa, larutan glukosa, alcohol dan lain lain.

Tabel pengujian daya hantar listrik beberapa larutan

Nyala Lampu

Gelembung Gas

Tidak
Larutan
Larutan Ureautan

Tidak

Ada

ada

Ada

Ada

Larutan Anomia
Laruran HCL
Larutan Cuka
Air aki
Larutan alcohol
Air laut
Larutan H2S

Air Kapur

Larutan Glukosa

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

Berbagai cara dapat digunakan untuk menyatakan komposisi larutan diantaranya adalah:
1. Molaritas
Definisi dari molar atau kemolaran menyatakan banyaknya mol zat terlarut dalam tiap liter
larutan. Oleh karena itu satuan kemolaran (M) adalah mol L-1 atau Molaritas. Misalnya: larutan
0,4 M CuSO4 artinya dalam 1 liter larutan tersebut terdapat 0,4 mol CuSO 4. Dari definisi diatas,
maka rumus dari molaritas adalah:

dengan:
M = Molaritas
g = massa zat terlarut (gram)
Mr = massa molekul relatif zat terlarut.
V = volume larutan (mL)
Kemolaran ( M ) untuk menghitung tekanan osmosis.

2. Molal
itas
Kemolalan atau molalitas merupakan pernyataan konsentrasi larutan yang menyatakan
banyaknya jumlah mol zat terlarut dalam 1.000 gram (1kg) pelarut. Oleh karena itu satuan
kemolalan (m) adalah mol kg-1 atau molalitas. Misalnya: larutan 0,2 m ZnCl 2artinya dalam 1 kg
air terlarut tersebut terdapat 0,2 mol ZnCl2. Dari definisi diatas, maka rumus dari molaritas
adalah:

Dengan:
a = massa zat terlarut (gram)
m = kemolalan larutan (m)
p = massa perlarut (gram)
Mr = massa molekul relatif zat terlarut.
Kemolalan ( m ) untuk perhitungan kenaikan titik didih dan penurunan titik beku.

3. Fraksi Mol
Fraksi mol menyatakan banyaknya konsentrasi suatu larutan yang menyatakan perbandingan
jumlah mol zat yang ditentukan fraksi molnya disbanding dengan mol total. Dengan demikian
ada dua jenis fraksi mol yaitu, fraksi mol zat terlarut dan fraksi zat pelarut. Jika mol pelarut
adalah nA, maka mol terlarut adalah nB, maka fraksi mol pelarut (XA) dan fraksi mol zat terlarut
(XB) adalah :

Jumlah fraksi mol pelarut dengan zat terlarut (fraksi mol total) adalah 1.
XA + XB = 1
Fraksi mol ( X ) untuk perhitungan tekanan uap

Sifat Koligatif Larutan


Kata koligatif berasal dari bahasa latin colligare yang berarti berkumpul bersama. Jadi,
sifat koligatif larutan merupakan sifat-sifat larutan yang hanya bergantung pada pengaruh
kebersamaan atau banyaknya partikel dan tidak bergantung pada sifat, jenis dan keadaan partikel.
Sifat koligatif larutan hanya berlaku apabila larutan bersifat encer dan zat terlarutnya tidak
mudah menguap sesuai dengan Hukum Raoult. Keenceran larutan penting agar jarak antarpartikel tidak terlalu dekat sehingga partikel dapat bergerak bebas. Sedangkan zat terlarut yang
tidak mudah menguap dimaksudkan agar partikel zat terlarut tidak pergi ke fase gas dan
mempengaruhi tekanan uap larutan.
Berdasarkan kelarutannya, zat terlarut dapat berupa zat yang bersifat elektrolit atau
nonelektrolit. Hal ini dikarenakan kemampuan eletrolit untuk terionisasi membentuk ion-ion di
dalam larutan, menyebabkan jumlah partikel zat terlarut menjadi besar. Zat bersifat elektrolit
adalah zat-zat yang apabila dilarutkan dalam pelarut akan terurai menjadi ion-ionnya, misalnya
NaCl akan terurai menjadi Na+ dan Cl- bila dilarutkan dalam air. Sedangkan zat yang bersifat non
elektrolit adalah zat-zat yang apabila dilarutkan dalam pelarut tidak akan terurai menjadi ionionnya, misalnya larutan gula. Hal ini berarti bahwa sifat koligatif larutan dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu sifat koligatif larutan elektrolit dan nonelektrolit. Untuk harga konsentrasi

yang sama, sifat koligatif larutan elektrolit akan berbeda dengan sifat koligatif larutan nonelektrolit. Contoh; membandingkan jumlah partikel dan sifat koligatif larutan non-elektrolit gula
dan elektrolit garam.untuk konsentrasi yang sama, jumlah partikel dalam larutan NaCl adalah
dua kali lipat jumlah partikel dalam larutan non-elektrolit gula. Pengukuran menunjukkan bahwa
Tf larutan NaCl tersebut juga hampir dua kali lipat T flarutan gula. Secara umum untuk
konsentrasi yang sama, larutan elektrolit memiliki sifat koligatif larutan yang lebih besar
dibandingkan larutan non-elektrolit.
Menghitung nilai sifat-sifat koligatif larutan elektrolit
Persamaan sebelumnya untuk larutan non-elektrolit dapat digunakan dengan menambahkan
faktor i ( faktor Vant Hoff ).
i = efek koligatif larutan elektrolit
efek koligatif larutan non-elektrolit
Hubungan faktor Vant Hoff ( i ) dan derajat ionisasi ( )
Menyatakan secara kuantitatif kuat lemahnya elektrolit, dan dirumuskan sebagai:

i=1+(V1)
Berikut ini akan dibahas lebih lanjut mengenai sifat koligatif larutan nonelektrolit yang
meliputi:
1. Penurunan Tekanan Uap Jenuh (P)
Menguap merupakan kondisi ketika molekul-molekul zat cair melepaskan diri dari
permukaan cairnya dan membentuk fasa gas atau uap. Sedangkan tekanan uap jenuh adalah
ukuran kecenderungan molekul-molekul cairan untuk lolos menguap. Tekanan uap jenuh zat cair
murni tergantung pada kemampuan molekul zat cair meninggalkan permukaan cairan.
Jika dalam suatu ruangan tertutup dimasukkan pelarut, pada suhu tertentu sebagian
molekul pelarut tersebut akan menguap dan memenuhi ruangan. Molekul uap yang dihasilkan

menimbulkan tekanan dalam ruangan tersebut. Molekul-molekul cairan dalam fasa uap tadi,
tidak selamanya tinggal sebagi fasa uap, melainkan sebagian akan kembali ke fasa cair, sampai
tercapai keadaan laju perubahan menjadi gas sama dengan laju perubahan menjadi cair. Pada saat
itu terjadi kesetimbangan dinamis, dan tekanan uapnya dinamakan tekanan uap jenuh, yang
dinotasikan dengan P. Jika kedalam pelarut tersebut dimasukkan suatu zat terlarut yang sukar
menguap hingga terbentuk larutan kemudian dibiarkan mencapai kesetimbangan pada suhu yang
sama dengan suhu jenuh (kesetimbangan) pelarut murni, tekanan yang ditimbulkan oleh uap
jenuh pelarut dan larutan tersebut disebut tekanan uap jenuh larutan dan diberi notasi P.
Bagaimanakah suatu zat terlarut yang tidak mudah menguap dapat menurunkan tekanan uap
jenuh pelarutnya? Perhatikan gambar berikut!

(a). Tekanan uap jenuh pelarut murni (b). Tekanan uap jenuh larutan
Gambar : Tekanan uap jenuh pelarut murni dan tekanan uap jenuh larutan
Keterangan:
= partikel pelarut
= pertikel zat terlarut
--> = arah pergerakan partikel
Dalam larutan, zat terlarut mengurangi luas permukaan yang ditempati oleh molekulmolekul pelarut dan sebagai zat terlarut berada di dekat permukaan larutan. Karena zat terlarut
bersifat tidak menguap, zat terlarut ini tetap berada di dalam larutan dan menghalangi gerak

molekul pelarut. Akibatnya sebagian molekul pelarut yang seharusnya menguap tidak dapat
menguap menjadi berkurang sehingga menyebabkan penurunan tekanan uap larutan.
Dari uraian di atas disimpulkan bahwa penurunan tekanan uap jenuh larutan (P)
merupakan selisih antara tekanan uap pelarut murni dengan tekanan uap jenuh larutan.

P = P - P
Dengan, P = penurunan tekanan uap
P = tekanan uap jenuh larutan
P = tekanan uap pelarut murni
Sedangkan untuk harga tekanan uap elektrolit ;

P = i . ( P - P )

Dalam kaitannya dengan komposisi larutan, pada tahun 1887 Raoult mendefinisikan hubungan
antara tekanan uap suatu larutan dengan tekanan uap pelarut murninya. Bunyi hokum Raoult
yaitu: Perbedaan tekanan uap suatu pelarut murni dengan tekanan uap larutan tergantung pada
fraksi mol pelarutnya

ari pernyataan tersebut, menurut Raoult besarnya penurunana tekanan uap jenuh dirumuskan
sebagai berikut:

P = X.P
Karena jumlah fraksi mol sekuruh zat dalam suatu larutan adalah 1 (X A + XB = 1), maka
XB, bila disubstitusikan pada persamaan di atas:
P
= P - P
P - P = (1-XB) P
P - P = P - P . XA
P
= XB.P

XA=1-

Sehingga rumus penurunan tekanan uap jenuh larutan terhadap pelarut murninya adalah:

P = XB.P
Dengan, P = penurunan tekanan uap jenuh
P = tekanan uap jenuh pelarut
XA = fraksi mol zat pelarut
XB = fraksi mol zat terlarut
P = tekanan uap jenuh pelarut murni
Dari rumusan penurunan tekanan uap di atas, nilai Mr pelarut dan zat terlarut dalam larutan dapat
ditentukan sebagai berikut:

Keterangan :

gA = massa zat pelarut


gB = massa zat terlarut
nA = jumlah mol pelarut
nB = jumlah mol terlarut
XB = fraksi mol zat terlarut
MrA = massa molekul relatif pelarut
MrB = massa molekul relatif terlarut
Jika pada suhu yang sama misalnya t tertarik garis lurus ke atas, tekanan pelarut murni
selalu berada di atas (lebih besar dari pada tekanan uap larutan).
Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat mengamati kejadian penurunan tekanan uap,
misalnya; etilena glikol dalam air radiator mencegah penguapan air radiator di musim panas dan
pembekuan pada saat musim dingin.

2.

Penurunan Titik Beku (Tf)


Suatu larutan akan membeku pada suhu yang lebih rendah disbanding dengan titik beku
air. Untuk mempelajari hal ini lebih lanjut perlu dipahami tentang titik beku. Yang dimaksud
dengan titik beku adakah suhu pada saat fasa zat cair dan fasa padatnya berada bersama-sama
(dalam kesetimbangan).
Titik beku normal suatu zat cair yaitu titik beku pada tekanan 760 mmHg atau 1 atm.
Misalnya air murni membeku pada suhu tetap, yaitu 0 C pada tekanan 1 atm. Penurunan titik
beku sebanding dengan besarnya konsentrasi zat terlarut makin besar maka besar maka
penurunan titik beku juga semakin besar. Jadi, dengan adanya zat terlarut dalam air maka titik
beku air menjadi lebih kecil dari 0 C pada tekanan 1 atm.
Bila kita memperhatikan pembuatan es putar, untuk memperoleh suhu yang lebih
rendah dan 0 C maka adonan es putar ditempatkan dalam bejana yang terendam dalam es batu
dan air yang telah diberi garam dapur, sambil diputar dan diaduk maka adonan es putar dalam
bejana akan membeku, dimana titik beku adonan es putar tersebut beberapa derajat di bawah titik
beku air murni. Hal ini terjadi karena terjadi proses perpindah kalor dari adonan es putar ke

dalam campuran es batu, air dan garam dapur. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dan gambar
berikut:

Gambar perubahan air murni es batu dan proses pembekuan es putar


Keterangan:
= partikel pelarut murni
= partikel zat terlarut
Jika air murni dalam suatu wadah direndam dalam es batu dan air yang telah diberi
garam air murni tersebut akan membeku pada suhu tertentu (normalnya 0 C yang diukur pada
tekanan 1 atm). Sedangkan pada suhu yang sama, adonan es belum membeku secara sempurna
atau bahkan belum membeku. Adanya bahan-bahan atau zat terlarut yang ditambahkan dalam
adonan es putar tersebut menghalangi gerak molekul pelarut murni untuk membeku secara
normal, sehingga titik beku larutan turun (terjadi penurunan titik beku), akibatnya diperlukan
suhu yang lebih rendah untuk membekukannya.
Dengan demikian, jelaslah larutan akan membeku pada suhu yang lebih rendah
dibanding dengan titik beku air. Selisih antara titik beku pelarut murni dengan titik beku larutan
disebut penurunan titik beku larutan yang dilambangkan dengan Tf.
Tf = Tf Tf
Keterangan:
Tf = penurunan titik beku
Tf = titik beku larutan
Tf = titik beku pelarut
Titik beku tidak tergantung pada jenis zat terlarut, tetapi hanya bergantung pada
konsentrasi atau jumlah partikel zat terlarut dalam larutan. jadi, semakin besar konsentrasi
larutan maka penurunan titik bekunya akan semakin besar. Secara matematis dapat ditulis:

Dengan, Tf = penurunan titik beku


Kf = tetapan penurunan titik beku molal
m = kemolalan larutan
g = massa terlarut dalam gram
p = massa pelarut dalam gram
Mr = massa molekul relatif zat terlarut
Dimana, Kf sama dengan konstanta penurunan titik beku molal, yaitu nilai penurunan
titik beku larutan sebanyak 1 mol zat terlarut dalam 1000 gram pelarut (K f). Harga Kf tergantung
pada sifat-sifat zat cair yang digunakan sebagai pelarut, jadi harga K funtuk setiap pelarut
berbeda-beda.
Contoh;
Larutan 0,05 mol suatu elektrolit biner dalam 100 gram air ( K f = 1,86 ) membeku pada suhu
1,55 C. hitunglah derajat ionisasi elektrolit tersebut !
Jawab :

Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat mengamati proses terjadinya titik beku misalnya :
Pembuatan es putar /es krim sendiri

Pada saat musim dingin, garam ( NaCl/CaCl2 ) ditabur untuk mencegah pembentukan es sehingga
jalan menjadi tidak licin

Pada kejadian es lemon, akan lebih mudah cepat membeku dibanding jeruk karena kandungan
gulanya lebih rendah

Pada proses pembekuan air laut ( larutan garam ), pelarut air akan membeku terlebih dahulu di
permukaan membentuk gunung es. Air laut di bawah gunung es akan menjadi lebih pekat, dan
titik bekunya akan menurun. Untuk proses pembekuan larutan secara umum, pembekuan seperti
air laut di atas dapat berlanjut di mana kristal-kristal es terperangkap di dalamnya.larutan pekat
ini akhirnya akan membeku, dan terbenutklah suatu es berkabut yang mudah pecah.

3. Kenaikan Titik Didih (Tb)


Suatu zat cair dikatakan mendidih jika tekanan uap jenuhnya sama denagn tekanan
udara luar (diatas permukaan zat cair). Jadi, titik didih adlah temperatur tetap pada saat zat cair

mendidih. Titik didih normal dari suatu zat cair ialah suhu dimana tekanan uap jenuhnya sama
dengan 1 atm. Misalnya titik didih air = 100 0 C, artinya pada tekanan 1 atm air mendidih pada
suhu 1000 C. apabila zat cair mendidih, maka timbulnya gelembung-gelembung udara yang
terbentuk secara terus-menerus diberbagai bagian dalam zat cair itu dapat diamati.
Dari percobaan, bila volume tertentu air dipanaskan pada tekanan 1 atm, maka air akan
mendidih pada suhu 1000 C. suhu itu tidak berubah walaupun air tetap dipanaskan, karena kalor
yang diperoleh dari pemanasan digunakan untuk merubah fase air daricair menjadi uap air.
Dengan adanya zat-zat terlarut dalam suatu zat cair, misalnya gula, urea, maka titik didihnya
akan naik. Kenaikan titik didih sebanding dengan besarnya konsentrasi. Semakin besar
konsentrasi zat terlarut, maka kenaikan titik didih juga semakin besar, dan sebaliknya.
Tekanan uap jenuh larutan yang terbentuk akan lebih rendah dari pada tekanan uap
jenuh pelarut murninya (air). Agar larutan yang baru ini dapat mendidih kembali diperlukan
tambahan kalor untuk membuat tekanan uap jenuhnya menyamai tekanan udara luar. Dengan
demikian, larutan akan mendidih pada suhu yang lebih tinggi dari pelarut murninya. Selisih
antara titik didih larutan dengan titik didih pelarut murni itu disebut kenaikan titik didih larutan
(Tb).
Tb = titik didih larutan titik didih pelarut
Tb = Tb Tb
Keterangan:
Tb = kenaikan titik didih
Tb = titik didih larutan
Tb = titik didih pelarut
Dari uraian tersebut, jelaslah bahwa adanya zat terlarut akan mengakibatkan kenaikan
titik didih larutannya. Kenaikan titik didih larutan dirumuskan oleh Raoult sebagai berikut :

Untuk harga larutan elektrolitnya adalah Tb = i .Kb . m


Dengan, Tb = kenaikkan titik didih
Kb = tetapan kenaikkan titik didih molal
m = kemolalan larutan
g = massa terlarut dalam gram
p = massa pelarut dalam gram
Mr = massa molekul relatif zat terlarut

Dimana, Kb = konstanta kenaikan titik didih molal, yaitu kenaikan titik didih larutan bila 1
mol zat dilarutkan dalam 1000 gram pelarut. Harga Kb tergantung pada sifat-sifat zat cair yang
digunakan sebagai pelarut. Harga Kb untuk setiap zat cair berbeda-beda.
Contoh :
1. Tentukan massa glukosa yang harus dilarutkan ke dalam 200 gram air agar titik didih larutan
0,02 C lebih tinggi daripada titik didih air ! ( Mr = 180, Kb air = 0,52 C )
Jawab :

Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat mengamati pembuatan sirup manis.


4. Diagram PT
Penurunan tekanan uap
Penurunan tekanan uap adalah fenomena di mana tekanan suatu larutan lebih kecil
dibandingkan tekanan uap pelarut murninya. Perhitungan besarnya tekanan uap larutan
dijabarkan oleh ahli kimia Prancis, Francois Raoult ( 1980 1901 ) . Ia menyatakan bahwa
tekanan larutang bergantungpada jumlah pelarut di dalamnya. Ini dikenal sebagai Hukum Raoult
P larutan = X pelarut P pelarut
Larutan yang mematuhi Hukum Raoult sepenuhnya disebut larutan ideal. Pada
kenyataannya, hanya larutan non-ideal yang kita temui. Oleh karena itu, penerapan Hukum
Raoult merupakan suatu pendekatan selama larutan encer dan zat terlarutnya tidak mudah

menguap. Perhatikan grafik berikut, P larutan - X pelarut membentuk garis lurus untuk larutan yang
mengikuti Hukum Raoult.

Penyimpangan Hukum Raoult untuk larutan non-ideal


Terjadinya penyimpangan disebabkan adanya ikatan antara partikel-partikel zat terlarut dengan
pelarut.
Jika ikatan antar partikel zat terlarut dengan pelarut cukup kuat, sulit bagi partikel pelarut untuk

melepaskan diri ke fase gas. Akibatnya, tekanan uap sebenarnya lebih kecil dari perkiraan oleh
Hukum Raoult.
Sebaliknya, jika ikatan tersebut lemah, maka partikel pelarut mudah melepaskan diri ke fase gas.
Dengan demikan, tekanan uap sebenarnya menjadi lebih besar dari yang diperkirakan.
Penyimpangan di atas menyebabkan grafik tidak membentuk garis lurus. Interaksi ini dapat
diabaikan jika larutan dibuat encer sehingga jarak antara partikel zat trelarut dengan pelarut tidak
terlalu dekat. Dengan demikian, partikel dapat bergerak bebas.

Titik didih

Diagram fase P T menggambarkan hubungan antara tekanan suhu zat pada fase padat, cair
dan gas. Perhatikan diagram P T untuk air berikut. Diagram ini menunjukkan bahwa air pada
kondisi satu fase, dua fase ataupun tiga fase.

Gambar diatas; Diagram P T air. Diagram P T sebenarnya adalah diagram P-V-T pada volum
yang konstan.
Dari definisi titik didih, pelarut murni akan mendidih apabila tekanan uapnya sama dengan
tekanan sekitar. Berdasarkan definisi tersebut, simak kurva kesetimbangan cair-gas untuk pelarut
murni dan larutanya pada diagram P-T di bawah ini. Jika kita tarik horisontal di mana P uap = 1
atm, maka diperoleh titik potong pada kurva cair-gas untuk pelarut murni (BD) dan larutannya
(BD). titik potong ini memberikan Tb pelarut yang lebih beasr dibandingkan Tb larutannya. Inilah yang
dinamakan kenaikan titik didih.

Gambar, kenaikan titik didih larutan relatif terhadap pelarut murninya.


Titik Beku

Sewaktu air mulai membeku, kita dapat melihat kesetimbangan air berada dalam dua fase, yakni
fase cair dan padat. Kondisi dua fase ini ditunjukkan oleh kurva kesetimbangan B-C. Karena
kurva kesetimbangan cair-padat (B-C) dapat dikatakan vertikal, maka tekanan uap sewaktu air
membeku bervariasi sepanjang B-C. Jadi, titikbeku air tidak bergantung pada tekanan di
sekitarnya, tetapi pada tekanan uap pada padatnya. Jika kita menarik garis horizontal di mana
P uap zat cair = 1 atm, maka diperoleh titik potongpad kurva B-C, yakni 0 C. Hal ini dapat dilihat
dari posisi kurva larutan yang berada di bawah kurva pelarut murninya pada diagram P-T
berikut.

Gambar, posisi kurva larutan dan kurva pelarut murninya untuk pelarut air pada diagram P-T.
Simak kuva kesetimbangan padat-cair untuk larutan pada diagram P-T dibawah. Jika kita tarik
garis horizontal di mana P uap = 1 atm, maka diperoleh titik potong pada kurva padat-cair untuk
pelarut murni (BC) dan larutannya (BC). Titik potong ini memberikan T f larutan yang lebih rendah
dari Tf pelarut.

Gambar grafik penurunan titik beku larutan relatif terhadap pelarut murninya.
5. Tekanan Osmosis ()
Osmosis adalah proses perpindahan pelarut dari larutan yang memiliki konsentrasi
lebih rendah (encer) ke larutan yang konsentrasinya lebih tinggi (pekat) melalui membran semi
permeable yang hanya dapat ditembus oleh molekul-molekul pelarut. Contoh membran semi
permeable adalah dinding sel organisme hidup dan gelatin.

Dari gambar, corong yang bagian bawahnya ditutup dengan selaput semi
permeable berisi larutan gula yang agak pekat dimasukkan ke dalam bak yang berisi air. Setelah
beberapa saat akan terlihat zat cair dalam corong naik perlahan dari ketinggian t 1sampai
ketinggian t2. Pada ketinggian t2 tidak naik lagi. Ini berarti air dalam bak masuk ke dalam corong
melalui membran semi permeable sampai desakan air dari dalam bak dan dari dalam corong
telah mencapai suatu kesetimbangan.
Dengan mengukur kenaikan permukaan larutan dalam corong, dapat diketahui berapa
besar beban yang harus diletakkan diatas permukaan zat cair dalam corong agar peristiwa
osmosis tidak terjadi. Analog dengan keterangan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Tekanan osmosis dapat berupa tekanan hidrostatis larutan atau tekana luar.

Peristiwa osmosis pada tabung U

Pada peristiwa osmosis, pelarut bergerak dari dua arah yang berlawanan dengan
kecepatan yang berbeda. Pelarut dengan konsentrasi rendah (larutan encer) akan berpindah ke
konsentrasi tinggi (larutan pekat) dengan kecepatan yang lebih tinggi. Perpindahan pelarut dari
konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi ini disebut proses osmosis.
Akibat perpindahan pelarut tersebut, permukaan larutan pekat berangsur menjadi lebih
tinggi. Aliran larutan pekat akan mencapai kesetimbangan ketika aliran pelarut dari larutan encer
ke pekat dan sebaliknyatelah mencapai kecepatan yang sama. Pada kesetimbangan tersebut
terjadi peredaran tinggi larutan encer dan larutan pekat. Perbedaan tinggi kedua larutan
menyebabkan timbulnya perbedaan tekanan. Tekanan pada sisi larutan pekat lebih tinggi
daripada tekanan pada larutan encer. Perbedaan tekanan tersebut disebut denagn tekanan osmotic
yaitu tekanan yang diperlukan untuk mempertahankan agar pelarut tidak berpindah dari larutan
encer ke larutan pekat.
Jika dua buah larutan yang memiliki tekanan osmosis sama dipisahkan oleh suatu
membran semi permeable, larutan tersebut tidak akan mangalami peristiwa osmosis. Proses
osmosis hanya terjadi pada dua buah larutan yang mempunyai tekanan osmotik, tekanan
osmotiknya tidak selalu sama. Dua buah larutan yang mempunyai tekanan osmotik yang sama
disebut larutan isotonic, sedangkan larutan yang mempunyai tekanan osmotic lebih besar disebut
larutan hipertonik, dan larutan yang memiliki tekanan osmotic rendah disebut larutan hipotonik.
Tekanan osmosis merupakan sifat kologatif larutan, karena harganya tregantung pada
konsentrasi larutan bukan pada jenis zat terlarut. Rumus umum untuk tekanan osmosis adalah
sebagai berikut:
= MRT
untuk larutan elektrolit dapat digunakan ;
= i . MRT
Dengan :
= tekanan osmosis
M = konsentrasi larutan dalam molar
T = suhu larutan ( K )
R = tetapan gas ( 0,082 atm K -1 mol -1 )
Contoh :
= MRT
= 0,001 mol/L . 0,08205 atm K -1 mol -1 . 298 K
= 0,024 atm
Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat mengamati peristiwa osmosis, misalnya ;
Tekanan osmosis mendorong air tanah naik ke bagian tanaman yang lebih tinggi
melalui peristiwa osmosis.

Pada kertas, kulit dalam telur, dan dinding sel hidup merupakan contoh semipermeabel

Pada larutan NaCl 0,9 % bersifat isotonik terhadap serum plasma darah dan digunakan
dalam pemberian infus ke pasien. Sifat isotonik penting untuk menekan rasa tidak
nyaman sewaktu infus dimasukkan ke dalam tubuh.

Dalam pembuatan ikan asin yang diawetkan, larutan garam menyebabkan air di dalam
sel bakteri perusak makanan mengalir keluar secara osmosis, sehingga sel tersebut
mati dan makanan bisa awet.

PENYIMPANGAN SIFA KOLIGATIF LARUTAN ELEKTROLIT

Hukum Raoult adalah hukum yang dicetuskan oleh Francois M. van Raoult untuk
mempelajari sifat-sifat tekanan uap larutan yang mengandung zat pelarut yang bersifat
nonvolatil, serta membahas mengenai aktivitas air.
Bunyi dari hukum Raoult adalah: tekanan uap larutan ideal dipengaruhi oleh tekanan
uap pelarut dan fraksi mol zat terlarut yang terkandung dalam larutan tersebut.
Hukum Raoult sangat penting untuk mempelajari sifat karakteristik fisik dari larutan
seperti menghitung jumlah molekul dan memprediksi massa molar suatu zat (Mr).
Untuk larutan yang mengikuti hukum Raoult, interaksi antara molekul individual kedua
komponen sama dengan interaksi antara molekul dalam tiap komponen. Larutan
semacam ini disebut larutan ideal. Tekanan total campuran gas adalah jumlah tekanan
parsial masing-masing komponen sesuai dengan hukum Raoult.
Campuran ideal adalah sebuah campuran yang menaati hukum Raoult. Sebenarnya
tidak ada campuran yang bisa dibilang ideal. Tapi beberapa campuran larutan
kondisinya benar-benar mendekati keadaan yang ideal. Berikut ini adalah contohnya:

hexana dan heptana

benzena dan methylbenzena

Propan-1-ol dan propan-2-ol

Dalam campuran dua larutan yang dapat menguap, hukum Raoult juga
dapat digunakan.

Dalam sebuah larutan, beberapa molekul yang berenergi besar dapat menggunakan
energinya untuk mengalahkan daya tarik intermolekuler permukaan cairan dan
melepaskan diri untuk kemudian menjadi uap. Semakin kecil daya intermolekuler,
semakin banyak molekul yang dapat melepaskan diri pada suhu tertentu. Pada suhu
tertentu, sebagian dari molekul-molekul yang ada akan mempunyai energi yang cukup
untuk melepaskan diri dari permukaan larutan.

Pada sebuah campuran ideal dari kedua larutan tersebut, kecenderungan dari dua
macam molekul di dalamnya untuk melepaskan diri tidak berubah. Jadi, apabila
proporsi dari tiap jenis molekul yang melepaskan diri tetap sama maka hanya ada
separuh dari tiap jenis molekul yang dapat melepaskan diri dari campuran larutan pada
suatu waktu tertentu. Apabila komposisi tersebut berubah, kecenderungan molekul
untuk melepaskan diri juga akan berubah. Oleh karena itu, campuran yang disebut
larutan ideal biasanya adalah campuran dua jenis zat yang memiliki besar molekul yang
hampir sama dan mempunyai daya tarik van der Waals yang sama. Namun besar
molekul keduanya tidak persis sama sehingga walaupun campuran ini mendekati
campuran ideal, tetap saja bukan merupakan campuran ideal.
Campuran ideal dari dua larutan akan mempunyai energi entalpi sebesar nol. Jadi,
apabila suhu campuran naik atau turun pada saat keduanya dicampur berarti campuran
tersebut bukan campuran ideal.
Tidak semua campuran bersifat ideal. Campurancampuran nonideal ini mengalami
penyimpangan/deviasi dari hukum Raoult. Terdapat dua macam penyimpangan hukum
Raoult, yaitu:
a. Penyimpangan positif
Penyimpangan positif hukum Raoult terjadi apabila interaksi dalam masingmasing zat
lebih kuat daripada interaksi dalam campuran zat ( A A, B B > A B). Contoh
penyimpangan positif terjadi pada campuran etanol dan nhekasana.
b. Penyimpangan negatif
Penyimpangan negatif hukum Raoult terjadi apabila interaksi dalam campuran zat lebih
kuat daripada interaksi dalam masingmasing zat ( A B > A A, B B). Contoh
penyimpangan negatif terjadi pada campuran aseton dan air. Hukum Raoult tentang
Aktivitas Air Aktivitas air adalah ukuran derajat keterikatan air. Berdasarkan
keterikatannya, air dibedakan menjadi air bebas, air terikat fisik, dan air terikat kimia.
Bunyi hukum Raoult tentang aktivitas air adalah: Aktivitas air berbanding lurus dengan
jumlah molekul di dalam pelarut dan berbanding terbalik dengan molekul di dalam
larutan.

Larutan isotonis adalah larutan yang memiliki konsentrasi yang sama dengan
larutan
lain yang dipisahkan membrane semipermeabel sehingga tidak terjadi
pergerakan molekul
air.
Suatu larutan mempunyai kecenderungan untuk menjadi isotonis, sehingga
air akan bergerak
dari larutan berkonsentrasi rendah ke larutan berkonsentrasi tinggi hingga
kedua larutan
menjadi sama konsentrasinya. Dua buah larutan atau lebih dikatakan
isotonis kalau mempunyai
tonisitas yang sama. Jika tonisitas lebih rendah disebut hipotonis, jika lebih
tinggi disebut hipertonis.
Larutan berkonsentrasi rendah atau hipotonis adalah larutan yang memiliki
konsentrasi lebih
rendah daripada larutan yang lainnya, sedangkan larutan hipertonis
adalah larutan yang
memiliki konsentrasi lebih tinggi dari larutan lainnya Dalam bidang farmasi
sering sebuah
larutan dikatakan isotonis, hipotonis, atau hipertonis tanpa menyebutkan
larutan pembandingnya.
Dalam hal ini yang dimaksud adalah larutan tersebut dibandingakn dengan
cairan fisiologis seperti
plasma darah, air mata, cairan sitoplasma, dan lain-lainnya. Cairan ini
mempunyai tonisitas yang
setara dengan larutan NaCl 0,9 %, atau titik bekunya 0,52
Pergerakan molekul atau kecenderungan larutan menjadi isotonis ini
dikarenakan
adanya tekanan osmosis. Peristiwa osmosis dapat terjadi karena
adanya perbedaan
konsentrasi antara dua zat atau lebih yang dipisahkan oleh suatu membrane
semipermeabel

yang hanya dapat dilalui oleh air sehingga air dari larutan hipotonis akan
bergerak kea rah
larutan hipertonis untuk menjadi isotonis.
Prinsip kerja seperti ini juga terdapat dalam sel makhluk hidup, dimana sel
mengalami
peristiwa osmosis untuk mempertahankan keadaan isotonis sehingga sel
tidak rusak.
Larutan
Isotonis
seperti
merah
sama
dengan
keduanya,
artinya
air
penggunaan
injeksi
injeksi
ini
tidak
diatur
darah
akan
lebih
mengencerkan
pada
pemberian
sitoplasma
sel
pekat,
sehingga
sel
(hemolisis).
bisa
pecah
Pengukuran
Tonisitas
yang
tidak
sampai
menyatakan
isotonis,
hipotonis,
dengan
sampel
mikroskop
apakah
maka
sampel
bersifat
normal
sampel
saja
bersifat
maka
isotonis.
parameter
sifat
penurunan
titik
beku,
hemolisis.
Perlu
konsentrasi
molekuler
terlarut.
Sampel
diuji
f)titik
bekunya,
kemudian
dinyatakan
penurunan
titik
bekunya
(T
,,.?
menghitung
juga
dilanjutkan
kesetaraannya
dengan
larutan
NaCl.
Contoh
larutan
membeku
dalam
pada
suhu
air
-0,48
O
Apakah
larutan
bersifat
isotonis?
Air
Penyelesaian
membeku
pada
O
C
o
penurunan
titik
sampel
<
berikut
-----0,48
x
0,9
%
=
0,83
%
0,52
sitoplasma
sel
pekat,
sehingga
sel
darah
(hemolisis).
bisa
pecah
Pengukuran
Tonisitas
yang
tidak
sampai
menyatakan
isotonis,
hipotonis,
dengan
sampel
mikroskop
apakah
maka
sampel
bersifat
normal
sampel
saja
bersifat
maka
isotonis.
parameter
sifat
penurunan
titik
beku,
hemolisis.
Perlu
konsentrasi
molekuler
terlarut.
Sampel
diuji
f)titik
bekunya,
kemudian
dinyatakan
penurunan
titik 0,48
bekunya
(T
bisa
menghitung
juga
dilanjutkan
kesetaraannya
dengan
larutanadalah
NaCl.
Contoh
larutan
membeku
dalam
pada
suhu
air
-0,48
O
Apakah
larutan
bersifat
isotonis?
Air
Penyelesaian
membeku
pada
O tidak
C
o
.? bisa
Sehingga
penurunan
titik beku
beku
sampel
adalah
0,48
< 0,52,
0,52,
berikut
-----0,48
xSehingga
0,9
%
=
0,83
%
0,52
seperti
merah
sama
dengan
keduanya,
artinya
air
tidak
penggunaan
injeksi
injeksi
ini
tidak
diatur
darah
akan
lebih
mengencerkan
pada
pemberian
Larutan
Isotonis
Pembahasan mengenai isotonisitas penting pada pembuatan sediaan steril
sepertiinjeksi dan tetes mata, terutama infus intravena. Pada kondisi
normal sel darah merahberada dalam plasma darah. Tonisitas cairan
sitoplasma sel darah merah sama dengancairan plasma darah, sehingga
terjadi kesetimbangan antar keduanya, artinya air tidakkeluar
ataupun masuk ke sel darah merah tanpa pertukaran. Pada penggunaan
injeksimaka bisa terjadi perubahan tonisitas plasma darah jika
sediaan injeksi ini tidak diaturtonisitasnya. Jika sediaan hipertonis
diinjeksikan maka tonisitas plasma darah akan lebihtinggi dari pada
sitoplasma sel darah merah, akibatnya sitoplasma keluar
mengencerkanplasma darah, sehingga sel darah mengkerut
(krenasi).
Sebaliknya pada pemberiansediaan hipotonis. maka tonisitas
plasma darah akan lebih rendah dari pada sitoplasma seldarah merah,
akibatnya plasma darah masuk ke sitoplasma yang lebih pekat, sehingga
seldarah mengembang.
Jika kondisi ini terus berlangsung maka
sel darah bisa pecah(hemolisis).Pengukuran Tonisitas Mengukur
tonisitas artinya menentukan tonisitas suatu sampel larutan yang
tidakdiketahui formulanya, apakah isotonis, hipotonis, atau hipertonis, atau
sampai menyatakansuatu angka yang menunjukkan tonisitas. Untuk
menentukan apakah isotonis, hipotonis,atau hipertonis bisa digunakan
metode hemolisis. Darah diencerkan dengan sampelkemudian
ditunggu beberapa waktu. Kondisi sel darah diamati di bawah mikroskop
apakahterjadi krenasi, hemolisis, atau normal-normal saja. Jika
krenasi maka sampel bersifathipertonis, jika hemolisis maka sampel
bersifat hipotonis, jika normal normal saja makasampel bersifat isotonis
Untuk mengukur tonisitas sulit dilakukan sehingga dipakai suatu
parameter sifatkoligatif larutan lainnya selain tonisitas misalnya yang
sering dipakai penurunan titik beku,atau kesetaraannya dengan larutan
NaCl. Metode ini kita sebut metode hemolisis. Perludiingat kembali bahwa
sifat koligatif adalah sifat yang ditentukan oleh konsentrasi molekuleratau
ionik senyawa terlarut dan jenis pelarutnya, bukan oleh jenis zat terlarut.
Sampel diujititik bekunya, kemudian dinyatakan penurunan titik
bekunya (Tf), bisa juga dilanjutkandengan menghitung kesetaraannya
dengan larutan NaCl

Perhitungan Tonisitas
Menghitung tonisitas artinya menyatakan apakah suatu formula bersifat
isotonis ataulainnya, dengan menyatakan salah satu sifat koligatif larutan
misalnya penurunan titik bekuatau kesetaraannya dengan larutan NaCl. Di
sini yang ada adalah formula bukan sampeldan komponen dari formula
tersebut telah diketau data yang diperlukan untuk perhitunganmisalnya
berat molekul, Liso, Tf1%, atau yang lainnya.
Pengaturan Tonisitas
Pengaturan tonisitas maksudnya menentukan apakah suatu formula larutan
bersifathipotonis, hipertonis, atau isotonis, jika belum isotonis
dilakukan perhitungan danpengerjaan formula sehingga didapat
larutan yang isotonis.
Ada dua kelas untukpengaturan tonisistas,
yaitu kelas satu dan kelas dua.Metode Kelas SatuDari formula yang ada
(termasuk jumlah solvennya) dihitung tonisitasnya
denganmenentukan Tf nya, atau kesetaraan dengan NaCl. Jika Tf-nya
kurang dari 0,52Oatau kesetaraannya dengan NaCl kurang dari 0,9 %,
dihitung banyaknya padatan NaCl,ingat, NaCL padat, yang harus
ditambahkan supaya larutan menjadi isotonis. Carapengerjaannya semua
obat ditimbang, ditambah NaCl padat, diatamabah air
sesuaiformula. Metode kelas satu meliputi metode kriskopik dan metode
ekuivalensi NaCL

Anda mungkin juga menyukai