Sejarah Sangihe
CERITA GUMANSALANGI
Untuk mendalami kebudayaan Sangihe, sebaiknya memahami sastera
lisan sangihe, sastera lisan sangihe adalah salah satu bukti peninggalan
kebudayaan sangihe masa lalu yang masih dilestarikan sampai saat ini. Dari
beberapa sastera lisan sangihe yang paling melegenda adalah cerita
Gumansalangi. Dari cerita tsb kita dapat melihat keberadaan sangihe dari
penduduk mula-2 sampai
terbentuknya kerajaan-2 yang menjadi dasar
terbentuknya
sebuah
suku
yang
dinamakan
suku
sangihe. Kisah
Gumansalangi sebagai penduduk mula-2 tergambar secara utuh dalam
Tamo karena tamo telah menjiwai kelahiran sangiang konda sebagai ibu
dari orang-2 sangihe. Cerita Gumansalangi dan pembentukan kerajaan sudah
ditulis banyak orang meskipun hanya dalam tulisan-2 lepas, bukan dalam
sebuah buku yang sangat lengkap.
Ada banyak tulisan yang dilengkapi dengan tahun kejadian, tetapi belum bisa
diakui karena semua cerita tentang Gumansalangi, tidak pernah dibukukan
dimasa lalu sehingga terjadi kesimpangsiuran. Mungkin
cerita lengkap
tentang Sangihe boleh ditelusuri di Belanda untuk mandapatkan kepastian
yang lebih ilmiah dan dapat diakui oleh publik yang lebih luas.
Seperti pepatah mengatakan tak ada rotan akarpun jadi. Kita sebagai
generasi baru tidak bisa lagi menunggu pemerintah untuk mendanai
penelitian dan penulisan tentang sejarah dan kebudayaan sangihe secara
komprehensip. Karena lebih banyak orang sangihe ndak mau peduli, dari
pada yang terpanggil untuk berbuat menggali kekayaan budaya.
Tokoh Gumansalangi sudah diceritakan berabad-abad lamanya di kepulauan
sangihe melalui cerita lisan dari generasi kegenerasi secara turun-temurun.
Sejak masuknya bangsa Eropa, cerita Gumansalangi mulai ditulis oleh para
budayawan, sejarahwan dan pemerhati sejarah dan kebudayaan sangihe
lainnya dalam bentuk tulisan-2 lepas.
Cerita Gumansalangi pertama kali diterjemahkan Desember 1993 di Biola
University Los Angles. Kisah Gumansalangi terbaru ditulis oleh Kenneth R.
Maryott, seorang berkebangsaan Amerika
yang bekerja sebagai
dosen
bahasa Inggris di Philipin dalam buku yang berjudul Manga wkeng
Asa u Tau Sangih . Buku tsb ditulis dalam tiga bahasa, yaitu
bahasa Sangihe,bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, diterbitkan oleh The
Committee For The Promotion Of The Sangir Language, Davao - Phillphiness,
1995. Kenneth bertindak sebagai editor, berdasarkan penuturan dari Bapak
Haremson E. Juda. Disamping itu terdapat juga cerita tentang Makaampo.
Cerita Makaampo pertama
kali
ditulis dan dipublikasikan dengan judul
Dalam perjalanan, ikut pula saudara laki-2 dari Kondaasa bernama Pangeran
Bawangunglare. Mereka lalu mendarat di pantai Saluhe. Dikemudian hari
nama Saluhe berubah menjadi Saluhang dan kini menjadi Salurang.
Karena Gumansalangi adalah seorang bangsawan maka tempat tersebut
dinamakan Saluhang yang berararti dieluk-elukan dan dipelihara supaya
dia bertumbuh dengan baik dan subur. Sejak kedatangan Gumansalangi dan
Kondaasa di Saluhe, selalu saja terdengar gemuruh dan terlihat kilat yang
datang dari gunung. Gumansalangi lalu diberikan gelar Medellu yg berarti
Guntur dan Kondaasa diberikan gelar Mengkila yang
berarti cahaya
kilat.
Gumansalangi dan Kondaasa memiliki dua
orang
putra bernama
Melintangnusa dan Melikunusa.
Gumansalangi
lalu
mendirikan kerajaan pada
tahun 1300. Wilayah
kerajaannya sampai ke Malurung (Pulau Balut / Philliphina).Saudara laki-2
Kondaasa melanjutkan perjalanan ke kepulauan Talaud tepatnya di pulau
Kabaruan.
Sampai
saat
ini tempat yang pertama kali diinjak
oleh
Pangeran Bawangunglare, dinamakan Pangeran.
Gumansalangi menyerahkan
waris
raja
kepada anaknya yang sulung
Melintangnusa pada tahun 1350. Anak bungsu Melikunusa mengembara ke
Mongondow
dan
memperisteri
Menongsangiang
putri
raja
Mongondow.Melikunusa meninggal di Mongondow sedangkan Melintangnusa
meninggal di Philliphina pada tahun 1400. Sesudah wafatnya Malintangnusa,
kerajaan terbagi dua yaitu kerajaan Utara bernama Sahabe atau Lumage
dan kerajaan Selatan
bernama Manuwo atau
Salurang. (dari beberapa
catatan lepas pemerhati sejarah sangihe).
Versi kedua
Terbentuknya kerajaan pertama
Sangihe berakar
dari cerita
tentang
Gumansalangi. Humansandulage beristeri Tendensehiwu dan memperanakan
Datung Dellu. Datung Dellu bersiteri Hiwungelo dan memperanakan
Gumansalangi.
Gumansalangi,
setelah mempersunting Ondaasa berlayar
dari
Molibagu
melalui pulau Ruang,Tagulandang,Biaro,Siau terus ke Mindanao kemudian
kepulau Sangihe, mereka tiba di Kauhis lalu mendaki Gunung Sahendarumang
dan berdiam disana sampai terbentuknya kerajaan Sangihe pertama bernama
Tampungang Lawo pada tahun 1425.
( Iverdikson Tinungki dalam tabloid Zona utara )
Versi ketiga
Gumansalangi adalah anak seorang raja dari sebuah kerajan kecil diwilayah
Philiphina bagian selatan. Ibunya meninggal ketika Gumansalangi masih
kecil. Raja kemudian menikah lagi dengan perempuan lain dan melahirkan
seorang
puteri. Pada suatu pesta sang
puteri atas
perintah
ibunya
mempengaruhi Raja dengan sebuah permintaan dan berkata harta kekayaan
tak penting bagiku yang kuinginkan adalah agar Ayah dapat membunuh
Gumansalangi. Permintaan ini dilakukan agar tahta kerajaan tidak jatuh
ketangan Gumansalangi.
Keinginan itu diketahui oleh Batahalawo dan Batahasulu atau Manderesulu
orang sakti kerajaan pengikut Gumansalangi, mereka lalu meberitahukan
rencana itu pada Gumansalangi. Batahalawo kemudian melemparkan ikat
kepala ( poporong ) kelaut yang kemudian menjelmah menjadi Dumalombang
atau ular naga besar. Dumalombang membawa terbang Gumansalangi dan
tiba di Rane dan
tebing Mnanawo lalu mengitari bukit Bowong
Panamba,Dumga dan Areng kambing. Setibanya ditempat yang baru, setiap
malam Gumansalangi hanya mendengarkan suara burung pungguk atau
Tanalawo, arti lain dari Tanalawo adalah Pulau Besar.
Pada suatu senja digubuknya kedatangan seorang nenek yang memerlukan
tempat berteduh. Malam berikutnya dia didatangi lagi seorang gadis cantik.
Dua persitiwa membingungkan hati Gumansalangi. Disaat tenang terdengar
suara yang berkata ambilah telur dipucuk pohon yang besar itu dan
jangan sampai pecah. Ditebangnyalah pohon tersebut sampai mendapatkan
sebutir telur. Telur itu kemudian pecah dalam perjalanan pulang, dari telur
itu keluar seorang puteri cantik yang kemudian dikenal dengan nama Konda
Wulaeng atau Sangiang Ondo Wasa ( puteri perintang malam ) putri khayangan.
Mereka menikah lalu dinobatkan menjadi Kasili Mdlu dan Sangiang
Mngkila yang berarti Putra Guntur dan Putri Kilat. Dinamai demikian karena
pakaian sang putri berkilau seperti emas dan pertemuan mereka ditandai
gemuruh dari langit. Cerita ini juga menjadi bagian dari lahirnya nama
sangihe, dan menjadi inspirasi untuk pemotongan kue adat Tamo.
( Toponimi,Cerita rakyat, dan data sejarah dari kawasan
Utara, Sub Dinas kebudayaan kab.Kepl. sangihe, 2006 )
perbatasan Nusa
Versi ke empat
Tahun 1300, Pangeran Gumansalangi dibuang oleh orang tuanya dari Cotabato
Mindanao, jauh ketengah hutan. Gumansalangi dibuang karena tabiatnya buruk.
Ditengah
hutan Gumansalangi menyadari kesalahannya sambil menangisnangis dan tangisannya terdengar sampai kekayangan. Dia lalu ditolong oleh
raja dari kayangan dengan mengirim putri bungsunya bernama Konda kebumi
untuk menemui
Gumansalangi dalam
penyamaran
sebagai
seorang
perempuan yang berpenyakit kulit.
Gumansalangi mengajak perempuan itu untuk tinggal bersamanya. Tapi
beberapa hari kemudian sang putri menghilang karena kembali kekhayangan.
Dua kali putri melakukan hal itu kepada Gumansalangi. Ketiga kalinya sang
putri datang lagi dalam rupa putri cantik atas perintah ayahnya. Sejak saat
itu mereka menjadi suami isteri.
Setelah menikah, atas perintah sang raja khayangan mereka disuruh keluar
dari hutan tersebut. Kepergian mereka ditemani oleh kakak sang putri
pohon
besar
yang
tumbang.
tempat
tinggal
masalah
diatas dapat
Sangihe asli ditinjau dari etnik, dan legenda, bukanlah orang Indonesia tetapi
merupakan bagian dari suku bangsa negrito. Karakter fisik ras
Negrito
adalah : mata tidak sipit,warna kulit gelap kehitaman, postur tubuh tinggi
rata-rata 130 cm.
Sebelum terjadi migrasi besar-besaran dari daratan China, di Nusantara
sudah ada penduduk yaitu : Wedoid dan Negrito. Sisa-2 suku Wedoid adalah :
suku Sakai di Siak, suku Kubu di Jambi,suku Lubu di Palembang. Sisa-2 suku
negrito sudah punah. Ras Negroid termasuk juga sub ras africa negroid (Negro
Afrika) dan negrito penduduk asli Philliphina. Negrito adalah nama yang
diberikan oleh orang-2 Eropa untuk membedakannya dengan Negro Afrika.
Karakter fisik penduduk Sangihe ditinjau dari asalnya terdiri dari ;
Sama dengan penduduk dari persebaran migrasi china, penduduk asli Sangihe
termasuk dalam Ras Malayan Mongoloid atau keturunann proto melayu jalur
selatan.
Penduduk sangihe dipandang dari sisi Legenda berarti penduduk Sangihe
pertama berasal dari philipina. Penduduk asli philipina seperti suku Aeta, Agta
termasuk dalam ras khusus dunia yaitu Ras Negrito.
Berdasarkan cerita lisan yang sudah terwaris turun temurun bahwa nenek
moyang orang sangihe adalah Gumansalangi. Gumansalangi diberikan gelar
Kasili Medellu ( pangeran guntur ) dan Konda asa bergelar Sangiang Mengkila
atau Konda wulaeng yang berarti putri cahaya.
PENINGGALAN KEBUDAYAAN PRA SEJARAH
Kebudayaan adalah komplikasi (jalinan) dalam keseluruhan yang meliputi
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keagamaan, hukum, adat istiadat,
serta lain-2 kenyataan dan kebiasaan-2 yang dilakukan manusia sebagai
anggota masyarakat. Kebudayaan adalah salah satu ciri yang membedakan
antara manusia dengan binatang.Kebudayaan sangihe memiliki semua unsur
-2 kebudayaan yang ada.
Terhitung sejak mithology Tagharoa, maka kebudayaan Sangihe purba
dimulai sejak tahun 3000 sebelum masehi dan berakhir
sesudah saman
logam (nusantara). Mithologi tagharoa adalah mithology Pasifik. Sebagian
peninggalan zaman purba dari zaman batu masih dapat dilihat di kepl,
sangihe.
Secara tipologi peninggalan bersejarah di sangihe, membuktikan bahwa benda2 tsb memang berasal dari zaman purba, meskipun sampai saat ini belum
diketahui secara jelas tentang fungsi dan umur dari benda tersebut.
( Tipologi adalah suatu cara
untuk menentukan umur benda budaya
berdasarkan bentuknya. Makin sederhana benda budaya makin tua umurnya )
Gong dalam bahasa sangihe adalah Nanaungan. Berfungsi
pengiring upacara keagamaan dari zaman logam.
sebagai musik
Filosofi utama dari tulude terletak pada tamo, dimana seluruh lapisan
masyarakat dapat hadir tanpa harus diundang. Pada kegiatan ini tampak nilai
kebersamaan antara pemerintah dan masyarakat, antara masyarakat yang
satu dengan lainnya dengan tidak membedakan status dan kedudukannya
dalam kehidupan bermasyarakat.
Masuk dan berkembangnya agama luar di kepulauan sangihe.
Agama Islam
Islam merupakan agama luar pertama yang masuk dan berkembang
dikepulauan sangihe. Sebelum agama Islam berkembang lebih luas di sangihe,
sudah lahir sebuah komunitas kehidupan beragama menyerupai islam yang
disebut Islam tua atau kaum tua. Aktifitas keagamaan komunitas ini masih
mempercayai dan
mengikuti kebiasaan penganut islam Alquran, seperti
melakukan puasa,melakukan sholat berjamaah, merayakan
beberapa hari
keagamaan Islam berdasarkan islam quran. Komunitas keagamaan ini tidak
memiliki kitab suci sebagaimana agama Islam Al-quran. Mereka meyakini
bahwa ajaran islam tua disebarkan pertama kali oleh seseorang yg kemudian
disebut sebagai Mawu Masade. (penjelasan beberapa umat islam tua 2003).
Salah satu ajaran leluhur yang mereka anggap patut di jaga adalah : umat
tidak perlu sekolah tinggi, karena kalau sekolah tinggi dapat mengotori tingkat
keimanan mereka kepada Tuhan Yang Maha Esa (wawancara dengan bpk.
Manto Kirimang,2007)
Masade adalah seorang anak berumur 7 tahun yang ditemukan di kerajaan
Tabukan pada masa
pemerintahan Raja Dalero. Pada saat itu
terjadi
perang antara kerajaan Tabukan dan kerajaan islam Lumaug. Penyebab
perang bukan masalah agama tetapi dendam kepada sultan Sibori dari
Ternate yang membawa lari Maimuna putri raja Dalero. (Sultan sibori sering
berkunjung ke kerajaan Lumauge). Pada saat terjadi perang, masade
bersembunyi didalam perahu yang tertutup ditanah. Dia ditemukan dan
dibesarkan oleh Manakabe. Masade mempelajari agama Islam di Ternate dan
Mindanao lalu kemudian menyebarkannya ke sangihe. Masade meninggal dan
dimakamkan di Tubis,Philliphina, beberapa waktu setelah perjalanannya ke
Ternate,Mongondow,dan Mekah.
Ajaran Masade diteruskan oleh muridnya yang bernama Penanging. Penanging
melakukan
pemuridan kepada tiga orang
yaitu
Makung, Hadung
dan
Biangkati. Ajaran tiga murid penanging inilah yang melahirkan tiga aliran
ajaran dalam Islam Tua. Tempat ibadah komunitas keagamaan ini dinamakan
mesjid, alat yang
digunakan
untuk
memanggil
orang
beribadah
menggunakan lonceng. Shalat
berjamaah dilaksanakan tiap hari Jumat.
Ajaran utama mereka berasal dari imam. Ada
kemungkinan lahirnya
komunitas keagamaan islam tua merupakan kegagalan dari dakwah islam
Syi,ah.
pihak
yaitu
Islam
untuk
Sampai saat ini tidak ada bukti yang dapat menguatkan tetang kapan
masuknya ajaran islam mula-2 di kepulauan sangihe. Secara umum, ajaran
islam masuk ke Indonesia oleh beberapa ahli berasal dari India, Coromandel,
Arabia, Mesir, China dan Persia. Diperkirakan ajaran yang masuk ke sangihe
melalui philliphina dan ternate.
Ajaran
Islam
kemungkinan.
masuk
dan
dari
dua
Pertama, masuk melalui Philliphina awal tahun 1400 oleh pedagang dan pelaut
china yang melalui jalur pelayaran laut. Persebaran islam ini dilakukan melalui
pelayaran
yang
dilakukan juga oleh
pelaut
china, Cheng Ho dalam
kunjungannya
di pulau Sulu. Masuknya ajaran islam dari philliphina juga
dipengaruhi oleh hubungan dagang yang dilakukan oleh muslim cina
maupun muslim Moro, Mindanao.
Kedua, masuknya ajaran islam dari Ternate diperkirakan pada abad ke 14,
karena pada saat itu islam sudah tersebar diseluruh Ternate. Sultan Ternate
yang benar 2 sudah memeluk agama islam adalah Sultan Zainal Abidin
(memerintah sebagai sultan thn 1486-1500), Zainal Abidin belajar islam dari
Sunan Giri. Pada masa pemerintahan sultan Baabullah anak dari Sultan
Hairun (1570-1583) kesultanan
Ternate
mencapai
kejayaan. Wilayah
kekuasaannya sampai ke Philliphina. Orang pertama
yang menyebarkan
agama islam AlQuran disangihe adalah Imam Penanging yang kemudian
dianggap oleh penganut Islam tua sebagai murid dari Masade ( wawancara
dengan bapak Gabriel, kepala MI Petta )
Menurut tradisi lisan sangihe, agama islam pertama kali diperkenalkan di
Tabukan oleh seorang arab bernama Syarief Maulana Moemin pada abad ke 15
dan mendapatkan pengaruh pertama terhadap raja kerajaan Lumauge.
( Suwondo,1978 dalam D.J.Walandungo, Islam tua terpasung dan merana ).
Kerajaan lumauge berpusat di sebuah bukit di belakang Moronge. Kerajaan
ini adalah satu-satunya kerajaan islam di sangihe yang merupakan bagian
dari kekuasaan kerajaan Tabukan.
Pada abad ke 19 datanglah seorang imam dari Pontianak yang mengajarkan
ajaran
Islam. Imam tersebut dijuluki Imam Pontiana. Sesudah imam
pontiana dipulangkan oleh pemerintah Kerajaan Tabukan ke pontianak,
muncul lagi seorang pengajar agama islam dari tabukan bernama Walanda
yang sebelumnya pernah berguru pada Tamieng. Walanda memperdalam ilmu
Islam di Mongondow,setelah kembali ke sangihe ia membuka pengajian di
tabukan. Pertengahan abad ke 19, raja Kumuku (Hendrik David Paparang)
mempelajari agama Islam di Ternate. Sekembalinya di Sangihe, dia membawa
laporan
kunjungan Gubernur
Pada masa pemerintahan Presidentsi raja Cornelis Siri Darea tahun 1886,
agama islam di Kerajan Tabukan mendapat tekanan. Kapiten laut Hadiman
Makaminan dan Maloehenggehe Paparang dihukum karena berguru ajaran
islam pada Husein (orang Gorontalo). Orang-orang yang masih memeluk
agama Islam di Tabukan diungsikan ke Tahuna dan membentuk komunitas
baru kampung islam Tidore. Pengungsian dipimpin
oleh Abdoel Latief. Di
bowondego/lenganeng mereka menangis sambil mengucapkan doa Ya Allah
Tuhan
yang
rahman, PadaMulah tempat
berlindung, Sertailah berkat,
teguhkanlah iman, Peliharalah
hambamu diperasingan. Diantara
para
pengungsi terdapatlah seorang yang bijak bernama Ontameng Kakomba yang
kemudian menjadi guru agama Islam di Tahuna.
Di masa pemerintahan raja Tahuan, Dumalang, islam mendapat tekanan. 15
orang penganjur Islam diasingkan diluar Sulawesi.Atas pertolongan Controleur
Hoeke beberapa tahun kemudian dibangunlah sebuah mesjid di Sawang.
Dimasa pemerintahan Raja D. Sarapil 1898 umat islam dalam pembuangan
Tahuna, diijinkan pulang ke Tabukan dan membangun mesjid di Moronge dan
Peta.
Tahun 1915 datanglah seorang Ambon bernama Marasa Besi mengajarkan
ilmu sihir bertopeng agama Islam. Tahun 1919 Sarikat Islam terbentuk di
Tabukan, organisasi ini bubar pada tahun 1921. Karena kesalah pahaman,
pemimpin
Sarikat
Islam
J.G. Janis
dihukum, sampai meninggal
dan
dikuburkan di Surabaya. Pada masa pemerintahan raja W.A. Sarapil tahun
1925, kehidupan beragama di kerajaan Tabukan menjadi baik. (disarikan oleh
Bombaran Makaminan dalam catatan laporan kunjungan Gubernur jendral di
kerajaan Tabukan, 1927 )
Satu-satunya kerajaan Islam di Sangihe adalah Kerajaan Lumauge yang
berpusat di Moronge, dibawah kekuasaan Kerajaan Tabukan. Kerajaan lain
disangihe yang mendapat sentuhan islam adalah kerajaan Kendahe. Raja
kerajaan kendahe pertama adalah anak Sultan Achmad dari philiphina,
memerintah thn 1600 1640. Raja Tabukan yang beragama islam adalah raja
Gadma. Utusan raja Gadma menegaskan kepada pemerintah spanyol di
manila bahwa mereka rela meninggalkan agama islam dan memeluk agama
kristen ( Meersman 1967 dalam D.J.Walandungo, Islam tua terpasung dan
merana).
Agama Kristen.
Misi Khatolik Portugis pertama yang tiba di Maluku adalah beberapa rahib
Franciscan yang mendarat di Ternate tahun 1522,kemudian berkembang pesat
sampai tahun 1570, di Ambon Lease, Bacan, Halmahera Morotai, TernateTidore, Banggai,Manado dan Sangihe. Hal ini terlaksana
atas usaha dari
sangihe
dapat di periodisasikan
kita, Zending dikepulauan sangi dan
Van der Kamp mendirikan NZG Tahun 1797. Tahun 1817 Pendeta Josep Kam
berkunjung ke Minahasa. Tahun 1819 Lenting berkunjung ke Minahasa. Pendeta
Josep Kam dan Ds. Lenting mendapati orang Kristen tidak ada pelayanan lagi,
lalu mereka melaporkan keadaan itu pada NZG di Belanda. Pada tahun 1822
atas laporan diatas maka NZG mengirim 2 orang berkebangsaan Swiss,
L.Lamers di Kema ( meninggal 1824 di Kema ) W. Muller di Manado (meninggal
1827 di Manado) Mereka meninggal karena penyakit Typus. Dalam pelayanan,
mereka mengalamai banyak hambatan dan tantangan terutama dari kalangan
turunan Eropa. Tahun 1827 pelayanan Manado diganti oleh Ds. G. J. Helendoorn
4 tahun kemudian tahun 1831 dikirim lagi 2 Orang pelayan yaitu : Johann
Friedrich Riedel dan Johann Gottlieb Schwars.
Tahun 1855, NZG mengutus S.D. van der Velde van Capellen dari Minahasa ke
Sangihe dan membaptis 5033 orang. Ketika itu S.D. van der Velde van Capellen
sedang bertugas di Tareran,Minahasa. Atas kujungan tersebut dilaporkanlah
keadaan jemaat Kristen sangihe yang terlantar kepada NZG. Oleh menteri
Jajahan, diberikan jawaban bahwa akan diutus 4 orang Zendeling-Werklieden
atau zendeling tukang. S.D. van der Velde van Capellen kembali lagi ke tempat
tugas di Minahasa sampai akhir hidup dan dikuburkan di lansot tareran tahun
1856.
Masa Zendeling werklieden ( zendeling tukang atau utusan tukang dalam
perhimpunan Pendeta tukang)
Komisi Zendeling tukang memulai pekerjaannya di Amsterdam tahun 1851 dan
mengutus pekerja injil di Indonesia. Komisi telah mengutus sembilan orang
kepulauan Ssangihe dan Ttalaud untuk melakukan penginjilan.
Usaha penginjilan ini dilakukan atas beberapa latar belakang diantaranya :
Kurang lebih 200 tahun pemeliharaan injil di sangihe terlantar.
Laporan Pdt. S.D. van Der Velde van Capellen tahun 1855 tentang
kemerosotan iman jemaat di Sangihe.
Karena kekurangan tenaga di Belanda, Komisi zendeling tukang mengambil
beberapa utusan
dari Jerman. Mereka yang diutus adalah : Carl W.L.M
Schroder, E.T.Steller, F. Kelling dan A.Grohe. Kelling dan Grohe ke pulau Siau.
Mereka tiba di Taghulandang 15 Juli 1875. Steller dan Schroder tiba di Manganitu
25 Juni 1857. Pengutusan zendeling tukang berakhir tahun 1858.
Masa Komite Sangihe dan Talaud (didirikan tahun 1887)
Pada masa ini tanggungjawab pemeliharaan iman di pulau sangihe dan
talaud ditangani oleh Komite Sangihe dan Talaud. Komite ini didirikan di
Belanda atas kerja sama dengan beberapa badan penginjilan. Komite hanya
bertanggung jawab membiayai perjalanan utusan injil sampai di Batavia,
sesudah itu diserahkan kepada pemerintah Hindia Belanda melalui badan
penginjilan yang ada di Manado. Utusan injil yang datang di sangihe dan
talaud diambil dari beberapa badan penginjilan.
Utusan injil baru tiba di Sangihe tahun 1888. Mereka yang diutus adalah : M.
Kelling,W.T.Vonk, J.C.G.Ottow. Tahun 1891, Siau menerima pekerja injil baru
yaitu : A.J. Swanborn,pada saat yang sama G.F. Schroder pindah dari Talaud
di pulau sangihe, dan Mr.K.G.F. Steller tiba di Manganitu 31 Mei 1899. Pada
tanggal 1 Juli 1904 pelayanan injil di serahkan lagi pada
komite untuk
pemeliharaan kebutuhan rohani jemaat kristen protestan pribumi. Menjelang
pertengahan tahun 1900, gereja kristen di sangihe menyatakan berdiri
sendiri, tidak terikat lagi oleh gereja negara.
SENI TARI DAN MUSIK SANGIHE
Penciptaan tari lahir sebagai bagian dari keperluan ritual atau upacara adat
dan kegiatan sosio kultural. Dalam tata kehidupan seperti itu rasa dan
semangat kebersamaan menjadi titik sentral.
( I Wayan Dibia,dkk. Tari
Komunal,2006)
Tari berkembang atas kerja sama dan rangsangan yang didapat dari musik,
seni rupa, sastera dan drama. Penciptaan tari tradisi sudah ada seiring
dengan lajunya sejarah. Masing-2 khazana tari tersebut mengalami perubahan
dan perkembangan. Satu sama lain dapat terjadi saling silang budaya atau
saling mempengaruhi.( Sumaryono Endo Suanda, Tari Tontonan, 2006)
Di sangihe, tarian merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, apakah
itu untuk keperluan ritual ataupun pertunjukan. Dalam mengekspresikan tari,
musik menjadi bagian didalamnya. Setiap bentuk tari mengalami perubahan
dari waktu ke waktu berdasarkan perkembangannya.
Terdapat beberapa tari-tarian asli sangihe yang masih ada dan sedang
dikembangkan yaitu, tari Gunde,tari Sese Madunde,tari Alabadiri,tari Dangsang
Sahabe,tari Bengko,tari Salo,tari Upase,tari Tambor dan tarian Ampa Wayer.
Substansi (isi) dasar tari, adalah gerak tubuh, karena itu tari adalah
perwujudan ekspresi secara personal. Tari lahir dari suatu sistim kebudayaan
yang berlaku didaerah masing-2 merupakan bentuk komunikasi antar manusia
yang lahir dari tatanan kehidupan. ( I wayan dibia,cs.Tari komunal,2006 ).
Tari dipertunjukan pada berbagai peristiwa, seperti yang berkaitan dengan
upacara (ritual) dan pesta untuk merayakan kejadian-2 penting.Tari telah
berperan penting dalam sistim sosial sejak zaman pra sejarah (Sumaryono,
Endo Suanda,Tari tontonan, 2006)
MUSIK DAN TARI LIDE.
Penelitian tentang musik ini telah dilakukan oleh banyak ahli dan pemerhati
lokal dan beberapa pakar etnomusikolog dari Indonesia maupun luar negeri.
Mengol adalah suatu kegiatan memainkan alat musik yang dinamakan
musik lide. Latar belakang permainan musik
ini adalah
sebagai media
penghubung manusia dan sang penguasa alam. Disamping memainkan musik
,terdapat satu orang perempuan yang menyanyi dengan isi syair pantun
(dalam bahasa sangihe disebut papantung, medenden). Musik lide terdiri dari
3. Lagung sahola
Setiap jenis lagu memiliki latar belakang penciptaan yang berbeda. Yang
unik dari irama musik lide yaitu : irama musik lide sudah diturunkan secara
turun-temurun tanpa perubahan secara
signifikan. Perbedaan musik lide
hanya terdapat pada tempat dimana musikc itu dikembangkan. Irama lagu
musik lide di daerah sekitar Pulau Mahumu hanya menggunakan 3 irama
lagu
sementara di daerah lain menggunakan 4 irama lagu. Musik lide
merupakan paduan dari beberapa jenis alat musik seperti : Oli, Bansi,
Arababu, salude dan Sasesaheng yang dimainkan secara bersamaan menjadi
sebuah ansambel. Permainan music ini sering juga di padukan dengan
vocal / suara manusia. Syair lagu yang dinyanyikan kebanyakan bertema
permintaan yang memilukan, hasil dari penderitaan yang berkepanjangan.
Pada perkembangan salanjutnya Musik lide mulai dipadukan dengan gong
atau dalam bahasa sangihe disebut Nanaungang. Kegunaan gong adalah
pengendali tempo lagu.
Filosofi dan pemaknaan lagu purba pada music lide.
Dari keempat jenis lagu yang ada, pada dasarnya mempunyai nuansa
kepedihan. Lagu lide merupakan lagu inti atau lagu pembuka yang dapat
menyertai penyembahan agar cepat sampai kepada sang penguasa alam
dalam bentuk permohonan. Lagu Elehu Ake : mengetengahkan tentang
bentuk permintaan dan permohonan seperti air yang mengalir. Lagu Sangi U
Wuala : arti sangi u wuala adalah Tangisan Buaya. Dimasa lalu masyarakat
sangihe meyakini adanya Upung (leluhur) Manusia dan Upung (leluhur) Buaya.
Upung buaya berjalan dengan dua kaki menggunakan ikat kepala merah.
Upung buaya ini memiliki kekuatan yang sangat sakti sehingga apa yang
dia minta harus diberikan. Jika permintaannya tidak dipenuhi maka akan ada
korban yang ditelan. Lagu sangi u wuala berkisah tentang ancaman terhadap
kehidupan manusia yang
digambarkan sebagai rupa Buaya. Ancaman
tersebut telah membawah umat pada kesedihan yang berkepanjangan.Lagu
Laogho u lendu,lagu lendu diambil dari nama salah satu jenis burung yang
hidup di sangihe. Burung ini adalah satu-satunya burung dalam kehidupan
budaya sangihe yang dianggap sebagai perpanjangan tugas penguasa alam.
Tugas burung lendu yang paling utama adalah ating tanda tentang
kematian kerabat terdekat. Selain lendu ada juga kaliyaow yang meberi
tanda akan kehadiran kerabat dekat dari tempat jauh.
Salah satu bentuk lagu pada musik lide
Tarian yang diiringi musik lide.
Tari lide sebagai bagian dari ritual msundeng. Merupakan tarian purba yang
sudah punah. Tari ini dilakukan dalam tahapan menal, (menal adalah
memberi makan, wawancara : G. Makamea,2008) dilakukan untuk mengantar
roh perempuan muda yang dikorbankan kepada sang pencipta).
digunakan
sesuai irama
Masamper mula-mula berasal dari bahasa belanda Zang sfeer yang artinya
menyanyi bersama
dalam
suasana tertentu. Masyarakat
sangihe
menyebutnya Samper dan mendapat pengaruh imbuhan me menjadi
mesamper. ( Taman Budaya, Rumusan hasil sarasehan masamper, 15 0ktober
1992 dalam M.M.Bawelle, Pengaruh
Partisipasi
Sponsor terhadap
pengembangan seni masamper di kecamatan malalayang kotamadya manado,
Skripsi,1998)
Unsur utama Masamper adalah : unsur musik vokal,unsur gerak,unsur
mebawalase atau
berbalas-balasan. Menggunakan
nada
diatonik
dan
dinyanyikan seperti paduan suara / koor. ( M.M.Bawelle, Pengaruh Partisipasi
Sponsor terhadap pengembangan seni masamper di kecamatan malalayang
kotamadya manado, Skripsi,1998)
Di Indonesia hanya ada dua bentuk paduan suara tradisional yaitu paduan
suara tradisional batak dan masamper dari sangihe. Masamper terbentuk dari
beberapa babakan berdasarkan jenis lagu yang dinyanyikan.
Lagu pertemuan atau perjumpaan.
Pada jenis lagu ini
hanya dapat dinyanyikan lagu yang bertemakan
perjumpaan dalam suatu acara hayatan seperti perkawinan dan kematian.
Jenis lagu ini mengalami perubahan dengan tema lagu perjumpaan secara
umum.
Lagu rohani / pujian
Pada jenis lagu ini hanya dapat dinyanyikan lagu yang bertemakan rohani.
Termasuk aktifitas religius agama sangihe maupun agam kristen.
yang bertemakan
seiring
dengan
Babakan ini adalah babakan yang paling terakhir dimana acara msamper
sudah selesai.Berakhirnya msamper ditandai dengan tidak ada lagi
kelompok yang mampu membalas lagu terakhir.
Dimasa lalu kegiatan msamper dapat diselenggarakan selama 24 sampai 48
jam. Hal ini bisa terjadi apabila kelompok yang ikut dalam msamper
memiliki banyak perbendaharaan lagu. Hal yang menarik dimasa lalu, karena
kehabisan
lagu seorang
pangataseng (pemimpin
msamper) dapat
menciptakan lagu pada saat kegiatan msamper sementara berlangsung.
Meskipun lagu lagu masamper banyak menggunakan lagu lagu tahlil dan
mazmur, tetapi ditahun 1800, budaya masamper adalah budaya umum
sangihe. Hal ini terbukti dengan banyaknya kaum muslim yang ikut dalam
kegiatan tunjuk. Mereka mengetahui banyak lagu-lagu kristen. (penjelasan
bpk. Luqman Makapuas dan beberapa tua kampung di Tabukan Utara) Sejak
munculnya sampregening maka kebudayaan masamper lebih identik dengan
kristen.
Tahun 1980-an, masamper mulai dilombakan dalam berbagai kegiatan.
Menjelang
tahun 1990-an nilai-nilai asli
masamper berubah
dengan
munculnya grup-grup masamper modern yang tujuannya mengarah kepada
kegiatan komersial.. Nilai positif dari munculnya grup masamper komersial
adalah semakin meluasnya pengenalan akan
budaya sangihe
ke seluruh
Indonesia.
Selain beberapa seni musik yang sudah dijelaskan, Masayarakat sangihe juga
mengenal beberapa permainan musik lain seperti: musik tunta, musik bambu
melulu, musik puhe dan music orkes. Musik orkes
adalah satu bentuk
ansambel music yang diwariskan sejak masa Spanyol.
TARIAN SANGIHE
Masyarakat sangihe telah mengenal tari sejak zaman pra sejarah. Dimulai
dengan lahirnya tari lide dalam upacara sundeng. Tari lide kemudian berubah
karakternya menjadi msalai (salai dalam bahasa sangihe artinya menari).
Konseptual tari sangihe pada awalnya dilakukan dalam upacara sundeng
yang merupakan bagian dari keutuhan teatrical upacara dimana terdapat
berbagai macam kesenian yang ditampilkan dan setiap orang melakukannya
berdasar peran masing-masing. Msalai memasuki bentuk baru yaitu :
pementasan secara spontan dalam acara-acara keramaian. Msalai yang
berakar dari tari lide ditarikan oleh sekelompok orang dengan peran tunggal
disertai gerakan dan ekspresi spontan, tanpa dibentuk sebelumnya. Konsep
utama tari ini adalah gerakan bebas dilakukan oleh laki-laki dan
perempuan. Tari ini mengalami perubahan-perubahan sampai muncul tarian
Gunde.
Berdasarkan fungsi dan perannya dalam
sangihe dikelompokan dalam dua bagian
Rakyat.
Tarian Istana
Tari Gunde
Pada awalnya
tarian gunde ditarikan secara
perorangan dikampungkampung oleh para wanita yang masih perawan pada upacara perkawinan
yang menggambarkan kesucian seorang wanita sangihe. Gunde dalam
bahasa sangihe berarti lambat. ( A. Takaonselang-Manganitu,wawancara.
2006).
Pada suatu masa masuklah kesenian ini menjadi bagian dari kesenian
Istana dikerajaan Manganitu. Penari dipilih dari penari-penari terbaik di tiap
kampung. Gerak dasar tari gunde teradaptasi dari tari lide. Mulanya tarian
ini dipentaskan sebagai tarian hiburan untuk raja, kemudian berubah
fungsinya menjadi tarian penjemput tamu penting kerajaan yang dilakukan di
depan istana. Seiring perkembangan waktu, ada beberapa penari gunde
istana lalu menjadi selir raja. Persebaran penari gunde meliputi semua
wilayah kerajaan Manganitu.
Tari Rangsang Sahabe dan Tari Alabadiri.
Tari ransa / rangsang sahabe atau dangsang sahabe adalah tari yang tercipta
dari sebuah sayembara. Tarian ini lahir dari lingkungan istana kerajaan
tabukan tahun 1700.Pada saat itu terjadi kefakuman jabatan raja setelah
Raja Don Fransiskus Yuda I mengakhiri
jabatannya. Untuk
mengisi
kekosongan jabatan maka di persiapkanlah satu lomba khusus kepada
dua
orang calon pengganti raja. Dua orang tersebut adalah Dalero dan
Pandialang. Lomba yang disiapkan adalah lomba dayung (dorehe) . Jalur yang
ditempuh mulai dari Salimahe sampai ke Punge ( pulau beng laut).
Kompetisi itu terjadi kira-kira tahun 1720 dan
dimenangkan oleh Dalero
dengan kecurangan. Dari kemenangan itu dalero berhak menduduki tahta
kerajaan. Nama lain dari dalero
adalah Markus Jakobus Dalero. Untuk
memperingati kemenangan tersebut,
dalero
menciptakan
tari
yang
dinamakan tari Alabadiri. Pandialang hanya menduduki jabatan Jogugu di
Sahabe. Pandialang yang kecewa, lalu menciptakan satu tarian tandingan
yang disebut Rangsang Sahabe. Secara umum tari alabadiri dan ransang
sahabe memiliki kesamaan.
Tari alabadiri, dapat dikelompokam sebagai bentuk tarian teatrikal. Penari
membawakan peran dari sebuah cerita dalam bentuk gerak tari. Tari
alabadiri terbentuk dari 10 tahapan dengan konsep tari dan cerita yang
berbeda. Tari
alabadiri menggunakan beberapa properti pendukung tari
seperti ; kulubalang,kaliau,tokoting,sinsing,sondang. Tarian ini khusu dimainkan
oleh laki-laki diiringi tambor (bukan tagonggong) dan dipimpin oleh seorang
pangataseng dan dua kapita.
Tahapan tari alabadiri adalah :
Penghormatan kepada penonton (pembukaan)
Di era tahun 1940 an, lahir sebuah kesenian rakyat baru,yang disebut
ampa wayer. Kesenian ini adalah kesenian rakyat yang muncul dari
kepulauan Siau. Kesenian ini merupakan adaptasi dan perpaduan dari
kesenian eropa dengan kesenian setempat. Tarian ini sudah
berkembang
sejak masa
penguasaan
spanyol di
kerajaan
Siau dan menemukan
identitasnya menjelang berakhirnya perang dunia ke - II. Ampa wayer adalah
gerak tari kelompok yang dipimpin oleh seorang kapel. Gerakan tari terbentuk
berdasarkan irama musik pengiring . Pada dasarnya, inti dari kesenian ini
adalah tarian muda-mudi yang ditarikan secara spontan dalam kumpulan
keramaian sebagai bentuk ekspresi kebebasan dan kemerdekaan.
Tari Mdunde.
Tari ini berkisah tentang latar belakang lahirnya pulau siau. Sepintas, cerita
dalam tari ini mirip dengan kisah Tumatenden dari Minahasa Utara dan kisah
Joko Tarub dari jawa. Cerita dalam tari ini mengisahkan perjodohan antara
seorang
laki-laki
bernama Mdunde dengan
seorang
bidadari dari
khayangan. Awal kisah, medunde seorang yang pintar berpuisi suatu ketika
memasuki hutan untuk mencari burung. Tetapi dia justru bertemu dengan
seorang bidadari yang sedang mandi bersama 9 orang saudaranya.Salah satu
dari bidadari itu yang kemudian menjadi isterinya. Dari pernikahan itu lahir
dua orang anak bernama
pahawon sulug dan kanawoeng (kanawoeng
bergelar pahawontoka). Siau diambil
dari kata sio (sembilan) dari kisah
sembilan bidadari dan Mdunde (buku toponimi,............sudin kebudayaan
dinas diknas, 2006)
Tari Kakalumpang
Tari ini berkembang sejak masa kekuasaan VOC di sangihe yang dipadukan
dengan aktifitas masyarakat. Latar belakang ceritanya adalah : Ternate
sebagai perpanjangan tangan VOC mengklaim kekuasan atas sangihe,
sehingga rakyat sangihe
harus
memberikan upeti kepada kesultanan
ternate.
Upeti yang diberikan berupa minyak kelapa. Dari kegiatan mencukur kelapa
inilah lahir
kesenian
Mkakalumpang. Tari kakalumpang juga mendapat
sentuhan maluku dengan tari gaba-gaba.
Masih banyak kesenian sangihe yang tidak dapat dikembangkan seperti : Seni
mebowo dan seni meganding.Seni mebowo, adalah bentuk seni yang dilakukan
dalam bentuk nyanyi untuk menidurkan bayi dalam ayunan.
Pengungkapan lagu hanya dengan syair yang bermakna puitis.
Selain beberapa kesenian
yang sudah dipaparkan sebelumnya,juga
terdapat kesenian Islam asli sangihe yaitu : Hadrah mangut, Samrah dan
Turunan. Semua jenis kesenian Islam sangihe, pada awalnya lahir dan
berkembang di Tabukan kemudian menyebar ke seluruh daerah yang
berpenduduk muslim.
di temukan
di
hote. Tanaman hote ini dikenal juga dengan nama Manila Hemp. (Cut Kamaril
Wardhani,Ratna Panggabean,Tekstil,2005).
Motif - motif hiasan tenun di Indonesia mendapat pengaruh dari china, india
dan arab. Selain sebagai busana, kain digunakan dalam berbagai aktifitas
kehidupan manusia seperti upacara keagamaan dan mas kawin. (Ensiklopedi
Indonesia)
Suku sangihe mengenal beberapa teknik pewarnaan kain menggunakan
bahan alam sekitar. Warna merah, ungu, kecoklatan menggunakan kulit
batang bakau ( Mangrove) dan Seha atau mengkudu ( Morinda citrifoia)
Tanaman bakau dan mengkudu tersebar di seluruh desa di pulau sangihe
besar.Warna merah dari kesumba. Dari bukti kain yang ditemukan melalui
efek warna yang tersisa dari kain kain tua tidak ditemukan teknik
pewarnaan menggunakan warna kuning. Warna-warna yang nampak pada
kahiwu tua adalah merah,ungu,kecoklatan, coklat muda yaitu warna asli hote.
Aktifitas tenun sangihe mengalami kemunduran mulai dari tahun 1889. Pada
saat itu pohon pohon pisang abaca dipotong atas perintah pemerintahan
colonial belanda dan diganti dengan kapas, tebu dan tembakau. Kerajiann
tenun bertahan sampai tahun 1994 dengan dikirimnya seorang pengrajin asal
kampung Lenganeng ke Jakarta. Meskipun demikian, sampai saat ini disetiap
desa masih memiliki satu sampai tiga orang yang boleh menenun kain koffo.
Alat - alat tenun masa lalu masih dimiliki oleh pengrajin dibeberapa desa
seperti, Manumpitaeng, Lenganeng Batunderang.
Tahun 1898, kerajaan Tabukan mengirim kain koffo di Manado atas pesanan
para orang kaya.Tahun 1924 kerajaan Tabukan mengadakan pameran kain
koffo di Pekalongan dan mendapatkan penghargaan Erediploma. Tahun 1926
raja Tabukan berpameran di Manado mendapatkan
penghargaan tembaga.
Ditahun yang sama kain koffo di pamerkan di Jogyakarta.
Selain memproduksi kain tenun (kahiwu), suku sangihe
juga mampu
membuat busana atau pakaian. Secara umum pakaian laki-laki disebut bal,
pakaian perempuan disebut laku tepu, kemeja disebut ( baniang ). Alat yang
digunakan untuk menenun kain disebut Kahiwuang.
Dalam kehidupan sehari hari suku sangihe dimasa lalu, pakaian dapat
menenunjukan perbedaan status social. Ada pakaian yang digunakan di
kalangan istana dan para bangsawan dan ada juga yang digunakan oleh
masyarakat biasa. Secara umum model pakaian bangsawan dan pakaian
rakyat biasa tidak jauh berbeda. Yang membedakan adalah teknik pewarnaan
dan atribut atau asesoris yang digunakan. Sejak masuknya bangsa eropa di
kepulauan sangihe, pakaian dan asesoris mengalami perubahan model dan
fungsi dalam kehidupan bermasyarakat.
Pakaian wanita
Laku tepu
Model Konde
Konde dalam bahasa sangihe disebut boto. Model Konde yang digunakan oleh
perempuan sangihe pada umunya berbentuk boto pusige. Bentuk
konde
terdiri dari dua macam yaitu : konde untuk ampuang di rangkai tepat di
ubun-ubun dan konde umum berada dipusar kepala.
Pakaian laki-laki baniang (kemeja) dan laku bali
Model poporong
Dalam bahasa sangihe, penutup kepala adalah poporong.Penutup kepala
telah memberikan batas pada kedudukan orang sangihe dalam pergaulan
sehari-hari, karena status social dan kedudukan orang sangihe tergambar
pada penggunaan dan bentuk poporong.
Kerajinan tangan (handycraft)
Kerajinan rakyat yang mendominasi pekerjaan rumah tangga masa lalu
adalah pembuatan anyaman. Anyaman sangihe memiliki cirri khas khusus
dibandingkan dengan daerah lain di Sulawesi utara. Tidak diketahui kapan
orang sangihe mulai menganyam. Anyaman sudah menjadi bagian seharihari dalam kehidupan orang sangihe. Kebanyakan dari hasil kerajinan
anyam
dibuat
untuk benda
pakai, seperti tikar,
bika,tempat
buah,keranjang,perangkap ikan dan lain-lain.
Selain anyaman, orang sangihe juga memproduksi gerabah atau tembikar (dari
bahan tanah) dan alat-alat yang dibuat oleh pandai besi. Aktifitas pekerjaan
pandai besi sudah dilakukan sejak masa Makaampo. Pendapat lain juga
mengatakan bahwa produksi pandai besi dimulai abad ke 15. Alat yang
dihasilkan oleh pandai besi tujuannya sebagai benda pakai yang digunakan
di rumah,perkebunan maupun untuk berperang. Orang yang ahli dalam
menempah besi disebut kipung.
Masyarakat sangihe juga mengenal seni teatrikal. Kesenian ini berkembang
di daerah kuma
yang dinamakan Gagaweang. Kesenian ini ditampilkan
setahun sekali setiap akhir tahun. Teknik pergelarannya dalam bentuk parade
keliling kampung dengan pakaian dan atribut kerajaan. Komposisi barisan
berdasarkan peran sebagai berikut : Barisan terdepan adalah Raja yang
diikuti oleh bawahannya mulai dari Bobato,Jogugu,Kapiten laut,Mayore,Hukum
Mayore,Sadaha, Kapita,Kumelaha,Sawehi (dukun),Mihinu ( Tukang
palakat).
Setelah selesai berkeliling kampung para peserta makan bersama di rumah
tua adat atau kapitalaung, sebelum makanan ini dimakan bersama, harus
dicicipi oleh orang yang berperan sebagai sadaha. Dengan maksud
mengetahui apakah makanan tersebut beracun atau tidak.
( Informasi, Bpk. Derek Lahunduitan,Kuma November 2009)
ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
kora kora,
perahu
ini
adalah
perahu
kenegaraan raja-raja
yang digunakan
raja
dalam kunjungannya ke
Laesuiki sawenahe
Laesuiki
Laesuiki dahi
Timur Dahi
Timur tenggara
Tenggara
Mahaing dahi
Mahai
Timuhe
Tahanging timuhe
Barat daya
Tahanging
Tahanging bahe
Barat Bahe
Barat, barat laut
Barat laut
Poloeng bahe
Poloeng
Poloeng sawenahe
NAMA HARI
Nama hari Indonesia
Nama Sangihe
Senin Mandake
Selasa
Salasa
Rabu Areba
Kamis
Hamise
Jumat Sambayang
Sabtu Kaehe
Minggu
Misa
Hiabe
Pebruari
Kateluang
Maret Pahuru
April Kaemba
Mei
Hampuge
Juni
Hente
Juli
Bulawa kadodo
Agustus
Bulawa geguwa
September
Bewene
Oktober
Liwuge
Nopember
Lurange
Desember
Lurangu tambaru
Tkal
1
Kahumata Paksa
2
Kahumata karuane
3
Kahumata - katelune
4
Sebangu harese
5
Batangengu - harese
6
Likudu - harese
7
Sehangu - letu
8
Batangu letu
9
Likudu - letu
10
Arang
11
Sehangu pangumpia
12
Batangnegu pangumpia
13
Umpause
14
Limangu bulang
15
Teping
16
Sai pakesa
17
Sai karuane
18
Sai katelune
19
Sehangu harese
20
Batangengu harese
21
Likudu harese
22
Sehangu letu
23
Batangengu letu
24
Likud,u letu
25
Awang
26
Sehangu pangumpia
27
Batangengu pangumpia
28
Umpause
29
Limangung basa
Rumah Tempat Tinggal
Berdasarkan temuan ahli, tempat tinggal manusia sangihe saman pra
sejarah adalah di goa goa karang. Dalam legenda, tempat tinggal manusia
sangihe purba adalah di dahan pohon besar dan di pohon - pohon yang
roboh. Seiring perkembangan waktu dan dikenalnya teknologi, mereka mulai
membuat rumah rumah sederhana.
Pada awalnya bentuk rumah sangat sederhana.
beberapa budayawan sangihe bahwa rumah
pamangkonang. (wawancara. M. Madonsa.2007).
menjadi rumah ikat. Dikatakan rumah ikat karena
tetapi diikat dengan rotan.
Berdasarkan pemahaman
orang sangihe adalah
Kemudian
berkembang
tidak menggunakan paku
Rumah suku sangihe tidak memiliki bilik atau kamar. Sejak masuknya
spanyol di kepulauan sangihe, orang sangihe sudah mulai mendirikan rumah
dengan konstruksi beton menggunakann semen dari karang yang dibakar. Di
masa awal kolonial belanda akhir 1700 sampai awal thn 1800 orang sangihe
sudah mulai menggunakan bilik pada konstruksi rumah. Rumah ikat terakhir
ditemukan di kampung Lehupu.
Konstruksi rumah kayu orang sangihe adalah rumah panggung. Diantara
rumah yang dibangun terdapat rumah umum dimana rumah tersebut
adalah tempat berkumpul komunitas adat dari setiap persekutuan hukum
adat terkecil banua yang dikemudian hari menjadi rumah raja atau istana.
Rumah tersebut dinamakan Bale Lawo.
Menjelang berakhirnya pemerintahan kolonial belanda, bale lawo mendapat
sentuhan eropa dari segi kekuatan konstruksi tetapi tetap mempertahankan
santan dan ikan laut bakar. Untuk pesta atau acara yang menghadirkan
banyak orang selalu disiapkan ketupat.
Orang
sangihe mengenal
nasi
yang
dibungkus
sejak berakhir masa
kepercayan sundeng. Pada awalnya, ketupat atau empihise menjadi bagian
dari sesajen dalam upacara persembahan yang menggantikan kedudukan
manusia dan hewan sebagai korban. Ketupat yang diwajibkan dalam sajen
adalah ketupat dengan nama bebatung kambing.
Orang sangihe mengenal 16 jenis ketupat berdasarkan teknik anyaman yaitu
: bawatung, muntia, dokongmanu, buang tariang, kaemba, bituing,bebatun
kambing, kasumbure, bininta, pikang, sawaku, mehisa, waliung, batung kapese
dan kalemba. Ketupat kalemba adalah ketupat yang paling penting dalam
upacara keagamaan masa lalu.
Tamo.
Berdasarkan cerita lisan, Tamo pertama kali dibuat pada pesta perkawinan
Mangulundagho dengan Bangsang peliang di Bongko lumenehe (Kampung dagho
sekarang) tamo dibuat dari bermacam macam makanan yang kemudian
disebut Golopung (Gideon Makamea,prospek budaya dan tradisi-tradisi historis
daerah kab.kepl. sangihe dan talaud-2008).
Pembuatan Tamo kedua oleh Talongkati (bibi dari Makaampo) pada acara
perkawinan Makaampo. (Toponimi,cerita dan.2006). Tamo adalah makanan
tradisional khas sangihe yang tidak dapat ditemukan ditempat lain. Tamo
adalah makanan yang memiliki filosofi khusus yang berhubungan dengan
kehidupan orang sangihe sejak nenek moyang. Filosofi utama dari Tamo
adalah Jawaban dan kehormatan dalam adat sangihe. Tamo adalah bentuk
makanan yang memiliki latar belakang cerita kehidupan mula-mula disangihe.
Berdasarkan sastera lisan umum di beberapa wilayah sangihe, tamo pertama
kali digunakan bersamaan dengan keberadaan kerajaan Tabukan raya yaitu
pada pesta perkawinan mangulundagho dengan wangsang peliang di dagho.
(kampung dagho sekarang). Biasanya, tamo hanya disajikan dalam acara
yang menghadirkan banyak orang. Karena berdasarkan tradisi bahwa tamo
yang dibuat harus habis dimakan. Tamo juga sebagai perlambang
undangan. Jika sebuah pesta sudah diletakan tamo pada posisinya maka
semua warga boleh hadir dan memasuki pesta tersebut. Dari latar cerita ini
maka tamo adalah bagian dari kebersamaan. Kehadiran tamo dalam satu
acara mewakili semua makanan yang ada. Tamo adalah makanan yang
paling istimewah diantara makanan yang ada, untuk itu tamo harus
diletakkan di tempat yang sangat khusus. Dengan syarat dapat dilihat oleh
semua orang yang hadir dalam acara.
Resep tamo tua adalah campuran dari beras,umbi-umbian,gula, minyak
kelapa, tetapi resep ini tidak bertahan lama karena mudah basi. Pada saat
ini resep tamo terdiri dari beras,gula dan minyak kelapa. Untuk membuat
tamo harus melewati beberapa ketentuan adat diantaranya, orang yang akan
Setelah selesai diolah maka tamo siap di cetak dalam sebuah cetakan dari
bahan alami yaitu bulu.
Konstruksi tamo
Tamo memiliki unsur utama yaitu badan tamo, ditambah asesoris pada
badan tamo berupa udang (dimasa lalu) dibagian dasar diletakan bermacam
macam makanan khas sangihe.Pada mulanya dibagian pucuk tamo diletakan
telur yang melambangkan kehidupan baru (sesuai dengan cerita manusia
mula-mula dalam cerita gumansalangi) Sesudah perang kemerdekaan maka
symbol telur diganti dengan bendera negara merah putih, tahun 20006 tidak
lagi menggunakan bendera pada pucuk tetapi bunga atau telur.
BAHASA DAN SASTERA SANGIHE
Bahasa Sangihe
Penggalian bahasa sangihe pernah dilakukan oleh J.N.Snedon dalam buku
Proto Sangiric and the sangiric languages. Bahasa sangihe termasuk rumpun
bahasa Austronesia atau Melayu Polynesia dan tergolong dalam bahasabahasa Philliphina. Ahli tata bahasa sangihe yang terkenal adalah Dr. N. Adriani
dengan karyanya Sangirische sprakunts. Kosa kata bahasa sangihe yang telah
dibukukan dapat ditemui dalam buku karya dari Mr.K.G.F. Steller dan W.E.
Aerbersol
dengan
judul Sangirische Nederlands woerdenbock. ( Decroly
Juda,Spd.Tata Bahasa Sangihe,2004).
Bahasa
sangihe
tidak mempunyai aksara, karena suku sangihe tidak
mengenal sistim tulisan sendiri. Sejak masuknya bangsa Eropa, orang
sangihe sudah
mulai menggunakan
huruf latin sebagai bentuk tulisan.
Pengguna bahasa sangihe meliputi Pulau Sangihe besar dan pulau-pulau
kecil
disekitarnya,Pulau siau
dan
sekitarnya,Pulau
Taghulandang
dan
sekitarnya,Pulau Talaud dan pulau pulau
diperbatasan utara Indonesia.
Beberapa daerah disekitar Minahasa seperti Belang, Bantik,Manado tua,
Bunaken, Naenk, Siladeng, Mentehage, Gangga, Bangka, Talise, Likupang,
Lembe, Sebagian Bitung, daerah dikaki Gunung klabat. Pulau balut dan Pulau
saranggani di Philliphina ( H. Kern dalam Tata bahasa Sangihe, Decroly
Juda,2004)
Bahasa sangihe dan bahasa lain di Sulawesi utara memiliki kesamaan tipe
yaitu Aglutinered ( bahasa yang berafiks ).
Afiks adalah unsur yang ditambahkan pada kata dasar atau
( Daryanto, S.S, Kamus bahasa Indonesia lengkap,1997)
Bahasa Sangihe terbagi dalam 8 dialek yaitu :
Dialek Tabukan
Dialek Tahuna
Dialek Kendahe
bentuk asal
Kolongan
Manganitu
Tamako
Siau
Taghulandang
(Bawolle, 1981 dalam Prof. A.B.G.Ratu - Bahasa di Minahasa,Profil Kebudayaan
Minahasa)
Secara umum, bahasa sangihe hanya memiliki tiga dialek yaitu dialek
Sangihe di Pulau Sangihe,dialek Siau di Pulau Siau dan dialek Taghulandang di
Pulau Taghulandang. Pengguna bahasa Sangihe di Minahasa diperkirakan
berjumlah seratus ribu orang ( Profil Kebudayaan Minahasa 1997). Di Bolaang
Mongondow, pengguna bahasa sangihe meliputi beberapa daerah seperti
Pedukuhan Dodap kecamatan Kotabunan, Poigar, Kecamatan Lolak, Pangi kec.
Sang Tombolang, Bintauna, Mokoditek
kec Bolangintang. ( Sastera Lisan
Bolaang Mongondow 1984)
Dalam ilmu Bahasa, huruf adalah perlambang bunyi, untuk menulis aksara
sangihe terdiri dari 18 aksara latin yaitu :
(Decroly Juda,S.Pd,tata bahasa Sangihe,2004).
Sastra Sangihe
Suku Sangihe dimasa lalu tidak mengenal sastra dalam bentuk tulisan tetapi
memiliki banyak sastra lisan. Sastera dalam kehidupan orang sangihe
memiliki makna yang sangat mendalam. Boleh dikata bahwa hidup orang
sangihe mengalir bersamaan dengan sastra lisan, menjadi bagian dari
jiwa,dan menjadi pedoman kehidupan bermasyarakat. Satra sangihe di masa
lalu telah melahirkan aturan terhadap tatanan hidup.
Sastra lisan Sangihe sudah ditulis oleh beberapa orang dari Belanda
terutama para Zending dan pekerja gereja, tapi sampai saat ini buku-buku
tersebut
tidak pernah ditemukan. Sastra lisan sangihe memiliki fungsi
masing masing berdasarkan bentuknya. Dalam penulisan ini, penulis
mencoba memaparkan secara singkat beberapa bentuk sastra dan hasil karya
sastra dari beberapa penggalian yang sudah terinfentarisasi.
Salah satu hal yang mempersulit penginfentarisasian dan
sastra lisan sangihe adalah ;
pengembangan
Tidak adanya sistim pewarisan secara umum. Pewarisan sastera lisan hanya
kepada orang - orang tertentu.
Banyak cerita lisan yang sudah di tulis oleh beberapa pemerhati sejarah
dalam bentuk tulisan lepas selalu disembunyikan.
Tidak adanya kepedulian pemerintah dan pihak terkait untuk mengadakan
penggalian sastera lisan sedalam mungkin dan kemudian membukukannya
secara lengkap.
Hal-hal yang memperkuat tradisi lisan disangihe sehingga mampu bertahan
adalah keutuhan bahasa sangihe, dan merupakan bagian dari adat istiadat.
Bahasa sangihe digunakan oleh suku sangihe yang hanya menggunakan satu
bahasa yaitu bahasa Sangihe. Dalam kehidupan sehari-hari, bahasa Sangihe
mengenal stratifikasi dalam penggunaannya yaitu pembedaan usia lawan
bicara. Bahasa sangihe terbagi dari dua bagian berdasarkan penggunaannya
dalam aktifitas berbudaya dan bermasyrakat yaitu : Bahasa sangihe seharihari dan Bahasa Sangihe sastra yang disebut bahasa sasahara.
Sastra lisan sangihe digolongkan dalam beberapa bentuk yaitu :
Cerita, berupa hikayat raja-raja dan sejarah kerajaan, cerita rakyat dan
dongeng, silsilah raja-raja dan silsilah keluarga.
Prosa
Puisi
Me,bowo
Ungkapan
Hikayat raja-raja
Sejak masa lalu di Sangihe telah berkembang sastera lisan yang menceritakan
kehidupan raja-raja sangihe seperti :
Cerita Raja Gumansalangi dan Putri Konda asa.
Gumansalangi adalah laki-laki yang datang dari luar kepulauan sangihe
yang kemudian bertemu dengan Putri Konda asa atau Sangiang Konda
Wulaeng. Dari pertemuan dua tokoh tersebut melahirkan sistim kerajaan di
kepulauan sangihe.
Cerita Raja Syam Syach Alam dari kerajaan Kendahe yang bersetubuh
dengan
anaknya
sendiri putri Bulaeng Tanding
yang
mengakibatkan
hancurnya Tanjung Maselihe. Dari peristiwa tersebut telah melahirkan suku
baru yang disebut suku Bantik.
Cerita Raja Makaampo yang perkasa dan kejam. Makaampo adalah raja
yang memiliki banyak isteri. Pernah megadakan ekspansi sampai ke daratan
Minahasa dan beberapa kali menghancurkan
pasukan bajak laut dari
Mindanao. Karena
perilaku tersebut akhirnya dikhianati dan dibunuh oleh
pengawalnya sendiri bernama Ambala yang bersekutu dengan Hengkeng u
naung panglima laut dari kerajaan Siau.
Cerita kepahlawanan Raja Bataha Santiago yang tidak mau tunduk pada
kekuasaan VOC. Akhirnya dia dihukum mati pada
tiang gantungan oleh
Sultan Kaitjil Sibori (Prins Amsterdam, sultan Ternate yang diangkat oleh
VOC), atas perintah Robertus Pardbrugge (Gubernur VOC). Kematian Santiago
adalah hasil dari pengkhianatan temannya sendiri bernama Sasebohe dan
Bowohanggima.
Disamping cerita tentang raja-raja terdapat juga cerita kepahlawanan para
pemberani Sangihe yang disebut Bahaning Beoe. Dari sekian banyak cerita
kepahlawanan terdapat beberapa cerita yang melegenda didaerah dimana
cerita itu diceritakan seperti : Cerita tentang Panglima laut Hengkengu naung
dari kerajaan Siau. Cerita tentang Ambala pemberani dari Tamako.
Cerita rakyat dan dongeng.
Ada beberapa cerita rakyat dan dongeng yang sering diceritakan seperti :
Cerita Angsuang bake, raksasa penguasa gunung awu yang marah
mengakibatkan lahirnya gunung api Awu.
dan
Kesusastraan Indonesia membagi puisi dalam dua jenis yaitu puisi lama
dan puisi baru. Karya sastra lisan Sangihe yang digolongkan sebagai puisi
termasuk dalam puisi lama yaitu : Pantun (papantung,medenden), Teka-teki
(tinggung-tinggung atau tatinggung) dan mantra ( orang yang ber mantera
disebut makalanto). Dari tiga
bentuk puisi sangihe yang paling banyak
perbendaharaannya adalah Mantra.
Sampai saat ini masih banyak mantra yang dapat diinfentarisir dari
penduduk sangihe. Perkembangan mantera di kepl. Sangihe melalui dua
periode yaitu Penggunaan mantra dimasa sebelum Islam dan di masa
sesudah Islam. Salah satu kata inti pada mantra sebelum masuknya Islam
adalah kata ruata, sesudah islam masuk muncul penggunaan kata bismillah.
Mantera sangihe
fungsinya yaitu :
digolongkan
menjadi
beberapa bagian
berdasarkan
nitendengi
lawo,suhiwang
Artinya : Sayang si manis saying anak dimanja orang banyak, di pangkuan yang
dibentengi tidak akan mengapa.
(Gideon Makamea,Mempelajari
kekendage,2003)
ungkapan
dan
sastera
daerah,
Sangihe
Ungkapan
Ungkapan sangihe memiliki kedudukan penting dalam semua satera lisan
sangihe. Hampir semua bentuk sastera lisan sangihe memuat ungkapan.
Pada umunya Ungkapan sangihe berfungsi sebagai nasehat, peraturan dan
motifasi hidup.
Contoh ungkapan sangihe yang paling dikenal yaitu :
Somahe kai kehage
Mekaraki pato tumondo mapia, kaeng balang sengkahindo
I akang ganting gaghurang
Nusa kumbahang katumpaeng.
KERAJAAN DI SANGIHE
Sangihe sudah mengenal sistim pemerintahan dalam kehidupan
bermasyarakat
dengan
bentuk
pemerintahan
kerajaan.
Sistim
pemerintahan
kerajaan yang dianut oleh kerajaan-kerajaan di sangihe
merupakan bawaan dari sistim pemerintahan kesultanan yang ada di
Philiphina. Kerajaan mula-mula di bangun atas dasar kemonarkian atau
wangsa, monarki artinya dipimpim oleh satu orang. Kepemimpinan kerajaan
dilakukan oleh satu keluarga yang menurun keanak cucu, berdasarkan
garis keturunan laki-laki.
Diakhir kekuasaan kerajaan Tampungag Lawo, muncullah para kulano dan
Bahaning. Sejak saat itu kedudukan raja diambil alih oleh pemberani, dalam
bahasa sangihe di sebut Kulano atau Bahaning beo e. (di kepulauan Maluku,
Kulano adalah raja).
Jika dilihat dari kata Tampungang Lawo secara luas berarti tempat dimana
terhimpun banyak orang, menunjukkan sebuah demokratisasi telah dibangun
sejak kerajaan tua. Meskipun kekuasaan raja-raja berdasarkan wangsa tetapi
harus menghadirkan banyak orang dalam setiap keputusan. Perubahan sistim
sosial kekerabatan masyarakat sangihe mengalami beberapa perubahan mulai
dari
sistim Patrilineal sejak Gumansalangi Sampai ke Makaampo, sistim
bilateral sejak awal kerajaan Tabukan sampai masa kolonial belanda awal
tahun 1800.Tetapi ada satu masa bersamaan dengan pengaruh kuasa
ampuang ampuang perempuan,
sangihe
pernah
menganut
sistim
kekerabatan Matrilineal yang mengikuti garis keturunan Ibu. Meskipun sistim
kekerabatan pernah berubah-ubah tetapi tanggung jawab setiap keluarga
batih ada pada
gaghurang (orang tua) dimana
suami
ataupun
isteri
bertanggungjawab bersama dalam keluarga. Diperkirakan sistim kekerabatan
dengan mengikuti garis keturunan ayah (patrilineal) mulai berlaku sejak ada
pengaruh eropa di sangihe.
Penggunaan marga atau fam mulai berlaku sejak diberlakukannya hukum atas
tanah. Banyak tanah disangihe yang tidak bertuan. Hal ini dipengaruh olah
sistim perbudakan dan kekuasaan raja yang mutlak dimasa lalu sampai
kemudian muncul tanah-tanah family. (di Minahasa dikenal dengan tanah
Kalakeran). Masyarakat sangihe hanya mengenal tanah family berdasarkan
marga keturunan, tanah family kerajaan dan tanah tanah bebas (tidak
bertuan).
Tingkatan sosial masyarakat sangihe menurut D. Brillman adalah :
Bangsawan, terdiri dari raja-raja, jogugu dan keluarganya.
Warga-warga yang bebas
Budak yang dimerdekakan
Para budak.
Keturunan raja termasuk
dalam golongan hokowalumpulo, keturunan
bangsawan termasuk dalam golongan hokolimampulo, rakyat biasa termasuk
dalam golongan hokotalumpulo, budak digolongkan sebagai allangga. Struktur
pemerintahan kerajan sangihe adalah :Tingkatan paling tinggi raja yang
disebut datu.Tingkatan kedua adalah bobato pimpinan daerah dibawah
kerajaan atau setingkat dengan adipati. (adipati adalah jabatan setingkat
bupati dalam tradisi jawa). Tingakatan ke tiga Opo Lao atau Kapiten Laut
(ensiklopedia Indonesia)
Struktur pemerintahan kerajaan di sangihe pada masa VOC, mulai dari yang
tertinggi sampai yang terendah.
Raja yang disebut datu
Bobato (termasuk presidenti raja /pejabat raja sementara)
Jogugu
Presidensi Jogugu (bila diperlukan)
Kapiten laut (laksamana)
Mayore (Mayore gaguwa atau Mayore labo)
Hukum Mayore
Sadaha
Kapita
Sangaji
Kumelaha
Sawehi (dukun)
Mihinu ( Tukang palakat)
yang berhubungan
Timbangsehiwu. ( Dari sumber cerita lisan lain, Raja terakhir kerajaan Sahabe
adalah Pontowuisang, yang memperisteri Belisehiwu. Pontowuisang adalah raja
siau yang menyuruh Hengkengunaung untuk membunuh Makaampo).
Kedatuan Tampungang lawo di Salurang
(1400 1500 an )
Kerajaan ini didirikan oleh Kulano Bulegalangi (putra dari Melintangnusa), yang
berpusat di Salurang. Wilayah kekuasan kerajaan Tampungang lawo di
salurang mulai dari tanjung lehe ke pungu watu, termasuk pulau-pulau
marore, kawio, kemboleng, memanu, matutuang, dan dumarehe. Pemerintahan
Bulegalangi dibantu oleh anaknya bernama Matandatu yang juga sebagai
panglima perang.Setelah wafatnya Bulegalangi, kekuasaan raja diganti oleh
puteranya Matandatu . Pemerintahan Matandatu dibantu oleh anak-anaknya,
Makalupa, Ansiga, Tangkaliwutang dan saudara perempuan mereka Talongkati.
Talongkati adalah anak yang paling berani sehingga mendapat gelar Bawu
Mahaeng.
Salah
satu
anak
dari Matandatu bernama Tangkuliwutang kemudian
memperanakan Makaampo Wewengehe. Makaampo lahir pada tahun 1510 di
Rainis (Talaud) dari ayah bernama Tangkuliwutang dan ibu bernama Nabuisang
(dari Talaud). Nabuisang adalah anak dari Saselabe (di taghulandang) dengan
isterinya Putri Din (perempuan dari bangsa jin). Makaampo dilahirkan kembar,
dan kembarannya adalah seekor ular bernama Uri Makaampo. Isteri pertama
Makaampo adalah Marinsai.( H.Juda Manga wkeng Asa u Tau Sangih
).
Setelah dewasa makaampo memperisteri Marinsai orang Bowongkalumpang
anak dari Bolinsangiang, Makaampo meninggalkan perempuan tersebut karena
kedapatan
berselingkuh
dengan
laki-laki lain. Seterusnya Makaampo
memperisteri Rampeluseke seorang
perempuan
dari Salurang, kemudian
memperisteri dua orang kakak beradik Somposehiwu dan Timbangsehiwu.
Sejak memperisteri Somposehiwu dan Timbangsehiwu berakhir pula kerajaan
Tampungan lawo di salurang.
Latar belakang meluasnya
adalah sebagai berikut :
perebutan
wilayah
kekuasaan oleh
Loloda Mokoagow pada kurun waktu tahun 1644-1674. Penduduk kerajaan ini
adalah orang sangihe (Graafland, Minahasa masa lalu
dan masa kini,
terjemahan Joost Kulit.) Menurut Catatan Robertus Padburgge,1867, Kerajaan
ini hancur akibat perang berkepanjangan dengan Kerajaan Bolaang.
Kerajaan Kolongan.
Kerajaan
ini menggantikan
kedudukan
kedatangan Eropa, kerajaan ini Diperintah
pertengahan tahun 1500.
kedatuanMangsohoang. Diawal
oleh
raja Pontoralage pada
Kerajaan Siau.
Diawal kedatangan Bangsa Eropa, Kerajaan ini Dibawah kekuasaan Raja
Passuma. Masa pemerintahan Pasumah tahun 1540-1575. Raja
Passuma
meninggal
tahun 1587,dan
diganti
oleh
anaknya Don Jeronimo
(Pontowuisang / Betewiwihe)Tanggal 16 Agustus 1593,Don Jeronimo
mengucapkan sumpah setia kepada pemerintah Spanyol di Manila melalui
gubernur
Spanyol
Gomez
Perez
Dasmarinas.
Don
Jeronimo
memperanakanWinsulangi. Tahun 1619, Raja Winsulangi dibaptis di Paseng dan
menjadi Don Jeronimo Winsulangi. (D.Brillman,Zending di Kepl.Sangi
dan
Talaud). Don jeronimo Winsulangi diganti oleh anaknya Batahi, 1642-1678.
Pusat kerajaan dipindahkan dari Paseng ke Pehe.
Kerajaan Tabukan,
Raja yang memerintah kerajaan tabukan dimasa awal kedatangan bangsa
Eropa adalah raja Wuateng sembah (Pahawuateng). Kerajaan ini berpusat di
Sahabe. Wuateng
memperisteri Tasikoa,putri Ratu
Lohoraung
dari
Taghulandang. Wuateng sembah diganti oleh anaknya Markus Vasco da Gama.
(Gamang Banua). Raja ini memerintah disaat Spanyol masuk di Tabukan.
Periode ke dua
Kerajaan Tahuna dengan nama lain Malahasa,
Berpusat di bukide Tahuna. Kerajaan Tahuna didirikan oleh raja Tatehewoba
(Ansawuwo) putra raja Pontoralage tahun 1580 1625. Tatehe memperisteri
Doloweli anak dari Makaampo dengan isteri Timbangsehiwu. Tatehewoba diganti
oleh anaknya Buntuang,
lau diganti lagi
oleh anaknya
Don Marthin
Tatandangnusa.
Kerajaan Kendahe dengan nama lain Malinggaheng, berpusat di Makiwulaeng.
Raja pertama kerajaan kendahe bernama Egaliwutang (Mehegalangi) putra
dari Sultan Ahmad di Mindanao. Memerintah tahun 1600-1640. Egaliwutang
diganti oleh anaknya Wuisan. Raja Wuisan pindah ke Minahasa sejak kembali
dari Mindanao setelah mengetahui isterinya sudah kawin dengan orang lain.
Keberadaannya di Minahasa tidak diketahui. Kedudukan raja Wuisan diganti
oleh anaknya Syam Syach Alam.
2
Abay D. Subarna dan Tim, Sistim Tulisan dan
Pendidikan Seni Nusantara2006
3
Kaligrafi, Lembaga
4
Bustanuddin
Agus,Agama
dalam
kehidupan
antropologi agama.PT. Raja Grafindo Perkasa.2006
manusia,pengantar
5
Cut Kamaril Wardani,Ratna Panggabean,Tekstil,Lembaga Pendidikan Seni
Nusantara,2005
6
D.Brillman, Zending di Kepulauan
Sinode GMIST,1986
Sangi dan
Talaud.(terjemahan)BPH
10
11
12
13
14
15
Gideon Makamea, Prospek Budaya Dan
Kepulauan Sangihe dan Talaud. 2008
16
17
18
Irwansyah
Nusantara,2005
Harahap, Alat
Musik
19
20
21
22
23
Kenneth
Sangih
24
25
Makalah Seminar, Budaya Bahari Dalam Tradisi Lisan Daerah Satal,Paul
Nebath,Tahuna,2004
26
27
28
29
30
31
Prof.Dr.J.Turang,dkk. Profil Kebudayaan
Minahasa,1997
32
33
34
35
36
37
Toponimi,cerita rakyat dan data sejarah dari kawasan
utara,Diknas Kab.Kepl.Sangihe.
38
perbatasan nusa
39
Metty M. Bawelle, Pengaruh sponsor Terhadap Pengembangan seni
Masamper di Kecamatan Malalayang Kotamadya Manado
DAFTAR NARA SUMBER
NO
ALAMAT
Gidion Makamea
Tahuna
Bpk Mahare
Biru
M. Madonsa Tahuna
R. Radangkilat (alm)
Cerita Gumansalangi
Tamo
Sejarah Kerajaan
Cerita Apapuhang
5
Bpk Barahama
Karatung I
Cerita Santiago
Bpk Letunggamu
Pananaru
Cerita Dumpaeng
Ibu Antarani
Pananaru
Tari Gunde
10
Bpk. A. Sinadia
11
Tamo
Kauhis
Silsilah Sinadia
Perahu Sangihe
12
H. Galangbulaeng Karatung II
13
K. Mare
14
Wawu Mawira
Manganitu
Kehidupan Istana
15
Manganitu
16.
R. Sianaeng Tahuna
17
Umbure Kalengghihang
Manumpitaeng
18
Bpk Malemboris
Karatung I
Perahu Sangihe
Masamper
Manumpitaeng
Upacara Sundeng
source : http://budaya-indonesia.org/SEJARAH-SANGIHE/
Pulau Sangihe (Pulau Sangihe Besar)
Maskapai Wings Air di Bandara Naha Sangihe Tahuna sebagai ibukota
Kabupaten Kepulauan Sangihe telah berbenah untuk menunjukkan jati di...
Pantai Tanjung Lelapide Tamako
Foto by okezone.com Wisatawan berfoto saat akan menyaksikan matahari
tenggelam (sunset) di Tanjung Lelapide, Tomako, Kabupaten ...
Tanjung Bebu
View Tanjung Bebu dari arah laut Photo by Syarta Tanjung bebu berada di
Kampung Bebu Kecamatan Tamako Sangihe. Eksostisme alam yang ...
Pulau Dakupang
Pulau Mendaku dan Dakupang yang bersebelahan.. Photo by Syarta Pulau
Dakupang [Photo by sangiheislands.weebly.com] Pulau Dakupan...
Puncak Pusunge
Berada diketinggian dengan pemandangan teluk dan kota Tahuna, puncak
pusunge kampung Lenganeng Tabukan utara. ditemani hembusan kabut da...
Kota Tahuna
Tahuna sebagai ibukota Kabupaten Kepulauan Sangihe telah berbenah untuk
menunjukkan jati diri sebagai Ibukota Kabupaten yang juga di Kate...
Kerajaan Maselihe
Air Terjun yang langsung ke laut Photo by Badan Perbatasan Ssangihe
Kecamatan Kendahe, dulunya merupakan sebuah kerajaan Kendahe ...
Pantai Marahi Salurang