Anda di halaman 1dari 13

BAB IV Phylum Protozoa

Paleontologi

Phylum Protozoa
4.1 Phylum Protozoa

Phylum Protozoa berasal dari kata Protos (bersel satu) dan Zoon (kehidupan).
Jadi Phylum Protozoa dapat di artikan Kehidupan bersel satu. Ciri-ciri : Umur
pendek, tapi pertumbuhan cepat. Morfologi : Tubuhnya terdiri dari 1 inti & 1
plasma
Dalam beberapa anggota keluarganya, pada tubuhnya terdapat bagian keras
yang berfungsi sebagai pelindung, disebut Test atau Cangkang Golongan ini
dijumpai sebagai fosil.

4.2 Ciri-ciri / Sifat khas Phylum Protozoa


1. Monoseluler
2. Belum memiliki bagian sistem organik
3. Dapat hidup di segala habitat
4. Jumlah individu jauh lebih banyak dari Phylum lainnya
5. Ukuran tubuh dari 1- 2 mm atau lebih kecil, tetapi ada juga yang
berukuran + 75 mm
6. Memiliki pergantian generasi di dalam perkembangannya
7. Golongan tumbuhan & binatang
8. Hidup secara soliter dan beberapa secara koloni

4.3 Tempat Hidup, Cara Hidup, Makanan, Perkembangan, Alat Gerak,


dan Fungsi Phylum Protozoa
4.3.1 Tempat Hidup
Parasit : Di dalam tubuh hewan lain
Di Alam : Lingkungan Air (asin, payau) dan Lingkungan Darat (air tawar)
4.3.2 Cara Hidup
Secara koloni & ada pula soliter

32

BAB IV Phylum Protozoa

Paleontologi

4.3.3 Makanan
Unsur-unsur organik
4.3.4 Perkembangbiakan
o

Sexual

Asexual

4.3.5 Alat Gerak


Bergerak dengan menggunakan, antara lain:
1. Pseudopodia (kaki semu)
2. Flagella (cambuk)
3. Ciliata (rambut)
1

Gambar 13. Alat Gerak Protozoa

4.3.6 Fungsi
Fungsi dari phylum ini adalah untuk menentukan lingkungan sedimentasi

4.4 Klasifikasi Protozoa


4.4.1 Kelas Sarcodina, terdiri dari 7 Ordo, yaitu :

Ordo Protomixa

Ordo Mycetozoa

Ordo Amoebina

Ordo Testacea

Ordo Foraminifera

Ordo Heliozoa

Ordo Radiolaria

33

BAB IV Phylum Protozoa

Paleontologi

Golongan Sarcodina ini dicirikan dengan menggunakan kaki semu (pseudopodia)


sebagai alat geraknya dan memiliki sifat berdinding keras (ada yang tidak). Dari
7 Ordo ini, hanya Foraminifera, Heliozoa dan Radiolaria yang mempunyai bagian
yang keras (Test), sehingga dapat menjadi fosil
4.4.2 Kelas Mastigopora (Jarang dijumpai sebagai fosil), terdiri dari 10 Ordo,
yaitu :
Ordo Chrysomonadina
Ordo Cryptomonadina
Ordo Pyromonadina
Ordo Englenoidina
Ordo Chloromonadina
Ordo Dinoflagellata
Ordo Rhizomastigina
Ordo Protomonadina
Ordo Hypermastigina
4.4.3.Kelas Sporozoa ;
Hidup parasit & tidak mempunyai bagian yang keras
4.4.4.Kelas Ciliata ;
Hidup parasit seperti sporozoa & tidak juga mempunyai bagian yang keras,
bergerak dengan bulu getar (ciliata)
4.4.5.Kelas Suctoria :
Hidup parasit & tidak mempunyai bagian yang keras

4.5 Ordo Foraminifera


Dari phylum protozoa, khususnya foraminifera sangat penting dalam geologi
karena memiliki bagian yang keras dengan ciri masiing-masing foram, antara
lain:
4.5.1

Planktonik (mengambang),

Ciri-ciri :

Susunan kamar trochospiral

34

BAB IV Phylum Protozoa

Bentuk test bulat

Komposisi test Hyaline

Paleontologi

Foraminifera planktonik jumlah genusnya sedikit, tetapi jumlah spesiesnya


banyak. Plankton pada umumnya hidup mengambang di permukaan laut dan
fosil plankton ini dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah geologi,
antara lain :

Sebagai fosil petunjuk

Korelasi

Penentuan lingkungan pengendapan

Foram plankton tidak selalu hidup di permukaan laut, tetapi pada kedalaman
tertentu ;

Hidup antara 30 50 meter

Hidup antara 50 100 meter

Hidup pada kedalaman 300 meter

Hidup pada kedalaman 1000 meter

Ada golongan foraminifera plankton yang selalu menyesuaikan diri terhadap


temperatur, sehingga pada waktu siang hari hidupnya hampir di dasar laut,
sedangkan di malam hari hidup di permukaan air laut. Sebagai contoh adalah
Globigerina pachyderma di Laut Atlantik Utara hidup pada kedalaman 30
sampai 50 meter, sedangkan di Laut Atlantik Tengah hidup pada kedalaman 200
sampai 300 meter
4.5.2

Benthonik (di dasar laut),

Ciri-ciri :

Susunan kamar planispiral

Bentuk test pipih

Komposisi test adalah aglutine dan aranaceous

Fosil foraminifera benthonik sering dipakai untuk penentuan lingkungan


pengendapan, sedangkan fosil foram benthonik besar dipakai untuk penentuan
umur. Fosil benthonik ini sangat berharga untuk penentuan lingkungan purba.
Foraminifera yang dapat dipakai sebagai lingkungan laut secara umum adalah :

35

BAB IV Phylum Protozoa

Paleontologi

Pada kedalaman 0 5 m, dengan temperatur 0-27 derajat celcius,


banyak dijumpai genus-genus Elphidium, Potalia, Quingueloculina,
Eggerella, Ammobaculites dan bentuk-bentuk lain yang dinding
cangkangnya dibuat dari pasiran.
Pada kedalaman 15 90 m (3-16 C), dijumpai genus Cilicides,
Proteonina, Ephidium, Cuttulina, Bulimina, Quingueloculina dan
Triloculina.
Pada kedalaman 90 300 m (9-13 oC), dijumpai genus Gandryna,
Robulus, Nonion, Virgulina, Cyroidina, Discorbis, Eponides dan
Textularia.
Pada kedalaman 300 1000 m (5-8 C), dijumpai Listellera, Bulimina,
Nonion, Angulogerina, Uvigerina, Bolivina dan Valvulina

Gambar 14. Skema Kehidupan & Kelimpahan Foraminifera di Laut

4.6 Morfologi Foraminifera


Bentuk luar foraminifera, jika diamati dibawah mikroskop dapat menunjukkan
beberapa kenampakan yang bermacam-macam dari cangkang foraminifera,
meliputi :

36

BAB IV Phylum Protozoa

Paleontologi

Dinding, lapisan terluar dari cangkang foraminifera yang berfungsi


melindungi bagian dalam tubuhnya. Dapat terbuat dari zat-zat organik
yang dihasilkan sendiri atau dari material asing yang diambil dari
sekelilingnya.

Kamar, bagian dalam foraminifera dimana protoplasma berada.

Protoculum, kamar utama pada cangkang foraminifera.

Septa, sekat-sekat yang memisahkan antar kamar.

Suture, suatu bidang yang memisahkan antar 2 kamar yang berdekatan.

Aperture, lubang utama pada cangkang foraminiferra yang berfungsi


sebagai mulut atau juga jalan keluarnya protoplasma
C

D
B

C
D
C

A
B

Keterangan :
A : Proloculus
B : Kamar
C : Aperture
D : Suture

37

BAB IV Phylum Protozoa

Paleontologi

E : Umbilicus

Osangularia insigna secunda


Osangularia insigna secunda

Chrysalogonium californiensia

Chrysalogonium californiensis

Orbulina universa

Orbulina universa

Elphidium macellum

Elphidium macellum

Hantkenina alabamensis

Hantkenina alabamensis

Globigerinoides rubery

Globigerinoides rubery

38

BAB IV Phylum Protozoa

Bolivina lepida

Globigerinoides sacculifer

Bolivina exilicostata

Paleontologi

Globorotalia menardii

Cristellaria kemperi

Eoglobigerina operta

39

BAB IV Phylum Protozoa

Paleontologi

Heterohelix pulchra

Vaginulinopsis mexicana kerni

Vaginulina bernardi

Nodogenerina tappani

Nonionella opima

Lagena striata

Gambar 14. Contoh Fosil Foraminifera

40

BAB IV Phylum Protozoa

Alveolina sp

Paleontologi

Nummulites sp

Discocylina marginata

Helicolepidina of nortoni

Gambar 15. Fosil Foraminifera besar

4.7 Ordo Radiolaria

41

BAB IV Phylum Protozoa

Paleontologi

Radiolaria merupakan salah satu kelompok yang sangat menarik untuk dipelajari
dari Phylum Protozoa. Kehidupan radiolaria berada pada daerah pelagic atau
laut dalam dan hidup dalam endoskeleton yang komplek. Tubuh radiolaria
terbentuk dari silika dengan bentuk yang sering dijumpai berupa bentuk simetri
membulat dan sangat indah. Penggambaran dari radiolaria yang terkenal telah
dibuat oleh Ernst Haeckel (berkebangsaan jerman) dan dipublikasikan dalam
buku Die Radiolarien (Berlin, 1862) serta koleksi-koleksi dari fosil ini oleh Ernst
Haeckel dibuat dalam Report on the Radiolaria pada tahun 1873-1876

4.8 Morfologi Ordo Radiolaria


Radiolaria juga merupakan salah satu
dari jenis planktonik dan pertama kali
muncul sejak zaman Pra-Kambrian serta
merupakan salah satu jenis oraganisme
yang pertama kali muncul. Radiolaria
termasuk dari organisme jenis uniceluler
dan

memiliki

cangkang

dengan

komposisi dari silika. Radiolaria hidup


pada lingkungan marine atau laut dan
hidup dengan baik secara individual
maupun secara koloni.
Secara formal, radiolaria termasuk dari Phylum Protozoa, Subphylum Sarcodina,
Klas Actinopoda, subklas radiolaria. Radiolaria terdiri dari 2 ordo besar, yaitu
Phaedaria dan Polycystina. Phaedaria merupakan jenis radiolarian yang memiliki
cangkang dari silica yang bercampur dengan material organic, artinya tidak murni
berkomposisi silica, sedangkan Polycystina merupakan jenis radiolaria yang
memiliki cangkang dengan komposisi cangkang dari silika murni (umumnua
opal). Jenis Polycystina ini yang sangat banyak terekam dalam batuan karena
komposisi cangkangnya yang berupa silika murni. Polycystina terbagi 2 suborder, yaitu Spumellaria dan Nassellaria

42

Actinomma sp

Triactoma hexeris

BAB IV Phylum Protozoa

Paleontologi

Actinomma sp

Lamprocyclas maritalis

Triactoma hexeris

Pterocanium praetaxum

Lamprocyclas maritalis

Pterocanium praetaxum

Acanthoicircus tympanum
Acanthoicircus
tympanum

Halesium riacanthum
Halesium
triacanthum

Gambar 16. Contoh Fosil Radiolaria

43

BAB IV Phylum Protozoa

Paleontologi

Gambar 17. Radiolaria Masa Kini

44

Anda mungkin juga menyukai