Anda di halaman 1dari 41

PALEONTOLOGI

POKOK BAHASAN :

PHYLUM
PROTOZOA
Bacaan Wajib :
• Adisaputra, M. K., Penentuan Umur Berdasarkan
Biometri dan Lingkungan Pengendapan Tersier-
Kuarter, P3G, Bandung
• Lof, P., 1985, Elsevier’s Invertebrate Fossils Charct,
Elseviers Science Pubishe, B. V., Amsterdam
• Moore , R.C, Lalicker, C. G., and Fischer, A. G., 1952,
Invertebrate Fossils, Mc Graw Hill Book Co. Inc., New
York, 766 p.
• Pringgoprawiro, H., Kapid, R., Barmawidjaja, D.M.,
dkk, 1994, Foraminifera, Mikrofosil, Laboratorium
Mikropaleontologi, ITB, 147 hlm.
• Schrock, R.R., and Twenhofel, W. H., 1953, Principles
of Invertebrate Paleontology, Mc. Graw Hill Book Co.
Inc, New York, 816 p.
Bacaan Anjuran :
• Adams, C. G, 1970, A Consideration of the East India
Letter Classification of Tertiary, Bulletin of British
Petroleum (Natural History), Geology, Volume 19 no.
3
• Haynes, John. R., 1981, Foraminifera, Macmillan
Publishers LTD, London and Basingstoke
Pengertian Klasifikasi dan Nomenklatur

Klasifikasi diartikan sebagai suatu aturan yang


mengelompokkan benda-benda ke dalam
kategorinya masing-masing. Maksud dari pada
klasifikasi adalah penyederhanaan. Dalam
pengertian klasifikasi organisma, hal-hal yang
diperhatikan adalah hubungan genetika antara
yang satu dengan lainnya melalui taraf-taraf
evolusi.
• Henry Woods, pada tahun 1958 telah membahas secara
praktis mengenai 9 phyla dalam klasifikasi hewan. Ke-9
phyla tersebut adalah :
• Kingdom  Sub Kingdom
• Branch  Sub Branch
• Grade  Sub Grade
• Phylum  Sub Phylum
• Class  Sub Class
• Ordo  Sub Ordo
• Super – Family  Family
• Genus  Sub Genus
• Species  Sub Species

• Dalam pembahasan paleontologi, biasanya klasifikasi


dimulai dari Phylum hingga species.
Nama organisma tersebut umumnya
mengggunakan Bahasa Latin yang biasa dipakai
dalam hal-hal ilmiah. Seorang ahli bangsa
Swedia, Carl Von Linne (1707 – 1778), telah
memperkenakan sistem Binomial Nomenclature
atau sistem penamaan binomial (dua nama)
pada organisma; yaitu :

1. Nama Pertama adalah Nama Genus, huruf


pertama huruf besar, contoh : Globigerinoides
2. Nama kedua adalah Nama Species, huruf
pertama huruf kecil, contoh : immaturus

Jadi nama organisma tersebut adalah


Globigerinoides immaturus
PENDAHULUAN
• Protozoa berasal dari kata protos yang artinya pertama dan zoon yang artinya
binatang. Arti protozoa adalah binatang bersel satu, mempunyai bentuk
tubuh yang sangat kecil serta tidak terbagi-bagi menjadi apa yang dinamakan
organic system, karena termasuk binatang tingkat rendah. Sifat-sifat tersebut
langsung memisahkan antara golongan Protozoa dan Metazoa.
• Sebagian besar Phylum Protozoa terdiri dari satu sel atau lebih, berukuran
antara 1  hingga beberapa milimeter, meskipun ada juga diantaranya yang
mempunyai ukuran hingga 75 mm. Sel-selnya tidak pernah membentuk
jaringan, akan tetapi hanya terdiri dari protoplasma dengan sebuah inti
(nucleus), bergerak dengan pseudopodia (kaki semu), yakni dengan
mengeluarkan sebagian protoplasmanya membentuk jari. Pseudopodia ini
dipergunakan juga untuk menangkap mangsanya.
• Protozoa merupakan binatang yang dapat hidup di segala habitat, mulai dari
dasar samudra hingga rawa-rawa, bahkan hingga di dalam usus manusia.
Pada umumnya golongan ini hidup secara soliter, tetapi ada juga yang hidup
berkoloni. Jumlahnya sangat banyak melebihi phulum-phylum lainnya. Cara
perkembangbiakannya sangat khas, dengan pembiakan secara seksual dan
aseksual yang dilakukan bergantian.
KLASIFIKASI PHYLUM PROTOZOA

Secara garis besar, phylum ini dapat dibagi


menjadi 4 (empat) klas, yaitu :
• Klas Mastigphora
• Klas Sarcodina
• Klas Sporozoa
• Klas Ciliata
KLAS MASTIGPHORA
Golongan binatang ini bersel satu, mempunyai bentuk
tetap, dengan satu protoplasma dan beberapa nucleus,
mempunyai satu atau dua buah flagel yang melekat pada
sel, gunanya untuk bergerak. Jenis binatang ini hidup di air
tawar atau di air laut secara planktonik, bebas atau
parasitik.
a. Ordo Chysomonadida

b. Ordo Dinoflagellida

c. Ordo Silicoflagellida

d. Ordo Choanoflagellida
KLAS SARCODINA
Sarcodina berasal dari kata sarcod yang berarti
protoplasmic body. Binatang ini bergerak dengan
memproyeksikan protoplasma yang dinamakan
pseudopodia, terbagi menjadi 2 sub-klas, yaitu :

a. Sub-klas Rhyzopoda, pseudopodia golongan ini


berbentuk benang-benang yang berpola filosa
(berbentuk kecil tipis dan halus) , lobosa (berbentuk
jari-jari) dan anastomosing (bercabang tertutup
seperti jala).
Sub-klas ini terdiri atas 3 ordo :

i. Ordo Amoebida, memiliki pseudopodia lobosa atau


yang dinamakan lobopodia
ii.Ordo Testacida, salah satu yang termasuk ordo ini
adalah amoeba yang dibungkus test tunggal yang
tersusun dari partikel-partikel asing dan pelat-pelat
halus dari silika. Pada umumnya hidup di air tawar.
iii. Ordo Foraminifera, yang memiliki cangkang (=test)
dengan pseudopodia berbentuk reticulate (seperti
jala). Ordo ini terdiri dari 50 famili. Hidup di laut
secara planktonik dan bentonik.
b. Sub-klas Actinopoda, golongan ini mempunyai
pseudopodia yang memancar secara radier dari
pusat tubuhnya. Sub-klas ini terdiri atas 2 ordo :
i. Ordo Radiolaria, umumnya mempunyai bentuk seperti
bola atau setengah bulat, memiliki rangka yang tersusun
dari silika atau strontium sulfat, hidupnya di laut terbuka
secara planktonik, jumlahnya banyak dan beraneka
macam, tetapi sedikit fosil-fosilnya yang diketahui.
Golongan binatang ini dibedakan dengan golongan
binatang yang lainnya karena memiliki selaput central
capsul, berlubang-lubang.
ii. Ordo Heliozoa, golongan ini berbentuk seperti bola,
memiliki pseudopodia berbentuk radier, keras dan tidak
mengarah ke reticulate atau sumbu, tubuhnya terbungkus
mantel yang gelatinous dengan atau tanpa duri. Sedikit
elemen rangka tersusun dari silika, fosil-fosilnya tidak
diketahui.
KLAS SPOROZOA
Golongan ini merupakan protozoa berspora,
tidak dapat bergerak sendiri, tidak mempunyai
cilia atau flagel, tidak mempunyai bagian-
bagian yang keras. Kebanyakan hidupnya
parasitis dan ada yang terdapat di usus
manusia. Tidak ada fosil-fosilnya
KLAS CILIATA
Golongan binatang ini memiliki cilia yang
meliputi seluruh permukaanya . Dinding
selnya mempumyai bentuk tetap, yakni
protoplasma dengan satu atau beberapa
nucleus, mempunyai cangkang yang
terbentuk dari zat organic serta melekatkan
partikel-partikel asing. Hidup di semua jenis
air baik secara bebas maupun parasit.
ORDO FORAMINIFERA

Ordo ini sangat penting dalam bidang paleontologi,


khususnya mikropaleontologi karena sering
membentuk fosil-fosil dalam jumlah yang sangat
besar pada batuan sedimen. Hal ini disebabkan
karena golongan ini mempunyai daya untuk
membentuk rangka/test, sehingga dapat terawetkan
dengan baik dalam jumlah banyak. Ukuran tubuhnya
sangat kecil antara 1  hingga 5 mm, walau ada salah
satu golongannya berukuran hingga 75 mm
(Fusulina).
Morfologi Bagian Lunak dan Bagian Keras
• Protoplasma dari ordo foraminifera terdiri dari
endoplasma dan eksoplasma. Karakter dasar dari
foraminifera adalah adanya cangkang/test yang
membentuk kamar-kamar yang dihubungkan oleh pori-
pori halus (foramen). Pseudopodia (kaki semu) berfungsi
untuk menangkap makanan yang kemudian dimasukan ke
dalam lubang-lubang utama/apertur.
• Siklus perkembangbiakan foraminifera dapat berlangsung
secara aseksual dan seksual
• Adanya bentuk megalosfer dan mikrosfer dalam satu
spesies, disebut sebagai diamorfisme
• Observasi pertama dari pengamatan foraminifera adalah
melihat bentuk cangkangnya, yang biasanya terdiri atas
sebuah atau lebih kamar yang satu sama lain dibatasi oleh
sekat-sekat atau septa
DINDING CANGKANG FORAMINIFERA
a. Dinding khitin/tektin
Merupakan dinding yang paling primitif, terbuat
dari zat organik yang menyerupai zat tanduk,
fleksibel dan transparan, biasanya berwarna
kuning dan tidak berpori. Foraminifera berdinding
ini jarang ditemukan fosilnya kecuali golongan
Allogromidae. Dalam perkembangan selanjutnya
dinding khitin/tektin akan berubah menjadi
dinding agglutinin/arenaceous dengan
mengumpulkan material-material asing dari
sekitarnya dan kemudian direkatkan ke bagian
luar tubuhnya.
b. Dinding agglutinin/arenaceous

Yaitu dinding yang terbuat dari material-material


asing yang direkatkan satu sama lainnya dengan
semen. Berdasarkan kualitas, ukuran, bentuk dari
material yang dipergunakan dapat dibedakan menjadi
: dinding arenaceous (jika material asingnya terdiri
dari butir-butir pasir saja) dan dinding agglutinin
(material asing terdiri dari bermacam-macam
material seperti mika, sponga-spikulae, dinding
foram, Lumpur dan sebagainya. Biasanya dinding ini
melapisi lapisan khitin di dalamnya. Dinding
agglutinin misalnya Reophax sp., Ammobaculites
agglutinans; dinding arenaceous misalnya :
Psa,,osphaera sp.
c.Dinding silikaan (siliceous)

Dapat dihasilkan oleh organisme itu sendiri atau


dapat juga merupakan mineral sekunder dalam
pembentukannya. Contoh : golongan
Ammodiscidae, Hyperamminidae dan beberapa
spesies dari golongan Miliolidae.
d. Dinding Gampingan

Dibedakan menjadi dinding porselen dan hyaline. Dinding


porselen terbuat dari zat gampingan, tidak berpori,
memperlihatkan kenampakan seperti porselen, dengan
sinar langsung (episkopik) berwarna amber. Contoh :
Golongan Miliolidae seperti Quinqueloculina , Triloculina
sp, Pyrgo dan Golongan Peneroplidae seperti Peneroplis,
Sorites, Orbitolites. Dinding Hyalin (Vitrocalcarea)
merupakan dinding gampingan yang bersifat bening dan
transparan, dan merupakan dinding yang umum dimiliki
oleh foraminifera. Contoh : Anomalina, Planulina dan
Cibicides. Selain kedua jenis dinding ini terdapat jenis
dinding gampingan yang granular (terdiri dari kristal-kristal
kalsit yang granular) dan kompleks, seperti Bradyina dan
golongan Fusulinidae.
BENTUK CANGKANG
Dalam Pringgoprawiro, dkk (1994) juga dibahas
bahwa foraminifera membentuk cangkang (test) yang
biasanya terdiri dari satu atau beberapa kamar.
Berdasarkan jumlah kamar yang dipunyainya,
dibedakan menjadi :
a. Monothalamus test : cangkang foraminifera yang
terdiri dari 1 kamar (uniloculer)
b. Polythalamus test : cangkang foraminifera dengan
banyak kamar (multiloculer)
• Bentuk bulat/spherical globular misal : Saccammina,
Psammosphaera, Pilulina.
• Bentuk botol/flask-shaped misal : Lagena.
• Bentuk tabung misal : Bathysiphon, Hyperammina,
Hyperaminoides.
• Bentuk kombinasi botol dan tabung misal :
Entosolenia.
• Bentuk yang terputar satu bidang misal : Cornuspira,
Ammodiscus.
• Bentuk planispiral pada awalnya, kemudian terputar
tidak teratur misal : Psammaphis, Orthovertella.
• Bentuk planispiral kemudian lurus misal :
Rectocornuspira.
SUSUNAN CANGKANG
a. Uniformed test, terdiri dari satu macam susunan
kamar, misal : Nodosaria, Bolivina, Uvigerina.
b. Biformed test, terdiri dari dua macam susunan
kamar yang berbeda, misal: Heterostomella dan
Cribrostomum yang pada awalnya mempunyai
susunan triserial kemudian menjadi biserial pada
akhirnya.
c. Triformed test terdiri dari tiga susunan kamar yang
berbeda, misal : Vulvulina dan Semitextularia yang
pada awalnya biserial kemudian terputar dan
akhirnya uniserial.
d. Multiformed test terdiri dari lebih dari tiga macam
susunan kamar
APERTUR
Apertur adalah lubang utama pada cangkang
foraminifera yang biasanya terletak pada bagian
kamar terakhir. Apertur ini berupa sebuah lubang
yang berfungsi untuk memasukkan makanannya dan
juga untuk keluarnya protoplasma. Dengan demikian,
apertur ini memegang peranan penting bagi
kehidupan foraminifera itu sendiri maupun untuk
kepentingan klasifikasi. Dari penelitian terakhir, tidak
semua foraminifera mempunyai apertur, terutama
golongan foraminifera besar yang akan dibahas lebih
lanjut.
CARA HIDUP
Berdasarkan pada cara hidupnya, foraminifera
dibedakan menjadi :

a. Plankton, hidupnya terapung, tidak mempunyai


daya sendiri, mengikuti arus dan gelombang laut,
berukuran kecil. Contoh Globigerina, Orbulina

b. Benthos, hidupnya terbatas di dasar laut. Untuk


kepentingan praktis, dibedakan berdasarkan
ukurannya, yaitu :
- Foraminifera kecil
- Foraminifera besar

Anda mungkin juga menyukai