Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN INTRANATAL

DENGAN MASALAH : SOLUSIO PLASENTA

OLEH :
DANA CHRISDAYANTI
I 4051161047

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2016

LAPORAN PENDAHULUAN SOLUSIO PLASENTA


A. PENGERTIAN
Solusio plasenta (abrubtio plasenta) adalah lepasnya sebagian atau seluruh plasenta
dimana pada keadaan normal implantasinya diatas 22 minggu dan sebelum lahirnya anak.
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada fundus uteri/korpus
uteri sebelum janin lahir (PB POGI,1991).
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada
uterus sebelum janin dilahirkan. Yang terjadi pada kehamilan 22 minggu atau berat janin di
atas 500 gr (Rustam 2002 ).
Jadi definisi yang lengkap adalah : solusio plasenta adalah sebagian atau seluruh plasenta
yang normal implantasinya antara minggu 22 dan lahirnya anak (menurut buku obstetric
patologi 2002).
Solusio plasenta atau abrupsion plasenta adalah pelepasan sebagian atau keseluruhan
plasenta dari uterus selama hamil dan persalinan (Chapman V.2003).
Solusio plasenta adalah suatu keadaan dalam kehamilan viable,dimana plaesnta yang
tempat implantasinya normal (pada fundus atau korfus) terkelupas atau terlepas sebelum
kala III (Achadiat,2004). Sinonim dari solusio plasenta adalah Abrupsion plasenta.
Solusio plasenta adalah : terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal dari
uterus,sebelum janin dilahirkan.defenisi ini berlaku pada kehamilan dengan usia kehamilan
(masa gestasi ) di atas 22 minggu atau berat janin diatas 500 gr. Proses solusio plasenta
dimulai dengan terjadinya perdarahan dalam desidua basalis yang menyebabkan hematoma
retroplasenter (Saefuddin AB,2006)
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada
uterus,sebelum janin dilahirkan.(Sarwono prawirohardjo 2009) .
Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari tempat implantasinya pada korpus uteri
sebelum bayi lahir. dapat terjadi pada setiap saat dalam kehamilan. Terlepasnya plasenta
dapat sebagian (parsialis),atau seluruhnya(totalis) atau hanya rupture pada tepinya (rupture
sinus marginalis) (dr.Handayo,dkk)

B. KLASIFIKASI
1) Klasifikasi dari solusio plasenta adalah sebagai berikut:
a)
Solusio plasenta parsialis : bila hanya sebagian saja plasenta terlepas dari tempat
perlengkatannya.

b)

Solusio plasenta totalis ( komplek ) : bila seluruh plasenta sudah terlepas dari tempat

c)

perlengketannya.
Prolapsus plasenta : kadang-kadang plasenta ini turun ke bawah dan dapat teraba
pada pemeriksaan dalam.

2) Solusio plasenta di bagi menurut tingkat gejala klinik yaitu :


a)
Kelas 0 : asimptomatik
Diagnosis ditegakkan secara retrospektif dengan menemukan hematoma atau daerah
yang mengalami pendesakan pada plasenta. Rupture sinus marginal juga dimasukkan
b)

dalam kategori ini.


Kelas 1 : gejala klinis ringan dan terdapat hampir 48 % kasus.
Solusio plasenta ringan yaitu : rupture sinus marginalis atau terlepasnya sebagian
kecil plasenta yang tidak berdarah banyak,sama sekali tidak mempengaruhi keadaan
ibu atau janinnya.
Gejala : perdarahan pervaginam yang berwarna kehitam-hitaman dan sedikit sekali
bahkan tidak ada,perut terasa agak sakit terus-menerus agak tegang,tekanan darah
dan denyut jantung maternal normal,tidak ada koagulopati,dan tidak ditemukan

c)

tanda-tanda fetal distress.


Kelas II : gejala klinik sedang dan terdapat hampir 27% kasus.
Solusio plasenta sedang dalam hal ini plasenta telah lebih dari seperempatnya tetapi
belum sampai dua pertiga luas permukaannya.
Gejala : perdarahan pervaginan yang berwarna kehitam-hitaman,perut mendadak
sakit terus-menerus dan tidak lama kemudian disusul dengan perdarahan pervaginam
walaupun tampak sedikit tapi kemungkinan lebih banyak perdarahan di
dalam,didinding uterus teraba terus-menerus dan nyeri tekan sehingga bagian bagian
janin sulit diraba,apabila janin masih hidup bunyi jantung sukar di dengar dengan
stetoskop biasa harus dengan stetoskop ultrasonic,terdapat fetal distress,dan
hipofibrinogenemi (150 250 % mg/dl).

d)

Kelas III : gejala berat dan terdapat hampir 24% kasus.


Solusio plasenta berat, plasenta lebih dari dua pertiga permukaannya, terjadinya
sangat tiba-tiba biasanya ibu masuk syok dan janinnya telah meninggal.
Gejala : ibu telah masuk dalam keadaan syok,dan kemungkinan janin telah
meninggal,uterus sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri,perdarahan
pervaginam tampaknya tidak sesuai dengan keadaan syok ibu,perdarahan

pervaginam mungkin belum sempat terjadi besar kemungkinan telah terjadi kelainan
pembekuan darah dan kelainan ginjal,hipofibrinogenemi (< 150 mg/dl)
3) Berdasarkan ada atau tidaknya perdarahan pervaginam
a)
Solusio plasenta ringan
Perdarahan pervaginam <100 -200 cc.
b)
Solusio plasenta sedang
Perdarahan pervaginam > 200 cc,hipersensitifitas uterus atau peningkatan tonus,syok
c)

ringan,dapat terjadi fetal distress.


Solusio plasenta berat
Perdarahan pervaginam luas > 500 ml,uterus tetanik,syok maternal sampai kematian
janin dan koagulopati.

4) Berdasarkan ada atau tidaknya perdarahan pervaginam


a)
Solusio plasenta yang nyata/tampak (revealed)
Terjadi perdarahan pervaginam,gejala klinis sesuai dengan jumlah kehilangan
b)

darah,tidak terdapat ketegangan uterus,atau hanya ringan.


Solusio plasenta yang tersembunyi (concealed)
Tidak terdapat perdarahan pervaginam,uterus tegang dan hipertonus,sering terjadi

fetal distress berat. Tipe ini sering di sebut perdarahan Retroplasental.


c)
Solusio plasenta tipe campuran (mixed)
Terjadi perdarahan baik retroplasental atau pervaginam,uterus tetanik.
5) Berdasarkan luasnya bagian plasenta yang terlepas dari uterus
a)
Solusio plasenta ringan
Plasenta yang kurang dari bagian plasenta yang terlepas. Perdarahan kurang dari
b)

250 ml.
Solusio plasenta sedang
Plasenta yang terlepas - bagian. Perdarahan <1000 ml,uterus tegang,terdapat

c)

fetal distress akibat insufisiensi uteroplasenta.


Solusio plasenta berat
Plasenta yang terlepas > bagian,perdarahan >1000 ml,terdapat fetal distress sampai
dengan kematian janin,syok maternal serta koagulopati.

C. INSIDEN
1) Berkisar 1% - 2% dari seluruh kehamilan (AAFP,2001)
2) Diperkirakan resiko kematian ibu 0,5% - 5% dan kematian janin 50 80%
(Mansjoer,2001)
D. ETIOLOGI

Penyebab utama dari solusio plasenta masih belum diketahui dengan jelas. Meskipun
demikian,beberapa hal di bawah ini di duga merupakan faktor-faktor yang berpengaruh
pada kejadiannya,antara lain sebagai berikut :
1) Hipertensi esensial atau preeklampsi.
2) Tali pusat yang pendek karena pergerakan janin yang banyak atau bebas.
3) Trauma abdomen seperti terjatuh terkelungkup,tendangan anak yang sedang di
gendong.
4) Tekanan rahim yang membesar pada vena cava inferior.
5) Uterus yang sangat kecil.
6) Umur ibu (< 20 tahun atau > 35 tahun
7) Ketuban pecah sebelum waktunya.
8) Mioma uteri.
9) Defisiensi asam folat.
10) Merokok,alcohol,dan kokain.
11) Perdarahan retroplasenta.
12) Kekuatan rahim ibu berkurang pada multiparitas.
13) Peredaran darah ibu terganggu sehingga suplay darah ke janin tidak ada.
14) Pengecilan yang tiba-tiba pada hidromnion dan gamely.
Faktor-faktor yang mempengaruhi solusio plasenta antara lain sebagai berikut :
1) Faktor vaskuler (80-90%) yaitu toksemia gravidarum,glomerulonefritis kronik,dan
hipertensi esensial. Adanya desakan darah yang tinggi membuat pembuluh darah
mudah pecah sehingga terjadi hematoma retroplasenter dan plasenta sebagian
terlepas.
2) Faktor trauma.
a) Pengecilan yang tiba-tiba dari uterus pada hidromnion dan gamely.
b) Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat dari pergerakan janin yang
banyak/bebas,atau pertolongan persalinan.
3) Faktor paritas
Lebih banyak dijumpai pada multi dari pada primi. Holmer mencatat bahwa dari 83
kasus solusio plasenta dijumpai 45 multi dan 18 primi.
4) Pengaruh lain seperti anemia,malnutrisi,tekanan uterus pada vena cava inferior,dan
lain-lain.
5) Trauma langsung seperti jatuh, kena tendang dan lain-lain.
E. PATOFISIOLOGI
Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang membentuk
hematoma pada desidua,sehingga plasenta terdesak dan akhirnya terlepas. Apabila
perdarahan

sedikit,hematoma

yang

kecil

itu

hanya

akan

mendesak

jaringan

plasenta,pedarahan darah antara uterus dan plasenta belum terganggu,dan tanda serta gejala

pun belum jelas. Kejadian baru diketahui setelah plasenta lahir,yang pada pemeriksaan di
dapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah yang berwarna
kehitam-hitaman.
Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-menerus karena otot uterus yang telah
meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih berkontraksi menghentikan
perdarahannya. Akibatnya hematoma retroplasenter akan bertambah besar,sehingga sebagian
dan seluruh plasenta lepas dari dinding uterus. Sebagian darah akan menyeludup di bawah
selaput ketuban keluar dari vagina atau menembus selaput ketuban masuk ke dalam kantong
ketuban atau mengadakan ektravasasi di antara serabut-serabut otot uterus.
Apabila ektravasasinya berlangsung hebat,maka seluruh permukaan uterus akan
berbercak biru atau ungu. Hal ini di sebut uterus Couvelaire (Perut terasa sangat tegang dan
nyeri). Akibat kerusakan jaringan miometrium dan pembekuan retroplasenter,maka banyak
trombosit akan masuk ke dalam peredaran darah ibu,sehinga terjadi pembekuan
intravaskuler dimana-mana,yang akan menghabiskan sebagian besar persediaan fibrinogen.
Akibatnya terjadi hipofibrinogenemi yang menyebabkan gangguan pembekuan darah tidak
hanya di uterus tetapi juga pada alat-alat tubuh yang lainnya.
Keadaan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus. Apabila
sebagian besar atau seluruhnya terlepas,akan terjadi anoksia sehingga mengakibatkan
kematian janin. Apabila sebagian kecil yang terlepas,mungkin tidak berpengaruh sama
sekali,atau juga akan mengakibatkan gawat janin. Waktu sangat menentukan beratnyaa
gangguan pembekuan darah,kelainan ginjal,dan keadaan janin. Makin lama penanganan
solusio plasenta sampai persalinan selesai,umumnya makin hebat komplikasinya.
Pada solusio plasenta,darah dari tempat pelepasan akan mencari jalan keluar antara
selaput janin dan dinding rahim hingga akhirnya keluar dari serviks hingga terjadilah
perdarahan keluar atau perdarahan terbuka.
Terkadang darah tidak keluar,tetapi berkumpul di belakang plasenta membentuk
hematom retroplasenta. Perdarahan semacam ini disebut perdarahan ke dalam atau
perdarahan tersembunyi.
Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi menimbulkan tanda yang lebih khas
karena seluruh perdarahan tertahan di dalam dan menambah volume uterus. Umumnya lebih
berbahaya karena jumlah perdarahan yang keluar tidak sesuai dengan beratnya syok.
Perdarahan pada solusio plasenta terutama berasal dari ibu,namun dapat juga berasal dari
anak.

Perdarahan keluar

Perdarahan tersembunyi

Keadaan umum penderita relative lebih

F. Keadaan penderita jauh lebih jelek.

baik.
Plasenta

G. Plasenta

terlepas

sebagian

atau

terlepas

luas,uterus

keras/tegang.
inkomplit.
H. Sering berkaitan dengan hipertensi.
Jarang berhubungan dengan hipertensi.
Terlepasnya plasenta sebelum waktunya menyebabkan timbunan darah antara plasenta

dan dinding uterus yang menimbulkan gangguan penyulit terhadap ibu dan janin.
Penyulit terhadap ibu
Penyulit terhadap janin
1. Berkurangnya darah dalam sirkulasi
1. Tergantung pada luasnya plasenta yang
darah umum
2. Terjadi
penurunan

lepas
tekanan

darah,peningkatan nadi dan pernapasan


3. Ibu tampak anemis
4. Dapat timbul gangguan pembekuan
darah,karena

terjadi

pembekuan

intravaskuler diikuti hemolisis darah


sehingga fibrinogen makin berkurang
dan memudahkan terjadinya perdarahan
(hipofibrinogenemia)
5. Dapat timbul perdarahan pasca-partum
setelah persalinan karena atonia uteri
atau gangguan pembekuan darah
6. Dapat timbul gangguan fungsi ginjal
dan terjadi emboli yang menimbulkan
komplikasi sekunder
7. Timbunan darah yang
dibelakang
menyebabkan

plasenta
uterus

keras,padat dan kaku.


F. MANIFESTASI KLINIS

meningkat
dapat
menjadi

dapat

menimbulkan

asfiksia

ringan sampai kematian dalam uterus.

Beberapa gejala dari solusio plasenta adalah sebagai berikut :


1) Perdarahan yang disertai nyeri.
2) Anemia dan syok,beratnya anemia dan syok sering tidak sesuai dengan banyaknya
darah yang keluar.
3) Rahim keras seperti papan dan terasa nyeri saat dipegang karena isi rahim bertambah
dengan darah yang berkumpul di belakang plasenta hingga rahim teregang (uterus en
4)
5)
6)
7)

bois).
Palpasi sulit dilakukan karena rahim keras.
Fundus uteri makin lama makin baik.
Bunyi jantung biasanya tidak ada.
Pada toucher teraba ketuban yang teregang terus-menerus (karena isi rahim

bertambah).
8) Sering terjadi proteinuria karena disertai preeklampsi.
G. DIAGNOSIS
a. Diagnosis solusio plasenta kadang sukar ditegakkan.
b. Penderita biasanya datang dengan gejala klinis :
Perdarahan pervaginam (80%)
Nyeri abdomen atau pinggang dan nyeri tekan uterus (70%)
Gawat janin (60 %)
Kelainan kontraksi uterus (35%)
Kelainan premature idiopatik (25%)
Dan kematian janin (15%)
c. Syok yang terjadi kadang tidak sesuai dengan banyak perdarahan
d. Pemeriksaan laboratorium untuk menyingkirkan diagnosis banding solusio plasenta
antara lain :
Hitung sel darah lengkap
Fibrinogen
Waktu prothrombin/waktu tromboplastin parsial teraktifasi untuk mengetahui

terjadinya DIC
Nitrogen urea/kreatinin dalam darah
Kleithauer-Betke test untuk mendeteksi adanya sel darah merah janin di dalam

sirkulasi ibu
e. Pemeriksaan penunjang ultrasonografi (USG) membantu menentukan lokasi plasenta
(untuk menyingkirkan kemungkinan plasenta previa). Saat ini lebih dari 50% pasien
yang diduga mengalami solusio plasenta dapat teridentifikasi melalui USG.
f. Hematom retroplasenter dapat dikenali sekitar 2-15% dari semua solusio plasenta.
Pengenalan hematoma tergantung pada derajat hematoma (besar dan lamanya) serta
keahlian operator.

g. Pemeriksaan histologik setelah plasenta dikeluarkan dapat memperlihatkan hematoma


retroplasenter.
h. Penemuan lain yang mungkin adalah adanya ektravasasi darah ke miometrium,yang
tampak sebagai bercak ungu pada tunika serosa uterus yang dikenal sebagai Uterus
Couvelaire.
i. Secara klinis diketahui dari adanya nyeri dan tegang pada uterus.
j. Diagnosis banding lain perdarahan pada trimester ketiga selain plasenta previa adalah
vasa previa,trauma vaginal,serta keganasan (jarang).
H. DIAGNOSIS BANDING SOLUSIO PLASENTA DAN PLASENTA PREVIA

1. Kejadian
2. Anamnesa

3. Kesadaran

Solusio plasenta
Hamil tua
Impartu
Mendadak
Dapat trauma
Perdarahan dengan nyeri
Tidak sesuai dengan perdarahan
Anemis
TD, nadi dan pernapasan tidak

sesuai dengan perdarahan


Dapat disertai dengan

preeklampsi/eklampsi
Tegang , nyeri
Bagian janin sulit diraba

Asfiksia sampai kematian janin,

umum

4. Palpasi

janin

Perlahan, tanpa disadari


Tanpa trauma
Perdarahan dengan
nyeri

dalam
Sumber : Manuaba,2004

Sesuai dengan
perdarahan yang tampak

Tidak ada
Lembek,tanpa rasa nyeri
Bagian janin mudah

diraba
Asfiksia meninggal

Teraba ketuban tegang menonjol

6. Pemeriksaan

I. KOMPLIKASI

tergantung lepasnya plasenta

abdomen
5. Denyut jantung

Plasenta previa
Hamil tua

bila hb <5 gr%

Teraba jaringan plasenta

Komplikasi bisa terjadi pada ibu maupun pada janin yang dikandungnya dengan criteria :
a. Komplikasi pada ibu
Perdarahan yang dapat menimbulkan : variasi turunnya tekanan darah sampai
keadaan syok,perdarahan tidak sesuai keadaan penderita anemis sampai

syok,kesadaran bervariasi dari baik sampai syok.


Gangguan pembekuan darah : masuknya trombosit ke dalam sirkulasi darah
menyebabkan pembekuan darah intravaskuler dan diserti hemolisis,terjadinya
penurunan fibrinogen sehingga hipofibrinogen dapat mengganggu pembekuan

darah.
Oliguria menyebabkan terjadinya sumbatan glomerulus ginjal dan dapat

menimbulkan produksi urin makin berkurang.


Perdarahan postpartum : pada solusio plasenta sedang sampai berat terjadi infiltrasi
darah ke otot rahim,sehingga mengganggu kontraksi dan menimbulkan perdarahan

karena atonia uteri,kegagalan pembekuan darah menambah bertanya perdarahan.


Koagulopati konsumtif,DIC: solusio plasenta merupakan penyebab koagulopati

konsumtif yang tersering pada kehamilan.


Utero renal reflex
Ruptur uteri
b. Komplikasi pada janin
Asfiksia ringan sampai berat dan kematian janin,karena perdarahan yang tertimbun
dibelakang plasenta yang mengganggu sirkulasi dan nutrisi kearah janin. Rintangan
kejadian asfiksia sampai kematian janin dalam rahim tergantung pada beberapa

J. CARA

sebagian placenta telah lepas dari implantasinya di fundus uteri.


Kelainan susunan system saraf pusat
Retardasi pertumbuhan
Anemi
MELAKUKAN

DETEKSI

TERHADAP KEMUNGKINAN

SOLUSIO

PLASENTA
1) amannesis, yakni : ibu mengeluh terjadi perdarahan disertai sakit yang tiba-tiba
diperut untuk menentukan tempat terlepasnya plasenta. Perdarahan pervaginam
dengan berupa darah segar dan bekuan-bekuan darah. Pergerakan anak mulai hebat
kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti (tidak bergerak lagi). Kepala
pusing,lemas,pucat,pandangan berkunang-kunang,ibu kelihatan anemis tidak sesuai

dengan banyaknya darah yang keluar. Kadang0kadang ibu dapat menceritakan


trauma.
2) Perika pandang (inspeksi ): pasien tampak gelisah,pasien terlihat pucat,sianosis dan
keringat dingin,terlihat darah keluar pervaginam.
3) Pada saat palpasi : didapatkan hasil fundus uteri teraba naik karena terbentukmya
retroplasenta hematoma,uterus tidak sesuai dengan kehamilan: uterus teraba tegang
dank eras seperti papan disebut uterus in bois (wooden uterus baik waktu his maupun
di luar his),nyeri tekan terutama ditempat plasenta,bagian-bagian janin sudah
dikenali,karena perut (uterus) tegang.
4) Auskultasi sulit,karena uterus tegang. Bila denyut jantung janin terdengar biasanya di
atas 140 x/menit,kemudian turun dibawah 100 x/menit dan akhirnya hilang biila
plasenta yang terlepas dari sepertiganya.
5) Pada pemeriksaan dalam teraba servik biasanya lebih terbuka atau masih tertutup.
Kalau servik sudah terbuka maka ketuban dapat teraba menonjol dan tegang,baik
sewaktu his maupun diluar his,kalu ketuban sudah pecah dan plasenta sudah terlepas
seluruhnya,plasenta ini akan turun ke bawah dan pemeriksaan disebut prolapsus
plasenta.
6) Hasil pemeriksaan umum : tekanan darah semula mungkin tinggi karena pasien
sebelumnya menderita penyakit vaskuler,tetapi lambat laun turun dan pasien jatuh
syok,nadi cepat dan kecil filiformis.
7) Pemeriksaan laboratorium : urin : protein (+) dan reduksi (-),albumin (+) pada
pemeriksaan sedimen terdapat silinder dan lekosit. Darah : hemoglobin (Hb) anemi,
pemeiksaan golongan darah,kalau bisa cross match tets.
8) Pemeriksaan plasenta sesudah bayi dan plaseta lahir,maka kita harus memeriksa
plasentanya. Biasanya plasenta tampak tipis dan cekung dibagian plasenta yang
terlepas (krater) dan terdapat koagulan atau darah dibelakang plasenta yang disebut
hematoma retroplasenter.
K. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama pelaksanaan ibu dengan solusio plasenta,pada prinsipnya adalah anak :
a. Mencegah kematian ibu
b. Menghentikan sumber perdarahan
c. Jika janin masih hidup,mempertahankan dan mengusahakan janin lahir hidup
Prinsip utama penatalaksanaannya antara lain :
1) Pasien (ibu) dirawat dirumah sakit,istirahat baring dan mengukur keseimbangan cairan

2) Optimalisasi keadaan umum pasien (ibu),dengan perbaikan: memberikan infuse dan


transfuse darah segar
3) Pemeriksaan laboratorium : hemoglobin,hematokrit,COT(Clot Observation Test/test
pembekuan darah),kadar fibrinogen plasma,urine lengkap,fungsi ginjal
4) Pasien (ibu) gelisah diberikan obat analgetika
5) Terminasi kehamilan : persalina segera,pervaginam atau section sesarea. Yang
tujuannya adalah untuk menyelamatkan nyawa janin dan dengan lahirnya
plasenta,berjutuan agar dapat menghentikan perdarahan.
6) Bila terjadi gangguan pembekuan darah (COT >30 menit) diberikan darah segar dalam
jumlah besar dan bila perlu fibrinogen dengan monitoring berkala pemeriksaan COT
dan hemoglobin
7) Untuk mengurangi tekanan intrauterine yang dapt menyebabkan nekrosis ginjal (reflek
utero ginjal) selaput ketuban segera dipecahkan
Tindakan obstetric
Persalinan di harapkan dapat terjadi dalam 3 jam,umumnya dapat pervaginam.
1) Seksio sesarea
a) Seksio sesarea dapat dilakukan apabia :
Janin hidup dan pembukaan belum lengkap,
Janin hidup,gawat janin tetapi persalinan pervaginam tidak dapat dilaksanakan

dengan segera,
Janin mati tetapi kondisi servik tidak memungkinkan persalinan pervaginam dapat

berlangsung dalam waktu yang singkat.


b) Persiapan untuk seksio sesaria, cukup dilakukan penanggulangan awal (stabilisasi dan
tatalaksana komplikasi ) dan segera lahirkan bayi karena operasi merupakan satusatunya cara efektif untuk menghentikan perdarahan.
Hematoma miometriun tidak mengganggu kontraksi uterus.
Observasi ketat kemungkinan perdarahan ulangan (koagulopati).
2) Partus pervaginam
a) Partus pervaginam dilakukan apabila :
Janin hidup dan pembukaan sudah lengkap
L. PENGELOLAAN
Setiap pasien yang dicurigai solusio plasenta harus dirawat di rumah sakit kerena
memerlukan monitoring yang lengkap baik dalam kehamilan maupun persalinan.
Pengelolaan pada solusio plasenta adalah sebagai berikut :
a. Tidak terdapat renjatan : usia gestasi kurang dari 36 minggu atau taksiran berat fetus
kurang dari 2500 gr :

Solusio plasenta ringan dilakukan pengelolaan secara


1. Ekspektatif meliputi tirah baring
Sedative
Mengatasi anemia
Monitoring keadaan janin dengan kardiotokografi dan USG
Serta menunggu persalinan spontan
2. Aktif dengan mengakhiri kehamilan spontan :
Keadaan memburuk
Perdarahan berlangsung terus
Kontraksi uterus berlangsung
Dapat mengancam ibu atau janin
Partus pervaginam (aminotomioksitosin infuse)
Seksio sesarea bila pelvic skor <5 atau persalinan >6 jam
b. Sedang/berat
1.
Resusitasi cairan
2.
Atasi anemi (transfuse darahpartus pervaginam : bila diperkirakan partus dapat
berlangsung dalam 6 jam (amonotomi dan oksitosin)
Partus perabdominal : bila partus pervaginam diperkirakan tidak dapat

3.

berlangsung dalam 6 jam


4.
Tidak terdapat renjatan : usia gestasi 37 minggu atau lebih/taksiran berat fetus
2500 gr
c. Solusio plasenta
Solusio plasenta ringan/sedang/berat : partus perabdominal bila persalinan pervaginam
diperkirakan berlangsung lama
a. Terdapat renjatan :
Atasi renjatan,resusitasi caiarn dan transfuse darah.
b. Bila ada renjatan tidak teratasi,upayakan tindakan penyelamatan yang optimal.
c. Bila renjatan tidak dapat teratasi pertimbangkan untuk paartus perabdominal bila
janin masih hidup atau bila persalinan diperkirakan berlangsung lama.
M. DIAGNOSA YANG SERING MUNCUL
a. Nyeri akut b.d terputusnya kontinuitas jaringan akibat pembedahan section caesaria
NOC
Nyeri Akut
Pain Level
Pain control
Definisi : pengalaman Comfort level
sensori dan emosional
yang

tidak Kriteria Hasil:

menyenangkan

yang

Mampu

NIC
Pain Management
Lakukan
pengkajian
nyeri

secara

komprehensif termasuk
lokasi,

karakteristik,

muncul
kerusakan

akibat
jaringan

yang aktual.

mengontrol nyeri

durasi,

(tahu

penyebab

kualitas

nyeri,

mampu

menggunakan
teknik

mengontrol nyeri)
Melaporkan
bahwa

presipitasi
Observasi reaksi non
dari

ketidaknyamanan
Gunakan
teknik
untuk

nyeri

(skala,

pasien
Evaluasi
nyeri

dan

tanda nyeri)

mengetahui

pengalaman

intensitas,
frekuensi

faktor

komunikasi terapeutik

berkurang
Mampu mengenali
nyeri

dan

verbal

non

farmakologi untuk

frekuensi,

nyeri

pengalaman
pada

masa

lampau
Kaji tipe dan sumber
nyeri

untuk

menentukan intervensi
Tingkatkan istirahat
Kolaborasi pemberian

anti nyeri
Cek TTV sebelum dan
sesudah diberikan anti
nyeri

b. Kekurangan volume cairan tubuh b.d perdarahan


Resiko
Kekurangan
Volume

Cairan

NOC
Fluid balance
Hydration
Nutrition status

Tubuh
Definisi :
Beresiko
mengalami

NIC
Fluid Management
Pertahankan

cairan

intake dan output yang

food and fluid intake

akurat
Monitor status hidrasi

(kelembaban
membrane

Kriteria Hasil:

TTV

dalam

batas

mukosa,

nadi adekuat, tekanan

dehidrasi vascular,
selular

atau

normal
Tidak ada
tanda

intraselular

tanda-

dehidrasi,

elastisitas turgor kulit


baik

darah ortostatik)
Monitor vital sign
Monitor
masukan

cairan atau makanan


Monitor status nutrisi
Dorong masukan oral
Monitor tingkat Hb dan

hematokrit
Kolaborasi pemberian
cairan melalui IV

c. Kerusakan integritas kulit b.d luka post op sectio caesaria


NOC
NIC
Tissue Integrity : Pressure Management
Anjurkan pasien untuk
kulit
Skin and Mucous
menggunakan pakaian
Membrane
Definisi : perubahan
yang longgar
atau
gangguan
Hindari kerutan pada
Kriteria Hasil:
epidermis atau dermis
tempat tidur
Integritas
kulit
Jaga kebersihan kulit
yang baik bisa
agar tetap bersih dan
dipertahankan
kering
(sensasi,
Monitor kulit akan
elastisitas,
adanya kemerahan
Kerusakan

integritas

temperature

dan

Oleskan

lotion

atau

baby oil pada daerah

hidrasi)
Tidak ada luka/lesi

pada kulit
Perfusi
jaringan

yang tertekan
Monitor aktivitas dan

baik

mobilisasi pasien
Monitor status nutrisi

pasien
Membersihkan,
memantau

dan

meningkatkan

proses

penyembuhan

pada

luka
Monitor

tanda

dan

gejala infeksi pada area


luka
d. Resiko syok hipovolemik b.d perdarahan berlebihan
NOC
Resiko

Syok

Hipovolemik

ketidakcukupan aliran
darah
tubuh,

kejaringan
yang

dapat

mengakibatkan

kulit, denyut jantung,

Kriteria Hasil:

HR, dan ritme, nadi

Nadi dalam batas

perifer,

yang diharapkan
Irama
jantung

refill
Monitor

diharapkan
Frekuensi

nafas

dalam batas yang

diharapkan
Natrium
serum

dbn
Kalium serum dbn
Klorida serum dbn
Kalsium
serum

dbn
Magnesium serum

dbn
pH darah serum

dan

kapiler
tanda

inadekuat

dalam batas yang

disfungsi seluler yang


mengancam jiwa

BP, warna kulit, suhu

management

Definisi : Beresiko
terhadap

Syok prevention
Syok

NIC
Syok Pevention
Monitor status sirkulasi

oksigenasi

jaringan
Monitor

suhu

dan

pernapasan
Monitor input

dan

output
Monitor tanda gejala

asites
Monitor

syok
Tempatkan pasien pada
posisi

tanda

supine,

elevasi

dbn

awal

kaki
untuk

peningkatan

preload

dengan tepat
Lihat dan

pelihara

kepatenan jalan nafas


Berikan cairan IV dan
atau oral yang tepat
Ajarkan keluarga dan

pasien tentang tanda


dan gejala datangnya

syok
Ajarkan keluarga dan
pasien tentang langkah
untuk mengatasi gejala
syok

DAFTAR PUSTAKA
Fadlun, Feryanto, Achmad. 2012. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta: Salemba
Medika.
Maryunani, Anik. 2012. Asuhan Kegawatdaruratan Dalam Kebidanan. Jakarta : TIM
Nurarif, Amin Huda, Hardhi Kusuma. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis
Berdasarkan Penerapam Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam berbagai kasus.
Yogyakarta: Mediaction
Yeyeh, Ai Rukiyah. 2010. Asuhan Kebidanan Patologi. Jakarta: Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai