Posisi Asset Lancar Dalam Akuntansi Pajak
Posisi Asset Lancar Dalam Akuntansi Pajak
Keterangan
Debit
Kredit
Bank
800.000
PPh Pasal 4 ayat (2)
200.000
Pendapatan Bunga
1.000.000
PPh final diberlakukan sebagai beban dan termasuk dalam beban operasional
(beban umum dan administrasi)
Debet
Kredit
800.000
-
800.000
Pada dasarnya pelaporan atas pendapatan bunga secara fiskal disajikan pada
jumlah neto pendapatan bunga yang diterima yaitu pendapatan bunga
dikurangi dengan PPh final atas bunga yang diterima yaitu pendapatan bunga
dikurangi dengan PPh final atas bunga dengan jumlah Rp800.000. Hal
tersebut sesuai dengan Buku Petunjuk Pengisian SPT Tahunan PPh Badan.
Untuk jasa giro dan bunga deposito, perlakuan akuntansi perpajakan
sama seperti perlakuan akuntansi perpajakan untuk bunga tabungan. Karena
penghasilan ini terkena PPh final, maka harus dikoreksi negatif dalam
rekonsisliasi fiskal pada akhir tahun.
B. Investasi Pada Efek Tertentu
Obligasi merupakan surat peminjaman uang yang akan dilunasi setelah jangka waktu
tertentu. Umumnya obligasi memberikan penghasilan bunga dengan jumlah tetap
kepada investor. Ada kalanya obligasi mempunyai hak atas pembagian keuntungan.
Jika dalam pembelian obligasi termasuk unsur bunga berjalan, maka bunga tersebut
harus diperhitungkan sebagai penghasilan. PPh yang dipungut atas bunga obligasi
yang tidak dijual di bursa efek tidak boleh dikapitalisasi, tetapi harus dicatat sebagai
pajak yang dibayar dimuka (PPh 23 dengan tarif 15% penghasilan bruto).
Sementara itu, bunga obligasi di bursa efek dikenakan PPh final (PPh pasal 4 ayat 2)
sesuai dengan dengan peraturan pemerintah (PP).
Selain bunga tetap, penghasilan obligasi dapat berupa capital gain dan realisasi
diskonto (selisih antara nilai nominal dengan nilai perolehan) pada saat pelunasan
obligasi. Hanya bunga obligasi yang diperdagangkan di Bursa Efek yang diterima WP
orang pribadi dimana tidak melebihi jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
setahun dibebaskan dari pajak.
Surat Utang Negara
Surat Utang Negara (SUN) adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan utang
baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga
dan pokoknya oleh Negara RI sesuai dengan masa berlakunya, yang terdiri dari Surat
Perbendaharaan Negara (SPN) dan Obligasi Negara.
1. Penghasilan berupa diskonto SPN sesuai dengan PP 27 Tahun 2008 jo. PMK63/PMK.03/2008 yang mulai berlaku 4 April 2008.
SPN Berjangka waktu paling lama 12 bulan dengan pembayaran bunga secara
diskonto. Diskonto SPN merupakan selisih lebih antara:
a. Nilai nominal pada saat jatuh tempo dengan harga perolehan di Pasar Perdana/
di Pasar Sekunder; atau
b. Harga jual di Pasar Sekunder dengan harga perolehan di Pasar Perdana/Pasar
Sekunder.
Besarnya PPh adalah 20% dari diskonto SPN bagi WP dalam negeri dan BUT;
atau sesuai tarif ketentuan P3B yang berlaku bagi WP luar negeri. Pemotongan
PPh tersebut dilakukan oleh:
Penerbit SPN (emiten) atau kustodian yang ditunjuk selaku agen
pembayara, atas diskonto SPN yang diterima pemegang SPN saat jatuh
tempo; atau
Perusahaan Efek (broker) atau bank selaku pedagang perantara
maupun selaku pembeli, atas diskonto SPN yang diterima di Pasar
Sekunder.
Tetapi apabila diskonto SPN diterima/diperoleh WP:
Bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di
Indonesia;
Dana pensiun yang pendirian/pembentukannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan;
Reksadana yang terdaftar dalam Bapepam (Badan Pengawasan Pasar
Modal) selama 5 tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau
pemberian izin usaha;
Tidak dilakukan pemotongan pajak final.
2. Penghasilan dari transaksi bunga obligasi sesuai dengan PP 16 Tahun 2009 jo.
PMK-85/PMK.03/2011 tentang PPh atas penghasilan berupa bunga obligasi; yang
mulai berlaku 1 Januari 2009.
Besarnya PPh adalah sebagai berikut.
a. Bunga dari obligasi dengan kupon (interest bearing debt securities) sebesar:
15% bagi WP dalam negeri dan BUT; dan
20% atau sesuai dengan tarif P3B bagi WP luar negeri selain BUT;
dari jumlah bruto bunga sesuai dengan masa kepemilikan (holding period)
obligasi.
b. Diskonto dari obligasi dengan kupon (interest bearing debt securities) sebesar:
15% bagi WP dalam negeri dan BUT; dan
20% atau sesuai tarif P3B bagi WP luar negeri selain BUT;
dari selisih lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga perolehan obligasi,
tidak termasuk bunga berjalan (accured interest).
c. Diskonto obligasi tanpa bunga (non-interest bearing debt securities) sebesar:
15% bagi WP dalam negeri dan BUT; dan
20% atau sesuai P3B bagi WP luar negeri selain BUT;
dari selisih lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga perolehan obligasi.
ii.
Contoh:
Investasi dalam obligasi
Pada 1 Juli 2011 PT Budi membeli 10 lembar obligasi PT Noni dengan harga nominal
Rp10.000 dan kurs sebesar 110%. Bunga obligasi 12% per tahun dibayar setiap tanggal 1
April dan 1 Oktober. Komisi pialang sebesar Rp8.000. Obligasi akan dilunasi pada 31
Desember 2015 (4,5 tahun lagi).
Pencatatan investasi obligasi oleh PT Budi tahun 2011 adalah sebagai berikut.
Tanggal
1 Juli 2011
Keterangan
Investasi apada efek tertentu
Pendapatan bunga
Utang PPh psl 4 ayat (2)
Kas/Bank
Debit
110.000
3.000
Kredit
1.500
111.500
Keterangan
Utang PPh Psl 4 ayat (2)
Kas/Bank
Debit
Kredit
1.500
-
1.500
Keterangan
Beban komisi
Debit
Kredit
8.000
Utang PPh 21
Kas/Bank
400
7.600
Paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya, PT Budi harus menyetorkan PPh 21 yang
telah dipotongnya ke kas negara.
Tanggal
10 Agst 2011
Keterangan
Utang PPh 21
Kas/Bank
Debit
Kredit
400
-
400
Sesuai PP 16 Tahun 2009, pendapatan bunga yang diterima PT Budi berkewajiban melakukan
pemotongan PPh pasal 4 ayat (2) oleh PT Noni sebagai pemberi penghasilan sebesar 15%
Rp6.000 = Rp900. PPh ini bersifat final sehingga tidak dapat diperhitungkan oleh PT Budi
pada SPT Tahunan PT Budi.
Tanggal
1 Okt 2011
Keterangan
Kas/Bank
PPh 23 dibayar dimuka
Pendapatan bunga
Debit
Kredit
5.100
900
-
6000
Keterangan
Piutang bunga
Pendapatan bunga
Debit
Kredit
3.000
-
3.000
Premi obligasi diamortisasi sebesar Rp1.111 untuk 6 bulan selama tahun 2011 yang
dimasukkan dalam pos pengurang penghasilan bunga
Tanggal
31 Des 2011
Keterangan
Pendapatan bunga
Investasi pada efek
Debit
Kredit
1.111
-
1.111
tertentu
Penutup yang dibuat pada akhir tahun 2011 adalah sebagai berikut.
Tanggal
31 Des 2011
Keterangan
Pendapatan bunga
Rugi-Laba
Debit
Kredit
4.889
-
4.889
Penghasilan bunga obligasi meruoakan penghasilan yang dikenakan pajak bersifat final,
sehingga pada akhir tahun tidak akan dilakukan penggabungan dengan penghasilan lain dan
tidak dilakukan perhitungan kembali dalam SPT Tahunan PT Budi.
Jurnal untuk membukukan transaksi tersebut oleh PT Saturnus adalah sebagai berikut.
Apabila saham terjual dengan harga Rp1.100.000
Tanggal
1 Mar 2012
Keterangan
Kas/Bank
PPh Pasal 4 ayat (2)
Laba penjualan investasi saham
Investasi pada Efek tertentu
Debit
1.078.900
1.100
-
Kredit
Debit
939.050
950
60.000
-
Kredit
80.000
1.000.000
Keterangan
Kas/Bank
PPh Pasal 4 ayat (2)
Rugi penjualan investasi saham
Investasi pada Efek tertentu
1.000.000
Pengumuman
laba/rugi
perusahaan
investee
Tidak ada, karena saham tidak memiliki tanggal jatuh tempo
Pembelian
Pembagian dividen
HTM
Trading
Investasi
Kas/Bank
xx
xx
Kas/Bank
xx
Tidak ada jurnal
PPh Psl 4 ayat (2)
xx
Pendapatan dividen
Penyesuaian
Dividen
Nilai wajar
Dr. Surplus yg ditransfer ke ekuitas
xx
xx
AFS
Investasi
Kas/Bank
xx
xx
Kas/Bank
PPh Psl 4 ayat (2)
Pendapatan dividen
xx
xx
Pembelian
Penerimaan bunga
Amortisasi
Penyesuaian
xx
xx
HTM
Trading
AFS
Premi
Diskonto
Investasi
xx
Kas/Bank
xx
Pendapatan bunga xx
Investasi
xx
Bunga
Kas/Bank PPh Psl 4 ayat (2)
xx
Investasi
Pndapatn bunga Amortisasi premi/diskonto
xx
xx
xx
Pendapatan bunga
xx
Bunga
Nilai wajar
Investasi
xx
Kas/Bank
xx
Tidak ada
Dr. Surplus yg ditransfer ke
laba rugi thn berjalan xx
Kas/Bank PPh
Psl
4
ayat
(2)
Cr. Laba/rugi yg blm
xx
xx
direalisasi
xx
Pendapatan bunga
xx
Investasi
xx
Kas/Bank
xx
Pendapatan bunga xx
Investasi
xx
Bunga
Kas/Bank PPh
Psl
4
ayat
(2)
Investasi
xx
Pndapatn bunga Amortisasi premi/diskonto
xx
xx
xx
Pendapatan bunga
Nilai wajar
xx
Dr. Surplus yg ditransfer ke
laba rugi thn berjalan xx
Cr. Laba/rugi yg blm
direalisasi
xx
C. Piutang
Perbedaan pencatatan antara metode penghapusan langsung (direct written-off
method) dengan metode penyisihan (allowance method) adalah sebagai berikut.
(direct written-off method)
Estimasi jumlah Tidak diperlukan
piutang
tak
tertagih
Penghapusan
Beban piutang tak tertagih
xx
piutang usaha
Piutang usaha
Piutang usaha Piutang usaha
xx
yang
telah
Beban piutang tak
dihapus ternyata
Tertagih
dapat dilunasi
Kas
xx
Piutang usaha
(allowance method)
Beban piutang tak tertagih
xx
Cadangan piutang tak tertagih
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
Piutang usaha
xx
Contoh:
a. PT Abadi menjual barang secara kredit kepada PT Zap sebesar Rp5.500.000
(sudah termasuk PPN 10%) pada tanggal 10 Februari 2012. PT Abadi telah
dikukuhkan sebagai PKP pada tanggal 15 Maret 2006. Sistem pencatatan
persediaan yang digunakan oleh PT Abadi adalah sistem perpetual, dimana Harga
Pokok Penjualan (HPP) adalah sebesar Rp3.500.000.
Jurnal untuk transaksi tersebut adalah:
Tanggal
10 Feb 2012
Keterangan
Piutang Usaha
Pajak keluaran
Penjualan
Harga Pokok Penjualan
Debit
5.500.000
Kredit
500.000
5.000.000
3.500.000
Persediaan
3.500.000
Keterangan
Piutang Usaha
Pajak keluaran
Penjualan
Debit
5.500.000
Kredit
500.000
5.000.000
Nilai HPP dapat diketahui dengan perhitungan HPP. Persediaan akhir dinilai
berdasarkan perhitungan fisik persediaan yang dilakukan pada akhir periode
(akhir bulan/tahun)
Apabila belum dikukuhkan sebagai PKP, maka PT Abadi tidak boleh melakukan
pemungutan PPN dengan membuat faktur pajak. Jurnalnya dengan sistem
perpetual, adalah sebagai berikut.
Tanggal
10 Feb 2012
Keterangan
Piutang Usaha
Penjualan
Harga Pokok Penjualan
Persediaan
Debit
5.000.000
Kredit
5.000.000
3.500.000
3.500.000
Untuk WP yang belum dikukuhkan sebagai PKP, Pajak Masukan tetap dikenakan.
Tetapi tidak dapat dikreditkan, sehingga Pajak Masukannya tidak dibukukan
sebagai Pajak Masukan, melainkan dibukukan sebagai harga perolehan barang
yang dibeli.
b. Pada tanggal 14 Februari 2012, PT Zap mengembalikan barang yang telah
dibelinya pada tanggal 10 Februari 2012 dari PT Abadi senilai Rp2.000.000.
harga Pokok barang tersebut sebesar Rp500.000. PT Abadi mencatat transaksi
retur penjualan ini sebagai berikut.
Tanggal
14 Feb 2012
Keterangan
Retur penjualan
Pajak keluaran
Piutang usaha
Harga Pokok Penjualan
Persediaan
Debit
2.000.000
200.000
Kredit
2.200.000
500.000
500.000
Apabila menggunakan sistem periodik maka jurnal yang dibuat adalah sebagai
berikut.
Tanggal
Keterangan
Debit
Kredit
14 Feb 2012
Retur penjualan
Pajak keluaran
Piutang usaha
2.000.000
200.000
2.200.000
Keterangan
Beban piutang tak tertagih
Piutang usaha
Debit
1.000.000
Kredit
1.000.000
istimewa ini diatur dalam Pasal 18 ayat (3), (3a), (3b), (3c), dan ayat (3d) UU PPh
Nomor 36 Tahun 2008.