Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Etnografi merupakan cabang antropologi, merupakan pelukisan dan
analisis tentang kebudayaan suatu masyarakat atau suku bangsa.
Etnografi biasanya terdiri atas uraian terperinci mengenai aspek cara
berperilaku dan cara berpikir yang sudah membaku pada orang yang
dipelajari, berupa tulisan, foto, gambar atau film yang berisi laporan atau
deskripsi tersebut. Yang dipelajari oleh ahli etnografi adalah unsur
kebudayaan suatu masyarakat seperti, bahasa, mata pencaharian, sistem
teknologi, organisasi sosial, kesenian, sistem pengetahuan, dan religi. Bila
penulisan yang dilakukan menggambarkan perbandingan antara dua atau
lebih kelompok masyarakat, studi perbandingan tersebut disebut etnologi.
Etnografi sangat lekat dengan kebudayaan; kebudayaan bahkan
merupakan hal yang pokok dalam studi etnografis. Kebudayaan dalam
konteks ini dapat dimaknai sebagai kumpulan dari pola-pola perilaku dan
keyakinan-keyakinan

yang

kemudian

menentukan

patokan-patokan

(standards) mengenai sesuatu itu apa (what isi), kemungkinannya apa


(what can be), memutuskan bagaimana menaruh perasaan terhadapnya,
keputusan bagaimana untuk merespons dan bagaimana cara yang diambil
atau dipilih (Pawito, 2008: 147-148).
Etnografi mula-mula dilakukan untuk membangun tingkat-tingkat
perkembangan evolusi budaya manusia dari masa manusia mulai muncul
di permukaan bumi sampai ke masa terkini. Dan para ahli menerapkan
teori evolusi biologi terhadap bahan-bahan tulisan tentang berbagai suku
bangsa di dunia, bersumber tulisan yang dikumpulkan oleh para musafir,
penyebar agama Kristen, pegawai pemerintah colonial dan penjelajah
alam. Kekurangan etnografi awal adalah para ahli tidak turun langsung ke
lapangan yang menjadikan objeknya.
Etnografi baru adalah analisis dalam penelitian ini tidak didasarkan
semata-mata pada interpretasi peneliti tetapi merupakan susunan pikiran
dari anggota masyarakat yang dikorek keluar oleh peneliti. Karena

tujuannya adalah untuk menemukan dan menggambarkan organisasi


pikiran dari suatu masyarakat, maka pemahaman peneliti akan studi
bahasa

menjadi

sangat

penting

dalam

metode

penelitian

ini.

Pengumpulan riwayat hidup atau suatu strategi campuran, bahasa akan


muncul dalam setiap fase dalam proses penelitian ini. Kekurangan
etnografi baru adalah etnografi ini hanya mendikripsikan secara objektif.
2. TUJUAN
Tujuan diberikannya tugas ini adalah:
1. untuk memberikan pemahaman terhadap metode penelitian Etnografi;
2. untuk memberikan pengetahuan mengenai teori-teori yang biasanya
digunakan dalam metode penelitian Etnografi.
3. Manfaat
Manfaat yang diperoleh oleh audiens adalah:
1. Audiens mengetahui metode penelitian Etnografi; dan
2. dan mampu menerapkan penggunaan teori-teori yang biasanya
digunakan dalam metode penelitian Etnografi.

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENELITIAN ETNOGRAFI
1. PENGANTAR ETNOGRAFI
Etnografi merupakan pekerjaan mendeskripsikan suatu kebudayaan.
Tujuan utama dari aktivitas penelitian etnografi adalah memahami suatu
pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli. Sebagaimana

dikemukakan oleh Malinowski dalam Spradley (1997: 3) tujuan etnografi


adalah memahami sudut pandang penduduk asli, hubungannya dengan
kehidupan, untuk mendapatkan pandangannya mengenai dunianya. Oleh
karena itu, penelitian etnografi melibatkan aktivitas belajar mengenai
dunia orang yang telah belajar melihat, mendengar, berbicara, berfikir,
dan bertindak dengan cara-cara yang berbeda. Etnografi tidak hanya
mempelajari masyarakat, namun belajar dari masyarakat, (Spreadley,
1997: 3).
Inti dari Etnografi menurut Spreadley (1997: 5) adalah upaya
memperhatikan makna tindakan dari kejadian yang menimpa orang yang
ingin kita pahami. Beberapa makna ini terekspresikan secara langsung
dalam bahasa; dan banyak yang diterima dan disampaikan hanya secara
tidak langsung melalui kata dan perbuatan. Setiap masyarakat akan
menggunakan sistem makna yang kompleks untuk mengatur tingkah laku
mereka, untuk memahami diri mereka sendiri dan untuk memahami orang
lain, serta untuk memahami dunia di mana mereka hidup. Sistem makna
ini merupakan kebudayaan mereka: etnografi selalu mengimplikasikan
teori kebudayaan.
Kebudayaan merujuk pada pengetahuan yang diperoleh, yang
digunakan orang untuk menginterpretasikan pengalaman dan melahirkan
tingkah laku sosial.
Hal hal yang dilakukan seorang etnografer dilapangan meliputi:
1) mengamati tingkah laku, tetapi lebih dari itu dia menyelediki makna
tingkah laku itu
2) Etnografer melihat berbagai artefak dan objek alam, tetapi lebih
daripada itu dia juga menyelediki makna yang diberikan oleh orangorang terhadap berbagai objek itu
3) Etnografer mengamati dan mencatat berbagai kondisi emosional,
tetapi lebih daripada itu dia juga menyelidiki makna rasa takut, cemas,
marah, dan berbagai perasaan lain
4) Etnografer memahami hal yang dilihat yang dilihat dan didengarkan
untuk menyimpulkan hal yang diketahui orang.
2. PERANAN ETNOGRAFI
Banyak ilmu sosial memiliki tujuan yang lebih terbatas. Menurut
Spreadley (1997: 13-16), etnografi mempunyai peranan yang penting
yang dapat diidentifikasikan menjadi hal-hal di bawah ini, yaitu:

a. Menginformasikan teori-teori ikatan-budaya.


Masing-masing kebudayaan memberikan suatu cara untuk melihat
dunia. Kebudayaan memberikan kategori, tanda, dan juga
mendefinisikan dunia di mana orang itu hidup. Kebudayaan meliputi
berbagai asumsi mengenai sifat dasar realitas dan juga informasi
yang spesifik mengenai realitas itu. Kebudayaan mencakup nilainilai yang menspesifikasikan hal yang baik, benar, dan bisa
dipercaya. Para ahli antropologi mengatakan hal ini sebagai ikatan
budaya (culture bound), yaitu hidup dalam realitas tertentu yang
dipandang sebagai realitas yang benar.
Sebagai contoh, Teori Ketercabutan Budaya (Culture Deprivation).
Ide timbulnya teori ini adalah ketika pada tahun 1960-an terjadi
kegagalan pendidikan yuang dialami oleh banyak anak. Dalam
upaya untuk menerangkan tidak adanya prestasi pada anak-anak
itu, maka dikemukakan bahwa mereka mengalami ketercerabutan
budaya (culturally deprived).
Etnografi dapat berperan sebagai penunjuk yang menunjukkan sidat
dasar ikatan-budaya teori-teori ilmiah sosial. Etnografi mengatakan
kepada semua peneliti perilaku manusia.
b. Menemukan teori grounded
Etnografi menawarkan suatu strategi yang baik sekali untuk
menemukan teori grounded. Sebagai contoh, etnografi mengenai
anak-anak dari lingkunga kebudayaan minoritas di Amerika Serikat
yang berhasil di sekolah. Studi semacam itu mengungkapkan
bahwa, anak-anak itu bukannya mengalami ketercerabutan budaya,
sebaliknya
mereka
mengalami
banjir
budaya
(culturally
overwhelmed), di mana keberhasilan anak-anak dalam sekolah
disebabkan oleh kemampuan dua kebudayaan sekaligus.
Selain itu, teori pengambilan keputusan dapat diperkaya dengan
mula-mula menemukan berbagai aturan budaya untuk pengambilan
keputusan dalam kebudayaan tertentu.
c. Memahami masyarakat yang kompleks
Etnografi umumnya diturunkan ke berbagai kebudayaan kecil, non
Barat. Nilai mempelajari masyarakat-masyarakat seperti ini sudah
dapat diterima bagaimana pun, kita tidak banyak tahu tentang
mereka, kita tidak dapat melakukan survai atau eksperimen,
sehingga etnografi tampaknya tepat. Tapi nilai etnografi dalam
memahami kebudayaan kita sendiri (yang kompleks) sering kali
terabaikan. Etnografi dapat menunjukkan berbagai perbedaan
budaya dan bagaimana orang dengan perspektif yang berbeda
berinteraksi.
d. Memahami perilaku manusia
Tingkah laku manusia berbeda dengan tingkah laku binatang,
memiliki beragam makna bagi pelakunya. Alat-alat etnografi
menawarkan satu cara untuk membahas kenyataan makna ini,
karena salah satu tujuan etnografi adalah memahami rumpun
manusia.
3. BAHASA

Bahasa lebih dari sekedar alat untuk mengkomunikasikan realitas;


bahasa merupakan alat untuk mengkontruksi realitas. Bahasa yang
berbeda menciptakan dan merealisasikan realitas yang berbeda. Menurut
Spredley

(1997:23),

bahasa

yang

berbeda

memberikan

pola-pola

alternatif untuk berfikir dan memahami.


Mempelajari bahasa merupakan langkah paling awal dan paling
penting untuk mencapai tujuan utama etnografi mendeskripsikan suatu
kebudayaan dengan batasan-batasan sendiri. Etnografer Franz Boas
(Spredley,

1997:24),

seorang

pelopor

etnografi,

seecara

jelas

menyebutkan tujuan ini:


Kita mengetahui apa yang kita maksud dengan keluarga, negara,
pemerintah, dsb. Begitu kita melampaui batas-batas suatu
kebudayaan maka kita tidak mengetahui seberapa jauh kata-kata ini
berkorespondensi dengan konsep-konsep yang sama. Jika kita
memilih untuk menerangkan klasifikasi kita pada kebudayaankebudayaan asing, maka kita akan menggabungkan bentuk-bentuk
yang tidak semestinya menyatu.... Jika tujuan kita sungguh-sungguh
untuk memahami pemikiran satu masyarakat maka seluruh analisis
pengalaman harus didasarkan pada konsep-konsep mereka, bukan
konsep kita.
Hasil akhir dari pembuatan etnografi adalah suatu deskripsi verbal
mengenai situasi budaya yang dipelajari. Bahkan film-film etnografi tidak
mendeskripsikan tanpa berbagai statemen verbal yang memberitahu
penonton hal-hal yang dapat dilihat oleh orang yang difilmkan dan
bagaimana mereka dapat menginterpretasikan suasana yang disajikan.
Oleh karena itu, deskripsi etnografi, tidak dapat disangkal lagi melibatkan
bahasa.

Etnografer

biasanya

menulis

dalam

bahasa

asli

yang

digunakannya atau dalam bahasa khalayak khususnya seperti mahasiswa,


ahli atau masyarakat umum. Tetapi, bagaimana mungkin mendeskripsikan
suatu budaya dalam istilah-istilahnya sendiri sementara menggunakan
bahasa asing? Jawabannya terletak pada kenyataan bahwa setiap
deskripsi etnografi merupakan suatu terjemahan.

Deskripsi etnografi

menggunakan istilah-istilah asli (native) dan makna-maknanya serta


menggunakan istilah yang digunakan oleh etnografer.
Deskripsi etnografis hampir menggunakan bahasa yang digunakan
oleh penduduk asli; deskripsi ini jelas mengabaikan makna dari berbagai
hal itu. Masyarakat dan pandangan hidup mereka dicirikan dengan

stereotipe

seperti

malas,

kotor,

bodoh,

primitif,

aneh

dan

tidak

berpendidikan. Deskripsi etnosentris seringkali tampak dalam tulisan para


misionaris

pada

masa

awal

dan

beberapa

pengamat

mengenai

masyarakat non Barat.


Tipe-tipe deskripsi etnografis dapat dibagi menjadi menjadi 5
(Spredley, 1997: 31 -33), yaitu:
a) Deskripsi etnosentris.
Deskripsi etnosentris masih tetap tampak sampai sekarang ini
dalam literatur populer mengenai kebudayaan lain atau mengenai
suasana budaya dalam masyarakat kita sendiri.
b) Deskripsi ilmu sosial.
Deskripsi ilmu sosial terdapat dalam berbagai macam disiplin yang
mempelajari masyarakat lain. Deskripsi ini biasanya tampak sebagai
bagian dari studi yang memfokuskan pada teori yang menguji
hipotesis. Karena didasarkan pada pengamatan, wawancara,
kuesioner, atau tes psikologi, maka deskripsi ilmu sosial tampaknya
merefleksikan sudut pandang penduduk asli. Bagaimanapun, ilmuan
sosial merupakan orang luar kebudayaan dan konsep analitis
mereka bukanlah konsep analitis yang dimiliki oleh informan (orang
yang diwawancara sebagai sumber penelitan).
c) Etnografi Standar
Entografi standar menunjukkan tingkat keberagaman penggunaan
bahasa penduduk asli. Beberapa deskripsi membanggakan konsepkonsep informan dan bahkan memasukkan beberapa istilah yang
digunakan oleh penduduk asli dalam tanda kurung. Etnografi lain
sepenuhnya membahas konsep-konsep penduduk asli di beberapa
bagiannya dan kemudian memasukkan kebudayaan itu ke dalam
beberapa kategori analitis di beberapa bagian lain.
d) Etnografi Monolingual
Etnografi monolingual lebih dekat dengan deskripsi suatu
kebudayaan yang menggunakan istilah-istilah sendiri. Dalam studi
tipe ini, seorang anggota masyarakat yang benar-benar terpelajar
menuliskan etnografi dalam bahasa penduduk asli. Kemudian,
setelah mempelajari sistem semantik bahasa itu dengan cermat,
etnografer menerjemahkan etnografi itu ke dalam bahasa peneliti.
Salah satu contoh etnografi monolingual adalah The Navajo EthnoMedical Encyclopedia yang ditulis oleh Oswald Werner dan kawankawan.
e) Novel Etnografis
Novel etnografis yang ditulis oleh penulis yang berasal dari
penduduk asli, yang memberikan deskripsi yang dekat dengan
sudut pandang penduduk asli. Novel etnografis kaya akan deskripsi,
novel ini menggunakan bahasa yang dipakai oleh komunitas asal
tokoh dalam novel tersebut. Novel semacam ini dapat menangkap
makna-makna kebudayaan yang tersembunyi dan menggambarkan
dengan cara yang membuat pembaca memahami cara hidup lain.

4. INFORMAN
Etnografer bekerja sama dengan informan untuk menghasilkan
sebuah

deskripsi

kebudayaan.

Keberhasilan

melakukan

penelitian

etnografi tergantung pada sejauh mana pemahaman terhadap sifat dari


hubungan etnografer dan informan.
Menurut Websters New Collegiate Dictionary, seorang informan
adalah seorang pembicara asli yang berbicara dengan mengulang katakata, frase, dan kalimat dalam bahasa atau dialeknya sebagai model
imitasi dan sumber informasi. Informan merupakan pembicara asli
(native speaker). Informan memberikan model untuk dicontoh oleh
etnografer, etnografer ingin belajar menggunakan bahasa asli dengan
cara yang dilakukan oleh informan.
Dalam masyarakat kita, peran informan seringkali kabur dengan
peran-peran tradisional seperti teman atau majikan, dan dengan peranperan ilmu sosial seperti subjek atau responden.
Terdapat beberapa prinsip memilih dan meperlakukan informan
dalam peneltian etnografi. Hal ini dilakukan karena informan merupakan
manusia yang memiliki masalah, kepentingan dan keprihatinan. Nilai yang
dipegang oleh etnografer tidak selalu sejalan dengan informan. Prinsipprinsip diadopsi dari The American Anthropological Association yang dapat
dilihat sebagai berikut (Spredley, 1997:48 52):
a. Mempertimbangkan informan terlebih dahulu.
b. Mengamankan hak-hak, kepentingan, dan sensitivitas informan.
c. Menyampaikan tujuah penelitian
d. Melindungi privasi informan
e. Jangan mengeksloitasi informan
f. Memberikan laporan kepada informan
B. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN ETNOGRAFI
Langkah-langkah dalam melakukan penelitian
diperkenalkan

oleh

James

P.

Spradley

(1997:56)

etnografi
bertujuan

yang
untuk

menghasilkan suatu deskripsi etnografer yang orisinal. Tahapan penelitian


etnografi menurut Spredley, sebagai berikut:
C. ANALISIS DALAM PENELITIAN ETNOGRAFI
D. MENEMUKAN TEMA-TEMA BUDAYA

Anda mungkin juga menyukai