Oleh:
Annisa Susilowati
G99142026
G99142027
G99142028
Muhammad Faizal
G99142129
Pembimbing
dr. Diding Heri P, MSi, Sp.PD, MKes.
Oleh:
Annisa Susilowati
G99142026
G99142027
G99142028
Muhammad Faizal
G99142129
BAB I
STATUS PASIEN
I.
ANAMNESIS
A. Identitas penderita
B.
Nama
: Tn. S
No. RM
Jenis kelamin
Umur
: 01307882xx
: Laki-laki
: 46 tahun
Alamat
: Jaten, Karanganyar
Suku
Pekerjaan
Agama
Status
Masuk RS
Dikasuskan
: Jawa
: Tidak bekerja
: Islam
: Menikah
: 7Oktober 2016
:8 Oktober 2016
Data dasar
Alloanamnesis, dan pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 8
Oktober 2016.
Keluhan utama:
Penurunan kesadaran
Riwayat penyakit sekarang:
Pasien datang dengan keluhan penurunan kesadaran sejak 5
jam SMRS. Menurut keluarga, sebelum dibawa ke RS pasien masih
bisa diajak bicara namun kesulitan ketika untuk mengingat nama
orang dan tempat. Pelo disangkal oleh keluarga. Pasien juga tampak
mengantuk dan sulit untuk membuka mata. Keluhan terlihat memberat
dalam 2 jam SMRS, pasien tiba-tiba tidak dapat di ajak bicara sama
sekali dan juga tidak bisa dibangunkan.
Keluarga mengatakan sebelumnya pasien muntah sekitar 6 jam
SMRS. Muntah berulang 2 kali dan yang terakhir 3 jam SMRS.
Muntah didahului dengan rasa mual. Muntah berwarna kekuningan
berisi cairan dan sisa makanan. Sekali muntah kurang lebih sebanyak
gelas belimbing. Muntah tidak disertai darah. Muntah tidak
didahului nyeri pada ulu hati atau nyeri perut. Nyeri perut ketika
makan makanan berlemak disangkal.
Keluarga juga mengatakan pasien mengeluhkan badannya lemas
sejak 2 hari SMRS. Lemas dirasakan pada seluruh tubuh hingga
membuat pasien tidak dapat beraktivitas dan banyak di tempat tidur.
Lemah pada separuh anggota tubuh disangkal, pasien masih dapat
berjalan. Keluhan dirasakan terus-menerus dan semakin memberat.
Pasien juga mengaku mengalami gangguan tidur sejak 2 hari SMRS.
Pasien sulit tidur saat malam hari tetapi saat siang mudah tertidur.
Selain itu, sejak 1 bulan SMRS pasien sering mengeluhkan
kepalanya pusing. Pusing dirasakan seperti melayang. Pusing berputar
disangkal, pandangan kabur disangkal, telinga berdenging disangkal.
Pusing dirasakan hilang timbul, namun sangat sering muncul. Pusing
tidak dipengaruh oleh posisi, istirahat ataupun aktivitas.
Sebelumnya pasien pernah mondok di RSDM 1 bulan SMRS
dengan keluhan serupa yaitu pasien tiba-tiba mengalami penurunan
kesadaran, dan dirawat selama 10 hari. Saat perawatan pasien pernah
menjalani pemeriksaan teropong. Dikatakan oleh dokter pasien
mengalami komplikasi dari penyakit liver. Keluarga mengaku
mengetahui pasien memiliki sakit liver sejak 2 tahun dan rutin kontrol
untuk berobat. Namun keluarga pasien tidak mngetahui jenis obatnya.
Menurut keluarga tidak ada keluhan mengenai BAK maupun
BAB pada pasien. BAK berwarna kuning jernih dalam satu hari
kurang lebih 4-5 kali. BAK darah dan berpasir disangkal, BAK tidak
lampias disangkal, nyeri saat BAK disangkal. Tidak ada BAB
darah/hitammenurut keluarga. Sesak nafas dan nyeri dada disangkal.
Demam disangkal. Riwayat penyakit gula dan tekanan darah tinggi
disangkal.
Keterangan
(+) 1 bulan SMRS karena tiba-tiba
tidak sadar
(+) sejak 2 tahun SMRS
Disangkal
Disangkal
Disangkal
Disangkal
Disangkal
Disangkal
Disangkal
1 bulan yang lalu di RSDM karena
keluhan serupa
Disangkal
Keterangan
Disangkal
Disangkal
Disangkal
Disangkal
Disangkal
Disangkal
Pohon Keluarga
Keterangan :
: Pasien
Disangkal
Disangkal
Disangkal
Disangkal
Disangkal
tidak aman
Membuat tattoo pada Disangkal
tubuh
Riwayat gizi
Sebelum sakit pasien makan teratur 3 kali sehari. Porsi untuk
sekali makan 10-12 sendok makan dengan nasi, lauk pauk, dan sayur
Riwayat sosial ekonomi
Pasien adalah seorang petani namun sudah tidak bekerja. Pasien
tinggal bersama istri dan 3 orang anak. Pasien berobat di RSDM
menggunakan fasilitas BPJS Kesehatan Kelas III.
Anamnesis sistem
1.
Keluhan utama
2.
Kulit
SMRS
: Kering (-), pucat (-), menebal (-), gatal
Kepala
3.
perasaan
berputar-putar
(-),
nyeri
Mata
(-/-),
(+/+),
mata
merah
(-/-),
5.
Hidung
6.
Telinga
7.
8.
Mulut
darah (-/-)
: Bibir kering (-), gusi mudah berdarah
Tenggorokan
9.
Sistem respirasi
10.
(-),
sering
pingsan
(-),
2
berisi
kali
berwarna
cairan
dan
13.
Ekstremitas
a.
Atas
Bawah
II.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 10 Oktober 2016 dengan hasil
sebagai berikut:
1.
Keadaan umum
2.
3.
Tanda vital
Tensi
Nadi
Frekuensi nafas
Suhu
VAS
Status gizi
Berat Badan
Tinggi Badan
IMT
: 110/60 mmHg
: 66 kali/menit
: 20 kali/menit
: 36,20C (per axilla)
: sulit dievaluasi
: 62 kg
: 165 cm
: 22,79 kg/m2
4.
Kesan
Kulit
: Normoweight
5.
Kepala
ekimosis (-)
: Bentuk mesocephal, rambut warna hitam, beruban,
mudah
6.
temporalis (+)
: Mata cekung (-/-), konjungtivapucat (-/-), skleraikterik
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
tragus (-)
: Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-)
: Sianosis (-), luka pada sudut bibir (-), mukosa bibir
Leher
kering (+)
:JVP tidak meningkat R + 2 cm, trakea ditengah,simetris,
pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar
getah beningleher (-), leher kaku (-), distensi vena-vena
11.
Thorax
leher (-)
: Bentuk simetris,retraksi (-), benjolan (-), spider nevi
(+),ikterik (+), ginekomasti (-)
12.
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
:
Batas jantung kanan atas: SIC II linea sternalis dextra
Batas jantung kanan bawah: SIC V linea sternalis dekstra
Batas jantung kiri atas: SIC II linea sternalis sinistra
Batas jantung kiri bawah:SIC V 1 cm ke medial linea
medioklavicularis sinistra
Kesan batas jantung tidak melebar
Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni, intensitas normal,
reguler, bising (-), gallop (-).
13. Pulmo
a.
Depan
Inspeksi
Statis
Dinamis
Palpasi
Statis
Dinamis
Perkusi
Kanan
Kiri
Auskultasi
Kanan
: Normochest, simetris
: Pengembangan dada kanan = kiri
:Simetris
: Fremitus raba sulit dievaluasi
: Sonor
: Sonor
: Suara dasar vesikuler, suara tambahan:
wheezing (-), ronkhi basah kasar (-),
Kiri
b.
Belakang
Inspeksi
Statis
Dinamis
Palpasi
Statis
Dinamis
Perkusi
Kanan
Kiri
Auskultasi
Kanan
: Normochest, simetris
: Pengembangan dada kanan = kiri
:Simetris
: Fremitus raba sulit dievaluasi
: Sonor
: Sonor
: Suara dasar vesikuler, suara tambahan:
wheezing (-), ronkhi basah kasar (-),
Kiri
13.
Abdomen
Inspeksi
Perkusi
Palpasi
undulasi (+)
: Supel (+), nyeri tekansde, hepardan lien tidak
teraba
14.
Ekstremitas
Superior Ka/Ki:
Inferior Ka/Ki:
tremor
Oedem (-/-), sianosis (-/-),akral dingin(-/-), ikterik (-/-),
luka (-/-), kuku pucat (-/-), spoon nail (-/-), clubing
finger (-/-), flat nail (-/-), nyeri tekan dan nyeri gerak
genu bilateral (-/-), deformitas (-/-)
Kaku kuduk
: Tidak didapatkan
Tanda Laseque
: (-)
Tanda Kernig
: (-)
Tanda Brudzinsky I
: (-)
Tanda Brudzinsky II
: (-)
Reflek Fisiologis:
-
Reflek biceps
: +2 / +2
Reflek triceps
: +2 / +2
Reflek patella
: +2 / +2
Reflek Achilles
: +2/ +2
Reflek Patologis
: Tidak didapatkan
10
Hasil
Satuan
DARAH RUTIN
9,4
g/dl
5,3
ribu/ul
26
%
89
ribu/ul
2.58
juta/ul
INDEX ERITROSIT
80,0
/um
28,0
Pg
33,1
g/dl
14,4
%
7,5
Fl
27
%
HITUNG JENIS
0,80
%
0,10
%
65,80
%
25,30
%
6,00
%
19,2
Detik
39,0
Detik
1,720
KIMIA KLINIK
88
mg/dl
77
u/l
59
u/l
0.9
mg/dl
21
mg/dl
2,5
g/dl
7,13
mg/dl
ELEKTROLIT
130
mmol/L
4.9
mmol/L
1,26
mmol/L
11
Rujukan
13,5 17,5
4,5 11,0
3345
150450
4,505,90
80.0 - 96.0
28.0 33.0
33.0 36.0
11.6 14.6
7.2 - 11.1
25-65
0.0 4.00
0.0 2.00
55.00 80.00
22.00 44.00
0.00 7.00
10,0 - 15,0
20,0 40,0
60 140
<35
<45
1,0-1,7
<50
2,9-4,5
0,00 1,00
132-146
3,7-5,4
1,17-1,29
HbsAg
Reactive
Hasil :
Cor : Besar dan bentuk normal
Paru : Tak tampak infiltrate di kedua lapang paru, corakan
bronkovaskuler normal
Sinus costophrenicus kanan kiri tajam
12
13
Kesimpulan
E.
SARAN:
Medikamentosa
Evaluasi 3 minggu lagi EGD
+LVE
VH/VP
normal,
IHBD/EHBD
normal,
tak
tampak
nodul/kista/massa
GB : ukuran normal, dinding tidak menebal
Lien : ukuran normal, intensitas echoparenkim normal, tak tampak nodul/
kista/ massa
Ren dextra &sinistra : ukuran normal, intensitas echoparenkim normal,
batas sinus-korteks tegas, tak tampak ectasis PCS, tak tampak
batu/kista/massa
14
Vesica urinaria : terisi cukup, dinding tak tebal, tak tampak massa/ batu/
prostat, ukuran normal
Prostat : ukuran normal, tak tampak massa
Tak tampak limfadenopati di paraaorta, parailiaka dan inguinal kanan kiri
Tampak intensitas echo cairan di cavum abdomen
Kesimpulan :
1. Difuse parenchymal liver disease
2. Asites
3. Lien/Pankreas/Ren bilateral/VU/Prostat tak tampak kelainan
15
IV.
RESUME
16
1. Keluhan utama
Penurunan kesadaran
2. Anamnesis:
Pasien mengalami penurunan kesadaran sejak 5 jam SMRS.
Menurut keluarga sebelum dibawa ke RS pasien masih bisa diajak
bicara namun memberat dalam 2 jam SMRS, pasien tiba-tiba tidak
dapat di ajak bicara sama sekali dan juga tidak bisa dibangunkan.
Pasien muntah sekitar 6 jam SMRS. Muntah berulang 2 kali dan
yang terakhir 2 jam SMRS saat perjalanan menuju rumah sakit.
Muntah didahului dengan rasa mual. Muntah berisi sisa makanan,
darah disangkal.
Keluarga juga mengatakan pasien mengeluhkan badannya
lemas sejak 2 hari SMRS. Lemas dirasakan pada seluruh tubuh
hingga membuat pasien tidak dapat beraktivitas dan banyak di
tempat tidur. Selain itu, sejak 1 bulan SMRS pasien sering
mengeluhkan kepalanya pusing. Pusing dirasakan seperti melayang.
Pusing dirasakan hilang timbul, namun sangat sering muncul.
Sebelumnya pasien pernah mondok di RSDM dengan keluhan
serupa yaitu pasien tiba-tiba mengalami penurunan kesadaran.
Keluarga mengaku mengetahui pasien memiliki sakit liver sejak 2
tahun dan rutin kontrol untuk berobat. Tidak ada BAB darah/hitam
3.
kepala
didapatkan
atrofi
m.
Temporalis.
V. PROBLEM
1. Sirosis Hepatis Decompensata Child Pugh C et causa Hepatitis B
2. Encefalophati hepatikum grade IV
3. Melena et causa varises esofagus grade III post LVE I
4. Anemia normokromik normositik et causa perdarahan
18
ALUR PERMASALAHAN
19
RENCANA AWAL
No
1.
Diagnosis
Pengkajian
Rencana Awal
(Assesment)
diagnosis
Rencana
Rencana
Edukasi
Monitoring
Bedrest total
Penjelasan
GCS
kepada pasien
KUVS
penurunan kesadaran
tentang diet,
BC
Encefalophati
Anamnesis Pasien
hepatikum grade
IV
Rencana Terapi
EEG
kkal
memberat dalam 2
jamSMRS pasientiba-
dibangunkan, pasien
20
obat yang
diberikan,
penyakit pada
pasien, kondisi
dan
komplikasinya
Sirosis
Proof ascites
21
Bedrest total
Penjelasan
KUVS
decompensate
mengeluhkan badan
SPE
kepada pasien
tentang diet,
IVFD RL 20 tpm
obat yang
dan mengalami
Spironolakton 100
diberikan,
mg/24 jam PO
hari SMRS.Pasien
Inj metoclorpramid 10
22
penyakit pada
pasien, kondisi
dan
komplikasinya
BC
(+)
Pemeriksaan
Penunjang : Hb 9,4
g/dl, Hct 26%, AT 89
ribu/ul, AE 2,58 juta/ul;
SGOT 77 u/l; SGPT 59
u/l; Albumin 2,5 g/dl;
bilirubin 7,13 mg/dl; PT
19,2 detik; Na 130
mmol/L; HbsAg reaktif
USG Abdomen : Diffuse
parenchymal liver
disease, asites
Komplikasi : varises
esophagus, hemoroid,
peritonitis bacterial
3
sistemik
Melena et causa Anamnesis :Riwayat
Feses rutin
23
Penjelasan
KUVS
bolus
kepada pasien
Tanda
grade
LVE I
III
teropong, didapatkan
komplikasi dari penyakit
liver.
Pemeriksaan
tentang
mcg/jam
penyakit pada
Propanolol 20 mg/12
pasien, kondisi
jam PO
dan
Pemasangan NGT
penanganan
untuk dekompresi
Fisik
:Rectal
toucher
Tonus
bebas perdarahan
prostat
tidak
teraba
membesar,
tidak
didapatkan
darah
pada
Dilanjutkan SP 250
Endoskopi pro
LVE/STE setelah KU
baik
handscoon,
24
perdarahan
Anemia
portal
Pemeriksaan
normokromik
Penunjang : Hb 9,4
normositik
Penjelasan
GDT
kepada pasien
causa perdarahan
tentang kondisi
dan
33,1 g/dl
penanganan
25
KUVS
FOLLOW UP PASIEN
Tgl
1)
Penurunan
(DPH 2)
Penurunan
hitam (+)
9 Oktober 2016
(-)
KU: Sakit
berat,E3V3M6
Tensi :113/68 mmHg
Resp : 20 kali/menit
Nadi :73 kali/menit
Suhu : 36,2 C
Kulit : Turgor kulit
normal, ikterik
(+),atrofi m.
10 Oktober 2016
(DPH 3)
Pusing (+),BAB
(DPH 4)
Pusing (+), BAB
12 Oktober 2016
(DPH 5)
Pusing (+)
13 Oktober 2016
(DPH 6)
Tidak ada keluhan
hitam (-)
KU: Sakit
KU: Sakit
KU: Sakit
KU: Sakit
sedang,E4V5M6
Tensi :123/78 mmHg
Resp : 20 kali/menit
Nadi :83 kali/menit
Suhu : 36,3 C
VAS : 2 (kepala)
GDS : 22.00 114 g/dl
05.00 97 g/dl
Kulit : Turgor kulit
sedang,E4V5M6
Tensi :100/60 mmHg
Resp : 20 kali/menit
Nadi :80 kali/menit
Suhu : 36,3 C
VAS : 2 (kepala)
Kulit : Turgor kulit
sedang,E4V5M6
Tensi :110/60 mmHg
Resp : 20 kali/menit
Nadi :84 kali/menit
Suhu : 36,5 C
VAS : 1 (kepala)
Kulit : Turgor kulit
ringan,E4V5M6
Tensi :110/70 mmHg
Resp : 20 kali/menit
Nadi :80 kali/menit
Suhu : 36,4 C
Kulit : Turgor kulit
normal, ikterik
normal, ikterik
(+),atrofi m.
(+),atrofi m.
Temporalis (+)
normal, ikterik
Mata : CA (-/-), SI (+/
(+),atrofi m.
Temporalis (+)
+), pupil isokor
Mata : CA (-/-), SI (+/
Temporalis (+)
(3mm/3mm)
Mata : CA (-/-), SI (+/
+), pupil isokor
Hidung : terpasang
+), pupil isokor
(3mm/3mm)
NGT, nafas cuping
Hidung : terpasang
(3mm/3mm)
(+),atrofi m.
11 Oktober 2016
normal, ikterik
(+),atrofi m.
Temporalis (+)
Temporalis (+)
Temporalis (+)
Mata : CA (-/-), SI (+/
Mata : CA (-/-), SI (+/ Mata : CA (-/-), SI (+/
+), pupil isokor
+), pupil isokor
+), pupil isokor
(3mm/3mm)
(3mm/3mm)
(3mm/3mm)
Hidung : nafas cuping
Hidung : nafas cuping Hidung : nafas cuping
hidung (-)
26
Hidung : terpasang
hidung (-)
Mulut: mukosa basah,
hidung (-)
Mulut: mukosa basah,
(+)
(+)
Cor
Cor
I : IC tidak tampak
I : IC tidak tampak
P : IC tidak kuat
P : IC tidak kuat
angkat,
P : Batas jantung
kesan tidak
melebar
A : BJ I-II
intensitas
angkat,
P : Batas jantung
kesan tidak
melebar
A : BJ I-II
intensitas
normal, reguler,
Pulmo
I : Pengembangan
normal, reguler,
Pulmo
I : Pengembangan
dada kanan=kiri
P : Fremitus raba
dada kanan=kiri
P : Fremitus raba
kanan=kiri
kanan=kiri
P : Sonor/sonor
P : Sonor/sonor
normal
A :Suara dasar vesikuler A :Suara dasar vesikuler Abdomen:
I :Dinding
normal
normal
Abdomen:
I :Dinding
27
Abdomen:
I :Dinding
perutsejajar dengan
P : Fremitus raba
kanan=kiri
P : Sonor/sonor
A :Suara dasar
vesikuler normal
Abdomen:
I :Dinding perut
lebih tinggi dari
pada dinding
thorax,
A:Bising usus (+)
normal 10
kali/menit
P :timpani
(+),pekak alih (+),
undulasi (+)
P :Supel (+), nyeri
tekan(-), hepardan
lien tidak teraba
Ekstremitas: akral
Abdomen:
I : Dinding perut
lebih tinggi dari
pada dinding
thorax,,
A : Bising usus (+)
perutsejajar dengan
perutsejajar dengan
dinding thorax,
A : Bising usus (+)
dinding thorax,
A : Bising usus (+)
tidak ada
undulasi (-)
P : Supel (+), nyeri
tekan(-), hepardan
lien tidak teraba
Ekstremitas: akral
28
tekan(-), hepardan
lien tidak teraba
Ekstremitas: akral
dingin dan oedema
tidak ada
dinding thorax,
A : Bising usus (+)
normal 8 kali/menit
P : timpani (+),
P : Supel (+), nyeri
tekan(-), hepardan
lien tidak teraba
Ekstremitas: akral
dingin dan oedema
tidak ada
Feses rutin :
LFT : Gamma GT 24
Konsistensi lunak;
Urinalisa : warna
yellow; kejernihan SI
AE 2.94 juta/ul;
10.30mg/dl; bilirubin
1.019; pH 7.5;
GDS 89 mg/dl;
HbsAg reactive
makanan tidak
mmol/L; Ca 1.18
normal; urobilinogen
4 mg/dl; eritrosit
mmol/L
EGD : Varises
proglotid cacing,
HBeAg nonreaktif
Urinalisa : warna
69.1/Ul; leukosit
yellow; kejernihan SI
5.9/LPB;
epitel/silinder (-);
bakteri 4554.5/uL;
Kristal 0.1/uL,
yeast/sperma (-),
glukosa normal;
konduktivitas 14.3
mS/cm
29
esophagus gr 2 post
LVE II, gastropati
hipertensi porta
(Hasil terlampir)
epitel/silinder (-);
bakteri 6754.5/uL;
Kristal 0.1/uL,
yeast/sperma (-),
konduktivitas 14.3
Ass: 1.Encefalophati
1. Encefalophati
hepatikum grade IV
2.Sirosis hepatis
hepatikum grade IV
ec hepatitis B
3.Melena et causa
decompensate Cp C
(perbaikan)
decompensate Cp C 2. Sirosis hepatis
varises esophagus
grade III post LVE I
4.Anemia
normokromik
normositikec
perdarahan
5.Hiponatremi ringan
(130)
6.Hipoalbuminemia
(2,5)
ec hepatitis B
3. Melena et causa
varises esophagus
mS/cm
1.Encefalophati
hepatikum grade IV
(perbaikan)
2.Sirosis hepatis
decompensate Cp C
ec hepatitis B
3.Melena et causa
varises esophagus
1.Encefalophati
hepatikum grade IV
(perbaikan)
2.Sirosis hepatis
decompensate Cp C
ec hepatitis B
3. Melena et causa
varises esophagus
1.Encefalophati
hepatikum grade IV
(perbaikan)
2.Sirosis hepatis
decompensate Cp C
ec hepatitis B
3.Melena et causa
varises esophagus
1.Encefalophati
hepatikum grade IV
(perbaikan)
2.Sirosis hepatis
decompensate Cp C
ec hepatitis B
3.Melena et causa
varises esophagus
normokromik
normokromik
normokromik
normokromik
normositikec
normositik ec
normositikec
normositikec
normositik ec
perdarahan
perdarahan
5. Hiponatremi ringan 5.Hiponatremi ringan
perdarahan
5.Hipoalbuminemi
perdarahan
5.Hipoalbuminemi
perdarahan
5.Hipoalbuminemi
(130)
6. Hipoalbuminemia
(2,3)
6.Hiponatremi ringan
(2,3)
6.Hiponatremi ringan
(2,5)
6.Hiponatremi ringan
(2,5)
(130)
6.Hipoalbuminemia
(2,5)
(130)
30
(130)
(132)
Dx : Feses rutin
Tx :
1. Bedrest total
2. Diet sonde hepar
1700 kkal rendah
garam
3. O2 2lpm nasal
Dx : LFT (gamma
GT, Albumin,
Globulin, Bilirubin
total, dir/indir, Alk
fos), HBeAg
Perbaikan KU
EGD
canul
4. IVFD D5% 16 tpm Tx :
5. Loading NaCl
1. Bedrest total
0,9% s/d 1500 cc 2. Diet sonde hepar
6. Inj ceftriaxone 2
gr/24 jam
7. Inj hepamerz 2
Dx : SPE
Dx : urinalisa
Dx : cek lab darah (PT, Tx :
Perbaikan KU EGD Perbaikan KU EGD
APTT, GDS, Albumin, 1. Bedrest tidak total
Tx :
Tx :
2. Diet lunak hepar
elektrolit)
1. Bedrest total
1. Bedrest tidak total
EGD
1700 kkal rendah
2. Diet sonde hepar
2. Diet lunak hepar
Tx :
garam
1700 kkal rendah
1700 kkal rendah 1. Bedrest tidak total 3. Inf NaCl 0,9% 20
garam
3. O2 2lpm nasal
garam
3. Inf NaCl 0,9% 20
canul
tpm
4. IVFD D5% 16 tpm 4. Inj ceftriaxone 2
5. Inj ceftriaxone 2
gr/24 jam
gr/24 jam
5. Inf comafuchsin
6. Inj hepamerz 2 amp
hepar 1 fl/24 jam
dalam D5% drip/12 6. Inj vit K 10 mg/8
canul
jam
4.
IVFD
D5%
16
tpm
7.
Inf comafuchsin
7.
drip/12 jam
5.
Inj
ceftriaxone
2
8. Inf comafuchsin
hepar 1 fl/24 jam
gr/24
jam
8.
Inj vit K 10 mg/8 8.
hepar 1 fl/24 jam
6.
Inj
hepamerz
2
amp
9. Inj vit K 10 mg/8
jam
dalam
D5%
drip/12
9.
Lactulac syr 30 cc/8 9.
jam
10. Lactulac syr 30
cc/8 jam
11. Inj metoclorpramid
10 mg k/p bila
jam
7. Inf comafuchsin
hepar 1 fl/24 jam
8. Inj vit K 10 mg/8
jam
tpm
4. Inj ceftriaxone 2
garam
3. Inf NaCl 0,9% 20
gr/24 jam
5. Inf comafuchsin
tpm
4. Inj ceftriaxone 2
gr/24 jam
5. Inf comafuchsin
jam
7. Lactulac syr 30 cc/
jam
hepar 1 fl/24 jam
Lactulac syr 30 cc/8 6. Inj vit K 10 mg/8 8.
jam
jam
Propanolol 20
7. Lactulac syr 30 cc/8 9.
mg/12 jam PO
Spironolakton 100 8.
jam
mg 1-0-0-0 PO
10. Inj metoclorpramid 10. Capsul garam 1
9.
10 mg k/p bila
muntah
11. Somatostatin SP
cap/8 jam PO
11. Inf albumin 25%
100 cc
31
jam
Propanolol 20
mg/12 jam PO
Spironolakton 100
mg 1-0-0-0 PO
10. Capsul garam 1
8 jam
Propanolol 20
mg/12 jam PO
Spironolakton 100
mg 1-0-0-0 PO
muntah
12. Somatostatin SP
250 mcg/jam
Monit GCS
oring KUVS
Tanda perdarahan
Balance cairan
250 mcg/jam
GCS
KUVS
Tanda perdarahan
Cek GDS 22, 05
250 mcg/jam
12. Propanolol 10
cap/8 jam PO
mg/12 jam PO
13. Spironolakton 100
mg 1-0-0-0 PO
Usul pindah
ruangan
Pindah ruang
reguler
32
Usul BLPL
Kesimpulan :
Varises esophagus gr 2
post LVE II
Gastropati hipertensi
portal
Saran :
Medikamentosa
Evaluasi 1 bulan
(bila perlu LVE)
33
BAB II
PEMBAHASAN
Pada pasien ini terdapat berbagai temuan klinis yang menuntun pada diagnosis,
sebagai berikut:
Encefalophati Hepatikum Grade IV
Pasien datang dengan keluhan utama penurunan kesadaran. Penurunan
kesadaran dapat terjadi jika ada gangguan pada Ascending Articular Activating
System (ARAS) yang terletak di batang otak dan bertanggung jawab atas
bangkitnya kesadaran, dan/ atau pada korteks serebri, talamus dan saraf saraf
penghubung yang bertanggung jawab atas fungsi kognitif.
Menurut keluarga sebelum dibawa ke RS pasien masih bisa diajak bicara
namun kesulitan untuk mengingat nama orang dan tempat. Pelo disangkal oleh
keluarga.Pasien juga tampak mengantuk dan berat untuk membuka mata. Keluhan
dirasakan memberat dalam 2 jam SMRS, pasien tiba-tiba tidak dapat di ajak
bicara sama sekali dan juga tidak bisa dibangunkan. Sekitar 6 jam SMRS pasien
mual dan muntah sebanyak 2x, muntah warna kuning berisi cairan dan sisa
makanan, sekali muntah gelas belimbing. Dua hari yang lalu pasien merasa
badannya lemas hingga tidak dapat beraktivitas dan hanya di tempat tidur saja.
Terdapat gangguan tidur pada pasien yaitu sulit tidur di malam hari namun siang
hari mudah tidur. Sebelumnya pasien pernah mondok di RSDM dengan keluhan
serupa yaitu pasien tiba-tiba mengalami penurunan kesadaran, dan dirawat selama
10 hari. Saat perawatan pasien pernah menjalani pemeriksaan teropong.Dikatakan
oleh dokter pasien mengalami komplikasi dari penyakit liver.Keluarga mengaku
mengetahui pasien memiliki sakit liver sejak 2 tahun dan rutin kontrol untuk
berobat.
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan GCS pasien E1V1M4 yaitu pada saat
diangsang nyeri pasien tidak mampu membuka mata maupun mengucap kata,
namun pasien dapat menghindar dari rangsangan nyeri tersebut. Didapatkan pula
kulit ikterik, slera ikterik, tampak spider nevi pada dinding thorax, adanya ascites
34
yang dibuktikan dengan dinding perut yang lebih tinggi dari dinding dada, dan
adanya pekak alih serta undulasi pada perkusi abdomen.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan adanya penurunan
kesadaran yang kemungkinan besar disebabkan oleh penyakit hati kronis.
Penegakan diagnosis ensephalopati hepatikum dikonfirmasi dengan pemeriksaan
penunjang. Pada pemeriksaan laboratorium kimia klinik didapatkan peningkatan
SGOT (77 u/l), peningkatan SGPT (59 u/l), penurunan albumin (2,5 g/dl),
peningkatan bilirubin total (7,13 mg/dl), dan didapatkan HbsAg (+). SGOT
(Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) atau juga dinamakan AST (Aspartat
Aminotransferase) merupakan enzim yang dijumpai dalam otot jantung dan hati,
sementara dalam konsentrasi sedang dijumpai pada otot rangka, ginjal dan
pankreas. Pada penyakit hati, kadarnya akan meningkat 10 kali lebih dan akan
tetap demikian dalam waktu yang lama. SGPT (Serum Glutamic Pyruvic
Transaminase) atau juga dinamakan ALT (Alanin Aminotransferase) merupakan
enzim yang banyak ditemukan pada sel hati serta efektif untuk mendiagnosis
destruksi hepatoseluler. Peningkatan bilirubin total juga terjadi pada kerusakan
sel-sel hati, dan peningkatan bilirubin total > 2 mg/dl sudah dapat menimbulkan
manifestasi ikterus pada orag dewasa.
Encephalopati hepatikum yang terjadi pada pasien ini dilihat dari deskripsi
klinis merupakan grade IV , berikut tabelnya :
darah, yang
terjadi apabila
organ hati
gagal
mengubah
atau
untuk mengelola terap oral pada pasien yang tidak dapat menelan atau memiliki
risiko aspirasi, IVFD D5% 20 tpm untuk menjaga jangan sampai terjadi dehidrasi
pada
pasien.
IVFD
BCAA 1
flb/24
jam.
Pemberian
BCAA untuk
mengimbangangi porses dari metabolisme amonia. Pada saat terjadi sirosis fungsi
dari hepar untuk metabolisme amonia berkurang, kemudian amonia akan lebih
banya di metabolisme oleh otot. Metabolisme amonia di otot memerlukan banyak
BCAA, sedangkan pada sirosis hepatis produksi BCAA berkurang, jadi
diperlukan tambahan BCAA untuk mengimbangi kebutuhan, sehingga mencegah
progresivitas dari sirosis hepatis.
Inj ceftriaxon 2g/8jam sebagai pengganti antibiotik rifaximin yang
penggunaannya terbukti menunjukkan kesetaraan dalam perbaikan kognitif dan
amonia turun. Inj LOLA (L-Ornithine L-Aspartate 2 amp/12 jam, L-Ornithine-LAspartate secara in vivo bekerja pada dua jalur detoksifikasi amonia, yaitu sintesis
urea dan sintesis glutamine, melalui asam amino ornithine dan aspartate. Sintesis
urea berlangsung pada periportal hepatocytes, dimana ornithine berperan sebagai
aktivator dari dua enzim (enzim ornithine carbamoyl transferase dan enzim
carbamoyl phosphatase synthetase) dan sebagai substrat untuk sintesis urea.
Sintesis glutamine terlokalisasi di perivenous hepatocytes. Khusus pada kondisi
patologis, aspartate dan dicarboxylates lainnya, termasuk produk metabolik dari
ornithine, dibawa ke dalam sel yang akan digunakan dalam pembentukkan
glutamine untuk mengikat amonia. Pada psien juga diberikan Lactulosa 15 cc/8
jam PO, lactulose adalah suatu disakarida yang tidak bisa terabsorbsi. Lactulose
menghambat produksi ammonia dari sistem pencernaan dengan berbagai
mekanisme. Konversi lactulose menjadi asam laktat dan asam asetat merupakan
hasil dari pengasaman lumen usus. Hal ini akan mengubah ammonia (NH3)
menjadu ammonium (NH4+), akibat dari impermeabilitas relatif dari membran,
NH4+ tidak mudah diabsorbsi, sehingga sisanya terjebak di dalam kolon,
sehingga terjadi penurunan ammonia plasma. Pengasaman pencernaan juga
menghambat pertumbuhan bakteri coliform ammoniagenic, sehingga bakteri
lactobacili non amoniagenic meningkat. Lactulose juga bekerja sebagai katarsis,
mengurangi beban bakteri kolon.
36
anamnesis,
pemeriksaan
fisik,
dan
pemeriksaan
penunjang
didapatkan adanya Sirosis hati. Sirosis hati adalah kerusakan pada sel-sel hati
yang merangsang proses peradangan dan perbaikan sel-sel hati yang mati
sehingga menyebabkan terbentuknya jaringan parut. Sirosis hati yang diderita
oleh pasien kemungkinan besar disebabkan oleh hepatitis B kronis yang telah
diderita pasien.Secara fungsional, sirosis hati pasien termasuk dalam jenis sirosis
hati dekompensata Dikenal dengan Active Sirosis hati, karenapada stadium ini
biasanya gejala-gejala sudah jelas, misalnya : ascites, edema dan ikterus. Berikut
klasifikasi sirosis hati Child Pugh :
Measure
<34
(mg/dL)
(<2)
2 points
point
3 points
34-50 (2-3)
>50 (>3)
>3.5
2.8-3.5
<2.8
<4.0
4.0-6.0
> 6.0
Moderate to Severe
with medication)
(or refractory)
Grade I-II
Grade III-IV
None
37
Interpretasi
Points Class One year survival Two year survival
5-6
100%
85%
7-9
81%
57%
10-15 C
45%
35%
Pada pasien ini termasuk dalam kategori Child-pugh C dengan skor 13, berikut
hasil rincian penilaiannya:
Measure
<34
(mg/dL)
(<2)
2 points
point
3 points
34-50 (2-3)
>50 (>3)
>3.5
2.8-3.5
<2.8
<4.0
4.0-6.0
> 6.0
Moderate to Severe
with medication)
(or refractory)
Grade I-II
Grade III-IV
None
38
Tingkat 1 : varises yang kolaps pada saat inflasi esophagus oleh udara
Pada pasien direncakan pemeriksaan feses rutin, dan telah dilakukan pemeriksaan
feses rutin pada tanggal dengan hasil konsistensi feses lunak; warna hitam; darah,
lender, lemak, pus, makanan tidak tercerna, parasite (-); sel epitel, leukosit (-);
eritrosit (+); telur cacing, larva cacing, proglotid cacing, protozoa, yeast (-).
Pasien diberi tatalaksana somatostatin 250 mcg bolus, dilanjutkan SP 250
mcg/jam, pemberian somastostatin bertujuan untuk mengurangi perdarahan pada
39
varises
oesophagus.
Pada
dasarnya
somatostatin
akan
menyebabkan
vasokonstriksi dari pembuluh darah kolateral vena portae . Hal ini secara tidak
langsung akan mengurangi perdarahan.
Umur
Hemoglobin (g/dl)
Anak
6 bulan 6 tahun
6 tahun 14 tahun
Wanita dewasa
Laki-laki dewasa
Ibu hamil
<11
<12
<12
<13
<11
Dewasa
WHO, 2001
Pada Anemia normositik normokrom terjadi penurunan jumlah eritrosit
tidak disertai dengan perubahan konsentrasi hemoglobin (Indeks eritrosit normal
pada anak: MCV 73 101 fl, MCH 23 31 pg , MCHC 26 35 %), bentuk dan
ukuran eritrosit. Anemia normositik normokrom disebabkan oleh karena
perdarahan akut, hemolisis, dan penyakit-penyakit infiltratif metastatik pada
sumsum tulang. Pada pemeriksaan gambaran darah tepi, akan tampak seperti
gambar di bawah.
40
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
SIROSIS HEPATIS
A. DEFINISI
Istilah Sirosis hati diberikan oleh Laence tahun 1819, yang berasal dari
kata Khirrosyang berarti kuning orange (orange yellow), karena perubahan
warna pada nodul-nodulyang terbentuk. Pengertian sirosis hati dapat
dikatakan sebagai berikut yaitu suatu keadaan disorganisassi yang difuse dari
struktur hati yang normal akibat nodul regeneratif yang dikelilingi jaringan
mengalami fibrosis.
Secara lengkap Sirosis hati adalah Kemunduran fungsi liver yang
permanen yang ditandai dengan perubahan histopatologi. Yaitu kerusakan
pada sel-sel hati yang merangsang proses peradangan dan perbaikan sel-sel
hati yang mati sehingga menyebabkan terbentuknya jaringan parut. Sel-sel
hati yang tidak mati beregenerasi untuk menggantikan sel-sel yang telah mati.
Akibatnya, terbentuk sekelompok-sekelompok sel-sel hati baru (regenerative
nodules) dalam jaringan parut.
B. EPIDEMOLOGI
41
Penderita sirosis hati lebih banyak dijumpai pada kaum laki-laki jika
dibandingkan dengan kaum wanita sekita 1,6 : 1 dengan umur rata-rata
terbanyak antara golongan umur 30 59 tahun dengan puncaknya sekitar 40
49 tahun.
C. ETIOLOGI
1. Alkohol
adalah suatu penyebab yang paling umum dari cirrhosis, terutama
didunia barat. Perkembangan sirosis tergantung pada jumlah dan
keteraturan dari konsumsi alkohol. Konsumsi alkohol pada tingkat-tingkat
yang tinggi dan kronis melukai sel-sel hati. Tiga puluh persen dari
individu-individu yang meminum setiap harinya paling sedikit 8 sampai
16 ounces minuman keras (hard liquor) atau atau yang sama dengannya
untuk 15 tahun atau lebih akan mengembangkan sirosis. Alkohol
menyebabkan suatu jajaran dari penyakit-penyakit hati; dari hati berlemak
yang sederhana dan tidak rumit (steatosis), ke hati berlemak yang lebih
serius dengan peradangan (steatohepatitis atau alcoholic hepatitis), ke
sirosis. Nonalcoholic fatty liver disease (NAFLD) merujuk pada suatu
spektrum yang lebar dari penyakit hati yang, seperti penyakit hati
alkoholik (alcoholic liver disease), mencakup dari steatosis sederhana
(simple steatosis), ke nonalcoholic Steatohepatitis (NASH), ke sirosis.
Semua tingkatan-tingkatan dari NAFLD mempunyai bersama-sama
akumulasi lemak dalam sel-sel hati. Istilah nonalkoholik digunakan karena
NAFLD terjadi pada individu-individu yang tidak mengkonsumsi jumlahjumlah alkohol yang berlebihan, namun, dalam banyak aspek-aspek,
gambaran mikroskopik dari NAFLD adalah serupa dengan apa yang dapat
terlihat pada penyakit hati yang disebabkan oleh alkohol yang berlebihan.
NAFLD dikaitkan dengan suatu kondisi yang disebut resistensi insulin,
yang pada gilirannya dihubungkan dengan sindrom metabolisme dan
diabetes mellitus tipe 2. Kegemukan adalah penyebab yang paling penting
dari resistensi insulin, sindrom metabolisme, dan diabetes tipe 2. NAFLD
42
hati.
Di-istilahkan
sirosis
kriptogenik
(cryptogenic
43
Pada
hemochromatosis,
pasien-pasien
mewarisi
suatu
44
pembuluh-pembuluh
empedu,
ia
juga
menyebar
untuk
45
46
Obstruksi aliran darah dalam sistem portal dapat terjadi oleh karena obstruksi
vena porta atau cabang-cabang selanjutnya (ekstra hepatik), peningkatan
tahanan vaskuler dalam hati yang terjadi dengan atau tanpa pengkerutan (intra
hepatik) yang dapat terjadi presinusoid, parasinusoid atau postsinusoid dan
obstruksi aliran keluar vena hepatik (supra hepatik).
Hipertensi portal adalah sindroma klinik umum yang berhubungan
dengan penyakit hati kronik dan dijumpai peningkatan tekanan portal yang
patologis. Tekanan portal normal berkisar antara 5-10 mmHg. Hipertensi
portal timbul bila terdapat kenaikan tekanan dalam sistem portal yang sifatnya
menetap di atas harga normal.
Hipertensi portal dapat terjadi ekstra hepatik, intra hepatik, dan supra
hepatik. Obstruksi vena porta ekstra hepatik merupakan penyebab 50-70%
hipertensi portal pada anak, tetapi dua per tiga kasus tidak spesifik
penyebabnya tidak diketahui, sedangkan obstruksi vena porta intra hepatik dan
supra hepatik lebih banyak menyerang anak-anak yang berumur kurang dari 5
tahun yang tidak mempunyai riwayat penyakit hati sebelumnya.
Penyebab lain sirosis adalah hubungan yang terganggu antara sel-sel hati
dan saluran-saluran melalui mana empedu mengalir. Pada sirosis, canaliculi
adalah abnormal dan hubungan antara sel-sel hati canaliculi hancur/rusak,
tepat seperti hubungan antara sel-sel hati dan darah dalam sinusoid-sinusoid.
Sebagai akibatnya, hati tidak mampu menghilangkan unsur-unsur beracun
secara normal, dan mereka dapat berakumulasi dalam tubuh. Dalam suatu
tingkat yang kecil, pencernaan dalam usus juga berkurang.
E. KLASIFIKASI
Berdasarkan morfologi Sherlock membagi Sirosis hati atas 3 jenis, yaitu :
1. Mikronodular
Ditandai dengan terbentuknya septa tebal teratur, di dalam septa parenkim
hati mengandung nodul halus dan kecil yang merata. Sirosis mikronodular
besar nodulnya sampai 3 mm, sedangkan sirosis makronodular ada yang
47
1
< 2,0
> 3,5
> 70
2
2-<3
2,8 - < 3,5
40 - < 70
3
> 3,0
< 2,8
< 40
(Quick %)
Asites
Min. sedang
Banyak (+++)
Tidak ada
(+) (++)
Stadium 1 & 2
Stadium 3 & 4
Hepatic
Encephalopathy
F. MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang timbul tergantung pada tingkat berat sirosis hati yang
terjadi. Sirosis Hati dibagi dalam tiga tingkatan yakni Sirosis Hati yang paling
rendah Child A, Child B, hingga pada sirosis hati yang paling berat yakni
Child C. Gejala yang biasa dialami penderita sirosis dari yang paling ringan
yakni lemah tidak nafsu makan, hingga yang paling berat yakni bengkak pada
48
perut, tungkai, dan penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan fisik pada tubuh
penderita terdapat palmar eritem, spider nevi.
Palmar Eritem
Spider Naevi
49
Pada keadaan sirosis hati lanjut, terjadi pemecahan protein otot. Asam
amino rantai cabang (AARC) yang terdiri dari valin, leusin, dan isoleusin
digunakan sebagai sumber energi (kompensasi gangguan glukosa sebagai
sumber energi) dan untuk metabolisme amonia. Dalam hal ini, otot rangka
berperan sebagai organ hati kedua sehingga disarankan penderita sirosis hati
mempunyai massa otot yang baik dan bertubuh agak gemuk. Dengan
demikian, diharapkan cadangan energi lebih banyak, stadium kompensata
dapat dipertahankan, dan penderita tidak mudah jatuh pada keadaan koma.
Penderita sirosis hati harus meringankan beban kerja hati. Aktivitas
sehari-hari disesuaikan dengan kondisi tubuh. Pemberian obat-obatan
(hepatotoksik) harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Penderita harus
melakukan diet seimbang, cukup kalori, dan mencegah konstipasi. Pada
keadaan tertentu, misalnya, asites perlu diet rendah protein dan rendah garam.
G. KOMPLIKASI
1. Edema dan ascites
Ketika sirosis hati menjadi parah, tanda-tanda dikirim ke ginjalginjal untuk menahan garam dan air didalam tubuh. Kelebihan garam dan
air pertama-tama berakumulasi dalam jaringan dibawah kulit pergelanganpergelangan kaki dan kaki-kaki karena efek gaya berat ketika berdiri atau
duduk. Akumulasi cairan ini disebut edema atau pitting edema. Ketika
sirosis memburuk dan lebih banyak garam dan air yang tertahan, cairan
juga mungkin berakumulasi dalam rongga perut antara dinding perut dan
organ-organ perut. Akumulasi cairan ini (disebut ascites) menyebabkan
pembengkakkan perut, ketidaknyamanan perut, dan berat badan yang
meningkat.
2. Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP)
Cairan dalam rongga perut (ascites) adalah tempat yang sempurna
untuk
bakteri-bakteri
berkembang.
Secara
normal,
rongga
perut
mengandung suatu jumlah yang sangat kecil cairan yang mampu melawan
infeksi dengan baik, dan bakteri-bakteri yang masuk ke perut (biasanya
50
dari usus) dibunuh atau menemukan jalan mereka kedalam vena portal dan
ke hati dimana mereka dibunuh. Pada sirosis, cairan yang mengumpul
didalam perut tidak mampu untuk melawan infeksi secara normal. Sebagai
tambahan, lebih banyak bakteri-bakteri menemukan jalan mereka dari usus
kedalam ascites. Oleh karenanya, infeksi didalam perut dan ascites,
dirujuk sebagai spontaneous bacterial peritonitis atau SBP, kemungkinan
terjadi. SBP adalah suatu komplikasi yang mengancam nyawa. Beberapa
pasien-pasien dengan SBP tdak mempunyai gejala-gejala, dimana yang
lainnya mempunyai demam, kedinginan, sakit perut dan kelembutan perut,
diare, dan memburuknya ascites.
3. Perdarahan
dari
Varises-Varises
Kerongkongan
(Oesophageal
Varices)
Pada sirosis hati, jaringan parut menghalangi aliran darah yang
kembali ke jantung dari usus-usus dan meningkatkan tekanan dalam vena
portal (hipertensi portal). Ketika tekanan dalam vena portal menjadi cukup
tinggi, ia menyebabkan darah mengalir di sekitar hati melalui vena-vena
dengan tekanan yang lebih rendah untuk mencapai jantung. Vena-vena
yang paling umum yang dilalui darah untuk melewati hati adalah venavena yang melapisi bagian bawah dari kerongkongan (esophagus) dan
bagian atas dari lambung.
Sebagai suatu akibat dari aliran darah yang meningkat dan
peningkatan tekanan yang diakibatkannya, vena-vena pada kerongkongan
yang lebih bawah dan lambung bagian atas mengembang dan mereka
disebut sebagai esophageal dan gastric varices; lebih tinggi tekanan portal,
lebih besar varices-varices dan lebih mungkin seorang pasien mendapat
perdarahan dari varices-varices kedalam kerongkongan (esophagus) atau
lambung.
Perdarahan juga mungkin terjadi dari varices-varices yang terbentuk
dimana saja didalam usus-usus, contohnya, usus besar (kolon), namun ini
adalah jarang. Untuk sebab-sebab yang belum diketahui, pasien-pasien
yang diopname karena perdarahan yang secara aktif dari varices-varices
51
4. Hepatic encephalopathy
Beberapa protein-protein dalam makanan yang terlepas dari
pencernaan dan penyerapan digunakan oleh bakteri-bakteri yang secara
normal terdapat dalam usus. Bakteri akan memetabolisme protein untuk
fungsil sel mereka dan mengeluarkan unsure metabolisme. Unsur-unsur ini
kemudian dapat diserap kedalam tubuh. Beberapa dari unsur-unsur ini,
52
untuk
membersihkan
unsur-unsur
dari
darah
dan
53
54
sekunder adalah satu yang berasal dari mana saja didalam tubuh dan
menyebar (metastasizes) ke hati.
H. DIAGNOSTIK DAN PENATALAKSANAAN
1. Pemeriksaan Diagnostik
a.
b.
c.
d.
e.
Pemeriksaan Laboratorium :
Bilirubin serum, AST(SGOT)/ALT(SPGT),LDH, Alkalin fosfotase,
Albumin serum, Globulin, Darh lengkap, masa prototrombin,
Fibrinogen, BUN, Amonia serum, Glukosa serum, Elektrolit, kalsium,
Pemeriksaan nutrient, Urobilinogen urin, dan Urobilinogen fekal.
2. Penatalaksanaan
Pengobatan sirosis hati pada prinsipnya berupa :
a. Simtomatis
b. Supportif, yaitu :
1) Istirahat yang cukup
2) Pengaturan makanan yang cukup dan seimbang;misalnya : cukup
kalori, protein 1gr/kgBB/hari dan vitamin
3) Pengobatan berdasarkan etiologi
Misalnya pada sirosis hati akibat infeksi virus C dapat dicoba
dengan interferon. Sekarang telah dikembangkan perubahan
strategi terapi bagian pasien dengan hepatitis C kronik yang belum
pernah mendapatkan pengobatan IFN seperti a) kombinasi IFN
dengan ribavirin, b) terapi induksi IFN, c) terapi dosis IFN tiap
hari.
55
a) Terapi kombinasi IFN dan Ribavirin terdiri dari IFN 3 juta unit
3 x seminggu dan RIB 1000-2000 mg perhari tergantung berat
badan (1000mg untuk berat badan kurang dari 75kg) yang
diberikan untukjangka waktu 24-48 minggu.
b) Terapi induksi Interferon yaitu interferon diberikan dengan
dosis yang lebih tinggi dari 3 juta unit setiap hari untuk 2-4
minggu yang dilanjutkan dengan 3 juta unit 3 x seminggu
selama 48 minggu dengan atau tanpa kombinasi dengan RIB.
c) Terapi dosis interferon setiap hari.
Dasar pemberian IFN dengan dosis 3 juta atau 5 juta unit tiap
hari sampai HCV-RNA negatif di serum dan jaringan hati.
c. Pengobatan yang spesifik dari sirosis hati akan diberikan jika telah
terjadi komplikasi seperti
1) Asites
Dikendalikan dengan terapi konservatif yang terdiri atas :
-
Istirahat
Diuretik
Pemberian diuretic hanya bagi penderita yang telah menjalani
diet rendah garam dan pembatasan cairan namun penurunan
berat badannya kurang dari 1 kg setelah 4 hari. Mengingat
salah satu komplikasi akibat pemberian diuretic adalah
hipokalemia dan hal ini dapat mencetuskan encephalopaty
hepatic, maka pilihan utama diuretic adalah spironolacton, dan
dimulai dengan dosis rendah, serta dapat dinaikkan dosisnya
bertahap tiap 3-4 hari, apabila dengan dosis maksimal
diuresinya belum tercapai maka dapat kita kombinasikan
dengan furosemid.
56
57
Pemberian
obat-obatan
berupa
antasida,ARH2,Antifibrinolitik,Vitamin
K,
Vasopressin,
perdarahan
dan
misalnya
Pemasangan
TindakanSkleroterapi
Ligasi
Ballon
aatau
Oesophageal Transection.
5) Ensefalopati Hepatik
Prinsip penggunaan ada 3 sasaran :
-
I. PROGNOSIS
Prognosis sirosis hepatis menjadi buruk apabila:
-
Hati mengecil
Komplikasi neurologis
Kadar natriumn darah rendah (< 120 meq/i), tekanan systole < 100 mmHg
58
ENSEFALOPATI HEPATIK
A. DEFINISI
Ensefalopati hepatik (HE) adalah suatu keadaan terjadinya disfungsi
otak yang disebabkan oleh kerusakan hepar. HE bermanifestasi klinis sebagai
bentuk kelainan neurologis dan psikiatri berawal dari perubahan subklinis lalu
akan berubah menjadi koma.
Ensefalopati hepatik merupakan suatu sindrom neuropsikiatrik yang
umumnya terjadi karena kadar protein yang tinggi di saluran pencernaan atau
karena stress metabolik akut (perdarahan saluran pencernaan, infeksi, dan
gangguan elektrolit pada pasien dengan portal-systemic shunting. Gejalagejala yang muncul umumnya gejala neuropsikiatrik diantaranya confusion,
flapping tremor, koma.
Ensefalopati hepatik adalah suatu kompleks suatu gangguan susunan
59
saraf pusat yang paling banyak dijumpai pada pasien dengan gagal hati.
Kelainan ini ditandai oleh gangguan memori dan perubahan kepribadian.
B. ETIOLOGI
Ensefalopati hepatik dapat muncul pada hepatitis fulminan atau yang
disebut dengan gagal hati akut akibat nekrosis hepatosit massif atau gangguan
fungsional hepatosit berat yang disebabkan oleh obat-obatan, atau racun,
namun umumnya muncul pada sirosis atau penyakit kronik lainnya saat terjadi
kolateral portal-sistemik yang besar sebagai komplikasi dari hipertensi portal.
Bahan-bahan yang diserap kedalam aliran darah dari usus, akan melewati hati,
dimana racun-racunnya akan dibuang. Pada ensefalopati hepatic yang terjadi
adalah:
1. Racun-racun yang tidak dibuang karena funsi hati terganggu.
2. Telah terbentuk hubungan antara system portal dan sirkulasi umum
(sebagai akibat dari penyakit hati) sehingga racun tadak melewati hati.
apapun penyebabnya akibatnya adalah sampainya racun di otak dan
mempengaruhi fungsi otak. Tingginya kadar hasil pemecahan protein
dalam darah misalnya ammonia, akan memegang peranan yang penting
dalam terjadinya ensephalopati hepatikum.
Ensepalopati hepatikum dibagi menjadi dua tipe yaitu tipe akut terjadi
keadaan prekoma atau koma hepatikum dalam waktu yang singkat yaitu
kurang dari 8 minggu, sedangkan pada tipe subakut terjadi prekoma atau koma
hepatikum dalam waktu 8 minggu dari gejala awal. Etiologi umumnya adalah
hepatitis akut (fulminan), hepatitis alkoholik, reaksi atau keracunan obat,
bahan kimia. Dapat juga karena penyakit lain, seperti kelainan pembuluh
darah, seperti iskemia hati, veno occlusive disease, heat stroke, infiltrasi
maligna, syok berat atau tanpa sepsis.
Pada Tipe ensepalohepatikum tipe kronik sering terjadi pada sirosis hati
dengan kolateral porto-sistemik yang ekstensif. Di sini didapatkan gejalagejala gangguan mental, emosional atau kelainan neurologik dalam periode
berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Faktor etiologinya :
60
Klinis
- Kurang kesadaran ringan
Kriteria
Meskipun orientasi waktu dan
Kecemasan
ruang,
kebiasaan
61
pasien
dengan
terdapat
respon
Grade II
Grade III
standar
Subtraksi
Letargi atau apatis
fisik
Disorentasi
Disorentasi waktu
pemeriksaan
untuk
waktu
nyata
Dispraksia
gejala
Asteriksis
Somnolen
menjadi
stupor
-
Grade IV
pada
Kurang
respon
tiga
diikuti
stimulus
Kebingungan
Disorentasi nyata
- Kebiasaan aneh
Koma
toksin
dan
produk
sisa
metabolik,
sehingga
terjadi
pembengkakan otak dan edema serebral . Salah satu toksin yang menumpuk
dan yang diduga merupakan penyebab dari banyak gejala ensefalopati
hepatika adalah amonia. Amonia adalah produk sampingan metabolisme
protein dan kerja bakteri usus. Salah satu fungsi penting hati adalah mengubah
amonia menjadi urea. Tidak seperti amonia, urea mudah diekskresikan oleh
ginjal.
63
Hipotesis amoniak
Amonia berasal dari mukosa usus sebagai hasil degradasi protein dalam
lumen usus dan dari bakteri yang mengandung urease. Dalam hati amonia
diubah menjadi urea pada sel hati periportal dan menjadi glutamine pada
sel hati perivenus, sehingga jumlah amonia yang masuk ke sirkulasi dapat
dikontrol dengan baik. Glutamin juga diproduksi oleh otot (50%), hati,
ginjal, dan otak (7%). Pada penyakit hati kronis akan terjadi gangguan
2.
3.
sedangkan
pada
keadaan
gangguan
fungsi
yang
64
65
serotonin.
Neurotransmitter
palsu
merupakan
inhibitor
glukoneogenesis.
Kadar
glukagon
meningkat
akibat
66
ensefalopati
hepatic
menunjukkan
suatu
kelaianan
67
tanda-tanda
dehidrasi
dan
terdapat
pendarahan
gastrointestinal.
4. Tanda Penting ensepalopati hepatikum
Tanda gejala klinis yang penting dapat dilihat pada ensepalopati
hepatikum diantaranya adalah ikterus, terdapat tanda-tanda sirosis
hepatis, hepatomegali dengan konsistensi keras, permukaan tidak rata,
sering tidak nyeri tekan dan terdapat bising hepar.
5. Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium dapat dilihat beberapa komponen
darah mengalami kenaikan seperti: Fosfotase alkali naik, gamma GT
naik,
serum
alfa-feto
protein
lebih
besar
dari
15
g/ml,
68
69
untuk
mengkonfirmasikan
diagnosis.
Untuk
biopsi,
jumlah
siklus
gelombang
perdetik.
Terjadi
70
efek
prebiotik
mempromosikan
(obat
pertumbuhan
menjadi
zat
dicerna
mikroorganisme
yang
yang
laktosa
telah
disarankan.
Namun,
satu-satunya
71
72
6) Neomicin
Antibiotik ini masih memiliki pendukung dan secara luas
digunakan di masa lalu untuk pengobatan HE. Neomycin
dikenal sebagai glutaminase inhibitor.
7) Metronidazol
Sebagai terapi jangka pendek, metronidazole juga memiliki
pendukung untuk penggunaannya. Namun, ototoksisitas jangka
panjang, nefrotoksisitas, neurotoksisitas dan membuat agen ini
tidak menarik untuk penggunaan jangka panjang yang
berkesinambungan.
8) Flumanezil
Obat ini tidak sering digunakan. Ini secara sementara
meningkatkan status mental di OHE tanpa perbaikan pada
pemulihan atau kelangsungan hidup. Efeknya mungkin penting
dalam situasi marjinal untuk menghindari ventilasi terbantu.
Demikian juga, efeknya mungkin membantu dalam situasi
diagnostik
diferensial
sulit
dengan
mengkonfirmasi
74
76
DAFTAR PUSTAKA
Amie Vidyani, Denny Vianto, dkk. Faktor Resiko Terkait Pendarahan Varises
Esofagus Berulang Pada Penderita Sirosis Hati. J Peny Dalam, Volume 12
Nomor 3 September 2011
Bacon Bruce R.Cirrhosis and its Complication diambil dari buku Harrisons
Principle of Internal Medicine 18th Edition. Lewis dkk.2011.USA :
McGraw Hill.Halaman 2592-2602
Guyton &Hall. 2000. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
Hadi.Sujono, Gastroenterology,Penerbit Alumni / 1995 / Bandung
Hakim Zain.L, Penatalaksanaan Penderita Sirosis Hepatis
Lesmana.L.A, Pembaharuan Strategi Terapai Hepatitis Kronik C, Bagian
IlmuPenyakit Dalam FK UI. RSUPN Cipto Mangunkusumo
Maryani, Sutadi. 2003. Sirosis hepatic. Medan : Bagian ilmu penyakit dalam
USU.
Nurdjanah S. Sirosis hati diambil dari Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I
Edisi 5. Aru W sudoyo dkk.2009. Jakarta : FK UI.Halaman 668-673
Price Sylvia A, Wilson Lorraine M, Sirosis Hati diambil dari buku Patofisiologi:
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Volume 1, Edisi 6,2006,Halaman
493-50
Rosenack,J, Diagnosis and Therapy of Chronic Liver and Biliarry Diseases
Sherlock.S, Penyakit Hati dan Sistim Saluran Empedu, Oxford,England Blackwell
1997
Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam jilid I, Edisi II, Penerbit Balai FK UI,
Jakarta1987Teguh Karjadi, Felix Firyanto Widjaja. Pencegahan
Perdarahan Berulang pada Pasien Sirosis Hati. J Indon Med Assoc,
Volum: 61, Nomor: 10, Oktober 2011
77