Oleh:
Ratu Siti Khadijah Sarah
G99142022
G99142023
Adya Sitaresmi
G99142024
G99142025
Pembimbing:
Evi Nurhayatun, dr., Sp.PD, M.Kes
KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI
S U RAK AR TA
2016
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kasus Besar Ilmu Penyakit Dalam dengan judul:
SEORANG PEREMPUAN 24 TAHUN DENGAN CKD STAGE V DENGAN
OEDEM PULMO, CHF NYHA III, HIPERKALEMI BERAT, DAN
PENINGKATAN ENZIM TRANSAMINASE
Oleh:
Ratu Siti Khadijah Sarah G99142022
Almira Muthia Deaneva
G99142023
Adya Sitaresmi
G99142024
G99142025
BAB I
STATUS PASIEN
I.
ANAMNESIS
A. Identitas
Nama
: Ny. BA
No RM
: 013548XX
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
: 24 tahun
: Perempuan
: Boyolali, Jawa Tengah
Suku
: Jawa
Pekerjaan
Pendidikan
:: SMA
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
Data dasar
Auto anamnesis dan alloanamnesis di Bangsal Penyakit Dalam
Melati 1 kamar 5F RS Dr. Moewardi
Keluhan utama:
Sesak napas sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat penyakit sekarang:
Pasien datang ke IGD RSUD Dr. Moewardi dengan keluhan
sesak napas sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Sesak dirasakan
terus menerus. Sesak bertambah berat saat pasien beraktivitas dan
tidak berkurang dengan istirahat atau posisi setengah duduk.
Sebelumnya pasien sudah mengeluhkan sesak napas sejak 2 bulan
sebelum masuk rumah sakit yang memberat sejak 3 hari. Sesak
dirasakan hilang timbul. Sesak bertambah berat saat pasien
beraktivitas ringan seperti berjalan 10 meter ke kamar mandi, pasien
3
Tempat
Keterangan
Perawatan
Disangkal
Disangkal
(+) rawat jalan di
dokter swasta
Disangkal
Disangkal
Disangkal
Disangkal
Keterangan
Disangkal
Disangkal
Disangkal
Disangkal
Disangkal
Disangkal
Disangkal
Disangkal
Disangkal
Disangkal
Disangkal
78 tahun
73 tahun
73 tahun
45 tahun
Keterangan :
Laki laki
Perempuan
Pasien
Meninggal dunia
Riwayat kebiasaan
Makan
Merokok
Alkohol
Minum jamu
Obat bebas
Suplemen
4-5 sendok.
Disangkal
Disangkal
Disangkal
Disangkal
Disangkal
multivitamin
Riwayat gizi
Pasien sehari-hari makan sebanyak 3 kali sehari. Porsi untuk
sekali makan 10-12 sendok makan dengan nasi, lauk-pauk, dan
sayur.
Riwayat sosial ekonomi
Pasien adalah anak pertama dari 3 bersaudara, tinggal serumah
bersama kedua orangtua dan adik-adiknya. Sehari-hari pasien hanya di
rumah. Pasien berobat menggunakan fasilitas BPJS.
Anamnesis sistem
1.
2.
Keluhan utama
Kulit
3.
Kepala
(-)
: Pusing (-), nggliyer (+), kepala terasa
berat (-), perasaan berputar-putar (-),
nyeri kepala (-), rambut mudah rontok
4.
Mata
(-)
: Mata
berkunang-kunang
(-/-),
Hidung
Telinga
7.
Mulut
darah (-/-)
: Bibir kering (-), gusi mudah berdarah
8.
Tenggorokan
9.
Sistem respirasi
10.
(-),
sering
pingsan
(-),
BAB
darah
bercampur
(-),
BAB
progresif (-)
Sistem muskuloskeletal: Lemas (-), leher kaku (-), keju-kemeng
(-), kaku sendi (-), nyeri sendi (-),
bengkak sendi (-), nyeri otot (-), kaku
13.
Ekstremitas
a.
Atas
b.
Bawah
2.
3.
4.
Tanda vital
Tensi
Nadi
Frekuensi nafas
Suhu
VAS
Status gizi
: 160/100 mmHg
: 112 kali /menit
: 32 kali /menit
: 36,50C
:0
:
:
:
:
Berat Badan
Tinggi Badan
IMT
Kesan
Kulit
50 kg
156 cm
20,54 kg/m2
Gizi cukup
5.
Kepala
ekimosis (-)
: Bentuk mesocephal, rambut warna hitam, mudah rontok
6.
Mata
Telinga
8.
9.
Hidung
Mulut
tragus (-)
: Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-)
: Sianosis (-), gusi berdarah (-), papil lidah atrofi (-), gusi
10.
Leher
berdarah (-), luka pada sudut bibir (-), oral thrush (-)
: JVP R+4 cm (meningkat), trakea ditengah, simetris,
7.
Thorax
leher (-)
: Bentuk normochest, simetris, pengembangan dada kanan
=
kiri,
retraksi
10
intercostal
(+),
pernafasan
Jantung
Inspeksi
Palpasi
di
SIC
VI
linea
Perkusi
:
Batas jantung kanan atas: SIC II linea sternalis dextra
Batas jantung kanan bawah: SIC IV linea parasternalis
-
dekstra
Batas jantung kiri atas: SIC II linea sternalis sinistra
Batas jantung kiri bawah: SIC VI linea
13. Pulmo
a.
Depan
Inspeksi
Statis
-
Dinamis
intercostal (-)
Palpasi
Statis
Dinamis
: Simetris
: Pergerakan kanan = kiri, fremitus raba
kanan = kiri
Perkusi
Kanan
pada
SIC
VI
linea
Kiri
11
Auskultasi
Kanan
Kiri
krepitasi (-)
: Suara dasar vesikuler normal, suara
tambahan: wheezing (-), ronkhi basah
kasar (-), ronki basah halus (+),
krepitasi (-)
b.
Belakang
Inspeksi
Statis
-
Dinamis
Palpasi
Statis
Dinamis
: Simetris
: Pergerakan kanan = kiri, fremitus raba
kanan = kiri
Perkusi
Kanan
: Sonor
Kiri
: Sonor
Peranjakan diafragma 5 cm
Auskultasi
Kanan
: Suara dasar vesikuler normal, suara
tambahan: wheezing (-), ronkhi basah
kasar (-), ronki basah halus (+),
-
Kiri
krepitasi (-)
: Suara dasar vesikuler normal, suara
tambahan: wheezing (-), ronkhi basah
kasar (-), ronki basah halus (+),
krepitasi (-)
13.
Abdomen
12
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
epigastrium (-)
: timpani (+), pekak alih (-)
: distended (-), nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), defans
muskuler (-), hepar dan lien tidak teraba, hemoroid
(-), undulasi (-)
14.
15.
Ginjal
Palpasi
Nyeri ketok
Ekstremitas
Akral
dingin
_
_
_
_
Oedem
Superior Ka/Ki : Oedem (-/-), sianosis (-/-), pucat (-/-), akral dingin
(-/-), ikterik (-/-), luka (-/-), kuku pucat (-/-), spoon
nail (-/-), clubing finger (-/-), flat nail (-/-), nyeri
tekan dan nyeri gerak (-/-), deformitas (-/-)
Inferior Ka/Ki : Oedem (-/-), sianosis (-/-), pucat (-/-), akral dingin
(-/-), ikterik (-/-), luka (-/-), kuku pucat (-/-), spoon
nail (-/-), clubing finger (-/-), flat nail (-/-), nyeri tekan
dan nyeri gerak genu bilateral (-/-), deformitas (-/-)
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Laboratorium darah
Tanggal: 4 Oktober 2016
Pemeriksaan
Hb
Hct
AL
AT
AE
Golongan darah
MCV
MCH
MCHC
Hasil
Satuan
HEMATOLOGI RUTIN
7,1
g/dl
20
%
10,8
103/ L
463
103 / L
2,27
106/ L
O
INDEX ERITROSIT
m
87
/
31,3
pg
36,0
g/dl
13
Rujukan
12,0 - 15,6
33 45
4,5 - 11,0
150 450
4,10 - 5,10
80,0-96,0
28,0-33,0
33,0-36,0
RDW
MPV
PDW
Eosinofil
Basofil
Netrofil
Limfosit
Monosit
GDS
SGOT
SGPT
Creatinine
Ureum
Albumin
Natrium darah
Kalium darah
Calsium ion
HbsAg
PH
BE
PCO2
PO2
Hematokrit
HCO3
Total CO2
O2 Saturasi
Arteri
12,8
%
7,6
fl
16
%
HITUNG JENIS
0,20
%
0,10
%
82,60
%
14,90
%
2,20
%
KIMIA KLINIK
161
mg/dl
/L
314
/L
156
19,4
mg/dl
220
mg/dl
3,9
g/dl
ELEKTROLIT
128
mmol/L
9,0
mmol/L
1,15
mmol/L
SEROLOGI HEPATITIS
Nonreactive
ANALISA GAS DARAH
7,286
-9,6
mmol/L
38,3
mmHg
60,1
mmHg
23
%
17,6
mmol/L
18,8
mmol/L
74,4
mmol/L
LAKTAT
3,30
Mmol/L
11.6-14,6
7,2-11,1
25-65
0,0-4,0
0,0-2,0
55,0-80,0
22,0-44,0
0,0-7,0
60 140
< 31
< 34
0,6 - 1,1
< 50
3,5 5,2
136 -145
3,3 - 5,1
1,17-1,29
Nonreactive
7,350 7,450
-2 - +3
27,0 41,0
83,0 108,0
27,0 41,0
21,0 28,0
19,0 24,0
94,0 98,0
0,36 - 0,75
Kesimpulan AGD :
Asidosis metabolik tidak terkompensasi dengan gagal napas tipe 1
14
B. Radiologi
Foto Thorak PA
Tanggal: 4 Oktober 2016
C. Elektrokardiografi
Tanggal: 4 Oktober 2016
16
IV.
RESUME
1.
Keluhan utama
2.
3.
4.
Elektrokardiagrafi
Sinus rhytm, detak jantung 85 kali permenit, normoaxis
b.
Laboratorium darah:
Hb 7,1; Hct: 20%; AE 3,49; AL 463; AE 2,27; Netrofil :
82,60; Limfosit: 14,90; SGOT 314, SGPT 156, kreatinin 19,4,
ureum 220, Natrium 128, kalium 9,0, kalsium 1,15, asidosis
metabolik tidak terkompensasi.
c.
Foto Thoraks PA
Cardiomegaly dan oedem pulmo
17
V.
VI.
CKD stage 5
2.
3.
4.
Hiperkalemia berat
5.
PROGNOSIS
1.
Ad vitam
: dubia ad bonam
2.
Ad sanam
: malam
3.
Ad fungsionam
: malam
18
RENCANA AWAL
No
1.
Diagnosis
CKD stage 5
Pengkajian
Rencana Awal
(Assesment)
diagnosis
Anamnesis:
Pasien merasa BAK
Urin rutin
USG Ginjal
diakui sedikit-sedikit
sejak 1 bulan terakhir,
1-2 kali sehari, sebanyak
-1 gelas belimbing,
mual muntah (+), lemas
nggliyer
Pemeriksaan fisik:
Rencana Terapi
Diet ginjal 1700 kkal
Konjungtiva pucat
Pemeriksaan
Kreatinin 19,4
19
Monitoring
rendah protein 40
kepada pasien
Observasi
tentang diet,
keluhan
gr/hari
Infus D5% 16 tpm
obat yang
sesak
diminum ,
mikro
Infus EAS pfrimmer 1
Balance
penyakit pada
fl/24 jam
Inj Furosemid 40 mg/ 8
dan
jam
NAC 600 mg/8 jam
HD CITO
penunjang:
Edukasi
KUVS
HD
CaCO3 1 tab/8 jam
Asam folat 800 mcg/24
(+/+)
Rencana
Penjelasan
jam
Tranfusi PRC 2 kolf on
TD : 160/100
Rencana
pasien, kondisi
komplikasinya
cairan
Ureum 220
Hb: 7,1
Hct: 20
2.
AE 2,27
Anamnesis: Sesak
dengan oedema
pulmo
terus menerus,tidak
O2 10 lpm NRM
tentang diet,
A(x):
membaik dengan
obat yang
cardiomegali,
E(x): HHD
jam
Amlodipin 10 mg/24
jam
Penjelasan
KUVS
kepada pasien
Balance
diminum ,
penyakit pada
pasien, kondisi
dan
komplikasinya
Pemeriksaan fisik:
JVP meningkat R+4
cm
Batas jantung melebar
ke caudolateral
Ronki basah halus (+/
20
cairan
+)
Pemeriksaan
Penunjang:
Rontgen
thoraks:
Asidosis
saat aktivitas
Anamnesis: -
metabolik
Status: Konsul
anestesi
21
O2 10 lpm NRM
Natrium bicarbonate
Penjelasan
Tanda vital
kepada pasien
Observasi
terkompensasi
dengan
RR 32x/menit
50 mcg bolus
tentang kondisi
keluhan
selanjutnya 50 mcg
dan
sesak
penunjang:
komplikasinya
AGD :
tpm mikro
gagal Pemeriksaan
napas tipe 1
Cek AGD
post koreksi
pH 7,266
HCO3 17,6
pCO2 38,3 Normal
pO2: 60,1
4
Hiperkalemia
Anamnesis: -
berat
Pemeriksaan fisik: -
Cek elektrolit
insulin 10 IU bolus
Pemeriksaan
pelan
Inj Ca glukonas 1
penunjang:
amp/8 jam
Kalium: 9,0
Infus D40% 2 fl +
Penjelasan
KUVS
kepada pasien
Cek
tentang kondisi
elektrolit
penyakit dan
post koreksi
komplikasinya
Peningkatan
Anamnesis: -
enzim
Pemeriksaan fisik: -
marker hepatitis :
kepada pasien
transaminase
Pemeriksaan
tentang kondisi
22
Penjelasan
penunjang:
SGOT 314
SGPT 156
anti HCV
penyakit dan
komplikasinya
23
FOLLOW UP PASIEN
Tgl
S
O
5 Oktober 2016
(DPH 1)
6 Oktober 2016
(DPH 2)
Lemas, sesak (-)
KU: Sakit sedang,
E4V5M6
Tensi :170/110 mmHg
Resp : 26 kali/menit
Nadi :110 kali/menit
Suhu : 36,2 C
Kulit : Turgor kulit
E4V5M6
Tensi :170/120 mmHg
Resp : 22 kali/menit
Nadi :108 kali/menit
Suhu : 36,6 C
Kulit : Turgor kulit
normal
Mata : CA (+/+),SI
7 Oktober 2016
(DPH 3)
8 Oktober 2016
normal
Mata : CA (+/+),SI (-/-) normal
Hidung : nafas cuping Mata : CA (+/+),SI (-/-)
(-/-)
Hidung : nafas cuping
Hidung : nafas cuping hidung (-), sekret (-)
hidung (-), sekret (-)
hidung (-), sekret (-) Telinga : sekret (-),
Telinga : sekret (-),
Telinga : sekret (-), darah (-)
Mulut: mukosa basah, darah (-)
darah (-)
Mulut: mukosa basah,
Mulut: mukosa basah, sianosis (-)
Leher : JVP R+4 cm sianosis (-)
sianosis (-)
Leher : JVP R+4 cm
Thoraks : simetris,
Leher : JVP R+4 cm
Thoraks : simetris,
Thoraks : simetris,
retraksi (-)
Cor
retraksi (-)
retraksi (-)
I : IC tidak tampak Cor
Cor
P : IC teraba di
I : IC tidak tampak
I : IC tidak
24
10 Oktober 2016
11 Oktober 2016
(DPH 4)
Lemas, sesak (-)
KU: Sakit sedang,
(DPH 6)
Tidak ada keluhan
KU: Sakit sedang,
(DPH 7)
Tidak ada keluhan
KU: Sakit sedang,
E4V5M6
Tensi :145/104 mmHg
Resp : 21 kali/menit
Nadi : 90 kali/menit
Suhu : 36,5 C
Kulit : Turgor kulit
E4V5M6
Tensi : 130/90 mmHg
Resp : 20 kali/menit
Nadi : 88 kali/menit
Suhu : 36,2 C
Kulit : Turgor kulit
E4V5M6
Tensi : 130/80 mmHg
Resp : 20 kali/menit
Nadi : 80 kali/menit
Suhu : 36,2 C
Kulit : Turgor kulit
normal
normal
normal
Mata : CA (+/+),SI (-/-) Mata : CA (+/+),SI (-/-) Mata : CA (+/+),SI (-/-)
Hidung : nafas cuping Hidung : nafas cuping Hidung : nafas cuping
hidung (-), sekret (-)
Telinga : sekret (-),
darah (-)
darah (-)
darah (-)
sianosis (-)
sianosis (-)
sianosis (-)
Leher : JVP R+4 cm Leher : JVP R+4 cm Leher : JVP R+4 cm
Thoraks : simetris,
Thoraks : simetris,
Thoraks : simetris,
retraksi (-)
retraksi (-)
retraksi (-)
Cor
Cor
Cor
I : IC tidak tampak
I : IC tidak tampak
I : IC tidak tampak
P : IC teraba di
P : IC teraba di
P : IC teraba di
tampak
P : IC teraba di
SIC VI linea
medioclavicul
a-ris sinistra 2
cm lateral
P : Batas jantung
kesan melebar
ke
caudolateral
A : BJ I-II
intensitas
normal, reguler
Pulmo
I : Pengembangan
dada
kanan=kiri
P : Fremitus raba
kanan=kiri
P : Sonor/sonor
A : SDV (+/+), RBH
(+/+)
Abdomen
I : DP //DD
SIC VI linea
P : IC teraba di
SIC VI linea
SIC VI linea
SIC VI linea
medioclavicula
SIC VI linea
medioclavicula
medioclavicula
medioclavicula
-ris sinistra 2
medioclavicula
-ris sinistra 2
-ris sinistra 2
-ris sinistra 2
cm lateral
P : Batas jantung
kesan melebar
ke caudolateral
A : BJ I-II
intensitas
normal, reguler
Pulmo
I : Pengembangan
dada kanan=kiri
P : Fremitus raba
kanan=kiri
P : Sonor/sonor
A : SDV (+/+), RBH
(+/+)
Abdomen
I : DP //DD
A : Bising usus (+)
12x/menit
P : Timpani, pekak
alih (+)
P : Supel, nyeri
-ris sinistra 2
cm lateral
P : Batas jantung
kesan melebar
ke caudolateral
A : BJ I-II
intensitas
normal, reguler
Pulmo
I : Pengembangan
dada kanan=kiri
P : Fremitus raba
cm lateral
P : Batas jantung
cm lateral
P : Batas jantung
cm lateral
P : Batas jantung
kesan melebar
kesan melebar
kesan melebar
ke caudolateral
A : BJ I-II
intensitas
intensitas
normal, reguler
Pulmo
I : Pengembangan
normal, reguler
Pulmo
I : Pengembangan
dada kanan=kiri
P : Fremitus raba
dada kanan=kiri
P : Fremitus raba
kanan=kiri
P : Sonor/sonor
A : SDV (+/+), RBH
kanan=kiri
P : Sonor/sonor
A : SDV (+/+), RBH
kanan=kiri
P : Sonor/sonor
A : SDV (+/+), RBH (-/-)
Abdomen
(+/+) minimal
I : DP //DD
Abdomen
A : Bising usus (+)
I : DP //DD
A : Bising usus (+)
12x/menit
P : Timpani, pekak
12x/menit
P : Timpani, pekak
alih (+)
P : Supel, nyeri
25
ke caudolateral
A : BJ I-II
(-/-)
Abdomen
I : DP //DD
A : Bising usus (+)
12x/menit
P : Timpani, pekak
alih (+)
P : Supel, nyeri
ke caudolateral
A : BJ I-II intensitas
normal, reguler
Pulmo
I : Pengembangan
dada kanan=kiri
P : Fremitus raba
kanan=kiri
P : Sonor/sonor
A : SDV (+/+), RBH
(-/-)
Abdomen
I : DP //DD
A : Bising usus (+)
12x/menit
P : Timpani, pekak
alih (+)
P : Supel, nyeri
tekan (-), hepar &
12x/menit
P : Timpani, pekak
alih (+)
P : Supel, nyeri
tidak ada
alih (+)
P : Supel, nyeri
Ekstremitas: akral
tidak ada
Ekstremitas: akral
Ekstremitas: akral
tidak ada
tidak ada
Urin rutin:
Makroskopis:
Warna: yellow
Kejernihan: SI cloudy
Kimia Urin:
BJ: 1,000
PH: 7,0
Leukosit: (-)
Nitrit: (-)
Protein: 320 mg/dl
Glukosa: 50 mg/dl
Keton: (-)
Urobilinogen: normal
Bilirubin: (-)
Eritrosit: (-)
Mikroskopis:
Eritrosit: (-)
Leukosit: 4,7/LPB
26
Hasil USG
Abdomen terlampir
Epitel:
E. skuamous: 10-
mg/dl
Bilirubin direk: 0,20
12/LPB
E. transisional: (-)
E. bulat: (-)
Silinder:
Hyaline: 0
Granulated: (-)
Leukosit: (-)
Kristal: 0,1/ul
Yeast like cell: 0
Small round cell:
mg/dl
Bilirubin indirek: 0,30
mg/dl
Anti Hbc Total: negatif
Anti HCV: non
reactive
3,4/ul
Mukus: 0
Konduktivitas: 13,1
mS/cm
Lain-lain:
Leukosit 4 6/LPB,
Kristal Amorf (+),
Bakteri (+)
Ass: 1. CKD stage V
1. CKD stage V
1. CKD stage V
1. CKD stage V
dengan oedema
oedema pulmo
dengan oedema
dengan oedema
dengan oedema
dengan oedema
pulmo (perbaikan)
(perbaikan) post
pulmo (perbaikan)
pulmo (perbaikan)
pulmo (perbaikan)
pulmo (perbaikan)
post hemodialisa I
hemodialisa I
post hemodialisa I
post hemodialisa I
post hemodialisa I
post hemodialisa I
2. CHF NYHA III a: 2. CHF NYHA III a: 2. CHF NYHA III a: 2. CHF NYHA III a: 2. CHF NYHA III a: 2. CHF NYHA III a:
27
LVH, e: HHD
LVH, e: HHD
LVH, e: HHD
LVH, e: HHD
LVH, e: HHD
LVH, e: HHD
3. Hiperkalemi berat 3. Hiperkalemi berat 3. Hiperkalemi berat 3. Hiperkalemi berat 3. Peningkatan enzim 3. Peningkatan enzim
(perbaikan)
(perbaikan)
(perbaikan)
(perbaikan)
4. Peningkatan enzim 4. Peningkatan enzim 4. Peningkatan enzim 4. Peningkatan enzim
transaminase ec non
transaminase ec non
viral dd viral
viral dd viral
transaminase ec
transaminase ec non
transaminase ec non
transaminase ec non
viral dd viral
viral dd viral
viral dd viral
Dx : Daftar USG
Dx : USG abdomen
Dx : USG abdomen
Dx : Lacak hasil
tgl 08/10/2016
Tx :
Tx :
USG abdomen
Tx :
ureum, creatinine,
Dx : USG abdomen
Tx :
1. Bedrest total
setengah duduk
2. O2 3 lpm nasal
setengah duduk
2. O2 3 lpm nasal
setengah duduk
2. O2 3 lpm nasal
kanul
kkal rendah protein 3. Diet ginjal 1700
kanul
3. Diet ginjal 1700
kanul
3. Diet ginjal 1700
40 gr/hari rendah
garam 3 gr/hari
4. IVFD D5% 16 tpm
5. IVFD EAS
setengah duduk
2. O2 3 lpm nasal
kanul
3. Diet ginjal 1700
kkal rendah protein
40 gr/hari rendah
40 gr/hari rendah
40 gr/hari rendah
garam 3 gr/hari
garam 3 gr/hari
garam 3 gr/hari
4. IVFD D5% 16 tpm
4. IVFD D5% 16 tpm 4. IVFD D5% 16 tpm 5. IVFD EAS
4.
Pfrimmer 1 flab/24 5. IVFD EAS
5. IVFD EAS
5.
Pfrimmer 1 flab/24
jam
Pfrimmer 1 flab/24
Pfrimmer 1 flab/24
jam
6. Inj Furosemid 40
jam
jam
6. Inj Furosemid 40
mg/12 jam IV
6. Inj Furosemid 40 6. Inj Furosemid 40
6.
mg/12 jam IV
7. CaCO3 1 tab/8 jam
mg/12 jam IV
mg/12 jam IV
7. CaCO3 1 tab/8 jam
28
elektrolit, SGOT,
SGPT
Tx :
1. Rawat jalan
2. CaCO3 1 tab/8 jam
po
kkal rendah protein 3. Asam folat 800
40 gr/hari rendah
mcg/24 jam po
po
8. Asam folat 800
mcg/24 jam po
po
8. Asam folat 800
mcg/24 jam po
mcg/24 jam po
jam
10. Amlodipin 10
mg/24 jam po
11. Curcuma 1 tab/8
jam po
12. Pindah bangsal
Monit
Balans cairan
mcg/24 jam po
jam
jam
mg/24 jam po
11. Curcuma 1 tab/8
mg/24 jam po
11. Curcuma 1 tab/8
Balans cairan
po
8. Asam folat 800
jam
mcg/24 jam po
9. NAC 600 mg/8
10. Amlodipin 10
10. Amlodipin 10
jam po
10. Amlodipin 10
po
8. Asam folat 800
mg/24 jam po
11. Curcuma 1 tab/8
jam po
jam
10. Amlodipin 10
mg/24 jam po
11. Curcuma 1 tab/8
jam po
jam po
Balans cairan
oring
29
Balans cairan
Balans cairan
Balans cairan
ukuran
normal,
intensitas
echo
parenkim
normal,
tak
tampak
nodul/kista/massa
Pankreas: intensitas echoparenkim normal, tak tampak nodul/kista/massa
Ren dextra: ukuran normal, intensitas echoparenkim meningkat, batas sinus
korteks mengabur, tak tampak ectasis PCS, tak tampak batu/kista/massa
Ren sinistra: ukuran normal, intensitas echoparenkim meningkat, batas sinus
korteks mengabur, tak tampak ectasis PCS, tak tampak batu/kista/massa
Bladder: terisi cukup urin, dinding tak tebal, tampak batu ukuran 1,19 cm, DC (+)
Uterus: ukuran normal, tak tampak massa
Tak tampak limfadenopati di paraaorta
Tampak intensitas echo cairan di cavum pleura dekstra et sinistra dan cavum
abdomen
Kesimpulan:
Chronic kidney disease bilateral
Efusi bilateral dan ascites
Vesicolitiasis
Hepar/GB/Lien/Pankreas/uterus tak tampak kelainan
30
ALUR PEMIKIRAN
CKD Stage V
Asidosis
metabolik
31
Hiperkalemia
berat
Anemia
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
I.
GAGAL JANTUNG
Definisi
Gagal jantung kongestif adalah kumpulan gejala klinis akibat
kelainan struktural dan fungsional jantung sehingga mengganggu
kemampuan pengisian ventrikel dan pompa darah ke seluruh tubuh. Tandatanda kardinal dari gagal jantung ialah dispnea, fatigue yang menyebabkan
pembatasan toleransi aktivitas dan retensi cairan yang berujung pada
kongesti paru dan edema perifer. Gejala ini mempengaruhi kapasitas dan
kualitas dari pasien gagal jantung.1
Gagal jantung kongestif adalah kumpulan gejala yang kompleks
dimana seorang pasien harus memiliki tampilan berupa: gejala gagal
jantung ( nafas pendek yang tipial saat istirahat atau saat melakukan
aktivitas disertai/tidak kelelahan), tanda retensi cairan (kongesti paru atau
edema pergelangan kaki), adanya bukti objektif dari gangguan struktur
atau fungsi jantung saat istirahat.2
Etiologi
Beberapa etiologi dari penyakit gagal jantung kongestif ialah :
a. Penyakit Jantung Koroner
Seseorang dengan penyakit jantung koroner (PJK) rentan untuk
menderita penyakit gagal jantung, terutama penyakit jantung koroner
dengan hipertrofi ventrikel kiri. Lebih dari 36% pasien dengan penyakit
jantung koroner selama 7-8 tahun akan menderita penyakit gagal
jantung kongestif
Pada negara maju, sekitar 60-75% pasien penyakit jantung koroner
menderita gagal jantung kongestif . Bahkan dua per tiga pasien yang
mengalami disfungsi sistolik ventrikel kiri disebabkan oleh Penyakit
Jantung Koroner. 3
32
b. Hipertensi
Peningkatan tekanan darah yang bersifat kronis merupakan
komplikasi terjadinya gagal jantung. Berdasarkan studi Framingham
dalam Cowie tahun 2008 didapati bahwa 91% pasien gagal jantung
memiliki riwayat hipertensi. Studi terbaru Waty tahun 2012 di Rumah
Sakit Haji Adam Malik menyebutkan bahwa 66.5% pasien gagal
jantung memiliki riwayat hipertensi.
Hipertensi menyebabkan gagal jantung kongestif melalui
mekanisme disfungsi sistolik dan diastolik dari ventrikel kiri. Hipertrofi
ventrikel kiri menjadi predisposisi terjadinya infark miokard, aritmia
atrium dan ventrikel yang nantinya akan berujung pada gagal jantung
kongestif .4
c. Cardiomiopathy
Cardiomiopathy merupakan kelainan pada otot jantung yang tidak
disebabkan oleh penyakit jantung koroner, hipertensi atau kelainan
kongenital. Cardiomiopathy terdiri dari beberapa jenis. Diantaranya
ialah dilated cardiomiopathy yang merupakan salah satu penyebab
tersering terjadinya gagal jantung kongestif. Dilated cardiomiopathy
berupa dilatasi dari ventrikel kiri dengan atau tanpa dilatasi ventrikel
kanan. Dilatasi ini disebabkan oleh hipertrofi sel miokardium dengan
peningkatan ukuran danpenambahan jaringan fibrosis. 4
Hipertrophic
cardiomiopathy
cardiomiopathy
yang
bersifat
merupakan
herediter
salah
autosomal
satu
jenis
dominan.
33
itu,obesitas
menyebabkan
peningkatan
kolesterol
yang
34
pembuluh
darah
perifer.
Mekanisme
kompensasi
35
struktural jantung serta retensi cairan dan garam pada gagal jantung
kongestif yang lebih lanjut.
wall
stress
yang
menyebabkan
(1)
hipoperfusi
ke
36
37
Klasifikasi
Klasifikasi gagal jantung berdasarkan kelainan struktural jantung atau
berdasarkan gejala yang berkaitan dengan kapasitas fungsional NYHA.
Tatalaksana non-farmakologi
Manajemen perawatan mandiri
Manajemen perawatan mandiri mempunyai peran dalam keberhasilan
pengobatan gagal jantung dan dapat memberi dampak bermakna perbaikan gejala
gagal jantung, kapasitas fungsional, kualitas hidup morbiditas dan prognosis.
Manajemen perawatan mandiri dapat didefnisikan sebagai tindakan-tindakan yang
bertujuan untuk menjaga stabilitas fisik, menghindari perilaku yang dapat
memperburuk kondisi dan mendeteksi gejala awal perburukan gagal jantung.
38
39
Riwayat angioedema
Penyekat
Kecuali kontraindikasi, penyekat harus diberikan pada semua pasien
gagal jantung simtomatik dan fraksi ejeksi ventrikel kiri 40 %. Penyekat
memperbaiki fungsi ventrikel dan kualitas hidup, mengurangi perawatan rumah
sakit karena perburukan gagal jantung, dan meningkatkan kelangsungan hidup.
Indikasi pemberian penyekat
40
Asma
Antagonis aldosteron
Kecuali kontraindikasi, penambahan obat antagonis aldosteron dosis kecil
harus dipertimbangkan pada semua pasien dengan fraksi ejeksi 35 % dan gagal
jantung simtomatik berat (kelas fungsional III - IV NYHA) tanpa hiperkalemia
dan gangguan fungsi ginjal berat. Antagonis aldosteron mengurangi perawatan
rumah sakit karena perburukan gagal jantung dan meningkatkan kelangsungan
hidup.
Indikasi pemberian antagonis aldosteron
Dosis optimal penyekat dan ACEI atau ARB (tetapi tidak ACEI dan
ARB)
Kontraindikasi pemberian antagonis aldosteron
41
diberikan ACEI dan penyekat dosis optimal, kecuali juga mendapat antagonis
aldosteron. Terapi dengan ARB memperbaiki fungsi ventrikel dan kualitas hidup,
mengurangi angka perawatan rumah sakit karena perburukan gagal jantung ARB
direkomedasikan sebagai alternatif
pada pasien intoleran ACEI. Pada pasien ini, ARB mengurangi angka kematian
karena penyebab kardiovaskular.
Indikasi pemberian ARB
Sebagai pilihan alternatif pada pasien dengan gejala ringan sampai berat
(kelas fungsional II - IV NYHA) yang intoleran ACEI
Monitor fungsi ginjal dan serum elektrolit serial ketika ARB digunakan
bersama ACEI
Sebagai terapi tambahan ACEI jika ARB atau antagonis aldosteron tidak
dapat ditoleransi
Hipotensi simtomatik
42
Sindroma lupus
Digoksin
Pada pasien gagal jantung dengan fibrilasi atrial, digoksin dapat digunakan
untuk memperlambat laju ventrikel yang cepat, walaupun obat lain (seperti
penyekat beta) lebih diutamakan. Pada pasien gagal jantung simtomatik fraksi
ejeksi ventrikel kiri 40 % dengan irama sinus, digoksin dapat mengurangi
gejala, menurunkan angka perawatan rumah sakit karena perburukan gagal
jantung,tetapi tidak mempunyai efek terhadap angka kelangsungan hidup (kelas
rekomendasi IIa, tingkatan bukti B)
Diuretik
Diuretik direkomendasikan pada pasien gagal jantung dengan tanda klinis
atau gejala kongesti (kelas rekomendasi I, tingkatan bukit B).Tujuan dari
pemberian diuretik adalah untuk mencapai status euvolemia (kering dan hangat)
dengan dosis yang serendah mungkin, yaitu harus diatur sesuai kebutuhan pasien,
untuk menghindari dehidrasi atau reistensi.
II.
43
5-8
pasien dengan usia 2 tahun ke atas, karena adanya proses pematangan fungsi
ginjal pada anak dengan usia di bawah 2 tahun.6,7
Stadium
I
GFR (ml/mnt)
90
Deskripsi
Kerusakan ginjal dengan
60-89
GFR normal/meningkat
Kerusakan ginjal dengan
III
30-59
IV
15-29
II
c. Patogenesis
Mekanisme yang dapat menyebabkan CKD adalah glomerulosklerosis,
parut tubulointerstisial, dan sklerosis vaskular.9
Glomerulosklerosis
Progresifitas menjadi CKD berhubungan dengan sklerosis progresif
glomeruli yang dipengaruhi oleh sel intraglomerular dan sel ekstraglomerular.
Kerusakan sel intraglomerular dapat terjadi pada sel glomerulus intrinsik (endotel,
sel mesangium, sel epitel) dan ekstrinsik (trombosit, limfosit, monosit/makrofag).
Sel
endotel
dapat
mengalami
kerusakan
akibat
gangguan
pada
arteriol
dan
kerusakan
kapiler
peritubular
45
46
47
>60
Tidak dianjurkan
25-60
0,6-0,8/kg/hari
5-25
<60
nefrotik )
Penghambat kalsium
Diuretik
Pada pasien DM, kontrol gula darah hindari pemakaian metformin dan
obat-obat sulfonilurea dengan masa kerja panjang. Target HbA1C untuk
DM tipe 1 0,2 diatas nilai normal tertinggi, untuk DM tipe 2 adalah 6%
48
49
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari hasil anamnesis, pasien mengeluhkan sesak napas sejak 1 hari SMRS,
keluhan tersebut dirasakan terus menerus. Sesak bertambah berat saat pasien
beraktivitas dan tidak berkurang dengan istirahat atau posisi setengah duduk..
Sebelumnya pasien sudah mengeluhkan sesak napas sejak 2 minggu sebelum
masuk rumah sakit. Sesak dirasakan hilang timbul, sesak bertambah dengan
aktivitas dan berkurang dengan istirahat. Pasien lebih nyaman tidur dengan 2-3
bantal. Pasien kadang terbangun pada malam hari karena sesak napas. Sesak tidak
dipengaruhi oleh cuaca dan debu. Keluhan-keluhan tersebut mengarah bahwa
pasien ini mengalami gagal jantung. Diagnosis gagal jantung kongestif
membutuhkan adanya minimal 2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor ditambah 2
kriteria minor.
Kriteria Mayor
Paroxysmal nocturnal dyspneu
Kriteria Minor
Edema ekstremitas bawah
Orthopneu
Cardiomegali
Dyspneu deffort
Hepatomegali
Efusi pleura
Hepatojugular refluks
Takikardi
penghitungan Skor Framingham diatas, pasien ini kami diagnosis dengan gagal
jantung kongestif NYHA III.
Pada pasien ini didapatkan pembesaran ruang jantung yang dikarenakan
adanya riwayat hipertensi yang diderita. Hipertensi pada pasien tersebut
dikarenakan adanya riwayat kelainan ginjal kronik. Karena pada pasien tidak
didapatkan riwayat darah tinggi sebelumnya maupun pada riwayat penyakit
keluarga. Kelainan ginjal kronik didasarkan pada kondisi penurunan laju filtrasi
glomerulus (LFG) dan azotemia yang dialami pasian lebih dari 3 bulan. Kriteria
dari kelainan ginjal kronik adalah:
1. Kerusakan struktural dan/atau funsional ginjal yang terjadi > 3 bulan,
dengan/tanpa penurunan LFG.
2. LFG < 60 mL/mnt/1,73m2selama 3 bulan, dengan/tanpa kerusakan ginjal.
LFG pasien tersebut menurun hingga 0,5 mL/mnt/1,73m2. Nilai LFG
mempunyai manfaat klinis, antara lain:
1. Deteksi dini kerusakan ginjal.
2. Pemantauan progesifitas penyakit.
3. Pemantauan kecukupan terapi ginjal pengganti.
4. Membantu mengoptimalkan terapi dengan obat tertentu.
Sedangkan azotemia adalah peningkatan senyawa yang mengandung
seperti ureum dan creatinin. Hal ini terkait dengan laju filtrasi glomerulus
oleh ginjal. Azotemia memiliki tiga klasifikasi tergantung penyebabnya, yaitu
prerenal, renal, dan postrenal. Semua bentuk azotemia ditandai oleh penurunan
GFR dari ginjal, peningkatan ureum creatinin (Markum, 2009). Adanya
hipoalbumin sendiri tidak serta merta dikarenakan gangguan sekresi pada ginjal,
bisa dimungkinkan karena intake albumin ke dalam tubuh berkurang. Mengingat
pada pasien ini mempunyai kebiasaan makan tidak menentu ditambah dengan
penurunan nafsu makan.
Berdasarkan LFG pasien yang < 15 mL/mnt/1,73m2, maka pasien tersebut
termasuk dalam kelompok gagal ginjal end stage dan memerlukan terapi
pengganti ginjal, seperti; hemodialisa, peritoneal dialisis, atau transplantasi ginjal
(Suwitra, 2009).
51
Pengurangan
massa
ginjal
akibat
penyakit
ginjal
kronik
akan
proksimal untuk
52
Pada pasien juga didapatkan adanya keluhan lemas yang terus-menerus, dan
didapatkan konjungtiva pucat pada kedua mata pasien yang mengarahkan pasien
kepada kondisi anemia. Anemia merupakan suatu kumpulan gejala yang
disebabkan oleh bermacam penyebab. Pada dasarnya anemia disebabkan oleh
karena:
1.
Gangguan
pembentukan
Kehilangan
darah
(perdarahan).
3.
hematokrit, atau hitung eritrosit. Akibatnya fungsi untuk membawa oksigen yang
cukup ke bagian perifer berkurang, sehingga proses metabolisme terganggu dan
pasien merasakan lemas (Baldy, 2006). Pada pasien tersebut didapatkan Hb 8,2
g/dl, Hct 24 %,AE 3,09 juta/ul, sehingga semakin menguatkan kondisi anemia
pada pasien. Anemia pada pasien ini berdasarkan index eritrosit merupakan
anemia normokromik normositik.
MCV:
MCH:
MCHC:
Pada pasien ini anemia yang dialami dimungkinkan karena adanya proses
penyakit kronis akibat gagal ginjal kronis yang dialami pasien.
53
DAFTAR PUSTAKA
1. Hunt SA, Baker DW, Chin MH,.et al. 2001. American College of
Cardiology/American
Heart Association
Task
Force
on
Practice
Guidelines. Circulation;104(24):2996-3007
2. Siswanto BB, Hersunanti N, Erwinanto, Barack R et al. 2015. Pedoman
Tatalaksana Gagal Jantung. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular
Indonesia.Jakarta:1-56
3. Doughty RM and White HD.2007. Epidemiology of Heart Failure.
University
of
Auckland
New
Zealand.
Available
from:
http://spinger.com/cda/content/document/cda_downloaddocument/978184
8001015-c2.pdf.
4. Lip GYH, Gibbs CR, Beevers DG. 2001. Aetiology. BMJ;320(7227);104107
5. Warady BA, Chadha V. Chronic kidney disease in children: the global
perspective. Pediatr Nephrol 2007;22:19992009.
6. Hogg RJ et al. National Kidney Foundations Kidney Disease Outcomes
Quality Initiative Clinical Practice Guidelines for Chronic Kidney Disease
in Children and Adolescents: Evaluation, Classification, and Stratification.
Pediatrics 2003;111:1416 1421.
7. Whyte DA, Fine RN. Chronic Kidney Disease in Children. Pediatr. Rev.
8.
2008;29:335-341.
Kanitkar CM. Chronic Kidney Disease in Children: An Indian
54
13. Suwitra K. Penyakit Ginjal Kronik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
I Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI, 2006. 581-584.
55