Buku Co As GABUNGAN
Buku Co As GABUNGAN
PRAKTIS
OLEH :
dr. Rudy Budijono
BAB I
ILMU PENYAKIT DALAM
(INTERNA)
I. IMUNOLOGI - ALERGI
1. Sistemik Lupus Eritematosus (SLE)
SLE adalah penyakit radang multisistem yang sebabnya belum
diketahui, dengan perjalanan penyakit yang mungkin akut dan
fulminan atau kronik remisi dan eksaserbasi, disertai oleh
terdapatnya berbagai macam autoantibodi dalam tubuh.
: = (5.5-9 : 1)
Gejala klinik :
- Menurut American Rheumatism Association (ARA), diagnosis
SLE ditegakkan bila ditemukan 4 dari 11 kriteria di bawah
ini :
1. Ruam (rash) berupa eritema pada wajah seperti kupukupu (Butterfly rash)
2. Lupus diskoid
3. Sensitivitas terhadap cahaya (fotosensitivitas)
4. Ulserasi di mulut /nasofaring
5. Artritis
6. Serositis (pleuritis/perikarditis)
7. Kelainan ginjal : proteinuria > 0.5 gr/hr atau >3+, silinder
sel (+)
8. Kelainan neurologis (kejang/psikosis)
9. Kelainan
hematologik
(anemia,
leukopenia,
trombositopenia)
10. Kelainan imunologi (Sel LE, anti DNA titer abnormal, AntiSm, uji serologis (+) semu)
11. Antibodi antinuklear titer abnormal
-
2. NSAID :
- Sering dipakai bersama kortikosteroid untuk mengurangi
dosis kortikosteroid
- Preparat :
# Indometasin (3 x 25 mg/hr)
# Asetaminofen (6 x 650 mg/hr)
# Ibuprofen (4 x 300-400 mg/hr)
3. Sitostatika :
- Biasanya dipakai bersama kortikosteroid
- Preparat :
# Azatioprin (3-4 mg/kg BB/hr, max 200 mg/hr)
# Siklofosfamid (100-150 mg/hr),dll
II. Suplementasi :
- Perbaikan keadaan umum
- Transfusi darah atas indikasi
III. Terapi komplikasi :
- Infeksi sekunder : antibiotika
- Gagal ginjal diuretik, obat antihipertensi, hemodialisa
- Kejang anti konvulsan
- Artritis fisioterapi
II. GATROENTEROHEPATOLOGI
1. Gastritis akut
Gejala : mual, muntah, sakit perut terutama tengah/kiri atas,
sebah,
kembung.
Terapi :
1. Edukasi :
- Makanan lunak dalam porsi kecil-kecil
- Berhenti : pedas/asam/merokok/alkohol
2. Medikamentosa :
# Terhadap etiologi :
3
Catatan :
1. Antasida dan H2 reseptor antagonis tidak boleh diberi pada
waktu yang sama, harus beda antara 1-2 jam.
2. Anticholinergik agent, H2 reseptor antagonis & cytoprotective
agent boleh diberikan bersama-sama.
Contoh resep :
R/ Diazepam tab mg 5 no V
S001
R/ Antasid tab no XV
S 3 dd I 1 h a c
R/ Ulsikur tab mg 200 no XV
S 3 dd I 1 h p c
R/ Ulsidex tab mg 500 no XV
S 3 dd I 1 h p c
Ulsikur : simetidine (200 mg ; 400 mg/tab, 200 mg/ml injeksi)
Ulsidex : sukralfat (500 mg/tab ; 1000 mg/tab)
2. Ulkus peptikum
Gejala :
makan,
disertai
S 2 dd I
R/ New diatabs tab no VI
Sprn 2 tab post defekasi
R/ Asam mefenamat tab no VI
S 2 dd I
New diatabs : atapulgit aktif (600 mg/tab), dosis dewasa dan anak > 12 tahun ; 2
tab setelah BAB, max 12 tab/hr.
Inbion : tiap caps berisi Fe-glukonat 250 mg, MnSO 4 0.2 mg, CuSO4 0.2 mg, Vit C
50 mg, asam folat 1 mg, Vit B12 dengan faktor intrinsik 7.5 mg, sorbitol 25
mg.
Vardiksia tab no X
S 2 dd I
Buscopan tab no X
S 2 dd I
Enzyplex tab no X
S 2 dd I dc
6. Kolitis ulserativa
Gejala :
Mules (tenesmus) perut terutama bagian bawah
Diare dengan lendir, kadang darah
Tanda :
Nyeri perut bagian bawah, hiperperistaltik, anemia
7
Terapi :
1. Non medikamentosa :
Diet tinggi kalori dan protein (TKTP)
Untuk mengontrol diare, disarankan pasien tidak minum susu
2. Medikamentosa :
Prednison/prednisolon, dosis awal 60 mg/hr, selanjutnya
tapering off
Sulfasalazin 3 x 1 g/hr oral
Anti diare
Bila anemia diberi Fe, asam folat, vit.B12
Contoh resep :
-
R/
R/
R/
R/
Erlanison tab mg 5 no LX
S 220
Sulcolon tab mg 500 no LX
S 3 dd II
New diatabs tab no VI
S prn 2 tab post defekasi
Inbion caps no XX
S 2 dd I
7. Ca caput pankreas
70 % dari ca pankreas
Gejala : gatal, nyeri perut kanan atas, merongkol, sering diare
Tanda :
- Massa pada hipokondrium kanan makin bertambah besar
- Umur penderita biasanya > 40 tahun
- Ikterik obstruktif, feses berwarna keputihan
- Konfirmasi USG, Ca 19-9
Terapi :
- Pembedahan (stadium awal), tetapi umumnya pasien datang
dalam stadium lanjut sehingga tak mungkin dapat
diobati/dilakukan pembedahan. Bila stadium dini, dapat
dilakukan reseksi sebagian dari pankreas sehingga masa
hidup dapat diperpanjang.
8. Abses hepar
Gejala :
- Nyeri perut kanan atas, kadang hebat sampai membungkuk
- Kadang disertai demam
- Riwayat disentri amuba beberapa bulan yang lalu
Tanda :
- Nyeri tekan/ketok perut kanan atas
Konfirmasi : leukositosis, USG, pemeriksaan sero amoeba
-
Terapi :
1. Tindakan :
- Rawat di RS
- Diet lunak
2. Medikamentosa :
- Metronidazole 3 x 750 mg (5-10 hari), ditambah dengan
- Kloroquin fosfat 1 g/hr (2 hari) & diikuti 500 mg/hari (20
hari), ditambah dengan
- Dehydroemetine* : 1-1.5 mg/kg BB/hr im, maksimal 99
mg/hari (10 hari)
Contoh resep :
R/
R/
R/
9. Hepatitis viral
Adalah suatu peradangan pada jaringan parenkim hepar yang
disebabkan oleh virus.
Hepatitis viral dibedakan :
A: akut, lab. melonjak sangat tinggi dalam waktu singkat
B: perjalanan klinik tak sehebat hepatitis A, jika kronis sirosis
C: biasanya kronik
Perjalanan penyakit hepatitis minimal 1 bulan, ada 3 stadium :
- Stadium I (prodromal) :
Minggu I dengan gejala flu like simptom
- Stadium II (ikterik) :
Akhir minggu I-II, dengan gejala kencing berwarna coklat,
sklera ikterik, kondisi tubuh baik, napsu makan baik, mual(-)
Akhir minggu II: bilirubin meningkat memuncak turun
- Stadium III (konvalesen) :
Minggu III-IV, dengan gejala : KU membaik, bilirubin naik,
SGOT/SGPT turun
Disebut ikterus bila bilirubin > 2 mg %
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
1. Ikterik :
terutama pada sklera, lidah, telapak tangan
2. Hepar :
Anti HBs
(-)
(+)
(-)
(+)
(-)
Anti HBc
(-)
(+)
(+)
(-)
(+)
Vaksinasi
Boleh
Tidak perlu
Tidak boleh (infeksius)
Post vaksinasi
Window period (boleh
vaksin/tidak)
1 bulan
10 mg
6 bulan
10 mg
20 mg
20 mg
difus
ditandai
Gejala klinis :
Pada stadium dekompensata kadang sulit menegakkan
diagnosa
Suharyono Subandiri memformulasikan bahwa 5 dari 7 tanda
di bawah ini sudah dapat menegakkan diagnosis sirosis
hepatis dekompensata :
1. Ascites
2. Splenomegali
3. Perdarahan varises (hemetemesis)
4. Albumin rendah
5. Spider nevi
6. Eritema palmaris
7. Vena kolateral
Komplikasi sirosis :
Hematemesis melena
Superinfeksi
Koma hepatikum
Hepatoma
Endotoxemia
Ascites permagna
Penatalaksanaan :
A. Ascites :
1. Bed rest tidak total
2. Diet TKTP rendah garam
3. Ada 3 langkah untuk ascites :
- Infus albumin untuk hipoalbuminemia (bisa diganti
plasma)
- Diuretik, misal : spironolakton (Aldacton), Furosemid
(Lasix)
- Pungsi ascites atas indikasi, yaitu :
Ascites permagna
Ascites yang menimbulkan sesak napas
Ascites yang dengan diuretik tidak membaik
Ascites disertai prolapsus uteri
KI : sepsis, koma
B. Perdarahan varises oesophagus (hematemesis-melena) :
1. Resusitasi :
- Bebaskan jalan napas
- O2 jika sesak
- Atasi syok hipovolemik infus, transfusi
2. Perbaiki keadaan umum :
11
2.
3.
4.
5.
11. Hepatoma
Etiologi :
1. Primer
2. Sekunder (e.c.sirosis hepatis)
Diagnosa hepatoma (five mayor) :
1. Riwayat mrongkol perut dan pertumbuhan progresif
2. Hepatomegali, berbenjol-benjol, nyeri tekan (-)
3. USG nodul-nodul dan disarsitek
4. Lab. Alfa Feto Protein (AFP) meningkat (N<15)
5. Biopsi
Penatalaksanaan :
1. Bed rest tidak total
2. Diet TKTP mudah dicerna dan diserap
3. Roborantia
4. Prinsip terapi (Jepang) :
a. Lobektomi, bila :
- Diameter < 2.5 cm
- Letak perifer
- Lobus sinistra
b. Sitostatik : Mitomicin
c. Embolisasi
12.Kolera
Adalah suatu penyakit berak-berak disertai muntah yang akut,
ditimbulkan oleh suatu enterotoksin yang dihasilkan Vibrio
cholerae dalam usus halus.
Gejala klinis :
Tanda khas adalah tinja seperti air beras dan bercampur lendir
Pada 80 % kasus, muntah-muntah terjadi segera setelah diare
dimulai, tanpa rasa mual.
Demam jarang dijumpai, kecuali pada anak-anak dan
berlangsung singkat.
Tanda-tanda dehidrasi dan asidosis
Biasanya ada wabah di daerah yang bersangkutan
Terapi :
Rehidrasi oral (oralit) pada dehidrasi ringan dan sedang, pada
dehidrasi berat diberikan cairan intravena.
Antibiotika :
Pilihan I : tetrasiklin 4 x 500 mg (3 hari)
Alternatif :
- kloramfenikol 4 x 500 mg (7 hari)
13
Disentri Basilar
Akut
2. Keluhan
Toksemia,
tenesmus,sakit
sifatnya umum
Pada permulaan berat
3.
Perkembanga
n penyakit
4. Tinja
5. Komplikasi
6. Kelainan
anatomi
Disentri Amoeba
Lebih sering perlahan,
diare awal tidak
ada/jarang
Toksemia ringan,
tenesmus jarang, sakit
berbatas
Tidak tentu, cenderung
menahun
Terapi :
1. Terapi cairan dan elektrolit sesuai derajat dehidrasi
2. Diet : makanan lunak, sampai berak <5 x sehari,
kemudian diberi makanan ringan biasa bila ada
kemajuan.
3. Pengobatan spesifik : antibiotika
a. Disentri Basilar (e.c.Shigella sp)
- Antibiotika pilihan :
Cotrimoksazol 2 x 2 tab (5 hari)
Siprofloksasin 2 x 750 mg/hr (5 hari), KI :
anak dan hamil.
b. Disentri Amoeba ( e.c. Entamoeba sp )
- Antibiotika pilihan : Metronidazole 4 x 500
mg/hr (3 hari).
- Alternatif :
Tinidazol 2 g/hr, dosis tunggal (3 hari)
Secnidazol 2g/hr, dosis tunggal (3 hari)
14
paling sering
terdapat hanya pada penyakit Graves
**
Terapi :
Obat anti tiroid :
1. Propiltiourasil (PTU) 3 x 100 mg, max 600 mg/hr, atau
2. Karbimazol/Metimazol 3 x 10 mg, max 60 mg/hr
# PTU dibandingkan dengan Metimazol :
- Mudah didapat
- Menghambat proses pengikatan jod dalam bentuk
senyawa organik
- Mereduksi jod I- Tidak menembus sawar plasenta
- Menghambat konversi T3 T4
15
16
2. DM type II :
Bervariasi, terutama dominan resistensi insulin disertai
defisiensi insulin relatif sampai defek sekresi insulin disertai
resistensi insulin.
3. DM type lain :
a. Defek genetik fungsi sel beta
b. defek genetik kerja insulin
c. Penyakit eksokrin pankreas (pankreatitis, tumor, dll)
d. Endokrinopati (feokromositoma, synd.Cushing,dll)
e. Karena obat/zat kimia (as.nikotinat, tiazid, dilantin)
f. Infeksi (Rubella kongenital, CMV)
g. Sebab imunologi yang jarang (antibodi anti insulin)
h. Synd.
Genetik
lain
berkaitan
DM
(Synd.Down,
Synd.Turner)
4. DM gestasional (DMG)
Diagnosis DM :
1. Gejala khas :
- Polidipsi (banyak minum)
- Poliuria (banyak kencing)
- Poliphagia (banyak makan)
- Berat badan dan lemas
2. Gejala lain :
- Kesemutan
- Gatal-gatal
- Mata kabur
- Impotensia ()
- Pruritus vulva ()
3. Gejala khas + GDS 200 mg/dl DM ditegakkan
Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan
penyaring dan diagnosis DM (mg/dl)
Kadar glukosa darah
Bukan
Belum pasti
DM
DM
DM
Kadar glukosa darah
sewaktu
<110
110-199
200
Plasma vena
<90
90-199
200
Darah kapiler
17
<110
<90
110-125
90-109
126
110
Pengelolaan DM:
A. Penyuluhan/edukasi diabetes
Edukasi diabetes adalah pendidikan dan pelatihan mengenai
pengetahuan dan keterampilan bagi pasien DM, yang
bertujuan
menunjang
perilaku
untuk
meningkatkan
pemahaman akan penyakitnya, untuk mencapai kesehatan
optimal & kualitas hidup yang lebih baik.
B. Diet/perencanaan makan
- Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan
komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein
dan lemak.
- Status gizi :
# Berat badan kurang = 90 % BB idaman
# Berat badan normal = 90-110 % BB idaman
# Berat badan lebih = 110-120 % BB idaman
# Gemuk = 120 % BB idaman
- Standar kebutuhan kalori :
# Kurus = BB x 40-60 kal/hari
# Normal = BB x 30 kal/hari
# Gemuk = BB x 20 kal/hari
# BB x 10-15 kal/hari
C. Exercise/latihan jasmani
Dilakukan secara teratur (3-4 kali seminggu) selama 30
menit, yang sifatnya sesuai CRIPE (continuous, rhythmical,
interval, progresive, endurance training), dengan zona
sasaran 75-85 % denyut nadi maksimal.
D. Obat berkhasiat hipoglikemik
Ada 2 macam :
- Obat hipoglikemi oral (OHO)
18
1. Sulfonilurea
2. Biguanid
3. Inhibitor glukosidase alfa
- Insulin
Nama
dagang
Dosis
awal
(mg)
Dosis
max
(mg)
Pemberian
sehari yang
dianjurkan
Daonil
Diamicron
Glurenorm
Minidiab
Amaryl
Diabenese
Rastinon
Nadisan
Tolinase
Glymidine
2.5
80
30
5
1
50
1500
500
100
500
15-20
240
120
20
6
500
3000
1500
750
1500
1-2
1-2
2-3
1-2
1
1
3
1-2
1-2
1-2
19
Acetohexamide (250/500)
Dymelor
150
1500
1-2
Golongan biguanid
Metformin***(500)
Phenformin (25)
Buformin (50)
Glucophage
Dibotin
Silubin
500
50
30
2500
150
300
1-3
2-3
1-3
Gol.inhibitor
glukosidase alfa #
Acarbose (50,100)
Glucobay
50
300
Reduksi
GDS
Insulin
(+) hijau
200-250
4
kekuningan
2(+) kuning keruh
250-300
8
3(+) jingga
350-400
12
4(+) merah bata
>400
16
Jenis dan Lama kerja insulin
Jenis
Preparat Awal kerja Puncak Lama kerja
(jam)
kerja (jam)
(jam)
Insulin kerja pendek
RI, Actrapid
0.5-1
2-4
5-8
(HM)
Insulin kerja menengah NPH, Lente
1-2
4-12
8-24
Insulin kerja panjang
PZI,
2
6-20
18-36
monotard
(HM),
Ultralente
Insulin campuran
0.5-1
2-4 & 6-12
8-24
Catatan :
Bila mencampur insulin, hendaknya 2 macam insulin yang mempunyai pH
sama & dari satu pabrik, misalnya : Actrapid dan Monotard, RI dengan PZI,
tetapi perlu diperhatikan kadarnya apabila disuntikkan 5 menit sesudah
percampuran, maka akan timbul kelambatan absorbsi.
Jenis OAD
Sulfonilurea
Metformin
Inhibitor
glukosidase
alfa
Insulin
Cara kerja
utama
Efek samping
utama
Meningkatkan
sekresi insulin
Menekan produksi
glukosa hati
Menghambat
absorbsi glukosa
BB naik,
hipoglikemik
Diare, dispepsia,
asidosis laktat
Flatulens, tinja
lembek
21
Pengaruh
terhadap
HbA1C
1.5-2.5 %
1.5-2.5 %
0.5-1.0 %
Potensial
normal
Komplikasi DM
A. Komplikasi akut
- Ketoasidosis diabetik
- Hiperosmolar non ketotik
- Hipoglikemia
B. Komplikasi kronis
1.
Makroangiopati
- Pembuluh darah jantung (penyakit jantung koroner)
- Pembuluh darah tepi
- Pembuluh darah otak (stroke)
2. Mikroangiopati
- Retinopati diabetik
- Nefropati diabetik
- Neuropati
- Rentan infeksi
- kaki diabetik (gabungan 1-4)
Kriteria Pengendalian DM
Kriteria
Glukosa darah puasa
(mg/dl)
Glukosa darah 2 jam (mg/dl)
HbA1C
Kolesterol total (mg/dl)
Kolesterol LDL (mg/dl)
Tanpa PJK
Dengan PJK
Kolesterol HDL (mg/dl)
Trigliserida (mg/dl)
Tanpa PJK
Dengan PJK
BMI = IMT
Wanita
Pria
Tekanan darah
Baik
80-109
110-159
4-5.9
<200
Sedang
110-139
160-199
6-8
200-239
Buruk
140
200
>8
240
<130
<100
>45
130-159
100-129
35-45
160
130
<35
<200
<150
200-249
150-199
18.5-23.9
20-24.9
<140/90
23-25
25-27
140-160/90-95
250
200
>25 / <18.5
>27/<20
>160/95
3. Hiperlipidemia
Adalah keadaan yang ditandai oleh peningkatan kadar lemak
darah. Biasanya dihubungkan dengan risiko terjadinya
aterosklerosis atau penyakit jantung koroner (PJK).
Untuk
praktisnya,
hiperlipidemia
dinyatakan
sebagai
hiperkolesterolemia,
hipertrigliseridemia
atau
kombinasi
keduanya & tanpa memandang adanya penurunan fraksi HDLkolesterol.
Klasifikasi hiperlipidemia :
1. Hiperlipidemia primer :
22
Terapi hiperlipidemia
A. Non medikamentosa
- Diet : disesuaikan anjuran diet untuk hiperlipidemia
primer atau sekunder.
- Olah raga : bersifat aerobik, rutin 3-4 kali seminggu
23
24
IV. RHEUMATOLOGI
1. Rheumatoid arthritis (RA)
25
Laboratorium :
Rheumatoid factor (RF) positip
Anemia normositik hipokromik
Lekositosis, LED (aktivitas penyakit)
Uji ANA (antinuklear antibodi) positip
Terapi :
First step : NSAID/analgetik
Preparatnya antara lain :
- Na diklofenak, dosis : 2-3 x 50 mg/hr
- Naproksen, dosis : 2-3 x 250 mg/hr
- Indometasin, dosis : 2-3 x 25 mg
- Meklofenamat, dosis : 2-3 x 100 mg/hr,dll
Second step : NSAID + kortikosteroid
- Indikasi penggunaan kortikosteroid bila obat AINS tidak
menolong. Preparat : prednison, dosis awal 60 mg/hr dalam
3 dosis, tap.off
Third step : NSAID + kortikosteroid + preparat emas
- Penggunaan preparat emas bila obat-obat yang lazim
seperti tersebut di atas tidak menolong. Obat ini mahal & di
Indonesia masih sukar diperoleh. Preparat : sulfasalazine,
khloroquin.
Rehabilitasi medik fisioterapi
Catatan :
NSAID perlu diberikan bersama antasid/simetidin, perlu diingat komplikasi
penggunaan NSAID jangka panjang
.
Tujuan terapi :
1. Mengurangi rasa nyeri
2. Mengurangi dan menekan inflamasi
3. Memperkecil komplikasi
4. Memelihara fungsi sendi dan otot
5. Mengembalikan gairah hidup dan produktivitas
Contoh resep :
R/
R/
Renadinac tab mg 50 no XV
S 3 dd I
Antasida tab no XV
S 3 dd I
2. Osteoarthritis
26
27
Laboratorium :
AL , LED , asam urat , cholesterol , trigliserid .
Terapi :
1. Diet rendah purin (6 bulan)
2. Medikamentosa : terhadap hiperurisemia
a. Urikosurik
# Cara kerja : menurunkan kadar asam urat darah
# Syarat :
- Usia muda
- Tidak ada needes (batu urat)
- Jangan gunakan pada orang tua hipertropi prostat (
# Preparat
:
Probenesid
(Probenid,
Nufabencid),
Sulfinpirazon, Bensbromaron, Azapropazon. Dosis : 2 x
250 mg/hr selama 1 minggu, dilanjutkan 2 x 500 mg/hr.
28
Pehazon : tiap tablet berisi isoprina-HCl 62.5 mg, fenilbutazon 62.5 mg; tiap
tablet forte berisi isoprina HCl 125 mg, fenilbutazon 125 mg.
V. HEMATOLOGI
1. Anemia defisiensi besi
Etiologi :
Kebutuhan Fe meningkat (ibu hamil, dsb)
Malabsorbsi Fe (Coeliacdisease)
Diet jelek negara berkembang
Gejala klinis :
# Anamnesis : badan lemah, sakit kepala
# Pemeriksaan fisik :
Mata : conjungtiva anemis (+)
Kulit : pucat, tipis
Rambut : kering, tipis, rapuh
Mulut : stomatitis, cheilitis
Lidah licin/ tepi mulut fisura
Kuku ; tipis, kering,spoon nail
Laboratorium :
Anemia mikrositik hipokromik
Indeks eritrosit (MCV, MCH,MCHC)
Retikulosit , TIBC
Feritin serum
Terapi :
1. Non medikamentosa :
- Makanan tinggi kalori dan protein
- Istirahat di rumah
- Dirawat kalau Hb < 4 gr%
- Penyebab defisiensi diatasi
2. Medikamentosa :
- Sulfas ferosus 3 x 300 mg/hr peroral, atau
- Ferrous fumarat (Miacure, Natabion, Hemobion) 2 x (200300) mg/hr peroral
- Fe parenteral (bila diperlukan kenaikan Hb cepat, misal ;
wanita hamil trimester terakhir/ intoleransi Fe peroral)
- Vitamin C dapat meningkatkan absorbsi Fe
Contoh resep :
R/
Miacure tab no XX
29
S 2 dd I dc
Miacure : tiap tablet salut berisi Fe-fumarat 300 mg, MnSO $ 0.4 mg, CuSO4
0.4 mg, Vit.C 100 mg, asam folat 2 mg, Vit B 12 15 mcg, faktor
intrinsik 25 mg.
2. Polisitemia Vera
menyebabkan
3. Multiple myeloma
30
4.
Gejala klinis :
Perdarahan difus di kulit/ di tempat lain
Gejala lain seperti ekimosis, petekie spontan, perdarahan
gastrointestinal, gejala-gejala penyakit dasarnya.
Laboratorium :
31
Terapi :
1. Obati penyakit dasar
2. Atasi syok denganinfus low molekul dextran
3. Infus platelets, cryoprecipitate for fibrinogen & faktor V dan VII
4. Sesudah diberi heparin boleh transfusi darah segar (kalau
perlu). Heparin diberikan perinfus kontinyu 400 mg/hr
(=40.000 U).
-
5. Leukimia
Leukimia akut
Jelek, demam, pucat
(+)
Leukimia kronis
Lebih baik
(+)/(-)
>
>>
> anemia
tidak > 50.000 mm3
5. Prognosis
> jelek
Anemia
> 50.000/mm3
sel campuran
cromosom
philadelpia
> baik
Terapi :
Rujuk ke RS untuk pemberian sitostatika
VI. INFEKSI
1. Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)
Merupakan penyakit infeksi virus Dengue yang menimbulkan
demam akut disertai dengan manifestasi perdarahan dan
bertendensi menimbulkan renjatan yang dapat menyebabkan
kematian.
32
IV
Gejala klinik
Demam disertai gejala tidak khas dan satusatunya manifestasi perdarahan ialah uji
tourniquet
Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di
kulit dan atau perdarahan lain
Kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut,
tekanan nadi menurun (<20 mmHg) atau
hipotensi, sianosis di sekitar mulut, kulit dingin
dan lembab, dan pasien tampak gelisah
Syok berat, nadi tak teraba dan tekanan darah
tak terukur
Terapi :
1. Cairan :
a. Sebelum terjadi DSS Ringer Laktat
b. Sesudah terjadi DSS Koloid dan kristaloid
2. Diet : hati-hati perdarahan lambung
3. Medikamentosa :
a. Analgetik/antipiretik (paracetamol)
b. Kortikosteroid (belum ada kesepakatan)
c. Heparin (kalau ada DIC)
d. Anti viral (jarang diberikan)
e. Antibiotika, bila ada infeksi sekunder
2. Demam Tifoid
33
B. Pemeriksaan Fisik :
Lidah tifoid (permukaan kotor, tepi hiperemis, kadang tremor)
Hepatomegali, splenomegali
Perut nyeri tekan
C. Diagnosis pasti :
1. Pemeriksaan Widal
- Slide test : titer O 1/160
- Test tabung : titer O 1/200
2. Pemeriksaan kultur darah (gaal kultur) : (+) minggu I-II
D. Laboratorium darah :
Anemia normositik normokromik, leukopenia,
relatif, LED , trombositopenia, aniosinofilia.
limfositosis
Komplikasi :
Minggu I syok endotoksemia
Minggu II reaktif hepatitis, perdarahan usus
Minggu III perforasi
Minggu IV relaps tifoid
Terapi :
1. Bed rest total sampai 7 hari bebas panas mobilisasi
bertahap
2. Diet saring TKTP lunak, rendah serat, sampai 7 hari bebas
panas ganti bubur kasar setelah 7 hari ganti nasi.
3. Medikamentosa :
Chloramphenicol (Kemicetin) 4 x 500 mg/hr drug of choice,
setelah 6 hari tak ada respon ganti obat lain. Bila ada
respon diteruskan sampai 5 hari afebril.
ES : depresi sumsum tulang.
Alternatif lain :
# Cotrimoksazol 2 x 2 tab/hr peroral, sampai 5 hari bebas
demam
# Amoksisilin 4 x 1 gr/hr (14 hari) peroral
# Ampisilin 4 x 1 gr/hr (15 hari) peroral
# Sefalosporin 1 gr/hr peroral, efektif, tapi lama pemberian
yang optimal belum dketahui dengan pasti.
34
3. Tetanus
Merupakan suatu penyakit infeksi oleh Clostridium tetani
yang merupakan bakteri gram (+) yang mengeluarkan exotoksin,
bermanifestasi sebagai kejang otot paroksismal, diikuti kekakuan
otot seluruh badan.
Terapi :
A. Non medikamentosa
- Merawat dan membersihkan luka
- Diet cukup kalori dan protein. Bila ada trismus, makanan
diberikan personde atau parenteral.
- Isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti suara &
tindakan terhadap pasien.
- Oksigen, pernapasan buatan dan trakeostomi bila perlu
- Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit
B. Medikamentosa :
- Antitoksin :
Tetanus Imun Globulin (TIG) lebih dianjurkan dibanding Anti
Tetanus Serum (ATS). Dosis inisial TIG : 5000 U im,
dilanjutkan dosis harian 500-6000 U. Bila pemberian TIG
tidak memungkinkan , ATS dapat diberikan dengan dosis
5000 U im & 5000 U iv (skin test dulu)
- Anti kejang : diazepam/ clorpromazin/ fenobarbital (im)
- Antibiotika :
Penisilin prokain 1.2 juta unit/hr atau tetrasiklin 1 gr/hr (iv)
4. Ankilostomiasis
Merupakan infeksi oleh karena cacing ankilostoma disertai
tanda-tanda anemia dan malnutrisi.
Anamnesis :
Tanda-tanda anemia (badan lemah, pucat, pusing)
Pekerjaan petani
Pemeriksaan fisik :
Oedema glandula parotis
35
Laboratorium :
1. Darah :
- Anemia mikrositik hipokromik
- Eosinofilia (pada fase permulaan)
2. Tinja : telur ankilostoma (+)
Terapi :
1. Non medikamentosa :
- Diet tinggi protein dan besi (Fe)
2. Medikamentosa :
- Mebendazole Totamin, Vercid) 2 x 100 mg/hr (3 hari), atau
- Pirantel pamoate (Combantrin, Trivexan) 10 mg/kg BB/hr (3
hari) dosis tunggal, max 1 gram.
Contoh resep :
-
R/
R/
Totamin tab no VI
S 2 dd I
Pimiron tab no VI
S 2 dd I
Laboratorium :
Lekosit normal/tinggi (bisa sampai 50.000/mm 3)
36
6. Malaria
Adalah suatu penyakit protozoa yang dipindahkan ke manusia
oleh tusukan nyamuk anopheles.
Jenis malaria :
Malaria tertiana (e.c Plasmodium vivax) febris setiap 2 hari
Malaria quartana (e.c Plasmodium malariae) febris setiap 3
hari.
Malaria tropika (e.c Plasmodium falciparum) febris yang
hectic
Laboratorium :
- Anemia normositer, poikilositosis, anisositosis, parasit malaria
(+)
Terapi :
1. Malaria tertiana/ malaria quartana
- Neokiniplex 3 x 2 tab/hr (2 minggu)
- Alternatif : chloroquin (lihat malaria tropika)
2. Malaria tropika
- Chloroquine 1 gram (dosis inisial) 6 jam kemudian 0.5
gram hari II-III 0.5 gr/hr dilanjutkan dengan primaquin
15 mg/hr (2 minggu)
- Alternatif :
# Sulfas chinine + pyrimetamine
# Sulfas chinine + kombinasi (sulfadoxin & pyrimetamine)
Catatan : bila ada komplikasi malaria cerebral rujuk ke RS
37
Etiologi : E. Coli
> = 10-50 : 1
Anamnesis :
1. Febris
2. Keluhan kencing : kencing sakit/panas, anyang-anyangen.
3. Pinggang pegel
4. Riwayat sering menahan kencing
5. Riwayat DM
ISK atas
Demam/menggigil, nyeri
pinggang
Nyeri ketok
kostovertebra
Urine keruh + proteinuria
Eritrosituria helm sel
(dinding sel pecah)
ISK bawah
Demam (-),
polakisuria, disuria
Nyeri tekan SOP
Leukosituria >
10/LPB, lekositosis
Eritrosituria (utuh)
Terapi :
1. Non medikamentosa
- Minum > 2.5 L/hr
- Jangan menahan kemih
- Hindari sexual intercourse
2. Medikamentosa :
a. Antibiotika, antara lain :
# Ampisilin (sudah resisten)
# Gol. Sulfonamid : cotrimoksazol 2 x 2 tab
# Gol. Quinolon : ofloksasin, siprofloksasin
# Nitrofurantoin
b. Simptomatik :
# Analgetik/spasmolitik
Contoh resep :
38
R/
R/
Bactrim : tiap tablet berisi 80 mg, sulfametoksazol 400 mg; tiap tablet
forte berisi trimetoprim 160 mg, sulfametoksazol 800 mg.
Saltalin : metampiron (500 mg/kaplet)
2. Syndroma Nefrotik
1.
2.
3.
4.
Terapi :
A. Non medikamentosa :
- Istirahat
- Diet rendah garam (0.5-1 gr/hr)
- Protein yang cukup (0.8-1 gr/kg BB/hr)
- Cukup kalori
B. Medikamentosa :
1. Kortikosteroid :
Prednison 1-2 mg/kg BB/hr, 4 minggu, kemudian dosis
yang sama pada hari-hari alternating selama 4 minggu.
2. Duretika :
Sampai edema (-), dapat diberikan diuretika
- Furosemid (40-80 mg/hr) peroral, atau
- Spironolactone (25-200 mg/hr) peroral
3. Tambahan protein :
Infus albumin (salt poor human albumin)
4. Sitostatika :
Indikasi
pengobatan
sitostatika
adalah
late
kortikosteroid dan frequent relapsing. Preparat :
- Cyclophosphamide (2.5 mg/kg BB/hr) peroral dosis
tunggal pada pagi hari, selama 6 minggu. Jika
lekopenia sampai < 3000/mm 3, cyclophosphamide
dihentikan.
5. Antibiotika :
39
Sistole
< 130
130-139
140-159
160-179
180-209
> 210
Diastole
< 85
85-89
90-99
100-109
110-119
> 120
Catatan : Hipertensi sistolik terisolasi bila sistole > 140 mmHg, tetapi diastolik <
90 mmHg.
42
2.
3.
4.
5.
VIII. KARDIOLOGI
1. Dekompensasio Cordis (=gagal jantung)
Merupakan suatu keadaan patofisiologis adanya kelainan
fungsi jantung berakibat jantung gagal memompakan darah
untuk memnuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan/atau
kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan
pengisian ventrikel kiri.
Riwayat klinik :
1. Riwayat sakit jantung :
- Riwayat AMI/angina Pektoris
- Problema katup/PJR
- Riwayat hipertensi
- Riwayat bedah jantung
- Riwayat gangguan irama
2. Riwayat sakit lain :
- Sakit sistem pernapasan
- Kegemukan
- Riwayat sakit ginjal
44
2. Angina Pectoris
Adalah suatu sindrom klinis
serangan sakit dada yang khas.
Diagnosis :
45
dimana
pasien
mendapat
Terapi :
Tujuan
1. Menghilangkan sakit dada
2. Memperbaiki kualitas hidup
3. Memperpanjang umur
Medikamentosa :
1. Pengobatan saat serangan Nitrogliserin dan derivatnya
2. Pengobatan untuk mencegah timbulnya serangan angina :
a. Long-acting nitrate vasodilator perifer menurunkan
beban jantung
Misal : ISDN atau NItrogliserin
b. Golongan Beta-blocker menurunkan kontraktilitas otot
jantung
Misal : propanolol, nadolol, atenolol,dll
c. Ca antagonis vasodilator koroner, anti aritmia
Misal : diltiazem, verapamil, nifedipin
3. Obat lain :
- sedativa/tranquilizer : diazepam, chlordiazepoxide
- Digitalis kalau ada dekompensasio cordis
46
Tata laksana
PRAKTIS
ILMU KESEHATAN
ANAK
Oleh:
dr Frengky Susanto
BAB II
ILMU KESEHATAN ANAK
(PEDIATRIC)
Jantung anak
Penyakit jantung bawaan
Sianotik: TF, SV
Anamnesa:
- Berat badan kurang
- Penderita sering terlihat sesak,t.u waktu aktivitas,nangis
- Tampak bibir kebiruan, kukujari membiru, jari tabuh
- Sewaktu berjalan tiba- tiba menjongkok tanpa sebab yang
jelas
- Kadang terdengar bising suara jantung
Pemeriksaan:
- Gangguan pertumbuhan
- Terdapat tanda- tanda sinosis: mukosa bibir kebiruan,
kuku jari kebiruan, jari tabuh, kuku arloji
48
- Squarting
- Prekordium kiri > kanan
- IC bergeser kelateral atau kebawah (jantung membesar)
- bising sistolik: Punctum SIC 2-3 LPSS
Laboratorium:
- Polisitemia
- HCT meningkat (>50mg%)
Diagnosa:
- Photo thorax
- EKG
- Echocardiografi
Penatalaksanaan:
PJB Asianotik:
Sebaiknya rujuk Sp,A
Penderita tanpa tanda- tanda gagal jantung dan tidak ada
gangguan fungsi paru: rawat jalan
1. Medikamentosa: Digoxin (FargoxinR) 0,01 mg/kgbb/hr
dibagi 2 dosis.
2. Motivasi operasi setelah anak berumur 4th.
3. Pengawasan terhadap keracunan digitalis dan
sindrom Eisenmenger.
Penderita dengan tanda- tanda gagal jantng dan infeksi
paru: rawat inap
1. Tata laksana gagal jantung (lihat gagal jantung)
2. Tata laksana lain seperti Bronchitis (lihat pulmo
anak), mengunakan AB adekuat
3. Operasi harus segera dilakukan jika:
Jantung sangat membesar
Dypnoe deffort berat, sering disertai
bronchitis yang tidak kunjung sembuh
Gagal jantung kanan
Ada kenaikan tekanan pada A. Pulmonalis
PJB Sianotik:
Sebaiknya Ryjyk SP,A
Penderita tanpa tanda- tanda kegawatan, gagal jantung,
Infeksi paru: rawat jalan (sama dengan penatalaksanaan
PJB Asianotik)
Penderita dengan tanda- tanda kegawatan, gagal jantung,
infeksi paru: rawat inap
A. Atasi kegawatan
B. O2 - 1 lt/mnt
C. Knee chest position
D. Morfin 1/8- 1/6 tablet (u/ mengurangi kegelisahan)
E. Propanolol: - 1 mg/kgbb/6jam (oral)
0,01- 0,15mg/ kgbb/6jam (I.V)
F. Jika gagal jantung (lihat gagal jantung)
49
KLINIS
Carditis(-)
Artritis(+)
Carditis(+)
Cardiomegali(-)
Carditis(+)
Cardiomegali(+)
Carditis(+)
WKT
TX
2mgg
2mgg
JENIS
PRWTN
TB
MB
4mgg
4mgg
6mgg
6mgg
TB
MB
TB
MB
>6mgg
TB
50
ERADIKASI
BAKTERI
PenicilinProcain
50.000iu/kg/hr
selama 10 hr
SDA
SDA
SDA
ANTI RADANG
Salisilat
100mg/kg/hr(Hr1-3)
75mg/kg/hr(Hr4-5)
SDA
Prednison
2mg/kg/hr(2-3 mgg)
Tapering off(2-3mgg)
Salisilat
75mg/kg/hr(6mgg)
SDA
Ggl jantung(+)
>12mgg
MB
atau
Penicillin oral (OspenR): 200.000- 250.000 iu dibagi 2
dosis
Gagal jantung
Tanda gagal jantung kanan:
1.
Takhikardi
2.
Takhipnoe
3.
Tek. Venosa
4.
Edema
5.
Hepatomegali
6.
Kardiomegali
Tanda gagal jantung kiri:
1.
Dypnoe deffort
2.
Batuk
3.
Takhikardi
4.
Takhipnoe
Penatalaksanaan:
1.
Tidur setengah duduk
2.
O2 lt/mnt
3.
Sedative (morphin 0,1-0,5 mg/kg/hr)
4.
Obat-obatan:
a.
Digoxin(FargoxinR)dengan dosis;
2minggu- 2 tahun:
0,04-0,06
mg/kg (IV/ IM)
0,06- 0,08 mg/kg (Oral)
51
b.
KU
Volume urine
Oksigenasi
Hematologi anak
1.
Anemia
Sebaiknya semua penderita anemia, dilakukan pemeriksaan
darah lengkap dan Gambaran darah tepi, sehingga bisa
diperkirakan jenisnya.
Penatalaksanaan:
Imunosupresan
Azathioprine 1-2 mg/kg/hr peroral
(ImuranR sedian 50mg/tablet )
Thalasemia dean keganasan darah
Jika menemukan penderita dengan:
Manifestasi perdarahan
3.
Pulmonologi anak
1.
Common cold
Penyakit dengan gejala sekret hidung encer, jernih, atau kental
disertai hidung buntu, kadang disertai batuk dan panas.
Penatalaksanaan:
Dekongestan:
Pseudoefedrin
R
(Triaminic oral drop)
Bayi:
3x -1/4 pipet
2-6 th: 3x - 1 pipet
Mukolitik: Bromhexin
(MucosolvanR 4mg/5ml, 8mg/tab)
Bayi:
2x1/2cth
2-6th:
2x1cth atau 2x1/2 tablet
7-12th: 3x1cth atau 3x1/2 tablet
(jika batuk berdahak)
Antitusif:
Dekstrometrofan
(DextropimR 10mg/5ml)
Bayi:
3x1/4 cth
2-6th:
3x1/2- 1 cth
7-12th: 3x1-2 cth
(jika batuk kering)
Antipiretik:
Paracetamol 10mg/kg/kali
(OttopanR
sirup
120mg/5ml;
drop
80mg/tts)diberikan 3x atau Sprn
Bayi:
3x- tts
1-3 th: 3x- 1 cth
3-6 th: 3x1-2 cth
6-12 th: 3x2cth
jika diperlukan dapat diulang setelah 4jam. ATAU
Ibuprofen 5mg/kg/kali
(ProrisR sedian supp rectal, suspensi, tablet
kunyah)
53
Antibiotik:
Ampicillin 50- 100 mg/ kg/hr terbagi 4 dosis
(OpicillinR sirup 125mg/5ml, kaplet 250mg) atau
Eritromisin 30-50mg/ kg/hr terbagi 4 dosis
(ErysanbeR sirup 200mg/5ml, 250/kaplet)
Anti histamin:
Deksklorfeniramin maleat (sedative)
(FenticaR kaplet 2mg)
3-6th:3x1/2 kaplet
7-12th:
3x1 kaplet
.>12th:
3x2 kaplet atau
Terfenadin (non sedative)
(HisdaneR sirup 30mg/5ml, tablet 60 mg)
3-6 th:
2x 15mg
7-12th: 2x30mg
>12th:
2x60 mg atau
Anti inflamasi:
Deksametazon
(KalmetazonR tablet 0,5mg )
6-12th: 3x tablet
ATAU DAPAT JUGA MENGGUNAKAN RESEP YANG SUDAH JADI
Antibiotik:
Ampicillin 50- 100mg/kg/hr terbagi 4 dosis
(Opicillin R sirup 125mg/5ml, kaplet 250mg) atau
Eritromisin 30-50mg/kg/hr terbagi 4dosis
(ErysanbeR sirup 200/5ml, kaplet 250mg)
2.
54
Anti inflamasi
Deksametazon
(KalmetazonR tablet 0,5mg )
6-12th: 3x tablet
55
Antipiretik:
Paracetamol 10mg/kg/kali
(OttopanR sirup 120mg/5ml; drop 80mg/tts)
diberikan 3x atau Sprn
Bayi:
3x- tts
1-3 th: 3x- 1 cth
3-6 th: 3x1-2 cth
6-12 th: 3x2cth
jika diperlukan dapat diulang setelah 4jam. ATAU
Ibuprofen 5mg/kg/kali
(ProrisR sedian supp rectal, suspensi, tablet
kunyah).
Sesak nafas.
Pemeriksaan fisik
Inspeksi:
Tampak sesak nafas dan mungkin terdapat retraksi , NCH(+),
atau tanda- tanda sianosis.
Batasan RR sesak nafas:
60x atau >/mnt :< 2bl
50x atau >/mnt :2bl- 12bl
40x atau >/mnt :12bl- 5th
Perkusi:
Mungkin redup
Auskultasi:
Suara nafas tambahan (+)
3.
4.
Bronchitis
Radang pada bronchus sering bersaman infeksi
saluran nafas atas, serta kadang juga bersamaan
dengan pertusis, measles, thypoid fever, difteri.
Klinis: sering didahului infeksi saluran nafas atas, batuk
non produkif yang dalam 1-2 hari menjadi produktif, kadang
febril, pada auskultasi sering didapatkan RBK (+).
Penatalaksanaan:
O2 - 1 lt/mnt (Sprn)
Antibiotik:
Ampicillin 50- 100mg/kg/hr terbagi 4 dosis
(Opicillin R sirup 125mg/5ml, kaplet 250mg) atau
Eritromisin 30-50mg/kg/hr terbagi 4dosis
(ErysanbeR sirup 200/5ml, kaplet 250mg)
JIKA KONDISI BERAT DAPAT DIKOMBINASI
Kloramfenicol 50- 100mg/ kg/hr terbagi 3dosis (ColmeR
sirup 125 mg/ 5ml, kaplet 250mg) atau
Gentamisin 3-5mg/kg/hr
(pyogenta injeksi 10mg/ml)
Mukolitik
Bromhexin
(MucosolvanR 4mg/5ml, 8mg/tab)
56
5.
Bayi: 2x1/2cth
2-6th:2x1cth atau 2x1/2 tablet
7-12th:
3x1cth atau 3x1/2 tablet
Mengeluarkan lendir dapat juga dibantu dengan
mengubah- ubah posisi.
Antipiretik:
Paracetamol 10mg/kg/kali
(OttopanR
sirup
120mg/5ml;
drop
80mg/tts)diberikan 3x atau Sprn
Bayi: 3x- tts
1-3 th:
3x- 1 cth
3-6 th:
3x1-2 cth
6-12 th: 3x2cth
jika diperlukan dapat diulang setelah 4jam. ATAU
Ibuprofen 5mg/kg/kali
(ProrisR sedian supp rectal, suspensi, tablet
kunyah).
JANGAN
DIBERI
ANTI
HISTAMIN
KARENA
MENYEBABKAN SEKRET KERING DAN SUKAR KELUAR.
Bronchitis
kronis
harus
dicari
underlying
diseasenya.
Pneumoni
Infeksi parenkim paru yang dapat mengenai lobus, lobulus,
dan interstisiel, yang dapt disebabkan oleh: bakteri, virus,
jamur, benda asing (makanan, bensin), biasanya terjadi
pada anak < 4 tahun.
Klasifikasi:
Pneumoni lobaris
Sesak nafas
Gelisah
Batuk
O2 - 1 lt/mnt
Infus RL
:bayi 1x BB= tpm(makro)
Anak 1x BB = tpm(makro)
Antibiotik
Ampicillin 50- 100mg/kg/hr terbagi 4 dosis
57
Mukolitik
Bromhexin
(MucosolvanR 4mg/5ml, 8mg/tab)
Bayi: 2x1/2cth
2-6th:2x1cth atau 2x1/2 tablet
7-12th:
3x1cth atau 3x1/2 tablet
Antipiretik:
Paracetamol 10mg/kg/kali
(OttopanR sirup 120mg/5ml; drop 80mg/tts)
diberikan 3x atau Sprn
Bayi: 3x- tts
1-3 th:
3x- 1 cth
3-6 th:
3x1-2 cth
6-12 th: 3x2cth
jika diperlukan dapat diulang setelah 4jam.
Ibuprofen 5mg/kg/kali
(ProrisR sedian supp rectal, suspensi, tablet
kunyah).
O2 1/2- 1 lt/mnt
Mukolitik
Bromhexin
(MucosolvanR 4mg/5ml, 8mg/tab)
Bayi :2x1/2cth
2-6th :2x1cth atau 2x1/2 tablet
7-12th
:3x1cth atau 3x1/2 tablet
Antibiotik
Ampicillin 50- 100mg/kg/hr terbagi 4 dosis
(Opicillin R sirup 125mg/5ml, kaplet 250mg) atau
Eritromisin 30-50mg/kg/hr terbagi 4dosis
(ErysanbeR sirup 200/5ml, kaplet 250mg)
7.
TB anak
Untuk mendiagnosa TB anak dengan mengguinakan tes
tuberkulin/ PPD tes S5tu 0,1 ml; yang hasilnya dibaca 48 jam
sesudah penyuntikan. Menilai pengukuran hasil:
0-5 mm :(-)
5-9 mm : meragukan
10 atau >
: (+)
ctt. : Penderita yang telah di imunisasi BCG kriteria positifnya
dengan ukuran indurasi lebih besar dari penderita yang
belum BCG.
Selain itu untuk mendiagnosa TB dapat disokong dengan
photo thorak, yang biasanya memberikan gambaran
pembesaran lymponodi.
Penatalaksanaan:
OAT:
INH :10- 20 mg/kg/hr dosis tunggal, p.c, lama
pengobatan minimal 1 th.
Rifampisin: 10- 20 mg/kg/hr dosis tunggal, a.c, lama
pengobatan minimal 1 th.
Ctt. Penggunaan INH dan Rifampisin dapat berefek gg
fungsi hepar.
Dapat juga ditambah OAT lain:
Streptomisin
:30- 50mg/ kg/ hr (Max. 750mg/ hr)
selama 1-3 bulan
Pirazinamid :30-35mg/kg/ hr terbagi 2dosis, selama 4-6
bl
59
Neurology anak
Kejang
Penatalaksanaan : diberikan Diazefam 0,5
masukanberlahan atau Diazefam perectal (Stezolid R)
dosis:BB<10kg; 5mg
BB>10kg;10mg
mg/kg
I.V
Differensiasi diagnosa
Infeksi susunan saraf pusat
Klinis/
Lab
Awitan
Demam
Kejang
Ksadara
n
Parese
Kaku
Kuduk
TX
1.
Meningtis
Encep
Purulent
a
Akut
Akut
<7hr
<7hr
Umum/fokal Umum
Singkat
Singkat
Kdg
Kdg
twitching
twitching
Somnolent- Apatis
sopor
Kronis
>7hr
Umum
Singkat
Kdg
twitching
Somnolen
t- sopor
+/+/-
+/+
++/+
simptom
AB
OAT
simptom
tis
Meningtis
TB
Meningtis
Serosa
virus
Akut
<7hr
Umum
>15meni
t
Sadarapatis
Kejang
demam
Enceppaty
Kronis
>7hr
Umum
Singkat
Akut
<7hr
Umum
Singkat
Apatissomnole
nt
-
Sadarapatis
Penykt
dasar
Penykt
dasar
Anti piretik
Paracetamol 10mg/kg/kali
(OttopanR sirup 120mg/5ml; drop 80mg/tts)diberikan
3x atau Sprn
Bayi:
3x- tts
1-3 th: 3x- 1 cth
3-6 th: 3x1-2 cth
6-12 th: 3x2cth
jika diperlukan dapat diulang setelah 4jam.
Ibuprofen 5mg/kg/kali
(ProrisR sedian supp rectal, suspensi, tablet kunyah).
61
Dapat
dipertimbangklan
pemberian
profilaksis pada bayi berumur kurang dari 12 bl atau terjadi
kejang multipel dalam satu episode demam.
Phenobarbital
:Iritabel
Hiperaktif
Agresif
Ctt. Efek samping Phenobarbital dapat dikurangi dengan
menurunkan dosis.
2.
Encephalitis
Infeksi jaringan otak oleh berbagai macam mikro organisme.
Penatalaksaan:
Sebagian besar encephalitis disebabkan oleh virus
sehingga pengobatan etiologi tidak ada, hanya pengobatan
simptomatik.
Antibiotik
Ampicillin 50- 100mg/kg/hr terbagi 4 dosis
(Opicillin R sirup 125mg/5ml, kaplet 250mg) atau
Eritromisin 30-50mg/kg/hr terbagi 4dosis
(ErysanbeR
sirup
200/5ml,
kaplet
250mg)
dikombinasi dengan
Kloramfenicol 50- 100mg/ kg/hr terbagi 3dosis (ColmeR
sirup 125 mg/ 5ml, kaplet 250mg) atau
Gentamisin 3-5mg/kg/hr
(pyogenta injeksi 10mg/ml)
Meningitis bakterial
Etiologi terbanyak:
Usia 1- 6 bl
:
Haemophilus
influenza
bakteri
(HIB) dan enterobacter
Usia 6- 12 bl :
HIB
Usia 12- 24 bl :
Streptococcus
Usia 24- 60 bl :
Enteribacter
Penatalaksanaan:
TX Etiologi:
a.
Seftriakson 50-75 mg/kg/hr I.V dibagi
2dosis atau
b.
Ampicillin 200-400mg/kg/hr I.V dibagi 6
dosis dan dikombinasikan
Kloramfenicol 100mg/kg/hr I.Vdibagi 4 dosis
Pengobatan simtomatik:
Pemberian pengobatan kejang
Pemberian obat- obat antipiretik (liat encephalitis)
Pengobatan suportif:
Untuk mengurangi kerusakan otak karena anoksia: O 2
- 1 lt/mnt.
Meningitis tuberkulosa
Merupakan komplikasi penyebaran tuberkulosa primer dari
3.
4.
paru.
Gejala klinis:
a.
Stadium I (prodromal)
Tanda demam/ kelainan, tidak suka bermain, tidur
terganggu, kemudian menjadi apatik, anoreksia,
obstipasi dan muntah. Pada anak yang lebih besar bisa
mengeluh sakit kepala.
b.
Stadium II (Transisi)
Kejang, rangsang meningeal, ubun- ubun cembung
(Pada bayi), kelumpuhan syaraf berupa nistagmus dan
strabismus serta kelumpuhan syaraf yang lain.
c.
Stadium III (terminal)
Kelumpuhan, koma, pupil melebar dan tidak bereaksi,
nadi dan nafas tidak teratur.
Diagnosa berdasarkan:
63
5.
a. Gejala
b. Sumber
c. Photo thorax
d. PPD tes
e. LCS
Penatalaksanaan:
OAT:
INH
10-20
mg/kg/hr
(max.
300mg/kg/hr)
oral.Komplikasi neurophaty perifer, lamanya pengobatan
minimal 1th. (bayi dan anak tidak perlu piridosin).
Rifampisin 10-20 mg/ kg/ hr peroral, diberikan
sebelum makan, menyebabkan urine merah, efek
samping berupa hepatitis, kelainan gastrointestinal dan
trombositopenia, pengobatan minimal 9 bulan.
Atau dapat pula ditambahkan Pirazinamid,
Etambutol.
Kortikosteroid
Dexametazon, dosis 0,25- 0,5 mg/kg/hr dibagi 3 dosis,
pemberian kortikosteroid selama 2-3 minggu, kemudian
diturunkan secara bertahap sampai lama pemberian
1bulan.
Pengobatan simtomatik.
Status Epileptikus
Serangan epilepsi yang berlangsung 30 menit atau lebih,
berubah dalam waktu yang singkat, tanpa pulihnya
kesadaran antara 2 serangan. Status konvulsi dapat berupa
status konvulsi atau status non konvulsi.
Penatalaksanaan:
Infeksi Anak
1.
Manifestasi perdarahan
Hepatomegali
Kegagalan sirkulasi
Laboratorium:
64
2.
Flused
Nyeri
Kelemahan umum
Hasil lab. Lainnya:
Leukopeni
Plasma protein
Penatalaksanaan:
Anti piretik :
Paracetamol 10mg/kg/kali
(OttopanR sirup 120mg/5ml; drop 80mg/tts)
diberikan 3x atau Sprn
Bayi: 3x- tts
1-3 th:
3x- 1 cth
3-6 th:
3x1-2 cth
6-12 th: 3x2cth
jika diperlukan dapat diulang setelah 4jam.
Antibiotik
Ampicillin 50- 100mg/kg/hr terbagi 4 dosis
(Opicillin R sirup 125mg/5ml, kaplet 250mg) atau
Observasi:
KU, VS, Tanda perdarahan.
Lab. At, Hct
Demam Thypoid
Diagnosa klinis atas dasar:
A.
Anamnesa:
65
Gangguan
gastro
intestinal:
mual,
muntah, diare, nyeri perut, konstipasi.
Hepatomegali
Spelomegali
Tes widal
Hasil Lab. Widal: (+) jika titer O > 1/160
Ctt. Pemeriksaan widal positif setelah akhir minggu
pertama.
Leukopeni
Trombositopeni
Limfositosis
Makanan yang diberikan makanan saringlunak yang tidak banyak serat, tidak banyak
memperoduksi gas.
B.
Khusus
Etiologi:
a. Kloramfenicol
50mg/kg/hr
(PalmicolR) dalam dosis terbagi 4.
atau
b. Thiamfenicol 50mg/kg/hr (Opiphen
R
) dalam dosis terbagi 4.atau
alterantif lain
c. Ampicillin 100mg/kg/hr(Opicillin R)
dalam dosis terbagi 4.
Simptomatik;
a. Antipiretik (lihat DHF)
66
3.
Stadium erupsi
Koriza dan batuk bertambah, makula eritema
disertai menaiknya suhu badan. Macula muncul pertama
kali dibelakang telinga, disusul lateral tengkuk,
sepanjang rambut dan bagian belakang bawah dan
mencapai ekstremitas. Terdapat pembesaran kelenjar
getah bening disudut mandibula. Kadang terdapat
perdarahan ringan pada kulit, mulut danGIT. Dapat pula
dijumpai diare dan muntah.
Stadium konvalensi
Erupsi meninggal hiperpigmentasi, suhu turun
sampai normal.
Ctt. DD:
German measles:
tidak ada bercak koplik,
ada pembesaran kel. Suboccipital, servikal bag. post or,
belakang telinga.
KU lemah sekali
Hipertermi, kejang
Ada komplikasi
b.
Medika mentosa:
Mukolitik
Bromhexin
(MucosolvanR 4mg/5ml, 8mg/tab)
Bayi: 2x1/2cth
2-6th: 2x1cth atau 2x1/2 tablet
67
4.
6.
Antibiotik
Ampicillin 50- 100mg/kg/hr terbagi 4 dosis
(Opicillin R sirup 125mg/5ml, kaplet 250mg) atau
Eritromisin 30-50mg/kg/hr terbagi 4dosis
(ErysanbeR sirup 200/5ml, kaplet 250mg)
JIKA KONDISI BERAT DAPAT DIKOMBINASI
Kloramfenicol 50- 100mg/ kg/hr terbagi 3dosis
(ColmeR sirup 125 mg/ 5ml, kaplet 250mg) atau
Gentamisin 3-5mg/kg/hr
(pyogenta injeksi 10mg/ml)
ATAU DAPAT JUGA MENGGUNAKAN:
Cefotaxim 50-100mg/ kg/ hr I.V dibagi 2 dosis
Parottis epidemika
Penyakit kelenjar ludah akut yang sangat menular, dengan
gejala khas pembesaran kelenjar ludah terutama parotis.
Gejala klinis:
1.
Panas ringan sampai berat
2.
Keluhan
didareah
parotis
disertai
pembesaran
3.
Keluhan nyeri otot terutama leher,
sakoit kepala dan rasa malas.
4.
Kontak dengan penderita sebelumnya
(masainkubasi 2-3 mgg)
5.
KU bervariasi dari tampak aktif sampai
sakit berat.
Penatalsanaan:
1.
Istirahat yang baik dirumah
2.
Makan- minum yang cukup.
3.
Nasehat
kemungkinan
menularkan
keanak lain.
4.
Medika mentosa:
Analgetik- antipiretik:
Anak> 6tahun: 250-500mg/kali max. 2gr/hr atau
Paracetamol 10mg/kg/kali, dengan dosis 3x.
Difteri
Penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh kuman Coryne
bacterium Difteriae. Sifatnya mudah menular dengan
menyerang traktus respiratorius bagian atas, dengan tanda
khas terbentuknya pseudomembran dan dilepaskannya
endotoksin yang dapat menimbulkan gejala umum dan
lokal .
Klasifikasi:
Infeksi ringan
Pseudomemebran terbatas pada daerah hidung dan
faucial dengan gejala nyeri telan.
Infeksi sedang
68
7.
Infeksi berat
Disertai gejal sumbatan jalan nafas yang berat.
Yang hanya dapat diatasi dengan traekheostomi. Juga
gejala komplikasi miokarditis, paralisis, ataupun nefritis
dapat menyertainya.
Gejala klinis:
Masa tunas 2-7 hari. Gejala umum timbulnya
berupa demam yang tidak begitu tinggi, lesu, pucat,
nyeri kepala, dan anoreksia sehingga penderita tampak
lemah sekali, gejala ini disertai denga gejala khas untuk
setiap bagian yang terkena seperti pilek atau nyeri telan
atau sesak nafas denga sertak dan stridor, sedangkan
gejala akibat eksotoksin seperti miokarditis, paralisis
jaringa syaraf atau nefritis.
Penatalaksanaan:
i.
ADS pemberiannya satu kali saja dengan
dosis:
Difteri ringan
:20.000IU (I.M)
Difteri sedang
:40.000IU (I.M)
Difteri berat
: 60.000IU (I.M)
ii.
Penicillin procain dengan dosis 50.000100.000U/kg/hr diberikan 1x perhari selama 10 hari.
iii.
Kortikosteroid hanya diberikan pada difteri
berat dan ada obstruksi jalan nafas oleh karena oedem
laring.
iv.
O2
: -1 lt/mnt
v.
Pemeriksaan EKG pada minggu ke-2, bila
ada komplikasi terapi sesuai komplikasi. Apabila ada
tanda- tanda obstruksi perlu dipikirkan untuk dilakukan
tracheostomi.
Pertusis
Penyakit infeksai akut yang ditandai dengan batuk ngikil
spasmodik disebabkan oleh bordetella pertusis dengan lesi
biasanya terdapat pada bronchus dan brinchiolus tetapi
mungkin juga terdapat perubahan pada mucosa trachea,
laring, nasopharing.
Gejala klinis:
Masa tunas 7-14 hari. Penyakit ini terbagi atas 3 stadium:
Stadium kataralis
Lamanya 1-2 minggu. Pada permulaan hanya
batuk- batuk ringan, terutama pada malam hari. Gejala
lainnya ialah pilek, serak, dan anoreksia. Stadium ini
menyerupai influenza.
Stadium spasmodik
69
Stadium konvalensi
Lamanya kira-kira 2 minggu sampai sembuh. Pada
minggu keempat jumlah dan berat serangan batuk
berkurang, juga muntah berkurang, nafsu makan pun
timbul kembali.
Penatalaksanaan:
Antibiotik:
Eritromisin 50mg/kg/hr
(ErysanbeR sirup 200/5ml, kaplet 250mg)
dikombinasi dengan
Kloramfenicol 50- 100mg/ kg/hr terbagi 3dosis (ColmeR
sirup 125 mg/ 5ml, kaplet 250mg) atau
Mukolitik:
Bromhexin
(MucosolvanR 4mg/5ml, 8mg/tab)
Bayi: 2x1/2cth
2-6th: 2x1cth atau 2x1/2 tablet
7-12th:
3x1cth atau 3x1/2 tablet.
Ekspektoran:
Gliseril guaiakolat:
Anak> 6tahun
:50-100 mg tiap 2- 6jam (max.
600mg)
Antitusif:
Dekstrometofan Hbr
:1mg/kg/hr, dibagi 3-4x
Trismus
Kejang tonik
Risus sardonicus
Kesukaran
menelan,
gelisah,
mudah
terangsang, nyeri kepala, nyeri anggota badan sering
merupakan gejala dini.
Berantas kejang :
1.
Diazepam 0,1-0,2 mg/ kg/x
I.V
diberikan 4-6x/hr
2.
Phenobarbital, dosis awal: anak<1th:
50mg, anak >1th: 75mg. dilanjutkan dengan 5mg/
kg/ hr dibagi 6 dosis.
Ctt. Untuk menghindari kejang, penderita dirawat di
ruangan yang tenang, tidak terlalu terang dan tidak
menyilaukan serta hindari rangsangan.
Perawatan luka:
Bersihkan, kalau perlu debridement, buang benda
asing, biarkan luka terbuka.
Antibiotik:
Penicillin G 100.000U/ kg/ 6jam, selama 10 hari.
Atau
Tetrasiklin 25- 50 mg/kg /hr (mx.2gr/ hr) dibagi
3-4 dosis.
Ctt. Anak yang pernah menderita tetanus dan belum
pernah vaksin tetanus, juga harus divaksin, satu bula setelah
sembuh.
Nefrologi anak
1.
2.
Kultur: koloni>100.000
Medika mentosa:
Aktivitas:
Tirah baring hanya dilakuka jika keadaan Oedem berat
dan keadaan yang berbahay seperti, hipertensi hebat.
Hindari stress psikologi
Diuretik:Furosemid
0,5- 1 mg/kg /kali,
diuretik diberikan hanya jika oedem yang mengganggu.
Tranfusi albumin:
Jika kadar albumin < 1,5 gr/ dl, maka diberikan albumin
0,5- 1,5 gr/ kg.
B.
Khusus:
Untuk
menimbulkan
remisi:
Prednison
2mg/kg/hr, max. 60 mg/hr dibagi 3 dosis, diberikan
sampai ada respon (3hr berturut- turut proteinuria (-)),
max 28 hari, jika belum ada respon, dosis ditingkatkan
2x lipat: 4mg/kg/hr (max. 28 hr), jika belum ada respon ,
dikombinasi
prednison
2mg/kg/hr
dengan
Siklofosfamide2,5 mg/ kg/ hr, peroral dosis tunggal
Ctt. Pemberian siklofosfamide harus dengan AT .3000
Mempertahankan
emisi,
selama
28
hari,pemberiannya 3hr berturut- turut atau 2hr sekali.
Tapering
Fase oliguri;
Lamnya 5hr/>
Urine berkurang
BD < atau = 1010
Ph<6
Proteinuria, eritrosituria, silinder hyalin
Ureum neningkat
Hiperkalemi, hiperfosfatemia, hiponatremia.
Ctt. Batasan oliguri:
Bayi
:<125ml /hr
!-5 th
:<200ml/ hr
Dewasa
:<400ml /hr
Fase diuretik:
Lamanya 5hr / >
Mengeksresi ureum, Na, K,Cl
Dehidrasi
Hipokalemi
Anemia
Balance cairan;
Cairan yang masuk= kebut. Cairan min,
(50ml/kg/hr)+ muntah+ diare. Cairan yang biasa
digunakan adalah D10%, tidak boleh cairan elektrolit.
Diuretik
Cara pemberian:
73
>20ml/jam
berhasil
urine 1jam
>20ml /jam, maintenance 2mg/ kg/ 6jam
Ctt. Diuresis dikatakan berhasil jika produksi urine >20ml/jam.
Gastroenterology anak
1.
Diare
Penyebab diare pada anak;
Virus
>50% kasus diare pada anak terjadi karena virus
(rotavirus).
74
Bakteri
E. Coli enterositogenik (ETEC), V. Cholera menyebabkan
diare dengan cara menempel dimukosa usus sehingga
tejadi perubahan epitel yang pada akhirnya terjadi
berkurangnya kapasitas penyerapan, dan peningkatan
sekresi.
V. Cholera menyebabkan diare yang berat dan dalam
jangka waktu singkat menyebabkan kematian jika dehidrasi
tidak teratasi.
Shigella, C. Jejuni, E. Coli enteroinvasif, salmonela
menyebabkan diare berdarah melalui invasif dan
perusakan sel epitel mucosa.
Penilaian diare:
Tanda- tanda
Derajat diare
Terdapat 2 atau lebih dari tanda
dibawah ini:
Letargi atau tidak sadar
Dehidrasi berat
Mata cekung
Tidak bisa minum atau
malas minum
Turgor kembali sangat
lambat
Terdapat 2 atau lebih tanda- tanda
dibawah ini:
Dehidrasi ringan
Gelisah, rewel, mudah
-sedang
marah
Mata cekung
Haus/ minum dengan
lahap
Turgor kembali lambat
Tidak cukup tanda- tanda untuk
Tanpa dehidrasi
diklasifikasikan sebagai dehidrasi berat
atau ringan- sedang.
Penatalaksanaan:
Rehidrasi;
Dehidrasi ringan :3-7% x BB(gr)= .ml/3jam
Dehidrasi berat :30ml/kg/jam diteruskan 70ml/
kg/7jam.
Ctt. Cairan infus yang digunakan Rl atau D1/4 S atau
Kaen.
KCl :25mg/kg/x, diberikan 3x sehari.
Antibiotik:
V.Cholera
Tetrasiklin(tetradexR)
50mg/kg/hr
Amuba
Metronidazol
(ImetroletR)
Kotrimoksazol
30mg/kg/hr
Shigella,
75
6mg/kg/hr
Dosis
Terbagi 4
Dosis
Terbagi 4
Dosis
Champilobacter, E.Coli
invasive
Terbagi 2
Probiotik:
Lactobacilus (Lacto B R) diberikan pada penderita diare
dengan dugaan etiologi Virus atau karena pemakaian
antibiotik oral lama.
Dosis:
Bayi
:3x 1 tab
Anak
:3x2 tab
Dewasa
:3x4 tab
Ctt. Cara pemberiannya dapat dicampurkan dengan
makan. Selama pemakaian ini tidak boleh mengunakan
antibiotik oral.
Antibiotik :
Paracetamol 10mg/kg/kali
(OttopanR
sirup
120mg/5ml;
drop
80mg/tts)diberikan 3x atau Sprn
Bayi:
3x- tts
1-3 th: 3x- 1 cth
3-6 th: 3x1-2 cth
6-12 th: 3x2cth
jika diperlukan dapat diulang setelah 4jam.
Ibuprofen 5mg/kg/kali
(ProrisR sedian supp rectal, suspensi, tablet
kunyah).
2.
Vomitus
Metoklopramida Hcl(Damaben R , drops 4mg/ml, tablet
10mg/kg, oral solution) dosis : anak <6th : 0,1mg/ kg 30 a.c atau
sebelum tidur.
3.
Ikteric
Fisiologi:
Terjadi pada hari ke2-3, tidak mempunyai dasar
patologis, Menghilang kurang lebih 2 minggu. Peningkatan
bilirubin indirek 5mg/hr, bilirubin indirek dalam darah
<20mg% (bayi cukup bulan) atau < 12,5 mg% (bayi kurang
bulan). Kadar bilirubin direk 1mg%.
Patologis:
Keadaan dimana bilirubin indirek mencapai kadar yang
berpotensi untuk terjadinya kern ikteric.Bilirubin indirek
20mg% (bayi cukup bulan) atau 12,5 mg% (bayi kurang
bulan).
Penilaian perkiraan kadar tinggi bilirubin
Derajat
Perkiraan
Anggota tubuh ikterik
bilirubin (mg%)
I
5
Kepala, leher
II
9
Daerah badan atas
III
11,4
Daerah badan bawah
IV
12,4
Tampak sampai lengan & bawah
lutut
76
V
16
Tampak sampai tangan dan kaki
Penatalaksanaan:
Bagi dr umum sebaiknya Ikterik derajat II dirujuk ke
RS.
Derajat I: Pemberian ASI sedini mungkin
Terapi sinar matahari jam tiap pagi.
Derajat II:
lamp terapi, terapi tukar.
Gizi Anak
Berdasarkan antopometri BB/T (%):
Gizi obesitas super
:>200%
Gizi obesitas berat
:150- 200%
Gizi obesitas sedang
:135- 150%
Gizi obesitas ringan
:120- 135%
Gizi lebih (overweight):110-120%
Gizi baik
:90- 110%
Gizi kurang
:70-90%
Gizi buruk
:<70%
1.
Gizi buruk
Terbagi 2 jenis:
Kwasiorkor
Marasmmmus
Wajah
Bulat
runcing
St. mentalis
Apatis
cengeng
Rambut
Kemerahan, mudah d.b.n
dicabut
Kulit & jar. lemak
Tidak keriput, lemak Sangat keriput, jar.
masih ada
Lemak sangat sedikit
Abdomen
Cembung,
hepar d.b.n
membesar,
atau
mengecil jika sirosis
Penatalaksanaan:
a.
Jika mengalami hipoglikemi (<50mg/dl)
Antibiotik
:
Kotrimoxazol, selama 5 hr peroral
BB>4kg
:2x5ml
BB< 4kg
:2x2,5ml
Atau
Ampicillin (vicillinR) 50mg/kg/6jam I.V dan I.M selama 2
hari. Dan
Gentamisin 7,5 mg/kg/hr I.V dan I.M selama 7 hari.
78
:1 bulan
:3bulan
:4bulan
:6 bulan
:7 bulan
:11 bulan
:14 bulan
79
Tata laksana
PRAKTIS
(OBSTETRI &
GINEKOLOGI)
OLEH :
BAB III
ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN
( OBSTETRI DAN GINEKOLOGI)
I. OBSTETRI
1. Antenatal Care (=pengawasan wanita hamil)
Bertujuan memperkecil morbiditas dan mortalitas ibu maupun
janin
Jadwal pemeriksaan kehamilan :
Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin
ketika haidnya terlambat satu bulan
Periksa ulang 1 x sebulan sampai kehamilan 7 bulan
Periksa ulang 2 x sebulan sampai kehamilan 9 bulan
Periksa khusus bila ada keluhan-keluhan
Nasihat-nasihat untuk ibu hamil :
1. Makanan/diet
- Harus mendapat perhatian susunan dietnya, terutama
mengenai jumlah kalori, protein yang berguna untuk
pertumbuhan janin & kesehatan ibu.
- zat-zat yang diperlukan : protein, karbohidrat, lemak,
mineral atau bermacam-macam garam; terutama Ca, P, Fe;
vitamin dan air.
2. Hindari rokok
3. Obat-obatan
- Jika mungkin dihindari pemakaian obat-obatan selama
kehamilan terutama dalam triwulan I
4. Menjaga kebersihan tubuh dan pakaian
5. Gerak badan
- Dianjurkan jalan-jalan pagi hari dalam udara yang masih segar
- Senam dapat dilakukan setelah kehamilan 5 bulan untuk
kasus tanpa resiko tinggi.
6. Bekerja seperti biasa & cukup istirahat/rekreasi
7. Koitus
81
I.
1.
2.
82
Leopold II :
- Untuk menentukan dimana letaknya punggung anak (rata)
dan dimana letaknya bagian-bagian kecil (tangan, kaki,
muka)
Leopold III :
- Untuk menentukan apa yang terdapat di bagian bawah &
apakah bagian bawah anak ini sudah atau belum
terpegang oleh pintu atas panggul
Leopold IV :
- Untuk menentukan apa yang menjadi bagian bawah dan
berapa masuknya bagian bawah ke dalam rongga panggul.
Catatan : Leopold I-III pemeriksa menghadap muka pasien, Leopold IV
pemeriksa menghadap ke arah kaki pasien.
Kasus 1 :
Pasien wanita, 25 tahun, G1P0A0, umur kehamilan 14+3 minggu
datang untuk memeriksakan kehamilannya, konjungtiva
anemis (+).
Terapi :
- Kita dapat melakukan anamnesis dan pemeriksaan obstetri
yang baik untuk mendiagnosa kehamilan tersebut (resiko
tinggi atau tidak).
- Dapat kita berikan vitamin dan suplemen besi
83
Contoh resep :
R/ Inbion caps no XXX
S 1 dd I
Inbion : tiap kapsul berisi Fe-glukonat 250 mg, Mn-SO 4 0.2 mg, CuSO4 0.2
mg, vit C 50 mg, asam folat 1 mg, vit B 12 7.5 mg, sorbitol 25 mg
Kasus 2 :
Pasien datang untuk kontrol post kuretase abortus/post
partum (normal/spontan).
Contoh resep :
R/
R/
R/
Auspilic kap no XV
S 3 dd I
Inbion caps no X
S 1 dd I
Methergin tab no X
S 2 dd I
2. Hiperemesis gravidarum
Emesis gravidarum normal pada hamil muda
Gejala :
Vomitus yang frekuen
Rasa mual, anoreksia, hipersalivasi, rasa tidak senang dengan
sinar, suara, bau tertentu & kadang-kadang tidak senang
dengan suami.
Sulit tidur, rasa panas/perih pada epigastrium
Etiologi :
1. Kasus ini mudah timbul pada wanita neurotik
1. Keadaan di bawah ini mempermudah terjadinya hiperemesis :
preeklampsia, unwanted pregnancy, stres emosi, pyelitis,
kondisi alergi.
Pembagian hiperemesis gravidarum
1. Hiperemesis gravidarum ringan :
- Belum ada dehidrasi
- Vomitus berlebihan
- Masih ada keinginan makan dan minum, walaupun
termuntahkan kembali
- Tidak/belum terjadi asidosis
Terapi :
84
3. Preeklampsia
Merupakan kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin
dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias :
2. Hipertensi
3. Edema
4. Proteinuria
Klasifikasi :
Dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
1. Preeklampsia ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut :
a. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih, yang diukur pada posisi
berbaring terlentang; atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau
lebih; atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara
85
II. GINEKOLOGI
1. Endometriosis
Adalah suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih
berfungsi berada di luar kavum uteri, berhubungan siklus haid,
jinak, dapat menyerbu ke organ lain dan bersifat progresif.
Pengobatan :
A. Medikamentosa
- Hilangnya lesi endometriosis disebabkan oleh karena peristiwa
anovulasi dan amenorea, yang mengakibatkan penekanan
terhadap kelenjar adenohipofisis. Ini sangat rasional, wanita
dibuat mengalami anovulasi/ amenorea dengan menggunakan
preparat estrogen, androgen progesteron dan kombinasi.
1.
2.
-
Estrogen
Tidak dipergunakan lagi
ES : hiperplasi adenomatosa/kistik & perdarahan hebat
Estrogen-progesteron
Sepertinya pil KB. Pemakaian 6-12 bulan ternyata dapat
menghilangkan nyeri pelvis 75 %.
- ES : kembung, nyeri payudara, oedem, perdarahan bercak
3. Progesteron
- Medroxi progesteron asetat (Depoprovera/DMPA), dosis 100 mg
tiap minggu, 4 x pemberian, diteruskan 200 mg tiap 4 minggu
selama 6-9 bulan.
4. Danazol
- Keluhan hilang sekitar 70-90 %
- Keunggulan : menekan aktivitas makrofag dihindarkan
fagositosis terhadap gamet maupun zigot.
- ES : acne, perdarahan spotting, BB meningkat, libido menurun,
buah dada mengecil, suara berubah
- Dosis : 400-800 mg/hari dibagi dalam 2 kali pemberian, selama
3-6 bulan, dapat diteruskan sampai 9 bulan.
5. GnRH agonis
- Menyebabkan hipogonadotropin hipoestrogenisme regresi
jaringan endometriosis keluhan hilang.
- Preparat yang dipergunakan :
# Tapros 3.75 mg terdiri dari leuprorelin
# Zoladex 3.6 mg terdiri dari gaserelin
- Pemberian secara injeksi dimulai hari ke-5 haid diberikan
subkutan atau im dengan interval 4 minggu, diberikan sampai 6
bulan.
- Es : nausea, vomitus, oedem, sakit seluruh badan, pusing,
mialgia, mammae mengecil.
Contoh resep :
R/
Azol caps no LX
S 2 dd I
B. Pembedahan
Dilakukan dengan laparotomi, dikerjakan ovariektomi bilateral
dan histerektomi. Hal ini menyebabkan estrogen rendah yang
bersifat permanen.
87
2. Adnexitis
Salphingitis menjalar ke ovarium hingga juga terjadi oophoritis.
Salphingitis dan oophoritis disebut adnexitis.
Gejala-gejala :
Demam tinggi dengan menggigil, pasien sakit keras
Nyeri kiri dan kanan di perut bagian bawah terutama jika
ditekan
Defanse kiri dan kanan di atas lig.Poupart
Mual dan muntah karena rangsangan peritoneum.
Kadang-kadang ada tenesmi ad anum karena proses dekat
pada rektum atau sigmoid.
Toucher :
# Nyeri kalau portio digoyangkan
# Nyeri kiri dan kanan dari uterus
# Kadang-kadang ada penebalan dari tuba
# Tuba yang sehat tak dapat diraba
# Menorrhagi dan dysmenorhoe
Karena adnexitis, terjadi perlekatan dengan usus yang dapat
diraba sebagai tumor adnex tumor
Terapi :
Istirahat simptomatik
Broad spektrum antibiotika
Kortikosteroid
Contoh resep :
R/ Corsacin kap mg 500 no X
S 2 dd I
R/ Danasone tab no XX
S220
R/ Hedix kap no XV
Corsacin : ciprofloksasin (250, 500 mg/kaplet)
Danasone : dexametason (0.5 mg/tab)
Hedix : metampiron 500 mg, diazepam 2 mg
3. Amenorea
Adalah tidak adanya haid selama 3 bulan atau lebih
R/ Gynaecosid tab no II
S 1 dd I (2 hari)
Bila disertai galaktorea, dapat diberikan pula :
R/ Parlodel tab no X
S 1 dd I
Gynaecosid : metilestrenolon 5 mg, metilestradiol 0.3 mg (KI : hamil), biasanya
setelah 3-6 hari akan terjadi haid
Parlodel : bromokriptin (2.5 mg/tab) menekan prolaktin
89
R/ Provera tab mg 10 no XX
S 2 dd I
R/ Transamin tab no XV
S 3 dd I
R/ Ponstan tab mg 500 no XV
S 3 dd I
R/ Inbion tab no X
S 1 dd I
Provera : medroksi progesteron asetat /MPA (2.5 mg; 10 mg tab)
Transamin : asam traneksamat (500 mg/tab salut)
Ponstan : asam mefenamat (500 mg/tab, 250 mg/caps)
5. Syndrom menopause
Menopause ialah haid terakhir, atau saat terjadinya haid terakhir,
90
R/
R/
6. Infertilitas/kemandulan
Infertilitas merupakan kesuburan yang berkurang.
Pemeriksaan infertilitas :
- Wawancara :
Ditanyakan mengenai pekerjaan, sosial ekonomi, kebudayaan,
operasi-operasi kandungan, infeksi panggul, infeksi saluran
kencing, penyakit kelamin. Riwayat haid, lamanya, banyak
sedikitnya, nyeri tengah haid, nyeri haid atau dismenorhea,
amenorea, lamanya, sebabnya. Ditanya pula obat-obat yang
dipakai dan kontrasepsi apa yang digunakan. Pernah hamil
atau tidak, bila pernah ditanyakan riwayat obstetrik.
91
Pemeriksaan umum :
Ada tidaknya kelainan endogen seperti sindroma Cushing,
sindroma polisistik ovarium, hipotiroidisme, hipertiroidisme,
sindroma Turner, sindroma Klinefelter, sindroma feminisasi.
Pemeriksaan payudara : ada tidaknya galaktorea
Kelainan-kelainan lain : prolaps uteri, polip serviks, tumor
ovarium, tumor uterus.
Masalah infertilitas mencakup pasangan, jadi keduanya harus
diperiksa, baik suami maupun istri untuk mengetahui adanya
kelainan yang ditemukan pada salah satu pasangan ataupun
keduanya.
Pengobatan :
Sesuai dengan penyebabnya
Contoh kasus 1 :
Seorang , 30 tahun, sudah menikah 5 tahun & belum
mempunyai anak. Pada anamnesa didapatkan siklus haid yang
tak teratur, tak ditemukan kelainan organik.
Contoh resep :
R/ Profertil tab no V
S 1 dd I (hari 5-10 siklus haid)
R/ Fundamin E tab no X
S 1 dd I
Catatan : pengobatan hormonal ini berlangsung selama 3 siklus haid
kemudian dilihat apakah ada ovulasi.
Profertil : klomifen sitrat (50 mg/tab)
Fundamin E : tiap tablet salut berisi vitamin B 1 100 mg, vit B6 50 mg, vit B12
100 mcg, vit E 30 UI
Contoh kasus 2 :
Seorang , 28 tahun, sudah menikah 3 tahun & belum
mempunyai anak. Pada pemeriksaan sperma didapatkan
oligozoospermia.
Contoh resep :
R/ Provula tab no XIV
S 1 dd I
R/ Andriol tab no XLII
S 3 dd I
Andriol : testosteron undekanoat (40 mg/tab)
Provula : klomifen sitrat (50 mg/tab)
92
Jenis :
1. Golongan progestin
- Misalnya : Depo Provera 150 mg (disuntikkan tiap 3 bulan),
Noristerat (tiap 2 bulan).
2. Golongan progestin dengan campuran estrogen propionat
- Misalnya : Cyclofen (tiap 1 bulan)
Cara kerja :
Mencegah pematangan & lepasnya sel telur dari indung telur
wanita
Mengentalkan lendir mulut rahim, sehingga spermatozoa (sel
mani) tidak dapat masuk ke dalam rahim
Menipiskan endometrium, sehingga tidak siap untuk
kehamilan.
Efek samping :
1. Gangguan siklus haid/menstruasi
2. Depresi
3. Keputihan (leukorea)
4. Jerawat
5. Rambut rontok
6. Perubahan berat badan
7. Pusing/sakit kepala/migrain
8. Mual dan muntah
9. Perubahan libido/dorongan seksual
4. Implan/susuk
Adalah alat kontrasepsi berbentuk kapsul silastik berisi hormon
jenis progestin (progesteron sintetik) yang ditanamkan di bawah
kulit.
Jenis :
2. Terdiri dari 6 kapsul silastik, dimana setiap kapsulnya berisi
Levonorgestrel sebanyak 36 mg (Norplant).
3. Terdiri dari 1 kapsul silastik berisi 68 mg 3-ketodesogestrel
dan 66 mg kopolimer EVA (Implanon).
4. Terdiri dari 2 kapsul silastik berisi Levonorgestrel 75 mg
(Jadena).
Cara kerja :
Menekan ovulasi yang akan mencegah lepasnya sel telur
(ovum) dari indung telur
Mengentalkan lendir muluit rahim sehingga sel mani/sperma
tidak mudah masuk ke dalam rahim
Menipiskan endometrium, sehingga tidak siap untuk nidasi
94
Efek samping :
1. Gangguan siklus haid/menstruasi
2. Ekspulsi implan
3. Perubahan berat badan
4. Jerawat
5. Rasa nyeri/perih/pedih payudara
6. Gangguan fungsi hati
7. Perubahan libido/dorongan seksual
8. Pusing/sakit kepala/migrain
9. Nyeri perut bagian bawah
10.Kloasma
11.Tromboflebitis
12.Infeksi pada luka insisi
13.Perubahan perasaan/depresi
14.Gangguan pertumbuhan rambut
5. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR/IUD)
Adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rongga
rahim wanita
Jenis :
1. Inert : dari plastik (Lippes loop) atau baja anti karat (the
Chinese Ring).
2. Mengandung tembaga : CUT 380A, CUT 200C, Multiload &
Nova T. Yang sekarang direkomendasikan adalah jenis CUT
380A
Cara kerja :
Menimbulkan reaksi jaringan sehingga terjadi serbukan sel
darah putih
Lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas
Mengurangi jumlah sperma yang mencapai tuba falopii dan
menginaktifkan sperma
Efek samping :
1. Gangguan perdarahan
2. Infeksi
3. Keputihan
4. Ekspulsi AKDR
5. Perforasi/translokasi
6. Rasa mulas (nyeri/kram) perut bawah
7. Rasa nyeri pada alat kelamin suami
95
96
seksual
meningkat
atau
T A T A L AK S A N A P R A K T I S
Bedah
Oleh :
dr Frengky Susanto
Bab IV
Ilmu bedah
(surgery)
1.
Haemoroid
Pelebaran plexus haemoroidalis yang bukan
keadaan patologi dan menimbulkan keluhan.
Klasifikasi:
Haemoroid interna
merupakan
superior.
Haemoroid externa :pelebaran Pl. haemodalis
inferior.
Penatalaksanaan :
Non operasi:
Grade I- II
Grade III- IV
:non operasi
:operasi
analgetik
Anusol HC R , dosis 1 supp
tiap pagi dan
menjelang tidur, 3-6 hr, selanjutnya gunakan
Anusol R , dosis 1supp. tiap pagi dan menjelang
tidur, 3-6hr atau sampai radang berkurang.
Obat flebodinamik:
Ambeven R 3x 2 kapsul, selanjutnya 3x 1 kapsul.
Skleroterapi:
Dengan gunakan Phenol 5% dalam minyak nabati,
suntikan kesubmukosa dengan anoskop diantara
haemoroid dengan harapan terjadi peradangan steril
yang kemudian terjadi fibrotik dan meninggalkan
jaringan parut sehingga akan menekan vena.
Haemoroid eksterna
98
dengan
berkurangnya oedem
Tegang
Berwarna kebiruan
2.
3.
Pemeriksaan fisik:
Colok dubur
Konsistensi
BPH :kenyal
Ca prostat :keras teraba benjolan yang lebih keras dari
sekitarnya (asimetris).
Grade BPH :
I
:Pole atas mudah dicapai
II
:Pole atas masih dapat dicapai
III
:Pole atas sukar dicapai
IV
:Pole atas tidak dapat dicapai
Klinis
Grade I
:sering kencing
II
:Kencing tidak puas, tapi setelah
mengedan puas
III
:Kencing tidak puas tapi setelah
mengedan tidak puas juga
IV
:Retensi urine
Penatalaksanaan:
Selectife
1
adrenoceptor
antagonist: Tamsulosin hydroclorida (Harnal R) 1x 1tab
(0,2 mg).
Antibiotik
untuk
mencegah
infeksi.
Operasi
Open prostatektomi
Ctt. Tamsulosin aman diberikan bersamaan dengan anti
hipertensi.
4.
Gejala:
Sistemik
:
Kardiovaskuler
: nadi
meningkat,
perdarahan
,
hemoglobinuria, syok.
SSP
: demam, mual- muntah, diare, sukar
membuka mata, sukar menelan,
bicara
pelo,
kadang
kesadaran
menurun, parestesia, lemas.
Klasifikasi:
1.
Ringan
:oedem (+)
Dalam waktu 2 jam tidak ada gejala
sistemik
2.
Sedang
:Tampak sakit sedang
Gejala sistemik lokal
Nyeri
Hipotensi
Bengkak
Sekitar luka: nekrosis
3.
Berat :Gejala sistemik (+)
>6jam, syok koma dan perdarahan
besar.
Penatalaksanaan:
Jika termasuk dalam klasifikasi derajat sedang berat
sebaiknya dirujuk keRS.
1.
Pengobatan suportif
Atasi syok
Berikan cairan/darah
Lakukan pengisapan:
Mulut :tidak boleh ada luka dimulut dan kalau
tertelan, dinetralkan oleh cairan
pencernaan.
Alat pengisap
3.
Hilangi penyerapan bisa kedalam tubuh:
Pasang
touniquetbeberapa
cm
diatas lukaatau proksimal pembengakakan yang telah
terlihat dengan tekanan < tekanan arteri dan cukup
menghambat aliran vena.
5.
ATS
Jika terkena sengatan Tawon:
Bisa terdapat dalam ekor , segmen ke-3
Penatalaksanaan: mencukil ujung yang tertinggal.
Jika terkena sengatan kalajengking:
Gejalanya:hipersalivasi, hiperlakrin, hiperhidrasi
Penatalaksanaan:terapi suportif
5.
luka bakar
Suatu penyakit yang disebabkan oleh panas, arus listrik atau
bahan kimia yang mnegenai kulit, mukosa dan jaringan yang
lebih dalam
Klinis:
Secara klinis ada 3 derajat:
1. Tingkat I
: hanya mengenai epidermis
2. Tingkat II
: dibagi lagi menjadi:
Dalam
: sisa
epitel
tinggal
sedikit,
penyembuhan lebih lama (3-4
minggu) dan disertai pembentukan
jaringan sikatrik.
3. Tingkat III : mengenai seluruh tebalnya kulit, atau
mengenai juga lapisan dibawah kulit
seperti subkutan, otot, tulang.
Rule of nine
9
9
9
9
1
0
1
4
9
18
18
18
18
9
9
18
102
18
16
16
Dewasa
15 tahun
5 tahun
1
8
9
9
18
18
14
14
1 tahun
Tentukan dalamnya luka bakar dengan cara:
o
Klinis
o
Tusukan jarum
o
Pengecatan dengan evans blue
o
Termografi infra red
Tentukan luasnya luka bakar:
Wallace rule of nine
Dari semua ini dapat kita tentukan:
Profilaksis
tetanus
diberikan
toksoid,
bila
sebelumnya telah mendapat dasar imunisasi , bila tidak
mendapat imunisasi maka diberikan human imun globin
500 unit.
Tandur kulit dilakukan bila luika tidak sembuhsembuh dalam waktu 2minggu dengan diameter >3cm.
6.
kolik
Kolik dapat disebabkan oleh gangguan digestivus, kolik
renal,atau gangguan empedu.
Contoh Terapi secara simptomatik:
7.
Derajat I:
Garis patah sederhana dengan kurang atau sama dengan
1cm bersih.
Derajat II:
Garis patah sederhana denga luika >1cm, bersih tanpa
kerusakan jaringan lunakyang luasatau terjadinya flap atau
avulsi.
104
Derajat III:
Patah tulang yang disertai dengan kerusakan jaringan
luas termasuk kulit, otot, saraf, pembuluh darah. Patah
tulang ini disebabkan oleh gaya dengan kecepatan tinggi.
Terbagi lagi:
Derajat IIIA
:bila patah tulanng masih ditutup dengan
jaringan lunak.
Derajat IIIB
:tulang terbuka tidak dapat ditutup denga
jaringan lunak termasuk periosteum sangat
berperan dalam proses penyembuhan,
pada umumnya terjadi kontaminasi serius.
Derajat IIIC :terdapat kerusakanpembuluh darah arteri.
Penatalaksanaan:
Semua kasus patah tulang dianggap sebagai kasus
gawat darurat sehingga harus dirujuk keRS.
Stabilisasi:
Untuk derajat I- II dipertimbangkandengan fiksasi
primer,
Untuk derajat III dianjurkan pemasangan fiksasi
luar.
Penutupan:
Penutupan luka primer dapat dipertimbangkan
pada derajat I-II. Ssesdangkan derajat III sama sekali
tidak dianjurkan untuk dilakukan penutupan, hanya saja
kalau memungkinkan tulanng yang nampak ditutup oleh
jaringan lunak otot untuk mempertahankan hidupnya.
Rehabilitasi dini.
8.
3.
Deformitas
disebabkan
oleh
pembengakakan atau akibat perdarahan dan posisi
fragmen tulang yang berubah.
Tanda pasti:
1.
Gerakan abnormal (false movement)
Biasa terjadi pada patah tulang panjang bagian tengah.
2.
Krepitasi, terjadi akibat gesekan kedua fragmen
tulang patah.
3.
Deformitas akibat fraktur, umumnya deformitas
berupa angulasi, rotasi dan pemendekanan.
Pemeriksaan fisik:
Inspeksi
:- pembengakakn
(look)
- deformitas
Palpasi
:- tegang lokal, nyeri tekan, krepitasi
(fell)
-pemeriksaan pulsasi arteri distal dari
fraktur.
Gerakan
:-gerakan abnormal (false movement).
-fungsi laesa
Imobilisasi:
1. gips
2. traksi secara kontinue
traksi kulit
traksi tulang
106
9.
Hematuri
Adanya darah dalam urine baik makroskopis maupun
mikroskopis
Hematuri disebabkan oleh bermacam- macam penyakit,
seperti neoplasma, uorolithiasis, infeksi, kelainan sistemik,
kelainan kongenital, benda asing, trauma, tidak diketahui
sebabnya.
Pemeriksaan:
Anamnesa:
1. keluhan utama
2. Sejak kapan hematuti ? terus- menerus atau intermiten?
Apakah sekarang urinmasih merah?
3. Jenis hematuri? Hanya pada awal miksi, akhir miksi atau
total?
4. Disertai nyeri atau tidak? sifat nyeri?
5. Apakah disertai benjolan diperutnya? jika ya sejak kapan?
6. Apakah pernah keluar batu spontan waktu miksi?
7. Apakah menderita batuk kronis?
8. Apakah beberapa hari sebelumnya menderita faringitis?
9. Obat- obat apa saja yang diminum?
Pemeriksaan fisik:
Pertama - tama penderita disuruh miksi dan ditampung
ditmpat yang bersih, dilihat warna urine dan dilakukan
pemeriksaan urinalisis. Kemudian dilakukan pemeriksaan
saluran kemih sebagaimana lazimnya.Untuk kelainan
saluran kemih periksa dari ginjal hingga muara uretra,
skrotum dan lakukan colok dubur.
Pemeriksaan laboratorium:
- Urinalisa dan kultur urina
- Sitologi urine
- Darah lengkap
- Faal ginjal
- Faal hemostatis
- Titer antistreptolisin
Pemeriksaan radiologi
- Foto thorak
107
Penderita
gross
hematuri
merupakan indikasi untuk masuk RS.
Sambil
menegakan
diagnosa
hematuri, maka dapat diberikan pengobatan simptomatik,
yaitu:
Spasmolitik (Papaverin / Spasmal R
3x1 atau Skopolamin bromobutilat / spasmolit R 3x1
jika disertai kolik.
Tranfusi jika anemia derajat sedang
dan hematuri tetap berlangsung.
Koagulansia
(As.
Traneksamat
/
Ditranex R 3 x 500mg (tablet atau injeksi).
Dianjurkan minum yang banyak.
108
Tata laksana
PRAKTIS
OLEH :
dr. Rudy Budijono
BAB V
ILMU PENYAKIT PARU
(PULMONOLOGI)
I. TUBERCULOSIS PARU ( TB PARU )
1.Diagnosis TB Paru
Berdasarkan :
a. Gejala klinik
Gejala klinik TB paru dapat dibagi 2, yaitu :
Gejala respiratorik :
batuk > 3 minggu
batuk darah / hemoptoe
sesak napas
nyeri dada
Gejala sistemik :
demam
gejala lain : malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan
menurun.
b. Pemeriksaan fisik
- Sangat tergantung luas dan kelainan struktural paru
- Kelainan pada umumnya terletak di lobus superior terutama
daerah apex dan segmen posterior, serta daerah apex lobus
inferior
- Suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki
basah,
tanda-tanda
penarikan
paru,
diafragma
dan
mediastinum
c. Kelainan radiologik
- Pemeriksaan standar adalah foto thorak PA dengan atau tanpa
foto lateral.
Pemeriksaan lain atas indikasi : foto apiko-lordotik, oblik, CT
Scan.
Bayangan berawan / noduler di segmen apikal dan posterior
lobus atas paru dan segmen superior lobus bawah.
Kavitas, terytama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan
opak berawan atau nodular.
Bayangan bercak milier
Efusi pleura unilateral
- Lesi minimal, bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua
paru dengan luas tidak lebih dari volume paru yang terletak di
110
113
BB < 40 kg : 300 mg
Dosis intermiten 600 mg/kali
INH : 5 mg/kg BB, max 300 mg, 10 mg/kg BB 3xminggu, 15
mg/kg BB 2x minggu atau : 300 mg/hr untuk dewasa
Intermitten : 600 mg/kali
Sediaan : tab 100, 300 mg
Pirazinamid : intensif 25 mg/kg BB, 35 mg/kg BB 3x minggu, 50
mg/kg BB 2x minggu atau :
BB > 60 kg : 1500 mg
BB 40-60 kg : 1000 mg
BB < 40 kg : 750 mg
Sediaan : tab 500 mg
Etambutol : intensif 20 mg/kg BB, fase lanjutan 15 mg/kg BB, 30
mg/kg BB 3x minggu, 45 mg/kg BB 2x minggu atau :
BB > 60 kg : 1500 mg
BB 40-60 kg : 1000 mg
BB < 40 kg : 750 mg
Dosis intermiten 40 mg/kg BB/kali
Sediaan : tab 250, 500 mg
Streptomisin : 15 mg/ kg BB atau :
BB > 60 kg : 1000 mg
BB 40-60 kg : 750 mg
BB < 40 kg : sesuai BB
Sediaan : injeksi 1 gram
115
Aktivitas
Ekstraseluler aktif pada pH
netral atau basa
Ekstraseluler dan
intraseluler
Sda
Aktif dalam suasana asam
(intraseluler)
Etionamid
Pas (P)
Lemah, ekstraseluler
Efek samping
Toksik terhadap
n.vestibuler (n.VIII)
neuritis perifer,
hepatotoksik
Hepatitis, nausea,
vomiting, flu like
syndrome
Hiperuricemia,
hepatotoksik
Optik neuritis, skin rash
Nausea, vomiting,
hepatotoksik
Gastritis, hepatotoksik
Komplikasi TB :
- Batuk darah
- Pneumotoraks
- Empiema
- Bronkiektasis
Indikasi operasi :
1. Indikasi mutlak :
a. Semua penderita yang telah mendapat OAT adekuat tetapi
sputum tetap (+)
b. Penderita batuk darah yang masif
c. Penderita dengan fistula bronkopleura dan empiema
2. Indikasi relatif :
a. Penderita dengan sputum negatif dengan batuk darah berulang
b. Kerusakan satu paru atau lobus dengan keluhan
c. Sisa kavitas yang menetap
Kriteria sembuh :
BTA (-) 3 bulan berturut-turut sebelum akhir pengobatan dan
telah mendapatkan pengobatan adekuat
- Bila ada fasilitas biakan, maka kriteria ditambah biakan (-)
Evaluasi pengobatan :
1. Evaluasi klinik
- Penderita dievaluasi setiap 2 minggu pada 1 bulan pertama
pengobatan; selanjutnya setiap 1 bulan
116
1xI
1 x II
1 x II
- Kategori I :
Kasus baru dengan dahak (+) dan penderita dengan keadaan
yang berat seperti meningitis, tuberkulosis milier, perikarditis,
peritonitis, pleuritis masif atau bilateral, spondilitis dengan
gangguan neurologik, penderita dengan dahak negatif tetapi
kelainan paru luas, TB usus, TB saluran kemih, dsb.
- Kategori II :
Kasus kambuh atau gagal dengan dahak yang tetap positip
- Kategori III :
Kasus dengan dahak negatif tetapi kelainan paru tidak luas &
kasus TB di luar paru selain dari yang disebut dalam kategori I.
- Kategori IV :
TB kronik
Tujuan pengobatan :
1. Untuk mengobati penderita TB
2. Untuk mencegah kematian pada penderita TB
3. Untuk mencegah kekambuhan atau resisten terhadap OAT
4. Untuk menurunkan mata rantai penularan TB
Paduan Obat Alternatif Berdasarkan Kategori (anjuran
WHO)
Kategori
pengobat
an TB
I
Penderita TB
-
II
III
IV
Kasus
baru
dengan
dahak (+)
Kasus baru dahak (-)
dengan
kelainan
parenkim paru yang luas
Kasus baru pada TB di
luar paru yang berat
Dahak (+)
Kambuh
Gagal
Putus berobat
Kasus baru dahak (-)
(di luar kategori I)
Kasus TB di luar paru
(tak termasuk kategori I)
Kasus kronik
118
Fase intensif
Fase
lanjutan
2EHRZ(SHRZ)
6HE
2EHRZ(SHRZ)
4HR
2EHRZ(SHRZ)
4H3R3
2SHRZE/1HRZ
E
2SHRZE/1HRZ
E
2HRZ
2HRZ
2HRZ
5H3R3E3
6HRE
Rujuk ke
spesialis paru
6HE
4HR
4H3R3
II. ASMA
Pendahuluan
- Asma adalah suatu penyakit yang ditandai dengan penyempitan
saluran napas yang hilang timbul. Serangan dapat hilang dan
sembuh dengan atau tanpa pengobatan, tetapi dapat pula berat
dan membutuhkan perawatan di RS, bahkan bila lebih berat lagi
dapat mengancam jiwa penyandang asma sehingga perlu
perawatan intensif.
- Perubahan mendasar ialah pengertian bahwa inflamasi
merupakan dasar patogenesis asma sehingga asma merupakan
inflamasi kronik saluran napas.
- Bila di masa lalu bronkodilator merupakan terapi utama, maka
kini anti inflamasi merupakan terapi mendasar dalam
penatalaksanaan asma.
- Klasifikasi asma berdasarkan atas beratnya derajat asma dan ini
berhubungan dengan terapi yang diberikan.
- Berbagai faktor pencetus dapat menimbulkan serangan asma.
Faktor pencetus serangan tidak sama pada tiap penyandang
asma.
- Yang paling mengetahui faktor pencetus bagi serangan asma
tentu saja penyandang asma sendiri/ orang terdekat, terkadang
faktor pencetus dapat dihindarkan.
Patogenesa
- Yang khas pada asma bronkial ialah penyempitan/obstruksi
proksimal dari bronkus kecil pada tahap inspirasi dan ekspirasi.
- Sebab penyempitan :
1. Bronkospasme
2. Udem mukosa
3. Hipersekresi mukus yang kental
Klasifikasi asma
I. Berdasarkan etiologi
1. Asma ekstrinsik/alergi
- Biasa mulai anak-anak dengan riwayat keluarga (+)
- Karena kepekaan individu terhadap alergen protein dalam
bentuk serbuk sari yang dihirup, bulu binatang, kain, makanan,
susu/coklat.
2. Asma intrinsik/idiopatik
- Yang memicu biasanya penyakit infeksi, latihan fisik/emosi
119
Penatalaksanaan
Pengobatan medikamentosa
1. Waktu serangan
1.1. bronkodilator :
a. Golongan adrenergik
# Adrenalin lar 1 : 1000
- 0.3 cc ditunggu 15 menit, apabila belum reda diberi lagi
- 0.3 cc jika belum reda, dapat diulang 15 menit kemudian
- 0.3 cc
Anak-anak : dosis kecil 0.1-0.2 cc
# Beta-2 adrenergik selektif
Hati-hati pemakaian pada orang tua, penderita jantung dan
hipertensi, contoh :
- Metaproterenol-SO4 (Alupent 2 mg/ml syr, 20 mg/tab, 0.75
mg/puff )
- Fenoterol-HBr (Berotec)
- Klenbuterol (Spiropent)
- Prokaterol (Meptin)
- Terbutalin (Bricasma, Brasmatic, Asmabet, astherin)
- Salbutamol (Ventolin, Lasal, Combivent, Astop, Asmacel, Ascolen,
Bronchosal, Fartolin, respolin)
- Efedrin (Asmasolon, Efasma, Erladrine)
b. Golongan Methylxanthine
- menghambat bekerjanya enzim phospho-diesterase yang
merubah c-AMP menjadi 5-AMP
Contoh :
# Aminofilin (amp 240 mg/10 cc, tab 200 mg)
121
1.3. Kortikosteroid
- Memperkuat bekerjanya obat beta-2 adrenergik, dengan
menghambat enzim fosfodiesterase sehingga tidak terbentuk
leukotrien dan prostaglandin.
- Pemberian secara inhalan akan mengurangi efek sistemisnya.
- Contoh :
# Prednison (Erlanison)
# Deksametason (Etason, Indexon)
# Metilprednisolon (Lameson, Medixon, Intidrol)
# Beklometason,dll
1.4. Antibiotika
- Tidak perlu, kecuali sebagai profilaksi infeksi atau terdapat infeksi
1.5. Ekspektoransia
- Memudahkan dikeluarkannya mukus dari saluran napas.
Beberapa ekspektorans adalah :
# air minum biasa (pengencer sekret)
# glyseryl guaiacolat (ekspektorans)
# Kalium Jodida (ekspektorans)
# N-asetyl cystein (sekretolitik)
122
2. Di luar serangan.
2.1. Natrium kromoglikat (Intal 5; 5 mg/aerosol)
- Merupakan anti inflamasi non steroid yang diberikan secara
inhalasi. Menghambat pelepasan mediator yang diperantarai IgE
dari sel mast. Juga menghambat pelepasan mediator dari sel
inflamasi lain (makrofag, eosinofil, monosit)
- Obat ini efektif untuk asma alergi ringan
- Menghambat bronkospasme yang diinduksi oleh alergen dan
exercise, udara dingin.
- Kurang efektif dibandingkan kortikosteroid inhalasi (Inflammide),
namun lebih aman.
2.2. Anti histamin, seperti 1.2
Pengobatan non medikamentosa
1. Waktu serangan
1.1. Pemberian O2
1.2. Pemberian cairan kecenderungan dehidrasi
1.3. Drainase postural chest fisioterapi
1.4. Menghindari paparan alergen
2. Di luar serangan
2.1. Pendidikan
2.2. Imunoterapi/desensitisasi uji kulit/provokasi bronkial
2.3. Kontrol emosi latihan napas
Contoh kasus 1:
Seorang pria, 20 tahun, merasakan sesak napas setelah terpapar
debu di jalanan, disertai dengan batuk. Saat itu, terdengar suara
mengi ketika pasien bernapas. Nadi 110 x/menit, serangan baru
sekali dalam sebulan ini.
Dx : Asma akut sedang pada asma intermitten
Contoh pemberian resep :
R/ Aminofilin 100 mg
Terasma
tab
Doveri
100 mg
Mucopect
tab
M f l a pulv da in caps
S 3 dd caps I
R/ Indexon 0.5 mg
3xI
Triomin E
1xI
Atroven inhaller
3 x puff II
Meptin inhaller
3 x puff II
Contoh kasus 2 :
Seorang , 18 tahun sering menderita asma yang kumat-kumatan
(kronis). Saat ini pasien tak dalam serangan.
Contoh pemberian resep :
123
124
Keterangan
Timbul pada usia muda
Sakit mendadak
Riwayat merokok
Riwayat atopi
Sesak & mengi berulang
Batuk kronik berdahak
Hipereaktivitas bronkus
Reversibilitas obstruksi
Variabilitas harian
Eosinofil sputum
Neutrofil sputum
Makrofag sputum
Asma
++
++
+/++
+++
+
+++
++
++
+
+
PPOK
+++
+
+
++
+
+
+
-
A. Diagnosis
1. Anamnesis
a. Keluhan :
- Sesak napas yang bertambah berat bila aktivitas
- Kadang-kadang disertai mengi
- Batuk kering atau dengan batuk yang produktif
- Rasa berat di dada
b. Riwayat penyakit :
Keluhan klinis, bertambah berat dari waktu ke waktu
c. Faktor predisposisi :
- Usia > 45 tahun
- Riwayat merokok aktif atau pasif
- Terpajan zat beracun (polusi udara, debu pekerjaan)
- Batuk berulang pada masa kanak-kanak
125
127
d. Diuretika
Diberikan pada PPOK derajat sedang-berat dengan gagal jantung
kanan atau kelebihan cairan.
e. Cairan
Pada PPOK sering disertai kor pulmonal, sehingga pemberian
cairan harus hati-hati.
2. Edukasi
Secara umum bahan edukasi yang harus diberikan adalah
pengetahuan dasar tentang PPOK; obat-obatan, manfaat dan
efek sampingnya; cara pencegahan perburukan penyakit;
berhenti merokok dan penyesuaian aktivitas.
3. Terapi Oksigen
Pada PPOK terjadi hipoksemia progresif. Pemberian O 2 untuk
mempertahankan oksigenasi seluler & mencegah kerusakan sel
baik di otot maupun organ lainnya.
4. Ventilasi mekanik
Pada PPOK digunakan pada eksaserbasi dengan gagal napas akut
atau pasien PPOK derajat berat.
5. Nutrisi
Keseimbangan nutrisi antara protein, lemak dan karbohidrat.
Kekurangan kalori dapat menyebabkan meningkatnya derajat
sesak.
6. Rehabilitasi
- Latihan bernapas dengan pursed-lips
- Latihan ekspektorasi
- Latihan otot pernapasan dan ekstremiti
Contoh kasus :
Seorang pasien laki-laki, 60 tahun dengan PPOK stabil + infeksi
sekunder.
128
Pleurisy
Efusi pleura
Etiologi
Transudat :
1. Kegagalan jantung kongestif, sindroma nefrotik
2. Ascites, Meigs syndrom
3. Vena cava superior syndrom
4. Tumor
Eksudat :
1. Infeksi, TB, pneumonia, dsb
2. Tumor
3. Infark paru
Efusi hemoragis : tumor, trauma, infeksi, TB
Efusi bilateral : kegagalan jantung kongestif, SN, ascites, infark
paru, SLE, tumor, TB.
129
Gejala klinik
Sesak napas, membaik bila berbaring ke sisi yang sakit
Nyeri pleuritik terutama pada akhir inspirasi
Febris
Batuk non produktif
> 500 cc, pergerakan dada menurun, suara napas menurun
1000 cc dada cembung, timbul egofoni
2000 cc suara napas menurun
Dx. Pasti : punksi percobaan
Radiologik :
Sudut costophrenicus tumpul minimal efusi
Penatalaksanaan
1. Pengobatan kausal : terhadap penyakit primernya
- Kortikosteroid + OAT bila et causa TB
- Kemoterapi untuk keganasan
2. Torakosentesis
Indikasi :
- Menghilangkan sesak yang ditimbulkan oleh cairan
- Bila terapi spesifik pada penyakit primer gagal
- Bila terjadi reakumulasi cairan
Pengambilan pertama jangan lebih dari 1000 cc!
V. ABSES PARU
Etiologi :
1. Infeksi saluran napas (bakteri piogenik, mikobakteria, jamur,
parasit)
2. Penyulit beberapa tipe pneumonia tertentu
3. Perluasan abses subdiafragma
4. Luka traumatik paru
5. Piemia & infark paru terinfeksi
Gambaran klinis :
- Biasanya penderita mempunyai riwayat penyakit 1-3 minggu
dengan gejala demam, menggigil, batuk yang produktif dengan
sputum banyak berbau busuk, purulen, berwarna kuning
kehijauan sampai hitam kecoklatan sebab bercampur darah,
kadang-kadang batuk darah.
- Perkusi redup pada daerah yang terkena dan suara napas
bronkial
- Kadang terdengar suara amforik bila abses luas dan terletak
dekat dinding dada.
- Kalau terkena pleura, terdapat tanda-tanda efusi pleura
130
Laboratorium :
LED meningkat, lekositosis 20.000 30.000 / mm3
Radiologik :
Air fluid level yang karakteristik.
Penatalaksanaan :
- Penisilin merupakan antibiotik pilihan utama, yang efektif
terhadap semua kasus (aerob/anaerob).
- Diberikan sampai gambaran radiologis bersih/meninggalkan sisa
stabil, dosis : 1,2 juta unit perhari, selama 4-6 minggu.
- Alternatif : - Kloramfenikol 4 x 500 mg
- Klindamisin 3 x 600 mg
- Metronidazole 4 x 500 mg
- Antibiotik lain berdasarkan uji resistensi
- Pembedahan : bila abses menetap dengan perbaikan minimal
atau tanpa perbaikan, setelah pengobatan adekuat 6-8 minggu
atau pada abses dengan hemoptisis yang masif.
VI. INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)
-
Cara penyebaran :
# Aerosol lembut/kasar batuk, bersin
# Aspirasi dari saluran napas atas
# Penyebaran hematogen
# Hand to hand transmission
Diagnosis banding :
1. ISPA oleh karena bakteri
2. Penyakit alergi saluran pernapasan
3. Kelainan bronkus akibat bahan iritan (gas/debu)
Penyulit :
131
1. Infeksi bakterial
2. Pneumonia oleh karena virus
3. Peningkatan bronkokonstriksi pada pasien PPOK
-
Penatalaksanaan :
1. Simptomatik :
- Istirahat yang cukup
- Analgetik dan antipiretik
- Antitusif : - Kodein 3 x 10 mg
- Noskapin 3 x 30 mg
- Roborantia
2. Penyulit :
- Antibiotik bila ada sekunder infeksi
- Obstruksi
bronkus
pada
PPOK/asma
kortikosteroid dan bronkodilator
dapat
ditambah
Contoh kasus :
Pasien , 25 tahun, mengeluh demam disertai bersin + batuk yang
non produktif.
Contoh pemberian resep :
R/ Amoksan 500 mg 3 x I
Pamol 3 x 1
Kodein 10 mg 3 x 1
Enervon-C 1 x I
VII. PNEUMONIA
-
132
Manifestasi klinik
- Keluhan utama berupa batuk (80 %), demam, nyeri dada,
sesak, dan produksi sputum mula-mula mukoid, purulen dan
akhirnya terjadi batuk darah.
- Tanda dan gejala lain yang tidak spesifik (10 %-30 %) berupa
mialgia, pusing, anoreksi, malaise, diare, perasaan tak enak
pada perut, mual muntah
- Pada pemeriksaan fisik didapatkan demam (>37.8 C), tetapi
pada pasien >76 tahun demam jarang didapatkan, biasanya
didapatkan perubahan status mental.
- Tanda fisik pneumonia berupa konsolidasi, ditandai adanya
keredupan pada perkusi, peningkatan vokal fremitus, adanya
suara bronkial, suara bisik dan krepitasi positif, suara egofoni
(+) pada 35 % penderita.
Laboratorium
Terjadi peningkatan atau penurunan lekosit (<4000 atau
>12000). Pada infeksi virus atau Mycoplasma pneumonia
tidak terjadi lekositosis.
Radiologis
Karakteristik ditandai adanya opasitas/ peningkatan densitas
(konsolidasi) disertai gambaran air bronchogram. Gambaran
lain adanya efusi pleura di tempat yang sama dengan proses
pneumonia.
1.
2.
3.
4.
5.
dan
Etiologi
1. Faktor infeksi : virus, bakteri, jamur, mikoplasma
2. Faktor kegagalan mekanisme pembersihan, misal karena
benda asing, tumor, stenosis bronkial, kistik fibrosis, alergi
aspergilosis.
3. Faktor imunodefisiensi
4. faktor aspirasi
Gambaran klinik
1. Batuk produktif menahun & sputum dalam jumlah banyak
2. Hemoptisis : 50 % pasien
3. Pasien kurus, astenia, anoreksia
4. Demam timbul akibat infeksinya
5. Sesak napas
6. Foetor ex ore yang memberi efek psikologis kurang baik
Radiologik
Tampak infiltrat pada paru bagian basal dengan daerah
radiolusen yang multipel menyerupai sarang lebah (Honey comb
appearance)
Komplikasi
1. Batuk darah masif
2. CPC dekompensata
3. Infeksi sekunder : pneumonia, abses
134
Penatalaksanaan
1. Konservatif :
a. Berantas penyakit dasar
b. Drainase postural
c. Antibiotika yang sesuai
d. Mukolitik dan ekspektorans
2. Suportif :
a. Perbaikan keadaan umum
b. Psikoterapi
3. Pembedahan :
- Reseksi bila hemoptoe masif berulang
IX. BATUK DARAH (=Haemoptoe, haemoptysis)
Pendahuluan
- Haemoptoe adalah dahak berdarah yang dibatukkan berasal dari
saluran napas bagian bawah (glotis ke distal)
- Pada dasarnya batuk akan berhenti dengan sendirinya selama
tak ada komplikasi.
Etiologi
2. Keradangan :
- TB, bronkiektasis, abses paru, pneumonia, bronkitis
2. Neoplasma :
- Ca paru, adenoma
3. Lain-lain :
Tromboemboli-infark paru, mitral stenosis, trauma, hemoragik
diatese, hipertensi pulmonal primer
135
Muntah darah
1. Darah dimuntahkan dengan
rasa mual
2. Darah campur sisa makanan
3. Darah terkena asam lambung
berwarna hitam
4. Darah bersifat asam
5. Anemia sering terjadi
6. Benzidin tes (-)
1. Batuk darah > 600 cc/24 jam dan dalam pengamatan batuk
tak berhenti
2. Batuk darah < 600 cc/24 jam , tetapi > 250 cc/24 jam, Hb <
10 gr % dan batuk darah tetap berlangsung
3. Batuk darah < 600 cc/24 jam, tetapi > 250 cc/24 jam, Hb >
10 gr %, selama pengamatan 48 jam darah tidak berhenti
Penatalaksanaan
Bila haemoptysis sedikit, akan berhenti sendiri tanpa pengobatan
Pasien tenang, istirahat total
Obat anti batuk dan penenang ringan bila gelisah
Refleks batuk harus baik, jangan takut membatukkan
Pasien posisi trendelenburg
Dapat diberikan infus atau transfusi
Obat-obat hemostatik (Adona, Transamin)
Operatif bila upaya konservatif gagal.
NAMA OBAT
Stileran
Thiamic 500
Amoksisilin 500
Kalmoxillin 1 gr inj
Amocomb 500
Kalpicillin 1 gr inj
Clacine
Simacron
Zithromax
Spiranter
Ottogenta 80 inj
Urfamycin 500
Cefabiotik 500
Sedrofen 500
Roxby 750 inj
Longcef
Kalfoxim 1 gr inj
Tirdicef 1 gr inj
Biotriac 1 gr inj
Ecotrixon 1 gr inj
Danaflox
Biozolin 1 gr inj
Ciprofloxasin 500
Cetafloxo 500
Scanax 750
Fixef 100 mg
Biolincom 500
Rifampicin 300 tab
Rifampicin 450 tab
Stimuno tab
Cerif 450 tab
SAT
Tab
Tab
Tab
F1
Tab
F1
Tab
Tab
Tab
Tab
F1
Kap
Kap
Tab
F1
Kap
F1
F1
F1
F1
Tab
F1
Tab
Kap
Tab
Kap
Kap
Tab
Tab
Tab
Tab
GENERIK
Metampiron
Asam mefenamat
Amoksisilina 500
Amoksisilina
Amoks, as.Clav
Ampicillin
Clarithromycin
Roxytromisin
Azitromisin
Spiramisin
Gentamisin
Tiamfenikol
Cefaleksina
Cefadroxyl
Cefuroxime Na
Cefaleksina
Cefotaxim Na
Cefotaxim Na
Ceftriaxone
Ceftriaxone
Ofloxasin
Cefalotina Na
Ciprofloxasin
Ciprofloxasin
Ciprofloxasin
Cefixime 100 mg
Linkomycin
Rifampicin 300
Rifampicin 450
Ekst Phylanti Herba
Rifampicin 450
136
TERAPI
Analgetik
Analgetik
Gol. Penicilin
Gol. Penicilin
Gol. Penicilin
Gol. Penicilin
Antibakteri
Antibakteri
Antibakteri
Antibakteri
Antibakteri
Antibakteri
Antibakteri
Antibakteri
Antibakteri
Antibakteri
Antibakteri
Antibakteri
Antibakteri
Antibakteri
Antibakteri
Antibakteri
Antibakteri
Antibakteri
Antibakteri
Antibakteri
Antibakteri
Anti TB
Anti TB
Anti TB
Anti TB
32
Ethambutol tab
Tab
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
Bacbutinh F tab
Pulna
INH 300 tab
Pulmolin tab
Pyrazinamid tab
Streptomycin 1 gr inj
Ditranex tab/inj
Letonal 100 tab
Indexon tab
Etason inj
Lameson tab
Medixon tab
Intidrol tab
Solumedrol inj
Medixon inj
Zestam tab
Lesifit kap
Epinephrin inj
Dextrose 5 %
Aminofilin tab
Aminofilin inj
Euphyllin ret Mite
Theobron
Unidur 400
Salbutamol
Combivent inhalasi
Venterol tab
Salbron tab
Lasal Exp syrup
Bricasma respul
Brasmatic tab
Berotec sol
Fluimucil 200 kap
Pulmicort Respul
Atrovent sol
Atrovent nebulizer
Doveri 100/200
Glyceryl guaicol
OBH
Hexolyt tab
Interpec tab
Transbronco syr
Tab
Tab
Tab
Tab
Tab
F1
Tab
Tab
Tab
Amp
Tab
Tab
Tab
F1
F1
Tab
Kap
Amp
Fla
Tab
Amp
Tab
Tab
Kap
Tab
Tab
Tab
Tab
Btl
Tube
Tab
Btl
Kap
Resp
Btl
Tube
Tab
Tab
Btl
Tab
Tab
Btl
75
76
77
Sohopec tab
Lapimuc tab
Megazing tab
Tab
Tab
Tab
78
79
80
81
82
F1
F1
Tab
Kap
Tab
Ethambutol 500
Anti TB
Ethambutol + INH
Ethambutol + INH
Isoniazid 300
INH, vit B6
Pirazinamid 500
Streptomycin
Tranexamic acid
Spironolakton
Deksametason 0.5
Deksametason
Methylprednisolon
Methylprednisolon
Methylprednisolon
Methylprednisolon
Methylprednisolon
Betametason, CTM
Lesitin, Vit B, karoten
Epinephrin
Glukose
Aminofilin
Aminofilin
Aminofilin
Aminofilin
Theophyllin
Salbutamol
Salbutamol, Ipatrium
Salbutamol
Salbutamol
Salbutamol
Terbutalin sulfat
Terbutalin sulfat
Fenoterol HBr
Asetil Sistein
Budesonid 0,25
Ipratropium bromidum
Ipratropium bromidum
Doveri
Glyseril guaikolat
Potio nigra
Bromhexin HCl
Ambroxol
Ambroxol
Anti TB
Anti TB
Anti TB
Anti TB
Anti TB
Anti TB
Koagulan
Diuretik
Kortikosteroid
Kortikosteroid
Kortikosteroid
Kortikosteroid
Kortikosteroid
Kortikosteroid
Kortikosteroid
Kortikosteroid
Roborantia
Syok
Parenteral
Anti asma
Anti asma
Anti asma
Anti asma
Anti asma
Anti asma
Anti asma
Anti asma
Anti asma
Anti asma
Anti asma
Anti asma
Anti asma
Anti asma
Anti asma
Anti asma
Anti asma
Anti asma
Expectorant
Expectorant
Lain-lain
Lain-lain
Lain-lain
Ambroxol
Ambroxol
Vit B kombinasi asam
amino
Vit B kombinasi
Vit B kombinasi
Vit B kombinasi, vit E
Multivitamin
Serapeptidase
137
Lain-lain
Lain-lain
Roborantia
Roborantia
Roborantia
Roborantia
Roborantia
Roborantia
Tata laksana
PRAKTIS
oleh:
dr Frengky Susanto
Bab VI
Ilmu penyakit jiwa
(Psikiatry)
Anti psikotik
Diagnostik antipsikotik:
Hendaya berat dalam fungsi - fungsi mental,
bermanifestasi dalam gejala: gangguan asosiasi
pikiran (inkoherensi), gangguan perasaan (tidak sesuai
dengan situasi), dan perilaku yang aneh atau tidak
terkendali (disorganized).
Sindrom psikotik dapat terjadi pada:
Sindrom psikosis fungsional : skizoprenia, psiktok paranoid,
psikotik
afektif,
psikotik
reaktif singkat, dll
Sindrom psikotik organik : sindrom delirium, dementia,
intoksikasi alkohol, dll.
Tabel obat dan Sediaan antipsikotik
Nama
sediaa
Dosis
Generik
Kadar
paten
n
anjuran
Chlorpromazin
Largactil
Tab
25mg,
150
Promactil
100mg
600mg/hr
Meprosetil
Ethibernal
ampul
25mg/ml
Haloperidol
Serenace
Tab
0,5;1,5;5m 5-15mg/hr
Haldol
g
Govotil
0,5; 2mg
Haldolampul
2; 5mg
decanoas
50mg/ml
Perphenazin
Trilafon
Tab
2; 4;8 mg
1224mg/hr
Fluphenazine
Anatensol
Tab
2,5; 5mg
1015mg/hr
Levomepromazin Nozinan
Tab
25mg
25e
50mg/hr
Trifluoperazine
Stelazine
Tab
1, 5mg
1015mg/hr
Thioridazine
Melleril
Tab
50-100mg
Sulpiride
Dogmatil
forte
Orap
Orap forte
Risperdal
Klozaril
Tab
ampul
Tab
200mg
50mg/ml
1mg
4mg
1,2,3 mg
25, 100mg
Parnozide
Risperidone
Clozapine
Tab
Tab
Efek samping:
Sedasi dan inhibisi psikomotor
139
150600mg/hr
300600mg/hr
1-4mg/hr
2-6mg/hr
25100mg/ hr
140
otonomik
Ekstra
piramidal
Chlorpromazine +++
+++
++
Thioridazine
+++
+++
+
Perphenazine
+
+
+++
Trifluoperazine
+
+
+++
Fluefenazine
++
+
+++
Haloperidol
+
+
++++
Pimozide
+
+
++
Clozapine
+++
+
Levo meprozine +++
++
+
Sulpiride
+
+
+
Risperidone
+
+
+
Chlorpromasin dan thioridacine memilliki efek samping
sedasi kuat sehingga sesuai digunakan untuk sindrom psikosis
dengan gejala dominan, gaduh - gelisah, hiperaktif, sulit tidur,
kekacauan pikiran, perasaan, dan prilaku, dll. Sedang
triflurazine, flluphenazine dan haloperidol berefeksamping
lemah sehingga cocok digunakan untuk sindrom psikotik dengn
gejala dominan: apatis, menarik diri, perasaan tumpul, menarik
minat dan inisiatif, hipoaktif, waham , halusinasi, dll. Tetapi
haloperidol memiliki efek ekstra piramidal yang meningkat,
sehingga pada pasien yang rentan terhadap efeksamping perlu
diganti dengan thioridazine.
Pengaturan dosis:
141
antikolinergik
+++
+++
++
+
+
+
+
+/+/+/+/+/+/-
sedasi
+++
++
++
+++
++
++
+
+/+/+/+/+/+/-
hipotensi
+++
++
+
+
+
+
++
+/+
+/+/+/+/-
sediaan
Tab; 0,5;2;5mg
Tab;0,5;1,5;5m
g
Liq, 2mg/ml
Amp, 5mg/ml
Dosis anjuran
250- 500mg/hr
4,5-15 mg/hr
143
144
Hiperaktivitas otonom:
-Nafas pendek
- Jantung berdebar
-Telapak tangan basah dingin
-Mulut kering
-Kepala pusing
-Mual, mencret, perut tidak enak
-Muka panas, badan menggigil
-Buang air kecil lebih sering
-Sukar menelan/ rasa tersumbat
-Mudah ngilu
- Mudah terkejut
-Sulit konsentrasi pikiran
-Sukar tidur
-Mudah tersinggung
Arsitran
Tensinyl
Ativan
Frisium
Lexotan
Equipax
Tranxene
Xanax
Dosis
Oral:
10-30mg/hr
2-3x/hr
Parenteral
(IV/
IM)=
2- 10mg/kali
Setiap 3-4jam
<10kg/bb=5mg
>10kg/bb=10mg
15- 30 mg/hr
2-3 x/hr
Tab ; 5mg
Cap; 5mg
Tab; 0,5; 1;2mg 2-3 x1mg/hr
2-3x 10mg/hr
Tab; 10mg
Tab; 1,5;3;6mg 3x1,5mg/hr
2-3x5mg/hr
Tab; 5mg
2-3x 5mg/hr
Cap; 5;10mg
3x0,25-0,5mg/ hr
Tab;
0,25;0,5;1mg
Efek samping anti anxietas berupa:
-Sedasi
-Relaksasi otot (rasa lemas, cepat lelah,dll)
Penghentian obat yang mendadak menimbulkan
rebound phenomena. Obat yang memiliki waktu paruh
lebih pendek maka efek lepas obatnya lebih besar.
Pemilihan obat:
Golongan benzodiazepine sebagai obat anti anxietas
mempunyai ratio terapetic yang tinggi dan kurang
menimbulkan addiksi, dibandingkan golongan meprobate
atau penobarbital.
145
Sindrom insomnia
Membutuhkan waktu lebih dari jam untuk tidur atau
tidur kembali setelah bangunsehingga siklus tidur tidak utuh
dan menimbbulkan gangguan kesehatan.
Tabel obat dan sediaan anti anxietas
Generik
Paten
Sedian
Nitrazefam
Mogadon
Tab; 5mg
Dumolid
Tab; 5mg
Triazolam
Halcion
Tab; 0,125mg
Tab; 0,250mg
Estazolam
Esilgan
Tab; 1; 2mg
146
Dosis
Dewasa 2 tab
Lansia 1 tab
Dewasa 2 tab
Lansia 1tab
Dewasa 1 tab
Lansia tab
1-2mg/malam
Chloral hidrat
Choralhydrat
500
Waktu
paruh
sedang
e.q
Estazolam gejala rebound lebih ringan.
Anti
Obsesifkomfulsif
Sindrom obsesif kompulsif:
Selama paling sedikit 2minggu dan hampir setiap hari
mengalami gejala- gejala obsesif kompulsif yang memiliki ciri
sebagai berikut:
Diketahui,
disadari
sebagai
pikiran,
bayangan atau impuls dari diri individu sendiri.
Paroxetine
Nopres
Seroxat
Caplet; 20mg
Tab; 20mg
40 - 60mg/hr
Efek samping:
Sedatif
Anti
adrenergik
alfa
(perubahan
ekg,hipotensi ortostatik)
148
Anti Panik
Sindrom panik:
Selama palling sedikit satu bulan mengalami beberapa kali
serangan anxietas berat, yang memiliki ciri- ciri:
1. serangan anxietas terjadi pada saat keadaan dimana objeknya
tidak berbahaya.
2. tidak terbatas pada situasi yang telah diketahuiatau yang
diduga sebelumnya.
3. terdapat periode bebas serangan panik diantara periode
serangan panik.
Tabel obat dan sediaan anti panik
Generik
Paten
Sedian
Dosis
75 150mg/hr
Imipramine
Tofranil
Tab; 25mg
75 150mg/hr
Clomipramin
Anafranil
Tab; 25mg
Alprazolam
Xanax
Tab; 0,25 ; 0,5 ; 2 - 4 mg/hr
1mg
300 -600mg/hr
Moctobemide
Aurorix
Tab; 150mg
50 100mg/hr
Sertraline
Zoloft
Cap; 20mg
20 -40mg/hr
Fluxetine
Prozac
Tab; 50mg
Nopres
20 - 40 mg/hr
Parocetine
Seroxat
Pemilihan obat:
Semua jenis anti panik efektif menanggulangi gangguan
panik derajat ringan sedang.
Lama pemberian:
Lama pemberian bersifat individual, umumnya selama 6 bulan
sampai 12 bulan, kemudian dihentikan secara bertahap
selama 3 bulan bila kondisi penderita sudah memungkinkan.
Perhatian:
Wanita hamil dan menyusui tidak dianjurkan minum
obat anti panik.
149
Tata laksana
PRAKTIS
OLEH :
dr. Rudy Budijono
BAB VII
ILMU PENYAKIT SARAF
(NEUROLOGI)
1. EPILEPSI (ayan)
- Def : gangguan cerebral yang disebabkan pelepasan
muatan listrik berlebihan dengan kecenderungan
berulang, dengan manifestasi motorik, sensorik,
otonom, tingkah laku, disertai atau tanpa gangguan
kesadaran.
- Epilepsi gejala yang timbul karena penyakit, bukan
penyakit.
- Dibedakan : primer /idiopatik & sekunder (e.c trauma,
tumor, radang,dsb).
- Diagnosis epilepsi berdasarkan anamnesis yang cermat t.u.
mengenai gambaran serangan, pemeriksaan fisik dan EEG.
- Bentuk kejang : 1. Umum (grand mal, petit mal)
2. Parsial
3. Unclassified
- Prinsip terapi epilepsi adalah jangka panjang, dosis kecil
dan efektif,monoterapi dan pemberian diusahakan 1 kali
sehari untuk menghindari kebosanan dan kelalaian
pasien mengendalikan serangan epilepsi.
- Setelah serangan epilepsi benar-benar terkendali dengan
dosis konstan dalam periode tertentu, serangan epilepsi
dapat muncul kembali. Hal demikian ini sering disebabkan
oleh induksi enzim kadar obat serum.
Tindakan kita adalah dengan meningkatkan dosis dan
bukan memberikan obat baru diijinkan sampai
mendekati dosis toksik.
- Pada pemberian obat > 1, obat I dosis tidak boleh
diturunkan secara mendadak karena dapat terjadi
serangan ulang, dosis diturunkan jika pasien sudah bebas
kejang 6 bulan-2 tahun.
- Pasien epilepsi dengan kehamilan, terapi tak boleh
dihentikan, kecuali jenis petit mal. Adapun syarat
pemberian OAE pada kehamilan antara lain :
Obat pilihan pertama sesuai jenis serangan
Monoterapi
Hindari Valproat/karbamazepin,t.u.bila ada riwayat
keluarga dengan defek neural tube
Tambahkan asam folat tiap hari
Data Farmakologik Obat Yang Biasa Dipergunakan di
Klinik
151
Nama
obat
Jenis
seranga
n
P & KU
Dosis
Mg/kg
/hr
24
Kadar
serum
(g/ml)
15 - 40
Sediaa
n
Fenitoin
(Dilantin)
P & KU
38
10 30
Caps 30,
100 mg
24
Karbamazepin
(Tegretol)
P & KU
15 25
8 - 12
Tab
mg
12
Valproat
Semua
15 60
50 - 100
Klonazepam
(Rivotril)
A&M
0.03-0.3
0.01-0.05
Tab 2 mg
30
Primidon
(Mysoline)
P & KU
10 20
5 - 15
Tab
mg
12
Fenobarbital
(Luminal)
P : parsial,
-
KU : Kejang Umum,
Mioklonik
Tab
30,
100 mg
200
Waktu
paruh
(jam)
96
14
250
Efek samping
Mengantuk,
hiperaktivitas,
bingung, perubahan
perasaan hati
Ataksia, ruam kulit,
perubahan
kosmetika,
hiperplasia gingiva,
osteomalasia
Ataksia, gangguan
GIT,
pandangan
kabur, gangguan fx
hepar, perubahan
darah
Gangguan
GIT,
hepatitis, diskrasia
darah,
ataksia,
alopesia,
mengantuk
Mengantuk,
gangguan
GIT,
diskrasia
darah,
ruam
kulit,
pengeluaran air liur
Mengantuk,
hiperaktivitas,
perubahan perasaan
hati
A : Absence,
M :
- Vasodilator : flunarizine,dsb
- Contoh pemberian resep :
R/ Diazepam (Valisanbe) 5 mg
Mertigo
2x1
Unalium 5 mg
2x1
3x1
3. PARKINSON
- Def : Penyakit dimana terdapat kekurangan dopamin di
corpus striatum dan globus palidus.
- Neurotransmitter otak : asetilkolin, dopamin, serotonin
- Pada Parkinson, kadar dopamin , asetilkolin .
- Gejala kx : bradikinesia, rigiditas, tremor, postural reflexes
- Prinsip terapi :
1.Etiologi : tergantung penyebab (arteriosklerosis,post
encephalitis,dsb).
2.Simptomatik :
- Antikolinergik : Sulfas atropin, Trihexyphenidil,dsb
- Amantadine (Antiviral) reseptor > peka thd. Dopamin
- Levodopa (Madopar) prekusor dopamin,dosis 6-8
gram/hr.
ES : aritmia, hipotensi
- Bromokriptin (Parlodel) efek sama seperti dopamin
ES : psikosis, berikan dosis rendah.
- Contoh pemberian resep :
R/ Trihexiphenidil (Artane) 3 x 3-4 x 1 (tremor rigid)
Amantadine (Flupardin) 100 mg 2 x 1 (bradikinesia)
Madopar* 3 x 1 dikan 1 caps/mg 4-8 caps/hr
Parlodel* 2,5 mg 2 x dikan s/d 15-20 mg/hr
* Levodopa & bromokriptin hanya dipakai u/ parkinson yang berat.
- Neurotropik
- Contoh pemberian resep :
R/ Erlanison 3 x 1
Ikaneuron 2 x 1
5, MYASTENIA GRAVIS
- Merupakan kelainan imunobiologis, terjadi blokade reseptor
asetilkolin.
- Kx : - Penderita lekas menjadi lelah, pagi hari baik,
kemudian
pada jam 10 pagi mata seakan menutup.
- Ptosis, gangguan gerakan bola mata, diplopia.
- Kelainan otot bulber : berbicara dan menelan.
- Akhirnya tungkai dan lengan terkena.
- Terapi : - Operasi thymus/tymektomi : pasien umur 5
tahun dan <40 tahun
- Prostigmin (Neostigmin) 3 x 15 mg/hr atau :
Pyridostigmin 3 x 60 mg/hr sekarang tidak
ada
- Kortikosteroid, dosis dikan perlahan, kmd.tap
off
- Contoh pemberian resep :
R/ Neostigmin 15 mg 3 x 1
Prednison 5 mg 3 x 1 di kan perlahan,tap. Off
6. NEUROPATI
- Def :
154
7. MIGRAIN
- Def : nyeri kepala sesisi + gejala neurologik
- Rasa nyeri timbul karena vasodilatasi pembuluh darah
ekstrakranial dan keluarnya neurokinin, yang menurunkan
ambang rangsang nyeri.
- Vasodilatasi ekstrakranial sebagai respons terhadap
vasokonstriksi pembuluh darah intrakranial.
- Sifat nyeri kepala :
Berdenyut-denyut atau berdentum-dentum
Lama serangan : beberapa menit sampai satu hari
Frekuensi serangan sebulan 1-4 kali
Waktu serangan : vena-vena di dahi & pelipis nampak jelas
20 % : ada diare
- Terapi :
1. Serangan akut :
R/ Ergotamin mg 1
Cafein mg ( 50-100)
M f l a caps dtd no X prn
Max 5 caps / serangan !
Nama dagang : Cafergot, Bellergal, Gynergen
ES : iritasi lambung, nausea, muntah, tromboplebitis,
neuropati perifer.
KI : hipertensi, kehamilan, penyakit vaskuler perifer
2. Preventif :
- Untuk mengurangi/ menghilangkan serangan berikutnya,
hanya untuk penderita dengan serangan frekuen (> 2x/
bln).
- Antara lain bisa dipergunakan preparat :
a. Propranolol 4 x (10-40 mg)
KI : bradikardi, P.J.kongestif, asma, hipoglikemia
b. Amitriptilin 25 mg 0 0 1 kurang efektif
ES : drowsiness, gangguan tidur, mulut kering, keringat >>
c. Fenobarbital 3 x ( 15-30 mg ) biasa pada anak, .
ES : hiperaktif, mengantuk
d. Klonidin ( 1-3 x 25 g )
ES : hipotensi ortostatik
e. Siproheptadine (Operma) 4 mg 1 x 1
KI : glaukoma, hipertropi prostat
f. Methysergide (deseryl) 1 mg 3 x 1 preparat ini toksik!
Jangan dikombinasi dengan ergotamin.
ES : klaudikatio intermitten, vertigo, muntah, dermatitis,
psikosis, anemia, uremia
g. Pizotifen (Mosegor, Sandomigran) 3 x 0,5 mg
155
156
R/ Renadinac 3 x 1
Antasida 3 x 1 ac
Danasone 3 x 1
Solaxin
2x1
, atau :
R/ Pirocam 3 x 1
Radin
3 x1
Medixon
3x1
Diazepam 5 mg 0 0- 1
12. MIALGIA DAN ISCHIALGIA
-
R/ Pirocam 3 x 1
Antasida 3 x 1 ac
Erlanison 3 x 1
Frisium 0 0 1
13. STROKE NON HEMORAGIC
-
159
PERDARAHAN
INFARK
Onset
Saat onset
Peringatan (TIA)
Nyeri kepala
Kesadaran menurun
Muntah
Kejang-kejang
Diabetes
Bradikardi
Pupil edema
Kaku kuduk
Rangsangan meningeal
Hipertensi
Aritmia jantung
Glasgow Coma Scale
Mendadak
Sedang aktif
+++
+++
+
+
++
Sering +
+
+++
++
<8
Mendadak
Istirahat
++
+/+/++
+/+
+
>8
160
Oleh:
dr Frengky Susanto
Oleh :
dr. frengky susanto
Bab VIII
ILMU PENYAKIT THT
Telinga
Antibiotik sistemik
Amoksisilin (Deximox R) 3x 500mg atau + As.
Clavulanat(Claneksin R) 3x1 tab. atau
Roksitromisin (Simacron R) 2x 150mg
Otitis media akuta (OMA)
Kuman penyebab yang sering: Streprococcus Hemoliticus,
Stapilococcus, Pneumococcus, H. Influenza (biasanya pada anak
< 5th).
Stadium:
Oklusi tuba
Adanya gambaran retraksi membran timpani
akibat tekanan negatif didalam telinga tengah, akibat
adanya absorbsi udara.
Hiperemis (presupurasi)
Tampak
pembuluh
darah
yang
melebar
dimemebran timpani atau seluruh membran timpani
tampak hiperemis serta oedem, sekret yang terbentuk
mungkin masih eksudat.
Supurasi
Oedem hebat pada mukosa telinga tengah dan
hancurnya sel epitel superficialis serta terbentuknya
exudat
purulen,menyebabkan
membran
timpani
bulging. Pasienn tampak kesakitan, nadi dan suhu
meningkat, rasa nyeri diteling bertambah berat.
Perforasi
Pus keluar mengalir dari telinga tengah keliang
teling luar. Anak yang tadinya gelisah menjadi tenang,
suhu badan turun dan anak dapat tertidur nyenyak.
Resolusi
Sekret akan berkurang dan akhirnya kering, bila
daya tahan tubuh baik dan virulensi kuman rendah
maka
resolusi
dapat
terjadi
walaupun
tanpa
pengobatan.
OMA menjadi OMSK (otitis media supuratif kronis)
bila perforasi menetap dengan sekret yang keluar terus
menerus atau hilang timbul.
Penatalaksanaan:
Stadium Oklusi:
163
Stadium presupuratif
Decongestan
: Rhinofed 3x1 tab
Antibiotik
:
Amoksisilin (Dexymox R) + As. Clavulamat
(Claneksin R) 3x 1tab, atau
Eritromisin (Erysanbe R) 3x 250mg, atau
Spiramisin (Rovadin R) 3x1tab, atau
Sefadroxil (Cefat R) 2x 500mg.
Analgetik
:
As. Mefenamat (Nichoatan R) 3x 500mg
Anti inflamasi
:
Loratadin (Sohotin R) 1x1tab
Anti piretik
:
Ibuprofen (Proris R ) 3x 200mg
Stadium supuratif:
Terapi sama dengan stadium presupuratif. Pada
fase ini sebaiknya dirujuk ke RS/ Sp.THT untuk dilakukan
miringotomi.
Stadium perforasi
Obat cuci telinga H2O2 3% , selama 5hari
Antibiotik:
Sistemik:
Amoksisilin (Dexymox R) + As. Clavulamat
(Claneksin R) 3x 1tab, atau
Eritromisin (Erysanbe R) 3x 250mg, atau
Spiramisin (Rovadin R) 3x1tab, atau
Sefadroxil (Cefat R) 2x 500mg.
Lokal:
Ofloksasin (Tarivid otic drop R) 2x 6tts
Ctt. Biasanya sekret akan hlang dalam waktu 7- 14 hari.
Dan perforasi akan menutup kembali.
Otitis media supuratif kronis (OMSK)
Dikatakan kronis jika proses berlangsung > 2 bulan.
Diklasifikasikan menjadi 2 type,
Benigna:
Proses peradangan hanya tebatas pada mukosa
saja dan biasanya tidak mengenai tulang, perforasi
164
Antibiotik:
Antibiotik tetes telinga
:
Kloramfenicol (Colme ptic drop R) 3x
2tts, Ofloksasin (Tarivid otic dropR)2x
6tts
Antibiotik sistemik
:
Amoksisilin (Dexymox R) + As.
Clavulamat (Claneksin R) 3x
1tab,
atau
Eritromisin (Erysanbe R) 3x 250mg,
atau
Spiramisin (Rovadin R) 3x1tab, atau
Sefadroxil (Cefat R) 2x 500mg.
Ctt. Bila sekret telah kering, diobservasi 2 bulan,
maka idealnya dilakukan mirinngoplasti atau
timpanoplsti dengan tujuan: menghentikan infeksi
secara permanen, memperbaiki membran timpani
yang Perforasi, mencegah komplikasi atau kesulitan
pendengaran yang lebih berat.
Decongestan:
Pseudoefedrin (Rhinofed R) 3x1 tab
Antihistamin:
Loratadin (Sohotin R) 1x1 tab
Antibiotik sistemik:
Amoksisilin (Dexymox R) + As.
Clavulamat (Claneksin R) 3x 1tab,
atau
Eritromisin (Erysanbe R) 3x 250mg, atau
Spiramisin (Rovadin R) 3x1tab, atau
Sefadroxil (Cefat R) 2x 500mg.
Mukolitik:
Bromhexin (Mucosovan R) 3x 1tab
Hidung
Rhinitis alergika
Gejala klinis:
(>5x/serangan)
dengan debu.
serangan
bersin
yang
berulang
terutama pagi hari atau bila kontak
Rinore, sekret encer dan banyak
Hidung tersumbat
Hidung dan mata gatal kadang disertai
yang keluar.
Pemeriksaan:
Anamnesa:
Apakah alergi terhadap makanan tertentu?
Apakah ada riwayat alergi pada penderita dan keluarga?
Apakah ada alergi pada organ tubuh lain?
Pemeriksaan fisik:
Pada pemeriksaan rhinoskopi anterior tampak mukosa
oedem, basah, berwarna pucat atau livid disertai adanya
banyak sekret yang encer.
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan eosinofil pada sekret hidung dan darah
Tes kulit (Prick tes)
Penatalaksanaan:
Kortikosteroid ,seperti:
166
Analgetik, seperti:
Tinoridina (Non flamin R) 3x 1tab
Roborantia, seperti:
Alinamin F R 1x1tab
Ctt. Alinamin F berisi Tiamin Tetrahhidroxil furil disulfida dan
vit. B2
Rhinitis vasomotor
Gangguan motorik hidung, tedapatnya gangguan fisiologis
lapisan mukosa hidung yang disebabkan oleh betambanhnya
aktifitas parasimpatis.
Faktor faktor yang mempengaruhi keseimbangan vasomotor:
1. Obat yang menekan saraf simpatis, seperti Ergotamin,
Chlorpromazin, obat anti hipertensi dan vasokonstriktor
topikal
2. Faktor fisik, seperti iritasi oleh asap rokok, udara dingin,
kelembaban udara yang tinggi dan bau yang merangsang.
3. Faktor endokrin, seperti keadaan kehamilan, pubertas,
pemakaian pil anti hamil, dan hipotiroidisme
4. Faktor psikis, seperti rasa cemas, tegang.
Klinis:
Hidung tersumbat, bergantian kanan dan kiri,
tergantung posisi pasien. Rinore mucous atau serous (lebih
sering serous), tidak disertai bersin dan tidak ada rasa gatal
dimata.
Gejala memburuk pada pagi hari waktu bangun tidur
karena adanya perubahan suhu yang ekstrim, udara
lembab,juga karena asap rokok.
Pemeriksaan:
Pada pemeriksaan rhinoskokpis anterior didapatkan:
oedemmukosa hidung, konka warna merah gelap, atau merah
tua, kadang pucat.Permukaan konka dapat licin atau berbenjol
(tidak rata). Pada rongga hidung sekret mucoid sedikit, sekret
serous banyak jumlahnya.
Pemeriksaan laboratorium:
eosinofil pada sekret hidung dan darah, Prick tes(-).
Pemeriksaan ini hanya untuk menyingkirkan rhinitis alergi.
Penatalaksanaan:
Terapi kausatif tidak ada
Penyuluhan dan peningkatan kondisi badan, olahraga
pagi
Anti histamin generasi I:
CTM 3x 1tab
Deksklorfeniramin maleat (Polarist R) 3x1tab
Feksofenadin Hcl (Telfast R)1x1tab
Decongestan sistemik;
Pseudoefedrin (Rhinofed R) 3x1 tab
Decongestan lokal
167
Faring
Sistemik
:Demam dan rasa lesu
Antibiotik
Ampicillin (Opicillin R) 3x 500mg, atau
Amoksisilin (Dexymox R)
+ As. Clavulamat
R
(Claneksin ) 3x 1tab, atau
Eritromisin (Erysanbe R) 3x 250mg, atau
Spiramisin (Rovadin R) 3x1tab, atau
Sefadroxil (Cefat R) 2x 500mg.
Decongestan
sistemik,
pseudoefedrin
(Rhinofed R) 3x1 tab, jika perlu
tambahkan
decongestan lokal
Analgetik:
Tinoridina (Non flamin R) 3x 1tab, atau
As. Mefenamat (Nichostan R) 3x 1tab atau k/p
Tonsilitis akut
Insidensi terbesar terjadi pada usia 5-6 tahun, tetapi
bisa juga terjadi pada dewasa.
168
Gejala klinis:
Yang pertama kali dikeluhakan tenggorokan terasa
kering, malaise, agak panas, dan rasa haus.
Pada kasus yang disebabkan oleh Stertococcus
Haemoliticus terdapat tanda- tanda spesifik, seperti: Rasa
penuh pada tenggorakan, dysfagia berat, rasa sakit yang
menjalat ketelinga, anoreksia (karena dysfagi), suara menjadi
berat, terasa sakit dileher, leher terasa kaku oleh karena
pembengkakanlymfonodi reggional, headache, rasa sakit
ditengkuk, anggota badan rasa menggil oleh karena febris dan
inflamasi dapat meluas ke tuba eustachii dan telinga tengah.
Nafas berbau
Temperatur naik
Penatalaksanaan
Minum banyak
Antibiotik sistemik:
Ampicillin (Opicillin R) 3x 500mg, atau
Amoksisilin (Dexymox R)
+ As. Clavulamat
(Claneksin R) 3x 1tab, atau
Eritromisin (Erysanbe R) 3x 250mg, atau
Spiramisin (Rovadin R) 3x1tab, atau
Sefadroxil (Cefat R) 2x 500mg.
Analgetik:
Tinoridina (Non flamin R) 3x 1tab, atau
As. Mefenamat (Nichostan R) 3x 1tab atau k/p
Herediter
Bentuk- bentuk tonsilitis kronis nonspesifik:
Folikularis (lakunaris)
Bila ada debris pada kripte
Hipertrofikans
Bila tonsil cukup besar sehingga menggangu pernafasan
dan menelan. Tidur ngorok.
Fibrotik
Bila tonsil kecil dan fibrotik
Penatalaksanaan:
Tonsilektomi.
Indikasi tonsilektomi:
Faringitis akut
Sebagian besar kasus- kasus ini disebabkan oleh virus seperti
Influenza, Parainfluenza, Enterovirus, Rhinovirus dan Adenovirus,
sisanya
disebabkan
oleh
Streptococcus
haemoliticus,
Streptococus pneumonia, dan oleh Haemophilus influenza.
Gejala klinis:
Sedikit malaise
Febris
Headache
170
Antibiotik sistemik:
Ampicillin (Opicillin R) 3x 500mg, atau
Amoksisilin (Dexymox R)
+ As. Clavulamat
R
(Claneksin ) 3x 1tab, atau
Eritromisin (Erysanbe R) 3x 250mg, atau
Spiramisin (Rovadin R) 3x1tab, atau
Sefadroxil (Cefat R) 2x 500mg.
Kortikosteroid :
Dexametazon (Kalmetazon R) 3x 0,5mg
Antipiretik (K/P):
Paracetamol 3x 500mg
Faringitis kronis
Faringitis kronis bisa disebabkan oleh infeksi primer pada
jaringan faring, tetapi lebih sering akibat adanya penyakit pada
bagian lain dari traktus respiratorius atas (rhinitis, sinusitis,
caries dentis, pernafasan mulut, produksi suara yang salah, gigi
protusive) atau sistem lain.
Gejala klinis yang sering didapatkan:
Ras
a tidak enak dan kekeringan pada tenggorokan, terutama
pada pagi hari
Kad
ang- kadang terasa ada benda asing ditenggorokan
Ada
perasaan rangsangan
Ada
batuk spasmodic.
Kadang- kadang pasien mengeluih kehilangna suara
kalau bicara banyak.
Pemeriksaan fisik:
Laring
Penatalaksanaan:
Istirahat bicara 2-3 hari
Antibiotik sistemik:
Ampicillin (Opicillin R) 3x 500mg, atau
Amoksisilin (Dexymox R) + As. Clavulamat
(Claneksin R) 3x 1tab, atau
Eritromisin (Erysanbe R) 3x 250mg, atau
Spiramisin (Rovadin R) 3x1tab, atau
Sefadroxil (Cefat R) 2x 500mg.
Kortikosteroid:
Dexametazon (Kalmetazon R) 3x 0,5mg
Antitusif, antipiretik, antihistamin
Anadex R 3x1 tab
Ctt.
Formula
anadex
:dextrometrofan,
paracetamol, klorfenilamin maleat, fenil
profanolamin.
Mukosa
laring
difusse
merah
Mukous kental
Terlihat
plika
hipertrofi
ireguler
Penatalaksanaan:
Vokal rest
Humidifikasi
Ekspektoran:
R
Bromhexin (Mucousolvon 3x1 tab)
173
Minum banyak
Bila ada kecurigaan
adanya keganasan atau spesifik bronkitis(Tb) sebaiknya
dibiopsi.
Serak
Odinofagi
Croupyness,
biasanya
oleh
karena
pembengkakan subglotis
Inspeksi
:gerakan tertinggal
Palpasi
:gerakan kurang
Perkusi
Emfisema :hipersonor
Atelektase :redup
Auskultasi
:vesikuler
diperlemah
Rontgen foto
:
emfisema/
atelektase
174
Penatalaksanaan:
Pertolongan pertama bila benda asing dalam saluran
nafas, penderita didudukan dikursi, kepala disuruh menunduk,
kemudian tepuklah tengkuknya keras- keras. Pada anak/ bayi
dapat diangkat pada kakinya dan dijungkirkan , kemudian
tepuk punggungnya keras- keras, benda yang menyumbat
biasanya terlempar keluar.
BILA BELUM BERHASIL
Untuk anak lebih dari 2 tahun :
Pelu
klah korban dari belakang dan lingkarkan tangan
anda keperut tepat dibawah tulang iga
Ben
gkokan punggung korban kedepan dengan posisi
kepala agak menggantung
Kep
alkan salah satu tangan andatepat dibawahujungujung tulang dada korban, kemudian telapak tangan
anda yang satu lagi diatas kepalan tadi
Teka
n dan dorong perut korban kuat dan menyentak
dengan arah menyerong 45 derajat keatas, kearah
letak jantung.
Jang
an menekan tulang iganya
Jan
gan menekan dengan tulang anda, tetapi gunakan
kepalan tangan dengan sentakan yang cepat dan
kuat.
Untuk anak kecil dan bayi:
Tekan
secara
kuat
dan
tajam
kearah
jantung,dengan sudut
45 derajat kearah rongga
dada.
Ctt. Jika wajah korban mulai membiru, segera berikan
pernafasan buatan mulut kemulut, atau berikan
oksigen.
Jika belum tertolong lakukan trakheostomy darurat dan
rujuk ke RS untuk dilakukan laringoscopy atau
broncoscopy.
Corpus alienum di Oesophagus
175
Korpus
alienum
pada
inferior
musculus
krikopharingeus meneybabkan distensi dan rasa sakit pada
artea supra sternal ketika menelan
o
Korpus alienum yang tajam dapat menyebabkan
laserasi, perforasi pada pharing dan oesophagus.
o
Korpus alienum yang besar akan menekan trakea
dan dapat menyebabkan sesak nafas.
o
Bila benda asingnya koin, biasanya tidak ada
gangguan menelan karena koin dalam posisi vertikal.
o
Untuk menentukan posisi korpus alienum,
dilakukan rontgen.
Penatalaksanaan:
Rujuk ke RS untuk dilakukan oesophagoscopy.
o
176
Tata laksana
PRAKTIS
OLEH :
dr. Rudy Budijono
BAB IX
ILMU PENYAKIT MATA
( OPHTALMOLOGI )
PENDAHULUAN
ANATOMI MATA
Bola mata susunannya terdiri atas :
I. Dinding bola mata, tersusun atas :
1. Tunika fibrosa (kornea, sklera)
2. Tunika vaskulosa/uvea (Iris, badan silier, koroid)
3. Tunika nervosa (retina, epitel pigmen)
II. Ruang-ruang mata, yaitu :
2. Kamera okuli anterior (COA)
3. Kamera okuli posterior (COP)
4. Ruang badan kaca (paling luas)
III. Isi bola mata, yaitu :
1. Humor akuos dalam COA dan COP
2. Korpus vitreum ruang badan kaca
3. Lensa kristalina diantara ketiga ruang di atas
I. PALPEBRA - ADNEKSA
1. Kelainan bentuk palpebra
a. Koloboma palpebra
Merupakan defek tepi kelopak mata. Tampak sebagai lekukan
segitiga di margo palpebra, di tempat ini tak terdapat bulu mata
dan kelenjar-kelenjar.
b. Epikantus
Merupakan lipatan kulit vertikal di kanan kiri pangkal hidung &
sebagian menutupi kantus medial masing-masing mata.
c. Epiblefaron
Merupakan keadaan dimana terdapat lipatan kulit dan muskulus
pretarsal horisontal memanjang di palpebrabawah ke arah dalam
cilia terdorong ke dalam.
d. Blefarofimosis
Merupakan keadaan dimana terjadi penyempitan oleh celah mata
yang menyeluruh.
e. Blefarokalasis
Terjadinya pada orang tua, dimana kulit palpebra atas melipat,
tipis, mengkerut seperti kertas sigaret atropi jaringan lemak.
178
f. Dermatokalasis
Merupakan suatu keadaan dimana kulit palpebra kendor &
kehilangan elastisitas. Bila berat akan mengganggu lapang
pandang bagian atas.
g. Telekantus
Merupakan keadaan dimana jarak antara kantus medialis kanan
dan kiri terlalu panjang (normal dewasa 30 mm)
h. Blefaroptosis (ptosis)
Merupakan suatu kelainan kelopak mata atas dimana tepinya
rendah/jatuh sehingga menutupi kornea.
2. Kelainan tepi kelopak mata
a. Entropion
Merupakan keadaan dimana tepi kelopak mata melengkung ke
arah bola mata. Akibat entropion trikiasis rusaknya epitel
kornea bahaya.
b. Ektropion
Merupakan keadaan dimana tepi kelopak mata membelok keluar,
menjauhi bola mata.
c. Ankiloblefaron
Merupakan keadaan dimana terjadi perlekatan kelopak mata atas
dan bawah, biasanya di dekat kantus lateralis karena trauma.
3. Blefaritis
Adalah peradangan subakut atau menahun tepi kelopak mata.
Ada 2, yaitu :
a. Blefaritis seboroik (non ulseratif) Pityrosporum ovale
Merupakan peradangan kelenjar kulit di daerah bulu mata atau
kelenjar bulu mata (akar rambut).
Terapi :
- Bersihkan tepi kelopak mata, terutama dari sisik halus
- Kompres hangat
- Antibiotika dan steroid topikal
b. Blefaritis ulseratif stafilokokus
Merupakan peradangan tepi kelopak mata akibat infeksi
Terapi :
- Bersihkan kelopak mata dan pengangkatan keropeng
- Kompres hangat
- Antibiotika topikal
Contoh resep ( Blefaritis ulseratif ) :
R/
Cendofenicol EO tube I
S 3 dd I OD/OS
R/ Intermoxil 500 mg no XV
S 3 dd I
Contoh resep ( Blefaritis seboroik ) :
R/
Cendomycos EO tube I
S 3 dd I OD/OS
179
R/
Na diklofenak 50 mg no XV
S 3 dd I
Cendofenicol : kloramfenikol 1 %
Cendomycos : kloramfenikol 1 %, hidrokortison asetat 0.5 %
Kloramixin ED fl no I
S 4 dd gtt I OD/OS
Ciprofloksasin 500 mg no X
S 2 dd I
Voltadex tab mg 50 no XV
S 3 dd I
b. Kalazion
- Merupakan radang granulomatous menahun kelenjar meibom.
- Gejala : benjolan tak berwarna merah, tidak nyeri tekan
- Terapi : ekskokhleasi
- Kalazion yang berulang-ulang post ekskokhleasi dipikirkan
kemungkinan karsinoma, kecuali secara histopatologik
dibuktikan bukan karsinoma.
- Terapi post insisi kalazion :
Contoh resep :
R/
R/
R/
R/
Contoh resep :
181
R/
Polydex ED fl no I
S 3 dd gtt I OD/OS
R/
Confortid caps no X
S 2 dd I
Lanavision caps no X
S 2 dd I
R/
Polydex : tiap tetes berisi polimixin B-SO 4 5000 UI, neomisin 3.5 mg,
deksametason Na fosfat 1 mg (botol 5 ml)
Confortid : Indometasin (25 mg caps)
Lanavision :ekstrak bilberry (80 mg caps)
2. Skleritis
Adalah suatu peradangan pada sklera yang dapat menimbulkan
kerusakan hebat, menimbulkan rasa nyeri dan mengancam tajam
penglihatan.
>>, 40-60 tahun
Pasien mengeluh nyeri hebat, disertai fotofobi & lakrimasi
Pengobatan :
1. Medikal
- Kortikosteroid topikal
- Anti inflamasi non steroid (AINS)
- Steroid sistemik untuk skleritis jenis nekrotikans, dapat
diberikan prednison 80-120 mg/hari pada minggu pertama,
kemudian tapering off.
Perhatian : perlu diperhatikan efek samping yang membahayakan akibat
pemberian steroid, baik topikal/sistemik seperti katarak,
glaukoma.
2. Operatif
- Penipisan sklera yang berat atau terjadi perforasi, tujuannya
untuk memperkuat sklera
- Bila dijumpai ulkus marginalis yang berat, perlu dilakukan
transplantasi kornea
3. Pinguekula
Pinguekula adalah penebalan konjungtiva berbentuk segitiga
dengan puncak di perifer, dengan dasar di limbus kornea,
berwarna kuning keabu-abuan dan terletak di celah kelopak
mata.
Timbul akibat iritasi oleh angin, debu & sinar matahari, terutama
didapat pada orang dewasa berumur 20 tahun.
Pinguekula umumnya tak menimbulkan keluhan, kecuali bila
meradang, akibat suatu rangsangan, sehingga terasa seperti ada
pasir.
Pengobatan :
182
Polydex ED fl no I
S 3 dd gtt I OD/OS
Voltaren 50 mg no X
S 2 dd I
5. Hematom subkonjungtiva
Tampak sebagai bercak merah muda atau tua, besar/kecil, tanpa
atau disertai peradangan mata. Keadaan ini sering menyebabkan
penderita panik & segera berobat ke dokter.
Penyebab :
batuk-batuk : tusis quinta
mengangkat benda yang berat
defekasi yang sukar
peradangan mata, misalnya konjungtivitis oleh pneumokok,
virus
trauma kecelakaan, operasi
idiopatik
Pengobatan :
Dapat diabsorpsi sendiri dalam 1-2 minggu, dapat dipercepat
dengan pemberian kompres hangat, tiap kali selama 10 menit.
Kompres hangat jangan diberikan pada hari pertama karena
dapat memperhebat perdarahannya.
Perdarahan besar, dilakukan insisi konjungtiva untuk
mengeluarkan darahnya.
Pengobatan menurut kausa. Tensi darah diukur, bila tinggi beri
pula pengobatan.
Koagulansia seperti : Adona, Transamin, Vit. K,dsb.
Contoh resep :
R/ Polydex ED fl no I
S 3 dd gtt I OD/OS
183
R/ Voltaren 50 mg tab no X
S 2 dd I
R/ Adona tab no X
S 2 dd I
Adona : karbazokrom natrium sulfonat (5 mg/ml; 10 mg/tab; 30 mg/tab forte)
6. Trakoma
Trakoma adalah suatu bentuk konjungtivitis folikular kronik yang
disebabkan oleh Chlamydia trachomatis.
Penyakit ini dapat mengenai segala umur, lebih banyak pada
orang muda dan anak-anak.
Menurut klasifikasi Mac Callan, penyakit ini berjalan melalui 4
stadium :
1. Stadium insipien
2. Stadium established
3. Stadium parut
4. Stadium sembuh
Gejala subyektif : fotofobia, mata gatal dan berair
Pengobatan :
1. Tetrasiklin salep mata, 2-4 kali sehari, sedikitnya selama 3
bulan.
2. Sulfonamid diberikan bila ada penyulit.
3. Pencegahan : vaksinasi
4. Makanan bergizi dan higiene yang baik
Nama
Trakoma insipien
Stadium II
Trakoma
Stadium IIA
Stadium IIB
Stadium III
Dengan hipertrofi
folikular yang
menonjol
Dengan hipertrofi
papilar yang menonjol
Trakoma memarut
(sikatrik)
184
Gejala
Folikel imatur,
hipertrofi papiler
minimal
Folikel matur pada
dataran tarsal atas
Keratitis, folikel
limbal
Aktivitas kuat
dengan folikel
matur tertimbun di
bawah hipertrofi
papiler yang hebat
Parut pada
konjungtiva tarsal
atas, permulaan
trikiasis,
Stadium IV
Trakoma sembuh
entropion,cekunga
n Herbert
Tak aktif, tak ada
hipertrofi papilar
atau folikular, parut
dalam bermacam
derajat variasi
Contoh resep :
R/ Achromycin EO tube I
S 4 dd I OD/OS
R/ Bactrim tab no XX
S 2 dd II
Achromycin : tetrasiklin-Hcl 1 %
Bactrim :
Trimetoprim 80 mg, sulfametoksazol 400 mg tab; Trimetoprim 160
mg, sulfametoksazol 800 mg tab forte.
7. Konjungtivitis
7.1. Konjungtivitis bakteri
7.1.1. Konjungtivitis kataral
Merupakan infeksi konjungtiva dengan gejala khas berupa
peradangan kataral pada membran mukosa konjungtiva.
Gejala subyektif :
Perasaan seperti ada benda asing
Fotofobia
Kemunduran visus atau melihat halo
Gejala obyektif :
Sekret mukopurulen yang terdapat lebih banyak pada waktu
pagi karena panas tubuh, sering pada forniks atau margo
palpebra.
Hiperemi pada konjungtiva tarsal
Pseudomembran pada tarsus sering ditemukan pada infeksi
pneumokok
Injeksi konjungtiva
Perdarahan subkonjungtiva sering pada infeksi pneumokok
Terapi :
Pembersihan sekret
Antibiotika sesuai dengan kuman penyebab
Mata tidak boleh diperban
Contoh resep :
R/
R/
R/
R/
Cendoxitrol ED fl no I
S 4 dd gtt I OD/OS
Ciprofloksasin 500 mg no X
S 2 dd I
Na diklofenak 50 mg tab no X
S 2 dd I
Vit. C 50 mg tab no XV
185
S 3 dd I
Cendoxitrol : tiap ml berisi dexametason 0.1 %, neomisin sulfat 3.5 mg,
polimiksin B-SO4 6000 UI.
Konjungtivitis purulenta
Merupakan radang konjungtiva akut dengan sekret purulen
Penyebab : gonokokus dan non gonokokus (staphylococcus,
streptococcus, pneumococcus, meningococcus)
Konjungtivitis gonore
Merupakan radang konjungtiva akut dan hebat dengan sekret
purulen yang disebabkan oleh kuman Neisseria gonore.
Gejala subyektif :
Rasa nyeri pada mata
Dapat disertai tanda-tanda infeksi umum
Biasanya terdapat pada satu mata, laki >>, biasanya pada
mata kanan.
Gejala obyektif :
Meski mirip dengan oftalmia neonatorum, tetapi mempunyai
beberapa perbedaan, yaitu sekret purulen yang tak begitu
kental.
Pengobatan :
Membersihkan sekret
Salep penisilin
Antibiotika sistemik sesuai dengan N.gonore sistemik :
penisilin, sefalosporin, spektinomisin, kanamisin, tiamfenikol
atau kuinolon.
Contoh resep :
R/
R/
R/
R/
Cendomycetine EO tube I
S 4 dd I OD/OS
Ciprofloksasin 500 mg tab no X
S 2 dd I
Na diklofenak 50 mg no X
S 2 dd I
Vit. C 50 mg tab no XV
S 3 dd I
Pengobatan :
- Penisilin
- Antitoksin difteri (ADS)
7.2. Konjungtivitis virus
- Ada yang ringan & sembuh sendiri, ada yang berat dan
menimbulkan cacat
a. Demam faringokonjungtiva
Gejala subyektif :
Perasaan seperti ada benda asing pada mata
Demam
Tenggorokan seperti terbakar
Gejala obyektif :
Biasanya dimulai pada satu mata berupa folikel yang disertai
perdarahan subkonjungtiva. Jarang ditemukan kelainan
kornea.
Pengobatan :
Tidak ada pengobatan spesifik, antibiotika atau sulfa untuk
mencegah infeksi sekunder & memperpendek waktu sakit.
b. Keratokonjungtivitis epidemika
Penyebab : adenovirus type 8, terjadi sebagai epidemi
Gejala subyektif :
Mata merah, berat, mata berair, silau, seperti ada pasir
Gejala obyektif :
Palpebra bengkak
Konjungtiva tarsalis : hiperemi, banyak folikel, terutama di
konjungtiva tarsalis inferior, mungkin ada pseudomembran.
Konjungtiva bulbi : injeksi konjungtiva, kemotik dan mungkin
disertai perdarahan subkonjungtiva.
6-10 hari kemudian di kornea tampak infiltrat bulat-bulat kecil,
besar, rata-rata diameter mm terdapat sampai belasan
buah, jadi merupakan keratitis superfisial yang tersebar, letak
subepitel, tes fluoresin (-), infiltrat tak pernah menjadi ulkus &
pada kornea tak pernah timbul neovaskularisasi.
Pengobatan :
Tidak ada pengobatan spesifik, pemberian antibiotika atau
sulfa lokal dan sistemik untuk mencegah infeksi sekunder.
Dapat diberi kortikosteroid lokal dengan hati-hati.
c.
Albuvit ED fl no I
S 3 dd gtt I OD/OS
Baquinor 500 mg no x
S 2 dd I
Na diklofenak 50 mg tab no X
S 2 dd I
Vit C 50 mg tab no XV
S 3 dd I
Albuvit : Na sulfasetamid 10 %
Baquinor : ciprofloksasin (500 mg kap)
Perhatian : Steroid topikal merupakan KI pada ulcus kornea karena dapat
menimbulkan
perforasi
/
kekambuhan
kortikosteroid
meningkatkan kerja enzim kolagenase, sehingga sel sehatpun ikut
dirusak.
Cendoxitrol ED fl no I
S 4 dd gtt I OD/OS
Dextamine tab no X
188
R/
R/
S 2 dd I
Enervon-C tab no X
S 1 dd I
Vit A 6000 IU tab no X
S 1 dd I
Cendolyteers Ed fl no I
S 8-12 dd gtt II OD/OS
Enervon-C tab no X
S 1 dd I
Vit A 6000 IU tab no X
S 1 dd I
189
KORNEA-UVEA
1.
Keratomikosis
Adalah infeksi kornea oleh jamur
Gejala subyektif :
Rasa sakit pada mata yang hebat
Silau
Keluhan baru timbul setelah 5 hari rudapaksa atau 3 minggu
kemudian.
Gejala obyektif :
- Tampak tukak yang jelas & menonjol di tengah
- Tukak tampak bercabang-cabang
- Ditemukan endotelium plaque
- Lesi pada stroma yang menimbulkan gambaran satelit
- Lipatan descemet terjadi dan sering disertai hipopion
Pengobatan :
- Preparat antimikosis : amfoterisin, nistatin, dll
- Bila tukak tetap tak berhasil keratoplasti
Contoh resep :
R/
R/
R/
Fungicid ED fl no I
S 3 dd gtt I
Ketokonazole tab 200 mg no X
S 1 dd I
Vit C tab 50 mg no XV
S 3 dd I
2.
I.
II.
-
Keratitis
Pembagian keratitis menurut tempatnya :
Keratitis superfisial :
Keratitis pungtata superfisial (H.simpleks, H.zoster)
Keratitis flikten
Keratitis bulosa
Keratitis superfisial marginal
Keratitis sika
Keratitis numular
Keratitis lepra
Keratitis interstisial :
Keratitis interstisial luetik (sifilis)
Keratitis disiform
Keratitis sklerotikans
Penjelasan beberapa diantaranya adalah :
2.1.Keratitis bulosa
190
Cendoxitrol ED fl no I
S 4 dd gtt I OD/OS
Ciprofloksasin 500 mg tab no X
S 2 dd I
Intidrol tab no XX
S22-0
Enervon-C tab no X
S 1 dd I
Lanavision caps no X
S 2 dd I
Gejala obyektif :
- Perikorneal injeksi ringan
- Kornea dijumpai ada infiltrat berbentuk uang logam, bulat-bulat
yang multipel di lapisan kornea superfisial, jarang terjadi ulserasi.
Pengobatan :
- Kortikosteroid lokal, prognosis baik. Penyerapan infiltrat lama,
mungkin sampai 1-2 tahun.
2.4. Keratitis interstisial luetik
Gejala subyektif :
- Blefarospasme, fotofobia, penglihatan kabur
Gejala obyektif :
Kelainan di kornea dapat mulai dari sentral atau perifer
Infiltrat berbentuk bercak-bercak dapat mengenai seluruh
kornea sehingga kornea seperti kaca susu.
Tajam penglihatan turun dapat sampai hanya tingkat persepsi
cahaya saja.
Pinggir kornea berwarna merah, penuh pembuluh darah yang
arahnya radial menuju sentral kornea yang sudah keruh itu
bercak salmon.
Kelainan-kelainan lain :
- Gigi Hutchinson, sadle nose, prominent frontal leminence,
ragade di sudut mulut, gangguan pendengaran.
Pengobatan :
Penisilin dosis tinggi & kortikosteroid lokal
Scopolamin tetes mata 3x sehari, agar iris dan badan silier
istirahat.
2.5. Keratitis disiform
Penyebab kebanyakan karena herpes simpleks
Biasanya unilateral, kekeruhan kornea berbentuk cakram
Pengobatan :
Dapat diberikan kortikosteroid lokal (bila penyebab bukan
virus herpes)
2.6. Keratitis sklerotikans
Penyebab : adanya skleritis dapat terjadi perubahan stroma
kornea, sehingga kornea tampak sebagai sklera.
193
Pengobatan uveitis
Obati faktor penyebab jika diketahui
Pemberian midriatik-sikloplegik untuk mengistirahatkan
badan silier dan mencegah terjadinya sinekia posterior.
Beberapa midriatik-sikloplegik : homatropin, skopolamin, &
sulfas atropin. Homatropin mampu bekerja 18-36 jam,
skopolamin 5-9 hari dan sulfas atropin 10-14 hari.
Pemberian steroid bertujuan untuk anti radang, imobilisasi selsel radang, stabilisasi membran lisosom, merintangi
pelepasan beberapa kinin, menghambat mitosis limfosit &
mengurangi pembentukan antibodi.
ES : peningkatan TIO, memudahkan terjadinya infeksi, &
pemberian yang lama akan timbulkan katarak subkapsularis.
Beberapa preparat diantaranya adalah hidrokortison, kortison,
prednisolon, prednison, deksametason, metil prednisolon,
triamsinolon & betametason.
Apabila penggunaan steroid sudah tidak efektif , dapat
diberikan obat-obat sitotoksik, yang bertujuan sebagai
imunosupresan. Obat-obat sitotoksik yang sering digunakan
adalah alkylating agent (chlorambucil dan siklofosfamid) dan
anti metabolite agent (azathioprine dan metotrexate).
Hal-hal yang digunakan sebagai pertimbangan pemberian
sitotoksik adalah proses yang mengancam tajam lihat,
reversibilitas proses penyakit, pemberian steroid yang gagal,
tidak ada infeksi aktif, tidak ada kontraindikasi di bidang
hematologik, konsultasi dengan internis & persetujuan pasien.
NSAID seperti indometasin meskipun tidak sekuat steroid
namun penggunaannya dapat mengurangi dosis steroid.
Pengobatan lain seperti antihistamin dapat digunakan pada
uveitis karena alergi.
194
Contoh resep :
R/
R/
R/
R/
R/
Cendotropine ED fl no I
S 4 dd gtt I OD/OS
Cendomycos EO tube I
S 3 dd I OD/OS
Ciprofloksasin 500 mg tab no X
S 2 dd I
Lameson 4 mg tab no XX
S220
Na diklofenak 50 mg tab no X
S 2 dd I
Pembagian katarak :
1. Menurut umur penderita:
a. Katarak senil
b. Katarak juvenil
c. Katarak kongenital
2. Menurut konsistensi lensa :
a. Cair seperti air susu disebut katarak milky
b. Lunak seperti bubur disebut katarak molle
c. Keras karena sudah terbentuk nukleus disebut katarak
durum
3. Menurut stadia kekeruhan :
a. Katarak insipiens, masih permulaan, belum ada bayangan
iris
b. Katarak imatur, kekeruhan lebih lanjut tetapi belum
seluruhnya keruh, ada bayangan iris, lensa membengkak.
c. Katarak matur, kekeruhan telah menyeluruh, besar lensa
kembali semula, bayangan iris tidak ada.
d. katarak hipermatur, cortex lensa mencair, cairan kortex ini
dapat keluar menerobos kapsul lensa, sehingga lensa
menjadi tipis. Zonula zinni rapuh, mudah terjadi luksasi
lensa spontan
195
Penatalaksanaan
1. Katarak kongenital
- Lensa mata bayi konsistensinya masih cair
- Bila kekeruhan lensa sudah menyeluruh, harus dilakukan
operasi secepatnya, dapat dilakukan pada usia 2 bulan pada
satu mata, paling lambat pada umur 7 bulan. Sedangkan mata
yang lainnya harus sudah dilakukan paling lambat berusia 2
tahun. Bila katarak masih cair, operasinya disebut disisi
lensa
2. Katarak juvenil
- Pembedahan dilakukan bila tajam penglihatan sudah
mengganggu aktivitas sehari-hari.
- Operasinya disebut Ekstraksi linier, bukan hanya sekedar
merobek kapsula lentis anterior, tetapi mengambil masa lensa
yang sudah berupa bubur sampai tampak ada lubang di
tengah yang jernih, atau mengambil seluruh mata lensa.
3. Katarak senil
- Umumnya ditunggu sampai stadium matur
- Dapat secara:
# Intrakapsuler, yaitu lensa diambil beserta kapsulnya
sekaligus
# Extrakapsuler, yaitu capsula anterior dirobek, nukleus lentis
diekstraksi, sisa-sisa lensa dibersihkan/dikeluarkan. Kapsul
lensa tetap tinggal di dalam mata.
Indikasi operasi :
- Penglihatan yang menurun sudah mengganggu pekerjaan
sehari-hari
- Kemungkinan akan timbulnya penyulit, katarak stadium
imatur
- Katarak sudah matur, lebih-lebih bila sudah hipermatur
Kontra indikasi operasi :
- Peradangan intra/ekstraokuler karena infeksi
- Aparatus lakrimalis buntu
- Hipertensi intraokuler > 40 mmHg
- Hipotensi intraokuler
- Penderita batuk-batuk
- Hipertensi > 170/100 mmHg
- Diabetes melitus
Pencegahan :
- Menghindarkan mata dari sinar infra red
- Menghindarkan pemakaian steroid jangka lama
Catatan : Obat-obat untuk menghilangkan katarak, sampai sekarang
belumada yang memuaskan
.
R/
S 2 dd I
Enervon-C tab no X
S 1 dd I
Catarlent : tiap ml berisi K-iodida 5 mg, KCl 5 mg, Na-tiosulfat 0.5 mg,
timerosal 0.002 mg.
V. RETINA
1. Retinitis pigmentosa
Adalah penyakit degenerasi pelan-pelan dari retina, terutama
neuroepitel , mula-mula sel batang kemudian sel kerucut.
Selalu pada kedua mata dan progresif , dimulai waktu masih
kanak-kanak, sering berakhir dengan kebutaan pada umur
pertengahan (> 40 tahun atau > 60 tahun)
Insidens 5 : 1000 orang
Degenerasi terjadi mula-mula dekat zone ekuator meluas ke
depan & belakang
Gejala subyektif :
Buta malam sejak msa kanak-kanak
Skotoma berkembang dari ekuator, sehingga lapang
penglihatan makin menyempit konsentris, berlanjut menjadi
penglihatan tubular
Kemudian tajam penglihatan akan terus makin menurun, yang
berakhir dengan kebutaan, umumnya usia 40 tahun ke atas
Gejala obyektif :
Pembuluh-pembuluh darah arteri maupun vena mengecil
Retina keseluruhan tampak pucat, terjadi depigmentasi
sehingga vasa choroidal menjadi tampak
Di daerah ekuator tampak penimbunan pigmen hitam, yang
memberi gambaran bone corpuscle.
Papil makin pucat dan berwarna kekuningan
Pada stadium lanjut, terjadi katarak yang progresif posterior
kortikal, untuk selanjutnya seluruh cortex lensa menjadi keru
h
Pengobatan :
Sampai sekarang belum diketahui, operasi dengan tujuan
memperbaiki vaskularisasi retina, tetapi hasilnya tak
memuaskan.
Contoh resep :
R/
R/
R/
Augentonic ED fl no I
S 3 dd gtt I OD/OS
Lanavision caps no X
S 2 dd I
Enervon-C tab no X
197
S 1 dd I
Augentonic : tiap ml berisi eksulina 0.090 %, air kulit hamamelidis 2 %,
vit A 900 UI/ml, kinikardina 0.1 %, fenazon 0.1 %, seng-SO 4
0.1 %, mentol 0.0004 %, minyak mawar 0.02 %, asam borat
1.3 %, natrium borat 0.04 %
2. Retinopathi hypertensi
Adalah kelainan-kelainan retina dan pembuluh darah retina
akibat tekanan darah tinggi.
Keluhan penderita adalah penglihatan menjadi kabur.
Gejala obyektif :
- Tampak pembuluh darah arteri terjadi penyempitan umum atau
setempat, percabangan pembuluh darah yang tajam, crosing
fenomena.
- Klasifikasi menurut Keith Wagener Barker :
# Tingkat I :
Penyempitan ringan pembuluh darah arteriole, kadang dengan
konstriksi setempat dan copper wire atau silver wire arteriolar
reflex.
# Tingkat II :
Penyempitan arterioler yang nyata, dengan fokal dan diffuse
konstriksi, arteriovenous crossing phenomena, di beberapa
tempat vena tak tampak, kadang disertai perdarahan-perdarahan
kecil.
# Tingkat III :
Tanda-tanda tersebut di atas ditambah dengan oedem retina,
perdarahan-perdarahan, cotton-woll patches, star figure.
Perdarahan biasanya linear dan flame shaped & terletak di
lapisan serabut saraf.
# Tingkat IV :
Tanda-tanda tingkat III disertai edema papil. Pasien telah
terganggu sistem saraf, ren, dan organ-organ lain.
Pengobatan :
Anti hipertensi
Hilangkan penyebabnya
3. Retinopathi diabetika
Adalah kelainan retina yang terdapat pada penderita diabetes
melitus
Gejala subyektif :
- Tergantung tempat, luas & beratnya kelainan. Umumnya pasien
mengeluh penglihatan makin kabur perlahan-lahan.
Gejala obyektif :
Ada 2 type, yaitu :
a. Background retinopathi :
- Mikroaneurysma
- Hemoragi
- Cotton-wool exudat
198
Hard exudat
Shunt arteri vena
Kelainan-kelainan vena
199
b. Proliferatif retinopathi :
- Vaskular abnormal tampak pada permukaan retina atau antara
retina dengan badan kaca
- Penurunan visus dapat sangat berat
- Neovaskularisasi tumbuh di permukaan retina & biasanya
melekat pada permukaan membran hyaloidea posterior dari
badan kaca (korpus vitreus).
Pengobatan :
- Obat diabetes
- Panretinal photocoagulasi dengan argon laser atau xenon
- Vitrektomi untuk menghilangkan/membuang perdarahan badan
kaca setelah 6 bulan lebih dan menghindari terjadinya traksi
yang mengakibatkan ablasi retina.
VI. GLAUKOMA
Glaukoma adalah suatu penyakit dimana terdapat gambaran
klinik, yaitu :
1. Kenaikan tekanan bola mata (pokok)
2. Kerusakan/degenerasi papil saraf optik
3. Defek lapang pandang
Tekanan bola mata normal : 15-25 mmHg, umumnya < 20
mmHg, bila > 20 mmHg harus mulai curiga tonometer
aplanasi
Cara menggunakan tonometer :
ODS tetesi Pantocain 1-2 tetes
Sterilisasi alat dengan alkohol
Tera alat angka 0
Penderita disuruh memfixasi pandangan dengan melihat ibu
jari yang diangkat ke atas
Letakkan tonometer tepat di kornea lihat ukuran yang
didapat
Tentukan nilai TIO dengan skala
Tekanan intraokuler besarnya tergantung dari :
1. Pembentukan humor aquos
2. Pengaliran humor aquos
3. Pembuangan humor aquos
200
Klasifikasi glaukoma :
1. Glaukoma kongenital (buftalmos)
2. Glaukoma primer :
- Sudut terbuka
- Sudut tertutup
3. Glaukoma sekunder
1. Buftalmos
Adalah pembesaran bola mata akibat peninggian tekanan
intraokuler pada waktu anak dilahirkan sampai usia 3 tahun
Gambaran klinik :
- Karena TIO yang tinggi terjadi iritasi kornea yang menimbulkan
gejala epifora, fotofobi, blefarospasme, kornea edema, kornea
keruh & diameternya lebih besar dari normal (> 12 mm)
- Dapat dijumpai robekan-robekan membran Descemet yang
konsentris sejajar dengan limbus
- Pada funduskopi tampak penggaungan papil biasanya tidak
begitu hebat
Pengobatan :
- Goniotomi
2. Glaukoma primer
2.1. Glaukoma primer sudut terbuka (glaukoma simpleks)
Adalah glaukoma yang penyebabnya tidak ditemukan dan
ditandai dengan sudut bilik mata depan yang terbuka.
Diduga glaukoma ini diturunkan secara dominan atau resesif
pada kira-kira 50 % penderita, secara genetik penderitanya
adalah homozigot. Umumnya terdapat pada orang-orang berusia
di atas 40 tahun, tetapi dapat juga ditemukan pada usia muda
(glaukoma juvenil).
99 % terdapat hambatan pengeluaran HA pada sistem jalinan
trabekulum & kanal schlem.
Sukar didiagnosa pada stadium dini, berhubung sifatnya tenang,
tak memberi keluhan, banyak pasien yang datang pada stadium
lanjut dimana lapang pandangannya telah sangat sempit.
Perjalanan penyakit lambat progresif dan jarang disertai sakit
Melihat gambaran pelangi di sekitar lampu (halo)
Kita harus waspada terhadap glaukoma simpleks pada orangorang : berumur > 40 tahun, penderita DM, pengobatan
kortikosteroid lokal ataupun sistemik yang lama, dalam keluarga
ada penderita glaukoma, miopi tinggi.
Tes provokasi :
1. Tes minum air :
- Kenaikan tensi 8-9 mmHg, mencurigakan
- Kenaikan tensi 10 mmHg, pasti patologis
2. Tes steroid : kenaikan 9 mmHg atau lebih, menunjukkan
glaukoma
201
Cendocarpine 2 % ED fl no I
S 4 dd gtt I OD/OS
Timolol maleat 0.5 % ED fl no I
S 2 dd gtt I OD/OS
Diamox tab mg 250 no XX
S 4 dd I
Aspar K tab no X
S 1 dd I
II. Operasi :
1. Iridenkleisis
2. Trepanasi dari Eliot
3. Sklerotomi dari Scheie
4. Siklodialise
5. Trabekulektomi
Prinsip : fistulasi, membuat jalan baru untuk mengeluarkan HA, oleh
karena jalan yang normal tak dapat dipakai lagi.
2.2. Glaukoma primer sudut tertutup
202
1.
2.
3.
a.
b.
c.
d.
e.
Glaukoma absolut
Adalah suatu keadaan akhir semua jenis glaukoma dimana tajam
penglihatan sudah menjadi nol.
Dapat disertai keadaan seperti : injeksi siliar, edema kornea, bilik
mata depan yang dangkal, pupil lebar, iris ektropion,
penggaungan dan atropi papil saraf optik yang total, rubeosis iris,
keratopati bula
Keadaan ini dapat disertai rasa sakit pada mata yang hilang
timbul, tapi akhirnya terus menerus, bola mata keras bagaikan
batu.
Pengobatan :
- Pengobatan ditujukan terutama pada rasa sakitnya dengan
jalan :
# Suntikkan alkohol retrobulber 90 % sebanyak 0.5 ml
# Penyinaran pada badan siliar, 100-150 Rad, 4-5 kali penyinaran
# Enukleasi bulbi
Tes Provokasi Pada Glaukoma
A. Untuk glaukoma sudut terbuka
1. Tes minum air :
Penderita disuruh berpuasa, tanpa pengobatan selama 24 jam.
Kemudian disuruh minum 1 L air dalam 5 menit. Lalu TIO diukur
setiap 15 menit selama 1.5 jam. Kenaikan tensi 8 mmHg atau
lebih dianggap mengidap glaukoma.
2. Pressure congestion test :
Pasang tensimeter pada ketinggian 50-60 mmHg, selama 1
menit. Kemudian diukur tensi intraokulernya. Kenaikan 9 mmHg
atau lebih mencurigakan, sedang bila lebih dari 11 mmHg pasti
patologis.
3. Kombinasi tes air minum dengan pressure congestion test :
205
206
4. Tes bersujud :
Penderita disuruh bersujud selama 1 jam. Kenaikan tensi 8-10
mmHg menandakan mungkin ada sudut yang tertutup, yang
perlu disusul dengan gonioskopi. Dengan bersujud, lensa
letaknya lebih ke depan mendorong iris ke depan, menyebabkan
bilik mata depan menjadi sempit.
Konjungtivitis
akut
Tidak atau
hanya sedikit
Iridosiklitis akut
2. Injeksi
Injeksi
konjungtiva
Sedang,
t.u.mengenai mata
& yang diurus N.V
Injeksi perikornea
terutama
3. Pupil
4. Reaksi
cahaya
5. Media
Normal
Normal
Miosis, ireguler
Berkurang
Jernih
6. Visus
Baik
7. Timbulnya
8. Gejala
sistemik
9. Pemeriksaan
sekret
10.Tensi intra
okuler
Perlahan-lahan
Tak ada
Keruh di kornea
oleh keratik
presipitat, edema
COA : sel radang
Pupil : oklusi pupil
Lensa : katarak
Badan kaca : sel
radang
Sedang, tak begitu
buruk
Perlahan-lahan
Sedikit
Ada kuman
penyebab
Normal
Glaukoma akut
Hebat diseluruh
bulbus okuli &
yang diurus N.V
Injeksi konjungtiva,
perikornea &
episklera
Lebar, lonjong
Berkurang sampai
(-)
Kornea keruh
karena edema
Pada keadaan
lanjut lensa
katarak
Buruk sekali
Tiba-tiba
Muntah-muntah
Negatif
Negatif
Normal, tinggi,
turun
Tinggi sekali
VII. MIOPI
Merupakan keadaan refraksi mata, dimana sinar sejajar yang
datang dari jarak tak terhingga, oleh mata dalam keadaan
istirahat, dibiaskan di depan retina, sehingga pada retina
didapatkan lingkaran difus dan bayangan kabur.
Pembagian miopi
I. Berdasar penyebab :
1. Miopi aksialis
2. Miopi pembiasan
207
II.
1.
2.
3.
4.
5.
Augentonic ED fl no I
S 3 dd gtt I OD/OS
Matovit tab no XV
S 3 dd I
Matovit : tiap tablet (5 ml syrup) berisi Bilberry dry extract 80 mg (40 mg),
beta caroten 5 mg (2.5 mg), retinol 1600 U (800 UI), Vit E 40 mg (20
mg)
Mungkin timbul rasa berat, lelah atau tidak enak pada mata,
yang bervariasi dari nyeri tumpul sampai nyeri dalam yang
terasa di belakang mata.
Timbul nyeri kepala dengan bermacam-macam tipe, mudah lelah,
kekaburan penglihatan & diplopia, terutama setelah pemakaian
mata berkepanjangan.
Gejala-gejala lebih sering timbul pada pekerjaan yang
memerlukan penglihatan dekat daripada penglihatan jauh.
Contoh resep :
R/ Augentonic ED fl no I
S 3 dd gtt I
R/ Matovit tab no XV
S 3 dd I
R/ Enervon-C tab no X
S 1 dd I
IX. DEFISIENSI VITAMIN A
1.
2.
1.
2.
3.
Xerophtalmia
Klasifikasi (WHO) :
Xerophtalmia primer
X 1-A : xerosis konjungtiva
X 1-B : bercak Bitot dengan xerosis
X 2 : xerosis kornea
X 3A : xerosis dengan tukak kornea
X 3B : keratomalasia
Xerophtalmia sekunder
XN : buta senja, night blindness
XF : fundus xerophtalmia
XS : parut (scar) xerophtalmia
Xeroptalmia merupakan penyebab kebutaan pada anak
Reversibel : hemeralopia, xerosis konjungtiva, xerosis kornea,
bercak Bitot.
Ireversibel : ulkus kornea, keratomalasia
Pencegahan :
Makanan/nutrisi banyak vitamin A
Pemberian vitamin A periodik :
- Pada balita 200.000 IU (oral) atau 100.000 IU (im)
- < 1 tahun 100.000 IU/ 6 bulan
- Ibu kala nifas 200.000 IU/oral
Fortifikasi
Terapi :
Vit A 200.000 IU (oral) atau 100.000 (im)
Hari berikutnya 200.000 IU (oral)
1-2 minggu berikutnya: 200.000 IU (oral)
209
Perbaikan gizi
Tinggi kalori + protein
Pengobatan kornea
Komplikasi : sikatrik, endoftalmitis, ulkus kornea, ptisis bulbi,
perforasi.
-
X. TRAUMA MATA
1. Hifema traumatika
Adalah terdapatnya darah dalam bilik mata depan (COA)
Keluhan dan tanda :
Rasa tak enak pada mata
Visus , bila darah sudah menutupi pupil
Epifora/nrocos
Blefarospasme
Keluhan lain yang menyertai komplikasi
Tindakan :
Tirah baring
Koagulansia
Bebat mata
Terhadap komplikasi glaukoma sekunder : asetazolamide 3 x
250 mg
Operatif-parasintesis
2. Uveitis / Iridosiklitis traumatika
Iris dan corpus siliare mengalami proses peradangan/inflamasi
Tanda :
Mata merah
Nyeri tekan regio uvea
Bilik mata depan keruh karena sel radang
Miosis, ireguler
Blefarospasme, epifora, fotofobia
Tindakan :
Atropin sulfas 0.5-1 % 1-2 tetes sehari
Steroid lokal
Antibiotika
3. Luksasi/subluksasi lensa
Terjadi robekan seluruh dinding penggantung lensa
Tindakan :
beri obat anti glaukoma : asetazolamide, pilokarpin 2 %
rujuk spesialis mata untuk dilakukan pengambilan lensa
4. Glaukoma sekunder karena trauma
Kenaikan TIO karena trauma tumpul disebut glaukoma
traumatika
Tindakan :
210
5.
asetazolamide tablet
pilokarpin tetes mata
211
Tata laksana
PRAKTIS
KULIT KELAMIN
Oleh:
dr Frengky Susanto
BAB x
Ilmu penyakit kulit kelamin
(dermatovenereology)
Obat- obat yang digunakan:
Anti histamin
Sedatif
:CTM 3x4mg
Penyakit Jamur
1.
Pioderma
Penyakit Virus
214
Dermatosis Eritroskuamosa
1. Psoriasis
Kortikosteroid: Prednison 40-60 mg/kg/hr dibagi 3 dosis
(dosis permulaan)
Antihistamin non sedatif
Antibiotik sistemik
Artovit R 1x1 tab.
KCl 3x 500mg
Betametazon dipropionate 0,05% (Metonate cream R), atau
Hidrokortizon 5% tube I
As. Salisilat
3gr
Lanolin
10gr
Vaselin Album ad gr 100
Mfla cream
Sue
2. Ptiriasi Rosea
Anti histamin non sedatif
Artovit R 1x1 tab.
215
Topikal:
As.salisilat
2%
Mentol
1%
Talk venetum ad gr 100
Sue bedak
ATAU
As. Salisilat
3%
Zinc oxid
10%
Mentol
0,5%
Gliserin
15%
Aqua ad cc 100
Mfla suspensi
Sue (bedak kocok)
3. Eritroderma
Jika keadaan berat sebaiknya dirujuk RS
Kortikosteroid: Prednison 3x 10mg
Antibiotik sistemik
Antasida DOEN 2x1
KCl 3x 500mg
Vitamin A 3x 50.000 U
Topikal;
Lanolin
gr 10
Vaselin album ad gr 100
Mfla unguentum
Sue
4.
Dermatitis seboroik
Kortikosteroid: Prednison 3x5mg atau Ketokonazol sistemik
(Profugal R) 2x1 tab( 200mg)
Antihistamin
Ketokonazol shampoo (Ketomed shampoo R) atau
Desoksimetazon zalf (Inerson R)
Laktat Calcii 3x1tab(300mg)
216
ATAU
Calamed powder R
2. DKI, DKA, D. numularis
Kortikosteroid: Prednison 3x5mg, atau metil prednisolon
(medixon R) 3x4 mg
Antibiotik sistemik
Antihistamin
Lactat Calcii 3x 300mg
Inerson Zalf R atau Esperson cream R
3. Prurigo nodular, Prurigo nodular
Antibiotik sistemik
Antihistamin
Topikal: Gentasolon cream R
Ctt. Untuk nodular dapat disuntikkan Triamsinolon
Asetonida 2mg/ml. dosis 0,1-0,2 ml tiap suntik, jarak suntik
1x/minggu.
4. Drug eruption
o Jika kondisi keadaan penderita berat sebaiknya dirujuk ke
RS
o Anti biotik sistemik
o Antihistamin
o Kortikosteroid:
Prednison :3x 10mg
o Topikal
Basah
:Kompres KmnO4 atau kompres dengan
larutan as.Salisilat 1:1000.
Kering
:Kortikosteroid topikal (Inerson Zalf R, atau
Esperson cream R).
5.
217
6.
1.
kulit
datar,
1-5 lesi
hipopigmentasi/
218
>5 lesi
distribusi >
papula
yang
meninggi, nodus
2. kerusakan saraf
menyebabkan
hilangnya sensasi/
kelemahan
otot
yang
dipersarafi
oleh saraf yang
terkena
eritema
Distribusi tidak
simetris
Hilangnya
sensasi yang
jelas
Hanya satu cab. saraf
simetris
Hilangnya
sensasi
Banyak cab. saraf
Pengobatan Kusta:
Tabel dan dosis rejimen MDT-PB
Obat
Rifampisin
Dapson swakelola
Dewasa
BB < 35kg
BB > 35 kg
450mg /bl
600mg/bl
(diawasi)
(diawasi)
50mg/ hr
(1-2 mg/kg/hr)
100mg/hr
Anak
10-14 Tahun
450mg/bl
(12-15 mg/kg/bl)
(diawasi)
50mg/hr
(1-2mg/kg/hr)
Kofazimin
Dapson
Swakelola
2.
Dewasa
BB < 35kg
BB > 35kg
450 mg/ bl
600 mg/ bl
(diawasi)
(diawasi)
300mg/bl
diawasi
dan
diteruskan 50
mg/hr
swakelola
50 mg/ hr
(1-2 mg/kg/hr)
300mg/bl
diawasi
dan
diteruskan 50
mg/hr
swakelola
100 mg/ hr
Anak
10 -14 tahun
450 mg/ bl
(12 15 mg/ kg/
bl)
(diawasi)
200mg/bl diawasi
diteruskan 50 mg
selang sehari
50 mg/ hr
(1-2 mg/kg/hr)
Reaksi kusta
Ada 2 type reaksi kusta:
Type 1 yang disebabkan oleh hipersensitivitas seluler
Type 2 yang disebabkan oleh hipersensitivitas humoral.
Reaksi type 1:
Delayed hipersensitivity reacting seperti hal reaksi
hipersensitivitas type IV, antigen berasal dari produk akibat
basil yang telah mati akan bereaksi dengan limfosit disertai
perubahan SIS (sistem imun seluler) yang cepat. Jadi
dasarnya reaksi type akibat perubahan keseimbangan
antara imunitas dengan basil. Hasil akhir reaksi type I
terjadi up grading / reversal pada kasus yang sedang
dalam pengobatan atau down grading pada kasus yang
belum mendapat pengobatan.
Manifestasi reaksi kusta type 1
Organ yang
RX ringan
219
Rx berat
diserang
Kulit
Saraf
Kulit dan
saraf
bersamaan
Membesar, tidak
nyeri
fungsi
tidak
mengaggu,
berlangsung <6minggu
Lesi yang telah ada menjadi
lebih
eritematous,
Nyeri
pada saraf berlangsung <6
minggu.
Saraf
Mata
Testis
Kulit,
saraf,
mata & testis
bersamaan
RX ringan
RX berat
220
1.
Skabies
- Anti skabies:
Gameksan (Scabisid 5% R)..gr
Olium rosarum
Mfla cream
Kira
kira setiap orang
memerluka 30-50 gr, dioleskan pada seluruh tubuh, dan
diulang 1minggu lagi karena telur belum mati.
AT
AU
Permetrin 5% (Skabimite) gr 10 tube No. I,
Cara pemakaiannya dioleskan diseluruh tubuh, dibiarkan
8jam, jika perlu diulang seminggu lagi. Tidak untuk usia
221
<2th.
Sementara yang aman untuk bayi adalah Sulfur
Precipitatus 4- 20%, dengan cara pemakaian dioleskan pada
seluruh tubuh dan dibiarkan 3hari.
- Antihistamin
- Antibiotik, jika diperlukan
Ctt. Baju dan alat tidur yang digunakan penderita dicuci
dengan air panas atau direndam dengan antiseptik.
2.
Pedikulosis
Anti pedikulosis
Albendazol
1x
400mg,
dosis
tunggal (3hari berturut- turut), tidak digunakan untuk
<6tahun.
-Antihistamin
Ctt. Yang aman untuk anak kecil solutio Tiabendazol topikal.
Akne vulgaris
1.
2.
1.
2.
Pemvigus vulgaris
Sebaiknya rujuk keRS
Antibiotik sistemik
Eritromisin (Erysanbe R) 4x 250mg
Antacida Doen 2x1 tab
Kortikosteroid
Prednison 60-150mg /hr, kasus berat sampai
3mg/kg/hr. Bila dengan dosis inisial selama 2 hari tidak
ada perbaikan naikan sampai
50%. Kemudian dosis
diturunkan secara logaritma:
Ilustrasi:
Dosis initial 100mg/hr
100mg/hr :7hr
80mg/hr
:7hr
60mg/hr
:7hr
40mg/hr
:7hr
30mg/hr
:7hr
25mg/hr
:21hr
20mg/hr
:28hr
15mg/hr dosis pemeliharaan
KCl :3x 500mg
Topikal
Kortikosteroid dan antibiotik
Gentazolon R oleskan 2-3 x /hari
Pemvigus Bulosa
Terapi sama dengan Pemvigus vulgaris,
hanya dosis prednison 40-60 mg/hr.
Gangguan
autoimun
metabolisme,
kekurangan
gizi,
1. Skleroderma
Topikal:
Klobetazol propionat 0,05 % (Kloderma R)tube no1
As. Salisilat 6%
Mfla oint da in pot
Sue
2.
Alopesia Areata
Miliaria
Anti histamin
Topikal
As. Salisilat 2%
223
Mentol
1%
Aqua ad cc 100
Mfla suspensi
Sue (bedak kocok)
Kelainan pigmentasi
1.
2.
3.
Melasma
Topikal
Hidroquinon
5%
Tretionin
0,025
Dexametazon
0,1
Vaselin album ad gr 50
Mfla cream
Sue (cream malam)
Sun block: Parasol lotion R (pagi- siang).
Vitiligo dewasa
Topikal
Tinctura bergamot 10% cc 40
Sue (jam 9 pagi pada bercak)
Vaselin album gr 20
Sue (sekitar bercak)
Cara pakai: jam 9 pagi dioleskan obat, berjemur 2 menit
di sinar matahari, kemudian cuci dengan air sampai
bersih. Dilakukan tiap hari atau 3 hari sekali tergantung
klinis.
Sistemik
Metoksalen (Delsoralen kapsul R) 1x1 tab diminum jam 7
pagi.
Vitiligo anak
Topikal
Delsoralen liq cc 50
Sue (jam 9 pagi pada bercak)
Betason cream tube no I
Sue (sekitar bercak)
Cara pakai seperti pada dewasa.
1.
Keloid
Bedah listrik: EC
Bedah kimia:
224
Kelamin
1.
Sekret vagina
2.
Sdkt,
lekat
dd
vagina
-Nistatin
(Decastatin
tab
oralR),
5-7
hr,
3x500rb
UI
dan
Decastatin
tab.
Vagina 1x /malam,
6hr. atau
-ketokonazol
(Profungal tabR) 2x
1tab, 5hr
Gardnella
(-)
berlimpah
Puith keabu-abuan,
homogen spt lem
5-5,5
Amis/ bau ikan
Clue cell
berbuih
Sedikit berbuih
Metronidazol
oral
(Flagyl tab. OralR)
2x
500mg,
dan
Metronidazol
tab
vagina (Flagyl tab.
VaginaR) 1x/malam
Metronidazol (Flagyl
tab. Oral) 2x 500mg
Gonore
Tanpa komplikasi
Siprofloksasin
(Baquinor
)
500mg/hr
peroral, selama 5 hr, ATAU
3.
4.
5.
6.
7.
8.
226
227