Anda di halaman 1dari 227

Tata laksana

PRAKTIS

ILMU PENYAKIT DALAM


(INTERNA)

OLEH :
dr. Rudy Budijono

BAB I
ILMU PENYAKIT DALAM
(INTERNA)

Di sini akan dibahas satu persatu secara singkat beberapa


penyakit yang penting dalam Ilmu Penyakit Dalam berdasarkan sub
bagian yang ada, terutama mengenai anamnesis, pemeriksaan fisik
pasien dan terapi yang diberikan.

I. IMUNOLOGI - ALERGI
1. Sistemik Lupus Eritematosus (SLE)
SLE adalah penyakit radang multisistem yang sebabnya belum
diketahui, dengan perjalanan penyakit yang mungkin akut dan
fulminan atau kronik remisi dan eksaserbasi, disertai oleh
terdapatnya berbagai macam autoantibodi dalam tubuh.

Ditemukan pada semua usia, terbanyak pada usia 15-40


tahun (masa reproduksi)

: = (5.5-9 : 1)

Gejala klinik :
- Menurut American Rheumatism Association (ARA), diagnosis
SLE ditegakkan bila ditemukan 4 dari 11 kriteria di bawah
ini :
1. Ruam (rash) berupa eritema pada wajah seperti kupukupu (Butterfly rash)
2. Lupus diskoid
3. Sensitivitas terhadap cahaya (fotosensitivitas)
4. Ulserasi di mulut /nasofaring
5. Artritis
6. Serositis (pleuritis/perikarditis)
7. Kelainan ginjal : proteinuria > 0.5 gr/hr atau >3+, silinder
sel (+)
8. Kelainan neurologis (kejang/psikosis)
9. Kelainan
hematologik
(anemia,
leukopenia,
trombositopenia)
10. Kelainan imunologi (Sel LE, anti DNA titer abnormal, AntiSm, uji serologis (+) semu)
11. Antibodi antinuklear titer abnormal
-

Setiap serangan biasanya disertai gejala umum yang jelas


seperti demam, malaise, kelemahan, nafsu makan berkurang,

berat badan menurun dan iritabilitas. Yang paling menonjol


ialah demam, kadang sampai menggigil.
Terapi :
I. Dasar : penyakit autoimun imunosupresif
1. Kortikosteroid
- Manifestasi kulit : kortikosteroid topikal
- Aktivitas penyakit :
Minor : prednison < 0.5 gr/kg BB/hr dosis tunggal/
terbagi
Mayor : prednison 1 mg/kg BB/hr dosis tunggal/terbagi
Ingat : jangan lebih lama dari 4-6 minggu, dosis ditapering off secara
bertahap

2. NSAID :
- Sering dipakai bersama kortikosteroid untuk mengurangi
dosis kortikosteroid
- Preparat :
# Indometasin (3 x 25 mg/hr)
# Asetaminofen (6 x 650 mg/hr)
# Ibuprofen (4 x 300-400 mg/hr)
3. Sitostatika :
- Biasanya dipakai bersama kortikosteroid
- Preparat :
# Azatioprin (3-4 mg/kg BB/hr, max 200 mg/hr)
# Siklofosfamid (100-150 mg/hr),dll
II. Suplementasi :
- Perbaikan keadaan umum
- Transfusi darah atas indikasi
III. Terapi komplikasi :
- Infeksi sekunder : antibiotika
- Gagal ginjal diuretik, obat antihipertensi, hemodialisa
- Kejang anti konvulsan
- Artritis fisioterapi

II. GATROENTEROHEPATOLOGI
1. Gastritis akut
Gejala : mual, muntah, sakit perut terutama tengah/kiri atas,
sebah,
kembung.

Tanda : nyeri tekan tak terlokalisir, membaik setelah makan.

Terapi :
1. Edukasi :
- Makanan lunak dalam porsi kecil-kecil
- Berhenti : pedas/asam/merokok/alkohol
2. Medikamentosa :
# Terhadap etiologi :
3

Bila karena infeksi (Helicobacter pylori) antibiotika


Bila karena penyakit sistemik, obati juga penyakit
sistemiknya (misalnya gastropati DM)
- Bila karena stress berikan tranquiliser (diazepam)
# Simptomatik :
1. Antasida
2. Selective anticholinergik agent
- Pirenzepine 3 x 25 mg/hr (Gastrozepin)
3. H2 reseptor antagonis
- Cimetidine 3 x 200 mg/hr (Sanmetidin, Tagamet,
Ulsikur, Ulcumet, Cimet, Nulcer, Ramet, Ulcusan),
atau :
- Ranitidine 2 x 150 mg/hr (Acran, Radin, Rantin,
Ranitab, Ulceranin, Yekaradin, Ultiran), atau :
- Famotidine 2 x 20 mg/hr (Famocid, Facid, Famos,
Ulfam).
4. Cytoprotective agent :
- Sucralfate 3 x 500 mg/hr (Ulsidex, Ulsafate, Ulcron,
Ulcumaag), atau :
- Cetraxate 3 x 200 mg/hr (Traxat).
5. Obat penghambat sekresi asam lambung yang lain :
- Omeprazole 2 x 10 mg/hr (Losec, Norsec, Ulzol,
Regasec).
-

Catatan :
1. Antasida dan H2 reseptor antagonis tidak boleh diberi pada
waktu yang sama, harus beda antara 1-2 jam.
2. Anticholinergik agent, H2 reseptor antagonis & cytoprotective
agent boleh diberikan bersama-sama.

Contoh resep :
R/ Diazepam tab mg 5 no V
S001
R/ Antasid tab no XV
S 3 dd I 1 h a c
R/ Ulsikur tab mg 200 no XV
S 3 dd I 1 h p c
R/ Ulsidex tab mg 500 no XV
S 3 dd I 1 h p c
Ulsikur : simetidine (200 mg ; 400 mg/tab, 200 mg/ml injeksi)
Ulsidex : sukralfat (500 mg/tab ; 1000 mg/tab)

2. Ulkus peptikum
Gejala :
makan,
disertai

nyeri perut, terlokalisasi, tidak membaik meskipun


nyeri lebih berat dibanding gastritis, kadang
perdarahan (hematemesis/melena).
4

Tanda : dapat menunjukkan tempat yang paling nyeri


Etiologi : Helicobacter Pylori/NSAID/stress
Terapi :
- Hampir sama dengan gastritis akut, tetapi biasanya
memerlukan antibiotika untuk eradikasi H.pylori. Regimen
yang digunakan antara lain :
# Metronidazole 3 x 500 mg/hr (12 hari) + amoksisilin 3 x 750
mg/hr (12 hari)
# Clarithromycin 3 x 500 mg/hr (10 hari) + amoksisilin 3 x 750
mg/hr (10 hari)
# Metronidazole 3 x 500 mg/hr (14 hari) + amoksisilin 3 x 500
mg/hr (14 hari)
# Metronidazole 2 x 500 mg/hr (14 hari) + clarithromycin 2 x
250 mg/hr (14 hari)
- Salah satu kombinasi di atas dapat ditambah omeprazol 2 x
20 mg/hr (14 hari) atau Ranitidine 2 x 150 mg/hari (6 minggu)
Contoh resep :
R/ Abbotic tab mg 500 no XXX
S 3 dd I
R/ Amoxsan caps mg 500 no XXX
S 3 dd I
R/ Antasid tab no XXX
S 3 dd I I hac
R/ Losec caps mg 20 no XX
S 2 dd I 1 hpc
R/ Ulsidex tab mg 500 no XXX
S 3 dd I 1hpc
Abbotic : klaritromisin 250, 500 mg/tab ; 125 mg/5 ml syr kering
Amoxsan : Amoksisilin 250,500 mg/caps ; 250 mg/5 ml syr kering
Losec : Omeprazole 10 mg ; 20 mg/caps ; 40 mg/vial injeksi

3. Iritable Bowel Syndrom IBS)


Gejala : perut terasa tidak nyaman, kadang diare, kadang
obstipasi, keluhan biasanya berhubungan dengan
stress
(psikologis).
Tanda : hiperperistaltik, kadang meteorismus, bila difoto colon
tak
jelas/tak ada kelainan.
Rasio : = 4 : 1, pada orang muda dan setengah tua
Terapi :
- Atasi faktor psikis/stress
- Diare obat anti diare
- Nyeri spastis anti spasmodis
Contoh resep :
R/ Diazepam tab mg 2 no VI
5

S 2 dd I
R/ New diatabs tab no VI
Sprn 2 tab post defekasi
R/ Asam mefenamat tab no VI
S 2 dd I
New diatabs : atapulgit aktif (600 mg/tab), dosis dewasa dan anak > 12 tahun ; 2
tab setelah BAB, max 12 tab/hr.

4. Crons disease (ileitis terminalis)


Gejala : nyeri perut kanan bawah/tengah, berak darah kecoklatan
Tanda : nyeri/teraba massa pada perut kanan tengah, usia relatif
muda
Pemeriksaan radiologis perlu dibuat pada lambung, duodenum,
ileum dan kolon. Pada ileitis terminalis sering terlihat string sign
of Cantor, yaitu barium kelihatan sebagai benang.
Pada colon perlu diperhatikan adanya cobble stone appearance
karena radang di bawah mukosa.
Terapi :
1. Non medikamentosa :
Diet lunak, tidak merangsang, tinggi serat dan rendah lemak.
Bila ada steatorea/striktur, diet rendah lemak dan serat.
2. Medikamentosa :
- Sulfasalazine (Sulcolon) 3 x 1 gr/hr
- Antibiotika broad spektrum : sefalosporin, quinolon
- Metronidazole, bila ada fistula/abses perianal
- Kortikosteroid : 20-40 mg/hr prednison/prednisolon selama
4-8 minggu, tap off bertahap
- Sedativa/tranquilizer
- Bila anemia, diberi Fe, asam folat, vit.B12
- Azatioprin (Imuran), bila obat lain tidak berhasil
Contoh resep :
R/ Sulcolon tab mg 500 no LX
S 3 dd II
R/ Sedrofen caps mg 500 no XX
S 2 dd I
R/ Erlanison tab mg 5 no LX
S220
R/ Diazepam tab mg 5 no X
S001
R/ Inbion caps no XX
S 2 dd I
Sulcolon : sulfadiazine (500 mg/tab)
Sedrofen : sefadroksil monohidrat (250, 500 mg/caps)
Erlanison : prednison (5 mg/tab)

Inbion : tiap caps berisi Fe-glukonat 250 mg, MnSO 4 0.2 mg, CuSO4 0.2 mg, Vit C
50 mg, asam folat 1 mg, Vit B12 dengan faktor intrinsik 7.5 mg, sorbitol 25
mg.

Pembedahan dikerjakan bila :


- Pengobatan medikamentosa gagal
- Ada fistula/striktur
Ada perdarahan banyak
5. Kolelitiasis (=batu kandung empedu)
Gejala : kolik perut kanan atas menembus punggung, keluhan
terjadi setelah makan berlemak.
Tanda :
- Nyeri perut kanan atas
- Konfirmasi USG/plain photo abdomen/cholecystogram
- Sering didiagnosis gastritis kronis/ulkus peptikum
Terapi :
1. Tindakan :
- Diet miskin lemak
- Operasi
2. Medikamentosa : bersifat simptomatis
- Analgetik
- Spasmolitik
- Medical disolution dari batu seperti asam desoksikolat
dapat digunakan.
Contoh terapi :
R/
R/
R/

Vardiksia tab no X
S 2 dd I
Buscopan tab no X
S 2 dd I
Enzyplex tab no X
S 2 dd I dc

Vardiksia : metampiron (500 mg/tab)


Buscopan : hiosina hidrobromida (10 mg/tab; 20 mg/ml injeksi)
Enzyplex : amilase 10.000 UI, protiease 9000 UI, asam desoksikolat 30 mg,
dimetil polisiloksan 25 mg, Vit.B 1 10 mg, Vit.B2 5 mg, Vit.B6 5 mg,
Vit.B12 5 mcg, nikotinamida 10 mg, Ca pantotenat 5 mg.
Catatan : silent stones tidak perlu dioperasi, batu dengan diameter 0.5 cm
mungkin bisa lewat ke duodenum.

6. Kolitis ulserativa

Gejala :
Mules (tenesmus) perut terutama bagian bawah
Diare dengan lendir, kadang darah
Tanda :
Nyeri perut bagian bawah, hiperperistaltik, anemia
7

Berat badan cenderung turun

Terapi :
1. Non medikamentosa :
Diet tinggi kalori dan protein (TKTP)
Untuk mengontrol diare, disarankan pasien tidak minum susu
2. Medikamentosa :
Prednison/prednisolon, dosis awal 60 mg/hr, selanjutnya
tapering off
Sulfasalazin 3 x 1 g/hr oral
Anti diare
Bila anemia diberi Fe, asam folat, vit.B12
Contoh resep :
-

R/
R/
R/
R/

Erlanison tab mg 5 no LX
S 220
Sulcolon tab mg 500 no LX
S 3 dd II
New diatabs tab no VI
S prn 2 tab post defekasi
Inbion caps no XX
S 2 dd I

7. Ca caput pankreas
70 % dari ca pankreas
Gejala : gatal, nyeri perut kanan atas, merongkol, sering diare
Tanda :
- Massa pada hipokondrium kanan makin bertambah besar
- Umur penderita biasanya > 40 tahun
- Ikterik obstruktif, feses berwarna keputihan
- Konfirmasi USG, Ca 19-9
Terapi :
- Pembedahan (stadium awal), tetapi umumnya pasien datang
dalam stadium lanjut sehingga tak mungkin dapat
diobati/dilakukan pembedahan. Bila stadium dini, dapat
dilakukan reseksi sebagian dari pankreas sehingga masa
hidup dapat diperpanjang.
8. Abses hepar
Gejala :
- Nyeri perut kanan atas, kadang hebat sampai membungkuk
- Kadang disertai demam
- Riwayat disentri amuba beberapa bulan yang lalu
Tanda :
- Nyeri tekan/ketok perut kanan atas
Konfirmasi : leukositosis, USG, pemeriksaan sero amoeba
-

Terapi :
1. Tindakan :
- Rawat di RS
- Diet lunak
2. Medikamentosa :
- Metronidazole 3 x 750 mg (5-10 hari), ditambah dengan
- Kloroquin fosfat 1 g/hr (2 hari) & diikuti 500 mg/hari (20
hari), ditambah dengan
- Dehydroemetine* : 1-1.5 mg/kg BB/hr im, maksimal 99
mg/hari (10 hari)
Contoh resep :
R/
R/
R/

Flagyl tab forte mg 500 no XLV


S 3 dd 1
Malarex tab no XLVIII
S 4 dd I (2 hr)S 2 dd I (20 hr)
Analspec kap mg 500 no XX
S 2 dd I

Flagyl : metronidazole (250 mg/tab ; 500 mg/tab forte)


Malarex : kloroquin difosfat (250 mg/tab)
Analspec : asam mefenamat (250 mg caps; 500 mg kaplet)
*
Sekarang jarang digunakan karena efek samping & toksisitas yang besar

9. Hepatitis viral
Adalah suatu peradangan pada jaringan parenkim hepar yang
disebabkan oleh virus.
Hepatitis viral dibedakan :
A: akut, lab. melonjak sangat tinggi dalam waktu singkat
B: perjalanan klinik tak sehebat hepatitis A, jika kronis sirosis
C: biasanya kronik
Perjalanan penyakit hepatitis minimal 1 bulan, ada 3 stadium :
- Stadium I (prodromal) :
Minggu I dengan gejala flu like simptom
- Stadium II (ikterik) :
Akhir minggu I-II, dengan gejala kencing berwarna coklat,
sklera ikterik, kondisi tubuh baik, napsu makan baik, mual(-)
Akhir minggu II: bilirubin meningkat memuncak turun
- Stadium III (konvalesen) :
Minggu III-IV, dengan gejala : KU membaik, bilirubin naik,
SGOT/SGPT turun
Disebut ikterus bila bilirubin > 2 mg %
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
1. Ikterik :
terutama pada sklera, lidah, telapak tangan
2. Hepar :

Hepatomegali, nyeri tekan (+), permukaan rata, tepi tajam,


konsistensi lunak
Hepatitis akut : 10 % splenomegali
Seromarker hepatitis
Hepatitis A : IgM anti HAV (akut)
Ig G anti HAV (kronik)
Hepatitis B : HbsAg, anti HBs, HbcAg, anti HBc, HbeAg, anti Hbe
Hepatitis C : anti HCV
Hepatitis D : DAg
Terapi :
- Tidak ada pengobatan spesifik (e.c virus)
- Bed rest total
- Diet tinggi kalori & protein (TKTP)
- Roborantia
- Evaluasi : ikterik, hepato/splenomegali
Kriteria sembuh :
1. Gejala hilang : febris (-), napsu makan baik, urin coklat (-)
2. Ikterus (-)
3. Hepar/lien mengecil
4. SGOT/SGPT < 2 kali normal
5. Serologi : HbsAg (-), anti HBs (+) hepatitis B
Catatan :
Hepatitis A fulminan
Hepatitis B kronik sirosis/hepatoma
Hepatitis C sirosis sirosis dengan komplikasi hepatoma

Kapan boleh vaksinasi hepatitis B ?


HBsAg
(-)
(-)
(+)
(-)
(-)

Anti HBs
(-)
(+)
(-)
(+)
(-)

Anti HBc
(-)
(+)
(+)
(-)
(+)

Vaksinasi
Boleh
Tidak perlu
Tidak boleh (infeksius)
Post vaksinasi
Window period (boleh
vaksin/tidak)

Pemberian vaksin hepatitis B


Golongan
Dosis awal
Bayi & anak < 10 mg (0.5 ml)
10 th
Anak >10 th & 20 mg (1.0 ml)
dewasa

1 bulan
10 mg

6 bulan
10 mg

20 mg

20 mg

10. Sirosis hepatis

Adalah penyakit hati menahun yang


denganadanya pembentukan jaringan ikat
10

difus

ditandai

Gejala klinis :
Pada stadium dekompensata kadang sulit menegakkan
diagnosa
Suharyono Subandiri memformulasikan bahwa 5 dari 7 tanda
di bawah ini sudah dapat menegakkan diagnosis sirosis
hepatis dekompensata :
1. Ascites
2. Splenomegali
3. Perdarahan varises (hemetemesis)
4. Albumin rendah
5. Spider nevi
6. Eritema palmaris
7. Vena kolateral

Komplikasi sirosis :
Hematemesis melena
Superinfeksi
Koma hepatikum
Hepatoma
Endotoxemia
Ascites permagna

Tahapan koma pada sirosis hepatis :


1. Gangguan kesadaran
2. Flaping tremor
3. Kontak
4. Prekoma
5. Koma

Penatalaksanaan :
A. Ascites :
1. Bed rest tidak total
2. Diet TKTP rendah garam
3. Ada 3 langkah untuk ascites :
- Infus albumin untuk hipoalbuminemia (bisa diganti
plasma)
- Diuretik, misal : spironolakton (Aldacton), Furosemid
(Lasix)
- Pungsi ascites atas indikasi, yaitu :
Ascites permagna
Ascites yang menimbulkan sesak napas
Ascites yang dengan diuretik tidak membaik
Ascites disertai prolapsus uteri
KI : sepsis, koma
B. Perdarahan varises oesophagus (hematemesis-melena) :
1. Resusitasi :
- Bebaskan jalan napas
- O2 jika sesak
- Atasi syok hipovolemik infus, transfusi
2. Perbaiki keadaan umum :

11

- Bed rest total


- Puasa 24 jam bebas perdarahan
- Cuci lambung : pasang NGT, kumbah dengan air es
150 cc, ditunggu 15 menit, baru dikeluarkan, ulang
tiap 2 jam sampai perdarahan (-).
- Antasid/simetidin
- Koagulantia : vitamin K
Pemberian vit.K untuk hematemesis melena karena
sirosis, tidak berguna saat diberikan, tapi untuk
berjaga-jaga akan terjadinya perdarahan ulang.
- Dapat diberikan Octreotide (Sandostatin) 2 ampul/L
flab NaCl 0.9 % dengan tetesan 40 x/menit sebelum
ada tindakan lain.
dilakukan skleroterapi sesudah dilakukan
- Dapat
endoskopi kalau perdarahan berasal dari pecahnya
varises.
3. Cari faktor penyebab :
- Jika karena sirosis, perlu sterilisasi usus lavement
pagi sore dan berikan antibiotika
Kriteria pulang pasien sirosis :
1. Keadaan umum baik
2. Hematemesis melena (-)
3. Anemis (-), untuk pulang Hb harus > 10
4. Nafsu makan baik
5. Komplikasi sirosis (-)
C. Koma hepatikum
Akut :
1. Atasi faktor-faktor pencetus :
- Perdarahan transfusi
- Infeksi antibiotika
- Alkohol hentikan
- Gangguan keseimbangan elektrolit koreksi
2. Mengosongkan usus dari bahan yang mengandung
nitrogen, misalnya :
- Menghentikan perdarahan
- Memberikan enema fosfat
3. Diet bebas protein, diberikan diet mengandung protein
yang kadarnya ditingkatkan secara pelan.
4. Laktulosa atau laktilol.
5. Sterilisasi usus dengan Neomisin 4 x 1 g selama
seminggu
6. Mencukupkan kebutuhan kalori, cairan dan elektrolit
7. Stop diuretik/pemeriksaan elektrolit serum
Kronik :
1. Hindari obat yang mengandung nitrogen
12

2.
3.
4.
5.

Diet miskin protein


Laktulosa atau laktilol
Diusahakan seharinya 2 x defekasi
Dapat dicoba dengan bromokriptin

11. Hepatoma

Etiologi :
1. Primer
2. Sekunder (e.c.sirosis hepatis)
Diagnosa hepatoma (five mayor) :
1. Riwayat mrongkol perut dan pertumbuhan progresif
2. Hepatomegali, berbenjol-benjol, nyeri tekan (-)
3. USG nodul-nodul dan disarsitek
4. Lab. Alfa Feto Protein (AFP) meningkat (N<15)
5. Biopsi
Penatalaksanaan :
1. Bed rest tidak total
2. Diet TKTP mudah dicerna dan diserap
3. Roborantia
4. Prinsip terapi (Jepang) :
a. Lobektomi, bila :
- Diameter < 2.5 cm
- Letak perifer
- Lobus sinistra
b. Sitostatik : Mitomicin
c. Embolisasi

12.Kolera
Adalah suatu penyakit berak-berak disertai muntah yang akut,
ditimbulkan oleh suatu enterotoksin yang dihasilkan Vibrio
cholerae dalam usus halus.

Gejala klinis :
Tanda khas adalah tinja seperti air beras dan bercampur lendir
Pada 80 % kasus, muntah-muntah terjadi segera setelah diare
dimulai, tanpa rasa mual.
Demam jarang dijumpai, kecuali pada anak-anak dan
berlangsung singkat.
Tanda-tanda dehidrasi dan asidosis
Biasanya ada wabah di daerah yang bersangkutan

Terapi :
Rehidrasi oral (oralit) pada dehidrasi ringan dan sedang, pada
dehidrasi berat diberikan cairan intravena.
Antibiotika :
Pilihan I : tetrasiklin 4 x 500 mg (3 hari)
Alternatif :
- kloramfenikol 4 x 500 mg (7 hari)

13

- cotrimoksazol, dosis awal 2 x 3 tab, kmd.2 x 2 tab (6


hari)
13.Disentri Basilar dan Disentri Amoeba

Perbedaan Disentri Basilar dan Disentri Amoeba


Gejala klinik
1. Timbulnya

Disentri Basilar
Akut

2. Keluhan

Toksemia,
tenesmus,sakit
sifatnya umum
Pada permulaan berat

3.
Perkembanga
n penyakit
4. Tinja

5. Komplikasi
6. Kelainan
anatomi

Disentri Amoeba
Lebih sering perlahan,
diare awal tidak
ada/jarang
Toksemia ringan,
tenesmus jarang, sakit
berbatas
Tidak tentu, cenderung
menahun

Kecil-kecil, banyak, tak Besar, terus menerus,


berbau, alkalis,
asam, berdarah, bila
berlendir, nanah &
berbentuk biasanya
berdarah, bila tinja
tercampur lendir
berbentuk dilapisi
lender
Artritis
Daerah sigmoid,
ileum, mengalami
hiperemia superfisial
ulseratif & selaput
lendir menebal

Abses hepar amoeba


Daerah sekum & kolon
asendens, jarang
mengenai ileum; ulkus
bergaung

Terapi :
1. Terapi cairan dan elektrolit sesuai derajat dehidrasi
2. Diet : makanan lunak, sampai berak <5 x sehari,
kemudian diberi makanan ringan biasa bila ada
kemajuan.
3. Pengobatan spesifik : antibiotika
a. Disentri Basilar (e.c.Shigella sp)
- Antibiotika pilihan :
Cotrimoksazol 2 x 2 tab (5 hari)
Siprofloksasin 2 x 750 mg/hr (5 hari), KI :
anak dan hamil.
b. Disentri Amoeba ( e.c. Entamoeba sp )
- Antibiotika pilihan : Metronidazole 4 x 500
mg/hr (3 hari).
- Alternatif :
Tinidazol 2 g/hr, dosis tunggal (3 hari)
Secnidazol 2g/hr, dosis tunggal (3 hari)
14

Tetrasiklin 4 x 500 mg/hr (10 hari)

III. ENDOKRINOLOGI DAN METABOLISME


1. Hipertiroidisme

Gambaran klinis hipertiroidisme :


a. Umum :
Berat badan turun*, keletihan*, apatis*, berkeringat*, tak
tahan panas*
b. Kardiovaskuler :
Palpitasi*, sesak napas, angina, gagal jantung, sinus
takikardia, fibrilasi atrium, nadi kolaps
c. Neuromuskular :
Gugup*, agitasi*, tremor*,koreoatetosis, psikosis, kelemahan
otot, miopati proksimal, paralisis periodik, miastenia gravis*
d. Gastrointestinal :
Berat badan turun meskipun nafsu makan , diare,
steatorea, muntah
e. Reproduksi :
Oligomenorea, infertilitas
f. Kulit :
Pruritus, eritema palmaris, miksedema pretibial **, rambut
tipis
g. Struma :
Difus dengan/tanpa bising**, nodusa
h. Mata :
Lid retraction, lid lag, periorbital puffiness **, lakrimasi
meningkat, grittiness of eyes**, kemosis**, proptosis, ulserasi
kornea**, optalmoplegia, diplopia **, edema papil, penglihatan
kabur**.
*

paling sering
terdapat hanya pada penyakit Graves

**

Trias Basedow : struma, exoptalmus, takikardia

Terapi :
Obat anti tiroid :
1. Propiltiourasil (PTU) 3 x 100 mg, max 600 mg/hr, atau
2. Karbimazol/Metimazol 3 x 10 mg, max 60 mg/hr
# PTU dibandingkan dengan Metimazol :
- Mudah didapat
- Menghambat proses pengikatan jod dalam bentuk
senyawa organik
- Mereduksi jod I- Tidak menembus sawar plasenta
- Menghambat konversi T3 T4
15

# Efek samping : alergi, leukositosis, agranulositosis,


damage liver, ikterik, artralgia
Catatan :
1. Pada pemberian ini harus edukasi karena pemberian
jangka lama (12-18 bulan)
2. Terapi bisa diteruskan sampai sembuh bila tak ada efek
samping, serta perlu pemeriksaan kadar hormon tiroid,
LED, dan hapusan darah tepi tiap -1 bulan.
3. Penggunaan OAT ini umumnya dengan dosis besar pada
permulaan sampai eutiroidisme tercapai, kemudian
berikan dosis rendah untuk mempertahankan keadaan
eutiroidisme.
4. Hipertiroidisme pada wanita hamil biasanya diberikan
PTU sebagai obat pilihan, dengan dosis serendah
mungkin untuk mencegah hipotiroidisme pada fetus.
5. Indikasi pengobatan dengan yodium radioaktif :
- Pasien umur 35 tahun
- Hipertiroidisme yang kambuh setelah operasi
- Gagal mencapai remisi sesudah pemberian OAT
- Tidak mampu atau tidak mau pengobatan dengan OAT
- Adenoma toksik, goiter multinoduler toksik
6. Indikasi operasi adalah :
- Pasien umur muda dengan struma yang besar serta
tidak mempan dengan OAT
- Pada
wanita
hamil
(trimester
kedua)
yang
memerlukan OAT dosis besar
- Alergi terhadap OAT, pasien tidak dapat menerima
yodium radioaktif
- Adenoma toksik atau struma multinodular toksik
- Penyakit Graves yang berhubungan dengan satu atau
lebih nodul

2. Diabetes Melitus (DM)


Adalah gangguan metabolisme kronik yang manifestasinya
berupa hiperglikemi, glukosuria & meningkatnya pemecahan
protein yang sering timbul ketosis dan asidosis.

Klasifikasi etiologis DM (ADA, 1997) :


1. DM type I :
Destruksi sel beta, menjurus ke defisiensi insulin absolut :
Autoimun, idiopatik.

16

2. DM type II :
Bervariasi, terutama dominan resistensi insulin disertai
defisiensi insulin relatif sampai defek sekresi insulin disertai
resistensi insulin.
3. DM type lain :
a. Defek genetik fungsi sel beta
b. defek genetik kerja insulin
c. Penyakit eksokrin pankreas (pankreatitis, tumor, dll)
d. Endokrinopati (feokromositoma, synd.Cushing,dll)
e. Karena obat/zat kimia (as.nikotinat, tiazid, dilantin)
f. Infeksi (Rubella kongenital, CMV)
g. Sebab imunologi yang jarang (antibodi anti insulin)
h. Synd.
Genetik
lain
berkaitan
DM
(Synd.Down,
Synd.Turner)
4. DM gestasional (DMG)

Diagnosis DM :
1. Gejala khas :
- Polidipsi (banyak minum)
- Poliuria (banyak kencing)
- Poliphagia (banyak makan)
- Berat badan dan lemas
2. Gejala lain :
- Kesemutan
- Gatal-gatal
- Mata kabur
- Impotensia ()
- Pruritus vulva ()
3. Gejala khas + GDS 200 mg/dl DM ditegakkan
Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan
penyaring dan diagnosis DM (mg/dl)
Kadar glukosa darah
Bukan
Belum pasti
DM
DM
DM
Kadar glukosa darah
sewaktu
<110
110-199
200
Plasma vena
<90
90-199
200
Darah kapiler

17

Kadar glukosa darah puasa


Plasma vena
Darah kapiler

<110
<90

110-125
90-109

126
110

Untuk kelompok tanpa gejala khas DM, hasil pemeriksaan


glukosa darah yang baru satu kali saja abnormal, belum cukup
kuat menegakkan diagnosa klinis DM

Diperlukan pemastian lebih lanjut dengan mendapatkan sekali


lagi angka abnormal, yaitu GDP 126 mg/dl, GDS 200 mg/dl,
atau dari hasil Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) yang abnormal
yaitu kadar glukosa plasma 200 mg/dl pada 2 jam sesudah
beban glukosa 75 gram.

Pengelolaan DM:
A. Penyuluhan/edukasi diabetes
Edukasi diabetes adalah pendidikan dan pelatihan mengenai
pengetahuan dan keterampilan bagi pasien DM, yang
bertujuan
menunjang
perilaku
untuk
meningkatkan
pemahaman akan penyakitnya, untuk mencapai kesehatan
optimal & kualitas hidup yang lebih baik.
B. Diet/perencanaan makan
- Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan
komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein
dan lemak.
- Status gizi :
# Berat badan kurang = 90 % BB idaman
# Berat badan normal = 90-110 % BB idaman
# Berat badan lebih = 110-120 % BB idaman
# Gemuk = 120 % BB idaman
- Standar kebutuhan kalori :
# Kurus = BB x 40-60 kal/hari
# Normal = BB x 30 kal/hari
# Gemuk = BB x 20 kal/hari
# BB x 10-15 kal/hari
C. Exercise/latihan jasmani
Dilakukan secara teratur (3-4 kali seminggu) selama 30
menit, yang sifatnya sesuai CRIPE (continuous, rhythmical,
interval, progresive, endurance training), dengan zona
sasaran 75-85 % denyut nadi maksimal.
D. Obat berkhasiat hipoglikemik
Ada 2 macam :
- Obat hipoglikemi oral (OHO)
18

1. Sulfonilurea
2. Biguanid
3. Inhibitor glukosidase alfa
- Insulin

Obat hipoglikemi oral (OHO) :


Harus diperhatikan benar fungsi hati dan ginjal, tak dianjurkan
untuk memberikan obat-obat tersebut pada pasien dengan
gangguan fungsi hati dan ginjal.
1. Sulfonilurea
- Mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh
sel beta pankreas.
- Pilihan utama untuk pasien dengan berat badan normal
atau kurang.
2. Biguanid
Mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa
hati, disamping juga efek memperbaiki ambilan glukosa
perifer.
Preparat yang ada dan aman dipakai : Metformin
(Glukophage).
Kontraindikasi pada pasien dengan gangguan fungsi
ginjal dan hati, serta pasien dengan kecenderungan
hipoksemia
Efek samping : mual, untuk mengurangi keluhan tersebut
dapat diberikan bersamaan atau sesudah makan.
3. Inhibitor glukosidase alfa
Preparat : Acarbose (Glukobay)
Terutama bermanfaat untuk pasien dengan kadar glukosa
darah puasa yang masih normal.
Biasanya dimulai dengan dosis 2 x 50 mg setelah suapan
I
waktu
makan.
Jika
tidak
didapati
keluhan
gastrointestinal, dosis dapat dinaikkan 3 x 100 mg

Obat Hipoglikemi Oral


Obat
Golongan sulfonilurea*
Glibenclamide (2.5,5)
Gliclaside (80)
Gliquidone (30)
Glipizide (5)
Glimepirid **(1,2,3)
Chlorpropamide (100,250)
Tolbutamide (500)
Carbutamide (500)
Tolazamide (100,250)
Glycodiazine (500)

Nama
dagang

Dosis
awal
(mg)

Dosis
max
(mg)

Pemberian
sehari yang
dianjurkan

Daonil
Diamicron
Glurenorm
Minidiab
Amaryl
Diabenese
Rastinon
Nadisan
Tolinase
Glymidine

2.5
80
30
5
1
50
1500
500
100
500

15-20
240
120
20
6
500
3000
1500
750
1500

1-2
1-2
2-3
1-2
1
1
3
1-2
1-2
1-2

19

Acetohexamide (250/500)

Dymelor

150

1500

1-2

Golongan biguanid
Metformin***(500)
Phenformin (25)
Buformin (50)

Glucophage
Dibotin
Silubin

500
50
30

2500
150
300

1-3
2-3
1-3

Gol.inhibitor
glukosidase alfa #
Acarbose (50,100)

Glucobay

50

300

* Diberikan 30 menit sebelum makan


** Dapat diberikan sesaat sebelum makan
*** Diberikan sebelum makan,untuk mengurangi efek
samping mual dapat diberikan bersama maupun sesudah
makan
# Diberikan segera setelah suapan pertama waktu makan
Insulin
Indikasi pengobatan insulin adalah :
1. DM type I (IDDM)
2. DM type II yang tak dapat dirawat dengan OAD
3. DM dan kehamilan
4. Nefropati diabetik stadium III dan IV
5. DM dan gangguan faal hati yang berat
6. DM dan infeksi akut (selulitis, gangren)
7. DM dan TB paru yang berat
8. Ketoasidosis diabetik dan koma lain pada DM
9. DM dan operasi
10. DM dan underweight
11. DM dan penyakit Graves
Insulin umumnya diberikan dengan suntikan di bawah kulit
(subkutan). Lokasi penyuntikan juga harus diperhatikan
benar, demikian pula mengenai rotasi tempat suntik.
Ada 3 tempat suntikan yang sering digunakan, yaitu dinding
perut, lengan dan paha, dimana absorbsi paling cepat adalah
dinding perut, kemudian lengan dan paha paling lambat.
Karena itu, apabila memindahkan lokasi suntikan dari satu
tempat ke tempat lain, jangan dilakukan tiap hari, tetapi
lakukan rotasi tempat suntikan (rotasi huruf O), setiap 14
hari agar tidak memberi perubahan kecepatan absorbsi
setiap hari. Jarak antara suntikan pertama dan berikutnya
harus lebih dari 2 cm.
Harus diperhatikan benar konsentrasi insulin (U40, U100).
Dianjurkan dipakai konsentrasi yang tetap (U40 atau U100),
tidak berganti-ganti, dengan semprit yang sesuai (semprit
U40 untuk insulin U40, semprit U100 untuk insulin U100).
Insulin sesuai kebutuhan
20

Reduksi
GDS
Insulin
(+) hijau
200-250
4
kekuningan
2(+) kuning keruh
250-300
8
3(+) jingga
350-400
12
4(+) merah bata
>400
16
Jenis dan Lama kerja insulin
Jenis
Preparat Awal kerja Puncak Lama kerja
(jam)
kerja (jam)
(jam)
Insulin kerja pendek
RI, Actrapid
0.5-1
2-4
5-8
(HM)
Insulin kerja menengah NPH, Lente
1-2
4-12
8-24
Insulin kerja panjang
PZI,
2
6-20
18-36
monotard
(HM),
Ultralente
Insulin campuran
0.5-1
2-4 & 6-12
8-24

Catatan :
Bila mencampur insulin, hendaknya 2 macam insulin yang mempunyai pH
sama & dari satu pabrik, misalnya : Actrapid dan Monotard, RI dengan PZI,
tetapi perlu diperhatikan kadarnya apabila disuntikkan 5 menit sesudah
percampuran, maka akan timbul kelambatan absorbsi.

Mekanisme kerja, Efek samping utama, dan Manfaat terhadap


HbA1C

Jenis OAD
Sulfonilurea
Metformin
Inhibitor
glukosidase
alfa
Insulin

Cara kerja
utama

Efek samping
utama

Meningkatkan
sekresi insulin
Menekan produksi
glukosa hati
Menghambat
absorbsi glukosa

BB naik,
hipoglikemik
Diare, dispepsia,
asidosis laktat
Flatulens, tinja
lembek

Menekan produksi Hipoglikemia,


glukosa hati,
BB naik
stimulasi
pemanfaatan
glukosa

21

Pengaruh
terhadap
HbA1C
1.5-2.5 %
1.5-2.5 %
0.5-1.0 %
Potensial
normal

Komplikasi DM
A. Komplikasi akut
- Ketoasidosis diabetik
- Hiperosmolar non ketotik
- Hipoglikemia
B. Komplikasi kronis
1.
Makroangiopati
- Pembuluh darah jantung (penyakit jantung koroner)
- Pembuluh darah tepi
- Pembuluh darah otak (stroke)
2. Mikroangiopati
- Retinopati diabetik
- Nefropati diabetik
- Neuropati
- Rentan infeksi
- kaki diabetik (gabungan 1-4)

Kriteria Pengendalian DM
Kriteria
Glukosa darah puasa
(mg/dl)
Glukosa darah 2 jam (mg/dl)
HbA1C
Kolesterol total (mg/dl)
Kolesterol LDL (mg/dl)
Tanpa PJK
Dengan PJK
Kolesterol HDL (mg/dl)
Trigliserida (mg/dl)
Tanpa PJK
Dengan PJK
BMI = IMT
Wanita
Pria
Tekanan darah

Baik
80-109
110-159
4-5.9
<200

Sedang
110-139
160-199
6-8
200-239

Buruk
140
200
>8
240

<130
<100
>45

130-159
100-129
35-45

160
130
<35

<200
<150

200-249
150-199

18.5-23.9
20-24.9
<140/90

23-25
25-27
140-160/90-95

250
200
>25 / <18.5
>27/<20
>160/95

3. Hiperlipidemia
Adalah keadaan yang ditandai oleh peningkatan kadar lemak
darah. Biasanya dihubungkan dengan risiko terjadinya
aterosklerosis atau penyakit jantung koroner (PJK).

Untuk
praktisnya,
hiperlipidemia
dinyatakan
sebagai
hiperkolesterolemia,
hipertrigliseridemia
atau
kombinasi
keduanya & tanpa memandang adanya penurunan fraksi HDLkolesterol.

Klasifikasi hiperlipidemia :
1. Hiperlipidemia primer :

22

Banyak disebabkan oleh karena kelainan genetik, umumnya


tanpa keluhan, kecuali pada keadaan yang agak berat
tampak adnya xantoma.
2. Hiperlipidemia sekunder :
Peningkatan kadar lipid darah yang disebabkan oleh suatu
penyakit tertentu, misalnya DM, gangguan tiroid, penyakit
hepar dan penyakit ginjal.

Gejala dan tanda :


A. Biasanya tidak memberi gejala dan tanda yang khas
1. Biasanya penderita mengeluh seperti kesemutan, badan
berat/capai, otot-otot ekstremitas sakit/kaku.
2. Bila ada dapat berujud seperti :
a. di kulit xantoma
b. di mata arcus senilis, lipemia retinalis
c. krisis abdomen akut (pankreatitis akut)
3. Bila ada kemungkinan dengan gejala dan tanda
komplikasinya,
seperti
stroke/gagal
jantung
/gangren/claudificatio intermiten, dll.
B. Biasanya
diketahui
saat
pemeriksaan/
pemeriksaan
penunjang.

Terapi hiperlipidemia
A. Non medikamentosa
- Diet : disesuaikan anjuran diet untuk hiperlipidemia
primer atau sekunder.
- Olah raga : bersifat aerobik, rutin 3-4 kali seminggu

23

B. Medikamentosa (obat hipolipidemia)


1. Golongan statin:
- Obat ini menghambat kerja enzim HMG Co-A
reduktase hingga sintesis kolesterol dalam hati
berkurang.
- Preparat :
# Simvastatin Cholestat, Normovat (5-40 mg/hr)
# Pravastatin Mevalotin, Pravachol (10-40 mg/hr)
# Lovastatin Belvas, Cholestra (20-80 mg/hr)
# Fluvastatin Lescol (5-40 mg/hr)
2. Golongan asam fibrat :
- Mekanisme kerja : mekan aktivitas LPL ; mekan
aktivitas reseptor LDL; mekan VLDL trigliserid ;
HDL ; LDL .
- Preparat :
# Gemfibrozil (Dubrozil, Fetinor, Lipidan, Lipitrop)
Dosis : 2 x 600 mg, jam sebelum makan/ 1 x
900 mg/hr.
# Bezafibrat (Bezalip, Bezalip retard)
Dosis : 3 x 200 mg atau 1 x 400 mg/hr
# Fenofibrat (Evothyl, Hipolip, Hyperchol)
Dosis : 3 x 100 mg atau1 x 300 mg/hr
3. Golongan resin pengikat asam empedu :
- Mekanisme
kerja
:
mengikat
asam
empedu
(>>kolesterol) ekskresi ke usus ditingkatkan
meningkatkan sintesis LDL reseptor di hati
kolesterol total ; LDL .
- Preparat :
# Kolestipol (Colestid), dosis 5-15 g, 2 x sehari
# Kolestiramin (Questran), dosis 6-12 g, 2 x sehari
4. Golongan nikotinat :
- Mekanisme kerja : menurunkan sintesis VLDL di hati
LDL ; HDL ; trigliserid .
- Sebenarnya obat ini sangat poten, sayang efek
sampingnya terlalu banyak.
- Preparat :
# Inositol hexacotinate 3 x 1 g/hr
# Tetranicotinyol fructose 4 x 250 mg/hr
# Acipimox (2-3) x 250 mg/hr
5. Golongan yang jarang dipakai : D-Tiroksin; Probucol;
Neomycin
Catatan :
Pada keadaan tertentu dimana kadar kolesterol sangat tinggi atau
pada pasien yang sudah mempunyai faktor risiko lain , misalnya ada
keluarga yang menderita PJK, DM, hipertensi, gemuk, pengobatan
dapat kombinasi 2 macam obat yang dapat menurunkan kadar
kolesterol sampai 50-60 %.

24

IV. RHEUMATOLOGI
1. Rheumatoid arthritis (RA)

Diagnosis klinis RA dibuat jika sekurang-kurangnya memenuhi


4 dari 7 kriteria di atas (kriteria ARA, 1987) :
1. Kaku pagi hari :
Kekakuan pada pagi hari pada persendian dan di sekitarnya,
sekurangnya selama 1 jam sebelum perbaikan maksimal.
2. Arthritis pada 3 daerah :
Pembengkakan jaringan lunak atau persendian atau efusi
(bukan pertumbuhan tulang) pada sekurang-kurangnya 3
sendi secara bersamaan.
3. Arthritis pada persendian tangan:
Sekurang-kurangnya terjadi pembengkakan satu persendian
tangan seperti yang tertera di atas.
4. Arthritis simetris
Keterlibatan sendi yang sama (seperti yang tertera pada
kriteria 2) pada kedua belah sisi.
5. Nodul reumatoid :
Nodul subkutan pada penonjolan tulang atau permukaan
ekstensor atau daerah juksta-artrikular.
6. Faktor reumatoid serum :
Terdapatnya titer abnormal faktor reumatoid serum yang
diperiksa

25

7. Perubahan gambaran radiologis :


Perubahan gambaran radiologis yang khas bagi RA
menunjukkan adanya erosi atau dekalsifikasi tulang yang
berlokalisasi pada sendi atau daerah yang berdekatan dengan
sendi.

Laboratorium :
Rheumatoid factor (RF) positip
Anemia normositik hipokromik
Lekositosis, LED (aktivitas penyakit)
Uji ANA (antinuklear antibodi) positip
Terapi :
First step : NSAID/analgetik
Preparatnya antara lain :
- Na diklofenak, dosis : 2-3 x 50 mg/hr
- Naproksen, dosis : 2-3 x 250 mg/hr
- Indometasin, dosis : 2-3 x 25 mg
- Meklofenamat, dosis : 2-3 x 100 mg/hr,dll
Second step : NSAID + kortikosteroid
- Indikasi penggunaan kortikosteroid bila obat AINS tidak
menolong. Preparat : prednison, dosis awal 60 mg/hr dalam
3 dosis, tap.off
Third step : NSAID + kortikosteroid + preparat emas
- Penggunaan preparat emas bila obat-obat yang lazim
seperti tersebut di atas tidak menolong. Obat ini mahal & di
Indonesia masih sukar diperoleh. Preparat : sulfasalazine,
khloroquin.
Rehabilitasi medik fisioterapi

Catatan :
NSAID perlu diberikan bersama antasid/simetidin, perlu diingat komplikasi
penggunaan NSAID jangka panjang
.

Tujuan terapi :
1. Mengurangi rasa nyeri
2. Mengurangi dan menekan inflamasi
3. Memperkecil komplikasi
4. Memelihara fungsi sendi dan otot
5. Mengembalikan gairah hidup dan produktivitas
Contoh resep :
R/
R/

Renadinac tab mg 50 no XV
S 3 dd I
Antasida tab no XV
S 3 dd I

Renadinac : Na diklofenak (25, 50 mg/tab)

2. Osteoarthritis
26

Merupakan penyakit degenerasi sendi, ialah suatu penyakit


kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat, yang
tak diketahui penyebabnya, meskipun terdapat beberapa faktor
risiko yang berperan.
Biasanya mengenai usia tua, sering pada umur > 60 tahun.
Terutama mengenai sendi besar penumpu berat badan, tidak
simetris.
Pemeriksaan fisik :
Hambatan gerak konsentris/eksentris
Krepitasi terutama osteoarthritis lutut
Bengkak sendi yang seringkali asimetris osteofit
Tanda-tanda radang
Deformitas (perubahan bentuk) permanen
Perubahan gaya berjalan
Radiologi :
Penyempitan celah sendi asimetris
Peningkatan densitas (sklerosis) tulang subkondral
Kista tulang subcondria
Osteofit pinggir sendi
Perubahan struktur anatomi sendi
Laboratorium : tidak spesifik
Terapi :
1. Medikamentosa : simptomatis (seperti RA)
2. Non medikamentosa :
- Istirahat sendi
- Diet (turunkan BB pada pasien gemuk)
- Protesa
- Fisioterapi

3. Artritis Pirai (=Artritis Gout)


Merupakan jenis penyakit reumatik yang penatalaksanaannya
mudah dan efektif, sebaliknya pada pengobatan yang tak
memadai, gout dapat menyebabkan destruksi sendi.

Kelainan ini berhubungan dengan gangguan kinetik asam urat


yaitu hiperurisemia.

Anamnesis yang penting :


Riwayat konsumsi makanan tinggi purin :
Jerohan, otak, sarden, extrak daging dan ragi
Kobis/kol, buncis, kacang-kacangan, bayam, asparagus,
jamur
Ikan, kerang
Nyeri sendi (+) terutama jari-jari kaki (metacarpopalangeal I),
terutama malam hari, dan diperberat suhu/tekanan (sakit saat
mandi)

27

Saran : makan telur, susu, keju, ayam, ikan tongkol, tengiri,


bandeng, udang.
Pemeriksaan fisik :
# Status lokalis : radang (+), tofus (+)
# Khas adanya podagra (peradangan pangkal ibu jari kaki)

Laboratorium :
AL , LED , asam urat , cholesterol , trigliserid .

Terapi :
1. Diet rendah purin (6 bulan)
2. Medikamentosa : terhadap hiperurisemia
a. Urikosurik
# Cara kerja : menurunkan kadar asam urat darah
# Syarat :
- Usia muda
- Tidak ada needes (batu urat)
- Jangan gunakan pada orang tua hipertropi prostat (
# Preparat
:
Probenesid
(Probenid,
Nufabencid),
Sulfinpirazon, Bensbromaron, Azapropazon. Dosis : 2 x
250 mg/hr selama 1 minggu, dilanjutkan 2 x 500 mg/hr.

b. Xanthine Oxydase Inhibitor


# Cara kerja : menghambat metabolisme hipoxantin
menjadi xantin dan xantin menjadi asam urat
# Preparat : allopurinol (Urica, Reucid, Uroquad, Tylonic)
100 mg 3 x 1 / 300 mg 1 x 1
# Kontraindikasi : hipersensitif
# Lakukan pemeriksaan kadar asam urat secara periodik,
karena dosis allopurinol tergantung pada kadar asam
urat.
3. Terapi komplikasi :
Tofus, disarsitektur sendi, needes
4. Rehabilitasi medik : fisioterapi
Contoh kasus :
Pasien wanita, 50 th, dengan hiperurisemia, mengeluh
nyeri sendi pada jari-jari kaki, tofus (+)
Contoh resep :
R/
R/
R/

Urica tab mg 100 no XXI


S 3 dd I
Pehazon forte tab no XXI
S 3 dd I
Antasid tab no XXI
S 3 dd I

Urica : allopurinol (100; 300 mg/tab).

28

Pehazon : tiap tablet berisi isoprina-HCl 62.5 mg, fenilbutazon 62.5 mg; tiap
tablet forte berisi isoprina HCl 125 mg, fenilbutazon 125 mg.

V. HEMATOLOGI
1. Anemia defisiensi besi
Etiologi :
Kebutuhan Fe meningkat (ibu hamil, dsb)
Malabsorbsi Fe (Coeliacdisease)
Diet jelek negara berkembang

Gejala klinis :
# Anamnesis : badan lemah, sakit kepala
# Pemeriksaan fisik :
Mata : conjungtiva anemis (+)
Kulit : pucat, tipis
Rambut : kering, tipis, rapuh
Mulut : stomatitis, cheilitis
Lidah licin/ tepi mulut fisura
Kuku ; tipis, kering,spoon nail

Laboratorium :
Anemia mikrositik hipokromik
Indeks eritrosit (MCV, MCH,MCHC)
Retikulosit , TIBC
Feritin serum

Terapi :
1. Non medikamentosa :
- Makanan tinggi kalori dan protein
- Istirahat di rumah
- Dirawat kalau Hb < 4 gr%
- Penyebab defisiensi diatasi
2. Medikamentosa :
- Sulfas ferosus 3 x 300 mg/hr peroral, atau
- Ferrous fumarat (Miacure, Natabion, Hemobion) 2 x (200300) mg/hr peroral
- Fe parenteral (bila diperlukan kenaikan Hb cepat, misal ;
wanita hamil trimester terakhir/ intoleransi Fe peroral)
- Vitamin C dapat meningkatkan absorbsi Fe

Catatan : Bila ada penderita gastritis/duodenitis, bentuk sulfat sebaiknya


dihindarkan.

Contoh resep :
R/

Miacure tab no XX
29

S 2 dd I dc
Miacure : tiap tablet salut berisi Fe-fumarat 300 mg, MnSO $ 0.4 mg, CuSO4
0.4 mg, Vit.C 100 mg, asam folat 2 mg, Vit B 12 15 mcg, faktor
intrinsik 25 mg.

2. Polisitemia Vera

Merupakan suatu kelainan mieloproliferatif yang progresif,


kronik & melibatkan unsur-unsur sumsum tulang.
Anamnesis :
Malaise, lelah, kurang tenaga
Keluhan lain seperti sakit kepala, kurang konsentrasi, visus
berkurang, nyeri di jari-jari tangan dan kaki, pruritus,
epistaksis, perdarahan gingiva, ekimosis.
50-60 tahun, pria > wanita
Pemeriksaan fisik :
Muka merah, mukosa lebih merah dari biasa
Splenomegali
Laboratorium :
- Hipervolemia, hiperviskositas, eritrositosis (6-10 juta/mm 3), Hb
meninggi (> 16 gr % & > 18 gr %), hematokrit > 52 %,
leukositosis (> 12.000/mm3), trombositosis (> 400.000/mm3).
Terapi :
1. Non medikamentosa
- Rujuk ke RS
- Flebotomi sebanyak 500 cc tiap 2-3 bulan
- Diet rendah Fe
2. Medikamentosa :
- Fosfor radioaktif
- Kemoterapi : Busulfan 2-4 mg/hr, setelah remisi
maintenance dose
3. Suportif :
- Hiperurisemia : allopurinol
- Pruritus : antihistamin
Catatan :
- Flebotomi dilakukan bila hematokrit > 55 %
- Flebotomi
berulang-ulang
dapat
memperhebat/
trombositosis
.

menyebabkan

3. Multiple myeloma

Merupakan neoplasma sel plasma dengan gejala klinis :


1. Lesi tulang
2. Penekanan sumsum tulang oleh jaringan tumor

30

4.

3. Manifestasi patologik yang disebabkan oleh produksi


berlebihan protein mieloma.
Anamnesis :
Badan lemah, BB menurun, palpitasi kordis
Keluhan lain seperti nyeri di tulang yang bertambah jika
bergerak/ sering bersamaan dengan fraktur patologis ( 70
%), anoreksia, nausea, sering pneumonia.
Pemeriksaan fisik :
Anemia
Nyeri dan adanya krepitasi pada tulang-tulang yang
mengalami destruksi.
Pada kasus lanjut GGK.
Pemeriksaan penunjang :
1. Radiologi :
- Tulang dengan Punched out lesions dan osteoporosis
difus.
2. Laboratorium :
- Hipercalsemia, kreatinin dan ureum meninggi, serum
globulin meninggi (IgG/IgA)
Terapi :
1. Rujuk ke RS
2. Bed rest
3. Diet sesuai dengan keadaannya
4. Medikamentosa :
# Loading dose :
a. Cyclophosphamide 10 mg/kg BB/hr selama 7-10 hari,
atau
b. Melphalan 10 mg/hr selama 7-10 hari, atau
c. Chlorambucil 0.2 mg/kg BB/hr peros selama 21-42 hari
# Diteruskan dengan daily dose :
a. Cyclophosphamide 1-2 mg/kg BB/hr, atau
b. Melphalan 1-3 mg/hr
c. Chlorambucil 2 mg/hr
4. Mengurangi gerakan
5. Menjaga keseimbangan elektrolit terutama calsium
6. Konsul RM
Disseminated Intravaskular Coagulation

Merupakan suatu sindrom patologis akibat terbentuknya


trombi fibrin, konsumsi protein plasma yang spesifik (faktor
pembekuan), trombositopenia & sistem fibrinolitik yang aktif.

Gejala klinis :
Perdarahan difus di kulit/ di tempat lain
Gejala lain seperti ekimosis, petekie spontan, perdarahan
gastrointestinal, gejala-gejala penyakit dasarnya.

Laboratorium :

31

Clot retraction kecil, trombositopenia, waktu protrombin


memanjang, fibrinogen berkurang (< 75 mg %), FDPs
bertambah (> 40 g/ml).

Terapi :
1. Obati penyakit dasar
2. Atasi syok denganinfus low molekul dextran
3. Infus platelets, cryoprecipitate for fibrinogen & faktor V dan VII
4. Sesudah diberi heparin boleh transfusi darah segar (kalau
perlu). Heparin diberikan perinfus kontinyu 400 mg/hr
(=40.000 U).
-

5. Leukimia

Perbedaan Leukimia akut dan kronis


Gejala klinik
1. Keadaan umum
2. Manifestasi
perdarahan
3. Splenomegali
4. Laboratorium
Hb
AL
AT
Apusan darah
tepi

Leukimia akut
Jelek, demam, pucat
(+)

Leukimia kronis
Lebih baik
(+)/(-)

>

>>

> anemia
tidak > 50.000 mm3

sel muda banyak >30


%

5. Prognosis

> jelek

Anemia
> 50.000/mm3

sel campuran
cromosom
philadelpia
> baik

Terapi :
Rujuk ke RS untuk pemberian sitostatika

VI. INFEKSI
1. Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)
Merupakan penyakit infeksi virus Dengue yang menimbulkan
demam akut disertai dengan manifestasi perdarahan dan
bertendensi menimbulkan renjatan yang dapat menyebabkan
kematian.

Kriteria diagnosis (menurut WHO, 1997) :


A. Kriteria klinis :

32

1. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas


selama 2-7 hari
2. Manifestasi perdarahan, termasuk ; uji tourniquet (+),
petekie, ekimosis, purpura, hematemesis/melena.
3. Hepatomegali
4. Kegagalan sirkulasi (syok)
B. Kriteria laboratoris :
1. Trombositopenia (<100.000/mm3)
2. Hemokonsentrasi (peningkatan 20 %)

Diagnosis DHF dapat ditegakkan, bila didapatkan minimal 2


kriteria klinis disertai 1 kriteria laboratoris. Demam merupakan
gejala yang harus ada.

Derajat Penyakit DHF


Derajat
I
II
III

IV

Gejala klinik
Demam disertai gejala tidak khas dan satusatunya manifestasi perdarahan ialah uji
tourniquet
Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di
kulit dan atau perdarahan lain
Kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut,
tekanan nadi menurun (<20 mmHg) atau
hipotensi, sianosis di sekitar mulut, kulit dingin
dan lembab, dan pasien tampak gelisah
Syok berat, nadi tak teraba dan tekanan darah
tak terukur

Terapi :
1. Cairan :
a. Sebelum terjadi DSS Ringer Laktat
b. Sesudah terjadi DSS Koloid dan kristaloid
2. Diet : hati-hati perdarahan lambung
3. Medikamentosa :
a. Analgetik/antipiretik (paracetamol)
b. Kortikosteroid (belum ada kesepakatan)
c. Heparin (kalau ada DIC)
d. Anti viral (jarang diberikan)
e. Antibiotika, bila ada infeksi sekunder

2. Demam Tifoid

Etiologi : Salmonella Typhi


Kriteria diagnosis :
A. Anamnesis :

33

Panas > 7 hari, mempunyai ciri : pada minggu pertama


meningkat secara graduel, siang hari normal, malam hari
panas.
Terdapat keluhan gastrointestinal : rasa mual, muntah, nyeri
perut, diare atau konstipasi
Malaise, nyeri kepala, batuk, bintik roseola
Gangguan kesadaran : apatis, somnolen, gelisah

B. Pemeriksaan Fisik :
Lidah tifoid (permukaan kotor, tepi hiperemis, kadang tremor)
Hepatomegali, splenomegali
Perut nyeri tekan
C. Diagnosis pasti :
1. Pemeriksaan Widal
- Slide test : titer O 1/160
- Test tabung : titer O 1/200
2. Pemeriksaan kultur darah (gaal kultur) : (+) minggu I-II
D. Laboratorium darah :
Anemia normositik normokromik, leukopenia,
relatif, LED , trombositopenia, aniosinofilia.

limfositosis

Komplikasi :
Minggu I syok endotoksemia
Minggu II reaktif hepatitis, perdarahan usus
Minggu III perforasi
Minggu IV relaps tifoid

Terapi :
1. Bed rest total sampai 7 hari bebas panas mobilisasi
bertahap
2. Diet saring TKTP lunak, rendah serat, sampai 7 hari bebas
panas ganti bubur kasar setelah 7 hari ganti nasi.
3. Medikamentosa :
Chloramphenicol (Kemicetin) 4 x 500 mg/hr drug of choice,
setelah 6 hari tak ada respon ganti obat lain. Bila ada
respon diteruskan sampai 5 hari afebril.
ES : depresi sumsum tulang.
Alternatif lain :
# Cotrimoksazol 2 x 2 tab/hr peroral, sampai 5 hari bebas
demam
# Amoksisilin 4 x 1 gr/hr (14 hari) peroral
# Ampisilin 4 x 1 gr/hr (15 hari) peroral
# Sefalosporin 1 gr/hr peroral, efektif, tapi lama pemberian
yang optimal belum dketahui dengan pasti.

34

Catatan : Chloramphenicol tak boleh diberikan pada wanita hamil trimester


III, karena mengakibatkan grey baby sindrom .

3. Tetanus
Merupakan suatu penyakit infeksi oleh Clostridium tetani
yang merupakan bakteri gram (+) yang mengeluarkan exotoksin,
bermanifestasi sebagai kejang otot paroksismal, diikuti kekakuan
otot seluruh badan.

Kejang pada tetanus :


1. Dapat disertai adanya luka tusuk/tidak.
Yang tidak disertai luka tusuk : infeksi dari telinga, infeksi
dari gigi dan mulut.
2. waktu kejang penderita sadar
3. Kepala : trismus, risus sardonikus
4. Epistotonus : perut keras seperti papan
5. laboratorium dalam batas normal

Terapi :
A. Non medikamentosa
- Merawat dan membersihkan luka
- Diet cukup kalori dan protein. Bila ada trismus, makanan
diberikan personde atau parenteral.
- Isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti suara &
tindakan terhadap pasien.
- Oksigen, pernapasan buatan dan trakeostomi bila perlu
- Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit

B. Medikamentosa :
- Antitoksin :
Tetanus Imun Globulin (TIG) lebih dianjurkan dibanding Anti
Tetanus Serum (ATS). Dosis inisial TIG : 5000 U im,
dilanjutkan dosis harian 500-6000 U. Bila pemberian TIG
tidak memungkinkan , ATS dapat diberikan dengan dosis
5000 U im & 5000 U iv (skin test dulu)
- Anti kejang : diazepam/ clorpromazin/ fenobarbital (im)
- Antibiotika :
Penisilin prokain 1.2 juta unit/hr atau tetrasiklin 1 gr/hr (iv)
4. Ankilostomiasis
Merupakan infeksi oleh karena cacing ankilostoma disertai
tanda-tanda anemia dan malnutrisi.

Anamnesis :
Tanda-tanda anemia (badan lemah, pucat, pusing)
Pekerjaan petani

Pemeriksaan fisik :
Oedema glandula parotis

35

Tanda umum : sklera mutiara, konjungtiva anemis, papil lidah


atrofi, spoon nail, koilonikia, kulit pucat, pelebaran jantung.
Bising fisiologis jantung : punctum maksimum sulit dicari, fase
sistolik, perjalanan prekordial derajat < III.

Laboratorium :
1. Darah :
- Anemia mikrositik hipokromik
- Eosinofilia (pada fase permulaan)
2. Tinja : telur ankilostoma (+)

Terapi :
1. Non medikamentosa :
- Diet tinggi protein dan besi (Fe)
2. Medikamentosa :
- Mebendazole Totamin, Vercid) 2 x 100 mg/hr (3 hari), atau
- Pirantel pamoate (Combantrin, Trivexan) 10 mg/kg BB/hr (3
hari) dosis tunggal, max 1 gram.
Contoh resep :
-

R/
R/

Totamin tab no VI
S 2 dd I
Pimiron tab no VI
S 2 dd I

Totamin : mebendazole (100 mg/tab)


Pimiron : Besi (II) fumarat (200 mg/tab)

5. Leptospirosis (Weils disease)


Adalah suatu penyakit zoonosis yang disebabkan oleh
mikroorganisme leptospira tanpa memandang bentuk spesifik
serotipenya.

Gejala klinik (Tan,dkk) :


Demam, 100 % kasus
Injeksi konjungtival, 54 % kasus
Ikterus/jaundice, 46 % kasus
Muscular tenderness, 45 % kasus
Nyeri otot/seluruh tubuh, 32 % kasus
Gejala abdominal, 29 % kasus
Pening/sakit kepala, 25 % kasus
Menggigil, 25 % kasus
Hepatomegali, 18 % kasus
Splenomegali, 6 % kasus
Perdarahan, 5 % kasus
Batuk-batuk, 4 % kasus
Proteinuria, 25 % kasus
Azotemia, 20 % kasus

Laboratorium :
Lekosit normal/tinggi (bisa sampai 50.000/mm 3)

36

LED , anemia, netrofilia, trombositopenia


Abuminuria, hiperbilirubinemia, cast (torak)
Ureum, kreatinin (bila ada komplikasi ginjal)
Mikroskopi dark field (+)
Harus DD dengan : hepatitis/meningitis/nefritis/septikemia
Terapi :
Pilihan utama : penisilin G 1.5 juta unit/6 jam (5-7 hari)
Tindakan suportif sesuai dengan komplikasi (ginjal, hati, dsb)

6. Malaria
Adalah suatu penyakit protozoa yang dipindahkan ke manusia
oleh tusukan nyamuk anopheles.

Jenis malaria :
Malaria tertiana (e.c Plasmodium vivax) febris setiap 2 hari
Malaria quartana (e.c Plasmodium malariae) febris setiap 3
hari.
Malaria tropika (e.c Plasmodium falciparum) febris yang
hectic

Laboratorium :
- Anemia normositer, poikilositosis, anisositosis, parasit malaria
(+)

Terapi :
1. Malaria tertiana/ malaria quartana
- Neokiniplex 3 x 2 tab/hr (2 minggu)
- Alternatif : chloroquin (lihat malaria tropika)

catatan : Neokiniplex berisi kombinasi sulfas chinine 150 mg dan


primaquin bifosfat 3 mg.

2. Malaria tropika
- Chloroquine 1 gram (dosis inisial) 6 jam kemudian 0.5
gram hari II-III 0.5 gr/hr dilanjutkan dengan primaquin
15 mg/hr (2 minggu)
- Alternatif :
# Sulfas chinine + pyrimetamine
# Sulfas chinine + kombinasi (sulfadoxin & pyrimetamine)
Catatan : bila ada komplikasi malaria cerebral rujuk ke RS

VII. NEFROLOGI DAN HIPERTENSI


1. Infeksi Saluran Kemih (ISK)

37

ISK adalah berkembangbiaknya mikroorganisme di dalam


saluran kemih, yang dalam keadaan normal tidak mengandung
bakteri, virus atau mikroorganisme lain.

Etiologi : E. Coli

> = 10-50 : 1

Anamnesis :
1. Febris
2. Keluhan kencing : kencing sakit/panas, anyang-anyangen.
3. Pinggang pegel
4. Riwayat sering menahan kencing
5. Riwayat DM

Perbedaan ISK atas dan ISK bawah


Gejala klinik
Anamnesis
Pemeriksaan
Laboratorium

ISK atas
Demam/menggigil, nyeri
pinggang
Nyeri ketok
kostovertebra
Urine keruh + proteinuria
Eritrosituria helm sel
(dinding sel pecah)

ISK bawah
Demam (-),
polakisuria, disuria
Nyeri tekan SOP
Leukosituria >
10/LPB, lekositosis
Eritrosituria (utuh)

Diagnosis pasti : kultur urine bakteri 105/cc


Komplikasi ISK :
Sepsis syok septik
Kemunduran/ kegagalan fungsi ginjal

Kapan pasien ISK dirujuk ?


ISK berulang dengan antibiotika tak berhasil
ISK dengan kemunduran/kegagalan fungsi ginjal

Terapi :
1. Non medikamentosa
- Minum > 2.5 L/hr
- Jangan menahan kemih
- Hindari sexual intercourse
2. Medikamentosa :
a. Antibiotika, antara lain :
# Ampisilin (sudah resisten)
# Gol. Sulfonamid : cotrimoksazol 2 x 2 tab
# Gol. Quinolon : ofloksasin, siprofloksasin
# Nitrofurantoin
b. Simptomatik :
# Analgetik/spasmolitik

Catatan : Untuk ISK bawah gunakan AB sederhana, sedangkan ISK atas


gunakan AB broad spektrum.

Contoh resep :
38

R/
R/

Bactrim tab mg 480 no XX


S 2 dd II
Saltalin kap mg 500 no X
S 2 dd I

Bactrim : tiap tablet berisi 80 mg, sulfametoksazol 400 mg; tiap tablet
forte berisi trimetoprim 160 mg, sulfametoksazol 800 mg.
Saltalin : metampiron (500 mg/kaplet)

2. Syndroma Nefrotik

1.
2.
3.
4.

Adalah kumpulan gejala yang ditandai adanya :


Oedem anasarka
Proteinuria (> 3.5 gr/dl)
Hipoalbuminemia < 3 %
Hiperlipidemia : kolesterol > 300 mg %
Etiologi SN :
Idiopatik
DM
Glomerulonefritis
SLE
Keracunan logam berat
Toksin : serangga, ular, dsb.
Amiloidosis

Terapi :
A. Non medikamentosa :
- Istirahat
- Diet rendah garam (0.5-1 gr/hr)
- Protein yang cukup (0.8-1 gr/kg BB/hr)
- Cukup kalori
B. Medikamentosa :
1. Kortikosteroid :
Prednison 1-2 mg/kg BB/hr, 4 minggu, kemudian dosis
yang sama pada hari-hari alternating selama 4 minggu.
2. Duretika :
Sampai edema (-), dapat diberikan diuretika
- Furosemid (40-80 mg/hr) peroral, atau
- Spironolactone (25-200 mg/hr) peroral
3. Tambahan protein :
Infus albumin (salt poor human albumin)
4. Sitostatika :
Indikasi
pengobatan
sitostatika
adalah
late
kortikosteroid dan frequent relapsing. Preparat :
- Cyclophosphamide (2.5 mg/kg BB/hr) peroral dosis
tunggal pada pagi hari, selama 6 minggu. Jika
lekopenia sampai < 3000/mm 3, cyclophosphamide
dihentikan.
5. Antibiotika :
39

Untuk memberantas infeksi, bukan maksud profilaksis.


3. Cronic Renal Failure (CRF)

Merupakan penurunan faal ginjal yang menahun, yang


umumnya tidak reversibel dan cukup lanjut.
Gambaran klinis :
Penderita datang terutama dengan gangguan :
GIT : anoreksia, mual, muntah, cegukan, foetor uremik
Kulit : pucat akibat anemia, ekimosis, gatal-gatal
Hematologi : anemia, trombositopenia, hipersegmentasi
leukosit
Kardiovaskuler : hipertensi, edema, sesak napas, gagal
jantung, gangguan irama jantung
Endokrin : gangguan libido, gangguan metabolisme lemak &
toleransi glukosa
Tulang : osteodistrofi renal
Asam basa : asidosis metabolik
Elektrolit : hipokalsemia, hiperfosfatemia, hiperkalemia
Pemeriksaan fisik :
Trias (hipertensi, anemia, oedem)
Nyeri ketok costovertebra
Periksa ginjal (harus)
Rambut mudah rontok
Laboratorium :
Hb , ureum , kreatinin , hiperkalemia, hipokalsemia,
hiponatremia, hipoalbuminemia, hiperkolesterolemia, LED
GDS diperiksa adakah nefropati diabetik ?
USG : ginjal mengecil
Indikasi dialisa :
1.
Asidosis, edema pulmonum, coma uremikum
2.
BUN > 100-150 cepat, dalam waktu pendek
3.
Creatinin >10
4.
K > 5 (sulit dikoreksi secara konservatif)
5.
Prekoma
Terapi :
1. Bed rest tidak total
2. Diet tinggi kalori, rendah protein & rendah garam (<5 gr/hr)
3. Balance cairan
4. Asam amino esensial : Ketosteril 3 x 2
5. Phosphat binding (pengikat fosfat) : Actal
6. Terapi komplikasi :
- Anemia asam folat, kalau perlu transfusi PRC
- Hipertensi ACE inhibitor (tidak nefrotoksik)
- Infeksi antibiotik yang aman (tidak nefrotoksik, misal :
ampisilin)
- Hiper/hipokalemi
40

7. Terapi dasar : transplantasi ginjal


4. Hipertensi
Hipertensi merupakan penyakit penting (prevalensi 6-16 %).
Pengendalian tensi dapat memperbaiki kualitas hidup,
menurunkan morbiditas dan mortalitas.

Berdasarkan etiologi dibedakan menjadi :


A. Primer (idiopatik) 90 %
B. Sekunder (hipertensi renal) 10 %

Keluhan utama : bisa sakit kepala bagian belakang, terutama


waktu pagi.

Kriteria Diagnostik Hipertensi ( JNC, 1993 )


Untuk umur 18 tahun/lebih
Tensi
Normal
Normal tinggi
Hipertensi ringan
Hipertensi sedang
Hipertensi berat
Hipertensi sangat berat

Sistole
< 130
130-139
140-159
160-179
180-209
> 210

Diastole
< 85
85-89
90-99
100-109
110-119
> 120

Catatan : Hipertensi sistolik terisolasi bila sistole > 140 mmHg, tetapi diastolik <
90 mmHg.

Peran dokter dalam menghadapi seorang penderita


hipertensi :
1. Diagnosis hipertensi (krisis hipertensi/tidak)
2. Pendidikan-penerangan pada penderita
3. Evaluasi penderita, tujuan :
- Menentukan hipertensi primer/sekunder
- Mencari kemungkinan komplikasi akibat hipertensi
- Mencari kemungkinan faktor risiko kardiovaskular lain
- Mencari kemungkinan penyakit lain

Terapi penderita hipertensi :


A. Non medikamentosa :
- Penurunan berat badan
- Pembatasan masukan garam
- Pembatasan alkohol
- Menghentikan rokok
- Olah raga aerobik : jalan cepat, jogging
- Biofeedback & relaksasi, termasuk yoga
- Diet rendah lemak jenuh & tinggi lemak tak jenuh
- Pemberian kalium, selama faal ginjal normal (sayur, buah)
B. Medikamentosa :
41

Obat anti hipertensi, macamnya :


1. Diuretik :
Mengurangi
beban
jantung,
menurunkan
volume
intravaskular, baik untuk HHD. Preparat :
Furosemide (Lasix, Farsix)
Hidroclortiazid (Lodoz, Tenazide, Capozide)
Spironolakton (Carpiaton, Letonal)
2. Ca antagonis, dibagi :
a. Long acting (2x/hr) :
Amilodipin (Norvask)
Felodipin
(Plendil)
b. Short acting (3x/hr) :
Nifedipin (Adalat, Farmalat, Fedipin, Nifecard)
Merupakan vasodilator paling kuat, menaikkan heart
rate (takikardi), inotropik (-), menurunkan resistensi
pembuluh darah koroner, menurunkan kebutuhan O 2
miocard.
Diltiazem (Herbesser, Racordil, Farmabes)
Tidak meningkatkan/menurunkan heart rate
KI : kehamilan, AV blok, SA blok
- Verapamil (Isoptin, Cardiover, Corpamil)
Menurunkan heart rate (bisa untuk takikardi),
vasodilatornya kurang.
KI : hipotensi, bradikardi, , AV blok, kehamilan, gagal
jantung.
3. Clonidin (Catapres 0.15 mg/tab; 0.15 mg/ml injeksi)
Simpatolitik sentral, anti hipertensi kuat, untuk hipertensi
berat bahkan krisis hipertensi.
ES : rhebound phenomena,(tensi mendadak tinggi, >
tinggi dari sebelum diterapi tapering off).
Pemberian harus dimonitor, jika tak hati-hati, tensi bisa
drop.
4. Reserpin (Antanorex, Resapin,Serpasil) :
Menurunkan
resistensi
perifer,
cardiac
output
turun,denyut jantung turun.
5. Alpha blocker :
Menimbulkan vasodilatasi arteriole, bersifat renoprotektif,
memperbauki profil lemak (long acting)
a. Short acting :
- Prazosin (Minipress)
b. Long acting :
- Doxazosin (Cardura)
- Tetrazosin (Hytrin)
ES : bradikardi, hipotensi ortostatik
6. Beta-blocker :
- Selektif : hanya mempengaruhi reseptor -1 (jantung
& vaskuler)

42

Non selektif : 1 & 2 (jantung, pernapasan, sel


langerhans)
- Indikasi : hipertensi esensial, usia muda, asma,
gangguan emosional
- KI : DM, HHD (memperjelek profil lemak)
- Preparat :
# Propanolol (Inderal, Farmadral)
# Bisoprolol (Maintate)
# Atenolol (Farnormin, Tensinorm, Internolol)
# Acebutolol (Sectral)
7. ACE inhibitor :
- Bersifat renoprotektif, mengurangi beban jantung,
tidak mempengaruhi profil lemak/libido/keseimbangan
elektrolit,
mencegah
aritmia,
diuretik
ringan,
vasodilator ringan.
- ES : batuk, hipotensi
- Preparat :
# Captopril (Capoten, Casipril, Farmoten, Tensicap,
Vapril)
# Ramipril (Triatec)
# Enalapril (Renivace, Tenace, Tenazide)
# Lisinopril (Interpril, Noperten, Zestril)
# Cilazapril
-

Kombinasi 2 macam OAH yang sering dipakai terutama untuk


hipertensi berat, sedang dan ringan yang tidak dapat
dikendalikan dengan OAH tunggal adalah sebagai berikut :
1. Diuretika Tiazid + beta-blocker/ACE inhibitor
2. Beta-blocker + diuretik Tiazid/nifedipin-diltiazem
3. ACE inhibitor + diuretik Tiazid/Ca antagonis/Beta-blocker
4. Ca antagonis (Nifedipin, Diltiazem) + beta-blocker/ACE
inhibitor

Kombinasi 3 macam OAH kadang-kadang diperlukan terutama


pada hipertensi resisten setelah dilakukan evaluasi. Kombinasi 3
macam obat yang sering digunakan adalah :
1. ACE
inhibitor
+
nifedipin/diltiazem/verapamil
+
furosemid
2. Beta-blocker + nifedipin/diltiazem + Tiazid
3. ACE inhibitor + furosemid +Beta-blocker
4. Beta-blocker + diuretik + alpha-blocker
5. Beta blocker + diuretik/nifedipin/diltiazem + ACE
inhibitor

Kadang-kadang sangat membantu untuk ditambahkan


antagonis aldosteron (spironolacton) pada kombinasi 3 OAH
dimana di dalamnya termasuk diuretik Tiazid atau furosemid.

Pengelolaan hipertensi dengan penyakit lain


1. Diabetes Melitus :
43

2.
3.

4.
5.

ACE inhibitor, Ca antagonis, Alpha-blocker (Prazosin)


Asma bronkial :
Ca antagonis, ACE inhibitor, beta-blocker tak dianjurkan
Hiperlipidemia :
- Yang memperbaiki : Prazosin
Yang memperjelek : diuretik, beta-blocker
- Yang tak berpengaruh :
ACE inhibitor, Ca antagonis
Gout :
Menghindari diuretik Tiazid
Kehamilan :
- Eklampsia diturunkan dalam 1 jam
- Yang dianjurkan : Ca antagonis, Clonidin, beta-blocker,
metildopa
- Yang tak dianjurkan : ACE inhibitor (teratogenik)

VIII. KARDIOLOGI
1. Dekompensasio Cordis (=gagal jantung)
Merupakan suatu keadaan patofisiologis adanya kelainan
fungsi jantung berakibat jantung gagal memompakan darah
untuk memnuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan/atau
kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan
pengisian ventrikel kiri.

New York Heart Association membagi gagal jantung dalam 4


kelas :
I. Kelas 1 : asimptomatik
Timbul gejala sesak atau capai pada kegiatan fisik yang berat
2. Kelas 2 : ringan
Timbul gejala pada kegiatan fisik yang sedang
3. Kelas 3 : sedang
Timbul gejala pada kegiatan fisik ringan
4. Kelas 4 : berat
Timbul gejala pada kegiatan fisik yang sangat ringan dan
pada waktu istirahat

Riwayat klinik :
1. Riwayat sakit jantung :
- Riwayat AMI/angina Pektoris
- Problema katup/PJR
- Riwayat hipertensi
- Riwayat bedah jantung
- Riwayat gangguan irama
2. Riwayat sakit lain :
- Sakit sistem pernapasan
- Kegemukan
- Riwayat sakit ginjal

44

- Riwayat sakit hati


- Anemia

Gejala dan tanda :


1. Dekompensasio cordis kiri :
- Dyspnea Deffort, lekas capai
- PND
- Orthopnea
- Hemoptoe
- Oligouria/anuria
- sianosis
- Irama gallop (+)
- Ronki basah basal
2. Dekompensasio cordis kanan :
- Bengkak kaki
- Perut busung/membesar
- Perut sebah, mual, mrongkol
- Edema
- Hepatomegali
- Ascites
- JVP
- Reflex hepatojugular

Terapi gagal jantung (e.c. disfungsi ventrikel kiri)


A. Decompensasio cordis (kelas 1-2), tanpa komplikasi :
1. Non medikamentosa :
- Mengurangi aktivitas fisik
- Diet rendah garam (boleh sampai 5 gram/hr)
- Mengurangi berat badan
- Menghindari alkohol-rokok
- Menghindari stress
2. Medikamentosa :
- Diuretik : Furosemid (20-40 mg/hr) peroral
- Digitalisasi lambat :
a. Digoxin (1-2) x 0.25 mg/hr (5-7 hari), disusul dosis
pemeliharaan (0.125-0.25 mg/hr), atau
b. Metildigoxin (2-3) x 0.1 mg/hr peroral (5-7 hari),
disusul dosis pemeliharaan (0.05-0.1) mg/hr
peroral
- KCl (1-2) x 1 gram/hr peroral
- ACE inhibitor dalam dosis rendah
B. Dekompensasio cordis (kelas 3-4) :
- Rujuk ke RS untuk penatalaksanaan lebih lanjut

2. Angina Pectoris
Adalah suatu sindrom klinis
serangan sakit dada yang khas.

Diagnosis :

45

dimana

pasien

mendapat

1. Riwayat penyakit keluhan sakit dada


- Letaknya substernal, dada kiri menjalar ke bahu, leher,
punggung, lengan kiri
- Kualitas : chest discomfort, seperti tertekan benda yang
berat, diperas (Squeezing), panas (burning)
- Aktivitas : serangan saat istirahat atau kerja/aktivitas
2. Lama serangan berlangsung 1-5 menit, kalau > 20 menit
infark miocard.
3. Pemeriksaan fisik : dalam batas normal
4. EKG :
- Saat serangan depresi segmen ST, gelombang T(-)
- Di luar serangan dalam batas normal
Dibedakan :
Angina pectoris stabil (stable angina)
Angina pectoris tidak stabil (unstable angina)
Variant angina

Terapi :
Tujuan
1. Menghilangkan sakit dada
2. Memperbaiki kualitas hidup
3. Memperpanjang umur

Medikamentosa :
1. Pengobatan saat serangan Nitrogliserin dan derivatnya
2. Pengobatan untuk mencegah timbulnya serangan angina :
a. Long-acting nitrate vasodilator perifer menurunkan
beban jantung
Misal : ISDN atau NItrogliserin
b. Golongan Beta-blocker menurunkan kontraktilitas otot
jantung
Misal : propanolol, nadolol, atenolol,dll
c. Ca antagonis vasodilator koroner, anti aritmia
Misal : diltiazem, verapamil, nifedipin
3. Obat lain :
- sedativa/tranquilizer : diazepam, chlordiazepoxide
- Digitalis kalau ada dekompensasio cordis

46

Tata laksana

PRAKTIS

ILMU KESEHATAN
ANAK

Oleh:
dr Frengky Susanto

BAB II
ILMU KESEHATAN ANAK
(PEDIATRIC)
Jantung anak
Penyakit jantung bawaan

Asianotik: ASD, VSD, PDA, PS, AS


Anamnesa:
Berat badan kurang
Sering batuk kronis
Mudah lelah
Sering sesak sewaktu aktivitas
Sering nyeri didada terutama sewaktu aktivitas
Kadang terdengar bising jantung
Sering tanpa keluhan
Sering pingsan (t.u PS)
Sering pingsan (t.u PS)
Pemeriksaan:
Gangguan pertumbuhan
Tidak ada tanda- tanda sianotik
Precordium kiri > kanan
IC bergeser kebawah atau kelateral (jantung
membesar)
Bising sistolik: Punctum:
SIC
2-3
LPSD
(ASD,VSD,PS)
Punctum: SIC 2-3 LPSS (AS)
Laboratorium:
Jumlah sel darah merah dalam batas normal tau
sedikit menurun
HCT dalam batas normal
Diagnosa berdasarkan:
Photo Thorax
EKG
Echocardiografi

Sianotik: TF, SV
Anamnesa:
- Berat badan kurang
- Penderita sering terlihat sesak,t.u waktu aktivitas,nangis
- Tampak bibir kebiruan, kukujari membiru, jari tabuh
- Sewaktu berjalan tiba- tiba menjongkok tanpa sebab yang
jelas
- Kadang terdengar bising suara jantung
Pemeriksaan:
- Gangguan pertumbuhan
- Terdapat tanda- tanda sinosis: mukosa bibir kebiruan,
kuku jari kebiruan, jari tabuh, kuku arloji
48

- Squarting
- Prekordium kiri > kanan
- IC bergeser kelateral atau kebawah (jantung membesar)
- bising sistolik: Punctum SIC 2-3 LPSS
Laboratorium:
- Polisitemia
- HCT meningkat (>50mg%)
Diagnosa:
- Photo thorax
- EKG
- Echocardiografi
Penatalaksanaan:
PJB Asianotik:
Sebaiknya rujuk Sp,A
Penderita tanpa tanda- tanda gagal jantung dan tidak ada
gangguan fungsi paru: rawat jalan
1. Medikamentosa: Digoxin (FargoxinR) 0,01 mg/kgbb/hr
dibagi 2 dosis.
2. Motivasi operasi setelah anak berumur 4th.
3. Pengawasan terhadap keracunan digitalis dan
sindrom Eisenmenger.
Penderita dengan tanda- tanda gagal jantng dan infeksi
paru: rawat inap
1. Tata laksana gagal jantung (lihat gagal jantung)
2. Tata laksana lain seperti Bronchitis (lihat pulmo
anak), mengunakan AB adekuat
3. Operasi harus segera dilakukan jika:
Jantung sangat membesar
Dypnoe deffort berat, sering disertai
bronchitis yang tidak kunjung sembuh
Gagal jantung kanan
Ada kenaikan tekanan pada A. Pulmonalis
PJB Sianotik:
Sebaiknya Ryjyk SP,A
Penderita tanpa tanda- tanda kegawatan, gagal jantung,
Infeksi paru: rawat jalan (sama dengan penatalaksanaan
PJB Asianotik)
Penderita dengan tanda- tanda kegawatan, gagal jantung,
infeksi paru: rawat inap
A. Atasi kegawatan
B. O2 - 1 lt/mnt
C. Knee chest position
D. Morfin 1/8- 1/6 tablet (u/ mengurangi kegelisahan)
E. Propanolol: - 1 mg/kgbb/6jam (oral)
0,01- 0,15mg/ kgbb/6jam (I.V)
F. Jika gagal jantung (lihat gagal jantung)

49

G. Infeksi paru (bronchitis): lihat pulmo anak,


mengunakan AB adekuat
H. Operatif
Penyakit jantung Rheumatik
Syndrom akibat infeksi streptokokus beta haemolitikus group
A
Perjalanan penyakit:
Stadium I: Fase infeksi, infeksi sal. napas bagian
atas yang disebabkan streptokokus, gejala klinis
ISPA.
Stadium II: Fase laten 1-3 minggu,
klinis ,
Streptokokus(-)
Stadium III: Fase rheumatik akut 1-3 bulan,klinis
kriteria Jones yang telah direvisi.
Revisi kriteria Jones:
Manifestasi major:
- Carditis
- Poliartritis
- Khorea minor
- Eritema marginatum
- Nodul subkutan
Manifestasi minor:
Klinis:Demam
Artralgia
Pernah demam rematik sebelumnya
Lab: LED
CRP (+)
ASTO (+)
Lekositosis
Anemia
Interval P-R memanjang
Diagnosa
Minimal:
2 major atau
1 major dengan 2atau lebih minor
Penatalaksanaan: TK 2 atau lebih sebaiknya rujuk ke Sp,A
T
K
1
2
3

KLINIS
Carditis(-)
Artritis(+)
Carditis(+)
Cardiomegali(-)
Carditis(+)
Cardiomegali(+)

Carditis(+)

WKT
TX
2mgg
2mgg

JENIS
PRWTN
TB
MB

4mgg
4mgg
6mgg
6mgg

TB
MB
TB
MB

>6mgg

TB

50

ERADIKASI
BAKTERI
PenicilinProcain
50.000iu/kg/hr
selama 10 hr
SDA
SDA

SDA

ANTI RADANG
Salisilat
100mg/kg/hr(Hr1-3)
75mg/kg/hr(Hr4-5)
SDA
Prednison
2mg/kg/hr(2-3 mgg)

Tapering off(2-3mgg)

Salisilat
75mg/kg/hr(6mgg)
SDA

Ggl jantung(+)

>12mgg

MB

TB= tirah baring


MB=
mobilisasi
bertahap
Profilaksis 1bulan/x;
Benzatin penicilin G:

1,2 juta iu (BB>30kg)


600.000- 900.000 iu (BB<30kg)

atau
Penicillin oral (OspenR): 200.000- 250.000 iu dibagi 2
dosis
Gagal jantung
Tanda gagal jantung kanan:
1.
Takhikardi
2.
Takhipnoe
3.
Tek. Venosa
4.
Edema
5.
Hepatomegali
6.
Kardiomegali
Tanda gagal jantung kiri:
1.
Dypnoe deffort
2.
Batuk
3.
Takhikardi
4.
Takhipnoe
Penatalaksanaan:
1.
Tidur setengah duduk
2.
O2 lt/mnt
3.
Sedative (morphin 0,1-0,5 mg/kg/hr)
4.
Obat-obatan:
a.
Digoxin(FargoxinR)dengan dosis;

Prematur/neonatus: 0,030,05mg/kg (IV/ IM)


0.04-0,06mg/kg (Oral)

2minggu- 2 tahun:
0,04-0,06
mg/kg (IV/ IM)
0,06- 0,08 mg/kg (Oral)

Lebih 2 tahun: 0,02-0,04


mg/kg
(IV/IM)
0,04-0,06 mg/kg (Oral)
Cara pemberian:
Pemberian 1.
:1/2 dosis initital
Pemberian 2.
:1/4
dosis,
6-8
jam
stl
pemberian1
Pemberian 3
:1/4
dosis,
6-8
jam
stl
pemberian2
Selanjutnya maintenance 0,01/kg/hr terbagi
2dosis

51

b.

ACE inhibitor untuk mengurai overload:


Captopril 0,5-2,0 mg/kg (Captensin R sedian 12,5;
25mg/tab) dibagi 3 dosis.
c.
Diuretik
Furosemid(LasixR sedian 20 mg/2ml; 40 mg/tab)
Dosis :0,5-0,7 mg/kg/ hr (IV/IM)
1-1,5 mg/kg/kali (Oral)
Dosis max :8mg/kg/hr
5.
Bila Hb kurang 7gr% tranfusi PRC, 10- 20 tpm,
dengan dosis 15-20 ml/kg/hr
6.
makan tanpa garam
Pemantauan:

KU

Volume urine

Oksigenasi

Tanda- tanda intoksikasi digitalis

Hematologi anak
1.

Anemia
Sebaiknya semua penderita anemia, dilakukan pemeriksaan
darah lengkap dan Gambaran darah tepi, sehingga bisa
diperkirakan jenisnya.
Penatalaksanaan:

Suplemen darah (InbionR):


6-12 th
:1x kapsul
3- 6 th
:1x1/4kapsul

Jika Hb < 10 gr%: tranfusi PRC


(Hb N- Hb skr) X BB X 4= ml

Jumlah tranfusi darah yang diperbolehkan


dalam tiap kali: 10cc/ kg /hr

Sebelum tranfusi diberikan deladryl ampul


2.
ITP (Idiopatic trobositopeni purpura)
Berdasarkan pembagiannya terbagi atas: akut dan kronis.
Yang akut self limited, tetapi kadang ada yang menjadi kronis.
Gejala klinis: timbul petechi dan ekimosis ditempat yng
mudah kena trauma. Epistaksi sering terjadi, Perdarahan gusi
lebih jarang. Hematemesis dan melena mungkin terjadi akibat
darah yang tertelan.
Laboratorium: Trombosit rendah, eritrosit dan lekosit dalam
batas normal, waktu pembekuan normal, waktu perdarahan
memanjang, RL(+).
Penatalaksanaan:

Metil prednisolon 1-2 mg/kg/hr (max. 6080mg/hr)


(Medixon R sedian 4mg/tablet)
3bl respon (-)
52

Imunosupresan
Azathioprine 1-2 mg/kg/hr peroral
(ImuranR sedian 50mg/tablet )
Thalasemia dean keganasan darah
Jika menemukan penderita dengan:

Anemia derajat sedang- berat

Manifestasi perdarahan

Lemah, mudah capek

Perut yang membesar (splenomegali)


Maka perlu dicurigai thalasemia atau keganasan darah
Perlu dilakukan pemeriksaan darah rutin+ retikulosit dan GDT
Jika terbukti terdapat kelainan darah, sebaiknya dirujuk Sp,A

3.

Pulmonologi anak
1.

Common cold
Penyakit dengan gejala sekret hidung encer, jernih, atau kental
disertai hidung buntu, kadang disertai batuk dan panas.
Penatalaksanaan:

Dekongestan:
Pseudoefedrin
R
(Triaminic oral drop)
Bayi:
3x -1/4 pipet
2-6 th: 3x - 1 pipet

Mukolitik: Bromhexin
(MucosolvanR 4mg/5ml, 8mg/tab)
Bayi:
2x1/2cth
2-6th:
2x1cth atau 2x1/2 tablet
7-12th: 3x1cth atau 3x1/2 tablet
(jika batuk berdahak)

Antitusif:
Dekstrometrofan
(DextropimR 10mg/5ml)
Bayi:
3x1/4 cth
2-6th:
3x1/2- 1 cth
7-12th: 3x1-2 cth
(jika batuk kering)

Antipiretik:
Paracetamol 10mg/kg/kali
(OttopanR
sirup
120mg/5ml;
drop
80mg/tts)diberikan 3x atau Sprn
Bayi:
3x- tts
1-3 th: 3x- 1 cth
3-6 th: 3x1-2 cth
6-12 th: 3x2cth
jika diperlukan dapat diulang setelah 4jam. ATAU
Ibuprofen 5mg/kg/kali
(ProrisR sedian supp rectal, suspensi, tablet
kunyah)
53

Antibiotik:
Ampicillin 50- 100 mg/ kg/hr terbagi 4 dosis
(OpicillinR sirup 125mg/5ml, kaplet 250mg) atau
Eritromisin 30-50mg/ kg/hr terbagi 4 dosis
(ErysanbeR sirup 200mg/5ml, 250/kaplet)

Anti histamin:
Deksklorfeniramin maleat (sedative)
(FenticaR kaplet 2mg)
3-6th:3x1/2 kaplet
7-12th:
3x1 kaplet
.>12th:
3x2 kaplet atau
Terfenadin (non sedative)
(HisdaneR sirup 30mg/5ml, tablet 60 mg)
3-6 th:
2x 15mg
7-12th: 2x30mg
>12th:
2x60 mg atau

Anti inflamasi:
Deksametazon
(KalmetazonR tablet 0,5mg )
6-12th: 3x tablet
ATAU DAPAT JUGA MENGGUNAKAN RESEP YANG SUDAH JADI

Broncihitin R sirup, mengandung :


Efedrin 8mg
Gg
50mg
Parasetamol
200mg
CTM
2,5mg
Dosis:
2-6th
:3x 1/2cth
7-12th :3x1cth
(Untuk pilek+ batuk berdahak)

IntunalR sirup, kaplet.


Tiap 5ml sirup mengandung:
Asetaminofen
125mg
Fenilpropanolamin
6,25mg
Desklorfenilamin maleat
0,5mg
DMP
7,5mg
Gg
50mg
Dosis:
2-6th:3x1/2cth
7-12th:
3x1cth
(Untuk pilek+ batuk)
Tonsilo- pharingitis
Penatalaksanaan:

Antibiotik:
Ampicillin 50- 100mg/kg/hr terbagi 4 dosis
(Opicillin R sirup 125mg/5ml, kaplet 250mg) atau
Eritromisin 30-50mg/kg/hr terbagi 4dosis
(ErysanbeR sirup 200/5ml, kaplet 250mg)

2.

54

Anti inflamasi
Deksametazon
(KalmetazonR tablet 0,5mg )
6-12th: 3x tablet

55

Antipiretik:
Paracetamol 10mg/kg/kali
(OttopanR sirup 120mg/5ml; drop 80mg/tts)
diberikan 3x atau Sprn
Bayi:
3x- tts
1-3 th: 3x- 1 cth
3-6 th: 3x1-2 cth
6-12 th: 3x2cth
jika diperlukan dapat diulang setelah 4jam. ATAU
Ibuprofen 5mg/kg/kali
(ProrisR sedian supp rectal, suspensi, tablet
kunyah).
Sesak nafas.
Pemeriksaan fisik
Inspeksi:
Tampak sesak nafas dan mungkin terdapat retraksi , NCH(+),
atau tanda- tanda sianosis.
Batasan RR sesak nafas:
60x atau >/mnt :< 2bl
50x atau >/mnt :2bl- 12bl
40x atau >/mnt :12bl- 5th
Perkusi:
Mungkin redup
Auskultasi:
Suara nafas tambahan (+)

3.

4.

Bronchitis
Radang pada bronchus sering bersaman infeksi
saluran nafas atas, serta kadang juga bersamaan
dengan pertusis, measles, thypoid fever, difteri.
Klinis: sering didahului infeksi saluran nafas atas, batuk
non produkif yang dalam 1-2 hari menjadi produktif, kadang
febril, pada auskultasi sering didapatkan RBK (+).
Penatalaksanaan:

O2 - 1 lt/mnt (Sprn)

Antibiotik:
Ampicillin 50- 100mg/kg/hr terbagi 4 dosis
(Opicillin R sirup 125mg/5ml, kaplet 250mg) atau
Eritromisin 30-50mg/kg/hr terbagi 4dosis
(ErysanbeR sirup 200/5ml, kaplet 250mg)
JIKA KONDISI BERAT DAPAT DIKOMBINASI
Kloramfenicol 50- 100mg/ kg/hr terbagi 3dosis (ColmeR
sirup 125 mg/ 5ml, kaplet 250mg) atau
Gentamisin 3-5mg/kg/hr
(pyogenta injeksi 10mg/ml)

Mukolitik
Bromhexin
(MucosolvanR 4mg/5ml, 8mg/tab)
56

5.

Bayi: 2x1/2cth
2-6th:2x1cth atau 2x1/2 tablet
7-12th:
3x1cth atau 3x1/2 tablet
Mengeluarkan lendir dapat juga dibantu dengan
mengubah- ubah posisi.

Antipiretik:
Paracetamol 10mg/kg/kali
(OttopanR
sirup
120mg/5ml;
drop
80mg/tts)diberikan 3x atau Sprn
Bayi: 3x- tts
1-3 th:
3x- 1 cth
3-6 th:
3x1-2 cth
6-12 th: 3x2cth
jika diperlukan dapat diulang setelah 4jam. ATAU
Ibuprofen 5mg/kg/kali
(ProrisR sedian supp rectal, suspensi, tablet
kunyah).
JANGAN
DIBERI
ANTI
HISTAMIN
KARENA
MENYEBABKAN SEKRET KERING DAN SUKAR KELUAR.
Bronchitis
kronis
harus
dicari
underlying
diseasenya.
Pneumoni
Infeksi parenkim paru yang dapat mengenai lobus, lobulus,
dan interstisiel, yang dapt disebabkan oleh: bakteri, virus,
jamur, benda asing (makanan, bensin), biasanya terjadi
pada anak < 4 tahun.
Klasifikasi:

Pneumonia lobularis/ bronkhopoemoni

Pneumoni lobaris

Pneumoni interstisiel/ bronchiolitis


Gejala klinis:

Panas mendadak tinggi sampai 39- 400C

Sesak nafas

Gelisah

Batuk

Auskultasi :suara nafas mengeras, RBK(+),


RBH(+), WHEEZING(+).
Ctt. Menurut teori bronkho pneumoni RBH(+) sementara
bronchiolitis wheezing(+), tetapi kenyataannya yang murni
seperti teori sangat jarang, biasanya suara tambahannya
sudah bercampur.
Penatalaksannan:

O2 - 1 lt/mnt

Infus RL
:bayi 1x BB= tpm(makro)
Anak 1x BB = tpm(makro)

Antibiotik
Ampicillin 50- 100mg/kg/hr terbagi 4 dosis
57

(Opicillin R sirup 125mg/5ml, kaplet 250mg) atau


Eritromisin 30-50mg/kg/hr terbagi 4dosis
(ErysanbeR sirup 200/5ml, kaplet 250mg)
JIKA KONDISI BERAT DAPAT DIKOMBINASI
Kloramfenicol 50- 100mg/ kg/hr terbagi 3dosis (ColmeR
sirup 125 mg/ 5ml, kaplet 250mg) atau
Gentamisin 3-5mg/kg/hr
(pyogenta injeksi 10mg/ml)

Mukolitik
Bromhexin
(MucosolvanR 4mg/5ml, 8mg/tab)
Bayi: 2x1/2cth
2-6th:2x1cth atau 2x1/2 tablet
7-12th:
3x1cth atau 3x1/2 tablet

Antipiretik:
Paracetamol 10mg/kg/kali
(OttopanR sirup 120mg/5ml; drop 80mg/tts)
diberikan 3x atau Sprn
Bayi: 3x- tts
1-3 th:
3x- 1 cth
3-6 th:
3x1-2 cth
6-12 th: 3x2cth
jika diperlukan dapat diulang setelah 4jam.
Ibuprofen 5mg/kg/kali
(ProrisR sedian supp rectal, suspensi, tablet
kunyah).

Untuk mengeluarkan lendir jika perlu


disuction
6.
Asma
Penyakit ssaluran nafas yang ditandai oleh meningkatnya
reaktivitas trachea dan bronchus terhadap berbagai rangsangan.
Gejala klinis bervariasi, yang khas adanya wheziing sewaktu
ekspirasi.
Ciri khas asma:

Ada riwayat atopi atau alergi pada orang tua

Adanya riwayat dermatitis atopi, biasany


pada usia < 6bl

Adanya faktor pencetus

Pola serangan lebih sering pada malam hari


Penatalaksanaan:

O2 1/2- 1 lt/mnt

Aminophilin ( untuk penderita miskin)


Dosis awal 3-4 mg/kg dilarutkan D5% (bolus
pelan),
Maintenace
:1-9 th
;1mg/kg/jam
9-16th
;0,85mg/kg/jam
BricasmaR turbinhaler 1 sport:0,25mg; tablet 2,5mg
( untuk penderita mampu).
58

Dosis :1-2x sprot/ tiap kali serangan, dapat diulang


jika setelah 20 menit tidak ada perbaikan.
Maintenace :1-3 th
;2x 1/4 tab
3-6 th;2x 1/2 tab
7- 12th;2x 1 tab
ctt. Jika keadaan darurat atau penderita tidak
kooperatif atau fasilitas lain tidak ada,
dapat
menggunakan adrenalin 1:1000 dengan dosis 0,01
ml/kg (S.C)

Mukolitik
Bromhexin
(MucosolvanR 4mg/5ml, 8mg/tab)
Bayi :2x1/2cth
2-6th :2x1cth atau 2x1/2 tablet
7-12th
:3x1cth atau 3x1/2 tablet

Deksametazon 0,3-05 mg/kg/ hr dibagi 3


dosis (sedian injeksi dan tablet)

Antibiotik
Ampicillin 50- 100mg/kg/hr terbagi 4 dosis
(Opicillin R sirup 125mg/5ml, kaplet 250mg) atau
Eritromisin 30-50mg/kg/hr terbagi 4dosis
(ErysanbeR sirup 200/5ml, kaplet 250mg)
7.
TB anak
Untuk mendiagnosa TB anak dengan mengguinakan tes
tuberkulin/ PPD tes S5tu 0,1 ml; yang hasilnya dibaca 48 jam
sesudah penyuntikan. Menilai pengukuran hasil:
0-5 mm :(-)
5-9 mm : meragukan
10 atau >
: (+)
ctt. : Penderita yang telah di imunisasi BCG kriteria positifnya
dengan ukuran indurasi lebih besar dari penderita yang
belum BCG.
Selain itu untuk mendiagnosa TB dapat disokong dengan
photo thorak, yang biasanya memberikan gambaran
pembesaran lymponodi.
Penatalaksanaan:

OAT:
INH :10- 20 mg/kg/hr dosis tunggal, p.c, lama
pengobatan minimal 1 th.
Rifampisin: 10- 20 mg/kg/hr dosis tunggal, a.c, lama
pengobatan minimal 1 th.
Ctt. Penggunaan INH dan Rifampisin dapat berefek gg
fungsi hepar.
Dapat juga ditambah OAT lain:
Streptomisin
:30- 50mg/ kg/ hr (Max. 750mg/ hr)
selama 1-3 bulan
Pirazinamid :30-35mg/kg/ hr terbagi 2dosis, selama 4-6
bl
59

Etambutol :20mg/kg /hr a.c


Dapat ditambahkan kortikosteroid
Prednison
: 1-3 mg/ kg/ hr
Berfungsi sebagi anti flogistik dan adjuvan.

Neurology anak
Kejang
Penatalaksanaan : diberikan Diazefam 0,5
masukanberlahan atau Diazefam perectal (Stezolid R)
dosis:BB<10kg; 5mg
BB>10kg;10mg

mg/kg

I.V

Bila kejang tidak berhenti dalam 15menit


Diulang dosis/ cara yang sama
Bila kejang tetap tidak berhenti dalam 15 menit
Diulang dosis/ cara yang sama
Bila kejang tetap tidak berhenti dalam 15menit
Fenitoin 15mg/ kg (I.V)
Dosis maintenance:
5mg/ kg/ hr
(sebaiknya periksa kadar obat diplasma)
Bila kejang berhenti
Phenobarbital , dosis:
Neonatus :30mg (I.M)
1bl- 1th
:50mg (I.M)
> 1th
:70mg (I.M)
4 jam kemudian
Dosis Fenobarbital:
Hari I- II
:8-10mg/kg/hr
terbagi 2 dosis.
Hari III- IV :4-5mg/kg/hr
terbagi 2 dosis
Ctt.
- Jika tidak tersedia Diazefam dapat menggunakan langsung
Phenobarbital
- Dosis maximal 200 mg/hr
60

Sebaiknya dirujuk ke RS, t.u kejang > 15 menit, kejang komplex,


atau ada tanda- tanda kelainan SSP.

Differensiasi diagnosa
Infeksi susunan saraf pusat
Klinis/
Lab
Awitan
Demam
Kejang

Ksadara
n
Parese
Kaku
Kuduk
TX

1.

Meningtis
Encep
Purulent
a
Akut
Akut
<7hr
<7hr
Umum/fokal Umum
Singkat
Singkat
Kdg
Kdg
twitching
twitching
Somnolent- Apatis
sopor

Kronis
>7hr
Umum
Singkat
Kdg
twitching
Somnolen
t- sopor

+/+/-

+/+

++/+

simptom

AB

OAT

simptom

tis

Meningtis
TB

Meningtis
Serosa
virus
Akut
<7hr
Umum
>15meni
t
Sadarapatis

Kejang
demam

Enceppaty
Kronis
>7hr
Umum
Singkat

Akut
<7hr
Umum
Singkat

Apatissomnole
nt
-

Sadarapatis

Penykt
dasar

Penykt
dasar

Kejang demam (febril et konvulsion)


Kejang demam sederhana :bangkitan kejang yang terjadi
pada suhu > 38,5 0C, bersifat umum (tonik, klonik, tonik-klonik,
atau atonik), berlangsung <15 menit , hanya sekali dalam 24
jam, tidak ada bukti infeksi intra kranial atau gangguan
metabolisme berat, terjadi pada anak dengan gejala neurologi
normal usia 6 bl 5 th, selain kriteria diatas termasuk kejang
demam komplek.
Penyakit dasarnya sering disebabkan infeksi saluran nafas
atas, otitis media akut, pneumoni, gastroenteritis dan ISK
Kejang tidak selalu muncul pada panas tertinggi.
Penanganaan:

Liat penanganan kejang dihal depan

Anti piretik
Paracetamol 10mg/kg/kali
(OttopanR sirup 120mg/5ml; drop 80mg/tts)diberikan
3x atau Sprn
Bayi:
3x- tts
1-3 th: 3x- 1 cth
3-6 th: 3x1-2 cth
6-12 th: 3x2cth
jika diperlukan dapat diulang setelah 4jam.
Ibuprofen 5mg/kg/kali
(ProrisR sedian supp rectal, suspensi, tablet kunyah).

Mengobati penyakit dasarnya.

61

Indikasi pemberian profilaksis Phenobarbital(4-5 mg/kg/hr


terbagi 2 dosis):

Sebelum kejang demam pertama sudah ada


kelainan neurologi.

Riwayat kejang demam pada orang tua atau


saudara kandung.

Kejang demam. 15menit, fokal, atau diikuti


kelainan neurologis sementara atau menetap.

Dapat
dipertimbangklan
pemberian
profilaksis pada bayi berumur kurang dari 12 bl atau terjadi
kejang multipel dalam satu episode demam.

Pemberian profilaksis paling lama 1th dan


harus tappering off
Efek samping:

Diazepam :Depresi nafas


Ataxia
Mengantuk
Hipotoni

Phenobarbital
:Iritabel
Hiperaktif
Agresif
Ctt. Efek samping Phenobarbital dapat dikurangi dengan
menurunkan dosis.
2.
Encephalitis
Infeksi jaringan otak oleh berbagai macam mikro organisme.
Penatalaksaan:
Sebagian besar encephalitis disebabkan oleh virus
sehingga pengobatan etiologi tidak ada, hanya pengobatan
simptomatik.

Untuk dr umum sebaiknya dirujuk ke RS

Mengobati demam tinggi dengan surface


cooling yaitu pendinginan dengan es pada bagian tubuh
yang banyak pembuluh darah seperti: ketiak, dahi,
leher, lipat paha tiap 10 menit kompres harus diangkat
untuk menghindari nekrosis.dapat juga ditambahkan:
Obat hibernasi untuk menurunkan metabolisme:
kombinasi klormetazine 2mg/kg/hr danprometzine
4mg/kg/hr. atau dapat juga menggunkan
Paracetamol 10mg/kg/kali, diberikan 3x sehari
atau Sprn (dengan jarak pemberian min. 4 jam)

Untuk mencegah oedem: dexametazon


0,5mg/kg/hr dibagi 3 dosis. Dan IVFD yang digunakan
yang rendah Na.

Untuk mengatasi TIK yang meningkat:


manitol

Periksa jalan nafas berkala.

Pada keadaan asidosis: Bic-nat (melon R 7,5


%)
62

Antibiotik
Ampicillin 50- 100mg/kg/hr terbagi 4 dosis
(Opicillin R sirup 125mg/5ml, kaplet 250mg) atau
Eritromisin 30-50mg/kg/hr terbagi 4dosis
(ErysanbeR
sirup
200/5ml,
kaplet
250mg)
dikombinasi dengan
Kloramfenicol 50- 100mg/ kg/hr terbagi 3dosis (ColmeR
sirup 125 mg/ 5ml, kaplet 250mg) atau
Gentamisin 3-5mg/kg/hr
(pyogenta injeksi 10mg/ml)
Meningitis bakterial
Etiologi terbanyak:
Usia 1- 6 bl
:
Haemophilus
influenza
bakteri
(HIB) dan enterobacter
Usia 6- 12 bl :
HIB
Usia 12- 24 bl :
Streptococcus
Usia 24- 60 bl :
Enteribacter
Penatalaksanaan:

Untuk dr umum sebaiknya dirujuk ke RS

TX Etiologi:
a.
Seftriakson 50-75 mg/kg/hr I.V dibagi
2dosis atau
b.
Ampicillin 200-400mg/kg/hr I.V dibagi 6
dosis dan dikombinasikan
Kloramfenicol 100mg/kg/hr I.Vdibagi 4 dosis

Pengobatan simtomatik:
Pemberian pengobatan kejang
Pemberian obat- obat antipiretik (liat encephalitis)

Pengobatan suportif:
Untuk mengurangi kerusakan otak karena anoksia: O 2
- 1 lt/mnt.
Meningitis tuberkulosa
Merupakan komplikasi penyebaran tuberkulosa primer dari

3.

4.
paru.

Gejala klinis:
a.
Stadium I (prodromal)
Tanda demam/ kelainan, tidak suka bermain, tidur
terganggu, kemudian menjadi apatik, anoreksia,
obstipasi dan muntah. Pada anak yang lebih besar bisa
mengeluh sakit kepala.
b.
Stadium II (Transisi)
Kejang, rangsang meningeal, ubun- ubun cembung
(Pada bayi), kelumpuhan syaraf berupa nistagmus dan
strabismus serta kelumpuhan syaraf yang lain.
c.
Stadium III (terminal)
Kelumpuhan, koma, pupil melebar dan tidak bereaksi,
nadi dan nafas tidak teratur.
Diagnosa berdasarkan:
63

5.

a. Gejala
b. Sumber
c. Photo thorax
d. PPD tes
e. LCS
Penatalaksanaan:

Untuk dr umum sebaiknya dirujuk keRS

OAT:
INH
10-20
mg/kg/hr
(max.
300mg/kg/hr)
oral.Komplikasi neurophaty perifer, lamanya pengobatan
minimal 1th. (bayi dan anak tidak perlu piridosin).
Rifampisin 10-20 mg/ kg/ hr peroral, diberikan
sebelum makan, menyebabkan urine merah, efek
samping berupa hepatitis, kelainan gastrointestinal dan
trombositopenia, pengobatan minimal 9 bulan.
Atau dapat pula ditambahkan Pirazinamid,
Etambutol.

Kortikosteroid
Dexametazon, dosis 0,25- 0,5 mg/kg/hr dibagi 3 dosis,
pemberian kortikosteroid selama 2-3 minggu, kemudian
diturunkan secara bertahap sampai lama pemberian
1bulan.

Pengobatan simtomatik.
Status Epileptikus
Serangan epilepsi yang berlangsung 30 menit atau lebih,
berubah dalam waktu yang singkat, tanpa pulihnya
kesadaran antara 2 serangan. Status konvulsi dapat berupa
status konvulsi atau status non konvulsi.
Penatalaksanaan:

Untuk dr umum sebaiknya dirujuk keRS

Pemasangan infus Nacl 0,9%, dan berikan


bolus glukosa 20% sebanyak 2ml/kg

Berikan Diazefam dan Phenobarbital sesuai


pengobatan kejang.

Infeksi Anak
1.

Dengue Haemoragie Fever (DHF)


Infeksi virus yang bermanifestasi demam akut, disertai
manifestasi perdarahan dan bertendensi timbulnya rejatan
dan menimbulkan kematian.
Klinis:

Panas mendadak terus- menerus 2-7 hr


tanpa sebab yang jelas.

Manifestasi perdarahan

Hepatomegali

Kegagalan sirkulasi
Laboratorium:
64

2.

Trombositopeni, At< 100.000

Haemokonsentrasi, Hct> 20%


Diagnosa :
2 klinis dan 1 lab
Gejala klinis lainnya:

Flused

Nyeri

Kelemahan umum
Hasil lab. Lainnya:

Leukopeni

Plasma protein
Penatalaksanaan:

Hati- hati pada demam hari ke-4.

Bagi dr umum jika ada pasien dengan


tanda- tanda perdarahan spontan sebaiknya dirujuk ke
RS.

IVFD: jika muntah dan Hemokonsentrasi,


dengan menggunakan RA (asering) atau RL
Ctt. Asetat di metabolisme diotot sehingga lebih baik
penggunanannya dibanding laktat yang di metabolisme
dihepar.
BB(kg)
tpm (makro)
10
10
11
11
12
12
13
dst
20
21-25
>40
25

Anti piretik :
Paracetamol 10mg/kg/kali
(OttopanR sirup 120mg/5ml; drop 80mg/tts)
diberikan 3x atau Sprn
Bayi: 3x- tts
1-3 th:
3x- 1 cth
3-6 th:
3x1-2 cth
6-12 th: 3x2cth
jika diperlukan dapat diulang setelah 4jam.

Antibiotik
Ampicillin 50- 100mg/kg/hr terbagi 4 dosis
(Opicillin R sirup 125mg/5ml, kaplet 250mg) atau

Observasi:
KU, VS, Tanda perdarahan.
Lab. At, Hct
Demam Thypoid
Diagnosa klinis atas dasar:
A.
Anamnesa:

65

Panas lebih dari 7 hari, pada minggu


pertama meningkat secara gradue, siang hari normal,
malam hari meningkat panas.

Gangguan
gastro
intestinal:
mual,
muntah, diare, nyeri perut, konstipasi.

Malaise, nyeri kepala, batuk.

Gangguan kesadaran : apatis, somnolent,


gelisah.
B.
Pemeriksaan fisik:

Lidah typoid (permukaan kotor, tepi


hiperermis, kadang termor)

Hepatomegali

Spelomegali

Nyeri tekan abdomen


C.
Pemeriksaan khusus

Tes widal
Hasil Lab. Widal: (+) jika titer O > 1/160
Ctt. Pemeriksaan widal positif setelah akhir minggu
pertama.

Pemeriksaan Gaal kultur (diagnosa pasti).


D.
lab. Darah rutin:

Anemia normositik- normokromik

Leukopeni

Trombositopeni

Limfositosis

LED umumnya meningkat


E.
Pemeriksaan tinja

Biakan tinja (+) pada minggu ke 2-3.


Penatalaksanaan:
A.
Umum

Tirah- baring sampai 3 hari bebas panas.

Makanan yang diberikan makanan saringlunak yang tidak banyak serat, tidak banyak
memperoduksi gas.
B.
Khusus

Etiologi:
a. Kloramfenicol
50mg/kg/hr
(PalmicolR) dalam dosis terbagi 4.
atau
b. Thiamfenicol 50mg/kg/hr (Opiphen
R
) dalam dosis terbagi 4.atau
alterantif lain
c. Ampicillin 100mg/kg/hr(Opicillin R)
dalam dosis terbagi 4.

Simptomatik;
a. Antipiretik (lihat DHF)

66

b. Jika stomatitis berikan Nistatin


(Candistin R oral drop ), dosis

3.

Bayi :4x 1-2ml


Anak :4x 1-4ml
Ctt. Tiap ml: 100.000IU, Pemakaian lebih dari 5.000.000
IU per hari dapat menimbulkan gangguan GIT.
Morbili
Penyakit akut yang disebabkan oleh virus Paroxymal.Virus ini
terdapat dalam sekret nasopharing dan darah selama masa
prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak. Cara
penularannya melalui droplet dan kontak.
Penyakit ini terbagi atas 3 stadium:
Stadium kataral (prodromal)
Berlangsung 4-5 hari disertai panas, malaise, batuk,
fotofobi, konjungtivitis dan koriza.Dan terdapat tanda
khas bercak koplik dimucosa buccal.

Stadium erupsi
Koriza dan batuk bertambah, makula eritema
disertai menaiknya suhu badan. Macula muncul pertama
kali dibelakang telinga, disusul lateral tengkuk,
sepanjang rambut dan bagian belakang bawah dan
mencapai ekstremitas. Terdapat pembesaran kelenjar
getah bening disudut mandibula. Kadang terdapat
perdarahan ringan pada kulit, mulut danGIT. Dapat pula
dijumpai diare dan muntah.

Stadium konvalensi
Erupsi meninggal hiperpigmentasi, suhu turun
sampai normal.
Ctt. DD:

German measles:
tidak ada bercak koplik,
ada pembesaran kel. Suboccipital, servikal bag. post or,
belakang telinga.

Eksantema subitum: Ruam muncul saat suhu


badan menjadi normal.
Penatalaksaan:
a.
Penderita rawat inap RS, jika;

KU lemah sekali

Intake makan/cairan kurang atau banyak


muntah/diare

Hipertermi, kejang

Ada komplikasi
b.
Medika mentosa:

Antipiretik (lihat DHF)

Mukolitik
Bromhexin
(MucosolvanR 4mg/5ml, 8mg/tab)
Bayi: 2x1/2cth
2-6th: 2x1cth atau 2x1/2 tablet
67

4.

6.

7-12th: 3x1cth atau 3x1/2 tablet

Antibiotik
Ampicillin 50- 100mg/kg/hr terbagi 4 dosis
(Opicillin R sirup 125mg/5ml, kaplet 250mg) atau
Eritromisin 30-50mg/kg/hr terbagi 4dosis
(ErysanbeR sirup 200/5ml, kaplet 250mg)
JIKA KONDISI BERAT DAPAT DIKOMBINASI
Kloramfenicol 50- 100mg/ kg/hr terbagi 3dosis
(ColmeR sirup 125 mg/ 5ml, kaplet 250mg) atau
Gentamisin 3-5mg/kg/hr
(pyogenta injeksi 10mg/ml)
ATAU DAPAT JUGA MENGGUNAKAN:
Cefotaxim 50-100mg/ kg/ hr I.V dibagi 2 dosis
Parottis epidemika
Penyakit kelenjar ludah akut yang sangat menular, dengan
gejala khas pembesaran kelenjar ludah terutama parotis.
Gejala klinis:
1.
Panas ringan sampai berat
2.
Keluhan
didareah
parotis
disertai
pembesaran
3.
Keluhan nyeri otot terutama leher,
sakoit kepala dan rasa malas.
4.
Kontak dengan penderita sebelumnya
(masainkubasi 2-3 mgg)
5.
KU bervariasi dari tampak aktif sampai
sakit berat.
Penatalsanaan:
1.
Istirahat yang baik dirumah
2.
Makan- minum yang cukup.
3.
Nasehat
kemungkinan
menularkan
keanak lain.
4.
Medika mentosa:

Analgetik- antipiretik:
Anak> 6tahun: 250-500mg/kali max. 2gr/hr atau
Paracetamol 10mg/kg/kali, dengan dosis 3x.
Difteri
Penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh kuman Coryne
bacterium Difteriae. Sifatnya mudah menular dengan
menyerang traktus respiratorius bagian atas, dengan tanda
khas terbentuknya pseudomembran dan dilepaskannya
endotoksin yang dapat menimbulkan gejala umum dan
lokal .
Klasifikasi:

Infeksi ringan
Pseudomemebran terbatas pada daerah hidung dan
faucial dengan gejala nyeri telan.

Infeksi sedang

68

7.

Pseudomembaran menyebar lebih luas sampai


dinding posterior pharing denga oedem ringan laring
dengan pengobatan konservatif.

Infeksi berat
Disertai gejal sumbatan jalan nafas yang berat.
Yang hanya dapat diatasi dengan traekheostomi. Juga
gejala komplikasi miokarditis, paralisis, ataupun nefritis
dapat menyertainya.
Gejala klinis:
Masa tunas 2-7 hari. Gejala umum timbulnya
berupa demam yang tidak begitu tinggi, lesu, pucat,
nyeri kepala, dan anoreksia sehingga penderita tampak
lemah sekali, gejala ini disertai denga gejala khas untuk
setiap bagian yang terkena seperti pilek atau nyeri telan
atau sesak nafas denga sertak dan stridor, sedangkan
gejala akibat eksotoksin seperti miokarditis, paralisis
jaringa syaraf atau nefritis.
Penatalaksanaan:
i.
ADS pemberiannya satu kali saja dengan
dosis:

Difteri ringan
:20.000IU (I.M)

Difteri sedang
:40.000IU (I.M)

Difteri berat
: 60.000IU (I.M)
ii.
Penicillin procain dengan dosis 50.000100.000U/kg/hr diberikan 1x perhari selama 10 hari.
iii.
Kortikosteroid hanya diberikan pada difteri
berat dan ada obstruksi jalan nafas oleh karena oedem
laring.
iv.
O2
: -1 lt/mnt
v.
Pemeriksaan EKG pada minggu ke-2, bila
ada komplikasi terapi sesuai komplikasi. Apabila ada
tanda- tanda obstruksi perlu dipikirkan untuk dilakukan
tracheostomi.
Pertusis
Penyakit infeksai akut yang ditandai dengan batuk ngikil
spasmodik disebabkan oleh bordetella pertusis dengan lesi
biasanya terdapat pada bronchus dan brinchiolus tetapi
mungkin juga terdapat perubahan pada mucosa trachea,
laring, nasopharing.
Gejala klinis:
Masa tunas 7-14 hari. Penyakit ini terbagi atas 3 stadium:

Stadium kataralis
Lamanya 1-2 minggu. Pada permulaan hanya
batuk- batuk ringan, terutama pada malam hari. Gejala
lainnya ialah pilek, serak, dan anoreksia. Stadium ini
menyerupai influenza.

Stadium spasmodik

69

Lamanya 2-4 minggu. Pada akhir minngu batuk


bertambah berat dan t4erjadi paroksismal berupa batuk
yang khas. Penderita tampak berkeringat, pembuluh
darah leher dan muka melebar. Penderita tambpak
gelisah dengan muka sianotik. Kadang- kadang tampak
pula perdarahan subkonjungtiva dan epistaksis oleh
mingkatnya tekanan waktu serangan batuk.

Stadium konvalensi
Lamanya kira-kira 2 minggu sampai sembuh. Pada
minggu keempat jumlah dan berat serangan batuk
berkurang, juga muntah berkurang, nafsu makan pun
timbul kembali.
Penatalaksanaan:

Antibiotik:
Eritromisin 50mg/kg/hr
(ErysanbeR sirup 200/5ml, kaplet 250mg)
dikombinasi dengan
Kloramfenicol 50- 100mg/ kg/hr terbagi 3dosis (ColmeR
sirup 125 mg/ 5ml, kaplet 250mg) atau

Mukolitik:
Bromhexin
(MucosolvanR 4mg/5ml, 8mg/tab)
Bayi: 2x1/2cth
2-6th: 2x1cth atau 2x1/2 tablet
7-12th:
3x1cth atau 3x1/2 tablet.

Ekspektoran:
Gliseril guaiakolat:
Anak> 6tahun
:50-100 mg tiap 2- 6jam (max.
600mg)

Antitusif:
Dekstrometofan Hbr
:1mg/kg/hr, dibagi 3-4x

Sedatif: ( kalau perlu saja)


Phenobarbital (luminal R) 3-5 mg/kg/hr dibagi 3 dosis.
8.
Teranus
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman Clostridium
tetani, bakteri gram positif yang terdapat ditanah, kotoran
manusia, kotoran hewan terutama kuda.
Gejala klinis:
Masa tunas 5-14 hari, dalam waktu 48 jam penyakit ini:

Trismus

Kaku kuduk sampai opistonus

Kejang tonik

Risus sardonicus

Kesukaran
menelan,
gelisah,
mudah
terangsang, nyeri kepala, nyeri anggota badan sering
merupakan gejala dini.

Spasme Yang khas yaitu badan kaku dengan


opistonus, ekstremitas inferior dalam keadaan
70

ekstensi, lengan kaku dan tangan mengepal kuat,


anak tetap sadar. Spasme mula- malu intermiten
diselingi periode relaksasi, kemudian disertai rasa
nyeri.

Asfiksia dan sianosis terjadi akibat serangan


pada otot pernafasan laring. Retensi urine dapat
terjadi karena spasme otot uretra.

Panas biasanya tidak begitu tinggi

Lekositosis ringan dan kadang- kadang terjadi


peningkatan tekanan intra kranial.
Pencegahan:

Mencegah terjadinya luka

Perawatan luika adekuat

Pemberian ATS (anti tetanus serum) Pada


beberapa jam sesudah luka, umumnya diberikan
1500U I.M (skin tes terlebih dahulu).
Penatalaksanaan:

Untuk dr umum sebaiknya dirujuk ke RS.

Berantas kejang :
1.
Diazepam 0,1-0,2 mg/ kg/x
I.V
diberikan 4-6x/hr
2.
Phenobarbital, dosis awal: anak<1th:
50mg, anak >1th: 75mg. dilanjutkan dengan 5mg/
kg/ hr dibagi 6 dosis.
Ctt. Untuk menghindari kejang, penderita dirawat di
ruangan yang tenang, tidak terlalu terang dan tidak
menyilaukan serta hindari rangsangan.

Pemberian ATS 20.000

Perawatan luka:
Bersihkan, kalau perlu debridement, buang benda
asing, biarkan luka terbuka.

Antibiotik:
Penicillin G 100.000U/ kg/ 6jam, selama 10 hari.
Atau
Tetrasiklin 25- 50 mg/kg /hr (mx.2gr/ hr) dibagi
3-4 dosis.
Ctt. Anak yang pernah menderita tetanus dan belum
pernah vaksin tetanus, juga harus divaksin, satu bula setelah
sembuh.

Nefrologi anak
1.

Infeksi Saluran Kemih


Klinis:
Gejala klinis yang sering terjadi seperti Panas, nyeri
tekan, dysuria, Polakisuria. Disamping itu kadang juga
71

2.

dijumpai gangguan pertumbuhan, nyeri abdomen, muntah,


ngompol, diare, hematuri, urine berbau dan nyeri pinggang.
Laboratorium:

Kultur: koloni>100.000

Protein urine (+) ringan

Lekosit >5 perlapang pandang

Glukosa (+) ringan


Penatalaksanaan:

Menghilangkan infeksi dan mencegah infeksi

Medika mentosa:

Ampicillin (Opicilin R ) 100- 200 mg/kg/ hr


dan terapi berdasarkan simptomatik.
Sindroma nefrotik
Terdiri:

Proteinuria >50mg/ kg/ 24 jam

Hipoalbuminemia < 2,5 gr/dl

Edema dan hipercholesterolemia


Penatalaksanaan
A.
Umum:

Untuk dr umum sebaiknya dirujuk keRS

Diet :Tinggi protein (3-4 gr/kg/ hr)


Rendah garam
Pembatasan cairan, min. 50ml/kg + jml cairan yang
eksresikan lewat urine dan muntah.

Aktivitas:
Tirah baring hanya dilakuka jika keadaan Oedem berat
dan keadaan yang berbahay seperti, hipertensi hebat.
Hindari stress psikologi

Diuretik:Furosemid
0,5- 1 mg/kg /kali,
diuretik diberikan hanya jika oedem yang mengganggu.

Tranfusi albumin:
Jika kadar albumin < 1,5 gr/ dl, maka diberikan albumin
0,5- 1,5 gr/ kg.
B.
Khusus:

Untuk
menimbulkan
remisi:
Prednison
2mg/kg/hr, max. 60 mg/hr dibagi 3 dosis, diberikan
sampai ada respon (3hr berturut- turut proteinuria (-)),
max 28 hari, jika belum ada respon, dosis ditingkatkan
2x lipat: 4mg/kg/hr (max. 28 hr), jika belum ada respon ,
dikombinasi
prednison
2mg/kg/hr
dengan
Siklofosfamide2,5 mg/ kg/ hr, peroral dosis tunggal
Ctt. Pemberian siklofosfamide harus dengan AT .3000

Mempertahankan
emisi,
selama
28
hari,pemberiannya 3hr berturut- turut atau 2hr sekali.

Tapering

Dosis diturunkan setiap 2 minggu 0,5


mg/kg /hr.
72

Ctt. Setiap pemberian kortikosteroid jangka waktu lama,


harus diberikan KCl 75mg/ kg/ hr dibagi 3dosis.
3.
Gagal ginjal akut
Gangguan fungsi ginjal mendadak ditandai dengan menurunnya
GFR secara mendadak.
Fase gagal ginjal akut:

Fase oliguri;
Lamnya 5hr/>
Urine berkurang
BD < atau = 1010
Ph<6
Proteinuria, eritrosituria, silinder hyalin
Ureum neningkat
Hiperkalemi, hiperfosfatemia, hiponatremia.
Ctt. Batasan oliguri:
Bayi
:<125ml /hr
!-5 th
:<200ml/ hr
Dewasa
:<400ml /hr

Fase diuretik:
Lamanya 5hr / >
Mengeksresi ureum, Na, K,Cl
Dehidrasi
Hipokalemi
Anemia

Fase post diuretik


Penatalaksanan:

Untuk dr umum sebaiknya dirujuk ke RS

Balance cairan;
Cairan yang masuk= kebut. Cairan min,
(50ml/kg/hr)+ muntah+ diare. Cairan yang biasa
digunakan adalah D10%, tidak boleh cairan elektrolit.

Untuk mencegah kataboisme protein, dapat


diberikan asam amino 0,5 gr /kg.

Jika dicurigai infeksi, berikan antibiotik yang


tidak mempengaruhi filtrasi ginjal.
Ctt. Antibiotik yang menganggu filtrasi ginjal: golongan
aminoglikosid.

Bila hipertensi berikan Klonidin 2 g/ kg


diberikan dengan dilarutkan D10%, dalam waktu 10- 15
menit. Jika tekanan darah mulai normal, dosis
pemeliharan 2 g/ kg /24 jam dibagi 3 dosis, @
pemberiaan di drip 1 flabot D10% dengan kecepatan
15tpm.
Jika penderita sudah dapat minum obat oral,
diberikan 7,5 g /kg /hr dengan dosis terbagi 3.

Diuretik
Cara pemberian:
73

Furosemid (Lasix R) 2mg/kg (max. 40 mg) I.V


Urine 1jam
<20ml /jam
tidakberhasil
pemberian diulang

>20ml/jam
berhasil

urine 1jam
>20ml /jam, maintenance 2mg/ kg/ 6jam
Ctt. Diuresis dikatakan berhasil jika produksi urine >20ml/jam.

Gastroenterology anak
1.

Diare
Penyebab diare pada anak;

Virus
>50% kasus diare pada anak terjadi karena virus
(rotavirus).

74

Bakteri
E. Coli enterositogenik (ETEC), V. Cholera menyebabkan
diare dengan cara menempel dimukosa usus sehingga
tejadi perubahan epitel yang pada akhirnya terjadi
berkurangnya kapasitas penyerapan, dan peningkatan
sekresi.
V. Cholera menyebabkan diare yang berat dan dalam
jangka waktu singkat menyebabkan kematian jika dehidrasi
tidak teratasi.
Shigella, C. Jejuni, E. Coli enteroinvasif, salmonela
menyebabkan diare berdarah melalui invasif dan
perusakan sel epitel mucosa.

Penilaian diare:
Tanda- tanda
Derajat diare
Terdapat 2 atau lebih dari tanda
dibawah ini:
Letargi atau tidak sadar
Dehidrasi berat
Mata cekung
Tidak bisa minum atau
malas minum
Turgor kembali sangat
lambat
Terdapat 2 atau lebih tanda- tanda
dibawah ini:
Dehidrasi ringan
Gelisah, rewel, mudah
-sedang
marah
Mata cekung
Haus/ minum dengan
lahap
Turgor kembali lambat
Tidak cukup tanda- tanda untuk
Tanpa dehidrasi
diklasifikasikan sebagai dehidrasi berat
atau ringan- sedang.
Penatalaksanaan:
Rehidrasi;
Dehidrasi ringan :3-7% x BB(gr)= .ml/3jam
Dehidrasi berat :30ml/kg/jam diteruskan 70ml/
kg/7jam.
Ctt. Cairan infus yang digunakan Rl atau D1/4 S atau
Kaen.
KCl :25mg/kg/x, diberikan 3x sehari.
Antibiotik:
V.Cholera

Tetrasiklin(tetradexR)

50mg/kg/hr

Amuba

Metronidazol
(ImetroletR)
Kotrimoksazol

30mg/kg/hr

Shigella,

75

6mg/kg/hr

Dosis
Terbagi 4
Dosis
Terbagi 4
Dosis

Champilobacter, E.Coli
invasive

Terbagi 2

Probiotik:
Lactobacilus (Lacto B R) diberikan pada penderita diare
dengan dugaan etiologi Virus atau karena pemakaian
antibiotik oral lama.
Dosis:
Bayi
:3x 1 tab
Anak
:3x2 tab
Dewasa
:3x4 tab
Ctt. Cara pemberiannya dapat dicampurkan dengan
makan. Selama pemakaian ini tidak boleh mengunakan
antibiotik oral.
Antibiotik :
Paracetamol 10mg/kg/kali
(OttopanR
sirup
120mg/5ml;
drop
80mg/tts)diberikan 3x atau Sprn
Bayi:
3x- tts
1-3 th: 3x- 1 cth
3-6 th: 3x1-2 cth
6-12 th: 3x2cth
jika diperlukan dapat diulang setelah 4jam.
Ibuprofen 5mg/kg/kali
(ProrisR sedian supp rectal, suspensi, tablet
kunyah).
2.
Vomitus
Metoklopramida Hcl(Damaben R , drops 4mg/ml, tablet
10mg/kg, oral solution) dosis : anak <6th : 0,1mg/ kg 30 a.c atau
sebelum tidur.
3.
Ikteric
Fisiologi:
Terjadi pada hari ke2-3, tidak mempunyai dasar
patologis, Menghilang kurang lebih 2 minggu. Peningkatan
bilirubin indirek 5mg/hr, bilirubin indirek dalam darah
<20mg% (bayi cukup bulan) atau < 12,5 mg% (bayi kurang
bulan). Kadar bilirubin direk 1mg%.
Patologis:
Keadaan dimana bilirubin indirek mencapai kadar yang
berpotensi untuk terjadinya kern ikteric.Bilirubin indirek
20mg% (bayi cukup bulan) atau 12,5 mg% (bayi kurang
bulan).
Penilaian perkiraan kadar tinggi bilirubin
Derajat
Perkiraan
Anggota tubuh ikterik
bilirubin (mg%)
I
5
Kepala, leher
II
9
Daerah badan atas
III
11,4
Daerah badan bawah
IV
12,4
Tampak sampai lengan & bawah
lutut

76

V
16
Tampak sampai tangan dan kaki
Penatalaksanaan:
Bagi dr umum sebaiknya Ikterik derajat II dirujuk ke
RS.
Derajat I: Pemberian ASI sedini mungkin
Terapi sinar matahari jam tiap pagi.
Derajat II:
lamp terapi, terapi tukar.

Gizi Anak
Berdasarkan antopometri BB/T (%):
Gizi obesitas super
:>200%
Gizi obesitas berat
:150- 200%
Gizi obesitas sedang
:135- 150%
Gizi obesitas ringan
:120- 135%
Gizi lebih (overweight):110-120%
Gizi baik
:90- 110%
Gizi kurang
:70-90%
Gizi buruk
:<70%
1.
Gizi buruk
Terbagi 2 jenis:
Kwasiorkor
Marasmmmus
Wajah
Bulat
runcing
St. mentalis
Apatis
cengeng
Rambut
Kemerahan, mudah d.b.n
dicabut
Kulit & jar. lemak
Tidak keriput, lemak Sangat keriput, jar.
masih ada
Lemak sangat sedikit
Abdomen
Cembung,
hepar d.b.n
membesar,
atau
mengecil jika sirosis
Penatalaksanaan:
a.
Jika mengalami hipoglikemi (<50mg/dl)

Sebaiknya dirujuk keRS

Berikan 50ml glukosa 10%, dilanjutkan


pemberiannya tiap 30 menit @1/4nya.

Antibiotik
:
Kotrimoxazol, selama 5 hr peroral
BB>4kg
:2x5ml
BB< 4kg
:2x2,5ml
Atau
Ampicillin (vicillinR) 50mg/kg/6jam I.V dan I.M selama 2
hari. Dan
Gentamisin 7,5 mg/kg/hr I.V dan I.M selama 7 hari.

Pemeriksaan gula darah setelah 2 jam.


b.
Jika hipotermi

Anak dihangati dengan cara kangaroo,


dibungkus rapat. (jangan gunakan air panas, berbahaya!)
77

Seperti terapi hipoglikemi.

78

Tumbuh- Kembang Anak


Pertumbuhan:
Senyum
Miring
Tengkurap
Duduk
Gigi keluar
Berdiri
Berjalan

:1 bulan
:3bulan
:4bulan
:6 bulan
:7 bulan
:11 bulan
:14 bulan

79

Tata laksana

PRAKTIS

ILMU PENYAKIT KEBIDANAN


DAN KANDUNGAN

(OBSTETRI &
GINEKOLOGI)

OLEH :

dr. Rudy Budijono

BAB III
ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN
( OBSTETRI DAN GINEKOLOGI)
I. OBSTETRI
1. Antenatal Care (=pengawasan wanita hamil)
Bertujuan memperkecil morbiditas dan mortalitas ibu maupun
janin
Jadwal pemeriksaan kehamilan :
Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin
ketika haidnya terlambat satu bulan
Periksa ulang 1 x sebulan sampai kehamilan 7 bulan
Periksa ulang 2 x sebulan sampai kehamilan 9 bulan
Periksa khusus bila ada keluhan-keluhan
Nasihat-nasihat untuk ibu hamil :
1. Makanan/diet
- Harus mendapat perhatian susunan dietnya, terutama
mengenai jumlah kalori, protein yang berguna untuk
pertumbuhan janin & kesehatan ibu.
- zat-zat yang diperlukan : protein, karbohidrat, lemak,
mineral atau bermacam-macam garam; terutama Ca, P, Fe;
vitamin dan air.
2. Hindari rokok
3. Obat-obatan
- Jika mungkin dihindari pemakaian obat-obatan selama
kehamilan terutama dalam triwulan I
4. Menjaga kebersihan tubuh dan pakaian
5. Gerak badan
- Dianjurkan jalan-jalan pagi hari dalam udara yang masih segar
- Senam dapat dilakukan setelah kehamilan 5 bulan untuk
kasus tanpa resiko tinggi.
6. Bekerja seperti biasa & cukup istirahat/rekreasi
7. Koitus
81

Koitus tidak dihalangi kecuali bila ada sejarah sering


abortus/prematur, perdarahan pervaginam. Pada minggu
terakhir kehamilan, koitus harus hati-hati. Bila ketuban sudah
pecah, koitus dilarang. Orgasme pada hamil tua dapat
menyebabkan partus prematurus.

Pemeriksaan ibu hamil


Anamnesa
Anamnesa identitas : nama, umur, agama, pekerjaan, dsb
Anamnesa umum :
- Tentang keluhan-keluhan, nafsu makan, tidur, defekasi,
miksi, perkawinan, dsb.
- Tentang haid, kapan mendapat haid terakhir. Jika HPMT
diketahui, maka dengan rumus Naegele dapat ditaksir
tanggal persalinannya, yaitu :
TTP = tgl + 7, bulan 3, tahun + 1
- Tentang kehamilan, persalinan, keguguran dan kehamilan
ektopik atau kehamilan mola sebelumnya.
II. Pemeriksaan fisik
1. Kesehatan umum ibu
- Meliputi tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan, jantung,
paru, dsb.
2. Pemeriksaan obstetri
- Meliputi :
1. Inspeksi (periksa pandang)
2. Palpasi (periksa raba)
3. Auskultasi (periksa dengar)
- Yang akan diuraikan disini adalah cara melakukan palpasi
(menurut Leopold) yang terdiri atas 4 bagian :
Leopold I :
- Untuk menentukan umur kehamilan dan bagian apa yang
terdapat dalam fundus
- Sifat kepala ialah keras, bundar dan melenting, sedangkan
sifat bokong lunak, kurang bundar dan kurang melenting.
- Pemeriksaan tuanya kehamilan dari tingginya fundus uteri

I.
1.
2.

82

Leopold II :
- Untuk menentukan dimana letaknya punggung anak (rata)
dan dimana letaknya bagian-bagian kecil (tangan, kaki,
muka)
Leopold III :
- Untuk menentukan apa yang terdapat di bagian bawah &
apakah bagian bawah anak ini sudah atau belum
terpegang oleh pintu atas panggul
Leopold IV :
- Untuk menentukan apa yang menjadi bagian bawah dan
berapa masuknya bagian bawah ke dalam rongga panggul.
Catatan : Leopold I-III pemeriksa menghadap muka pasien, Leopold IV
pemeriksa menghadap ke arah kaki pasien.

Setelah selesai semua pemeriksaan di atas, baru dibuat


diagnosa kehamilan.
Sebagai dokter umum, kita sering menerima pasien ibu
hamil untuk kontrol kehamilannya. Oleh karena itu,
sebaiknya kita dapat menangani pasien tersebut dengan
baik, terutama untuk kasus-kasus tanpa resiko tinggi.
Sedangkan bila pada pemeriksaan ditemukan kasus-kasus
resiko tinggi, kita dapat merujuk pasien tersebut ke
spesialis kandungan/ RS, tentunya dengan penanganan
awal seperlunya.
Beberapa contoh kasus yang sering dijumpai dalam
praktek dokter umum :

Kasus 1 :
Pasien wanita, 25 tahun, G1P0A0, umur kehamilan 14+3 minggu
datang untuk memeriksakan kehamilannya, konjungtiva
anemis (+).
Terapi :
- Kita dapat melakukan anamnesis dan pemeriksaan obstetri
yang baik untuk mendiagnosa kehamilan tersebut (resiko
tinggi atau tidak).
- Dapat kita berikan vitamin dan suplemen besi

83

Contoh resep :
R/ Inbion caps no XXX
S 1 dd I
Inbion : tiap kapsul berisi Fe-glukonat 250 mg, Mn-SO 4 0.2 mg, CuSO4 0.2
mg, vit C 50 mg, asam folat 1 mg, vit B 12 7.5 mg, sorbitol 25 mg

Kasus 2 :
Pasien datang untuk kontrol post kuretase abortus/post
partum (normal/spontan).
Contoh resep :
R/
R/
R/

Auspilic kap no XV
S 3 dd I
Inbion caps no X
S 1 dd I
Methergin tab no X
S 2 dd I

Auspilic : amoksisilin (250/500 mg) + asam klavulanat (125 mg)


Methergin : metilergometrina hidrogen maleat (0.125 mg/tab; 0.2 mg/ml
injeksi)

2. Hiperemesis gravidarum
Emesis gravidarum normal pada hamil muda

Hiperemesis gravidarum adalah emesis gravidarum yang


berlebihan, yang menyebabkan gangguan keadaan umum.

Biasanya dimulai pada kehamilan bulan kedua atau ketiga.

Gejala :
Vomitus yang frekuen
Rasa mual, anoreksia, hipersalivasi, rasa tidak senang dengan
sinar, suara, bau tertentu & kadang-kadang tidak senang
dengan suami.
Sulit tidur, rasa panas/perih pada epigastrium

Etiologi :
1. Kasus ini mudah timbul pada wanita neurotik
1. Keadaan di bawah ini mempermudah terjadinya hiperemesis :
preeklampsia, unwanted pregnancy, stres emosi, pyelitis,
kondisi alergi.
Pembagian hiperemesis gravidarum
1. Hiperemesis gravidarum ringan :
- Belum ada dehidrasi
- Vomitus berlebihan
- Masih ada keinginan makan dan minum, walaupun
termuntahkan kembali
- Tidak/belum terjadi asidosis
Terapi :
84

- Istirahat pada tempat yang tenang dan segar


- Antivomitus
- Sedativa
- Berikan cairan elektrolit, oralit
- Makan sedikit tapi sering
- Diet tinggi protein dan karbohidrat
2. Hiperemesis gravidarum berat :
- Dehidrasi berat
- Keadaan umum lemah
- Vomitus hebat, tanpa ada cairan masuk
- Asidosis
- Ketonuri positif
- Delirium, somnolent atau koma
Terapi :
- Antivomitus (parenteral)
- Atasi dehidrasi dengan caira elektrolit + nutrien
- Atasi asidosis dengan bicarbonas natricus
- Sedativa (luminal atau valium)
- Tempat istirahat yang tenang
Contoh resep : (hiperemesis gravidarum ringan)
R/ Primperan tab no XV
S 3 dd I
R/ Valisanbe tab mg 2 no X
S 2 dd II
R/ Oralit sack no VI
S ad libitum solve in aqua cc 200
Primperan : metoklopramida HCl (10 mg/tab; 10 mg/2 ml ampul)
Valisanbe : diazepam (2 mg, 5 mg/tab)

3. Preeklampsia
Merupakan kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin
dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias :
2. Hipertensi
3. Edema
4. Proteinuria

Etiologi belum diketahui dengan pasti, teori yang sekarang


dipakai sebagai penyebab preeklampsia adalah teori iskemia
plasenta.

Klasifikasi :
Dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
1. Preeklampsia ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut :
a. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih, yang diukur pada posisi
berbaring terlentang; atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau
lebih; atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara
85

pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan


dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.
b. Edema umum, kaki, jari tangan dan muka; atau kenaikan BB 1 kg
atau lebih perminggu.
c. Proteinuria kwantitatif 0.3 gram atau lebih perliter; kwalitatif 1+
atau 2+ pada urine kateter atau midstream.
Penatalaksanaan rawat jalan :
- Istirahat yang cukup, pekerjaan sehari-hari perlu dibatasi
- Ibu hamil dianjurkan banyak duduk dan berbaring
- Diet rendah garam & tinggi protein
- Sedatif ringan seperti :
# Phenobarbital 3 x 30 mg (7 hari), atau :
# Diazepam 3 x 2 mg 97 (7 hari)
- Roborantia
- Kunjungan ulang tiap satu minggu
2.
-

Preeklampsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut :


Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
Proteinuria 5 gr atau lebih perliter
Oligouria, yaitu jumlah urine < 500 cc/24 jam
Adanya gangguan cerebral, gangguan visus dan rasa nyeri di
epigastrium
- Terdapat edema paru dan sianosis
Penatalaksanaan :
- Pasien dirujuk ke RS untuk penatalaksanaan selanjutnya.

II. GINEKOLOGI
1. Endometriosis
Adalah suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih
berfungsi berada di luar kavum uteri, berhubungan siklus haid,
jinak, dapat menyerbu ke organ lain dan bersifat progresif.

Gejala dan tanda :


Dismenorea (25-80 %)
Infertilitas
Nyeri panggul
Dispareunia saat koitus, dirasakan di daerah kavum Douglasi
Perdarahan uterus disfungsional
Nyeri perut merata atau nyeri pinggang
Nyeri supra pubik, disuria, hematuria
Tanpa gejala

Pemeriksaan dalam : terdapat nodul daerah cavum douglasi &


daerah ligamentum sacrouterina yang sangat nyeri.

Uterus : retrofleksi, sulit digerakkan

Laparoskopi : tampak pulau endometriosis berwarna kebiruan


yang tersebar.
86


Pengobatan :
A. Medikamentosa
- Hilangnya lesi endometriosis disebabkan oleh karena peristiwa
anovulasi dan amenorea, yang mengakibatkan penekanan
terhadap kelenjar adenohipofisis. Ini sangat rasional, wanita
dibuat mengalami anovulasi/ amenorea dengan menggunakan
preparat estrogen, androgen progesteron dan kombinasi.
1.
2.
-

Estrogen
Tidak dipergunakan lagi
ES : hiperplasi adenomatosa/kistik & perdarahan hebat
Estrogen-progesteron
Sepertinya pil KB. Pemakaian 6-12 bulan ternyata dapat
menghilangkan nyeri pelvis 75 %.
- ES : kembung, nyeri payudara, oedem, perdarahan bercak
3. Progesteron
- Medroxi progesteron asetat (Depoprovera/DMPA), dosis 100 mg
tiap minggu, 4 x pemberian, diteruskan 200 mg tiap 4 minggu
selama 6-9 bulan.
4. Danazol
- Keluhan hilang sekitar 70-90 %
- Keunggulan : menekan aktivitas makrofag dihindarkan
fagositosis terhadap gamet maupun zigot.
- ES : acne, perdarahan spotting, BB meningkat, libido menurun,
buah dada mengecil, suara berubah
- Dosis : 400-800 mg/hari dibagi dalam 2 kali pemberian, selama
3-6 bulan, dapat diteruskan sampai 9 bulan.
5. GnRH agonis
- Menyebabkan hipogonadotropin hipoestrogenisme regresi
jaringan endometriosis keluhan hilang.
- Preparat yang dipergunakan :
# Tapros 3.75 mg terdiri dari leuprorelin
# Zoladex 3.6 mg terdiri dari gaserelin
- Pemberian secara injeksi dimulai hari ke-5 haid diberikan
subkutan atau im dengan interval 4 minggu, diberikan sampai 6
bulan.
- Es : nausea, vomitus, oedem, sakit seluruh badan, pusing,
mialgia, mammae mengecil.
Contoh resep :
R/

Azol caps no LX
S 2 dd I

Azol : danazol (200 mg/caps)

B. Pembedahan
Dilakukan dengan laparotomi, dikerjakan ovariektomi bilateral
dan histerektomi. Hal ini menyebabkan estrogen rendah yang
bersifat permanen.

87

2. Adnexitis
Salphingitis menjalar ke ovarium hingga juga terjadi oophoritis.
Salphingitis dan oophoritis disebut adnexitis.
Gejala-gejala :
Demam tinggi dengan menggigil, pasien sakit keras
Nyeri kiri dan kanan di perut bagian bawah terutama jika
ditekan
Defanse kiri dan kanan di atas lig.Poupart
Mual dan muntah karena rangsangan peritoneum.
Kadang-kadang ada tenesmi ad anum karena proses dekat
pada rektum atau sigmoid.
Toucher :
# Nyeri kalau portio digoyangkan
# Nyeri kiri dan kanan dari uterus
# Kadang-kadang ada penebalan dari tuba
# Tuba yang sehat tak dapat diraba
# Menorrhagi dan dysmenorhoe
Karena adnexitis, terjadi perlekatan dengan usus yang dapat
diraba sebagai tumor adnex tumor

Terapi :
Istirahat simptomatik
Broad spektrum antibiotika
Kortikosteroid
Contoh resep :
R/ Corsacin kap mg 500 no X
S 2 dd I
R/ Danasone tab no XX
S220
R/ Hedix kap no XV
Corsacin : ciprofloksasin (250, 500 mg/kaplet)
Danasone : dexametason (0.5 mg/tab)
Hedix : metampiron 500 mg, diazepam 2 mg

3. Amenorea
Adalah tidak adanya haid selama 3 bulan atau lebih

Amenore primer kita pergunakan bila seorang wanita belum


pernah mendapat menstruasi dan tidak boleh didiagnosa
sebelumpasien mencapai umur 18 tahun.

Amenore sekunder ialah hilangnya haid setelah menarche

Pada beberapa keadaan terdapat amenore yang disertai


galactorhoe, pada keadaan : Syndrom Chiari-Frommel, syndrom
Forbes-Albright, syndrom Ahoemada-del Costello.

Terapi diberikan menurut etiologi


Contoh resep : (amenore sekunder)
88

R/ Gynaecosid tab no II
S 1 dd I (2 hari)
Bila disertai galaktorea, dapat diberikan pula :
R/ Parlodel tab no X
S 1 dd I
Gynaecosid : metilestrenolon 5 mg, metilestradiol 0.3 mg (KI : hamil), biasanya
setelah 3-6 hari akan terjadi haid
Parlodel : bromokriptin (2.5 mg/tab) menekan prolaktin

4. Perdarahan Uterus Disfungsional (PUD)


Adalah perdarahan uterus abnormal (jumlah, frekuensi, lamanya)
yang terjadi baik di dalam maupun di luar siklus haid, dan
merupakan gejala klinis semata-mata karena gangguan
fungsional mekanisme kerja poros hipotalamus-hipofisis-ovariumendometrium tanpa adanya kelainan organik alat reproduksi.

Dapat terjadi pada setiap umur wanita yang dewasa, yang


tersering terdapat pada masa pubertas dan climacterium.

89

PUD dapat dibagi :


a. Perdarahan anovulatoar
b. Perdarahan ovulatoar
Terapi :
Hormonal (progesteron/MPA) pada wanita yang masih muda,
dosisnya 10-20 mg/hr selama 7-10 hari
Senyawa antifibrinolitik (asam traneksamat) & senyawa
antiprostaglandin (asam mefenamat)
Kuretase
Histerektomi pada tua
Contoh resep :

R/ Provera tab mg 10 no XX
S 2 dd I
R/ Transamin tab no XV
S 3 dd I
R/ Ponstan tab mg 500 no XV
S 3 dd I
R/ Inbion tab no X
S 1 dd I
Provera : medroksi progesteron asetat /MPA (2.5 mg; 10 mg tab)
Transamin : asam traneksamat (500 mg/tab salut)
Ponstan : asam mefenamat (500 mg/tab, 250 mg/caps)

5. Syndrom menopause
Menopause ialah haid terakhir, atau saat terjadinya haid terakhir,

Diagnosis menopause dibuat setelah terdapat amenore


sekurang-kurangnya satu tahun. Berhentinya haid dapat
didahului oleh siklus haid yang lebih panjang, dengan perdarahan
yang berkurang.

Menopause yang artifisial karena operasi atau radiasi


umumnya menimbulkan keluhan yang lebih banyak dibandingkan
dengan menopause alamiah.

Biasanya ditandai dengan adanya gangguan fisik/psikis.

Gangguan fisik, seperti : muka berasa panas, banyak keringat,


jantung berdebar-debar, pusing, sakit kepala, tidak dapat tidur,
kesemutan.

Gangguan psikis, seperti : psikis sangat labil, kadang-kadang


sampai menjelma menjadi psychose climacterium.
Terapi :
Estrogen seperti lynoral 2 x 1 tablet dari 0.05 mg atau
progynova.
Juga sering digunakan sedativa
Contoh resep :

90

R/
R/

Lynoral tab no XXX


S 1 dd I
Diazepam tab mg 5 no XXX
S00-1

Lynoral : etinilestradiol (0.05 mg/tab)

6. Infertilitas/kemandulan
Infertilitas merupakan kesuburan yang berkurang.

Suatu pasangan disebut infertil kalau sang istri tidak hamil


dalam waktu 1 tahun setelah kawin tanpa mempraktekkan
kontrasepsi (disengaja).

Dibedakan : infertilitas primer dan sekunder

Pemeriksaan infertilitas :
- Wawancara :
Ditanyakan mengenai pekerjaan, sosial ekonomi, kebudayaan,
operasi-operasi kandungan, infeksi panggul, infeksi saluran
kencing, penyakit kelamin. Riwayat haid, lamanya, banyak
sedikitnya, nyeri tengah haid, nyeri haid atau dismenorhea,
amenorea, lamanya, sebabnya. Ditanya pula obat-obat yang
dipakai dan kontrasepsi apa yang digunakan. Pernah hamil
atau tidak, bila pernah ditanyakan riwayat obstetrik.

91

Pemeriksaan umum :
Ada tidaknya kelainan endogen seperti sindroma Cushing,
sindroma polisistik ovarium, hipotiroidisme, hipertiroidisme,
sindroma Turner, sindroma Klinefelter, sindroma feminisasi.
Pemeriksaan payudara : ada tidaknya galaktorea
Kelainan-kelainan lain : prolaps uteri, polip serviks, tumor
ovarium, tumor uterus.
Masalah infertilitas mencakup pasangan, jadi keduanya harus
diperiksa, baik suami maupun istri untuk mengetahui adanya
kelainan yang ditemukan pada salah satu pasangan ataupun
keduanya.
Pengobatan :
Sesuai dengan penyebabnya

Contoh kasus 1 :
Seorang , 30 tahun, sudah menikah 5 tahun & belum
mempunyai anak. Pada anamnesa didapatkan siklus haid yang
tak teratur, tak ditemukan kelainan organik.
Contoh resep :
R/ Profertil tab no V
S 1 dd I (hari 5-10 siklus haid)
R/ Fundamin E tab no X
S 1 dd I
Catatan : pengobatan hormonal ini berlangsung selama 3 siklus haid
kemudian dilihat apakah ada ovulasi.
Profertil : klomifen sitrat (50 mg/tab)
Fundamin E : tiap tablet salut berisi vitamin B 1 100 mg, vit B6 50 mg, vit B12
100 mcg, vit E 30 UI

Contoh kasus 2 :
Seorang , 28 tahun, sudah menikah 3 tahun & belum
mempunyai anak. Pada pemeriksaan sperma didapatkan
oligozoospermia.
Contoh resep :
R/ Provula tab no XIV
S 1 dd I
R/ Andriol tab no XLII
S 3 dd I
Andriol : testosteron undekanoat (40 mg/tab)
Provula : klomifen sitrat (50 mg/tab)

III. KONTRASEPSI KELUARGA BERENCANA (KB)


1. Kondom

92

Adalah suatu sarung karet yang tipis, berwarna/tak berwarna,


dipakai untuk melingkupi batang penis/zakar sewaktu melakukan
hubungan seksual.
Jenis :
1. Terbuat dari lateks (Durex, Dualima, Sutra).
2. Terbuat dari bahan plastik/vinyl
3. Terbuat dari bahan alami
Cara kerja :
- Mencegah spermatozoa (sel mani) bertemu dengan ovum (sel
telur) pada waktu senggama.
Efek samping :
1. Kondom rusak/robek/bocor
2. Iritasi lokal pada penis/reaksi alergi (jarang)
3. Mengurangi kenikmatan bersenggama
4. Iritasi vagina
2. Pil KB
Adalah pil yang berisi hormon sintetik yang digunakan oleh
wanita secara periodik sebagai alat kontrasepsi.
Jenis :
1. Berisi gabungan hormon sintetik estrogen dan progesteron
(disebut juga pil kombinasi), contohnya pil KB Microgynon 30
dan pil KB Marvelon.
2. Berisi hormon progesteron saja (disebut juga pil mini). Contoh
pil mini adalah pil KB Exluton.
Yang umum digunakan di Indonesia adalah pil kombinasi.
Cara kerja :
Menekan ovulasi yang akan mencegah pematangan sel telur
(ovum) dari pelepasan indung telur
Mengentalkan lendir mulut rahim sehingga sel mani/sperma
tidak mudah masuk ke dalam rahim
Menjadikan endometrium tidak siap menerima implantasi
Efek samping :
1. Gangguan siklus haid/menstruasi
2. Tekanan darah tinggi
3. Berat badan naik
4. Jerawat
5. Kloasma/bercak coklat kehitaman pada wajah
6. Tromboemboli
7. Produksi ASI berkurang
8. Gangguan fungsi hati
9. Varises
10.Perubahan libido (dorongan seksual)
11.Depresi
12.Kandidiasis vaginal
13.Pusing/sakit kepala
14.Mual dan muntah
93

15.Rasa penuh, tegang & nyeri pada payudara


3. Suntikan
Adalah alat kontrasepsi berupa cairan yang berisi hanya hormon
progesteron disuntikkan ke dalam tubuh wanita secara periodik.

Jenis :
1. Golongan progestin
- Misalnya : Depo Provera 150 mg (disuntikkan tiap 3 bulan),
Noristerat (tiap 2 bulan).
2. Golongan progestin dengan campuran estrogen propionat
- Misalnya : Cyclofen (tiap 1 bulan)
Cara kerja :
Mencegah pematangan & lepasnya sel telur dari indung telur
wanita
Mengentalkan lendir mulut rahim, sehingga spermatozoa (sel
mani) tidak dapat masuk ke dalam rahim
Menipiskan endometrium, sehingga tidak siap untuk
kehamilan.
Efek samping :
1. Gangguan siklus haid/menstruasi
2. Depresi
3. Keputihan (leukorea)
4. Jerawat
5. Rambut rontok
6. Perubahan berat badan
7. Pusing/sakit kepala/migrain
8. Mual dan muntah
9. Perubahan libido/dorongan seksual
4. Implan/susuk
Adalah alat kontrasepsi berbentuk kapsul silastik berisi hormon
jenis progestin (progesteron sintetik) yang ditanamkan di bawah
kulit.
Jenis :
2. Terdiri dari 6 kapsul silastik, dimana setiap kapsulnya berisi
Levonorgestrel sebanyak 36 mg (Norplant).
3. Terdiri dari 1 kapsul silastik berisi 68 mg 3-ketodesogestrel
dan 66 mg kopolimer EVA (Implanon).
4. Terdiri dari 2 kapsul silastik berisi Levonorgestrel 75 mg
(Jadena).

Cara kerja :
Menekan ovulasi yang akan mencegah lepasnya sel telur
(ovum) dari indung telur
Mengentalkan lendir muluit rahim sehingga sel mani/sperma
tidak mudah masuk ke dalam rahim
Menipiskan endometrium, sehingga tidak siap untuk nidasi
94

Efek samping :
1. Gangguan siklus haid/menstruasi
2. Ekspulsi implan
3. Perubahan berat badan
4. Jerawat
5. Rasa nyeri/perih/pedih payudara
6. Gangguan fungsi hati
7. Perubahan libido/dorongan seksual
8. Pusing/sakit kepala/migrain
9. Nyeri perut bagian bawah
10.Kloasma
11.Tromboflebitis
12.Infeksi pada luka insisi
13.Perubahan perasaan/depresi
14.Gangguan pertumbuhan rambut
5. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR/IUD)
Adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rongga
rahim wanita
Jenis :
1. Inert : dari plastik (Lippes loop) atau baja anti karat (the
Chinese Ring).
2. Mengandung tembaga : CUT 380A, CUT 200C, Multiload &
Nova T. Yang sekarang direkomendasikan adalah jenis CUT
380A
Cara kerja :
Menimbulkan reaksi jaringan sehingga terjadi serbukan sel
darah putih
Lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas
Mengurangi jumlah sperma yang mencapai tuba falopii dan
menginaktifkan sperma

Efek samping :
1. Gangguan perdarahan
2. Infeksi
3. Keputihan
4. Ekspulsi AKDR
5. Perforasi/translokasi
6. Rasa mulas (nyeri/kram) perut bawah
7. Rasa nyeri pada alat kelamin suami

95

6. Kontrasepsi Mantap (Kontap)


Adalah suatu cara kontrasepsi permanen baik pada pria atau
wanita, dilakukan dengan tindakan operasi kecil untuk
mengikat/menjepit/memotong saluran telur (perempuan) atau
menutup saluran mani (laki-laki).
Jenis :
2. Kontrasepsi mantap (Kontap) pada wanita disebut tubektomi
3. Kontrasepsi mantap (Kontap) pada pria disebut vasektomi
Cara kerja :
Tubektomi :
Mencegah bertemunya sel telur dengan sperma karena
saluran sel telur (tuba falopii) yang menuju rahim diputus
(tubektomi minilaparotomi) atau dijepit (laparoskopi).
Vasektomi :
Mencegah spermatozoa bertemu dengan sel telur karena
saluran mani (vas deferens) ditutup.
Teknik yang banyak digunakan saat ini adalah vasektomi
tanpa pisau (VTP) atau Non Scalpel Vasektomi (NSV).
Efek samping
A. Kontap wanita/tubektomi :
1. Reaksi alergi anestesi
2. Infeksi/abses pada luka
3. Perforasi rahim
4. Perlukaan kandung kencing
5. Perlukaan usus
6. Perdarahan mesosalping
B. Kontap pria :
1. Reaksi alergi anestesi
2. Perdarahan
3. Hematoma
4. Infeksi
5. Granuloma sperma
6. Gangguan psikis (dorongan
impotensi)

96

seksual

meningkat

atau

T A T A L AK S A N A P R A K T I S

Bedah

Oleh :
dr Frengky Susanto

Bab IV
Ilmu bedah
(surgery)

1.

Haemoroid
Pelebaran plexus haemoroidalis yang bukan
keadaan patologi dan menimbulkan keluhan.

Klasifikasi:

Haemoroid interna

merupakan

:pelebaran Pl. haemodalis

superior.
Haemoroid externa :pelebaran Pl. haemodalis

inferior.

Derajat haemoroid interna:

1. Perdarahan tidak menonjol, tapi dalam anamnesa


didapatkan adanya darah segar difeces/ darah menetes
setelah defekasi.
2. Adanya trombus: varices keluar saat defekasi dan
tereposisi spontan setelah defekasi selesai.
3. Varices yang keluar tidak dapat masuk lagi tapi harus
didorong.
4. Varices yang keluar tidak dapat masuk lagi walaupun
sudah didiorong sering menimbulkan rasa sakit dan
menjadi prolap haemoroid sehingga membuat mukosa
kering dan lama- kelamaan mukosa ini lepas.

Penatalaksanaan :

Non operasi:

Grade I- II
Grade III- IV

:non operasi
:operasi

Diet tinggi serat


Suppositoria dan salepuntuk anestesi dan

analgetik
Anusol HC R , dosis 1 supp
tiap pagi dan
menjelang tidur, 3-6 hr, selanjutnya gunakan
Anusol R , dosis 1supp. tiap pagi dan menjelang
tidur, 3-6hr atau sampai radang berkurang.

Obat flebodinamik:
Ambeven R 3x 2 kapsul, selanjutnya 3x 1 kapsul.

Skleroterapi:
Dengan gunakan Phenol 5% dalam minyak nabati,
suntikan kesubmukosa dengan anoskop diantara
haemoroid dengan harapan terjadi peradangan steril
yang kemudian terjadi fibrotik dan meninggalkan
jaringan parut sehingga akan menekan vena.

Haemoroid eksterna

Trombus dapat terjadi karena tekanan meningkat di


vena haemoidalis inferior karena mengangkat barang berat,
batu, bersin, ditandai dengan;

Benjolan dibawah kulit canalis analis

98

Nyeri berkurang setelah 2-3 hari ditandai

dengan
berkurangnya oedem

Tegang

Berwarna kebiruan

Dapat terjadi resolusi spontan 2-4 hr


Penatalaksanaan:
Keluhan berkurang setelah berendam di air hangat dan
diberi salep analgetik (Boragginol-S zalf R) di haemoroidnya,
dilanjutnya istirahat di tempat tidur untuk menurunkan
pembengkakan.
Ctt. Cara pakai: salep dioleskan pada haemoroidnya dengan
menggunakan kasa pembalut lalu tempelkan pada tempat
radang, ganti 2-3 kali perhari.

2.

Batu sal. kemih


Klinis keadan pasien tergantung dari lokasi batu, besar
batu, dan penyulit yang telah terjadi.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri ketok didaerah
kostovertebra, teraba ginjal disisi yang sakit akibat
hidroneprosis, terlihat tanda tanda gagal ginjal, retensi urine
dan jika disertai infeksi didapatkan demam/ menggigil.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan foto polos
abdomen, pielografi intra vena (PIV)
Penatalaksanaan:
Medikamentosa ditujukan pada batu <5mm, karena
diharapkan batu dapat keluar spontan:
Batugin elixir R 3-4 x 1 gelas takar.
CTT. Sedian 300ml elixir dengan gelas takar 30ml. Setelah
batui keluar pencegahan tetap dilakukan dengan 1x1 gelas
takar.Pengobatan dilakukan terus menerus samapi jangka
waktu tertentu (2-4 minggu), KI: gangguan fungsi ginjal,
obstruksi saluran kemih.Selama pengobatan harus minum
banyak.

3.

Benigna Prostat hipertropi


Klinis:

Keluhan obstruksi sal. kemih bag.


Bawah.
Tanda obstruksi:
Hesitansi (menunggu pada awal miksi)
Pancaran miksi lemah
Intermitensi(miksi terputus)
Miksi tidak puas
Menetes setelah miksi
Keluhan pada sal. kemih bag. Atas
Tanda obstruksi:
Nyeri pinggang
Benjolan dipinggang (tanda hidronefrosis)
99

Demam (tanda infeksi atau urosepsis)


Keluhan diluar sal. kemih
Keluhan disini merupakan akibat peningkatan tekanan
intra abdomen seperti adanya hernia inguinalis dan
haemoroid.

Pemeriksaan fisik:

Mungkin buli- buli penuh dan teraba masa kistik


didaerah supra simfisis akibat retensi urine

Colok dubur
Konsistensi
BPH :kenyal
Ca prostat :keras teraba benjolan yang lebih keras dari
sekitarnya (asimetris).
Grade BPH :
I
:Pole atas mudah dicapai
II
:Pole atas masih dapat dicapai
III
:Pole atas sukar dicapai
IV
:Pole atas tidak dapat dicapai

Jumlah sisa urine


Grade I
:kurang 50ml
II
:50-100ml
III
:> 100ml
IV
: retensi urine total
Ctt. Bisa menggunakan kateter post miksi atau usg

Pancaran urine/ uroflowmeter


Normal
:10-12ml/det
Max
:20ml /det

Klinis
Grade I
:sering kencing
II
:Kencing tidak puas, tapi setelah
mengedan puas
III
:Kencing tidak puas tapi setelah
mengedan tidak puas juga
IV
:Retensi urine

Penatalaksanaan:

Konservatif :untuk BPH grade I dan sebagian II

Selectife
1
adrenoceptor
antagonist: Tamsulosin hydroclorida (Harnal R) 1x 1tab
(0,2 mg).

Antibiotik
untuk
mencegah
infeksi.

Operasi

Close prostatektomi, seperti:TURP

Open prostatektomi
Ctt. Tamsulosin aman diberikan bersamaan dengan anti
hipertensi.

4.

gigitan ular berbisa


100

Gejala:

Lokal : nyeri (tidak sebanding dengan


besar luka), Oedem, Eritem, Petechi, echimosis, blla, tandatanda nekrosis jaringan yang lain.

Sistemik
:
Kardiovaskuler
: nadi
meningkat,
perdarahan
,
hemoglobinuria, syok.
SSP
: demam, mual- muntah, diare, sukar
membuka mata, sukar menelan,
bicara
pelo,
kadang
kesadaran
menurun, parestesia, lemas.
Klasifikasi:
1.
Ringan
:oedem (+)
Dalam waktu 2 jam tidak ada gejala
sistemik
2.
Sedang
:Tampak sakit sedang
Gejala sistemik lokal
Nyeri
Hipotensi
Bengkak
Sekitar luka: nekrosis
3.
Berat :Gejala sistemik (+)
>6jam, syok koma dan perdarahan
besar.
Penatalaksanaan:
Jika termasuk dalam klasifikasi derajat sedang berat
sebaiknya dirujuk keRS.
1.
Pengobatan suportif

Atasi kegagalan pernafasan

Atasi syok

Berikan cairan/darah

Cegah gagal ginjal akut


2.
Kurangi jumlah bisa yang masuk kedalam tubuh

Lebarkan bekas gigitan sepanjang


dan sedalam cm

Lakukan pengisapan:
Mulut :tidak boleh ada luka dimulut dan kalau
tertelan, dinetralkan oleh cairan
pencernaan.
Alat pengisap
3.
Hilangi penyerapan bisa kedalam tubuh:

Pasang
touniquetbeberapa
cm
diatas lukaatau proksimal pembengakakan yang telah
terlihat dengan tekanan < tekanan arteri dan cukup
menghambat aliran vena.

Tekanan dipertahankan selama 2


jam
4.
Secepatnya dilakukan pengenceran. Luka dicuci
dengan air bersih air teh ( karena mengandung tanin)
101

5.

Netralisasi luka dengan penyuntikan ABU (Anti


Bisa Ular) I.V pada daerah yang bersangkutan.
Ctt. Sebelum disuntikan ABU terlebih dahulu uji
sensitivitas.
6.
Medikamentosa lain:

Antibiotik broad spektrum

ATS
Jika terkena sengatan Tawon:
Bisa terdapat dalam ekor , segmen ke-3
Penatalaksanaan: mencukil ujung yang tertinggal.
Jika terkena sengatan kalajengking:
Gejalanya:hipersalivasi, hiperlakrin, hiperhidrasi
Penatalaksanaan:terapi suportif

5.

luka bakar
Suatu penyakit yang disebabkan oleh panas, arus listrik atau
bahan kimia yang mnegenai kulit, mukosa dan jaringan yang
lebih dalam
Klinis:
Secara klinis ada 3 derajat:
1. Tingkat I
: hanya mengenai epidermis
2. Tingkat II
: dibagi lagi menjadi:

Superficial : menegnai epidermis dan lapisan


atas dari korium.Elemen epitel
sperti kel. Keringat, lemak, dan
folikel
rambut
masih
banyak.Penyembuhan dalam 1-2
minggu, tanpa terbentuk sikatrik.

Dalam
: sisa
epitel
tinggal
sedikit,
penyembuhan lebih lama (3-4
minggu) dan disertai pembentukan
jaringan sikatrik.
3. Tingkat III : mengenai seluruh tebalnya kulit, atau
mengenai juga lapisan dibawah kulit
seperti subkutan, otot, tulang.

Rule of nine
9
9

9
9

1
0

1
4
9

18

18

18

18

9
9

18

102

18

16

16

Dewasa

15 tahun

5 tahun

1
8
9

9
18
18

14

14

1 tahun
Tentukan dalamnya luka bakar dengan cara:
o
Klinis
o
Tusukan jarum
o
Pengecatan dengan evans blue
o
Termografi infra red
Tentukan luasnya luka bakar:
Wallace rule of nine
Dari semua ini dapat kita tentukan:

Luka bakar parah:


TingkatII
:30%
Tingkat III :10%
Luka bakar pada tangan, kaki, muka.
Dengan adanya komplikasi pernafasan,
fraktur, dan kerusakan jaringan lunak
yangluas.

Luka bakar sedang:


Tingkat II :15-30%
Tingkat III :5-10% (kecuali mengenai muka,
tangan, dan genitalia)

Luka bakar ringan:


Tingkat II :<15%
Tingkat III :5%
Penatalaksanaan:
Untuk luka bakar derajat sedang berat sebaiknya
dirujuk ke Rumah Sakit.

Jalan nafas harus diperhatikan

Cairan yang dipilih: Ringer laktat berdasarkan


rumus Baxter.
Pada dewasa 4cc/kg/%/24jam
103

Pada anak 2cc/kg/% + kebutuhan cairan


basal dengan perbandingankristaloid:
koloid=17:3

nya diberikan 8 jam pertama

nya diberikan 16 jam berikutnya


Observasi produksi urine setiap jam.

Bila ada tanda- tanda sepsis diberikan Penicilin G,


atau sefalosforin generasi I, Sefadroxil (Cefat R)2x 500mg .
atau Sefradin (lovecef R)3x 500mg.

Analgetik untuk mengurangi nyeri, As. Mefenamat


(Nichostan R) 3x 500mg

Makanan tinggi kalori

Profilaksis
tetanus
diberikan
toksoid,
bila
sebelumnya telah mendapat dasar imunisasi , bila tidak
mendapat imunisasi maka diberikan human imun globin
500 unit.

Lukanya diolesi krim Sulfadiazin (Dermazin R)


Luka dikompres dengan kasa yang telah dibasahi Nacl,
jan berikan betadine pada luka bakar karena akan
menambah perih.

Untuk luka yang mengenai kaki/ tangan melingkar


, maka perlu dilakukan fasiotomi

Tandur kulit dilakukan bila luika tidak sembuhsembuh dalam waktu 2minggu dengan diameter >3cm.

6.

kolik
Kolik dapat disebabkan oleh gangguan digestivus, kolik
renal,atau gangguan empedu.
Contoh Terapi secara simptomatik:

Papaverin (Spasmal R) 3x1 tab. Atau

Skopolamin Bromobutilat (Spasmolit R) 3x 1tab.

7.

Patah tulang terbuka


Patah tulang dimana fragmen tulang yang bersangkutan
sedang atau pernah berhubungan dengan dunia luar.
Bila luka terbuka disebut
: patah tulang terbuka
Bila luka lecet disebut
:Patah tulang terbuka
potensial.
Klasifikasi derajat patah tulang terbuka berdasarkan Gustilo
dan anderson yaitu:

Derajat I:
Garis patah sederhana dengan kurang atau sama dengan
1cm bersih.

Derajat II:
Garis patah sederhana denga luika >1cm, bersih tanpa
kerusakan jaringan lunakyang luasatau terjadinya flap atau
avulsi.
104

Derajat III:
Patah tulang yang disertai dengan kerusakan jaringan
luas termasuk kulit, otot, saraf, pembuluh darah. Patah
tulang ini disebabkan oleh gaya dengan kecepatan tinggi.
Terbagi lagi:
Derajat IIIA
:bila patah tulanng masih ditutup dengan
jaringan lunak.
Derajat IIIB
:tulang terbuka tidak dapat ditutup denga
jaringan lunak termasuk periosteum sangat
berperan dalam proses penyembuhan,
pada umumnya terjadi kontaminasi serius.
Derajat IIIC :terdapat kerusakanpembuluh darah arteri.
Penatalaksanaan:
Semua kasus patah tulang dianggap sebagai kasus
gawat darurat sehingga harus dirujuk keRS.

Pemberian antibiotik broad spektrum, seperti


Penicillin, Sefalosforin generasi III seperti Sefotaksim
(Clasef R)2x 1gr injeksi, Seftriakson (Foxim R) 2x 1gr
injeksi.

Debridemen dan irigasi,


Irigasi dilakukan untuk mengurangi kepadatan
kepadatan kuman dengan mencuci luka mengunakan
larutan fisiologi dalam jumlah banyak baik dengan
tekanan, maupun tanpa tekanan.

Stabilisasi:
Untuk derajat I- II dipertimbangkandengan fiksasi
primer,
Untuk derajat III dianjurkan pemasangan fiksasi
luar.

Penutupan:
Penutupan luka primer dapat dipertimbangkan
pada derajat I-II. Ssesdangkan derajat III sama sekali
tidak dianjurkan untuk dilakukan penutupan, hanya saja
kalau memungkinkan tulanng yang nampak ditutup oleh
jaringan lunak otot untuk mempertahankan hidupnya.

Rehabilitasi dini.

8.

Patah tulang tertutup


Terputus atau hilangnya kontinuitas dari struktur tulang,
ephifisial plate, serta kartilago, denagn jaringan kulit diatasnya
masih utuh.
Gejala klinis:

Tanda tidak pasti


1.
Rasa nyeri dan tegang:nyeri umumnya
bertambah jika digerakan
2.
hilangnya fungsi diakibatkan oleh nyeri atau
tidak mampu melakukan gerakan
105

3.

Deformitas
disebabkan
oleh
pembengakakan atau akibat perdarahan dan posisi
fragmen tulang yang berubah.

Tanda pasti:
1.
Gerakan abnormal (false movement)
Biasa terjadi pada patah tulang panjang bagian tengah.
2.
Krepitasi, terjadi akibat gesekan kedua fragmen
tulang patah.
3.
Deformitas akibat fraktur, umumnya deformitas
berupa angulasi, rotasi dan pemendekanan.
Pemeriksaan fisik:

Inspeksi
:- pembengakakn
(look)
- deformitas

Palpasi
:- tegang lokal, nyeri tekan, krepitasi
(fell)
-pemeriksaan pulsasi arteri distal dari
fraktur.

Gerakan
:-gerakan abnormal (false movement).
-fungsi laesa

Radiologi :- 2 arah (antero-posterior danlateral)


- 2 waktu yang berbeda(saat setelah
trauma dan 10 hari setelah trauma)
- 2 sendi: sendi proksimal dan distal dari
fraktur harus terlihatpada film.
- 2 eksterimitas : sebagai pembanding, bila
garis fraktur meragukan, terutama anakanak.
Penatalaksanaan:
A.
Pertolongan darurat (emergensi)
Pemasangan bidai (splint)

Mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut

Mengurangi rasa nyeri

Menekan kemungkinan terjadinya emboli


lemak dan syok.

Memudahkan tranfortasi dan mengambilan


foto.
B.
Pengobatan definitif

Reposisi secara tertutup:


1.
Manipulasi secara tertutup untuk mereposisi,
terbatas hanya pada patah tulang tertentu.
2.
Traksi dengan melakuka tarikan pada bagian
dist

Imobilisasi:
1. gips
2. traksi secara kontinue
traksi kulit
traksi tulang

Reposisi secara terbuka:

106

Melakukan reposisi denga cara operasi kemudian


melakuka imobilisasi dengan menggunakan fiksasi
interna yang dapat berupa plat, pen, atau kawat.
C.
Rehabilitasi

Latihan terdiri dari:


mempertahankan ruang gerak sendi
latihan otot
latihan berjalan
Untuk dr umum sebaiknya melakukan pertolongan pertama
dengan fiksasi memakai bidai, untuk selanjutnya dirujuk ke
RS.

9.

Hematuri
Adanya darah dalam urine baik makroskopis maupun
mikroskopis
Hematuri disebabkan oleh bermacam- macam penyakit,
seperti neoplasma, uorolithiasis, infeksi, kelainan sistemik,
kelainan kongenital, benda asing, trauma, tidak diketahui
sebabnya.
Pemeriksaan:

Anamnesa:
1. keluhan utama
2. Sejak kapan hematuti ? terus- menerus atau intermiten?
Apakah sekarang urinmasih merah?
3. Jenis hematuri? Hanya pada awal miksi, akhir miksi atau
total?
4. Disertai nyeri atau tidak? sifat nyeri?
5. Apakah disertai benjolan diperutnya? jika ya sejak kapan?
6. Apakah pernah keluar batu spontan waktu miksi?
7. Apakah menderita batuk kronis?
8. Apakah beberapa hari sebelumnya menderita faringitis?
9. Obat- obat apa saja yang diminum?
Pemeriksaan fisik:
Pertama - tama penderita disuruh miksi dan ditampung
ditmpat yang bersih, dilihat warna urine dan dilakukan
pemeriksaan urinalisis. Kemudian dilakukan pemeriksaan
saluran kemih sebagaimana lazimnya.Untuk kelainan
saluran kemih periksa dari ginjal hingga muara uretra,
skrotum dan lakukan colok dubur.
Pemeriksaan laboratorium:
- Urinalisa dan kultur urina
- Sitologi urine
- Darah lengkap
- Faal ginjal
- Faal hemostatis
- Titer antistreptolisin
Pemeriksaan radiologi
- Foto thorak
107

- Pielografi intra vena


Diagnosa banding:

Yang berasal dari obat- obatan seperti


laksan yang mengandung fenolftalein, piridium. Obat anti
tuberkulosis, Rifampisin.

Yang berasal dari makanan seperti pewarna:


rhodamine B, keadaan ini disebut pseudohematuri.
Penatalaksanaan:

Penderita
gross
hematuri
merupakan indikasi untuk masuk RS.

Sambil
menegakan
diagnosa
hematuri, maka dapat diberikan pengobatan simptomatik,
yaitu:
Spasmolitik (Papaverin / Spasmal R
3x1 atau Skopolamin bromobutilat / spasmolit R 3x1
jika disertai kolik.
Tranfusi jika anemia derajat sedang
dan hematuri tetap berlangsung.
Koagulansia
(As.
Traneksamat
/
Ditranex R 3 x 500mg (tablet atau injeksi).
Dianjurkan minum yang banyak.

108

Tata laksana

PRAKTIS

ILMU PENYAKIT PARU


(PULMONOLOGI)

OLEH :
dr. Rudy Budijono

BAB V
ILMU PENYAKIT PARU
(PULMONOLOGI)
I. TUBERCULOSIS PARU ( TB PARU )
1.Diagnosis TB Paru
Berdasarkan :
a. Gejala klinik
Gejala klinik TB paru dapat dibagi 2, yaitu :
Gejala respiratorik :
batuk > 3 minggu
batuk darah / hemoptoe
sesak napas
nyeri dada
Gejala sistemik :
demam
gejala lain : malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan
menurun.
b. Pemeriksaan fisik
- Sangat tergantung luas dan kelainan struktural paru
- Kelainan pada umumnya terletak di lobus superior terutama
daerah apex dan segmen posterior, serta daerah apex lobus
inferior
- Suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki
basah,
tanda-tanda
penarikan
paru,
diafragma
dan
mediastinum
c. Kelainan radiologik
- Pemeriksaan standar adalah foto thorak PA dengan atau tanpa
foto lateral.
Pemeriksaan lain atas indikasi : foto apiko-lordotik, oblik, CT
Scan.
Bayangan berawan / noduler di segmen apikal dan posterior
lobus atas paru dan segmen superior lobus bawah.
Kavitas, terytama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan
opak berawan atau nodular.
Bayangan bercak milier
Efusi pleura unilateral
- Lesi minimal, bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua
paru dengan luas tidak lebih dari volume paru yang terletak di
110

atas chondrosternal junction dari iga kedua dan processus


spinosus dari VTh IV atau korpus VTh V & tak dijumpai kavitas.
- Lesi luas, bila proses lebih luas dari lesi minimal
d. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan bakteriologik
Pemeriksaan : - Mikroskopik biasa :
- Pewarnaan Ziehl-Nielsen
- Pewarnaan Kinyoun Gabbett
- Mikroskopik fluoresens :
- Pewarnaan Auramin & rhodamin
BTA : dx. Pasti tapi ingat, ada Mycobacterium lain (M.lepra,
M. Bovis)
Cara pengambilan sputum 3 x : setiap pagi 3 x berturut-turut
atau dengan cara :
1. Spot (sputum sewaktu saat kunjungan)
2. Sputum pagi (keesokan harinya)
3. Spot (pada saat mengantarkan sputum pagi)
Interpretasi hasil : dengan bronkhorst
2 x positip mikroskopik (+)
1 x positip, 2 x negatip ulang BTA 3 x,
bila 1 x positip mikroskopik (+)
bila 3 x negatif mikroskopik (-)
Pemeriksaan biakan kuman
- Metode konvensional
- Egg base media (Lowenstein-Jensen, Ogawa, Kudoh)
- Agar base media (Middle brook)
- Metode radiometrik (BACTEC)
Pemeriksaan lain-lain :
- Pemeriksaan serologi : ELISA, Mycodot, DOT-EIA TB, PAP
- PCR (Polymerase Chain Reaction)
- RFLP (Restrictive Fragment Length Polymorphysm)
- Light producing mycobacteriophage
Pemeriksaan darah :
- Kurang menunjukkan indikator yang spesifik untuk TB
- LED dapat digunakan sebagai salah satu respon terhadap
pengobatan penderita dan predeteksi tingkat penyembuhan
pasien.
- LED proses aktif TB, LED normal tak menyingkirkan TB
Pemeriksaan histopatologi :
- Bila pemeriksaan PA jaringan paru/luar paru memberikan hasil
berupa granuloma dengan perkejuan TB
Uji tuberkulin :
111

- Usaha mendeteksi infeksi TB di daerah dengan prevalensi TB


rendah
2. Klasifikasi TB Paru
a. TB paru BTA positip, yaitu :
- dengan atau tanpa gejala
- BTA (+) : mikroskopik ++
mikroskopik + biakan +
mikroskopik + radiologik +
- gambaran radiologik sesuai dengan TB paru
b. TB paru BTA negatif, yaitu :
- Gejala klinik dan gambaran radiologik sesuai dengan TB paru
aktif
- Bakteriologik (sputum BTA) : negatif, jika belum ada hasil tulis
belum diperiksa
- Mikroskopik -, biakan -, klinik dan radiologik +
- Mikroskopik -, biakan +, klinik dan radiologik +
c. Bekas TB paru :
- Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negatif
- Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan
paru yang ditinggalkan
- Radiologik lesi TB inaktif, serial foto tak berubah
- Riwayat pengobatan OAT yang adekuat, lebih mendukung
3. Pengobatan Tuberkulosis Menurut PDPI (rekomendasi
WHO)
- Terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase
lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari
paduan obat utama / tambahan.
- Paduan obat yang dipakai :
Jenis obat utama yang digunakan :
Rifampisin (R)
INH (H)
Pirazinamid (Z)
Streptomisin (S)
Etambutol (E)
Jenis obat tambahan lainnya :
Kanamisin
Kuinolon (siprofloksasin)
Obat lain : makrolid, amoksisilin + as. Klavulanat
Derivat rifampisin dan INH
- Pengobatan selalu berbentuk paduan obat
(1) TB paru BTA (+) :
- 2RHZE / 4RH
baca : 2 bulan pengobatan dengan R,H,Z,E dilanjutkan 4 bulan
pengobatan dengan R dan H
- Alternatif :
-2RHZE / 4R3H3
112

baca : 2 bulan pengobatan dengan R,H,Z,E dilanjutkan 4 bulan


pengobatan R dan H dengan dosis 3x/minggu
-2RHZE / 6 HE
Dianjurkan pula untuk :
- TB paru BTA +, kasus baru
- TB paru BTA _, lesi luas (destroyed lung & far advanced)
- TB di luar paru lihat keadaan khusus
- Pengobatan fase lanjutan, bila diperlukan dapat diberikan
selama 7 bulan dengan paduan : 2RHZE / 7RH
Alternatif : 2RHZE / 7R3H3
Pada keadaan sebagai berikut :
1. TB dengan lesi luas
2. Ditambah
penyakit
komorbid
(DM,
imunosupresi,
kortikosteroid)
3. TB kasus berat (milier,dll)
TB kasus baru :
Yaitu penderita TB yang belum mendapat pengobatan
sebelumnya atau bila pernah mendapat pengobatan tidak lebih
dari 1 bulan.
(2) TB paru BTA (-), lesi tidak luas
- 2RHZ / 4RH
- alternatif : - 2 RHZ / 4R3H3
- 6 RHE
(3) TB paru kasus kambuh
- sembuh BTA kembali (+)
- 3RHZE / 6RH
- alternatif :2RHZES / 1RHZE/ 5R3H3E3
(4) TB paru gagal pengobatan
- Sputum BTA tetap (+) setelah terapi 5-6 bulan atau (+) kembali
pada bulan 5/6 pengobatan
- Sebaiknya
pengobatan
berdasar
uji
resistensi,
minimal
menggunakan 4-5 OAT dengan 2 macam yang masih sensitif
- Dipertimbangkan tindakan bedah untuk mendapat hasil yang
optimal
- Bila tak dilakukan uji resistensi 2RHZES / 1RHZE / 5H3R3E3
- Sebaiknya rujuk ke ahli paru
(5) TB paru kasus putus berobat
- Pasien menghentikan pengobatan OAT selama fase pengobatan
sesuai jadwal yang ditentukan dan belum dinyatakan sembuh oleh
dokter
- < 2 minggu teruskan
- 2 minggu penilaian ulang sesuai lama pengobatan
sebelumnya, keadaan kx, bakteriologis dan radiologis saat ini
(6) TB paru kronik
- BTA selalu (+)
- uji resistensi, jika belum ada hasil uji resistensi, beri RHZES

113

- Jika telah ada uji resistensi 2 OAT yang sensitif +


(kuinolon/betalaktam/makrolid)
- Pasien tak mampu INH seumur hidup
- Pertimbangkan pembedahan untuk meningkatkan kemungkinan
penyembuhan
- Rujuk ahli paru
(7) TB paru resistensi ganda = MDR TB
- TB paru yang resisten terhadap rifampisin dan INH dengan atau
tanpa OAT lainnya.
- Uji resistensi, minimal 2-3 OAT yang sensitif + obat baru
(kuinolon), yaitu siprofloksasin 2 x 500 mg atau ofloksasin 1 x 400
mg 12 bulan
- Rujuk ahli paru
4. Pengobatan TB Pada Keadaan Khusus
(1) TB milier
- Rawat inap
- 2RHZE / 4RH
- Pada keadaan khusus (sakit berat) 2RHZE / 7RH
- Pemberian kortikosteroid diberikan pada keadaan : tanda
meningitis, sesak napas, gejala toksik, demam tinggi
- Kortikosteroid : prednison 30-40 mg/hr, dosis diturunkan 5-10 mg
setiap 5-7 hari, selama 4-6 minggu
(2) Efusi pleura TB / Pleuritis eksudativa TB
- 2RHZE / 4RH
- Evakuasi cairan
- Kortikosteroid : prednison 30-40 mg/hr, diturunkan 5-10 mg setiap
5-7 hari, selama 3-4 minggu
(3) TB di luar paru
- 2RHZE / 10RH
- TB tulang, TB sendi, TB kelenjar, meningitis bayi dan anak
- Pengobatan selama 12 bulan
- Kortikosteroid untuk perikarditis TB, meningitis TB
(4) TB paru dengan Diabetes Melitus (DM)
- 2RHZ (E-S) / 4RH
- Kontrol gula darah
(5) TB paru dengan kelainan hati
- Paduan obat yang dianjurkan : 2SHRE / 6RH
- Alternatif : 2SHE/10HE
- Pirazinamid tidak boleh digunakan
- Pada hepatitis akut (ikterik) OAT tunda sampai hepatitisnya
sembuh
- Sebaiknya rujuk ahli paru
5. Dosis OAT
Rifampisin : 10 mg/kg BB, max 600 mg 2-3x/mg
Sediaan : tab 300, 450, 600 mg
BB > 60 kg : 600 mg
BB 40-60 kg : 450 mg
114

BB < 40 kg : 300 mg
Dosis intermiten 600 mg/kali
INH : 5 mg/kg BB, max 300 mg, 10 mg/kg BB 3xminggu, 15
mg/kg BB 2x minggu atau : 300 mg/hr untuk dewasa
Intermitten : 600 mg/kali
Sediaan : tab 100, 300 mg
Pirazinamid : intensif 25 mg/kg BB, 35 mg/kg BB 3x minggu, 50
mg/kg BB 2x minggu atau :
BB > 60 kg : 1500 mg
BB 40-60 kg : 1000 mg
BB < 40 kg : 750 mg
Sediaan : tab 500 mg
Etambutol : intensif 20 mg/kg BB, fase lanjutan 15 mg/kg BB, 30
mg/kg BB 3x minggu, 45 mg/kg BB 2x minggu atau :
BB > 60 kg : 1500 mg
BB 40-60 kg : 1000 mg
BB < 40 kg : 750 mg
Dosis intermiten 40 mg/kg BB/kali
Sediaan : tab 250, 500 mg
Streptomisin : 15 mg/ kg BB atau :
BB > 60 kg : 1000 mg
BB 40-60 kg : 750 mg
BB < 40 kg : sesuai BB
Sediaan : injeksi 1 gram

115

Obat-obatan anti tuberkulosis, aktivitas dan efek


samping
Nama Obat
BAKTERISIDAL
Streptomisin (S)
Isoniazid (H)
Rifampisin (R)
Pirazinamid (Z)
BAKTERIOSTATI
K
Etambutol (E)

Aktivitas
Ekstraseluler aktif pada pH
netral atau basa
Ekstraseluler dan
intraseluler
Sda
Aktif dalam suasana asam
(intraseluler)

Etionamid

Intraseluler dan ekstra


seluler menghambat
timbulnya mutan yang
resisten
Sda

Pas (P)

Lemah, ekstraseluler

Efek samping
Toksik terhadap
n.vestibuler (n.VIII)
neuritis perifer,
hepatotoksik
Hepatitis, nausea,
vomiting, flu like
syndrome
Hiperuricemia,
hepatotoksik
Optik neuritis, skin rash

Nausea, vomiting,
hepatotoksik
Gastritis, hepatotoksik

Komplikasi TB :
- Batuk darah
- Pneumotoraks
- Empiema
- Bronkiektasis
Indikasi operasi :
1. Indikasi mutlak :
a. Semua penderita yang telah mendapat OAT adekuat tetapi
sputum tetap (+)
b. Penderita batuk darah yang masif
c. Penderita dengan fistula bronkopleura dan empiema
2. Indikasi relatif :
a. Penderita dengan sputum negatif dengan batuk darah berulang
b. Kerusakan satu paru atau lobus dengan keluhan
c. Sisa kavitas yang menetap

Kriteria sembuh :
BTA (-) 3 bulan berturut-turut sebelum akhir pengobatan dan
telah mendapatkan pengobatan adekuat
- Bila ada fasilitas biakan, maka kriteria ditambah biakan (-)
Evaluasi pengobatan :
1. Evaluasi klinik
- Penderita dievaluasi setiap 2 minggu pada 1 bulan pertama
pengobatan; selanjutnya setiap 1 bulan
116

Evaluasi respons pengobatan dan ada tidaknya efek samping


obat serta ada tidaknya komplikasi penyakit
- Evaluasi klinik meliputi keluhan, berat badan, pemeriksaan fisik
2. Evaluasi bakteriologik (0-2-4-5-6/7-8-9)
- Tujuan untuk mendeteksi ada tidaknya konversi sputum
- Pemeriksaan dan evaluasi pemeriksaan mikroskopik :
- Sebelum pengobatan dimulai
- Setelah 2 bulan pengobatan/ setelah fase intensif
- 2 bulan sebelum akhir pengobatan
- Pada akhir pengobatan
- Bila ada fasilitas biakan : pemeriksaan biakan (0-2-4/7)
3. Evaluasi radiologik (0-2-6/9)
- Pemeriksaan dan evaluasi foto thoraks dilakukan pada :
- Sebelum pengobatan
- Setelah 2 bulan pengobatan
- Pada akhir pengobatan
4. Evaluasi efek samping secara klinis
- Periksa faal hati, faal ginjal, darah lengkap
- Periksa asam urat pirazinamid
- Periksa visus dan uji buta warna etambutol
- Periksa uji keseimbangan dan audiometri streptomisin
Contoh kasus TB paru :
Seorang pasien , 50 tahun, BB 45 kg, mengeluh batuk sudah sejak
1 bulan yang lalu, kadang disertai darah. Ketika tidur di malam hari,
pasien sering keluar keringat dingin dan disertai demam. BB pasien
dalam 1 bulan ini terus menurun. Gambaran rontgen foto thoraks
tampak bayangan noduler di segmen apico-posterior lobus superior
pulmo dextra, pemeriksaan BTA (+).
Dx : TB paru, BTA (+), lesi minimal, kasus baru
TX : - Diet TKTP
- OAT : 2RHZE/4RH
Contoh pemberian resep :
R/ Rifampisin (R) 450 mg
INH (H) 300 mg
1xI
Pirazinamid (Z) 500 mg
Etambutol (E)
500 mg
Vit. B6
1xI
Kodein 10 mg
3xI
Antalgin 500 mg
3xI
Transamin
3xI
Ardivit
1xI
Antasid syr 3 x C I

1xI
1 x II
1 x II

6. Pengobatan Tuberkulosis Menurut WHO


WHO menganjurkan paduan obat sesuai dengan kategori penyakit
Penderita dibagi dalam 4 kategori :
117

- Kategori I :
Kasus baru dengan dahak (+) dan penderita dengan keadaan
yang berat seperti meningitis, tuberkulosis milier, perikarditis,
peritonitis, pleuritis masif atau bilateral, spondilitis dengan
gangguan neurologik, penderita dengan dahak negatif tetapi
kelainan paru luas, TB usus, TB saluran kemih, dsb.
- Kategori II :
Kasus kambuh atau gagal dengan dahak yang tetap positip
- Kategori III :
Kasus dengan dahak negatif tetapi kelainan paru tidak luas &
kasus TB di luar paru selain dari yang disebut dalam kategori I.
- Kategori IV :
TB kronik
Tujuan pengobatan :
1. Untuk mengobati penderita TB
2. Untuk mencegah kematian pada penderita TB
3. Untuk mencegah kekambuhan atau resisten terhadap OAT
4. Untuk menurunkan mata rantai penularan TB
Paduan Obat Alternatif Berdasarkan Kategori (anjuran
WHO)
Kategori
pengobat
an TB
I

Penderita TB
-

II

III

IV

Kasus
baru
dengan
dahak (+)
Kasus baru dahak (-)
dengan
kelainan
parenkim paru yang luas
Kasus baru pada TB di
luar paru yang berat
Dahak (+)
Kambuh
Gagal
Putus berobat
Kasus baru dahak (-)
(di luar kategori I)
Kasus TB di luar paru
(tak termasuk kategori I)
Kasus kronik

118

Fase intensif

Fase
lanjutan

2EHRZ(SHRZ)

6HE

2EHRZ(SHRZ)

4HR

2EHRZ(SHRZ)

4H3R3

2SHRZE/1HRZ
E
2SHRZE/1HRZ
E
2HRZ
2HRZ
2HRZ

5H3R3E3
6HRE

Rujuk ke
spesialis paru

6HE
4HR
4H3R3

II. ASMA
Pendahuluan
- Asma adalah suatu penyakit yang ditandai dengan penyempitan
saluran napas yang hilang timbul. Serangan dapat hilang dan
sembuh dengan atau tanpa pengobatan, tetapi dapat pula berat
dan membutuhkan perawatan di RS, bahkan bila lebih berat lagi
dapat mengancam jiwa penyandang asma sehingga perlu
perawatan intensif.
- Perubahan mendasar ialah pengertian bahwa inflamasi
merupakan dasar patogenesis asma sehingga asma merupakan
inflamasi kronik saluran napas.
- Bila di masa lalu bronkodilator merupakan terapi utama, maka
kini anti inflamasi merupakan terapi mendasar dalam
penatalaksanaan asma.
- Klasifikasi asma berdasarkan atas beratnya derajat asma dan ini
berhubungan dengan terapi yang diberikan.
- Berbagai faktor pencetus dapat menimbulkan serangan asma.
Faktor pencetus serangan tidak sama pada tiap penyandang
asma.
- Yang paling mengetahui faktor pencetus bagi serangan asma
tentu saja penyandang asma sendiri/ orang terdekat, terkadang
faktor pencetus dapat dihindarkan.
Patogenesa
- Yang khas pada asma bronkial ialah penyempitan/obstruksi
proksimal dari bronkus kecil pada tahap inspirasi dan ekspirasi.
- Sebab penyempitan :
1. Bronkospasme
2. Udem mukosa
3. Hipersekresi mukus yang kental
Klasifikasi asma
I. Berdasarkan etiologi
1. Asma ekstrinsik/alergi
- Biasa mulai anak-anak dengan riwayat keluarga (+)
- Karena kepekaan individu terhadap alergen protein dalam
bentuk serbuk sari yang dihirup, bulu binatang, kain, makanan,
susu/coklat.
2. Asma intrinsik/idiopatik
- Yang memicu biasanya penyakit infeksi, latihan fisik/emosi
119

- Serangan timbul setelah dewasa


- Makin lama makin sering menjdi bronkitis kronis/empisema
3. Asma campuran paling banyak terjadi
II. Berdasarkan pola serangan
1. Asma tidak dalam serangan/stabil :
a. asma intermitten
b. asma persisten (ringan, sedang, berat)
2. Asma dalam serangan :
Asma akut (R,S,B) pada asma (intermiten/persisten R,S,B)
Ctt : klasifikasi berat ringannya asma dapat dibaca pada tabeltabel di catatan/buku yang ada.
Gambaran klinik
- Keluhan dan gejala tergantung berat ringannya pada waktu
serangan.
- Keluhan :
- Napas berbunyi
- Sesak
- Batuk
- Tanda-tanda fisik :
# Keadaan umum :
- kompos mentis
- cemas/gelisah/panik/berkeringat
- tekanan darah meningkat
- nadi meningkat
- pulsus paradoksus
- frekuensi pernapasan meningkat
- sianosis
# Paru :
- ekspirasi memanjang
- wheezing
# Laboratorium :
- eosinofil darah , IgE
- analisa gas darah pada status asmatikus
# Radiologi : tak ada tanda-tanda yang khas
# Faal paru : menurunnya FEV1
# Uji kulit : untuk menunjukkan adanya alergi
# uji provokasi bronkus : dengan inhalasi histamin, asetilkolin,
alergen.
Komplikasi asma :
1. Emfisema pulmonum
2. Kor pulmonale
3. Pneumotoraks, pneumomediastinum
4. Status asmatikus
5. Kegagalan pernapasan
6. Infeksi, pneumonia
120

Tujuan penatalaksanaan asma ialah menyembuhkan dan


mengendalikan asma, mencegah kekambuhan, mempertahankan
fungsi paru seoptimal mungkin, mempertahankan kegiatan
sehari-hari termasuk exercise, menghindarkan efek samping obat
asma, mencegah terjadinya obstruksi
saluran napas yang
ireversibel, mencegah kematian akibat asma, memenuhi harapan
& kepuasan penderita dan keluarganya dalam penanganan asma.
Obat-obat asma ialah :
1. Obat
pengendali
(Controller
medication)
ialah
kortikosteroid inhalasi, kortikosteroid sistemik, sodium
cromoglycate, necrodomil sodium, teofilin lepas lambat,
agonis beta-2 oral aksi lama, ketotifen, fexofenadine, obat anti
alergi lain, anti leukotriene, obat imunosupresi. Yang paling
efektif adalah kortikosteroid inhalasi.
2. Obat pelega (Reliever medication) ialah obat yang bekerja
cepat menghilangkan bronkokonstriksi dan gejala akut yang
menyertainya. Yaitu : beta-2 agonis inhalasi aksi singkat (short
acting), kortikosteroid sistemik, antikolinergik inhalasi, teofilin
aksi singkat, beta-2 agonis oral aksi singkat.

Penatalaksanaan
Pengobatan medikamentosa
1. Waktu serangan
1.1. bronkodilator :
a. Golongan adrenergik
# Adrenalin lar 1 : 1000
- 0.3 cc ditunggu 15 menit, apabila belum reda diberi lagi
- 0.3 cc jika belum reda, dapat diulang 15 menit kemudian
- 0.3 cc
Anak-anak : dosis kecil 0.1-0.2 cc
# Beta-2 adrenergik selektif
Hati-hati pemakaian pada orang tua, penderita jantung dan
hipertensi, contoh :
- Metaproterenol-SO4 (Alupent 2 mg/ml syr, 20 mg/tab, 0.75
mg/puff )
- Fenoterol-HBr (Berotec)
- Klenbuterol (Spiropent)
- Prokaterol (Meptin)
- Terbutalin (Bricasma, Brasmatic, Asmabet, astherin)
- Salbutamol (Ventolin, Lasal, Combivent, Astop, Asmacel, Ascolen,
Bronchosal, Fartolin, respolin)
- Efedrin (Asmasolon, Efasma, Erladrine)
b. Golongan Methylxanthine
- menghambat bekerjanya enzim phospho-diesterase yang
merubah c-AMP menjadi 5-AMP
Contoh :
# Aminofilin (amp 240 mg/10 cc, tab 200 mg)
121

Amicain, Phyllocontin, Theobron


# Theofilin :
Euphyllin retard, Asmadex, Bronchophylin, Bronsolvan,
Citobron
c. Golongan antikolinergik
- Menghambat enzim guanylcyclase yang merubah GTP menjadi
cGMP.
- contoh :
# Sulfas atropine
# Ipratropium bromide (Atroven)
# Oxitropium bromide
1.2. Anti histamin
Ketotifen (Intifen, Pehatifen, Nortifen)
Mempunyai efek menghambat respons alergi, menghambat
aktivasi sel mast atau pelepasan mediator dari sel mast. Lebih
bermanfaat pada anak-anak dan orang muda yang atopi.
Fexofenadine (Telfast OD)
Merupakan antagonis reseptor H1 perifer yang selektif.
Mempertahankan stabilitas sel mast, menghambat mediator
inflamasi, menghambat adhesi eosinofil dan netrofil pada
endotel.
Obat anti alergi lain :
Tranilast, repirinast, tazanolast, pemirolast, ozagrel,dll.
Ctt : Anti histamin pada serangan asma akut tidak dianjurkan,
karena dapat mengkibatkan mukus menjadi kental.

1.3. Kortikosteroid
- Memperkuat bekerjanya obat beta-2 adrenergik, dengan
menghambat enzim fosfodiesterase sehingga tidak terbentuk
leukotrien dan prostaglandin.
- Pemberian secara inhalan akan mengurangi efek sistemisnya.
- Contoh :
# Prednison (Erlanison)
# Deksametason (Etason, Indexon)
# Metilprednisolon (Lameson, Medixon, Intidrol)
# Beklometason,dll
1.4. Antibiotika
- Tidak perlu, kecuali sebagai profilaksi infeksi atau terdapat infeksi
1.5. Ekspektoransia
- Memudahkan dikeluarkannya mukus dari saluran napas.
Beberapa ekspektorans adalah :
# air minum biasa (pengencer sekret)
# glyseryl guaiacolat (ekspektorans)
# Kalium Jodida (ekspektorans)
# N-asetyl cystein (sekretolitik)

122

2. Di luar serangan.
2.1. Natrium kromoglikat (Intal 5; 5 mg/aerosol)
- Merupakan anti inflamasi non steroid yang diberikan secara
inhalasi. Menghambat pelepasan mediator yang diperantarai IgE
dari sel mast. Juga menghambat pelepasan mediator dari sel
inflamasi lain (makrofag, eosinofil, monosit)
- Obat ini efektif untuk asma alergi ringan
- Menghambat bronkospasme yang diinduksi oleh alergen dan
exercise, udara dingin.
- Kurang efektif dibandingkan kortikosteroid inhalasi (Inflammide),
namun lebih aman.
2.2. Anti histamin, seperti 1.2
Pengobatan non medikamentosa
1. Waktu serangan
1.1. Pemberian O2
1.2. Pemberian cairan kecenderungan dehidrasi
1.3. Drainase postural chest fisioterapi
1.4. Menghindari paparan alergen
2. Di luar serangan
2.1. Pendidikan
2.2. Imunoterapi/desensitisasi uji kulit/provokasi bronkial
2.3. Kontrol emosi latihan napas
Contoh kasus 1:
Seorang pria, 20 tahun, merasakan sesak napas setelah terpapar
debu di jalanan, disertai dengan batuk. Saat itu, terdengar suara
mengi ketika pasien bernapas. Nadi 110 x/menit, serangan baru
sekali dalam sebulan ini.
Dx : Asma akut sedang pada asma intermitten
Contoh pemberian resep :
R/ Aminofilin 100 mg
Terasma
tab
Doveri
100 mg
Mucopect
tab
M f l a pulv da in caps
S 3 dd caps I
R/ Indexon 0.5 mg
3xI
Triomin E
1xI
Atroven inhaller
3 x puff II
Meptin inhaller
3 x puff II
Contoh kasus 2 :
Seorang , 18 tahun sering menderita asma yang kumat-kumatan
(kronis). Saat ini pasien tak dalam serangan.
Contoh pemberian resep :
123

R/ Inflammide MDI 200 mcg tube I


S 3 dd puff II
R/ Intifen 2 x I
Status asmatikus
-

Pengertian status asmatikus adalah serangan asma yang berat


yang tidak responsif lagi dengan obat-obat asma yang biasa. Hal
ini diakibatkan serangan asma yang sudah berlangsung cukup
lama sehingga penderita mengalami hipoksia, dehidrasi dan
asidosis.
Penanganan penderita ini adalah sebagai berikut :
1. Pemberian oksigen 1-2 L/menit
2. Pemberian IVFD untuk mengatasi dehidrasi
3. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa
4. Kortikosteroid
Deksametason 0.3-0.5 mg/kg BB iv dilanjutkan dengan 0.3-0.5
mg/kg BB/hr dibagi 3-4 dosis
5. Aminofilin
- Pemberian pertama : 1 ampul (10 cc) = 240 mg, langsung
iv, dan dalam 4 jam pertama harus sudah diberikan
sebanyak 500 mg, atau pemberian loading dose sebanyak 5
mg/kg BB, kemudian dilanjutkan dengan maintenance dose :
# secara berulang tiap 6-8 jam sebanyak 1 ampul (10 cc)
# Atau secara tepat untuk dosis infus drip 20 mg/kgBB/24 jam,
maksimum dosis tak melebihi 1500 mg/24 jam
- Apabila sesak sudah berkurang, dosis dapat diturunkan,
atau interval pemberian diperpanjang dari tiap 6 jam
menjadi 8 jam,dst. Secara bertahap dapat diberikan secara
oral.
6. Bronkodilator beta-2 agonis dapat diberikan secara inhalasi.
7. Pemberian mukolitik.
III. PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)

PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan


aliran udara di saluran napas yang bersifat progresif
nonreversibel atau reversibel parsial.
PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan
keduanya.
Bronkitis kronik yaitu kelainan saluran napas yang ditandai oleh
batuk kronik berdahak minimal 3 bulan dalam setahun, sekurangkurangnya 2 tahun berturut-turut, tidak disebabkan penyakit
lainnya.

124

Emfisema yaitu suatu kelainan anatomi paru ditandai oleh


pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal, disertai
kerusakan dinding alveoli.
Faktor resiko PPOK :
1. Kebiasaan merokok
a. Riwayat merokok
Perokok aktif/pasif/bekas perokok
b. Derajat berat merokok (indeks Brinkman) yaitu perkalian
jumlah rata-rata batang rokok yang dihisap sehari dikalikan
lama merokok dalam tahun.
- Ringan : 0 - 200
- Sedang : 200-600
- Berat : > 600
2. Riwayat terpajan polusi udara di lingkungan dan tempat kerja
3. Hipereaktivitas bronkus
4. Riwayat infeksi saluran napas bawah berulang
5. Defisiensi antitripsin alfa-1
- Obstruksi saluran napas pada PPOK bersifat ireversibel

Perbedaan Asma dan PPOK

Keterangan
Timbul pada usia muda
Sakit mendadak
Riwayat merokok
Riwayat atopi
Sesak & mengi berulang
Batuk kronik berdahak
Hipereaktivitas bronkus
Reversibilitas obstruksi
Variabilitas harian
Eosinofil sputum
Neutrofil sputum
Makrofag sputum

Asma
++
++
+/++
+++
+
+++
++
++
+
+

PPOK
+++
+
+
++
+
+
+
-

A. Diagnosis
1. Anamnesis
a. Keluhan :
- Sesak napas yang bertambah berat bila aktivitas
- Kadang-kadang disertai mengi
- Batuk kering atau dengan batuk yang produktif
- Rasa berat di dada
b. Riwayat penyakit :
Keluhan klinis, bertambah berat dari waktu ke waktu
c. Faktor predisposisi :
- Usia > 45 tahun
- Riwayat merokok aktif atau pasif
- Terpajan zat beracun (polusi udara, debu pekerjaan)
- Batuk berulang pada masa kanak-kanak
125

- Berat badan lahir rendah (BBLR)


2. Pemeriksaan fisik
a. Secara umum :
- Penampilan pink puffer atau blue bloater
- Pernapasan pursed-lips breathing
- Tampak denyut vena jugularis atau edema tungkai bila telah
terjadi gagal jantung
b. Thoraks :
- Inspeksi :
# Barrel chest
# Penggunaan alat bantu napas
# Pelebaran sela iga
- Perkusi : hipersonor pada emfisema
- Auskultasi :
# Suara napas vesikuler normal, meningkat atau melemah
# Terdapat ronki/mengi waktu napas
# Ekspirasi memanjang
B. Penatalaksanaan
1. Obat-obatan
1.1. Pada PPOK stabil :
Melanjutkan pengobatan pemeliharaan dari RS atau dari
spesialis paru , untuk mengurangi laju beratnya penyakit,
mempertahankan keadaan stabil dengan mempertahankan
bronkodilatasi & penekanan inflamasi.
Obat-obatan tersebut adalah :
a. Bronkodilator
Diberikan dalam bentuk oral, kombinasi golongan beta-2 agonis
dengan golongan Xantin, masing-masing dalam dosis suboptimal.
Misal : aminofilin/teofilin 100-150 mg kombinasi dengan
salbutamol 1 mg atau terbutalin 1 mg.
b. Kortikosteroid
Gunakan golongan metilprednisolon/prednison secara oral
c. Antibiotika
Bila ada infeksi, antibiotik yang digunakan :
Lini I :
- Amoksisilin
- Makrolid
Lini 2 :
- Amoksisilin + asam klavulanat
- Sefalosporin
- Kuinolon
- Makrolid baru
Perawatan di RS dapat dipilih :
- Amoksisilin dan asam klavulanat
- Sefalosporin generasi II dan III injeksi
- Kuinolon per oral
126

Ditambah dengan anti pseudomonas :


- Aminoglikosida per injeksi
- Kuinolon per injeksi
- Sefalosporin generasi IV per injeksi
d. Antioksidan
- Dapat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualitas
hidup, digunakan N-asetil cystein. Dapat diberikan pada PPOK
dengan eksaserbasi yang sering, tak dianjurkan pemberian
rutin.
e. Mukolitik
Gliseril guaiacolat dapat diberikan bila sputum mukoid
f. Antitusif
Kodein bila batuk kering dan sangat mengganggu
1.2. Pada PPOK Eksaserbasi :
a. Penambahan dosis bronkodilator dan frekuensi pemberiannya.
Bila eksaserbasi berat, obat diberikan secara injeksi, subkutan,
intravena atau perdrip, misal :
- Terbutalin 0.3 cc subkutan dapat diulang sampai 3 kali setiap 1
jam dan dapat dilanjutkan dengan pemberian perdrip 3 ampul/24
jam
- Adrenalin 0.3 mg subkutan, digunakan hati-hati
- Aminofilin bolus 5 mg/kg BB, dilanjutkan dengan perdrip 0.5-0.8
mg/kg BB/jam.
- Pemberian aminofilin drip dan terbutalin dapat bersama-sama
dalam 1 botol cairan perinfus. Cairan infus yang digunakan
adalah Dextrose 5 %, NaCl 0.9 % atau ringer laktat.
b. Kortikosteroid diberikan dalam dosis maksimal, 30 mg/hari dalam
2 minggu, kemudian tapering off.
c. Antibiotik
Diberikan dalam dosis dan lama pemberian yang adekuat (10
hari- 2 minggu). Pemilihan jenis antibiotik disesuaikan dengan
efek obat terhadap kuman gram negatif dan gram positif serta
kuman atipik.

127

d. Diuretika
Diberikan pada PPOK derajat sedang-berat dengan gagal jantung
kanan atau kelebihan cairan.
e. Cairan
Pada PPOK sering disertai kor pulmonal, sehingga pemberian
cairan harus hati-hati.
2. Edukasi
Secara umum bahan edukasi yang harus diberikan adalah
pengetahuan dasar tentang PPOK; obat-obatan, manfaat dan
efek sampingnya; cara pencegahan perburukan penyakit;
berhenti merokok dan penyesuaian aktivitas.
3. Terapi Oksigen
Pada PPOK terjadi hipoksemia progresif. Pemberian O 2 untuk
mempertahankan oksigenasi seluler & mencegah kerusakan sel
baik di otot maupun organ lainnya.
4. Ventilasi mekanik
Pada PPOK digunakan pada eksaserbasi dengan gagal napas akut
atau pasien PPOK derajat berat.
5. Nutrisi
Keseimbangan nutrisi antara protein, lemak dan karbohidrat.
Kekurangan kalori dapat menyebabkan meningkatnya derajat
sesak.
6. Rehabilitasi
- Latihan bernapas dengan pursed-lips
- Latihan ekspektorasi
- Latihan otot pernapasan dan ekstremiti
Contoh kasus :
Seorang pasien laki-laki, 60 tahun dengan PPOK stabil + infeksi
sekunder.

128

Contoh pemberian resep :


R/ Ciproxin 750
2x1
R/ Aminofilin 100 mg
Salbutamol 1 mg
Kodein tab
Gliseril guaicolat tab
M f l a pulv da in caps
S 3 dd caps I
R/ Medixon 3 x 1
R/ Triomin E
1x1
IV. EFUSI PLEURA
-

Pleurisy
Efusi pleura

: keradangan pleura tanpa efusi


: akumulasi cairan dalam cavum pleura (antara
pleura parietalis dan pleura visceralis )
dapat
berupa cairan transudat/eksudat.
Pada orang normal, cairan di rongga pleura sebanyak 1-20 ml.
Tampak pada foto thoraks bila jumlah cairan > 300 cc.

Etiologi
Transudat :
1. Kegagalan jantung kongestif, sindroma nefrotik
2. Ascites, Meigs syndrom
3. Vena cava superior syndrom
4. Tumor
Eksudat :
1. Infeksi, TB, pneumonia, dsb
2. Tumor
3. Infark paru
Efusi hemoragis : tumor, trauma, infeksi, TB
Efusi bilateral : kegagalan jantung kongestif, SN, ascites, infark
paru, SLE, tumor, TB.

129

Gejala klinik
Sesak napas, membaik bila berbaring ke sisi yang sakit
Nyeri pleuritik terutama pada akhir inspirasi
Febris
Batuk non produktif
> 500 cc, pergerakan dada menurun, suara napas menurun
1000 cc dada cembung, timbul egofoni
2000 cc suara napas menurun
Dx. Pasti : punksi percobaan

Radiologik :
Sudut costophrenicus tumpul minimal efusi

Penatalaksanaan
1. Pengobatan kausal : terhadap penyakit primernya
- Kortikosteroid + OAT bila et causa TB
- Kemoterapi untuk keganasan
2. Torakosentesis
Indikasi :
- Menghilangkan sesak yang ditimbulkan oleh cairan
- Bila terapi spesifik pada penyakit primer gagal
- Bila terjadi reakumulasi cairan
Pengambilan pertama jangan lebih dari 1000 cc!
V. ABSES PARU

Abses paru adalah suatu peradangan di jaringan paru yang


menimbulkan nekrosis dengan pengumpulan nanah.
40-50 tahun, Pria : wanita = 3.5 : 1

Etiologi :
1. Infeksi saluran napas (bakteri piogenik, mikobakteria, jamur,
parasit)
2. Penyulit beberapa tipe pneumonia tertentu
3. Perluasan abses subdiafragma
4. Luka traumatik paru
5. Piemia & infark paru terinfeksi
Gambaran klinis :
- Biasanya penderita mempunyai riwayat penyakit 1-3 minggu
dengan gejala demam, menggigil, batuk yang produktif dengan
sputum banyak berbau busuk, purulen, berwarna kuning
kehijauan sampai hitam kecoklatan sebab bercampur darah,
kadang-kadang batuk darah.
- Perkusi redup pada daerah yang terkena dan suara napas
bronkial
- Kadang terdengar suara amforik bila abses luas dan terletak
dekat dinding dada.
- Kalau terkena pleura, terdapat tanda-tanda efusi pleura
130

Laboratorium :
LED meningkat, lekositosis 20.000 30.000 / mm3
Radiologik :
Air fluid level yang karakteristik.
Penatalaksanaan :
- Penisilin merupakan antibiotik pilihan utama, yang efektif
terhadap semua kasus (aerob/anaerob).
- Diberikan sampai gambaran radiologis bersih/meninggalkan sisa
stabil, dosis : 1,2 juta unit perhari, selama 4-6 minggu.
- Alternatif : - Kloramfenikol 4 x 500 mg
- Klindamisin 3 x 600 mg
- Metronidazole 4 x 500 mg
- Antibiotik lain berdasarkan uji resistensi
- Pembedahan : bila abses menetap dengan perbaikan minimal
atau tanpa perbaikan, setelah pengobatan adekuat 6-8 minggu
atau pada abses dengan hemoptisis yang masif.
VI. INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)
-

ISPA adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah


yang disebabkan oleh infeksi jasad renik bakteri, virus maupun
riketsia, tanpa/ disertai radang parenkim paru.
ISPA oleh karena virus wanita lebih rentan
Manifestasi klinik dipengaruhi oleh :
# Karakteristik inokulum (diameter aerosol, virulensi, jumlah)
# Daya tahan tubuh
# Umur

Cara penyebaran :
# Aerosol lembut/kasar batuk, bersin
# Aspirasi dari saluran napas atas
# Penyebaran hematogen
# Hand to hand transmission

Diagnosis ISPA oleh virus :


1. Biakan virus, reaksi serologis, imunofluoresensi
2. Jarang lekositosis, biasanya normal atau rendah
3. Lekositosis dengan peningkatan sel PMN infeksi sekunder
bakterial

Diagnosis banding :
1. ISPA oleh karena bakteri
2. Penyakit alergi saluran pernapasan
3. Kelainan bronkus akibat bahan iritan (gas/debu)

Penyulit :
131

1. Infeksi bakterial
2. Pneumonia oleh karena virus
3. Peningkatan bronkokonstriksi pada pasien PPOK
-

Penatalaksanaan :
1. Simptomatik :
- Istirahat yang cukup
- Analgetik dan antipiretik
- Antitusif : - Kodein 3 x 10 mg
- Noskapin 3 x 30 mg
- Roborantia
2. Penyulit :
- Antibiotik bila ada sekunder infeksi
- Obstruksi
bronkus
pada
PPOK/asma
kortikosteroid dan bronkodilator

dapat

ditambah

Contoh kasus :
Pasien , 25 tahun, mengeluh demam disertai bersin + batuk yang
non produktif.
Contoh pemberian resep :
R/ Amoksan 500 mg 3 x I
Pamol 3 x 1
Kodein 10 mg 3 x 1
Enervon-C 1 x I
VII. PNEUMONIA
-

Pneumonia adalah infeksi akut pada parenkim paru


Klasifikasi
1. Berdasarkan klinis dan epidemiologis :
a. Community-acquired pneumonia
b. Nosokomial pneumonia
c. Pneumonia aspirasi
d. Pneumonia pada pasien imunokompromise
e. Pneumonia berulang
2. Berdasarkan kuman penyebab :
a. Pneumonia bakterialis/tipikal
b. Pneumonia atipikal (Mycoplasma, Legionella, Chlamydia)
c. Pneumonia karena virus
d. Pneumonia karena jamur
3. Berdasarkan predileksi infeksi :
a. Pneumonia lobaris
b. Bronkhopneumonia
c. Pneumonia interstisialis

132

Manifestasi klinik
- Keluhan utama berupa batuk (80 %), demam, nyeri dada,
sesak, dan produksi sputum mula-mula mukoid, purulen dan
akhirnya terjadi batuk darah.
- Tanda dan gejala lain yang tidak spesifik (10 %-30 %) berupa
mialgia, pusing, anoreksi, malaise, diare, perasaan tak enak
pada perut, mual muntah
- Pada pemeriksaan fisik didapatkan demam (>37.8 C), tetapi
pada pasien >76 tahun demam jarang didapatkan, biasanya
didapatkan perubahan status mental.
- Tanda fisik pneumonia berupa konsolidasi, ditandai adanya
keredupan pada perkusi, peningkatan vokal fremitus, adanya
suara bronkial, suara bisik dan krepitasi positif, suara egofoni
(+) pada 35 % penderita.
Laboratorium
Terjadi peningkatan atau penurunan lekosit (<4000 atau
>12000). Pada infeksi virus atau Mycoplasma pneumonia
tidak terjadi lekositosis.
Radiologis
Karakteristik ditandai adanya opasitas/ peningkatan densitas
(konsolidasi) disertai gambaran air bronchogram. Gambaran
lain adanya efusi pleura di tempat yang sama dengan proses
pneumonia.

1.
2.
3.
4.
5.

Kriteria masuk RS pada pasien pneumonia


Umur > 65 tahun
Adanya komorbid
Temperatur > 38.5 C
Keadaan imunosupresi
Resiko tinggi (infeksi staphylococcus, gram -, aspirasi atau
pneumonia post-obstruktif)

Batasan pneumonia berat /severe (ATS,1993)


1. Frekuensi napas > 30 kali/menit
2. Terjadi gagal napas berat dengan rasio PaO2 /FiO2 < 250
mmHg
3. Membutuhkan ventilator mekanik
4. Gambaran X-foto thoraks pneumonia bilateral/multilobus
5. Adanya syok (sistolik < 90 mmHg, diastolik < 60 mmHg)
6. Membutuhkan vasopresor lebih dari 4 jam
7. Produksi urine < 20 ml/jam atau produksi urine total < 80 ml/4
jam atau terjadi gagal ginjal akut.
Apabila terdapat minimal 1 tanda di atas ICU!

Kuman penyebab yang dapat menyebabkan pneumonia


berat
133

1. S. pneumoniae & L. pneumophilla


2. Gram negatif, misal pada PPOK, DM, alkoholisme
3. Pseudomonas aeraginosa
Penatalaksanaan
Pada prinsipnya pengobatan pada penderita pneumonia
mencakup :
Simptomatis (mengatasi demam tinggi, nyeri dada)
1.
Pemberian nutrisi dan dehidrasi
2.
Memperbaiki ventilasi dengan pemberian O2
3.
Koreksi kelainan yang ada (empiema, DM, gangguan
4.
metabolik, syok septik)
Pemberian antibiotik berdasarkan pendekatan empiris/uji
5.
resistensi
VIII. BRONKIEKTASIS
Definisi
- Bronkiektasis adalah dilatasi ireversibel dari bronkus
bronkiolus yang disebabkan oleh infeksi nekrotikans kronis.

dan

Etiologi
1. Faktor infeksi : virus, bakteri, jamur, mikoplasma
2. Faktor kegagalan mekanisme pembersihan, misal karena
benda asing, tumor, stenosis bronkial, kistik fibrosis, alergi
aspergilosis.
3. Faktor imunodefisiensi
4. faktor aspirasi
Gambaran klinik
1. Batuk produktif menahun & sputum dalam jumlah banyak
2. Hemoptisis : 50 % pasien
3. Pasien kurus, astenia, anoreksia
4. Demam timbul akibat infeksinya
5. Sesak napas
6. Foetor ex ore yang memberi efek psikologis kurang baik
Radiologik
Tampak infiltrat pada paru bagian basal dengan daerah
radiolusen yang multipel menyerupai sarang lebah (Honey comb
appearance)
Komplikasi
1. Batuk darah masif
2. CPC dekompensata
3. Infeksi sekunder : pneumonia, abses
134

Penatalaksanaan
1. Konservatif :
a. Berantas penyakit dasar
b. Drainase postural
c. Antibiotika yang sesuai
d. Mukolitik dan ekspektorans
2. Suportif :
a. Perbaikan keadaan umum
b. Psikoterapi
3. Pembedahan :
- Reseksi bila hemoptoe masif berulang
IX. BATUK DARAH (=Haemoptoe, haemoptysis)
Pendahuluan
- Haemoptoe adalah dahak berdarah yang dibatukkan berasal dari
saluran napas bagian bawah (glotis ke distal)
- Pada dasarnya batuk akan berhenti dengan sendirinya selama
tak ada komplikasi.
Etiologi
2. Keradangan :
- TB, bronkiektasis, abses paru, pneumonia, bronkitis
2. Neoplasma :
- Ca paru, adenoma
3. Lain-lain :
Tromboemboli-infark paru, mitral stenosis, trauma, hemoragik
diatese, hipertensi pulmonal primer

Perbedaan batuk darah dan muntah darah


Batuk darah
1. Darah dibatukkan dengan rasa
panas
2. Darah berbuih bercampur udara
3. Darah segar berwarna merah
muda
4. Darah bersifat alkalis
5. Anemia kadang-kadang
6. Benzidin tes (-)
Definisi batuk darah profus

135

Muntah darah
1. Darah dimuntahkan dengan
rasa mual
2. Darah campur sisa makanan
3. Darah terkena asam lambung
berwarna hitam
4. Darah bersifat asam
5. Anemia sering terjadi
6. Benzidin tes (-)

1. Batuk darah > 600 cc/24 jam dan dalam pengamatan batuk
tak berhenti
2. Batuk darah < 600 cc/24 jam , tetapi > 250 cc/24 jam, Hb <
10 gr % dan batuk darah tetap berlangsung
3. Batuk darah < 600 cc/24 jam, tetapi > 250 cc/24 jam, Hb >
10 gr %, selama pengamatan 48 jam darah tidak berhenti

Penatalaksanaan
Bila haemoptysis sedikit, akan berhenti sendiri tanpa pengobatan
Pasien tenang, istirahat total
Obat anti batuk dan penenang ringan bila gelisah
Refleks batuk harus baik, jangan takut membatukkan
Pasien posisi trendelenburg
Dapat diberikan infus atau transfusi
Obat-obat hemostatik (Adona, Transamin)
Operatif bila upaya konservatif gagal.

FORMULARIUM OBAT DI BAGIAN PARU


N0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

NAMA OBAT
Stileran
Thiamic 500
Amoksisilin 500
Kalmoxillin 1 gr inj
Amocomb 500
Kalpicillin 1 gr inj
Clacine
Simacron
Zithromax
Spiranter
Ottogenta 80 inj
Urfamycin 500
Cefabiotik 500
Sedrofen 500
Roxby 750 inj
Longcef
Kalfoxim 1 gr inj
Tirdicef 1 gr inj
Biotriac 1 gr inj
Ecotrixon 1 gr inj
Danaflox
Biozolin 1 gr inj
Ciprofloxasin 500
Cetafloxo 500
Scanax 750
Fixef 100 mg
Biolincom 500
Rifampicin 300 tab
Rifampicin 450 tab
Stimuno tab
Cerif 450 tab

SAT
Tab
Tab
Tab
F1
Tab
F1
Tab
Tab
Tab
Tab
F1
Kap
Kap
Tab
F1
Kap
F1
F1
F1
F1
Tab
F1
Tab
Kap
Tab
Kap
Kap
Tab
Tab
Tab
Tab

GENERIK
Metampiron
Asam mefenamat
Amoksisilina 500
Amoksisilina
Amoks, as.Clav
Ampicillin
Clarithromycin
Roxytromisin
Azitromisin
Spiramisin
Gentamisin
Tiamfenikol
Cefaleksina
Cefadroxyl
Cefuroxime Na
Cefaleksina
Cefotaxim Na
Cefotaxim Na
Ceftriaxone
Ceftriaxone
Ofloxasin
Cefalotina Na
Ciprofloxasin
Ciprofloxasin
Ciprofloxasin
Cefixime 100 mg
Linkomycin
Rifampicin 300
Rifampicin 450
Ekst Phylanti Herba
Rifampicin 450

136

TERAPI
Analgetik
Analgetik
Gol. Penicilin
Gol. Penicilin
Gol. Penicilin
Gol. Penicilin
Antibakteri
Antibakteri
Antibakteri
Antibakteri
Antibakteri
Antibakteri
Antibakteri
Antibakteri
Antibakteri
Antibakteri
Antibakteri
Antibakteri
Antibakteri
Antibakteri
Antibakteri
Antibakteri
Antibakteri
Antibakteri
Antibakteri
Antibakteri
Antibakteri
Anti TB
Anti TB
Anti TB
Anti TB

32

Ethambutol tab

Tab

33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74

Bacbutinh F tab
Pulna
INH 300 tab
Pulmolin tab
Pyrazinamid tab
Streptomycin 1 gr inj
Ditranex tab/inj
Letonal 100 tab
Indexon tab
Etason inj
Lameson tab
Medixon tab
Intidrol tab
Solumedrol inj
Medixon inj
Zestam tab
Lesifit kap
Epinephrin inj
Dextrose 5 %
Aminofilin tab
Aminofilin inj
Euphyllin ret Mite
Theobron
Unidur 400
Salbutamol
Combivent inhalasi
Venterol tab
Salbron tab
Lasal Exp syrup
Bricasma respul
Brasmatic tab
Berotec sol
Fluimucil 200 kap
Pulmicort Respul
Atrovent sol
Atrovent nebulizer
Doveri 100/200
Glyceryl guaicol
OBH
Hexolyt tab
Interpec tab
Transbronco syr

Tab
Tab
Tab
Tab
Tab
F1
Tab
Tab
Tab
Amp
Tab
Tab
Tab
F1
F1
Tab
Kap
Amp
Fla
Tab
Amp
Tab
Tab
Kap
Tab
Tab
Tab
Tab
Btl
Tube
Tab
Btl
Kap
Resp
Btl
Tube
Tab
Tab
Btl
Tab
Tab
Btl

75
76
77

Sohopec tab
Lapimuc tab
Megazing tab

Tab
Tab
Tab

78
79
80
81
82

Farbion 5000 inj


Neurobat forte inj
Triomin E tab
Ardivit kap
Dansera tab

F1
F1
Tab
Kap
Tab

Ethambutol 500

Anti TB

Ethambutol + INH
Ethambutol + INH
Isoniazid 300
INH, vit B6
Pirazinamid 500
Streptomycin
Tranexamic acid
Spironolakton
Deksametason 0.5
Deksametason
Methylprednisolon
Methylprednisolon
Methylprednisolon
Methylprednisolon
Methylprednisolon
Betametason, CTM
Lesitin, Vit B, karoten
Epinephrin
Glukose
Aminofilin
Aminofilin
Aminofilin
Aminofilin
Theophyllin
Salbutamol
Salbutamol, Ipatrium
Salbutamol
Salbutamol
Salbutamol
Terbutalin sulfat
Terbutalin sulfat
Fenoterol HBr
Asetil Sistein
Budesonid 0,25
Ipratropium bromidum
Ipratropium bromidum
Doveri
Glyseril guaikolat
Potio nigra
Bromhexin HCl
Ambroxol
Ambroxol

Anti TB
Anti TB
Anti TB
Anti TB
Anti TB
Anti TB
Koagulan
Diuretik
Kortikosteroid
Kortikosteroid
Kortikosteroid
Kortikosteroid
Kortikosteroid
Kortikosteroid
Kortikosteroid
Kortikosteroid
Roborantia
Syok
Parenteral
Anti asma
Anti asma
Anti asma
Anti asma
Anti asma
Anti asma
Anti asma
Anti asma
Anti asma
Anti asma
Anti asma
Anti asma
Anti asma
Anti asma
Anti asma
Anti asma
Anti asma
Anti asma
Expectorant
Expectorant
Lain-lain
Lain-lain
Lain-lain

Ambroxol
Ambroxol
Vit B kombinasi asam
amino
Vit B kombinasi
Vit B kombinasi
Vit B kombinasi, vit E
Multivitamin
Serapeptidase

137

Lain-lain
Lain-lain
Roborantia
Roborantia
Roborantia
Roborantia
Roborantia
Roborantia

Tata laksana

PRAKTIS

oleh:
dr Frengky Susanto

Bab VI
Ilmu penyakit jiwa

(Psikiatry)
Anti psikotik

Diagnostik antipsikotik:
Hendaya berat dalam fungsi - fungsi mental,
bermanifestasi dalam gejala: gangguan asosiasi
pikiran (inkoherensi), gangguan perasaan (tidak sesuai
dengan situasi), dan perilaku yang aneh atau tidak
terkendali (disorganized).
Sindrom psikotik dapat terjadi pada:
Sindrom psikosis fungsional : skizoprenia, psiktok paranoid,
psikotik
afektif,
psikotik
reaktif singkat, dll
Sindrom psikotik organik : sindrom delirium, dementia,
intoksikasi alkohol, dll.
Tabel obat dan Sediaan antipsikotik
Nama
sediaa
Dosis
Generik
Kadar
paten
n
anjuran
Chlorpromazin
Largactil
Tab
25mg,
150

Promactil
100mg
600mg/hr
Meprosetil
Ethibernal
ampul
25mg/ml
Haloperidol
Serenace
Tab
0,5;1,5;5m 5-15mg/hr
Haldol
g
Govotil
0,5; 2mg
Haldolampul
2; 5mg
decanoas
50mg/ml
Perphenazin
Trilafon
Tab
2; 4;8 mg
1224mg/hr
Fluphenazine
Anatensol
Tab
2,5; 5mg
1015mg/hr
Levomepromazin Nozinan
Tab
25mg
25e
50mg/hr
Trifluoperazine
Stelazine
Tab
1, 5mg
1015mg/hr
Thioridazine

Melleril

Tab

50-100mg

Sulpiride

Dogmatil
forte
Orap
Orap forte
Risperdal
Klozaril

Tab
ampul
Tab

200mg
50mg/ml
1mg
4mg
1,2,3 mg
25, 100mg

Parnozide
Risperidone
Clozapine

Tab
Tab

Efek samping:
Sedasi dan inhibisi psikomotor
139

150600mg/hr
300600mg/hr
1-4mg/hr
2-6mg/hr
25100mg/ hr

Gangguan otonoom (hipotensi, antikolinergik, mulut kering,


mata kabur, tekanan intraokuler meningggkat, gangguan
irama jantung)
Gangguan ekstra piramidal9distonia, akathasia, sind.
Parkinson: tremor, bradikinesia, rigiditas)
Gangguan endokrin (amenore, ginekomasti), metabolik
(joundice), hematologi (agranulositosis), biasanya pada
pemakaian jangka lama.
Interaksi obat:
Anti psikosis + anti psikosis lain=potensiasi efek samping
dan tidak ada bukti lebih efektif
Anti psikotik + anti depresan= efek samping antikolinergik
meningkat
Anti psikosis + anti anxietas= efek sedasi meningkat,
bermanfaat untuk kasus agitasi dan gaduh gelisah yang
sangat hebat (akut adjuvan terapi)
Anti psikotik + anti konvulsan= ambang konvulsi menurun,
lebih besar untuk terjadi kejang, karena itu dosis
antikonvulsan harus lebih besar. Antipsikotik yang paling
minimal menurunkan ambang kejang: haloperidol
Anti psikotik+ antasid =efektif antipsikotik menurun
disebabkan gangguan absorbsi.

140

Tabel Efek samping obat:


Anti psikotik
Sedasi

otonomik

Ekstra
piramidal
Chlorpromazine +++
+++
++
Thioridazine
+++
+++
+
Perphenazine
+
+
+++
Trifluoperazine
+
+
+++
Fluefenazine
++
+
+++
Haloperidol
+
+
++++
Pimozide
+
+
++
Clozapine
+++
+
Levo meprozine +++
++
+
Sulpiride
+
+
+
Risperidone
+
+
+
Chlorpromasin dan thioridacine memilliki efek samping
sedasi kuat sehingga sesuai digunakan untuk sindrom psikosis
dengan gejala dominan, gaduh - gelisah, hiperaktif, sulit tidur,
kekacauan pikiran, perasaan, dan prilaku, dll. Sedang
triflurazine, flluphenazine dan haloperidol berefeksamping
lemah sehingga cocok digunakan untuk sindrom psikotik dengn
gejala dominan: apatis, menarik diri, perasaan tumpul, menarik
minat dan inisiatif, hipoaktif, waham , halusinasi, dll. Tetapi
haloperidol memiliki efek ekstra piramidal yang meningkat,
sehingga pada pasien yang rentan terhadap efeksamping perlu
diganti dengan thioridazine.
Pengaturan dosis:

Onset efek primer


: sekitar 2- 4 minggu.
Onset efek sekunder
:sekitar 2- 6 jam

Waktu paruh 12- 24 jam:


1-2 x/hr

dosis pagi lebih kecil dari


malam
Mulai dari dosis awal sesuai dengan dosis anjuran,
dinaikan setiap 2-3 hari sampai mencapai dosis efektif,
dievaluasi setiap 2 minggu dan bila perlu dinaikan sampai dosis
optimal , dipertahankan sekitar 8-12 minggu , diturunkan setiap
2minggu sampai dosis maintenance, dipertahankan 6 bulan
sampai 2 tahun (diselingi drug holiday 1-2 hr/minggu) ditapering
off (dosis diturunkan tiap 2-4 minggu), kemudian stop.

141

Efek samping dan tindakan penangulangannya:


Clorpromazine
injeksi (I.M) sering menimbulkan
hipotensi ortostatik pada waktu perubahan posisi tubuh, untuk
pencegahannya setelah mendapat suntikan jangan langsung
bangun, biarkan tiduran selama 5- 10 menit.jika terjadi hipotensi
ortostatik berikan injeksi nor adenalin.
Haloperidol sering menimbulkan gejal ekstrapiramidal/
sindrom
parkinson,
tindakan
mengatasinya
tablet
Trihexiphenidyl( artane R) 3-4 x 2mg/hr, sulfas atrofin 0,50 -0,75
mg (I.M).
Anti depresan
Sindrom depresi:
Selama paling sedikit 2 minggu dan hampir setiap hari:

1. Rasa hati yang murung


2. hilang minat dan rasa senang
3.kurang tenaga hingga mudah lelah dan kurang tenaga
keadaan diatas disertai gejala- gejala:
1. Penurunan konsentrasi pikiran dan perhatian
2. pemgurangan rasa diri dan percaya diri.
3. pikiran perihal dosa dan merasa tidak berguna
4. pandang suram dan pesimis terhadap masa depan
5. gagasan atau tindakan untuk bunuh diri
6. gangguan tidur
7. pengurangan nafsu makan
Tabel efek samping anti depresi
Nama obat
Amytriptilin
Imipramin
Clomipramin
Trazodone
Maprotiline
Mianserin
Amoxapine
Taineptine
Meclobemide
Sertraline
Paroxetine
Fluvoxamine
Fluoxetine

antikolinergik
+++
+++
++
+
+
+
+
+/+/+/+/+/+/-

sedasi
+++
++
++
+++
++
++
+
+/+/+/+/+/+/-

hipotensi
+++
++
+
+
+
+
++
+/+
+/+/+/+/-

Mengingat efek sampingnya, maka Pemilihan obat anti


depresan sebaiknya berdasarkan urutan dibawah ini:
1. golongan SSRI (Sertraline, etc)
2. Golongan Trisiklik (Amitriptilin, etc)
3. Golongan tetrasiklik (Maprotiline, etc)
Golongan atypical (trazodone)
Golongan MAOI reversibel (Moclobemide)
Pengaturan dosis:
Dalam pengaturan dosis perlu dipertimbangkan,
Onset efek primer
:sekitar 2-4 minggu
142

Onset efek sekunder


:sekitar 12- 24 minggu
Waktu paruh
:12- 48 jam(pemberian 1-2x/hr)
Kontra indikasi:
o
Penyakit jantung koroner, mcl, khususnya usia
lanjut
o
Glukoma, retensi urin, hipertropi prostat,
gangguan fungsi hati dan epilepsi.
o
Penggunaan obat lithium, kelainan fungsi
jantung, ginjal dan kelenjar thiroid.
o
Wanita hamil dan menyusui tidak dianjurkan
menggunakan TCA, karena resiko teratogenik besar
(khususnya trimester I) dan TCA eksresi melalui ASI.
Anti mania
Sindrom mania
Dalam jangka waktu paling sedikit satu minggu hampir
setiap hari terdapat keadaan afek (mood, suasana perasaan)
yang meningkat, ekpresif, atau iritable
Keadaan ini disertai paling sedikit 4 gejala berikut:
1. Peningkatan aktivitas (ditempat kerja, hubungan sosial
atau seksual), atau ketidak tenangan fisik.
2. lebih banyak bicara dari lazimnya.
3. lombat gagasan (light of ideas) atau penghayatan
subjektif bahwa pikiranya sedang berlomba.
4. rasa harga diri yang melambung (Grandiositas, yang
dapat bertaraf sampai waham/delusi)
5. berkurangnya kebutuhan tidur
6. muda beralih perhatian
7. keterlibatan yang berlebihan dalam aktivitas yang
mengandung resiko tinggi dengan akibat yang
merugikan tidak diperhitungkan secara bijaksana.
Obat acuan yang digunakan: Lithium carbonate

Tabel sedian obat anti mania


Generic
Paten
Lithium carbonat
Haloperidol
Haldol
Serenace

sediaan
Tab; 0,5;2;5mg
Tab;0,5;1,5;5m
g
Liq, 2mg/ml
Amp, 5mg/ml

Dosis anjuran
250- 500mg/hr
4,5-15 mg/hr

5mg (IM) tiap


30 menit max.
45mg/ hr
Carbamazepine
Tegretol
Tab, 200mg
400- 600mg/hr
2-3 x/hr
Gejala intoksikasi ( serum lithium > 1,5 mEq/L)

gejala dini: muntah, diare, tremor kasar,


mengantuk,
konsentrasi pikiran menurun, bicara sulit,
pengucapan kata tidak jelas dan gaya berjalan tidak stabil.

143

Dengan semakin beratnya intoksikasi terdapat


gejala: kesadaran menurun (confusional state) dapat
sampai koma dengan hipertoni otot dan kedutan, oliguria,
kejang-kejang.
Faktor predisposisi intoksikasi:

Demam (berkeringat berlebihan)

Diet rendah garam

Diare dan muntah- muntah

Diet untuk menurunkan berat badan

Pemakaian bersama diuretik, antirematik NSAID


Tindakan mengatasi intoksikasi:

Mengurangi faktor predisposisi

Forced diuresis dengan garam fisiologis


(Nacl 0,9 %)diberikan IV sebanyak 10 cc (1ampul), bila
perlu hemodialisa.
Cara penggunaan:

Pada mania akut diberikan: haloperidol (IM) + tab


lithium carbonat. Haloperidol digunakan untuk mengatsi
hiperaktivitas, imfulsivitas, iritabilitas, dengan onset of
action yangcepat. Lithium karbonat
sebagai efek anti
mania, bekerja setelah penggunaan 7- 10 hari.

Lama pemberian pada sindrom mania akut sampai


gejala- gejala mereda. Lithium karbonat diteruskan samapi
lebih dari 6 bulan, dihentikan secara gradual (tappering off)
bila memang tidak ada indikasi lagi.

Sebelum mengunakan lithium carbonat perlu dilakukan


pemeriksaan laboratorium secara periodik:
Kadar Na dan K. kadar ini merendah pada penderita diet
garam dan pengguna diuretik.
Tes fungsi ginjal (serum creatinin), hampir semua kadar
lithium dieksresikan diginjal
Tes fungsi kelenjar thyroid (serum T3 & T4), lithium
merendahkan kadar serum yodium
Pemeriksaan EKG.

Lithium carbonate bersifat teratogenik, sehingga tidak


boleh diberikan pada wanita hamil.
Anti anxietas
Sindrom anxietas:
Perasaan cemas atau kwatir yang tidak realistik
terhadap 2 atau lebih hal yang dipersepsi sebagai ancaman.
Perasaan ini menyebabkan individu tidak mampu istirahat
dengan tenang.
Terdapat paling sedikit 6 dari 18 gejala gejala berikut:
Ketegangan motorik :
-kedutan otot atau rasa gemetar
-Otot tegang/ kaku/pegel linu
-Tidak bisa diam
-Mudah jadi lelah

144

Hiperaktivitas otonom:

Waspada berlebih dan :


Penangkapan kurang

-Nafas pendek
- Jantung berdebar
-Telapak tangan basah dingin
-Mulut kering
-Kepala pusing
-Mual, mencret, perut tidak enak
-Muka panas, badan menggigil
-Buang air kecil lebih sering
-Sukar menelan/ rasa tersumbat
-Mudah ngilu
- Mudah terkejut
-Sulit konsentrasi pikiran
-Sukar tidur
-Mudah tersinggung

Tabel obat dan sedian anti anxietas


Generik
Paten
Sedian
Diazefam
Diazepin
Tab; 2-5mg
Lovium
Tab; 2-5 mg
Mentalium
Tab; 2-5 mg
Stesolid
Tab; 2-5 mg
Ampul;
Valium
5mg/2,5 cc
Valisanbe
10mg/2,5cc
Chlordiazepoxid
e
Lorazepam
Clobazefam
Bromazefam
Prazepam
Clhorazepate
Alprazolam

Arsitran
Tensinyl
Ativan
Frisium
Lexotan
Equipax
Tranxene
Xanax

Dosis
Oral:
10-30mg/hr
2-3x/hr
Parenteral
(IV/
IM)=
2- 10mg/kali
Setiap 3-4jam
<10kg/bb=5mg
>10kg/bb=10mg
15- 30 mg/hr
2-3 x/hr

Tab ; 5mg
Cap; 5mg
Tab; 0,5; 1;2mg 2-3 x1mg/hr
2-3x 10mg/hr
Tab; 10mg
Tab; 1,5;3;6mg 3x1,5mg/hr
2-3x5mg/hr
Tab; 5mg
2-3x 5mg/hr
Cap; 5;10mg
3x0,25-0,5mg/ hr
Tab;
0,25;0,5;1mg
Efek samping anti anxietas berupa:
-Sedasi
-Relaksasi otot (rasa lemas, cepat lelah,dll)
Penghentian obat yang mendadak menimbulkan
rebound phenomena. Obat yang memiliki waktu paruh
lebih pendek maka efek lepas obatnya lebih besar.
Pemilihan obat:
Golongan benzodiazepine sebagai obat anti anxietas
mempunyai ratio terapetic yang tinggi dan kurang
menimbulkan addiksi, dibandingkan golongan meprobate
atau penobarbital.

145

Beberapa golongan benzodiazepine dan kegunaannya:

Diazefam/ Chlordiazepoxide: broad spektrum

Nitrazefam/Flurazefam: dosis anti anxietas dan


anti insomnia berdekatan, lebih efektif sebagai anti
insomnia

Midazolam: onset cepat dan kerja singkat, sesuai


untuk kebutuhan premedikasi operatif

Bromazefam, lorazefam, Clobazefam: dosis anti


anxietas lebih efektif dari dosis anti insomnia.
Lama pemberian:
Pada sindrom anxietas yang disebabkan faktor
situasi eksternal, pemberian obat tidak melebihi dari 1-3
bulan.
Kontra indikasi:
Pasien
dengan
hipersensitivitas
terhadap
benzodiazepine, gllukoma miastenia gravis, chronic
pulmonary insufisiency, chronic renal atau hepatic
disease.
Overdosis atau intoksikasi:
Gejala:

Kesadaran menurun, lemas, jarang


yang sampai dengan koma.

Pernafasan, tekanan darah, denyut


nadi menurun sedikit.

Ataksia, disartria, confusion, reflek


fisiologis menurun.
Penatalaksanaan:
Terapi suportif
:Tatalaksana
terhadap
respiratory
depression
dan shock.
Terapi kausal
:Benzodiazepine antagonist
Flumazenil(Anexate) amp.0,5mg/5cc(IV)
Anti Insomnia

Sindrom insomnia
Membutuhkan waktu lebih dari jam untuk tidur atau
tidur kembali setelah bangunsehingga siklus tidur tidak utuh
dan menimbbulkan gangguan kesehatan.
Tabel obat dan sediaan anti anxietas
Generik
Paten
Sedian
Nitrazefam
Mogadon
Tab; 5mg
Dumolid
Tab; 5mg
Triazolam
Halcion
Tab; 0,125mg
Tab; 0,250mg
Estazolam

Esilgan

Tab; 1; 2mg
146

Dosis
Dewasa 2 tab
Lansia 1 tab
Dewasa 2 tab
Lansia 1tab
Dewasa 1 tab
Lansia tab
1-2mg/malam

Chloral hidrat

Choralhydrat
500

Soft cap 500mg 1-2 cap (1530)


sebelum
tidur.

Efek samping dihubungan dengan waktu paruh:

Waktu paruh singkat (sekitar


4jam) e.g Triazolam gaya rebound lebih berat pada pagi
hari dan dapat sampai panik

Waktu
paruh
sedang
e.q
Estazolam gejala rebound lebih ringan.

Waktu paruh lebih panjang e.q


Nitrazepam menimbulkan gejala hang overpada pagi
hari dan juga intensifyng day time sleepiness.

Penggunaan obat antianxietas


golongan benzodiazepine dapat terjadi disinhibiting effect
yang menyebabkan rage reaction. (perilaku penyerang dan
ganas).
Pengaturan dosis:
o
Pemberian dosis anjuran 15- 30 sebelum tidur
o
Dosis awal dapat dinaikan sampai mencapai dosis
efektif dan dipertahankan sampai 1-2 minggu, kemudian
secepatnya tappering off untuk mencegah timbulnya
rebound dan toleransi obat.

Anti
Obsesifkomfulsif
Sindrom obsesif kompulsif:
Selama paling sedikit 2minggu dan hampir setiap hari
mengalami gejala- gejala obsesif kompulsif yang memiliki ciri
sebagai berikut:

Diketahui,
disadari
sebagai
pikiran,
bayangan atau impuls dari diri individu sendiri.

Pikiran, bayangan, atau impuls tersebut


harus merupakan pengulanganyang tidak menyenangkan
(ego- distonik).

Melaksanakan tindakan sesuai dengan


pikiran, bayangan , atau impuls tersebut harus merupakan
hal yang memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar
perasaan lega dari ketegangan)

Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan


yang masih tidak berhasil dilawan /dielakan, meskipun ada
lainyayang tidak lagi dilawan/ dielakan penderita.
Tabel obat dan sediaan anti obsesif kompulsif
Generik
Paten
Sedian
Dosis
75 - 200mg/hr
Clomipramine
Anafranil
Tab; 25mg
100 -250mg/hr
Fluvoxamine
Luvox
Tab; 50mg
50 - 150mg/hr
Sertraline
Zoloft
Tab; 50mg
20 - 80mg/hr
Fluoxetine
Prozac
Cap; 20mg
147

Paroxetine

Nopres
Seroxat

Caplet; 20mg
Tab; 20mg

40 - 60mg/hr

Efek samping:

Sedatif

Anti kolinergik (mulut kering, keluhan


lambung, retensi urine, disuria, pengeliatan kabur,
konstipasi, gangguan fungsi sexual, sinus takikardi).

Anti
adrenergik
alfa
(perubahan
ekg,hipotensi ortostatik)

Neurotoksik (tremor halus, kejang epileptik,


agitasi, insomnia)
Lama pemberian:

Meskipun respon terhadap pengobatan


sudah dapat terlihat dalam 1-2 minggu, untuk
mendapatkan
hasil
yang
memuaskan
setidaknya
diperlukan terapi waktu 2-3 bulan dengan dosis antara 75225mg/hr.

148

Anti Panik

Sindrom panik:
Selama palling sedikit satu bulan mengalami beberapa kali
serangan anxietas berat, yang memiliki ciri- ciri:
1. serangan anxietas terjadi pada saat keadaan dimana objeknya
tidak berbahaya.
2. tidak terbatas pada situasi yang telah diketahuiatau yang
diduga sebelumnya.
3. terdapat periode bebas serangan panik diantara periode
serangan panik.
Tabel obat dan sediaan anti panik
Generik
Paten
Sedian
Dosis
75 150mg/hr
Imipramine
Tofranil
Tab; 25mg
75 150mg/hr
Clomipramin
Anafranil
Tab; 25mg
Alprazolam
Xanax
Tab; 0,25 ; 0,5 ; 2 - 4 mg/hr
1mg
300 -600mg/hr
Moctobemide
Aurorix
Tab; 150mg
50 100mg/hr
Sertraline
Zoloft
Cap; 20mg
20 -40mg/hr
Fluxetine
Prozac
Tab; 50mg
Nopres
20 - 40 mg/hr
Parocetine
Seroxat
Pemilihan obat:
Semua jenis anti panik efektif menanggulangi gangguan
panik derajat ringan sedang.
Lama pemberian:
Lama pemberian bersifat individual, umumnya selama 6 bulan
sampai 12 bulan, kemudian dihentikan secara bertahap
selama 3 bulan bila kondisi penderita sudah memungkinkan.
Perhatian:
Wanita hamil dan menyusui tidak dianjurkan minum
obat anti panik.

149

Tata laksana

PRAKTIS

ILMU PENYAKIT SARAF


(NEUROLOGI)

OLEH :
dr. Rudy Budijono

BAB VII
ILMU PENYAKIT SARAF
(NEUROLOGI)
1. EPILEPSI (ayan)
- Def : gangguan cerebral yang disebabkan pelepasan
muatan listrik berlebihan dengan kecenderungan
berulang, dengan manifestasi motorik, sensorik,
otonom, tingkah laku, disertai atau tanpa gangguan
kesadaran.
- Epilepsi gejala yang timbul karena penyakit, bukan
penyakit.
- Dibedakan : primer /idiopatik & sekunder (e.c trauma,
tumor, radang,dsb).
- Diagnosis epilepsi berdasarkan anamnesis yang cermat t.u.
mengenai gambaran serangan, pemeriksaan fisik dan EEG.
- Bentuk kejang : 1. Umum (grand mal, petit mal)
2. Parsial
3. Unclassified
- Prinsip terapi epilepsi adalah jangka panjang, dosis kecil
dan efektif,monoterapi dan pemberian diusahakan 1 kali
sehari untuk menghindari kebosanan dan kelalaian
pasien mengendalikan serangan epilepsi.
- Setelah serangan epilepsi benar-benar terkendali dengan
dosis konstan dalam periode tertentu, serangan epilepsi
dapat muncul kembali. Hal demikian ini sering disebabkan
oleh induksi enzim kadar obat serum.
Tindakan kita adalah dengan meningkatkan dosis dan
bukan memberikan obat baru diijinkan sampai
mendekati dosis toksik.
- Pada pemberian obat > 1, obat I dosis tidak boleh
diturunkan secara mendadak karena dapat terjadi
serangan ulang, dosis diturunkan jika pasien sudah bebas
kejang 6 bulan-2 tahun.
- Pasien epilepsi dengan kehamilan, terapi tak boleh
dihentikan, kecuali jenis petit mal. Adapun syarat
pemberian OAE pada kehamilan antara lain :
Obat pilihan pertama sesuai jenis serangan
Monoterapi
Hindari Valproat/karbamazepin,t.u.bila ada riwayat
keluarga dengan defek neural tube
Tambahkan asam folat tiap hari
Data Farmakologik Obat Yang Biasa Dipergunakan di
Klinik
151

Nama
obat

Jenis
seranga
n
P & KU

Dosis
Mg/kg
/hr
24

Kadar
serum
(g/ml)
15 - 40

Sediaa
n

Fenitoin
(Dilantin)

P & KU

38

10 30

Caps 30,
100 mg

24

Karbamazepin
(Tegretol)

P & KU

15 25

8 - 12

Tab
mg

12

Valproat

Semua

15 60

50 - 100

Klonazepam
(Rivotril)

A&M

0.03-0.3

0.01-0.05

Tab 2 mg

30

Primidon
(Mysoline)

P & KU

10 20

5 - 15

Tab
mg

12

Fenobarbital
(Luminal)

P : parsial,
-

KU : Kejang Umum,
Mioklonik

Tab
30,
100 mg

200

Waktu
paruh
(jam)
96

14

250

Efek samping

Mengantuk,
hiperaktivitas,
bingung, perubahan
perasaan hati
Ataksia, ruam kulit,
perubahan
kosmetika,
hiperplasia gingiva,
osteomalasia
Ataksia, gangguan
GIT,
pandangan
kabur, gangguan fx
hepar, perubahan
darah
Gangguan
GIT,
hepatitis, diskrasia
darah,
ataksia,
alopesia,
mengantuk
Mengantuk,
gangguan
GIT,
diskrasia
darah,
ruam
kulit,
pengeluaran air liur
Mengantuk,
hiperaktivitas,
perubahan perasaan
hati

A : Absence,

M :

Penghentian obat sesudah minimal 2 tahun terbebas dari


serangan, dihentikan secara bertahap sesuai dengan
keadaan klinis penderita.
Contoh pemberian resep :

R/ Fenitoin (Dilantin) 100 mg 1 x 1 dpt di sesuai respon


Neurotropik (Neurobion) 1 x 1
2. VERTIGO
- Def : perasaan rotasi (memutar), dapat sekelilingnya terasa
berputar atau badan yang berputar.
- Vertigo merupakan gejala, bukan penyakit.
- Terjadi karena gangguan koordinasi, labirinth, mata &
sensibilitas.
- Prinsip terapi :
1. Etiologi : tergantung penyebab (TIA, epilepsi, migren,
infeksi)
2. Simptomatis :
- Sedativa : diazepam,dsb
- Antihistamin : diphenhidramin, dramamin,dsb
152

- Vasodilator : flunarizine,dsb
- Contoh pemberian resep :
R/ Diazepam (Valisanbe) 5 mg
Mertigo
2x1
Unalium 5 mg
2x1

3x1

3. PARKINSON
- Def : Penyakit dimana terdapat kekurangan dopamin di
corpus striatum dan globus palidus.
- Neurotransmitter otak : asetilkolin, dopamin, serotonin
- Pada Parkinson, kadar dopamin , asetilkolin .
- Gejala kx : bradikinesia, rigiditas, tremor, postural reflexes
- Prinsip terapi :
1.Etiologi : tergantung penyebab (arteriosklerosis,post
encephalitis,dsb).
2.Simptomatik :
- Antikolinergik : Sulfas atropin, Trihexyphenidil,dsb
- Amantadine (Antiviral) reseptor > peka thd. Dopamin
- Levodopa (Madopar) prekusor dopamin,dosis 6-8
gram/hr.
ES : aritmia, hipotensi
- Bromokriptin (Parlodel) efek sama seperti dopamin
ES : psikosis, berikan dosis rendah.
- Contoh pemberian resep :
R/ Trihexiphenidil (Artane) 3 x 3-4 x 1 (tremor rigid)
Amantadine (Flupardin) 100 mg 2 x 1 (bradikinesia)
Madopar* 3 x 1 dikan 1 caps/mg 4-8 caps/hr
Parlodel* 2,5 mg 2 x dikan s/d 15-20 mg/hr
* Levodopa & bromokriptin hanya dipakai u/ parkinson yang berat.

4. GUILLAIN BARRE SYNDROME


- Def : sekumpulan gejala yang tak jelas etiologinya,
ditandai oleh kelumpuhan yang akut/subakut,
simetris dari anggota badan/otot disertai gangguan
sensorik.
- Kx :
didahului oleh infeksi traktus respiratorius/GIT, nyeri
dan parestesi pada tungkai dan kaki, kelumpuhan
seolah menjalar ke atas, sensibilitas terganggu,
refleks tendon , tonus otot , tidak atropi.
- Terapi : - Istirahat
- Otot pernapasan kena rawat ICU/trakeostomi
- Kortikosteroid (masih diperdebatkan)
153

- Neurotropik
- Contoh pemberian resep :
R/ Erlanison 3 x 1
Ikaneuron 2 x 1
5, MYASTENIA GRAVIS
- Merupakan kelainan imunobiologis, terjadi blokade reseptor
asetilkolin.
- Kx : - Penderita lekas menjadi lelah, pagi hari baik,
kemudian
pada jam 10 pagi mata seakan menutup.
- Ptosis, gangguan gerakan bola mata, diplopia.
- Kelainan otot bulber : berbicara dan menelan.
- Akhirnya tungkai dan lengan terkena.
- Terapi : - Operasi thymus/tymektomi : pasien umur 5
tahun dan <40 tahun
- Prostigmin (Neostigmin) 3 x 15 mg/hr atau :
Pyridostigmin 3 x 60 mg/hr sekarang tidak
ada
- Kortikosteroid, dosis dikan perlahan, kmd.tap
off
- Contoh pemberian resep :
R/ Neostigmin 15 mg 3 x 1
Prednison 5 mg 3 x 1 di kan perlahan,tap. Off
6. NEUROPATI
- Def :

Suatu penyakit dengan gejala klinik yang timbul


karena kelainan saraf perifer, umumnya berupa
degenerasi non inflamasi yang luas dengan gejala
yang meliputi kelemahan motorik, gangguan
sensorik, gangguan otonom dan melemahnya refleks
tendon.
- Terapi :
1. Etiologi : obati causa (DM, intoksikasi, iatrogenik,dsb)
2. Simptomatik :-Roborantia saraf (neurotropik)
-Analgetik
-Kortikosteroid
- Contoh pemberian resep :
R/ Neurobion 2 x 1
Asam mefenamat k.p
Prednison 2 x 1 untuk DM tak usah diberikan
Glibenclamide 5 mg 1 0 0 ( untuk neuropati DM)

154

7. MIGRAIN
- Def : nyeri kepala sesisi + gejala neurologik
- Rasa nyeri timbul karena vasodilatasi pembuluh darah
ekstrakranial dan keluarnya neurokinin, yang menurunkan
ambang rangsang nyeri.
- Vasodilatasi ekstrakranial sebagai respons terhadap
vasokonstriksi pembuluh darah intrakranial.
- Sifat nyeri kepala :
Berdenyut-denyut atau berdentum-dentum
Lama serangan : beberapa menit sampai satu hari
Frekuensi serangan sebulan 1-4 kali
Waktu serangan : vena-vena di dahi & pelipis nampak jelas
20 % : ada diare
- Terapi :
1. Serangan akut :
R/ Ergotamin mg 1
Cafein mg ( 50-100)
M f l a caps dtd no X prn
Max 5 caps / serangan !
Nama dagang : Cafergot, Bellergal, Gynergen
ES : iritasi lambung, nausea, muntah, tromboplebitis,
neuropati perifer.
KI : hipertensi, kehamilan, penyakit vaskuler perifer
2. Preventif :
- Untuk mengurangi/ menghilangkan serangan berikutnya,
hanya untuk penderita dengan serangan frekuen (> 2x/
bln).
- Antara lain bisa dipergunakan preparat :
a. Propranolol 4 x (10-40 mg)
KI : bradikardi, P.J.kongestif, asma, hipoglikemia
b. Amitriptilin 25 mg 0 0 1 kurang efektif
ES : drowsiness, gangguan tidur, mulut kering, keringat >>
c. Fenobarbital 3 x ( 15-30 mg ) biasa pada anak, .
ES : hiperaktif, mengantuk
d. Klonidin ( 1-3 x 25 g )
ES : hipotensi ortostatik
e. Siproheptadine (Operma) 4 mg 1 x 1
KI : glaukoma, hipertropi prostat
f. Methysergide (deseryl) 1 mg 3 x 1 preparat ini toksik!
Jangan dikombinasi dengan ergotamin.
ES : klaudikatio intermitten, vertigo, muntah, dermatitis,
psikosis, anemia, uremia
g. Pizotifen (Mosegor, Sandomigran) 3 x 0,5 mg
155

digunakan bila ada KI preparat ergotamin


h. Clorpromazin (Largactil)) 12,5 mg bila pasien muntah
Ctt : gunakan preparat tersebut di atas sesuai kondisi pasien.

- Contoh pemberian resep :


R/ Siproheptadine
Pizotifen mg 0,5
Clorpromazin mg 12,5
M f l a caps dtd no X
S 2 dd I
8. TENSION HEADACHE ( nyeri kepala tegang otot )
- Sifat nyeri kepala :
Dapat dirasakan sebagai berdenyut/kencang mengikat kepala
atau nyeri pegal sepanjang daerah antara kondilus oksipitalis
& tepi orbita sesisi atau kedua sisi.
Umumnya timbul saat / setelah mengalami stress.
Dapat
disertai
mual,
muntah,
mules,
kembung,
konstipasi/diare, sering kencing,dsb.
- Terapi :
1. Atasi faktor psikis yang mendasari
2. Obat psikotropik : anxiolitik dan anti depresan
3. Analgetik / spasmolitik
- Contoh pemberian resep :
R/ Diazepam 2 mg 3 x 1
Amitriptiline 25 mg 3 x 1
Asam mefenamat 500 mg 3 x 1, atau :
R/ Analsik 3 x 1
Maprotilin (Ludiomil) 25 mg 3 x 1

156

9. NEURALGIA TRIGEMINUS IDIOPATIK (Tic douloureux)


- Sifat nyeri hebat, timbul sekonyong-konyong, berupa serangan
berkali-kali, lebih sering mengenai cabang V2 dan V3
- Di luar serangan bebas dari nyeri
- Tak ada gejala defisit sensorik
- Umur : kebanyakan > 50 th, wanita > laki
- Faktor predisposisi a.l gosok gigi, mengunyah makanan,
mengusap wajah
- Contoh pemberian resep :
R/ Carbamazepine (Tegretol) 3 x ( tab 200 mg)
Clonazepam (Rivotril) 3 x ( tab 2 mg )
Neurobion 1 x 1
Ctt : Pasien dinasehati untuk mengurangi atau menghentikan pemakaian
obat sesuai keadaan.

10. BELLS PALSY


- Def : kelumpuhan N.VII perifer akibat proses non supuratif, non
neoplastik, non degeneratif primer, namun sangat
mungkin akibat edema jinak pada bagian N.VII di
foramen stilomastoideus atau sedikit proksimal dari
foramen tsb, mulainya akut & dapat sembuh sendiri
tanpa pengobatan.
- Paresis facialis sering timbul setelah duduk di mobil dengan
jendela terbuka, tidur di lantai atau bergadang
- Bells palsy hampir selalu unilateral
- Kelumpuhan N.VII melibatkan semua otot wajah sesisi
- Prinsip terapi :
Bells palsy diobati sebagai kasus neuritis
1. Kortikosteroid pada tahap akut
2. Neurotropik
3. Analgetik k.p
4. Fisioterapi (galvanisasi)
- Contoh pemberian resep :
R/ Erlanison 3 x 1
Neurobion 2 x 1
Ponstan k.p
11. LOW BACK PAIN (LBP)
-

Tujuan penatalaksanaan LBP pada prinsipnya adalah untuk


menghilangkan nyeri, mengembalikan aktivitas dan gerakan
pada fungsi sebelumnya dan juga mencegah kekambuhan.
Prinsip terapi :
157

1. Etiologi : terapi kausa ( tumor, trauma, dsb)


2. Simptomatik : NSAID, kortikosteroid, muscle relaxan
Contoh pemberian resep :

R/ Renadinac 3 x 1
Antasida 3 x 1 ac
Danasone 3 x 1
Solaxin
2x1
, atau :
R/ Pirocam 3 x 1
Radin
3 x1
Medixon
3x1
Diazepam 5 mg 0 0- 1
12. MIALGIA DAN ISCHIALGIA
-

Prinsip terapi hampir sama dngan LBP, terdiri atas :


1. Etiologik : terapi causa ( trauma, tumor, dsb)
2. Simptomatik : NSAID, kortikosteroid, muscle relaxant
Contoh pemberian resep :

R/ Pirocam 3 x 1
Antasida 3 x 1 ac
Erlanison 3 x 1
Frisium 0 0 1
13. STROKE NON HEMORAGIC
-

Kx : gejala defisit neurologik fokal mendadak, tidak ada


trauma
kepala, adanya faktor resiko GPDO
( HT, kelainan jantung).
Dibedakan menjadi :
a. Transient Ischemik Attack (TIA)
b. Trombosis
c. Emboli / tromboemboli
d. Stroke in evolution
Prinsip terapi :
1. Anti edema otak : kortikosteroid
2. Anti agregasi trombosit :
- Pentoksifilin ( Trental, Zumavastal, Reotal, Platof,
Trendistal,dsb )
- Dipiridamol ( Persantin )
- Asam asetilsalisilat ( Aspirin, Aspilets )
3. Obat untuk metabolisme otak :
- Obat untuk mempercepat pembentukan ATP
metabolisme otak.
Misal : piracetam (Nootrophil, encebion, Neurotam,
Benocetam, Ciclobrain, dsb ).
- Aktivator metabolisme otak : Siticholine (Nicholin)
158

4. Roborantia saraf ( neurotropik ):


Misal : Neurobion, Neurobiovit, Bioneuron
5. Antibiotika bila ada sekunder infeksi.
Catatan :
Pasien stroke non hemoragik (iskemik ) dengan hipertensi,
sebaiknya ditunda dulu pemberian obat anti hipertensi karena hal
ini dapat menyebabkan infark menjadi semakin bertambah luas.
Untuk pasien stroke iskemik, yang harus diterapi adalah batas
TDS>220 mmHg atau bila mean TD>130 mmHg. Mean TD =
jumlah (2 x TDD) + TDS, dibagi 3.
Hipertensi pada stroke iskemik yang segera harus diturunkan
adalah pada AMI, gagal ginjal akut dan diseksio aorta.

Prinsip terapi untuk stroke hemoragik hampir sama


dengan stroke iskemik, bedanya yaitu pada stroke
hemoragik, hipertensi harus diterapi lebih cepat daripada
stroke iskemik. Pada stroke hemoragik dapat pula
diberikan obat-obat untuk menghentikan perdarahan
seperti : asam traneksamat (Transamin, Kalnex,
Cyklokapron, Theranex, Ditranex).
Contoh pemberian resep (pasien stroke iskemik,
T=170/110 mmHg) :
R/ Dexametason 3 x 1
Reotal 400 mg 3 x 1
Benocetam 800 mg 3 x 1
Neurobion 2 x 1
Ulceranin 3 x 1
Contoh pemberian resep (pasien stroke hemoragik,
T=170/110 mmHg) :
R/ Dexametason 3 x 1
Trental 400 mg
3x1
Encebion 800 mg
3x1
Ikaneuron
2x1
Ulsikur 3 x 1
Tensivask 5 mg
1x1
Transamin
3x1
Ctt : Obat-obat tersebut di atas di RS diberikan dalam bentuk injeksi dan
apabila kondisi pasien membaik, dapat diberikan peroral. Resep
tersebut hanyalah gambaran garis besarnya saja mengenai obatobat yang seharusnya diberikan.

159

PERBEDAAN STROKE HEMORAGIS & NON


HEMORAGIS
GEJALA & TANDA

PERDARAHAN

INFARK

Onset
Saat onset
Peringatan (TIA)
Nyeri kepala
Kesadaran menurun
Muntah
Kejang-kejang
Diabetes
Bradikardi
Pupil edema
Kaku kuduk
Rangsangan meningeal
Hipertensi
Aritmia jantung
Glasgow Coma Scale

Mendadak
Sedang aktif
+++
+++
+
+
++
Sering +
+
+++
++
<8

Mendadak
Istirahat
++
+/+/++
+/+
+
>8

160

Tata Laksana Praktis

ILMU PENYAKIT THT

Oleh:
dr Frengky Susanto

Oleh :
dr. frengky susanto

Bab VIII
ILMU PENYAKIT THT
Telinga

Otitis eksterna difusa


Radang pada 2/3 bagian dalam meatus acusticus eksternus,
tampak hiperemis, oedem, dan tidak jelas batasannya serta tidak
ada furunkel.
Penyebab yang tersering: Pseudomonas, Stapilococcus
albus, E. coli.

Gejala klinisnya; gatal, nyeri, kadang ada sekret yang


membau.
Penatalaksanaan:
Pembersihan sekret
Antibotik topikal: seperti Otopain R 3x
4tts, Ofloksasin (Tarivid R) 2x 6tts.
Antibiotik sistemik (k/p), seperti
Amoksilin (Dexymox R)3x1 tab atau + As. Klavulamat
(Claneksin R, AusphilicR) 3x 1tab. Atau
Klindamisin (Clinjos R) 3x 1tab, atau
Roksitromisin (Simacron R) 2x1 tab
Anti inflamasi: Loratadin (Sohotin
R
)1x1 tab.
Analgetik (K/p)
As. Mefenamat (Cetalmic R) 3x 500mg
Ctt. Komposisi otopain R: Polimiksin B sulfat, Neomisin sulfat,
Fludrokortison asetat, air, Propilon glikol, Gliserin.
Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel= bisul)
Radang pada 1/3 bagian luar meatus acusticus eksternus yang
mengandung adneksa kulit seperti folikel rambut, kelenjar
sebasea, kelenjar serumen, maka ditempat itu terjadi nifeksi
kelenjar pilosebaseadan terbentuk furunkel.
Kuman penyebab yang sering, stapilococcus aureus,
stapilococcus albus.
Gejala klinis;
Rasa sakit yang hebat, tidak sesuai dengan besarnya
bisul.
Timbulnya nyeri saat penekanan didaerah perikondrium,
dan saat membuka mulut.
Gangguan pendengaran jika furunkel besar dan
menyumbat liang telinga.
Penatalaksanaan:

Antibotik topikal: seperti Otopain R 3x


4tts, Ofloksasin (Tarivid R) 2x 6tts.

Antibiotik sistemik (k/p), seperti


-Amoksilin (Dexymox R)3x1 tab atau + As.
Klavulamat (Claneksin R, AusphilicR) 3x 1tab.
Atau
-Klindamisin (Clinjos R) 3x 1tab, atau
-Roksitromisin (Simacron R) 2x1 tab
Anti inflamasi
: Loratadin (Sohotin R)1x1 tab.
Analgetik (K/p) : As. Mefenamat (Cetalmic R) 3x 500m
Otomikosis
Yang tersering karena Aspergilus dan Kandida albikan
Gejala klinis
:Rasa gatal, rasa penuh, kadang tanpa
keluhan.
Penatalaksanaan :
162

Pembersihan liang telinga


Anti jamur
:Klotrimazol (Canesten salep telinga R),
dioleskan dengan mengunakan cotton bud.
Ruptur membran timpani
Robeknya membran timpani akibat korek telinga, trauma,
barotrauma. Ciri khasnya tepi robekan tidak rata, bentuk
bintang,bulan sabit.
Penatalaksanaan:

Bersihkan telinga, pasang tampon


steril

Antibiotik sistemik
Amoksisilin (Deximox R) 3x 500mg atau + As.
Clavulanat(Claneksin R) 3x1 tab. atau
Roksitromisin (Simacron R) 2x 150mg
Otitis media akuta (OMA)
Kuman penyebab yang sering: Streprococcus Hemoliticus,
Stapilococcus, Pneumococcus, H. Influenza (biasanya pada anak
< 5th).
Stadium:
Oklusi tuba
Adanya gambaran retraksi membran timpani
akibat tekanan negatif didalam telinga tengah, akibat
adanya absorbsi udara.
Hiperemis (presupurasi)
Tampak
pembuluh
darah
yang
melebar
dimemebran timpani atau seluruh membran timpani
tampak hiperemis serta oedem, sekret yang terbentuk
mungkin masih eksudat.
Supurasi
Oedem hebat pada mukosa telinga tengah dan
hancurnya sel epitel superficialis serta terbentuknya
exudat
purulen,menyebabkan
membran
timpani
bulging. Pasienn tampak kesakitan, nadi dan suhu
meningkat, rasa nyeri diteling bertambah berat.
Perforasi
Pus keluar mengalir dari telinga tengah keliang
teling luar. Anak yang tadinya gelisah menjadi tenang,
suhu badan turun dan anak dapat tertidur nyenyak.
Resolusi
Sekret akan berkurang dan akhirnya kering, bila
daya tahan tubuh baik dan virulensi kuman rendah
maka
resolusi
dapat
terjadi
walaupun
tanpa
pengobatan.
OMA menjadi OMSK (otitis media supuratif kronis)
bila perforasi menetap dengan sekret yang keluar terus
menerus atau hilang timbul.
Penatalaksanaan:

Stadium Oklusi:
163

Decongestan: Rhinofed 3x1 tab


Antibiotik sistemik:
Amoksisilin (Dexymox R) + As. Clavulamat
(Claneksin R) 3x 1tab, atau
Eritromisin (Erysanbe R) 3x 250mg, atau
Spiramisin (Rovadi R) 3x1tab, atau
Sefadroxil (Cefat R) 2x 500mg.
Anti alergi: Feksotenadin Hcl (telfast R) 1x1 tab
(jika memiliki riwayat alergi).
Pneumo massage

Stadium presupuratif
Decongestan
: Rhinofed 3x1 tab
Antibiotik
:
Amoksisilin (Dexymox R) + As. Clavulamat
(Claneksin R) 3x 1tab, atau
Eritromisin (Erysanbe R) 3x 250mg, atau
Spiramisin (Rovadin R) 3x1tab, atau
Sefadroxil (Cefat R) 2x 500mg.
Analgetik
:
As. Mefenamat (Nichoatan R) 3x 500mg
Anti inflamasi
:
Loratadin (Sohotin R) 1x1tab
Anti piretik
:
Ibuprofen (Proris R ) 3x 200mg

Stadium supuratif:
Terapi sama dengan stadium presupuratif. Pada
fase ini sebaiknya dirujuk ke RS/ Sp.THT untuk dilakukan
miringotomi.

Stadium perforasi
Obat cuci telinga H2O2 3% , selama 5hari
Antibiotik:
Sistemik:
Amoksisilin (Dexymox R) + As. Clavulamat
(Claneksin R) 3x 1tab, atau
Eritromisin (Erysanbe R) 3x 250mg, atau
Spiramisin (Rovadin R) 3x1tab, atau
Sefadroxil (Cefat R) 2x 500mg.
Lokal:
Ofloksasin (Tarivid otic drop R) 2x 6tts
Ctt. Biasanya sekret akan hlang dalam waktu 7- 14 hari.
Dan perforasi akan menutup kembali.
Otitis media supuratif kronis (OMSK)
Dikatakan kronis jika proses berlangsung > 2 bulan.
Diklasifikasikan menjadi 2 type,
Benigna:
Proses peradangan hanya tebatas pada mukosa
saja dan biasanya tidak mengenai tulang, perforasi

164

terletak sentral, type ini jarang menimbulkan komplikasi


yang berbahaya.
Maligna:
OMSK yang disertai dengan kolesteatom (kista
epitel yang berisi deskuamasi epitel/keratin), biasanya
perforasi didaerah marginal atau atik.
Penatalaksanaan:
OMSK sering memerlukan terapi yang lama dan
harusberulang karena:
1. Adanya
perforasi
membran
timpani
yang
permanen
2. terdapat sumber infeksi difaring, nasofaring,
hidung dan sinus paranasal
3. Sudah
terbentuk
jaringan
patologis
yang
ireversibel dalam rongga mastoid.
4. Gizi dan higine rendah
Terapi:

Obat cuci telinga: H2 O2 3% selama 5 hari

Antibiotik:
Antibiotik tetes telinga
:
Kloramfenicol (Colme ptic drop R) 3x
2tts, Ofloksasin (Tarivid otic dropR)2x
6tts
Antibiotik sistemik
:
Amoksisilin (Dexymox R) + As.
Clavulamat (Claneksin R) 3x
1tab,
atau
Eritromisin (Erysanbe R) 3x 250mg,
atau
Spiramisin (Rovadin R) 3x1tab, atau
Sefadroxil (Cefat R) 2x 500mg.
Ctt. Bila sekret telah kering, diobservasi 2 bulan,
maka idealnya dilakukan mirinngoplasti atau
timpanoplsti dengan tujuan: menghentikan infeksi
secara permanen, memperbaiki membran timpani
yang Perforasi, mencegah komplikasi atau kesulitan
pendengaran yang lebih berat.

Otitis media efusi


Terbagi menjadi otitis media serosa (OMS) yaitu jika terdapat
sekret nonpurulen ditelinga tengah sedangkan membran
timpani utuh, sedangkan jika sekretnya kental disebut otitis
media mucoid(OMM).
OMS terjadi akibat adanya transudat/ plasma yang mengalir
dari pembuluh arah keteling tengah yang sebagian besar terjadi
akibat adanya perbedaan tekanan hidrostatik. Sedangkan pada
otitis media mucoid terjadi akibat darikelenjar dan kista yang
165

terdapat dimukosa telinga tengah, tuba eustachii, dan rongga


mastoid.
Penatalaksanaan:

Decongestan:
Pseudoefedrin (Rhinofed R) 3x1 tab

Antihistamin:
Loratadin (Sohotin R) 1x1 tab

Antibiotik sistemik:
Amoksisilin (Dexymox R) + As.
Clavulamat (Claneksin R) 3x 1tab,
atau
Eritromisin (Erysanbe R) 3x 250mg, atau
Spiramisin (Rovadin R) 3x1tab, atau
Sefadroxil (Cefat R) 2x 500mg.

Mukolitik:
Bromhexin (Mucosovan R) 3x 1tab

Perasat Valsava, dilakukan jika tidak ada tanda


infeksi saluran nafas atas.

Hidung

Rhinitis alergika
Gejala klinis:

(>5x/serangan)
dengan debu.

banyak air mata

serangan
bersin
yang
berulang
terutama pagi hari atau bila kontak
Rinore, sekret encer dan banyak
Hidung tersumbat
Hidung dan mata gatal kadang disertai
yang keluar.

Pemeriksaan:

Anamnesa:
Apakah alergi terhadap makanan tertentu?
Apakah ada riwayat alergi pada penderita dan keluarga?
Apakah ada alergi pada organ tubuh lain?

Pemeriksaan fisik:
Pada pemeriksaan rhinoskopi anterior tampak mukosa
oedem, basah, berwarna pucat atau livid disertai adanya
banyak sekret yang encer.

Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan eosinofil pada sekret hidung dan darah
Tes kulit (Prick tes)
Penatalaksanaan:

Anti histamin generasi I, seperti :


CTM 3x 1tab
Deksklorfeniramin maleat (Polarist R) 3x1tab
Feksofenadin Hcl (Telfast R)1x1tab

Kortikosteroid ,seperti:
166

metil prednisolon (Lameson R) 3x1tab

Analgetik, seperti:
Tinoridina (Non flamin R) 3x 1tab

Roborantia, seperti:
Alinamin F R 1x1tab
Ctt. Alinamin F berisi Tiamin Tetrahhidroxil furil disulfida dan
vit. B2
Rhinitis vasomotor
Gangguan motorik hidung, tedapatnya gangguan fisiologis
lapisan mukosa hidung yang disebabkan oleh betambanhnya
aktifitas parasimpatis.
Faktor faktor yang mempengaruhi keseimbangan vasomotor:
1. Obat yang menekan saraf simpatis, seperti Ergotamin,
Chlorpromazin, obat anti hipertensi dan vasokonstriktor
topikal
2. Faktor fisik, seperti iritasi oleh asap rokok, udara dingin,
kelembaban udara yang tinggi dan bau yang merangsang.
3. Faktor endokrin, seperti keadaan kehamilan, pubertas,
pemakaian pil anti hamil, dan hipotiroidisme
4. Faktor psikis, seperti rasa cemas, tegang.
Klinis:
Hidung tersumbat, bergantian kanan dan kiri,
tergantung posisi pasien. Rinore mucous atau serous (lebih
sering serous), tidak disertai bersin dan tidak ada rasa gatal
dimata.
Gejala memburuk pada pagi hari waktu bangun tidur
karena adanya perubahan suhu yang ekstrim, udara
lembab,juga karena asap rokok.
Pemeriksaan:
Pada pemeriksaan rhinoskokpis anterior didapatkan:
oedemmukosa hidung, konka warna merah gelap, atau merah
tua, kadang pucat.Permukaan konka dapat licin atau berbenjol
(tidak rata). Pada rongga hidung sekret mucoid sedikit, sekret
serous banyak jumlahnya.
Pemeriksaan laboratorium:
eosinofil pada sekret hidung dan darah, Prick tes(-).
Pemeriksaan ini hanya untuk menyingkirkan rhinitis alergi.
Penatalaksanaan:
Terapi kausatif tidak ada
Penyuluhan dan peningkatan kondisi badan, olahraga
pagi
Anti histamin generasi I:
CTM 3x 1tab
Deksklorfeniramin maleat (Polarist R) 3x1tab
Feksofenadin Hcl (Telfast R)1x1tab
Decongestan sistemik;
Pseudoefedrin (Rhinofed R) 3x1 tab
Decongestan lokal
167

Faring

Kateterisasi konka/ konkotomi


Sinusitis maksilaris
Gejala Subjektif

Sistemik
:Demam dan rasa lesu

Lokal :Keluarnya ingus kental dan berbau


dan dirasakan mengalir ke nasopharing, hidung
terasa tersumbat, Rasa nyeri pada sinus yang
terkena, kadang ada nyeri alih dibawah kelopak
mata, dan kadang kealveolus, atau kadang nyeri
digigi.
Gejala Objektif

Pemeriksaan sinus , tampak bengkak dipipi


dan dikelopak mata bawah.

Rhinoskopi anterior: mukosa konka hiperemi


dan oedem, tampak mucopus/ nanah di meatus
media.

Pemeriksaan transiluminasi:sinus yang sakit


akan menjadi suram/ gelap.

Pemeriksaan foto thorak: water, PA, lateral.


Akan tampak perselubungan atau air fluid level
pada sinus yang sakit.
Penatalaksanaan:

Antibiotik
Ampicillin (Opicillin R) 3x 500mg, atau
Amoksisilin (Dexymox R)
+ As. Clavulamat
R
(Claneksin ) 3x 1tab, atau
Eritromisin (Erysanbe R) 3x 250mg, atau
Spiramisin (Rovadin R) 3x1tab, atau
Sefadroxil (Cefat R) 2x 500mg.

Decongestan
sistemik,
pseudoefedrin
(Rhinofed R) 3x1 tab, jika perlu
tambahkan
decongestan lokal

Anti histamin generasi I


CTM 3x 1tab
Deksklorfeniramin maleat (Polarist R) 3x1tab
Feksofenadin Hcl (Telfast R)1x1tab

Analgetik:
Tinoridina (Non flamin R) 3x 1tab, atau
As. Mefenamat (Nichostan R) 3x 1tab atau k/p

Irigasi sinus (bila perlu)

Operasi Caldwell luc


Ctt. Untuk penderiat sinusitis kronis sebaiknya dirujuk
ke Sp.THT untuk dilakukan tindakan.

Tonsilitis akut
Insidensi terbesar terjadi pada usia 5-6 tahun, tetapi
bisa juga terjadi pada dewasa.

168

Sebagian besar merupakan infeksi primer yaitu infeksi


yang timbul dari tonsil atau sebagian infeksi sekunder dari
infeksi traktus respiratorius. Pada kasus yang kedua, infeksi
pertama kali didahului oleh virusyang akan memudeahkan
invasi oleh bakteri Streptococcus, Staphilococcus, dan
Pneumococcus.

Gejala klinis:
Yang pertama kali dikeluhakan tenggorokan terasa
kering, malaise, agak panas, dan rasa haus.
Pada kasus yang disebabkan oleh Stertococcus
Haemoliticus terdapat tanda- tanda spesifik, seperti: Rasa
penuh pada tenggorakan, dysfagia berat, rasa sakit yang
menjalat ketelinga, anoreksia (karena dysfagi), suara menjadi
berat, terasa sakit dileher, leher terasa kaku oleh karena
pembengkakanlymfonodi reggional, headache, rasa sakit
ditengkuk, anggota badan rasa menggil oleh karena febris dan
inflamasi dapat meluas ke tuba eustachii dan telinga tengah.

Pada pemeriksaan didapatkan:

Lidah kotor dan kering

Nafas berbau

Tonsil bengkak dan merah dengan bintikbintik eksudatpurulen pada kripte

Akululasi lendir yang kental karena pasien


tidak mau menelan

Pembesaran kelymfojugulo digastrik

Temperatur naik

Gejal akut 5-7hari

Penatalaksanaan

Pasien istirahat ditempat tidur

Minum banyak

Temperatur dan nadi dikontroltiap 8 jam

Antibiotik sistemik:
Ampicillin (Opicillin R) 3x 500mg, atau
Amoksisilin (Dexymox R)
+ As. Clavulamat
(Claneksin R) 3x 1tab, atau
Eritromisin (Erysanbe R) 3x 250mg, atau
Spiramisin (Rovadin R) 3x1tab, atau
Sefadroxil (Cefat R) 2x 500mg.

Analgetik:
Tinoridina (Non flamin R) 3x 1tab, atau
As. Mefenamat (Nichostan R) 3x 1tab atau k/p

Antipiretik: Paracetamol 3x 500mg


Tonsilitis kronis
Faktor predisposisi:

Pernah terkena tonsilitis akut dan diobati kurang


adekuat, Misalnya :
Antibiotik kurang adekuat
169

Pasien makan obat tidak teratur


Makan obat yang seharusnya 10 hari hanya 4 hari.

Daya tahan menurun

Herediter
Bentuk- bentuk tonsilitis kronis nonspesifik:

Folikularis (lakunaris)
Bila ada debris pada kripte

Hipertrofikans
Bila tonsil cukup besar sehingga menggangu pernafasan
dan menelan. Tidur ngorok.

Fibrotik
Bila tonsil kecil dan fibrotik
Penatalaksanaan:

Antibiotik sistemik: (sama dengan tonsilitis akut)

Obat kumur untuk membersihkan kripte

Pengobatan paliatif dengan mengambil masa keju


yang berasal dari kripte

Tonsilektomi.
Indikasi tonsilektomi:

Tonsilitis akut yang kambuh >3x/th

Infeksi kronis pada tonsil

Pembesaran kelenjar di leher bersamaan


dengan sorethroat atau tonsilitis akut

Quinsy yang sering kambuh

OM bersama dengan sorethroat atau


tonsilitis akut

Infeksi kronis beta streptococcus hemoliticus


atau difteri

Adanya efek sekunder pada organ

Adenitis servikalis TBC

Adanya gangguan menelan dan pernafasan.

Faringitis akut
Sebagian besar kasus- kasus ini disebabkan oleh virus seperti
Influenza, Parainfluenza, Enterovirus, Rhinovirus dan Adenovirus,
sisanya
disebabkan
oleh
Streptococcus
haemoliticus,
Streptococus pneumonia, dan oleh Haemophilus influenza.
Gejala klinis:

Sore throat ringan selama


beberapa hari

Sedikit malaise

Derajat dari pyreksia


Pada kasus yang berat dapat dijumpai:

Sore throat yang lebih


berat dengan toxemia

Febris

Headache
170

Kesulitan menelan ludah


Pemeriksaan fisik:
Pada kasus ringan faring terlihat injeksi atau kemerahan
pada arcus pharing.
Pada kasus yang lebih berat dapat dijumpai mukosa
oedem, dan sering pula mengenai palatum dan uvula. Pada
tonsil juga dapat ditemukan injeksi dan adanya eksudat
pada permukaannya.
Pada kasus yang berat dapat pula ditemukan kesulitan
pemeriksaan oleh karena adanya trismus, nafas berbau
dan mulut penuh dengan saliva.
Penatalaksanaan:
Untuk kasus kasus yang ditemukan eksudat , maka
harus disingkirkan difteri dan angina vincent, Pemeriksaan
kultur swab tenggorokan seyogyanya dikerjakan untuk
menentukan diagnosa. Tetapi mengobatan harus segera
diberikan berdasarkan klinis.

Antibiotik sistemik:
Ampicillin (Opicillin R) 3x 500mg, atau
Amoksisilin (Dexymox R)
+ As. Clavulamat
R
(Claneksin ) 3x 1tab, atau
Eritromisin (Erysanbe R) 3x 250mg, atau
Spiramisin (Rovadin R) 3x1tab, atau
Sefadroxil (Cefat R) 2x 500mg.

Kortikosteroid :
Dexametazon (Kalmetazon R) 3x 0,5mg

Antipiretik (K/P):
Paracetamol 3x 500mg
Faringitis kronis
Faringitis kronis bisa disebabkan oleh infeksi primer pada
jaringan faring, tetapi lebih sering akibat adanya penyakit pada
bagian lain dari traktus respiratorius atas (rhinitis, sinusitis,
caries dentis, pernafasan mulut, produksi suara yang salah, gigi
protusive) atau sistem lain.
Gejala klinis yang sering didapatkan:

Ras
a tidak enak dan kekeringan pada tenggorokan, terutama
pada pagi hari

Kad
ang- kadang terasa ada benda asing ditenggorokan

Ada
perasaan rangsangan

Ada
batuk spasmodic.
Kadang- kadang pasien mengeluih kehilangna suara
kalau bicara banyak.
Pemeriksaan fisik:

Faringitis kronis kataralis:


171

Kongesti pada faring dan pelebaran pembuluh darah


pada dinding faring posterior, arkus faring sering terlihat
menebal terdapat kenaikan sekresi lendir dan dinding
faring tertutup oleh cairan berbuih.

Faringitis kronis hipertrofikans:


Terdapat hipertropi mukosa faring, sering kali terjadi
sesudah tonsil dan adenoid diambil. Awalnya sekresi lendir
berlebihan, tetapi kemudian limfonodi tertutup oleh
limfonodi yang hipertrofi dan kemudian akan terjadi
sekresi yang lengket pada dinding faring.
Pada faring terlihat injeksi, serta tampak granulasi. Pada
palatum juga terlihat injeksi.
Penatalaksanaannya:
Banyak Istirahat
Tidak terlalu banyak melakukan gerakan menelan dan
juga gerakan membersihkan tenggorokan, serta
menekan batuk.
Pemberian
antiseptik
kumur(Betadine
gargle
R
mouthwash )
Pada pasien yang hipertropi menonjol, dapat dilakukan
kateterisasi.
Pada kasus faringitis sekunder mencari sebab
primernya.
Memperbaiki kebiasan kebiasaan yang jelek, seperti
tidur membuka mulut, menggunakan suara yang
berlebihan.

Laring

Laringitis akut non spesifik


Biasanya bersifat self limited
Manifestasi dari infeksi saluran nafas atas
Biasanya bersamaan dengan Rhinitis akut
Penyebabnya hampir selalu virus, mungkin
infeksi sekunder oleh bakteri.
Terjadinya infeksi bisa oleh karena:
Perubahan temperatur mendadak
Malnutrisi
Menurunnya daya tahan
Klinis:
Suara serak
Rasa kering ditenggorokan, rasa kasar, perubahan
suara
Batuk- batuk
Bila oedem pada plika vokalis terjadi afoni
Temperature subfebril
Mukosa laring inflamasi dan oedematus
Berlangsung kurang lebih 4-5 hari
172

Pemeriksaan laringoskop indirek:


Didapatkan laring hiperemi dan oedem diatas
ataupun dibawah plika vokalis.

Penatalaksanaan:
Istirahat bicara 2-3 hari
Antibiotik sistemik:
Ampicillin (Opicillin R) 3x 500mg, atau
Amoksisilin (Dexymox R) + As. Clavulamat
(Claneksin R) 3x 1tab, atau
Eritromisin (Erysanbe R) 3x 250mg, atau
Spiramisin (Rovadin R) 3x1tab, atau
Sefadroxil (Cefat R) 2x 500mg.
Kortikosteroid:
Dexametazon (Kalmetazon R) 3x 0,5mg
Antitusif, antipiretik, antihistamin
Anadex R 3x1 tab
Ctt.
Formula
anadex
:dextrometrofan,
paracetamol, klorfenilamin maleat, fenil
profanolamin.

Laringitis kronis simplek


Etiologi yang sebenarnya belum diketahui, diduga iritasi
persistent dari asap rokok, pabrik; bronkhietasis, sinusitis, vokal
abuse (kesalahanpemakaian pita suara), mouth breathing
persistent.
Klinis:

Hoarsness pada pagi hari

Suara kasar, nada rendah,


suara mudah pecah

Mudah terjadi kelelahan


vokalis, diskomfort pada laring, dehem- dehem

Mukosa
laring
difusse
merah

Plika vokalis merah muda


merah

Tepi plika terlihat bulat,


bila pasien fonasi vibrasi asinkron

Mukous kental

Terlihat
plika
hipertrofi
ireguler
Penatalaksanaan:

Dicari faktor yang


mengiritasi laring, termasuk: rokok, alkhol, infeksi paru,
sinusitis.

Vokal rest

Humidifikasi

Ekspektoran:
R
Bromhexin (Mucousolvon 3x1 tab)

173

Minum banyak
Bila ada kecurigaan
adanya keganasan atau spesifik bronkitis(Tb) sebaiknya
dibiopsi.

Corpus alienum di traktus thrakeobronkhial


Masuknya benda asing pada trakeobronchial tree akan
menyebabkan batuk spasmodik yang berat kadang sianosis.
Batuk kira- kira 30 menit kemudian akan mereda masuk
dalam periode laten dan korpus alienum berpindah ketempat
lain( bronkhus kanan).
Pada auskultasi akan terdengar respirator whesse, udara
dapat masuk tapi tidak dapat keluar, hal ini menyebabkan
emfisema. Selain itu juga didapatkan suara nafas vesikuler
melemah.
Jika terjadi obstruksi total dibronkus akan menjadi atelektase,
dalam 30 menit akan terjadi sianosis dan kegagalan kardiorespirasi
walaupun korpus alienum sudah diambil.
Tanda korpus alienum pada laring:

Serak

Suara krok- krok

Odinofagi

Hemoptisis, dispneu, apneu, sianosis, terasa


ada benda asing

Croupyness,
biasanya
oleh
karena
pembengkakan subglotis

Dapat cepat mengakibatkan kematian


Tanda benda asing ditrakhea:

Pada palpasi getaran dapat diraba.

Pada auskultasi, terdengar suara klep, stridor


inspirasi dan ekspirasi
Tanda benda asing dibronkhus:

Tanda awal terdapat batuk- batuk , rasa


seperti tercekik, asmatoid whesee, kemudian tengan tanpa
gejala.

Rasa seperti ada logam atau bau yang


spesifik dari korpus alienum.

Membedakan korpus alienum dibronkhus


kanan/kiri?
Pada bronkus yang terdapat korpua lienum didapatkan:

Inspeksi
:gerakan tertinggal

Palpasi
:gerakan kurang

Perkusi
Emfisema :hipersonor
Atelektase :redup

Auskultasi
:vesikuler
diperlemah

Rontgen foto
:
emfisema/
atelektase

174

Ctt. Membedakan dengan korpus aliennum dioesophagus,


pada oesophagus tidak didapatkan tanda - tanda obstruksi
jalan nafas, kecuali bendanya besar sehingga mendesak
lumen trakhea.

Penatalaksanaan:
Pertolongan pertama bila benda asing dalam saluran
nafas, penderita didudukan dikursi, kepala disuruh menunduk,
kemudian tepuklah tengkuknya keras- keras. Pada anak/ bayi
dapat diangkat pada kakinya dan dijungkirkan , kemudian
tepuk punggungnya keras- keras, benda yang menyumbat
biasanya terlempar keluar.
BILA BELUM BERHASIL
Untuk anak lebih dari 2 tahun :

Pelu
klah korban dari belakang dan lingkarkan tangan
anda keperut tepat dibawah tulang iga

Ben
gkokan punggung korban kedepan dengan posisi
kepala agak menggantung

Kep
alkan salah satu tangan andatepat dibawahujungujung tulang dada korban, kemudian telapak tangan
anda yang satu lagi diatas kepalan tadi

Teka
n dan dorong perut korban kuat dan menyentak
dengan arah menyerong 45 derajat keatas, kearah
letak jantung.

Jang
an menekan tulang iganya

Jan
gan menekan dengan tulang anda, tetapi gunakan
kepalan tangan dengan sentakan yang cepat dan
kuat.
Untuk anak kecil dan bayi:

Terlentangkan korban dan letakan pangkal telapak


tangan anda ditentang sekat rongga badan.

Tekan
secara
kuat
dan
tajam
kearah
jantung,dengan sudut
45 derajat kearah rongga
dada.
Ctt. Jika wajah korban mulai membiru, segera berikan
pernafasan buatan mulut kemulut, atau berikan
oksigen.
Jika belum tertolong lakukan trakheostomy darurat dan
rujuk ke RS untuk dilakukan laringoscopy atau
broncoscopy.
Corpus alienum di Oesophagus

175

Korpus
alienum
pada
inferior
musculus
krikopharingeus meneybabkan distensi dan rasa sakit pada
artea supra sternal ketika menelan
o
Korpus alienum yang tajam dapat menyebabkan
laserasi, perforasi pada pharing dan oesophagus.
o
Korpus alienum yang besar akan menekan trakea
dan dapat menyebabkan sesak nafas.
o
Bila benda asingnya koin, biasanya tidak ada
gangguan menelan karena koin dalam posisi vertikal.
o
Untuk menentukan posisi korpus alienum,
dilakukan rontgen.
Penatalaksanaan:
Rujuk ke RS untuk dilakukan oesophagoscopy.
o

176

Tata laksana

PRAKTIS

ILMU PENYAKIT MATA


(OPHTALMOLOGI)

OLEH :
dr. Rudy Budijono

BAB IX
ILMU PENYAKIT MATA
( OPHTALMOLOGI )
PENDAHULUAN
ANATOMI MATA
Bola mata susunannya terdiri atas :
I. Dinding bola mata, tersusun atas :
1. Tunika fibrosa (kornea, sklera)
2. Tunika vaskulosa/uvea (Iris, badan silier, koroid)
3. Tunika nervosa (retina, epitel pigmen)
II. Ruang-ruang mata, yaitu :
2. Kamera okuli anterior (COA)
3. Kamera okuli posterior (COP)
4. Ruang badan kaca (paling luas)
III. Isi bola mata, yaitu :
1. Humor akuos dalam COA dan COP
2. Korpus vitreum ruang badan kaca
3. Lensa kristalina diantara ketiga ruang di atas
I. PALPEBRA - ADNEKSA
1. Kelainan bentuk palpebra
a. Koloboma palpebra
Merupakan defek tepi kelopak mata. Tampak sebagai lekukan
segitiga di margo palpebra, di tempat ini tak terdapat bulu mata
dan kelenjar-kelenjar.
b. Epikantus
Merupakan lipatan kulit vertikal di kanan kiri pangkal hidung &
sebagian menutupi kantus medial masing-masing mata.
c. Epiblefaron
Merupakan keadaan dimana terdapat lipatan kulit dan muskulus
pretarsal horisontal memanjang di palpebrabawah ke arah dalam
cilia terdorong ke dalam.
d. Blefarofimosis
Merupakan keadaan dimana terjadi penyempitan oleh celah mata
yang menyeluruh.
e. Blefarokalasis
Terjadinya pada orang tua, dimana kulit palpebra atas melipat,
tipis, mengkerut seperti kertas sigaret atropi jaringan lemak.
178

f. Dermatokalasis
Merupakan suatu keadaan dimana kulit palpebra kendor &
kehilangan elastisitas. Bila berat akan mengganggu lapang
pandang bagian atas.
g. Telekantus
Merupakan keadaan dimana jarak antara kantus medialis kanan
dan kiri terlalu panjang (normal dewasa 30 mm)
h. Blefaroptosis (ptosis)
Merupakan suatu kelainan kelopak mata atas dimana tepinya
rendah/jatuh sehingga menutupi kornea.
2. Kelainan tepi kelopak mata
a. Entropion
Merupakan keadaan dimana tepi kelopak mata melengkung ke
arah bola mata. Akibat entropion trikiasis rusaknya epitel
kornea bahaya.
b. Ektropion
Merupakan keadaan dimana tepi kelopak mata membelok keluar,
menjauhi bola mata.
c. Ankiloblefaron
Merupakan keadaan dimana terjadi perlekatan kelopak mata atas
dan bawah, biasanya di dekat kantus lateralis karena trauma.
3. Blefaritis
Adalah peradangan subakut atau menahun tepi kelopak mata.
Ada 2, yaitu :
a. Blefaritis seboroik (non ulseratif) Pityrosporum ovale
Merupakan peradangan kelenjar kulit di daerah bulu mata atau
kelenjar bulu mata (akar rambut).
Terapi :
- Bersihkan tepi kelopak mata, terutama dari sisik halus
- Kompres hangat
- Antibiotika dan steroid topikal
b. Blefaritis ulseratif stafilokokus
Merupakan peradangan tepi kelopak mata akibat infeksi
Terapi :
- Bersihkan kelopak mata dan pengangkatan keropeng
- Kompres hangat
- Antibiotika topikal
Contoh resep ( Blefaritis ulseratif ) :
R/

Cendofenicol EO tube I
S 3 dd I OD/OS
R/ Intermoxil 500 mg no XV
S 3 dd I
Contoh resep ( Blefaritis seboroik ) :
R/

Cendomycos EO tube I
S 3 dd I OD/OS
179

R/

Na diklofenak 50 mg no XV
S 3 dd I

Cendofenicol : kloramfenikol 1 %
Cendomycos : kloramfenikol 1 %, hidrokortison asetat 0.5 %

4. Radang kelopak mata


a. Hordeolum
- Merupakan peradangan supuratif kelenjar Zeis atau kelenjar
moll
(hordeolum
eksternum)
atau
kelenjar
meibom
(hordeolum internum).
- Gejala : pembengkakan di kelopak mata yang terbatas,
berwarna merah, sakit bila ditekan.
- Terapi :
# Antibiotika topikal ataupun sistemik
# Kompres hangat
# Insisi bila ada fluktuasi
Contoh resep :
R/
R/
R/

Kloramixin ED fl no I
S 4 dd gtt I OD/OS
Ciprofloksasin 500 mg no X
S 2 dd I
Voltadex tab mg 50 no XV
S 3 dd I

Kloramixin : tiap ml berisi kloramfenikol 0.2 %, polimixin B-SO 4 2500 UI


(botol 10 ml)
Voltadex : Na diklofenak ( 25,50 mg tab )

b. Kalazion
- Merupakan radang granulomatous menahun kelenjar meibom.
- Gejala : benjolan tak berwarna merah, tidak nyeri tekan
- Terapi : ekskokhleasi
- Kalazion yang berulang-ulang post ekskokhleasi dipikirkan
kemungkinan karsinoma, kecuali secara histopatologik
dibuktikan bukan karsinoma.
- Terapi post insisi kalazion :
Contoh resep :
R/
R/
R/
R/

Asam mefenamat 500 mg tab no X


S 2 dd I
Cendomycos EO tube I
S 3 dd I OD/OS
Ciprofloksasin 500 mg tab no X
S 2 dd I
Intidrol 4 mg tab no XX
S220
180

Intidrol : metil prednisolon (4, 8, 16 mg tab)

5. Kelainan sistem lakrimalis


a. Epifora (nrocos)
Disebabkan oleh konjungtivitis, keratitis, iritis, adanya benda
asing, sumbatan saluran air mata & hipersekresi.
b. Produksi air mata berkurang keratitis sika
c. Obstruksi duktus nasolakrimalis
sering kongenital, lokasi sumbatan di dekat katup Hasner
d. Dakriosistitis
Merupakan suatu peradangan sakus lakrimalis yang biasanya
dimulai dengan tertutupnya duktus nasolakrimalis, dapat akut
maupun kronis.
5. Dakrioadenitis
Merupakan radang kelenjar lakrimalis, biasanya unilateral.
II. KONJUNGTIVA SKLERA
1. Episkleritis
Merupakan peradangan jaringan episklera yang dalam dan
lamel sklera superfisial yang dapat terjadi akibat infeksi, alergi
atau toksik.
Gejala subyektif :
Perasaan kering, menusuk, fotofobia, sedangkan pada
episkleritis noduler terdapat rasa mengganjal.
Gejala obyektif :
Tampak pembengkakan kelopak mata
Kemosis konjungtiva
Terdapat miopisasi yang temporer
Terdapat pelebaran pembuluh darah episklera yang masih
tetap berjalan radial
Pada episkleritis noduler biasanya gejala lebih hebat.
Konjungtiva di atas nodul masih dapat digerakkan, di sini
terdapat suatu tonjolan keras yang tak dapat digerakkan.
Pengobatan :
Biasanya tak berhasil, kompres panas mungkin mengurangi
keluhan penderita
Kortikosteroid topikal
Pengobatan lebih ditujukan terhadap infeksi fokal
Obat-obat anti inflamasi (AINS)
-

Contoh resep :

181

R/

Polydex ED fl no I
S 3 dd gtt I OD/OS

R/

Confortid caps no X
S 2 dd I
Lanavision caps no X
S 2 dd I

R/

Polydex : tiap tetes berisi polimixin B-SO 4 5000 UI, neomisin 3.5 mg,
deksametason Na fosfat 1 mg (botol 5 ml)
Confortid : Indometasin (25 mg caps)
Lanavision :ekstrak bilberry (80 mg caps)

2. Skleritis
Adalah suatu peradangan pada sklera yang dapat menimbulkan
kerusakan hebat, menimbulkan rasa nyeri dan mengancam tajam
penglihatan.
>>, 40-60 tahun
Pasien mengeluh nyeri hebat, disertai fotofobi & lakrimasi
Pengobatan :
1. Medikal
- Kortikosteroid topikal
- Anti inflamasi non steroid (AINS)
- Steroid sistemik untuk skleritis jenis nekrotikans, dapat
diberikan prednison 80-120 mg/hari pada minggu pertama,
kemudian tapering off.
Perhatian : perlu diperhatikan efek samping yang membahayakan akibat
pemberian steroid, baik topikal/sistemik seperti katarak,
glaukoma.

2. Operatif
- Penipisan sklera yang berat atau terjadi perforasi, tujuannya
untuk memperkuat sklera
- Bila dijumpai ulkus marginalis yang berat, perlu dilakukan
transplantasi kornea
3. Pinguekula
Pinguekula adalah penebalan konjungtiva berbentuk segitiga
dengan puncak di perifer, dengan dasar di limbus kornea,
berwarna kuning keabu-abuan dan terletak di celah kelopak
mata.
Timbul akibat iritasi oleh angin, debu & sinar matahari, terutama
didapat pada orang dewasa berumur 20 tahun.
Pinguekula umumnya tak menimbulkan keluhan, kecuali bila
meradang, akibat suatu rangsangan, sehingga terasa seperti ada
pasir.
Pengobatan :

182

Umumnya tak memerlukan pengobatan, kalau meradang dapat


diberi steroid topikal.
4. Pterigium
Merupakan membran berbentuk segitiga, dengan puncak di
daerah kornea & basis di konjungtiva bulbi, di fisura palpebra.
Dapat terjadi di bagian nasal atau temporal, tetapi kebanyakan di
bagian nasal. Ternyata pinguekula kemudian menjadi pterigium.
Pengobatan :
Bila meradang dapat diberi steroid topikal. Selama tidak
mengenai kornea, belum memerlukan tindakan. Bila telah
memasuki kornea kurang lebih 4 mm atau telah memasuki
daerah pupil, baru dilakukan operasi dari Mc Reynold.
Contoh resep :
R/
R/

Polydex ED fl no I
S 3 dd gtt I OD/OS
Voltaren 50 mg no X
S 2 dd I

Voltaren : Na diklofenak (25, 50 mg tab salut)

5. Hematom subkonjungtiva
Tampak sebagai bercak merah muda atau tua, besar/kecil, tanpa
atau disertai peradangan mata. Keadaan ini sering menyebabkan
penderita panik & segera berobat ke dokter.
Penyebab :
batuk-batuk : tusis quinta
mengangkat benda yang berat
defekasi yang sukar
peradangan mata, misalnya konjungtivitis oleh pneumokok,
virus
trauma kecelakaan, operasi
idiopatik
Pengobatan :
Dapat diabsorpsi sendiri dalam 1-2 minggu, dapat dipercepat
dengan pemberian kompres hangat, tiap kali selama 10 menit.
Kompres hangat jangan diberikan pada hari pertama karena
dapat memperhebat perdarahannya.
Perdarahan besar, dilakukan insisi konjungtiva untuk
mengeluarkan darahnya.
Pengobatan menurut kausa. Tensi darah diukur, bila tinggi beri
pula pengobatan.
Koagulansia seperti : Adona, Transamin, Vit. K,dsb.
Contoh resep :
R/ Polydex ED fl no I
S 3 dd gtt I OD/OS
183

R/ Voltaren 50 mg tab no X
S 2 dd I
R/ Adona tab no X
S 2 dd I
Adona : karbazokrom natrium sulfonat (5 mg/ml; 10 mg/tab; 30 mg/tab forte)

6. Trakoma
Trakoma adalah suatu bentuk konjungtivitis folikular kronik yang
disebabkan oleh Chlamydia trachomatis.
Penyakit ini dapat mengenai segala umur, lebih banyak pada
orang muda dan anak-anak.
Menurut klasifikasi Mac Callan, penyakit ini berjalan melalui 4
stadium :
1. Stadium insipien
2. Stadium established
3. Stadium parut
4. Stadium sembuh
Gejala subyektif : fotofobia, mata gatal dan berair
Pengobatan :
1. Tetrasiklin salep mata, 2-4 kali sehari, sedikitnya selama 3
bulan.
2. Sulfonamid diberikan bila ada penyulit.
3. Pencegahan : vaksinasi
4. Makanan bergizi dan higiene yang baik

Klasifikasi & stratifikasi trakoma menurut Mac


Callan
Stadium
Stadium I

Nama
Trakoma insipien

Stadium II

Trakoma

Stadium IIA
Stadium IIB

Stadium III

Dengan hipertrofi
folikular yang
menonjol
Dengan hipertrofi
papilar yang menonjol

Trakoma memarut
(sikatrik)

184

Gejala
Folikel imatur,
hipertrofi papiler
minimal
Folikel matur pada
dataran tarsal atas
Keratitis, folikel
limbal
Aktivitas kuat
dengan folikel
matur tertimbun di
bawah hipertrofi
papiler yang hebat
Parut pada
konjungtiva tarsal
atas, permulaan
trikiasis,

Stadium IV

Trakoma sembuh

entropion,cekunga
n Herbert
Tak aktif, tak ada
hipertrofi papilar
atau folikular, parut
dalam bermacam
derajat variasi

Contoh resep :
R/ Achromycin EO tube I
S 4 dd I OD/OS
R/ Bactrim tab no XX
S 2 dd II
Achromycin : tetrasiklin-Hcl 1 %
Bactrim :
Trimetoprim 80 mg, sulfametoksazol 400 mg tab; Trimetoprim 160
mg, sulfametoksazol 800 mg tab forte.

7. Konjungtivitis
7.1. Konjungtivitis bakteri
7.1.1. Konjungtivitis kataral
Merupakan infeksi konjungtiva dengan gejala khas berupa
peradangan kataral pada membran mukosa konjungtiva.
Gejala subyektif :
Perasaan seperti ada benda asing
Fotofobia
Kemunduran visus atau melihat halo
Gejala obyektif :
Sekret mukopurulen yang terdapat lebih banyak pada waktu
pagi karena panas tubuh, sering pada forniks atau margo
palpebra.
Hiperemi pada konjungtiva tarsal
Pseudomembran pada tarsus sering ditemukan pada infeksi
pneumokok
Injeksi konjungtiva
Perdarahan subkonjungtiva sering pada infeksi pneumokok
Terapi :
Pembersihan sekret
Antibiotika sesuai dengan kuman penyebab
Mata tidak boleh diperban
Contoh resep :
R/
R/
R/
R/

Cendoxitrol ED fl no I
S 4 dd gtt I OD/OS
Ciprofloksasin 500 mg no X
S 2 dd I
Na diklofenak 50 mg tab no X
S 2 dd I
Vit. C 50 mg tab no XV
185

S 3 dd I
Cendoxitrol : tiap ml berisi dexametason 0.1 %, neomisin sulfat 3.5 mg,
polimiksin B-SO4 6000 UI.

Konjungtivitis purulenta
Merupakan radang konjungtiva akut dengan sekret purulen
Penyebab : gonokokus dan non gonokokus (staphylococcus,
streptococcus, pneumococcus, meningococcus)
Konjungtivitis gonore
Merupakan radang konjungtiva akut dan hebat dengan sekret
purulen yang disebabkan oleh kuman Neisseria gonore.
Gejala subyektif :
Rasa nyeri pada mata
Dapat disertai tanda-tanda infeksi umum
Biasanya terdapat pada satu mata, laki >>, biasanya pada
mata kanan.
Gejala obyektif :
Meski mirip dengan oftalmia neonatorum, tetapi mempunyai
beberapa perbedaan, yaitu sekret purulen yang tak begitu
kental.
Pengobatan :
Membersihkan sekret
Salep penisilin
Antibiotika sistemik sesuai dengan N.gonore sistemik :
penisilin, sefalosporin, spektinomisin, kanamisin, tiamfenikol
atau kuinolon.
Contoh resep :
R/
R/
R/
R/

Cendomycetine EO tube I
S 4 dd I OD/OS
Ciprofloksasin 500 mg tab no X
S 2 dd I
Na diklofenak 50 mg no X
S 2 dd I
Vit. C 50 mg tab no XV
S 3 dd I

Cendomycetine : kloramfenikol 1 %, polimiksin B-SO 4 5000 UI

7.1.3. Konjungtivitis difteri


Adalah radang konjungtiva yang disebabkan Corinebacterium
difteri dan disertai gambaran khas berupa pembentukan
membran pada konjungtiva tarsal.
Gejala subyektif :
- Sesuai dengan gejala peradangan mata
Gejala obyektif :
- Terdapat kelopak yang bengkak, merah dan kaku
- Terdapat membran pada konjungtiva tarsal
186

Pengobatan :
- Penisilin
- Antitoksin difteri (ADS)
7.2. Konjungtivitis virus
- Ada yang ringan & sembuh sendiri, ada yang berat dan
menimbulkan cacat
a. Demam faringokonjungtiva
Gejala subyektif :
Perasaan seperti ada benda asing pada mata
Demam
Tenggorokan seperti terbakar
Gejala obyektif :
Biasanya dimulai pada satu mata berupa folikel yang disertai
perdarahan subkonjungtiva. Jarang ditemukan kelainan
kornea.
Pengobatan :
Tidak ada pengobatan spesifik, antibiotika atau sulfa untuk
mencegah infeksi sekunder & memperpendek waktu sakit.
b. Keratokonjungtivitis epidemika
Penyebab : adenovirus type 8, terjadi sebagai epidemi
Gejala subyektif :
Mata merah, berat, mata berair, silau, seperti ada pasir
Gejala obyektif :
Palpebra bengkak
Konjungtiva tarsalis : hiperemi, banyak folikel, terutama di
konjungtiva tarsalis inferior, mungkin ada pseudomembran.
Konjungtiva bulbi : injeksi konjungtiva, kemotik dan mungkin
disertai perdarahan subkonjungtiva.
6-10 hari kemudian di kornea tampak infiltrat bulat-bulat kecil,
besar, rata-rata diameter mm terdapat sampai belasan
buah, jadi merupakan keratitis superfisial yang tersebar, letak
subepitel, tes fluoresin (-), infiltrat tak pernah menjadi ulkus &
pada kornea tak pernah timbul neovaskularisasi.
Pengobatan :
Tidak ada pengobatan spesifik, pemberian antibiotika atau
sulfa lokal dan sistemik untuk mencegah infeksi sekunder.
Dapat diberi kortikosteroid lokal dengan hati-hati.
c.

Konjungtivitis hemoragik akut


Penyebab : enterovirus tipe 70
Keluhan :
Mata merah, berair, seperti ada pasir, gatal-gatal. Biasanya
mulai dengan satu mata, disusul peradangan mata sebelahnya.
Penyakit ini sangat menular dengan kontak langsung atau tidak
langsungmelalui benda-benda yang telah dikotori dengan
187

sekret dari penderita. Di kornea dapat timbul keratitis pungtata


superfisial , bahkan ulkus kornea.
Pengobatan :
- Tak ada yang spesifik. Pemberian tetes sulfasetamid atau
antibiotika dianjurkan untuk memperpendek waktu sakit dan
mencegah infeksi sekunder.
Contoh resep :
R/
R/
R/
R/

Albuvit ED fl no I
S 3 dd gtt I OD/OS
Baquinor 500 mg no x
S 2 dd I
Na diklofenak 50 mg tab no X
S 2 dd I
Vit C 50 mg tab no XV
S 3 dd I

Albuvit : Na sulfasetamid 10 %
Baquinor : ciprofloksasin (500 mg kap)
Perhatian : Steroid topikal merupakan KI pada ulcus kornea karena dapat
menimbulkan
perforasi
/
kekambuhan
kortikosteroid
meningkatkan kerja enzim kolagenase, sehingga sel sehatpun ikut
dirusak.

7.3. Konjungtivitis alergi


7.3.1. Konjungtivitis flikten (eksimatosa)
Merupakan radang terbatas dari konjungtiva dengan
pembentukan satu atau lebih dari satu tonjolan kecil,
berwarna kemerahan, yang disebut flikten.
Bila terjadi di konjungtiva bulbi disebut konjungtivitis
flikten, kalau di limbus disebut keratokonjungtivitis flikten.
Kadang flikten berpindah-pindah, disebut wander flikten
Flikten di kornea bila sembuh menimbulkan kekeruhan,
berupa jaringan parut.
Penyakit ini cepat sembuh dan sering kambuh kornea
tampak gambaran seperti geografik pattern
Penyebabnya adalah alergi tuberkuloprotein, infeksi
bakteri/virus/jamur/cacing, toksin, infeksi fokal.
Keluhan :
- Lakrimasi, fotofobia, blefarospasme
Pengobatan : atasi faktor penyebab
- Kortikosteroid + antibiotika topikal
- Roborantia : Vit A, B kompleks, C
- Antihistamin + kortikosteroid sistemik
Contoh resep :
R/
R/

Cendoxitrol ED fl no I
S 4 dd gtt I OD/OS
Dextamine tab no X
188

R/
R/

S 2 dd I
Enervon-C tab no X
S 1 dd I
Vit A 6000 IU tab no X
S 1 dd I

Dextamine : deksametason 0.5 mg, deksklorfeniramin maleat 2 mg


Enervon-C : vit B kompleks, vit C

7.3.2. Konjungtivitis vernalis ( spring catarrh )


Banyak didapatkan pada musim bunga di daerah yang
mempunyai 4 musim.
Ada 2 bentuk :
1. Bentuk palpebra :
- Terutama
mengenai
konjungtiva
palpebra
superior.
Konjungtiva tarsalis pucat putih keabuan disertai papil-papil
yang besar (papil raksasa) coble stone appearance
2. Bentuk limbus :
- Di sekitar limbus, konjungtiva bulbi menebal, berwarna putih
susu seperti lilin Tantras dot
Pengobatan :
Pindah tempat tinggal & berganti suasana iklim
Kortikosteroid + antibiotika topikal
Roborantia
Antihistamin + kortikosteroid sistemik
7.3.3. Keratokonjungtivitis sica / Dry eyes
Adalah suatu keadaan keringnya permukaan kornea &
konjungtiva yang diakibatkan berkurangnya fungsi air mata.
Keluhan :
Pasien akan mengeluh gatal, mata seperti berpasir, silau dan
penglihatan kabur. Mata akan memberikan gejala sekresi
mukus yang berlebihan, sukar menggerakkan kelopak mata,
mata tampak kering dan terdapat erosi kornea, konjungtiva
bulbi edema, hiperemis, menebal & kusam. Kadang terdapat
benang mukus kekuningan pada forniks konjungtiva bagian
bawah.
Pengobatan :
Tergantung penyebab
Air mata buatan yang diberikan selamanya
Contoh resep :
R/
R/
R/

Cendolyteers Ed fl no I
S 8-12 dd gtt II OD/OS
Enervon-C tab no X
S 1 dd I
Vit A 6000 IU tab no X
S 1 dd I
189

Cendolyteers : tiap ml berisi NaCl 8.64 mg; KCl 1.32 mg

KORNEA-UVEA
1.

Keratomikosis
Adalah infeksi kornea oleh jamur
Gejala subyektif :
Rasa sakit pada mata yang hebat
Silau
Keluhan baru timbul setelah 5 hari rudapaksa atau 3 minggu
kemudian.
Gejala obyektif :
- Tampak tukak yang jelas & menonjol di tengah
- Tukak tampak bercabang-cabang
- Ditemukan endotelium plaque
- Lesi pada stroma yang menimbulkan gambaran satelit
- Lipatan descemet terjadi dan sering disertai hipopion
Pengobatan :
- Preparat antimikosis : amfoterisin, nistatin, dll
- Bila tukak tetap tak berhasil keratoplasti
Contoh resep :
R/
R/
R/

Fungicid ED fl no I
S 3 dd gtt I
Ketokonazole tab 200 mg no X
S 1 dd I
Vit C tab 50 mg no XV
S 3 dd I

Fungicid : amfoterisin 1 % (salep/tetes mata)

2.

I.
II.
-

Keratitis
Pembagian keratitis menurut tempatnya :
Keratitis superfisial :
Keratitis pungtata superfisial (H.simpleks, H.zoster)
Keratitis flikten
Keratitis bulosa
Keratitis superfisial marginal
Keratitis sika
Keratitis numular
Keratitis lepra
Keratitis interstisial :
Keratitis interstisial luetik (sifilis)
Keratitis disiform
Keratitis sklerotikans
Penjelasan beberapa diantaranya adalah :

2.1.Keratitis bulosa
190

Dijumpai pada penderita glaukoma stadium degenerativum atau


absolut. Di permukaan kornea dijumpai gelembung berisi cairan.
Bila kecil-kecil disebut vesikulosa, bila besar-besar disebut
bulosa.

2.2. Keratitis superfisial marginal/ulkus marginal


Suatu peradangan kornea bagian perifer, berbentuk khas,
terdapat daerah jernih antara limbus kornea dengan tempat
kelainannya. Daerah peradangan biasanya sejajar dengan
limbus kornea.
Etiologi diduga suatu reaksi hipersensitivitas terhadap
eksotoksin stafilokokus.
Gejala subyektif :
rasa sakit, fotofobia, lakrimasi
Gejala obyektif :
Blefarospasme, pada satu mata (unilateral)
Konjungtival injeksi & perikorneal injeksi
Kornea dijumpai adanya infiltrat atau ulkus yang memanjang,
dangkal, dapat tunggal atau multipel.
Terdapat daerah jernih antara kelainan tersebut dengan limbus
kornea.
Sering dijumpai neovaskularisasi
Pengobatan :
Antibiotika
Steroid lokal
Roborantia : Vit B & C dosis tinggi
Pada kelainan yang indolen dapat dilakukan kauterisasi dengan
listrik atau AgNO3 di pembuluh darahnya.
Dapat dilakukan flap konjungtiva yang kecil
Biasanya meninggalkan parut di kornea
Contoh resep :
R/
R/
R/
R/
R/

Cendoxitrol ED fl no I
S 4 dd gtt I OD/OS
Ciprofloksasin 500 mg tab no X
S 2 dd I
Intidrol tab no XX
S22-0
Enervon-C tab no X
S 1 dd I
Lanavision caps no X
S 2 dd I

2.3. Keratitis numular (=keratitis sawah)


Penyebab belum diketahui, diduga oleh virus yang hidup di
dalam lumpur sawah, biasanya pada petani.
Gejala subyektif :
- Fotofobia, lakrimasi, penglihatan kabur
191

Gejala obyektif :
- Perikorneal injeksi ringan
- Kornea dijumpai ada infiltrat berbentuk uang logam, bulat-bulat
yang multipel di lapisan kornea superfisial, jarang terjadi ulserasi.
Pengobatan :
- Kortikosteroid lokal, prognosis baik. Penyerapan infiltrat lama,
mungkin sampai 1-2 tahun.
2.4. Keratitis interstisial luetik
Gejala subyektif :
- Blefarospasme, fotofobia, penglihatan kabur
Gejala obyektif :
Kelainan di kornea dapat mulai dari sentral atau perifer
Infiltrat berbentuk bercak-bercak dapat mengenai seluruh
kornea sehingga kornea seperti kaca susu.
Tajam penglihatan turun dapat sampai hanya tingkat persepsi
cahaya saja.
Pinggir kornea berwarna merah, penuh pembuluh darah yang
arahnya radial menuju sentral kornea yang sudah keruh itu
bercak salmon.
Kelainan-kelainan lain :
- Gigi Hutchinson, sadle nose, prominent frontal leminence,
ragade di sudut mulut, gangguan pendengaran.
Pengobatan :
Penisilin dosis tinggi & kortikosteroid lokal
Scopolamin tetes mata 3x sehari, agar iris dan badan silier
istirahat.
2.5. Keratitis disiform
Penyebab kebanyakan karena herpes simpleks
Biasanya unilateral, kekeruhan kornea berbentuk cakram
Pengobatan :
Dapat diberikan kortikosteroid lokal (bila penyebab bukan
virus herpes)
2.6. Keratitis sklerotikans
Penyebab : adanya skleritis dapat terjadi perubahan stroma
kornea, sehingga kornea tampak sebagai sklera.

Gambaran kekeruhan ini berbentuk segitiga dengan


puncaknya yang tumpul mengarah ke sentral kornea, dengan
daerah jernih di limbus, biasanya daerah pupil tetap jernih.
Pengobatan :
- Ditujukan kepada skleritisnya, yaitu : kortikosteroid, derivat
fenilbutazon.
- Keratoplasti
3. Ulkus Kornea
192

Adalah terjadinya infiltrasi disertai hilangnya sebagian jaringan


kornea.
Dapat berasal dari keratitis atau luka pada kornea.
Anamnesa dijumpai keluhan seperti keratitis
Pada pemeriksaan dijumpai :
Perikorneal injeksi
Kornea ada kekeruhan putih keabu-abuan, permukaannya
tidak rata.
Keratoskop placido ada bagian lingkaran yang terputus
dengan sekelilingnya mrintis
Fluoresin tes positif (daerah kehijauan fluoresensi)
Ada beberapa macam ulkus kornea, diantaranya :
1. Ulkus Mooren
2. Ulkus ateromatosus
3. Ulkus serpens
4. Ulkus pseudomonas
Penjelasan mengenai macam-macam ulkus kornea dapat anda baca
di buku acuan yang ada.
Terapi :
Antibiotika topikal dan sistemik
Kortikosteroid.hati-hati! ( jika karena reaksi imunologi,
dengan pemberian kortikosteroid akan membaik )
Flap konjungtiva, bila perlu keratoplasti.
Contoh resep :
R/ Baquinor ED fl no I
G 4 dd gtt II OD/OS
R/ Ciprofloksasin 500 mg tab no X
S 2 dd I
R/ Na diklofenak 50 mg tab no X
S 2 dd I
R/ Enervon-C tab no X
S 1 dd I
4. Uveitis
4.1. Uveitis granulomatosa
Diduga akibat invasi mikobakteri yang patogen ke jaringan
uvea. Timbulnya tidak akut, reaksi seluler lebih hebat dari reaksi
vaskuler. Karenanya, injeksi silier tidak hebat. Iris bengkak,
menebal, gambaran bergarisnya kabur.
Di permukaannya didapat benjolan-benjolan, di pinggir pupil
juga didapat benjolan yang disebut Koepe nodul
Keratik presipitat besar-besar, kelabu, disebut mutton fat
deposit.
COA keruh seperti awan, lebih banyak sel daripada fibrin.
Badan kaca keruh, rasa sakit sedang, fotofobi sedikit.

193

Visus terganggu hebat, oleh karena media yang dilalui cahaya


banyak terganggu.
Keadaan ini terutama mengenai uvea posterior

4.2. Uveitis nongranulomatosa


Diduga akibat alergi, timbulnya sangat akut, reaksi vaskuler
lebih hebat dari reaksi seluler sehingga injeksinya hebat, di iris
tak tampak benjolan.
Sinekia posterior halus-halus, oleh karena hanya sedikit
mengandung sel.
Cairan COA mengandung lebih banyak fibrin daripada sel
Badan kaca tak banyak kekeruhan
Rasa sakit lebih hebat, juga fotofobia & visus banyak terganggu
Lebih banyak mengenai uvea anterior
4.3. Uveitis campuran
Di sini didapatkan campuran dari kedua gejala tersebut.

Pengobatan uveitis
Obati faktor penyebab jika diketahui
Pemberian midriatik-sikloplegik untuk mengistirahatkan
badan silier dan mencegah terjadinya sinekia posterior.
Beberapa midriatik-sikloplegik : homatropin, skopolamin, &
sulfas atropin. Homatropin mampu bekerja 18-36 jam,
skopolamin 5-9 hari dan sulfas atropin 10-14 hari.
Pemberian steroid bertujuan untuk anti radang, imobilisasi selsel radang, stabilisasi membran lisosom, merintangi
pelepasan beberapa kinin, menghambat mitosis limfosit &
mengurangi pembentukan antibodi.
ES : peningkatan TIO, memudahkan terjadinya infeksi, &
pemberian yang lama akan timbulkan katarak subkapsularis.
Beberapa preparat diantaranya adalah hidrokortison, kortison,
prednisolon, prednison, deksametason, metil prednisolon,
triamsinolon & betametason.
Apabila penggunaan steroid sudah tidak efektif , dapat
diberikan obat-obat sitotoksik, yang bertujuan sebagai
imunosupresan. Obat-obat sitotoksik yang sering digunakan
adalah alkylating agent (chlorambucil dan siklofosfamid) dan
anti metabolite agent (azathioprine dan metotrexate).
Hal-hal yang digunakan sebagai pertimbangan pemberian
sitotoksik adalah proses yang mengancam tajam lihat,
reversibilitas proses penyakit, pemberian steroid yang gagal,
tidak ada infeksi aktif, tidak ada kontraindikasi di bidang
hematologik, konsultasi dengan internis & persetujuan pasien.
NSAID seperti indometasin meskipun tidak sekuat steroid
namun penggunaannya dapat mengurangi dosis steroid.
Pengobatan lain seperti antihistamin dapat digunakan pada
uveitis karena alergi.
194

Contoh resep :
R/
R/
R/
R/
R/

Cendotropine ED fl no I
S 4 dd gtt I OD/OS
Cendomycos EO tube I
S 3 dd I OD/OS
Ciprofloksasin 500 mg tab no X
S 2 dd I
Lameson 4 mg tab no XX
S220
Na diklofenak 50 mg tab no X
S 2 dd I

Cendotropine : Atropin sulfas 5 mg/ml tetes mata


Lameson : metil prednisolon (4, 8, 16 mg tab)

IV. LENSA MATA


KATARAK

Adalah suatu kekeruhan pada lensa, yang disebabkan akibat


hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau
akibat keduanya yang disebabkan oleh berbagai keadaan.

Penderita akan mengeluh penglihatan seperti berasap, tajam


penglihatan makin menurun secara progresif, bila seluruh lensa
telah keruh maka tajam penglihatan dapat sampai 1/~ (bukan 0)

Pembagian katarak :
1. Menurut umur penderita:
a. Katarak senil
b. Katarak juvenil
c. Katarak kongenital
2. Menurut konsistensi lensa :
a. Cair seperti air susu disebut katarak milky
b. Lunak seperti bubur disebut katarak molle
c. Keras karena sudah terbentuk nukleus disebut katarak
durum
3. Menurut stadia kekeruhan :
a. Katarak insipiens, masih permulaan, belum ada bayangan
iris
b. Katarak imatur, kekeruhan lebih lanjut tetapi belum
seluruhnya keruh, ada bayangan iris, lensa membengkak.
c. Katarak matur, kekeruhan telah menyeluruh, besar lensa
kembali semula, bayangan iris tidak ada.
d. katarak hipermatur, cortex lensa mencair, cairan kortex ini
dapat keluar menerobos kapsul lensa, sehingga lensa
menjadi tipis. Zonula zinni rapuh, mudah terjadi luksasi
lensa spontan
195

Penatalaksanaan
1. Katarak kongenital
- Lensa mata bayi konsistensinya masih cair
- Bila kekeruhan lensa sudah menyeluruh, harus dilakukan
operasi secepatnya, dapat dilakukan pada usia 2 bulan pada
satu mata, paling lambat pada umur 7 bulan. Sedangkan mata
yang lainnya harus sudah dilakukan paling lambat berusia 2
tahun. Bila katarak masih cair, operasinya disebut disisi
lensa
2. Katarak juvenil
- Pembedahan dilakukan bila tajam penglihatan sudah
mengganggu aktivitas sehari-hari.
- Operasinya disebut Ekstraksi linier, bukan hanya sekedar
merobek kapsula lentis anterior, tetapi mengambil masa lensa
yang sudah berupa bubur sampai tampak ada lubang di
tengah yang jernih, atau mengambil seluruh mata lensa.
3. Katarak senil
- Umumnya ditunggu sampai stadium matur
- Dapat secara:
# Intrakapsuler, yaitu lensa diambil beserta kapsulnya
sekaligus
# Extrakapsuler, yaitu capsula anterior dirobek, nukleus lentis
diekstraksi, sisa-sisa lensa dibersihkan/dikeluarkan. Kapsul
lensa tetap tinggal di dalam mata.
Indikasi operasi :
- Penglihatan yang menurun sudah mengganggu pekerjaan
sehari-hari
- Kemungkinan akan timbulnya penyulit, katarak stadium
imatur
- Katarak sudah matur, lebih-lebih bila sudah hipermatur
Kontra indikasi operasi :
- Peradangan intra/ekstraokuler karena infeksi
- Aparatus lakrimalis buntu
- Hipertensi intraokuler > 40 mmHg
- Hipotensi intraokuler
- Penderita batuk-batuk
- Hipertensi > 170/100 mmHg
- Diabetes melitus
Pencegahan :
- Menghindarkan mata dari sinar infra red
- Menghindarkan pemakaian steroid jangka lama
Catatan : Obat-obat untuk menghilangkan katarak, sampai sekarang
belumada yang memuaskan
.

Contoh resep : (katarak senil imatur)


R/ Catarlent ED fl no I
S 3 dd gtt I OD/OS
R/ Lanavision caps no X
196

R/

S 2 dd I
Enervon-C tab no X
S 1 dd I

Catarlent : tiap ml berisi K-iodida 5 mg, KCl 5 mg, Na-tiosulfat 0.5 mg,
timerosal 0.002 mg.

V. RETINA
1. Retinitis pigmentosa
Adalah penyakit degenerasi pelan-pelan dari retina, terutama
neuroepitel , mula-mula sel batang kemudian sel kerucut.
Selalu pada kedua mata dan progresif , dimulai waktu masih
kanak-kanak, sering berakhir dengan kebutaan pada umur
pertengahan (> 40 tahun atau > 60 tahun)
Insidens 5 : 1000 orang
Degenerasi terjadi mula-mula dekat zone ekuator meluas ke
depan & belakang
Gejala subyektif :
Buta malam sejak msa kanak-kanak
Skotoma berkembang dari ekuator, sehingga lapang
penglihatan makin menyempit konsentris, berlanjut menjadi
penglihatan tubular
Kemudian tajam penglihatan akan terus makin menurun, yang
berakhir dengan kebutaan, umumnya usia 40 tahun ke atas

Gejala obyektif :
Pembuluh-pembuluh darah arteri maupun vena mengecil
Retina keseluruhan tampak pucat, terjadi depigmentasi
sehingga vasa choroidal menjadi tampak
Di daerah ekuator tampak penimbunan pigmen hitam, yang
memberi gambaran bone corpuscle.
Papil makin pucat dan berwarna kekuningan
Pada stadium lanjut, terjadi katarak yang progresif posterior
kortikal, untuk selanjutnya seluruh cortex lensa menjadi keru
h

Pengobatan :
Sampai sekarang belum diketahui, operasi dengan tujuan
memperbaiki vaskularisasi retina, tetapi hasilnya tak
memuaskan.
Contoh resep :
R/
R/
R/

Augentonic ED fl no I
S 3 dd gtt I OD/OS
Lanavision caps no X
S 2 dd I
Enervon-C tab no X
197

S 1 dd I
Augentonic : tiap ml berisi eksulina 0.090 %, air kulit hamamelidis 2 %,
vit A 900 UI/ml, kinikardina 0.1 %, fenazon 0.1 %, seng-SO 4
0.1 %, mentol 0.0004 %, minyak mawar 0.02 %, asam borat
1.3 %, natrium borat 0.04 %

2. Retinopathi hypertensi
Adalah kelainan-kelainan retina dan pembuluh darah retina
akibat tekanan darah tinggi.
Keluhan penderita adalah penglihatan menjadi kabur.
Gejala obyektif :
- Tampak pembuluh darah arteri terjadi penyempitan umum atau
setempat, percabangan pembuluh darah yang tajam, crosing
fenomena.
- Klasifikasi menurut Keith Wagener Barker :
# Tingkat I :
Penyempitan ringan pembuluh darah arteriole, kadang dengan
konstriksi setempat dan copper wire atau silver wire arteriolar
reflex.
# Tingkat II :
Penyempitan arterioler yang nyata, dengan fokal dan diffuse
konstriksi, arteriovenous crossing phenomena, di beberapa
tempat vena tak tampak, kadang disertai perdarahan-perdarahan
kecil.
# Tingkat III :
Tanda-tanda tersebut di atas ditambah dengan oedem retina,
perdarahan-perdarahan, cotton-woll patches, star figure.
Perdarahan biasanya linear dan flame shaped & terletak di
lapisan serabut saraf.
# Tingkat IV :
Tanda-tanda tingkat III disertai edema papil. Pasien telah
terganggu sistem saraf, ren, dan organ-organ lain.
Pengobatan :
Anti hipertensi
Hilangkan penyebabnya
3. Retinopathi diabetika
Adalah kelainan retina yang terdapat pada penderita diabetes
melitus
Gejala subyektif :
- Tergantung tempat, luas & beratnya kelainan. Umumnya pasien
mengeluh penglihatan makin kabur perlahan-lahan.
Gejala obyektif :
Ada 2 type, yaitu :
a. Background retinopathi :
- Mikroaneurysma
- Hemoragi
- Cotton-wool exudat
198

Hard exudat
Shunt arteri vena
Kelainan-kelainan vena

199

b. Proliferatif retinopathi :
- Vaskular abnormal tampak pada permukaan retina atau antara
retina dengan badan kaca
- Penurunan visus dapat sangat berat
- Neovaskularisasi tumbuh di permukaan retina & biasanya
melekat pada permukaan membran hyaloidea posterior dari
badan kaca (korpus vitreus).
Pengobatan :
- Obat diabetes
- Panretinal photocoagulasi dengan argon laser atau xenon
- Vitrektomi untuk menghilangkan/membuang perdarahan badan
kaca setelah 6 bulan lebih dan menghindari terjadinya traksi
yang mengakibatkan ablasi retina.
VI. GLAUKOMA
Glaukoma adalah suatu penyakit dimana terdapat gambaran
klinik, yaitu :
1. Kenaikan tekanan bola mata (pokok)
2. Kerusakan/degenerasi papil saraf optik
3. Defek lapang pandang
Tekanan bola mata normal : 15-25 mmHg, umumnya < 20
mmHg, bila > 20 mmHg harus mulai curiga tonometer
aplanasi
Cara menggunakan tonometer :
ODS tetesi Pantocain 1-2 tetes
Sterilisasi alat dengan alkohol
Tera alat angka 0
Penderita disuruh memfixasi pandangan dengan melihat ibu
jari yang diangkat ke atas
Letakkan tonometer tepat di kornea lihat ukuran yang
didapat
Tentukan nilai TIO dengan skala
Tekanan intraokuler besarnya tergantung dari :
1. Pembentukan humor aquos
2. Pengaliran humor aquos
3. Pembuangan humor aquos

200

Klasifikasi glaukoma :
1. Glaukoma kongenital (buftalmos)
2. Glaukoma primer :
- Sudut terbuka
- Sudut tertutup
3. Glaukoma sekunder
1. Buftalmos
Adalah pembesaran bola mata akibat peninggian tekanan
intraokuler pada waktu anak dilahirkan sampai usia 3 tahun
Gambaran klinik :
- Karena TIO yang tinggi terjadi iritasi kornea yang menimbulkan
gejala epifora, fotofobi, blefarospasme, kornea edema, kornea
keruh & diameternya lebih besar dari normal (> 12 mm)
- Dapat dijumpai robekan-robekan membran Descemet yang
konsentris sejajar dengan limbus
- Pada funduskopi tampak penggaungan papil biasanya tidak
begitu hebat
Pengobatan :
- Goniotomi
2. Glaukoma primer
2.1. Glaukoma primer sudut terbuka (glaukoma simpleks)
Adalah glaukoma yang penyebabnya tidak ditemukan dan
ditandai dengan sudut bilik mata depan yang terbuka.
Diduga glaukoma ini diturunkan secara dominan atau resesif
pada kira-kira 50 % penderita, secara genetik penderitanya
adalah homozigot. Umumnya terdapat pada orang-orang berusia
di atas 40 tahun, tetapi dapat juga ditemukan pada usia muda
(glaukoma juvenil).
99 % terdapat hambatan pengeluaran HA pada sistem jalinan
trabekulum & kanal schlem.
Sukar didiagnosa pada stadium dini, berhubung sifatnya tenang,
tak memberi keluhan, banyak pasien yang datang pada stadium
lanjut dimana lapang pandangannya telah sangat sempit.
Perjalanan penyakit lambat progresif dan jarang disertai sakit
Melihat gambaran pelangi di sekitar lampu (halo)
Kita harus waspada terhadap glaukoma simpleks pada orangorang : berumur > 40 tahun, penderita DM, pengobatan
kortikosteroid lokal ataupun sistemik yang lama, dalam keluarga
ada penderita glaukoma, miopi tinggi.
Tes provokasi :
1. Tes minum air :
- Kenaikan tensi 8-9 mmHg, mencurigakan
- Kenaikan tensi 10 mmHg, pasti patologis
2. Tes steroid : kenaikan 9 mmHg atau lebih, menunjukkan
glaukoma
201

3. Pressure congestion test :


- Kenaikan 9 mmHg atau lebih, mencurigakan, bila > 11 mmHg
pasti patologis
Pengobatan :
I. Medikamentosa :
1. Parasimpatomimetik : miotikum, memperbesar outflow
a. Pilokarpin 2-4 %, 3-6 dd 1 tetes sehari
b. Eserin - %, 3-6 dd 1 tetes sehari
ES : keringat berlebihan, salivasi, tremor, bradikardi, hipotensi
2. Simpatomimetik : mengurangi produksi HA
- Epinefrin 0.5-2 %, 2 dd I tetes sehari
ES : pingsan, menggigil, berkeringat, sakit kepala, hipotensi
3. Beta-blocker : menghambat produksi HA
- Timolol maleat 0.25 %- 0.5 %, 1-2 dd 1 tetes sehari
ES : hipotensi, bradikardi, sinkop, halusinasi, kambuhnya asma,
payah jantung kongestif
- Dapat diberikan bersama dengan miotikum
4. Carbon anhydrase inhibitor (penghambat karbonanhidrase)
menghambat produksi HA
- Asetazolamide 250 mg, 4 dd 1 tablet (Diamox, glaupax)
- Pada pemberian obat ini timbul poliuria
ES : anoreksi,
muntah,
mengantuk,
trombositopeni,
granulositopeni, kelainan ginjal.
Contoh resep :
R/
R/
R/
R/

Cendocarpine 2 % ED fl no I
S 4 dd gtt I OD/OS
Timolol maleat 0.5 % ED fl no I
S 2 dd gtt I OD/OS
Diamox tab mg 250 no XX
S 4 dd I
Aspar K tab no X
S 1 dd I

Cendocarpine : tiap 5 ml berisi pilokarpin-HCl (1%, 2%, 4%)


Timolol maleat : tiap ml berisi 5 mg; 2.5 mg
Diamox : asetazolamide (250 mg tab)
Aspar-K : Kalium L-aspartat (300 mg/tab salut)

II. Operasi :
1. Iridenkleisis
2. Trepanasi dari Eliot
3. Sklerotomi dari Scheie
4. Siklodialise
5. Trabekulektomi
Prinsip : fistulasi, membuat jalan baru untuk mengeluarkan HA, oleh
karena jalan yang normal tak dapat dipakai lagi.
2.2. Glaukoma primer sudut tertutup

202

Terjadi bila terdapat kenaikan mendadak dari TIO, yang


disebabkan penutupan sudut COA yang mendadak oleh akar iris,
sehingga menghalangi sama sekali keluarnya
humor akuos
melalui trabekula, menyebabkan peningkatan TIO, sakit yang
sangat di mata secara mendadak & menurunnya tajam
penglihatan secara tiba-tiba, disertai tanda-tanda kongesti di
mata seperti mata merah, kelopak mata bengkak glaukoma
kongestif akut / glaukoma akut.
Gejala klinik :
a. Fase prodroma / non kongestif
- Terdapat penglihatan kabur, melihat halo sekitar lampu atau
lilin, sakit kepala, sakit pada mata & kelemahan akomodasi.
- Keadaan ini berlangsung - 1 jam, pada stadium ini penderita
jarang pergi ke dokter.
- Pemeriksaan pada stadium ini, didapatkan : injeksi perikornea
yang ringan, kornea agak suram karena edema, bilik mata depan
dangkal, pupil sedikit melebar, reaksi cahaya lambat & TIO .
- Stadium ini dapat berlangsung beberapa minggu atau beberapa
bulan bahkan beberapa tahun, baru kemudian sampai pada
stadium glaukoma akut.
b. Fase glaukoma akut (stadium kongestif)
- Pada stadium ini penderita tampak sangat payah, memegangi
kepalanya karena sakit hebat. Jalannya dipapah, karena
ketajaman penglihatannya sangat turun, disertai dengan
muntah-muntah. Karenanya sering disangka bukan menderita
sakit mata, melainkan suatu penyakit sistemik.
- Glaukoma akut menyebabkan visus cepatmenurun, disertai sakit
hebat di dalam mata yang menjalar sepanjang N.V, sakit di
kepala, muntah-muntah, nausea, tampak warna pelangi di sekitar
lampu.
- Pada pemeriksaan tampak :
# Palpebra : bengkak
# Konjungtiva bulbi : hiperemi kongestif, kemosis, dengan injeksi
silier, injeksi konjungtiva, injeksi episklera
# Kornea : keruh, insensitif karena tekanan pada saraf kornea
# Bilik mata depan : dangkal, yang dapat dilihat dengan
penyinaran bilik mata depan dari samping
# Iris : gambaran corak bergaris tak nyata, karena edema,
berwarna kelabu
# Pupil : melebar, lonjong, miring agak vertikal, kadang-kadang
didapatkan midriasis yang total, warnanya kehijauan, refleks
cahaya lamban atau tidak ada sama sekali
- Bila glaukoma akut tak segera diobati dengan baik, timbullah
perlekatan-perlekatan antara iris bagian tepi dan jaringan
trabekula sinekia anterior perifer.
Pengobatan :
Harus diingat betul bahwa glaukoma akut merupakan masalah
pembedahan.
203

Terapi dengan pengobatan hanyalah pengobatan pendahuluan


sebelum penderita dioperasi. Hal ini harus sejak awal
dikemukakan kepada penderita & keluarganya, sebab ada
kemungkinan penderita menolak untuk dioperasi, karena telah
merasa enak setelah diberi obat-obatan.
Pengobatan pada fase non kongestif :
Miotikum
Pilokarpin 2-4 % tiap 20-30 menit sehingga iris tertarik ke tengah
& sudut bilik mata depan terbuka.
Penghambat karbonanhidrase
Diamox, Glaupax, Glaukon, Corotazol 3 x 1 tablet sampai TIO
menjadi normal kembali.
Kemudian ada 2 jalan :
a. Diberi miotika terus menerus
b. Operasi (filtrasi/iridektomi perifer)
-

1.
2.
3.

Pengobatan pada fase kongestif (akut) :


- Pengobatan harus diberikan secara cepat dan tepat, jika
terlambat 24-48 jam, maka sinekia anterior perifer sudah kuat,
sehingga pengobatan dengan miotikum tak berguna lagi. TIO
harus sudah turun dalam 2-4 jam sedapat-dapatnya, sebelum
operasi dilakukan.
I. Medikamentosa
1. Miotikum : untuk mengecilkan pupil, sehingga iris terlepas dari
lekatannya di trabekula dan sudutnya menjadi terbuka.
- Pilokarpin 2-4 % setiap menit 1 tetes selama 5 menit, kemudian
diteruskan dengan setiap jam, atau :
- Pilokarpin 2 % + eserin - % tiap 15 menit, 6 kali, kemudian
disusul dengan pemberian tiap jam 1 tetes.
2. Penghambat karbonikanhidrase :
- Diamox, glaupax, glaucon, dsb. Diberikan 500 mg sekaligus (2
tablet), kemudian disusul tiap 4 jam 1 tablet
- Jika muntah, dapat pula diberikan IV 250 mg, kemudian disusul
dengan 3 x sehari 1 tablet
3. Obat hiperosmotik :
- Gliserin 50 % (mudah didapat) per oral 1-1.5 gram/kg BB atau 1
cc per kg BB, dapat dicampur jeruk nipis supaya tak terlalu
manis, harus diminum sekaligus, bila tidak, gunanya tidak ada.
4. Untuk mengurangi rasa sakitnya dapat disuntikkan 10-15 mg
morfin, yang juga dapat mengecilkan pupil.
5. 10-12.5 mg Largaktil dapat disuntikkan pada penderita yang
muntah-muntah.
II. Operatif :
Iridektomi perifer
Operasi
filtrasi
(iridenkleisis,
trepanasi,
sklerotomi,
trabekulektomi)
3. Glaukoma sekunder
204

a.
b.
c.
d.
e.

Adalah glaukoma yang terjadi akibat penyakit mata yang lain


Kelainan-kelainan ini dapat disebabkan oleh :
Radang :
Artritis rematik, glaukoma fakolitik
Vaskuler :
Glaukoma neovaskuler, oklusi V.retina sentral, perdarahan badan
kaca.
Trauma :
Hifema, trauma tembus, dislokasi lensa, ruptura lensa, benda
asing intraokuler.
Tumor : tumor intraokuler
Degenerasi : degenerasi miopia
Pengobatan :
Ditujukan pada penyebab dan juga glaukomanya sendiri

Glaukoma absolut
Adalah suatu keadaan akhir semua jenis glaukoma dimana tajam
penglihatan sudah menjadi nol.
Dapat disertai keadaan seperti : injeksi siliar, edema kornea, bilik
mata depan yang dangkal, pupil lebar, iris ektropion,
penggaungan dan atropi papil saraf optik yang total, rubeosis iris,
keratopati bula
Keadaan ini dapat disertai rasa sakit pada mata yang hilang
timbul, tapi akhirnya terus menerus, bola mata keras bagaikan
batu.
Pengobatan :
- Pengobatan ditujukan terutama pada rasa sakitnya dengan
jalan :
# Suntikkan alkohol retrobulber 90 % sebanyak 0.5 ml
# Penyinaran pada badan siliar, 100-150 Rad, 4-5 kali penyinaran
# Enukleasi bulbi
Tes Provokasi Pada Glaukoma
A. Untuk glaukoma sudut terbuka
1. Tes minum air :
Penderita disuruh berpuasa, tanpa pengobatan selama 24 jam.
Kemudian disuruh minum 1 L air dalam 5 menit. Lalu TIO diukur
setiap 15 menit selama 1.5 jam. Kenaikan tensi 8 mmHg atau
lebih dianggap mengidap glaukoma.
2. Pressure congestion test :
Pasang tensimeter pada ketinggian 50-60 mmHg, selama 1
menit. Kemudian diukur tensi intraokulernya. Kenaikan 9 mmHg
atau lebih mencurigakan, sedang bila lebih dari 11 mmHg pasti
patologis.
3. Kombinasi tes air minum dengan pressure congestion test :

205

Setengah jam setelah tes minum air dilakukan pressure


congestion test. Kenaikan 11 mmHg mencurigakan, sedangkan
kenaikan 39 mmHg atau lebih pasti patologis.
4. Tes steroid :
Diteteskan larutan deksametason 3-4 dd gtt I, selama 2 minggu.
Kenaikan tensi intraokuler 8 mmHg menunjukkan glaukoma.
B. Untuk glaukoma sudut tertutup
1. Tes kamar gelap :
Orang sakit duduk di tempat gelap selama 1 jam, tak boleh
tertidur. Di tempat gelap ini terjadi midriasis, yang mengganggu
aliran cairan bilik mata ke trabekulum. Kenaikan tekanan > 10
mmHg pasti patologis, sedang kenaikan 8 mmHg mencurigakan.
2. Tes membaca :
Penderita disuruh membaca huruf kecil pada jarak dekat selama
45 menit. Kenaikan tensi 10-15 mmHg patologis.
3. Tes midriasis :
Dengan meneteskan midriatikum seperti kokain 2 %, homatropin
1 %, atau neosynephrine 10 %. Tensi diukur setiap jam selama
1 jam. Kenaikan 5 mmHg mencurigakan sedangkan 7 mmHg atau
lebih pasti patologis. Karena tes ini mengandung bahaya
timbulnya glaukoma akut, sekarang sudah banyak ditinggalkan.

206

4. Tes bersujud :
Penderita disuruh bersujud selama 1 jam. Kenaikan tensi 8-10
mmHg menandakan mungkin ada sudut yang tertutup, yang
perlu disusul dengan gonioskopi. Dengan bersujud, lensa
letaknya lebih ke depan mendorong iris ke depan, menyebabkan
bilik mata depan menjadi sempit.

Beda konjungtivitis akut, iridosiklitis akut &


glaukoma akut
Tanda
1. Sakit

Konjungtivitis
akut
Tidak atau
hanya sedikit

Iridosiklitis akut

2. Injeksi

Injeksi
konjungtiva

Sedang,
t.u.mengenai mata
& yang diurus N.V
Injeksi perikornea
terutama

3. Pupil
4. Reaksi
cahaya
5. Media

Normal
Normal

Miosis, ireguler
Berkurang

Jernih

6. Visus

Baik

7. Timbulnya
8. Gejala
sistemik
9. Pemeriksaan
sekret
10.Tensi intra
okuler

Perlahan-lahan
Tak ada

Keruh di kornea
oleh keratik
presipitat, edema
COA : sel radang
Pupil : oklusi pupil
Lensa : katarak
Badan kaca : sel
radang
Sedang, tak begitu
buruk
Perlahan-lahan
Sedikit

Ada kuman
penyebab
Normal

Glaukoma akut
Hebat diseluruh
bulbus okuli &
yang diurus N.V
Injeksi konjungtiva,
perikornea &
episklera
Lebar, lonjong
Berkurang sampai
(-)
Kornea keruh
karena edema
Pada keadaan
lanjut lensa
katarak

Buruk sekali
Tiba-tiba
Muntah-muntah

Negatif

Negatif

Normal, tinggi,
turun

Tinggi sekali

VII. MIOPI
Merupakan keadaan refraksi mata, dimana sinar sejajar yang
datang dari jarak tak terhingga, oleh mata dalam keadaan
istirahat, dibiaskan di depan retina, sehingga pada retina
didapatkan lingkaran difus dan bayangan kabur.
Pembagian miopi
I. Berdasar penyebab :
1. Miopi aksialis
2. Miopi pembiasan
207

II.
1.
2.
3.
4.
5.

Berdasar tinggi dioptri :


Miopi sangat ringan sampai dengan 1 dioptri
Miopi ringan 1-3 dioptri
Miopi sedang 3-6 dioptri
Miopi tinggi 6-10 dioptri
Miopi sangat tinggi > 10 dioptri

III. Secara klinik dibedakan :


1. Miopi simpleks, miopi stasioner, miopi fisiologik
Timbul pada umur masih muda, kemudian berhenti. Dapat juga
naik sedikitpada waktu atau segera setelah pubertas, atau
didapat kenaikan sedikit sampai umur 20 tahun. Besar dioptrinya
kurang dari -5D atau -6D.
2. Miopi progresif
Dapat ditemukan pada semua umur & mulai sejak lahir. Kelainan
mencapai puncaknya waktu masih remaja, bertambah terus
sampai umur 25 tahun atau lebih. Besar dioptrinya melebihi 6
dioptri.
3. Miopi maligna
Miopi progresif yang lebih ekstrim. Miopi progresif dan miopi
maligna disebut juga miopi patologik atau degeneratif, karena
disertai kelainan degenerasi di koroid & bagian lain dari mata.
Koreksi :
Dilakukan dengan pemberian lensa sferis negatif (S-) sekecilkecilnya (K) yang memberikan perbaikan visus yang maksimal
(M).
Contoh resep : (pasien miopi dioptri)
R/
R/

Augentonic ED fl no I
S 3 dd gtt I OD/OS
Matovit tab no XV
S 3 dd I

Matovit : tiap tablet (5 ml syrup) berisi Bilberry dry extract 80 mg (40 mg),
beta caroten 5 mg (2.5 mg), retinol 1600 U (800 UI), Vit E 40 mg (20
mg)

VIII. ASTENOPIA (=Kelelahan mata)


Astenopia kadang-kadang disebabkan oleh kesalahan refraksi
yang tidak dikoreksi serta oleh ketidakseimbangan otot.
Salah satu mekanisme yang mungkin adalah aniseikonia, yaitu
ukuran dan bentuk bayangan yang terlihat oleh salah satu mata
berbeda dari yang dilihat oleh mata yang lain.
208

Mungkin timbul rasa berat, lelah atau tidak enak pada mata,
yang bervariasi dari nyeri tumpul sampai nyeri dalam yang
terasa di belakang mata.
Timbul nyeri kepala dengan bermacam-macam tipe, mudah lelah,
kekaburan penglihatan & diplopia, terutama setelah pemakaian
mata berkepanjangan.
Gejala-gejala lebih sering timbul pada pekerjaan yang
memerlukan penglihatan dekat daripada penglihatan jauh.
Contoh resep :
R/ Augentonic ED fl no I
S 3 dd gtt I
R/ Matovit tab no XV
S 3 dd I
R/ Enervon-C tab no X
S 1 dd I
IX. DEFISIENSI VITAMIN A

1.
2.

1.
2.

3.

Xerophtalmia
Klasifikasi (WHO) :
Xerophtalmia primer
X 1-A : xerosis konjungtiva
X 1-B : bercak Bitot dengan xerosis
X 2 : xerosis kornea
X 3A : xerosis dengan tukak kornea
X 3B : keratomalasia
Xerophtalmia sekunder
XN : buta senja, night blindness
XF : fundus xerophtalmia
XS : parut (scar) xerophtalmia
Xeroptalmia merupakan penyebab kebutaan pada anak
Reversibel : hemeralopia, xerosis konjungtiva, xerosis kornea,
bercak Bitot.
Ireversibel : ulkus kornea, keratomalasia
Pencegahan :
Makanan/nutrisi banyak vitamin A
Pemberian vitamin A periodik :
- Pada balita 200.000 IU (oral) atau 100.000 IU (im)
- < 1 tahun 100.000 IU/ 6 bulan
- Ibu kala nifas 200.000 IU/oral
Fortifikasi
Terapi :
Vit A 200.000 IU (oral) atau 100.000 (im)
Hari berikutnya 200.000 IU (oral)
1-2 minggu berikutnya: 200.000 IU (oral)
209

Perbaikan gizi
Tinggi kalori + protein
Pengobatan kornea
Komplikasi : sikatrik, endoftalmitis, ulkus kornea, ptisis bulbi,
perforasi.
-

X. TRAUMA MATA
1. Hifema traumatika
Adalah terdapatnya darah dalam bilik mata depan (COA)
Keluhan dan tanda :
Rasa tak enak pada mata
Visus , bila darah sudah menutupi pupil
Epifora/nrocos
Blefarospasme
Keluhan lain yang menyertai komplikasi
Tindakan :
Tirah baring
Koagulansia
Bebat mata
Terhadap komplikasi glaukoma sekunder : asetazolamide 3 x
250 mg
Operatif-parasintesis
2. Uveitis / Iridosiklitis traumatika
Iris dan corpus siliare mengalami proses peradangan/inflamasi
Tanda :
Mata merah
Nyeri tekan regio uvea
Bilik mata depan keruh karena sel radang
Miosis, ireguler
Blefarospasme, epifora, fotofobia
Tindakan :
Atropin sulfas 0.5-1 % 1-2 tetes sehari
Steroid lokal
Antibiotika
3. Luksasi/subluksasi lensa
Terjadi robekan seluruh dinding penggantung lensa
Tindakan :
beri obat anti glaukoma : asetazolamide, pilokarpin 2 %
rujuk spesialis mata untuk dilakukan pengambilan lensa
4. Glaukoma sekunder karena trauma
Kenaikan TIO karena trauma tumpul disebut glaukoma
traumatika
Tindakan :
210

5.

asetazolamide tablet
pilokarpin tetes mata

Trauma bahan kimia


Bahan kimia asam nekrosis koagulasi
Bahan kimia basa nekrosis koagulativa
Derajat akibat trauma : ringan, sedang, berat
Tindakan :
Bersihkan dan irigasi bagian luar mata dengan larutan garam
fisiologis, 15 menit untuk asam, 60 menit untuk basa
Antibiotika salep mata
Atropin sulfas 0.5-1 % tetes mata
Obat oral : AINS, antikolagenase, asetilsistein, penisilamin
Bebat mata
-

211

Tata laksana

PRAKTIS

KULIT KELAMIN

Oleh:
dr Frengky Susanto

BAB x
Ilmu penyakit kulit kelamin
(dermatovenereology)
Obat- obat yang digunakan:

Anti histamin
Sedatif

:CTM 3x4mg

Non sedatif :Loratadin (imunexR, ProhistinR,


InclarinR) 1x1 tablet; Desloratadin
(AeriusR)1x1 tablet.
Analgetik
Asam mefenamat(PrustaR, PonstanR, NichostanR) 3x
500mg.
Antibiotik Sistemik
Eritromisin (ErysanbeR) 3x1 tab(250mg), atau
Roksitromisin (SimacronR) 2x1 tab(150mg), atau
Cephalexin (KemolexinR) 4x500mg.
Anti piretik
Paracetamol (ottopan R) 3x500mg.
Antibiotik topikal
Gentamisin (Gentiderm Zalf/ cream R), atau
Mupiracin zalf (Bactroban R).

Penyakit Jamur

1.

P. versicolor dan jenisTinea


Ketokonazol (Profungal R) 2x1tab(200mg) atau Itrakonazol
(SporanoxR) 2x1tab.
Anti histamin non sedatif
Vitamin B plex 3x1 tab atau Artovir R 1x1tab
Miconazol cream (Mexoderm R) atau Ketokonazol (Ketomed
shampooR/ ZoralinR).
Ctt. Pada keadaan Tinea yang berat dapat ditambahkan
antibiotik sistemik.
2.
Kandidiasis
Ketokonazol (Profungal R) 2x1 tab(200mg) atau Nistatin
(DecastatinR) 3x1 tab(500.000 U).
Anti histamin non sedatif
Vitamin B plex 3x1 tab atau Artovir R 1x1tab
Tiokonazol Powder (Trosyid powder R) atau Nistatin cream
(Mico z cream R) atau
Untuk genital:
Nyonya :Nistatin supp. vagina
(Decastatin
supp vagina R)
Nona
/ Bayi :Sol. Gentian violet1%
Cara pakai:
Nona:15 cc Gentian violet dilarutkan 1 baskom air untuk
perendam 30 menit (setiap pagi, 7 hari).
Bayi:Sol. Gentian violet diteteskan pada genital ( 2x sehari).
Untuk rongga mulut:
Nistatin oral drop(CandistinR) 3x 1-5 ml.

Pioderma

1. Impetigo, Folikulitis, Furunkel, Carbunkel, Erisipelas, Ektima.


Antibiotik sistemik
Antihistamin
Jika nyeri berikan
:Analgetik
213

Jika panas berikan


:Antipiretik.
Antibiotik topikal
Ctt. Jika bula dari impetigo bulosa banyak yang pecah maka,
diberikan betadine + salep antibiotik.
2. Eritrasma
Antibiotik sistemik
Antihistamin non sedatif
Antibiotik topikal
Ctt. Jika tidak yakin itu eritrasma dapat diDD dengan jamur,
sehingga diberikan antijamur Ketokonazol topikal (Ketomed
shampooR/ ZoralinR) atau Tiokonazol Powder (Trosyid powder R).
3. Ulcus tropicum
Antibiotik Sistemik
Antihistamin non sedatif
Jika nyeri :analgetik
Jika panas
:antipiretik
Kompres KMno4 1:5.000- 10.000 atau betadine atau rivanol
R
, selanjutnya berikan antibiotik topikal.
4. Dishidrosis (phompilik)
Antibiotik Sistemik
Antihistamin sedatif atau non sedatif
Kortikosteroid topikal: Betametazon (Skinal cream R)

Penyakit Virus

1. Veruka Vulgaris, Veruka Plana


Elektrocauterisasi atau
Keratolitik: As. Salisilat 20%, As. Laktat 10% atau Collolack R
2x 1tts( 1 botol=10ml), ditempat yang sakit, diberikan
beberapa hari.
Ctt. Analgetik topikal yang biasa dipakai Topsy R.
2. Moluscum Kontagiosum
Menusuk moluskum dan mengeluarkan badan moluskum,
kemudian berikan antibiotik topikal.
Antibiotik sistemik
Antihistamin nonsedatif
Jika nyeri berikan
:analgetik
Vitamin B plex atau artovit R1x1
3. Herpes Simplex
Asiklovir 5x 200mg, selama 7 hr. bila gejala klinis berat
5mg/kg, I.V, tiasp 8 jam selama 7hr.
Analgetik: As. Mefenamat 3x 500mg atau Metampiron
(Unagen R) 3x1 tab (500mg).
Ctt. Jika banyak vesikel yang pecah berikan antibiotik
topikal, jika vesikel tidak banyak yang pecah berikan bedak
As. Salisilat 2% atau Calamed powderR.
Pada Episode rekurensi umumnya tidak perlu diobati
oleh karena bisa membaik. Bila perlu diobati cream Asiklovir.

214

Kecuali bila gejalanya berat dan lama diberikan Asiklovir


peroral 5x 200mg , selama 5hr.
4. Herpes Zoster
Asiklovir 5x 800mg
Analgetik: Metampiron (UnagenR) 3x1tab
Imunos R 1x1
Ctt. Jika banyak vesikel yang pecah berikan antibiotik
topikal, jika vesikel tidak banyak yang pecah berikan
bedak As. Salisilat 2% + mentol 1% atau Calamed
powderR.
5. Varicella
Asiklovir 5x 200mg
Antibiotik sistemik
Topikal:
As. Salisilat
2%
Mentol
1%
Talk venetum ad gr 100
Mfla bedak
Atau
Calamed powder R
Ctt.
Scar
Varicella
untuk
mempercepat
penghilangan:
Retin A 0,05% cream
gr 10
Notaderm cream
gr 5
Mfla cream
ATAU
Bephantine cream R gr 30

Dermatosis Eritroskuamosa

1. Psoriasis
Kortikosteroid: Prednison 40-60 mg/kg/hr dibagi 3 dosis
(dosis permulaan)
Antihistamin non sedatif
Antibiotik sistemik
Artovit R 1x1 tab.
KCl 3x 500mg
Betametazon dipropionate 0,05% (Metonate cream R), atau
Hidrokortizon 5% tube I
As. Salisilat
3gr
Lanolin
10gr
Vaselin Album ad gr 100
Mfla cream
Sue
2. Ptiriasi Rosea
Anti histamin non sedatif
Artovit R 1x1 tab.
215

Topikal:
As.salisilat
2%
Mentol
1%
Talk venetum ad gr 100
Sue bedak
ATAU
As. Salisilat
3%
Zinc oxid
10%
Mentol
0,5%
Gliserin
15%
Aqua ad cc 100
Mfla suspensi
Sue (bedak kocok)

3. Eritroderma
Jika keadaan berat sebaiknya dirujuk RS
Kortikosteroid: Prednison 3x 10mg
Antibiotik sistemik
Antasida DOEN 2x1
KCl 3x 500mg
Vitamin A 3x 50.000 U
Topikal;
Lanolin
gr 10
Vaselin album ad gr 100
Mfla unguentum
Sue
4.

Dermatitis seboroik
Kortikosteroid: Prednison 3x5mg atau Ketokonazol sistemik
(Profugal R) 2x1 tab( 200mg)
Antihistamin
Ketokonazol shampoo (Ketomed shampoo R) atau
Desoksimetazon zalf (Inerson R)
Laktat Calcii 3x1tab(300mg)

Penyakit kulit alergi


1. Urtikaria
Kortikosteroid: Prdnison 3x5mg
Antihistamin
Topikal:
As. Salisilat
2%
Mentol
1%
Kamfer
1%
Talk venetum ad gr 100
Mfla bedak
Sue

216

ATAU
Calamed powder R
2. DKI, DKA, D. numularis
Kortikosteroid: Prednison 3x5mg, atau metil prednisolon
(medixon R) 3x4 mg
Antibiotik sistemik
Antihistamin
Lactat Calcii 3x 300mg
Inerson Zalf R atau Esperson cream R
3. Prurigo nodular, Prurigo nodular
Antibiotik sistemik
Antihistamin
Topikal: Gentasolon cream R
Ctt. Untuk nodular dapat disuntikkan Triamsinolon
Asetonida 2mg/ml. dosis 0,1-0,2 ml tiap suntik, jarak suntik
1x/minggu.
4. Drug eruption
o Jika kondisi keadaan penderita berat sebaiknya dirujuk ke
RS
o Anti biotik sistemik
o Antihistamin
o Kortikosteroid:
Prednison :3x 10mg
o Topikal
Basah
:Kompres KmnO4 atau kompres dengan
larutan as.Salisilat 1:1000.
Kering
:Kortikosteroid topikal (Inerson Zalf R, atau
Esperson cream R).
5.

Steven Jhonson Syndrome


Sebaiknya rujuk keRS untuk Rawat inap
Infus
Kortikosteroid
Antacid
Antibiotik:
Eritromisin (Erysanbe R)
4x 250mg (oral) atau
Gentamisin 2x 80mg (intra vena)
KCl
Diet NaCl
Diet TKTP
Roborantia
Cara pemberian kortikosteroid:
Pasien tidak sadar, KU buruk, lesi luas, menyeluruh.
Gunakan Dexametazon injeksi, dengan dosis permulaan
6kali 5mg/hr I.V . 2 hari berikutnya jika klinis membaik
diturunkan dosis 5mg/hr. bila sudah mencapai 5mg/hr

217

6.

1.

keesokan harinya diganti prednison 20 mg dan hari


berikutnya 10 mg.
Ilustarsi:
Hari 1
:6 kali 5mg
Hari 2
6kali 5mg
Hari 3
:5kali 5mg
Hari 4
:4kali 5mg
Hari 5
:3kali 5mg
Hari 6
:2kali 5mg
Hari 7
:1kali 5mg
Hari 8
:Prednison 20mg/hr (4 tab)
Hari 9
:Prednison 10 mg/hr (2tab)
Penderita sadar dan mau disuntik, gunakan
Corton asetst injeksi, dengan dosis permulaan 10cc/hr.
dosis diturunkan tiap 2 hari sekali, yaitu bila ada
perubahan klinis, bila tidak membaik kembali kedosis
permulaan, terapi dimulai jam 8 pagi.
Ilustrasi:
Hari 1-2
:4cc/hr
Hari 3-4
:3cc/hr
Hari 5-6
:2cc/hr
Hari 7-8
:1cc/hr
Hari 9+ (5-7hr) :prednison 1-3 tab/hr
Penderita sadar dan tidak mau disuntik,
gunakan Prednison oral, dengan dosis awal 80mg/hr
(16tablet). Bila klinis membaik dosis diturunkan tiap 2 hr
sekali. Bila tidak membaik kembali kedosis semula, terapi
dimulai dari jam 8 pagi.
Ilustrasi;
Hari 1-2
:16 tab/hr
Hari 3-4
:12 tab/hr
Hari 5-6
:8 tab/hr
Hari 7-8
:4 tab/hr
Hari 9-10 :1-3 tab/hr
Stapilococcal scalded skin syndrome
Sebaiknya rujuk keRS
Topikal
:Kompres KmnO4 1: 10.000
Sistemik
:
Kloksasiklin
:4x 500mg, atau
R
Eritromisin (erysanbe ) :4x 250 mg, selama 2-3
minggu, atau
R
Sefradin ( Lovecef oral atau injeksi)
:4 x 250 mg.

Penyakit yang disebabkan oleh bakteri


Kusta

Klasifikasi kusta berdasarkan terapi:


PB
MB
1.
lesi
(makula

kulit
datar,

1-5 lesi
hipopigmentasi/

218

>5 lesi
distribusi >

papula
yang
meninggi, nodus

2. kerusakan saraf
menyebabkan
hilangnya sensasi/
kelemahan
otot
yang
dipersarafi
oleh saraf yang
terkena

eritema
Distribusi tidak
simetris
Hilangnya
sensasi yang
jelas
Hanya satu cab. saraf

simetris
Hilangnya
sensasi
Banyak cab. saraf

Pengobatan Kusta:
Tabel dan dosis rejimen MDT-PB
Obat
Rifampisin
Dapson swakelola

Dewasa
BB < 35kg
BB > 35 kg
450mg /bl
600mg/bl
(diawasi)
(diawasi)
50mg/ hr
(1-2 mg/kg/hr)

100mg/hr

Anak
10-14 Tahun
450mg/bl
(12-15 mg/kg/bl)
(diawasi)
50mg/hr
(1-2mg/kg/hr)

Tabel obat dan rejimen MDT MB


Obat
Rifampisin

Kofazimin

Dapson
Swakelola

2.

Dewasa
BB < 35kg
BB > 35kg
450 mg/ bl
600 mg/ bl
(diawasi)
(diawasi)
300mg/bl
diawasi
dan
diteruskan 50
mg/hr
swakelola
50 mg/ hr
(1-2 mg/kg/hr)

300mg/bl
diawasi
dan
diteruskan 50
mg/hr
swakelola
100 mg/ hr

Anak
10 -14 tahun
450 mg/ bl
(12 15 mg/ kg/
bl)
(diawasi)
200mg/bl diawasi
diteruskan 50 mg
selang sehari
50 mg/ hr
(1-2 mg/kg/hr)

Reaksi kusta
Ada 2 type reaksi kusta:
Type 1 yang disebabkan oleh hipersensitivitas seluler
Type 2 yang disebabkan oleh hipersensitivitas humoral.
Reaksi type 1:
Delayed hipersensitivity reacting seperti hal reaksi
hipersensitivitas type IV, antigen berasal dari produk akibat
basil yang telah mati akan bereaksi dengan limfosit disertai
perubahan SIS (sistem imun seluler) yang cepat. Jadi
dasarnya reaksi type akibat perubahan keseimbangan
antara imunitas dengan basil. Hasil akhir reaksi type I
terjadi up grading / reversal pada kasus yang sedang
dalam pengobatan atau down grading pada kasus yang
belum mendapat pengobatan.
Manifestasi reaksi kusta type 1
Organ yang

RX ringan

219

Rx berat

diserang
Kulit

Saraf
Kulit dan
saraf
bersamaan

Lesi kulit yang telah ada


menjadi lebih eritematous

Lesi yang telah ada menjadi


lebih eritematous, timbul lesi
baru yang kadang disertai
panas dan malaise
Membesar,
nyeri
fungsi
terganggu, berlangsung > 6
minggu
Lesi kulit yang eritematous
disertai ulserasi atau oedem
pada tangan/ kaki.
Saraf membesar, nyeri dan
fungsinya
terganggu.
Berlangsung
sampai
6
minggu atau lebih .

Membesar, tidak
nyeri
fungsi
tidak
mengaggu,
berlangsung <6minggu
Lesi yang telah ada menjadi
lebih
eritematous,
Nyeri
pada saraf berlangsung <6
minggu.

Reaksi type 2 ENL (Eritema nodusa


leprosum)
Merupakan reaksi hipersensitivitas type III
menurut Coomb & gell. Antigen berasal dari produk basil
yang telah mati dan bereaksi dengan antibodi
membentuk komplek antigen antibodi yang akan
mengaktifkan komplemen sehinga terjadi ENL.
Manifestasi Reaksi kusta type II
Organ yang
diserang
Kulit

Saraf
Mata

Testis
Kulit,
saraf,
mata & testis
bersamaan

RX ringan

RX berat

Timbul sedikit nodus


yang
diantaranya
ulserasi.
Disertai
demam
ringan
dan
malaise
Saraf membesar tetapi
nyeri dan fungsinya tdk
terganggu
Tidak ada gangguan

Banyak nodus yang nyeri dan


mengalami ulserasi disertai
demam tinggi dan malaise

Lunak, tidak nyeri


Gejalanya
seperti
tersebut diatas

Lunak, nyeri dan membesar


Gejalanya seperti tersebut
diatas disertai keadaan sakit
yang keras dan nyeri yang
sangat.

Saraf membesar, nyeri dan


fungsinya terganggu.
Nyeri,
penurunan
visus,
merah disekitar limbus.

Pada type I atau II tidak ada hubungannya dengan


pemberian pengobatan antikusta, hanya saja rx type II lebiih
lazim terjadi pada akhir pengobatan, karena basil telah
menjadi granular.
Prinsip pengobatan reaksi kusta:
1.
pemberian pengobatan antireaksi
2.
Istirahat atau imobilisasi
3.
analgetik, sedatif untuk mengatasi nyeri
4.
Obat antikusta diteruskan.
Pengobatan antireaksi
Reaksi ringan:

220

As. Asetil salisilat (asipirinR)


4x 500 mg,
dapat juga dikombinasi dengan Klorokuin 3x 150 mg.
Atau
bisa juga menggunakan Talidomid untuk
mengatasi
reaksi
type
II
dan
melepaskan
ketergantungan
terhadap
kortikosteroid,
dosis
permulaan
400mg/hr
sampai
reaksi
teratasi
kemudian berangsur- angsur diturunkan sampai 50
mg/hr, tidak boleh diberikan pada wanita usia subur.
Reaksi berat:

Segera rujuk keRS

Reaksi type I berikan kortikosteroid,


sedangkan reaksi type II berikan Klofazimin,
Talidomid, dan kortikosteroid sendiri- sendiri atau
bersama-sama.
Ctt. Cara pemberian kortikosteroid :

Dimulai dengan dosis tinggi atau


sedang gunakan prednison atau prednisolon.

Gunakan dosis tunggal pada pagi


hari,
dposis
diturunkan
setelah
respon
maksimal,dosis steroid dimulai antar 30-80mg
prednison/hari dan diturunkan 5 -10 mg/2 minggu.
Reaksi type I:
2minggu I :30 mg/hr
2minggu II :20 mg/hr
2minggu III :15 mg/hr
2minggu IV :10 mg/hr
2minggu V :5 mg/hr
Reaksi type II:
2minggu I :30mg/hr
2minggu II :20mg/hr
2minggu III :15mg/hr
2minggu IV :10mg/hr
2minggu V :5mg/hr
Setiap pemakaian kortiko steroid lama harus
disertai dengan KCl 75mg/kg/hr dibagi 3 dosis.

1.

Penyakit Kulit karena Infeksi dan Parasit

Skabies
- Anti skabies:
Gameksan (Scabisid 5% R)..gr
Olium rosarum
Mfla cream
Kira
kira setiap orang
memerluka 30-50 gr, dioleskan pada seluruh tubuh, dan
diulang 1minggu lagi karena telur belum mati.
AT
AU
Permetrin 5% (Skabimite) gr 10 tube No. I,
Cara pemakaiannya dioleskan diseluruh tubuh, dibiarkan
8jam, jika perlu diulang seminggu lagi. Tidak untuk usia
221

<2th.
Sementara yang aman untuk bayi adalah Sulfur
Precipitatus 4- 20%, dengan cara pemakaian dioleskan pada
seluruh tubuh dan dibiarkan 3hari.
- Antihistamin
- Antibiotik, jika diperlukan
Ctt. Baju dan alat tidur yang digunakan penderita dicuci
dengan air panas atau direndam dengan antiseptik.
2.
Pedikulosis
Anti pedikulosis

Gameksan (Fimedtox R)lag noI


Dioleskan dan dibiarkan 1 malam, pagi hari dicuci dan
shampoo.

Malation 0,5% atau 1%

Heksaklorsikloreksan 0,25% (Head


R
lotion )
Anti histamin
3.
Creeping disease
-Obat cacing

Tiabendazol 50mg/kg/hr, dibagi 2


dosis, selam 2hari, dosis maksimal 3gr/hr, atau

Albendazol
1x
400mg,
dosis
tunggal (3hari berturut- turut), tidak digunakan untuk
<6tahun.
-Antihistamin
Ctt. Yang aman untuk anak kecil solutio Tiabendazol topikal.

Akne vulgaris

1.

2.

Akne papulo- pustulosa


Anti biotik sistemik
Klindamisin (Climadan R) 3x 1tab (150mg)
Pembersih :
Rosal lotio
As. Salisilat 0,2 %
Resorsinol 0,5%
Obat topikal:
Klindamisin (Mediclin gel R) gr 15
Niacef gel R gr 15
Mfla cream
Sue (pagi- sore)
ATAU
Tretionin ( Melavita R)
Sue cream malam
Erupsi akneiformis
Antibiotik sistemik
Klindamisin (Climadan R) 3x1tab (150mg)
Kortikosteroid topikal
Benzoil peroksida (benzolac 5% gel)
222

Powder (Calamed powder R)

Penyakit kulit berlepuh

1.

2.

Pemvigus vulgaris
Sebaiknya rujuk keRS
Antibiotik sistemik
Eritromisin (Erysanbe R) 4x 250mg
Antacida Doen 2x1 tab
Kortikosteroid
Prednison 60-150mg /hr, kasus berat sampai
3mg/kg/hr. Bila dengan dosis inisial selama 2 hari tidak
ada perbaikan naikan sampai
50%. Kemudian dosis
diturunkan secara logaritma:
Ilustrasi:
Dosis initial 100mg/hr
100mg/hr :7hr
80mg/hr
:7hr
60mg/hr
:7hr
40mg/hr
:7hr
30mg/hr
:7hr
25mg/hr
:21hr
20mg/hr
:28hr
15mg/hr dosis pemeliharaan
KCl :3x 500mg
Topikal
Kortikosteroid dan antibiotik
Gentazolon R oleskan 2-3 x /hari
Pemvigus Bulosa
Terapi sama dengan Pemvigus vulgaris,
hanya dosis prednison 40-60 mg/hr.

Gangguan
autoimun

metabolisme,

kekurangan

gizi,

1. Skleroderma

Topikal:
Klobetazol propionat 0,05 % (Kloderma R)tube no1
As. Salisilat 6%
Mfla oint da in pot
Sue

2.
Alopesia Areata

Minoxidil (Regaine R) semprotkan didaerah


yang botak

Artovit R 1x1 tab

Mikonazol (Mexoderm cream R)

Miliaria

Anti histamin

Topikal
As. Salisilat 2%
223

Mentol
1%
Aqua ad cc 100
Mfla suspensi
Sue (bedak kocok)

Kelainan pigmentasi

1.

2.

3.

Melasma
Topikal
Hidroquinon
5%
Tretionin
0,025
Dexametazon
0,1
Vaselin album ad gr 50
Mfla cream
Sue (cream malam)
Sun block: Parasol lotion R (pagi- siang).
Vitiligo dewasa
Topikal
Tinctura bergamot 10% cc 40
Sue (jam 9 pagi pada bercak)
Vaselin album gr 20
Sue (sekitar bercak)
Cara pakai: jam 9 pagi dioleskan obat, berjemur 2 menit
di sinar matahari, kemudian cuci dengan air sampai
bersih. Dilakukan tiap hari atau 3 hari sekali tergantung
klinis.
Sistemik
Metoksalen (Delsoralen kapsul R) 1x1 tab diminum jam 7
pagi.
Vitiligo anak
Topikal
Delsoralen liq cc 50
Sue (jam 9 pagi pada bercak)
Betason cream tube no I
Sue (sekitar bercak)
Cara pakai seperti pada dewasa.

1.

Tumor jinak kulit

Keloid

Triamsinolon asetonida (kenacort A R) i.d inj


5cc vial no I
Cum spuit tuberkulin no.
Simm
Cara pakai: injeksi kenacort intraderma 0,1 cc/cm,
jangan sampai kena jaringan normal, karena bisa atropi.
Injeksi dilakukan tiap 2 minggu sekali.
2.
Keratosis seboroik

Bedah listrik: EC

Bedah kimia:
224

As. Triclorasetat 50% (dioleskan pada lokasi).

Kelamin

1.

Sekret vagina

Tabel DD penyakit denga Flour Albus


Candida
Trichomoniasis
Gatal
+++
(+) dysparenia
Jml F. alb
Sedikit
berlimpah
Warna
Putih kental, susu Kuning
kehijauan,
pecah
encer/tipis/kanji
Ph
3,5- 4,5
6-7
Bau
(-) ragi
Tdk sedap/ lumut
PMX
Vulva,
perineum Dd
vagina
kemerahan
dg kemerahan
dg
bercak2 putih lecet. bintik2 merah pada
Pseudomembran
bag. Vagina& servix
strawberry (perad.
Vulva, lecet, paha
bag. Dalam)
Btk
F. alb
TX

2.

Sdkt,
lekat
dd
vagina
-Nistatin
(Decastatin
tab
oralR),
5-7
hr,
3x500rb
UI
dan
Decastatin
tab.
Vagina 1x /malam,
6hr. atau
-ketokonazol
(Profungal tabR) 2x
1tab, 5hr

Gardnella
(-)
berlimpah
Puith keabu-abuan,
homogen spt lem
5-5,5
Amis/ bau ikan
Clue cell

berbuih

Sedikit berbuih

Metronidazol
oral
(Flagyl tab. OralR)
2x
500mg,
dan
Metronidazol
tab
vagina (Flagyl tab.
VaginaR) 1x/malam

Metronidazol (Flagyl
tab. Oral) 2x 500mg

Gonore
Tanpa komplikasi

Siprofloksasin (Baquinor R) 500mg peroral


dosis tunggal, ATAU

Ofloksasin (Tarivid R) 400mg peroral dosis


tunggal, ATAU

Tiamfenicol (Comptycol R) 3,5 gr (7 kapsul)


peroral dosis tunggal, ATAU

Septriakson (Tricephin R) 250 mg, I.M , dosis


tunggal, ATAU

Kanamisin (Kanamysin sanbe R) 2gr I.M ,


dosis tunggal, ATAU

Spektinomisin (Trobicin R) 2gr I.M, dosis


tunggal.
Dengan komplikasi (bartolinitis, epididimitis, orkitis)
R

Siprofloksasin
(Baquinor
)
500mg/hr
peroral, selama 5 hr, ATAU

Ofloksasin (Tarivid R) 400mg/hr peroral,


selama 5hr, ATAU

Septriakson (Tricephin R) 250 mg/hr, I.M,


selama 3 hr, ATAU
225

Kanamisin (Kanamysin sanbe R) 2gr/hr I.M ,


selama 3 hr, ATAU

Spektinomisin (Trobicin R) 2gr/hr I.M, selama


3hr.
Uretritis non gonore
Doksisiklin (Dumoxin R) 2x100mg, peroral, 7 hr, ATAU
Azitromisin (Zistic R) 1gr (sedian kaplet@250mg, 500mg),
peroral, dosis tunggal, ATAU
Tetrasiklin (Estetra R) 4x 500mg, peroral, 7 hr, ATAU
Eritromisin (Erysanbe R)) 4x 500mg, peroral, 7 hr.
Ulkus mole (chancroid)
Siprofloksasin (Baquinor R) 500mg peroral dosis tunggal,
ATAU
Ofloksasin (Tarivid R) 400mg peroral dosis tunggal, ATAU
Azitromisin (Zistic R) 1gr (sediaan kaplet@250mg, 500mg),
peroral, dosis tunggal, ATAU
Eritromisin (Erysanbe R) 4x 500mg, peroral, 7 hr.
Septriakson (Tricephin R) 250 mg, I.M , dosis tunggal, ATAU
Trimetoprim - sulfametoksasol 80mg - 400mg, 2x2 tab,
peroral, 7hr.
Sifilis
Benzatin Penicillin G 2,4 juta Unit I.M, dosis tunggal, ATAU
Penicillin prokain 600.000 Unit/hr I.M,selama 10 hr.
Untuk pasien yang alergi Penicillin:
Tetrasiklin (Estetra R) 4x 500mg, peroral, 7 hr, ATAU
Eritromisin (Erysanbe R) 4x 500mg, peroral, 7 hr, ATAU
Doksisiklin (Dumoxin R) 2x100mg, peroral, 7 hr, ATAU
Limfogranuloma venereum (LGV)
Tetrasiklin (Estetra R) 4x 500mg, peroral, 14 hr, ATAU
Eritromisin (Erysanbe R) 4x 500mg, peroral, 14 hr, ATAU
Doksisiklin (Dumoxin R) 2x100mg, peroral, 14 hr, ATAU
Trimetoprim - sulfametoksasol 80mg - 400mg, 2x2 tab,
peroral, 14 hr.
Penyakit radang panggul (PRP)
Siprofloksasin (Baquinor R) 500mg peroral dosis tunggal,
ATAU
Ofloksasin (Tarivid R) 400mg peroral dosis tunggal, ATAU
Septriakson (Tricephin R) 250 mg, I.M , dosis tunggal, ATAU
Kanamisin (Kanamysin sanbe R) 2gr I.M , dosis tunggal, ATAU
Spektinomisin (Trobicin R) 2gr/hr I.M , dosis tunggal, ATAU
Ditambah dengan:
Doksisiklin ( dumoxin R) 2x 100mg, peroral, 14hr dan
Metronidazol (Flagyl R) 2x 500mg, peroral, 14 hr.
Kondiloma akuminata
Tinktura podophilin 10-25%. Segera dicuci setelah 1-4 jam,
ulangi setiap minggu bila perlu. Sebelum obat dioleskan,
kulit disekitarnya diolesi salep pelindung, misalnya Vaselin
Album. ATAU

3.

4.

5.

6.

7.

8.

226

Larutan Tricloro-Asetat 40 - 50% topical, setelah aplikasi


taburi dengan talk dan sodium bikarbonat untuk
menghilangkan obat yang tidak bereaksi. ATAU
Salep As. Salisilat 20-40%. Sebelum obat dioleskan. Kulit
disekitar lesi diolesi salep pelindung (Vaselin Album).
Ctt obat-obat berikut ini tidak boleh digunakan untuk
wanita hamil, menyusui, anak- anak:
Siprofloksasin, Opfloksasin, Tiamfenikol, Doksisiklin,
Tetramisin,
Azitrimisin,
Metronidazole,
ketokonazole,
Itrakonazole, Tinctura podophilin.

227

Anda mungkin juga menyukai