Anda di halaman 1dari 13

WAWANCARA PETANI DI DESA SUKASARI DUSUN BOJONG KECAMATAN

SUKASARI
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas TPHPT

Disusun Oleh :
Richa Grafika

150510140100

Maura Gita Faradilla 150510140112


Mustika arsri

150510140122

Dini Kusmiasih

150510140097

Yosan Ermawansyah 150510140120

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015
1

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
yang berjudul Wawancara Petani Di Desa Sukasari Dusun Bojong Kecamatan Sukasari
dalam bentuk maupun isinya yang sederhana. semoga makalah ini dapat bermanfaat
dan dapat di gunakan sebagai acuan, petunjuk maupun pedoman dalam dunia pertanian
khususnya mengenai perakitan varietas unggul tanaman cabai. Makalah ini di ajukan
guna memenuhi tugas mata kuliah Metode Pemuliaan Tanaman.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari kerjasama dan bantuan berbagai pihak.
Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Allah SWT yang selalu memberikan rahmat dan karuniaanya kepada
kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya.
2. Ir.Andang Purnama dan Siska Rasiska, S.P., M.Si selaku Dosen Mata
Kuliah TPHPT.
3. Rekan-rekan dari Agroteknologi kelas F yang telah memberikan bantuan
dan dukungan sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat diharapkan demi sempurnanya makalah ini. Semoga
makalah ini memberikan informasi bagi pembaca dan bermanfaat untuk pengembangan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan di bidang pertanian untuk kita semua.
Jatinangor, 6 Desember 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4
1.1

Latar Belakang.............................................................................................4

1.2

Rumusan Masalah.......................................................................................4

1.3

Tujuan..........................................................................................................5

BAB II

PEMBAHASAN.............................................................................................6

2.1.

Padi (Oryza sativa)......................................................................................6

2.2.

Hasil wawancara..........................................................................................6
2.3.

Kondisi Agroekosistem..................................................................6

2.4.

Hama dan Penyakit Serta Cara pengendaliannya...........................7

2.3.1

Wereng Batang Coklat...................................................................8

2.3.2

Tikus...............................................................................................9

2.4.1.

Komponen pengendalian................................................................9

2.4.2.

Analisi Usaha Tani.......................................................................10

2.4.3.

Presepsi Cara pengendalian Ramah Lingkungan.........................10

2.4.4.

Rekomendasi Pengendalian.........................................................10

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................12

BAB I
1.1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Padi merupakan tanaman yang termasuk genus Orzya yang

meliputi kurang lebih 25 spesies, tersebar di daerah tropis dan daerah


subtropics, seperti Asia, Afrika, Amerika dan Australia. Tanaman padi
adalah termasuk jenis tanaman rumput-rumputan. Produksi dan
produktivitas
penurunan
(Organisme

tanaman
bahkan

padi

sampai

Pengganggu

mempengaruhi

di

Indonesia

terjadi

Tanaman)

perkembangan

seringkali

puso
.

populasi

akibat
Banyak
OPT

mengalami

adanya
faktor

tanaman

OPT
yang
padi

diantaranya disebabkan oleh matinya musuh-musuh alami akibat


penggunaan pestisida kimia yang kurang tepat dan kurang bijaksana ,
bisa juga karena perilaku petani yang menanam padi secara terus
menerus tanpa adanya pergantian tanaman, yang akan menyediakan
inang hama padi secara kontinyu tanpa terputus. Di samping itu
kondisi iklim di Indonesia yang sangat menunjang perkembangan
populasi OPT. Oleh karena itu perlu upaya untuk mengendalikan
organisme pengganggu tanaman ini sehingga tidak menimbulkan
kerusakan tanaman dan kerugian bagi petani.
Hama dan penyakit tanaman padi sangat beragam, disamping
faktor lingkungan (curah hujan, suhu dan musim ) yang sangat
mempengaruhi terhadapproduksi padi (Amelia, 2007). Pengendalian
hama dan penyakit pada padi sangatlah perlu dilakukan karena jika
hama dan penyakit ini jika tidak dikendalikan tentunya akan
menurunkan kualitas dan kuantitas hasil panen.
Pengendalian hama memegang peranan penting dalam hal
budidaya tanaman. Hasil panen dari suatu tanaman tidak akan
memuaskan jika terserang hama, walaupun tanaman tersebut berada
di tanah yang subur, kondisi iklim yang cocok dan diberi pupuk secara
tepat. Akibat dari penyerangan hama ini, kadang tidak hanya

kegagalan

panen,

tapi

juga

menyebabkan

kematian

tanaman,

sehingga menyebabkan kerugian (Pracaya, 2005 dalam Athiroh


2010).
1.2

Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah kondisi agroekosistem Dusun Bojong?
2. Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) apa saja yang
menyerang tanaman kubis di Dusun Bojong?
3. Bagaimanakah teknik pengendalian yang dilakukan oleh petani
Dusun Bojong untuk mengendalikan OPT pada padi?
4. Bagaiman konsep PHT yang tepat untuk mengendalikan OPT
tersebut?

1.3

Tujuan
1. Mengatahui kondisi agroekosistem Dusun Bojong
2. Mengetahui OPT yang menyerang dan cara pengendalian yang
biasa digunakan oleh petani
3. Mengetahui konsep PHT yang bisa diterapkan di daerah Dusun
Bojong

BAB II
2.1.

PEMBAHASAN

Padi (Oryza sativa)


Klasifikasi botani tanaman padi adalah sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monotyledonae
Famili : Gramineae (Poaceae)
Genus : Oryza
Spesies : Oryza sativa.
Terdapat 25 spesies Oryza, yang dikenal adalah O. sativa
dengan dua subspesies
yaitu Indica (padi bulu) yang ditanam di Indonesia dan Sinica (padi
cere). Padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi kering (gogo) yang
ditanam di dataran tinggi dan padi sawah di dataran rendah yang
memerlukan penggenangan.
2.2.

Hasil wawancara
Proses wawancara dilakukan di Desa Sukasari Kecamata Sukasari Sumedang.

Adapun narasumber pada wawancara kali ini adalah Bpk. Samud sebagai ketua
Gapoktan Desa Sukasari. Beliau merupakan salah satu petani padi di Desa ini. Pa
Samud tidak hanya menanam padi, tapi ada beberapa tanaman yang ia tanam seperti
palawija, kubis, mentimun, dan jagung manis. Luas areal pertanian para petani di desa
Sukasari ini ternyata terbagi dua. Yang pertama petani yang hanya memiliki areal di
desa Sukasari saja. Petani lainnya mempunyai lahan yang bekerja sama dengan pihak
Universitas Padjadjaran dan pihak peerusahaan lapangan golf di Jatinangor. Jadi
sebagian petani justru bertani disana.
2.3.

Kondisi Agroekosistem
Desa Sukasari ini memiliki keadaan permukaan tanah (Topografi) yang tidak

rata. Dimana ada bagian tanah yang menjadi lembah, adapula yang menjadi bukit. Pada
areal pesawahan, terlihat beberapa tipe sengkedan untuk menahan kondisi tanah agar
tidak longsor. Pada umumnya sistem tanam di desa ini monokultur. Dalam satu masa
tanam hanya satu tanaman yang dibudidayakan pada lahan tersebut. Hal ini disesuaikan
6

dengan keadaan cuaca/musim. Apabila musim hujan banyak dari petani mulai menanam
padi dan tanaman lain pada saat musim selanjutnya. Pada pengolahan tanahnya, tanah
yang digunakan sebagai lahan budidaya tidak diberakan sehingga rotasi penanaman
terus berlanjut tanpa berhenti. Tanah digarap dengan traktor dan juga secara manual
dengan menggunakan cangkul. Sementara itu, sisa tanaman dibalikan di tanahnya dan
dibiarkan menjadi pupuk organik. Adapun tata letak atau posisi tanaman padi di desa
sukasari adalah sebelah barat ditanami oleh kubis dan mentimun, sebelah utara kubis,
timur ditanami jagung manis, dan bagian selatan ditanami dengan mentimun.
2.4.

Hama dan Penyakit Serta Cara pengendaliannya


Hama

utama

padi

dapat

menyerang

berbagai

fase

pertumbuhan yaitu pada fase persemaian, fase vegetatif, fase


generatif dan fase pemasakan. Hama pada fase persemaian yaitu
wereng coklat, wereng hijau, hama putih palsu, keong mas dan tikus
sawah. Sedang hama pada fase vegetative yaitu penggerek batang ,
wereng hijau, hama ganjur dan keong mas. Pada fase generative
ditemukan wereng coklat, wereng hijau, penggerek batang, walang
sangit, hama ganjur, ulat grayak, hama putih palsu, tikus sawah dan
keong mas. Dan pada fase pemasakan, hama yang sering ditemukan
adalah walang sangit, tikus sawah dan burung.
Berdasarkan

hasil

wawancara,

hama

yang

menyerang

pertanaman padi milik Bapak Samud yaitu tikus, wereng batang


coklat dan burung.

Penggendalian yang dilakukan petani untuk

mengendalikan hama tersebut yiatu :


1. Burung

dilakukan

pengendalian

menggunakan

orang-

orangan sawah untuk menakut-nakuti atau dari kaleng yang


membuat suara nyaring agar mengganggu pendengaran
burung.
2. Wereng coklat dilakukan pengendalian secara kimia yaitu
dengan virtkao 300 SC. Para petani di daerah tersebut
7

sangat bergantung dan percaya terhadap pestisida tersebut,


mereka berpendapat bahwa jenis pestisida tersebut sangat
efektif dalam mengendalikan hama wereng coklat walaupun
harganya mahal yaitu 25.000,- / sachet. Kebutuhan virtako
300

SC

tersebut

coklat/Ha

yaitu

untuk
14

mengendalikan

sachet.

Sehingga

hama

wereng

biaya

untuk

mengendalikan werrng coklat/Ha yaitu Rp. 350.000,-.


Virtako 300 SC merupakan insektisida sistemik dengan bahan
aktif Klorantraniliprol 100 g/l dan Tiametoksan 200 g/l yang berbentuk
pekatan

berwarna

putih

kecoklatan.

Insektisida

ini

mampu

mengendalikan hama penggerek batang dan mampu membasmi


hama wereng. Penyemprotan pestisida tersebut dilakukan apabila
sudah terjadi kerusakan yang diakubatkan oleh wereng coklat berupa
warna tanaman padi yang menguning.

Gejala serangan dari WBC

yaitu batang tanaman menguning kemudian berwarna coklat

dan

apabila serangan sudah parah maka tanaman akan mengering seperti


disiram air.
Bapak Samud sudah mengetahui bahwa penggunaan pestisida
kimia dapat mencemari lingkungan dan tidak baik untuk kesehatan.
Walaupun

demikian,

dikarenakan

keefektivan

pestisida

sintetik

tersebut beliau masih menggunakan pestisida kimia. Bapak Sumud


sudah mengerti bahwa penyemrotan dilakukan apabila hama telah
merusak tanaman, sehingga apabila belum terlihat gejala kerusakan
dari wereng coklat maka beliau tidak menyemprotkan pestisida.
Menurut beliau apabila tanaman yang sehat diberika pestisida maka
akan mangganggu pertumbuhan tanaman padi dan biaya untuk
membeli pestisida tersebut lebih mahal.
2.3.1

. Wereng Batang Coklat

Klasifikasi wereng coklat

Ordo : Homoptera
Sub Ordo : Auchenorrhyncha
Famili : Delphacidae
Genus : Nilaparvata
Species : Nilaparvata lugens Stal (Nurbaeti, 2010).
WBC berkembang biak secara seksual. fase pra telur 3-8 hari,
telur diletakan secara berkelompok di pelepah daun, jumlah telur
yang diletakan beragam anatar 3-21 butir. telur menetas antara 7-11
hari. kemudian fase nimfa, nimfa mengalami lima kali penggantian
kulit. rata2 waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan stadium ninfa
yaitu 12,8 hari. Nimfa berkembang menjadi werrng dewasa. Wereng
batang coklat menyerang langsung tanaman padi dengan mengisap
cairan sel tanaman sehingga tanaman menjadi kering berwarna
coklat seperti terbakar. Serangan tidak langsungnya yaitu wereng
dapat mentransfer tiga virus yang berbahaya bagi tanaman padi,
yaitu virus kerdil hampa, virus kerdil rumput tipe 1, dan virus kerdil
rumput tipe 2 (Nurbaeti, 2010).
2.3.2
. Tikus
Tikus sawah lebih menyukai padi ketika padi sedang bunting,
sehingga pada umumnya padi stadium bunting akan mengalami
kerusakan yang paling tinggi. Kebutuhan pakan tikus setiap hari
hanya seberat kurang lebih 10% dari bobot tubuhnya, sedangkan
daya rusaknya terhadap malai padi 5 kali lebih besar dari bobot malai
padi yang dikonsumsi (Litbang, 2011).
2.4.1. Komponen pengendalian
Benih yang digunakan membeli dari penjual benih (toko benih).
Benih yang telah dibeli lagsung digunakan dalam penanaman tanpa
memberikan perlakuan terhadap benih. Pak Samud dan petani lainnya
yang ada di dusun tersebut menggunakan pupuk kimia seperti Urea,

Poska, dan sebagainya dengan berasumsikan bahwa pupuk kimia


dampaknya cepat, murah, dan butuh dosis sedikit dalam penggunaan
nya, penggunaan pupuk NPK phonska yang berkisar 133 kg/Ha.
pemupukan diberikan selama musim tanam yaitu sekelihatannya
penyakit dari tanaman sendiri paling 1 2 kali selama waktu tanam.
Jarak tanam padi biasanya menggunakan jarak tanam 35 cm atau 25
cm , tapi ketika jarak tanam lebih renggang tanaman padi perumpun
tumbuh tinggi, daun hijau, biji padi besar, dan jarang terkena
serangan hama wereng. Sistem irigasi yang digunakan yaitu tadah
hujan dan sistem irigasi pedesaan dengan cara menyalurkan pipa dari
sumber air atau dari rumah-rumah agar dapat mengalir pada lahan.
Pak Samud dan petani yang ada disekitar dusun tersebut
melakukan penyemprotan 1 kali dalam satu musim tanam atau ketika
ada tanaman yang kelihatan gejala terkena hama maka dilakukan
juga penyemprotan. Apabila pertanaman padi terkena wereng para
petani menggunakan insektisida dengan merek dagang Virtako
karena dengan insektisida ini gejala yang timbul akan segera hilang
dengan waktu 3-4 hari daun akan menghijau kembali dan harga
persatuannya Rp.25.000. Sebelum menggunakan obat-obat tersebut
para petani melakukan penyampuran obat dengan air didalam
baskom

dan

baru

memasukannya

dalam

sparyer,

hasil

yang

didapatkan dengan menggunakan penyemprotan obat mendapatkan


hasil yang cukup bagus.
2.4.2. Analisi Usaha Tani
Biaya yang digunakan Pak Samud cukup lumaya besar, sumber
dana atau modal tani beliau berasal dari swadaya sendiri seperti
mencari pinjaman, bagi hasil, atau menjual barang yang sekiranya
dapat diperjualkan. Hasil yang didapatkan dalam bertani ini Pak
Samud dan petani disekitar dusun Bojong untuk dikonsumsi sendiri
sesuai kebutuhan Rumah tangga, apabila ada hasil tani lebih maka

10

dijual di pasar. Penyuluhan kepada para petani Dusun Bojong telah


dilakukan oleh PPL setempat tapi penyuluhan terakhir dilaksanakn
sudah lama dan sampai sekrang penyuluhan belum diadakan
kembali. Produksi padi yang dihasilkna biasanya 6 ton/Ha dengan
harga jual 6.200/ Kg nya.
2.4.3. Presepsi Cara pengendalian Ramah Lingkungan
Para

petani

pengendallian

Dusun

terpadu

dan

Bojong

mengetahui

pestisida

berbahan

pentingnya
dalam

alam

(tumbuhan atau mikroba) hanya saja para petani setempat sudah


percaya dengan pengendalian obat kimia karena dampak atau hasil
yang diberikan cepat, harganya terjangkau, dan dapat digunakan
dalam dosis sedikit.
2.4.4. Rekomendasi Pengendalian
Wereng Batang Coklat
1. Cara bercocok Tanam
Cara bercocok tanam yang dianjurkan adalah: tanam serentak
dalam satu wilayah, pergiliran tanaman, penggunaan varietas tahan
dan sanitasi.
2. Pergiliran Varietas Tahan
Varietas yang dianjurkan untuk ditanam saat ini adalah Inpari1,
Inpari 2, Inpari 3, dan Inpari 13 secara bergiliran. Varietas-varietas
tersebut memiliki ketahanan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3.
Namun apabila salah satu varietas tersebut ditanam secara terus
menerus sepanjang tahun pada satu wilayah, maka varietas tersebut
akan menjadi rentan (contoh Varietas Ciherang)
3. Pengendalian Biologi
Pengendalian

biologi

dapat

dilakukan

dengan

cara

memanfaatkan musuh alami. Musuh alami yang dapat mengendalikan


hama wereng coklat adalah parasitoid, predator dan patogen.

11

Predator

wereng

coklat

diantaranya

Cytorrhinus

lividivennis,

Microvelia douglasi, Ophionea indica, dan Paedorus fuscipes.


Langkah-langkah pengendalian :
1. Melakukan pengamatan hama secara dini dan berkala
2. Mengidentifikasi

jenis-jenis

hama

yang

membahayakan

produksi dan mutu


3. Menentukan ambang batas pengendalian hama dan cara
pengendaliannya (untuk hama WBC 10 ekor/rumpun)
4. Mengupayakan alternatif pengendalian hama penyakit secara
terpadu dengan :
Penggunaan varietas yang resisten, pengendalian secara fisikmekanik, pengendalian hama dengan agen hayati, perbaikan
teknik budidaya.
5. Penggunaan

pestisida

merupakan

alternatif

terakhir,

bila

populasi hama telah melewati ambang batas pengendalian.


Gunakan pestisida secara berkala dan sesuai dengan dosis yang
dianjurkan.

12

DAFTAR PUSTAKA
Athiroh, Nour Abdoes Sjakoer. 2010. Mortalitas hama wereng punggung putih setelah
dimangsa oleh serangga predator (Pengamatan Visualisasi Di Green House).
1(2).
Badan Litbang Pertanian. 2011. Mengenal tikus sawah. Sinar Tani. 2-6.
Diakses melalui
http://www.litbang.pertanian.go.id/download/one/309/file/Menge
nal-Tikus-Sawah.pdf pada 07/11/2015 pukul 05:45.
E., Baehaki, S.dan I., Nyoman, W.. 2015. Hama Wereng dan Cara
Pengendalian pada Tanaman Padi. Balai Besar Penelitian
Tanaman Padi. 349-383.
Kementerian Pertanian Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM
Pertanian
http://cybex.pertanian.go.id/materipenyuluhan/detail/10100/pen
gendalian-hama-utama-tanam-padi. Diakses pada 02/11/2015
pukul 05:49.
Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi. Padi Oryza sativa). Diakses melalui
http://www.warintek.ristek.go.id/pertanian/padi.pdf pada
02/11/2015 pukul 06:21.

13

Anda mungkin juga menyukai