Oscillator Applications PDF
Oscillator Applications PDF
Oscillator Application
By : Budic Utom
Pengantar
Osilator merupakan rangkaian untuk mengubah daya DC menjadi daya AC atau dengan
perkataan lain sinyal output akan dihasilkan tanpa adanya sebuah sinyal input yang
diberikan. Dan sebuah osilator, output sinyal AC yang dapat diatur dan dapat diperkirakan.
Osilator dirancang untuk menghasilkan GGL (Gaya Gerak Listrik) bolak-balik dengan
frekuensi dan bentuk gelombang yang diketahui, seperti gelombang sinus, gelombang kotak
dan gelombang gergaji. Rangkaian ini digunakan dalam semua jenis peralatan elektronika
seperti radio dan TV, komputer, osiloskop, generator sinyal dan digital frekuensi meter.
Vout
Rangkaian
Penentu Frekuensi
Penguat
(Av)
Rangkaian
Umpan Balik ()
I.
II.
III.
Sehingga dalam rangkaian osilator RC, tegangan keluaran yang bergeser sebesar
180 tersebut diumpan balik ke input jaringan RC sehingga hasil keliling loop
pergeseran fasa akan menjadi 360, atau sama dengan 0.
Frekuensi yang terjadi pada tegangan keluaran VOUT, merupakan frekuensi resonan
pada jaringan RC yang ditentukan nilai dari XC dan R dengan persamaan:
fo =
1
2RC 6
Pada gambar 4, diagram vektor menunjukkan bahwa tegangan disetiap resistor (VR)
akan semakin kecil amplitudonya dibanding dengan VR sebelumnya. Hal ini berarti
bahwa tegangan keluaran VOUT akan terjadi pelemahan (attenuasi) terhadap tegangan
input VIN. Pada kenyataannya, faktor pelemahan yang terjadi pada ketiga jaringan
pergeseran fase RC tersebut sebesar 1 / 29 dari frekuensi resonannya. Faktor
pelemahan dilambangkan dengan , maka bisa kita buat persamaan menjadi :
1
29
Contoh:
Tentukan nilai frekuensi resonan jika R = 4,7 kOhm dan C = 0,001F.
Jawab:
fo =
1
2RC 6
1
(6,28 2,45 4,7 103 0,001 10 6 )
= 13831 Hz
Jaringan RC
Rangkaian
Penguat
+ 15
VOUT
1
2RC 6
1
(6,28 2,45 10 6 68 10 12 )
= 956 Hz
Dan banyak pula kita gunakan penguat dari rangkaian Op-Amp yang diumpan balik ke
masukan negatif, seperti pada gambar 6.
Penguat Op-Amp
Jaringan RC
Umpan
Balik
Pada gambar 6. Ri sebagai input resistor pada input inverting dari Op-Amp dan masih
termasuk jaringan RC yang ke tiga. Bila faktor attenuasi , dari jaringan RC adalah
1/29, maka kita gunakan penguatan Av sebesar 29, sehingga amplitudo frekuensi
resonan dalam kondisi tetap. Kita bisa menentukan nilai resistor feedback (Rf) pada
gambar 6. dengan persamaan:
Av =
Rf
Ri
Rf = 29 x 4700
= 136300 Ohm
Bisa kita gunakan Rf sebesar 150 Ohm atau yang lebih besar lagi.
Jadi antara tegangan v dan arus I akan berbentuk gelombang sinus. Setelah terjadi
proses pengosongan, maka arus akan mengosongkan lagi searah jarum jam. Bila arus
yang mengalir secara bolak-balik ini diukur dengan teliti, maka amplitudonya semakin
kecil, sehingga bila getaran ini digambarkan akan membentuk grafik sinus yang
menyurut, seperti terlihat pada gambar 2 (d).
XC =
1
2fC
pada fR dimana XL = XC
2f R L =
1
2f R C
1
(2 ) 2 LC
atau
fR =
1
2 LC
C=
C1C 2
C1 + C 2
C=
1
1 / C1 + 1 / C 2 + 1 / C 3
C=
1
1
=
= 47,17 50 pF
1 / 1000 + 1 / 5000 + 1 / 50 106 / 5000
Dalam osilator Clapp, C3 dibuat jauh lebih kecil dari C1 dan C2, karena kapasitorkapasitor dalam hubungan seri berkenaan dengan arus sirkulasi, C3 memegang
peranan penting. Berdasar perhitungan diatas kita bisa membuat acuan bahwa:
C C3
Contoh:
Tentukan nilai frekuensi resonan jika C = 0,01F dan L = 50 mH.
Jawab:
fo
=
=
1
2 LC
1
6,28 (50 10 3 0,01 10 6 )
= 7121 Hz
Seperti kasus dalam rangkaian RL, tegangan sumber V merupakan jumlah phasor VR
dan VC seperti pada gambar 4 (b). Juga dapat dilihat bahwa V adalah hypotesa dari
segitiga dengan sisi-sisinya VR dan VC. Karena itu digunakan rumus Pythagoras:
V = V R 2 + VC 2
0
VR
V
C
VC
(a) rangkaian RC
Sudut yang membuat arus mendahului sumber tegangan dalam rangkaian RC seri
sama dengan sudut antara phasor impedansi Z dan phasor resistansi R. Gambar 5
merupakan gambar 4 yang digambar ulang untuk memperlihatkan hubungan fase V,
VR dan VC.
Tegangan VR adalah perkalian dari I dan Z. Karena I adalah faktor yang sama dalam
rangkaian tersebut, maka hanya diagram impedansi saja yang digambarkan, yakni
gambar 4(b). Diagram ini menunjukkan bahwa sudut fase pada gambar 4(b) sama
dengan pada gambar 5(b). Pelajari gambar 4(b) yang menunjukkan hubungan antara
V, VR dan VC , juga sudut fase . Dari diagram phasor tegangan didapat :
VR
= COS
V
Tetapi dari segi tiga impedansi :
cos =
R
Z
dimana
VR R
=
V
Z
atau tegangan yang melewati tahanan adalah :
VR = V x
R
Z
VC
X
= tan = C
VR
R
Maka :
VC = V R x
VC
R
VC = Vx
R XC
x
Z
R
VC = Vx
XC
Z
I.XC = VC
I.XC = VC
XC
I.Z = V
I.R = VR
(a)
XC
(b)
menggunakan
VR = V x
R
Z
kita
dapatkan
jawabannya
dengan
= 1
Z = cos
:
:
4
4
7
7
=
=
tan-1 = 64,826o
1/x =110,494
VR = V x
47
R
= 12 x
110,494
Z
= 5,104 V
VC = V R
VC
100
= 12 x
R
110,494
= 10,860 V
V = 5,104 2 + 10.860 2
= 12.000 V
Nilai perhitungan V sama dengan tegangan sumber yang diberikan V dan dengan
pemecahan persoalan tersebut telah terbukti.
Z = R2 + (X L X C )
dimana XL = 2fL (reaktansi induktif) dan XC = 1/2fC (reaktansi kapasitif), maka kita
dapatkan impedansi totalnya adalah:
Z = R + 2fL
2fC
Ketiga R, XL dan XC adalah besaran phasor dan harus dijumlahkan secara phasor
untuk mendapat Z.
Gambar 5(b) adalah contoh diagram phasor impedansi dari suatu rangkaian RC seri.
Catatan phasor XC pada sumbu vertikal arah ke bawah (ingat phasor XL terletak pada
sumbu vertikal arah ke atas)
Contoh soal 1:
Jika pada sumbu gambar 5(b), R = 300 , XC = 400 dan V = 25 V. Hitunglah Z dan
I.
Jawab :
Kita dapat menemukan Z dengan menggunakan persamaan :
Z = R2 + X C 2
= 300 2 + 400 2 = 250.000
= 500 ,
Dari Hukum Ohm I =
V
25
=
= 0,05 A atau 50 mA
Z 500
X L XC
= tan
2fL
2fC
tan =
R
Lakukan dengan scientific calculator untuk menghitung tersebut, sehingga kalkulator
memperagakan nilai .
Impedansi Z dapat ditentukan dengan menggunakan nilai dan rumus:
cos = R / Z , atau
Z=
R
, atau
cos
2fL
2fC
sin =
Z
Kembali, kita gunakan scientific calculator untuk menghasilkan nilai Z. Masukkan
harga R, tekan kunci bagi masukan harga A dan tekan kunci cos dan kunci =.
Maka nilai Z diperagakan pada layar kalkulator.
Contoh soal 2 :
Harga-harga yang dihitung dari soal 1 akan digunakan untuk mendapatkan Z dan I,
sudut phasa juga dibutuhkan.
Jawab:
XC
R
= tan 1
400
= tan 1
300
Z=
3 0 0 =
f tan-1 53,130o
R
300
=
cos cos 53,130 o
Z=
COS
3 0 0 = 1/x = 500
Dengan cara yang sama seperti jawaban persoalan 1. Lanjutkan untuk menentukan I
dengan menggunakan rumus I = V / Z. Saat peraga 500 masih ditampilkan, tekan
tombol-tombol sebagai berikut :
I=
= 1/x = 0,05 A
Gunakan Hukum Ohm untuk membuktikan I, V dan Z. Salah satu hukum ohm untuk
rangkaian AC adalah Z =
V
.
I
Rumus ini dapat digunakan untuk membuktikan hubungan antara R, XC dan Z. Dalam
rangkaian seri seperti pada sumbu gambar 5(b), tegangan antara kombinasi R dan C
dapat diukur begitupun untuk mendapatkan arus dalam rangkaian impedansi Z dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan diatas dan hasil pengukuran dari V dan I.
Jika harga perhitungan cara ini sama dengan perhitungan dengan menggunakan
rumus Z = R 2 + X C 2 dan Z =
R
, maka hubungan antara , XC dan R akan terbukti.
cos
Contoh soal 3:
Dalam rangkaian seri pada sumbu 43-1a R = 50 , XC = 120 dan V = 10 V suatu
Ammeter AC dihubungkan dalam rangkaian untuk mengukur arus 77 mA. Buktikan
hubungan antara R, XC dan
Jawab:
Z dapat didapat dengan menggunakan persamaan :
Z = R2 + X C 2
Z = 50 2 + 120 2
Z = 130
Gunakan Hukum Ohm untuk mendapatkan Z yaitu :
Z=
V
10
=
I 0,077
1 2 0
f tan-1
5 0 =
= 67,380o
= 67,380
juga
Z=
R
50
=
cos cos 67,380 o
67,38 cos
= 1/x = 130
Q=
XL XC
1 L
L
=
=
=
2
R
R
C .R
R C
VL =
V
xX L
R
XL
RL
VL = VQ
Juga selama XL = XC pada resonansi
IXL = IXC
Dan
VL = VC
Karena :
VC = VQ
Persamaan VL = VQ dan VC = VQ menjadi nyata untuk nilai-nilai dari Q > 1. Untuk
beberapa nilai VC dan VL adalah lebih besar dari tegangan V yang digunakan. Juga
lebih tinggi dari nilai Q, lebih besar dari penguatan tegangan pada rangkaian
tersebut. Ini merupakan contoh pertama dari penguatan tegangan.
Rangkaian Q juga benar bila kita mempertimbangkan frekuensi respon dari
rangkaian resonansi seri. Karakteristik frekuensi respon dapat ditentukan dengan
menggunakan sebuah sinyal tegangan V dengan amplitudo yang tetap kedalam
rangkaian frekuensi resonansi dan pada frekuensi-frekuensi sisi lainnya pada
resonansi. Tegangan yang melewati L atau C diukur, dan sebuah grafik dari VL atau
VC lawan f dapat digambarkan. Ini merupakan salah satu bentuk dari kurva
frekuensi respon dari rangkaian tersebut.
Arus rangkaian I dapat juga ditentukan. Sebuah grafik I - f merupakan bentuk lain
dari kurva frekuensi respon dari rangkaian tersebut.
f2
f1
I
fR
f
BW = R
Q
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa frekuensi resonansi fR dari rangkaian
osilator LC adalah menggunakan persamaan:
fR =
1
2 LC
XL
. Lebih tinggi nilai tahanan R, lebih lebar
RL
XL
f
dan BW = R .
RL
Q
Lebih tinggi lagi nilai tahanan, nilai Q lebih rendah, lebih rendah nilai arus I dalam
rangkaian dan lebih rendah tegangan VL yang melewati L dan teganagan VC yang
melewati C.
Rangakaian osilator yang digunakan dalam komunikasi, video dan elektronika
industri sebagai rangkaian frekuensi selektif dan sebagai penjebak untuk
menghilangkan sinyal-sinyal yang tidak dibutuhkan. Secara normal rangkaian yang
membutuhkan respon puncak yang lebih tinggi dengan bandwidth yang sempit.
Untuk mencapai respon yang diinginkan, nilai Q suatu rangkaian harus tinggi. Oleh
sebab itu kumparan dengan nilai Q tinggi dibutuhkan. Dalam rangkaian-rangkaian,
dengan Q dari rangkaian dimaksud, ditentukan oleh nilai Q dari suatu kumparan.
Bagaimanapun ada beberapa penerapan dalam rangkaian elektronika, yang mana
lebar bidang (wideband) dari rangkaian frekuensiselektif dibutuhkan . Di dalam
beberapa kasus kumparan pembebanan dicapai dengan menggunakan tahanan
luar.
1.6
Osilator Colpitts
Pada dasarnya untuk menghasilkan getaran frekuensi agar dapat berosilasi digunakan
rangkaian tangki dari LC yang disambungkan dengan rangkaian umpan balik.
Kekhususan pada rangkaian osilator colpitt (gambar 7) adalah digunakannya dua
buah kapasitor pada rangkaian tangkinya. Fungsi dari kedua kapasitor ini adalah
sebagai pembagi tegangan keluaran dan masukan penguat. Pada osilator colpitt,
pengaturan kumparan dan perubahan harga kapasitor menentukan frekuensi yang
dihasilkan.
fr =
1
2 L1
C1 C 2
C1 + C 2
atau
fr =
1
2 L1 CT
1
1
1
=
+
C1
C2
CT
dimana :
Dimana :
fr
L1
= induktor (H)
CT
Untuk memperoleh getaran frekuensi yang lebih akurat perlu diperhitungkan pengaruh
dari kapasitansi dalam dari transistor dan induksi rangkaian. Kapasitor C3 merupakan
kopling keluaran sinyal AC yang dikembalikan ke rangkaian tangki L1 C1 C2, berupa
umpan balik positif.
Tegangan yang terjadi pada kapasitor C1 merupakan tegangan umpan balik yang
diberikan ke basis transistor Q1. Kemudian sinyal AC akan dikuatkan oleh transistor
Q1, bias basis Q1 dihasilkan oleh R1 dan R2. Tegangan bias R1 dan R2 berfungsi
mengatur titik operasi transistor Q1.
Rangkaian LC paralel dibentuk dari gulungan L1 dan kapasitor C1, C2. Kedua
kapasitor ini secara seri berfungsi seperti sebuah kapasitor tunggal selama resonansi
LC. Cabang tengah kedua kapasitor merupakan jalur umpan balik terhadap emitor
transistor melalui ground. Jika nilai kedua kapasitor tersebut sama, kapasitansi efektif
total dalam jaringan LC akan sama dengan setengah nilai masing-masing secara
terpisah. Jika nilai kedua kapasitor ini tidak sama, maka nilai kapasitansi total
didapatkan
1
1
1
=
+
.
C1
C2
CT
Osilator colpitt dapat menghasilkan gelombang sinus yang sempurna yaitu mempunyai
amplitudo konstan dan frekuensi stabil.
Vcc
Daya output
= 9 Volt
= 35 mW (0,035 Watt)
Tingkatan penguat akan dioperasikan pada kelas A untuk stabilitas yang maksimum.
Diagram rangkaian baku untuk osilator colpitt ini adalah seperti gambar 8.
+9 V
Vcb
25 Volt
Vce
15 Volt
Veb
4,0 volt
Selanjutnya untuk memilih gulungan bagi rangkaian LC (L1) perlu diperhatikan faktor
Q kumparan, dimana Q ditentukan dengan :
Q
XL
Rs
atau
Q =
Rp
XL
fr
Q
Contoh:
Pada sebuah osilator dengan Q sebesar 20 dan diberi beban 900 ohm, dimana Q
dihubungkan paralel dengan Q, maka untuk menghitung reaktansinya adalah :
Jawab:
Q=
Maka
X =
Rp
X
Rp
Q
900
= 45 ohm
20
Untuk mencari induktansi dari gulungan yang mempunyai reaktansi 45 ohm pada
10000 Hz, dapat ditentukan dengan :
XL = 2 f L
Maka :
L =
Xl
2 . f
45
2 3,14 10000
45
62832
= 0,0007162 henry
= 0,72 mH
= 720 H
Dan jika dibulatkan menjadi 750 H, reaktansi yang sebenarnya pada 10000 Hz harus
sama dengan :
XL
2 fL
47 ohm
Sehingga Q menjadi :
Q
Rp
X
900
47
19,1
1
2 F Xc
1
2827433
1
2 3,14 10000 45
=
0,00000035 farad
= 0,35 F
Nilai ini adalah nilai kapasitansi C total dalam rangkain LC yaitu kombinasi seri dari C1
dan C2 ( C3 diabaikan sementara ) dan dianggap bahwa nilai kedua kapasitor sama.
Saat nilai C3 sebagai kapasitor penala diperhitungkan misalnya dengan nilai 365 pF
dengan pengaturan kapasitansi minimum (Cs) 5 pF, maka kapasitas total menjadi :
CT
= C3 + Cs = 35 pF + 5 pF
= 0,35 F + 0,000005 F
= 0,350005 F = 0,000000350005 F
=
=
1
2 LCT
1
2 3,14 750uH 0,000000350005
1
2 3,14 0,00075 0,000000350005
1
2 3,14 0,00000000026250375
1
1
=
= 9823 Hz
6,28 0,0000162
0,001018
Saat C3 diatur pada kondisi kapasitansi maksimum yaitu pada 365 pF, maka :
CT
= C3 + Cs
= 0,35 F + 365 pF
= 0,35 F + 0,000365 F
= 0,350365 F = 0,000000350365 F
Frekuensi keluaran dengan nilai-nilai komponen yang tercantum pada percobaan ini
dapat mempunyai jangkauan dari 9772,5 Hz sampai 9823 Hz dengan lebar jangkauan
frekuensi :
BW
= 9823 9772,5
= 50,5 Hz
Jika menginginkan cakupan jangkauan frekuensi yang lebih lebar maka penalaan C3
dinaikkan. Frekuensi resonansi pada pengaturan ini adalah :
fr =
1
2 LCT
=
=
1
2 3,14 750uH 0,000000350365
1
2 3,14 0,00075 0,000000350365
1
2 3,14 0,0000000002652375
1
6,28 0,0000163
1
0,001023
= 9772,5 Hz
Karena nilai maksimum C3 relatif kecil dibandingkan Cs (kombinasi seri C1 dan C2),
jangkauan frekuensi agak kecil.
Misalnya nilai maksimum dari C3 dari rangkaian diubah menjadi 0,05 F, maka akan
didapat kapasitansi rangkaian total menjadi :
CT
= C3 + Cs
= 0,35 F + 0,05 F
= 0,4 F =
0,0000004 F
1
2 LCT
1
2 3,14 750uH 0,0000004
1
2 3,14 0,00075 0,0000004
1
23,14 0,0000000003
1
1
=
=
6,28 0,0000173
0,001088
9189 Hz
2. Osilator Krystal
Pengantar
Osilator kristal adalah osilator yang menggunakan kristal pada rangkaian tangkinya. Kristal
dapat menghasilkan frekuensi dengan stabilitas tinggi. Kemantapan frekuensi yang tidak kita
dapatkan dengan osilator LC karena dibatasi oleh pertimbangan ekonomis. Jika diinginkan
kemantapan yang lebih baik, maka dapat digunakan osilator kristal.
Keuntungan dari kristal adalah :
1. Frekuensi resonansinya lebih tepat dan stabil
2. Lebih andal
Osilator kristal yang paling popular adalah pada rangkaian Colpitt, Pierce dan Miller.
Sebagai frekuensi dasarnya mengunakan frekuensi paling tinggi 20 MHz dan frekuensi
harmoniknya 200 MHz. Untuk memperoleh yang lebih tinggi dalam spektrum VHF dan UHF
digunakan rangkaian pengganda frekuensi pada osilator kristal tersebut.
Kestabilan frekuensi yang ideal pada osilator kristal pada umumnya adalah seperjuta
bagian, frekuensi osilator tidak akan berubah 1 Hz pada keluaran 1 MHz. Walaupun sudah
dipakai lama atau terjadi perubahan temperatur.
Ukuran dan ketebalan kristal menentukan frekuensi resonansi. Semakin tipis lempengannya,
maka semakin tinggi frekuensi resonannya. Frekuensi yang lebih tinggi dari frekuensi
normal dapat dicapai oleh osilator kristal dengan memaksa kristal untuk berosilasi pada
salah satu harmonisanya atau dengan melewatkan sinyal melalui rangkaian penyangga
frekuensi.
(a)
(b)
Efek Piezoelektrik
Beberapa kristal yang ditemukan di alam menunjukkan efek piezoelektrik; jika Anda
memasang tegangan ac melalui kristal tersebut mereka akan bervibrasi pada
frekuensi dari tegangan ac yang dipasang. Bahan utama yang menimbulkan efek
piezoelektnik ini adalah kuarts, garam Rochelle, dan tourmaline.
Kuarts:
Bentuk alami dari kuarts adalah prisma heksagonal dengan piramida pada ujungujungnya (lihat gambar 10-a). Untuk mendapatkan kristal yang berguna, kita harus
mengirisnya menjadi sebuah lempeng empat pensegi panjang. Gambar 10-b
menunjukkan lempeng tersebut yang tebalnya t. Jumlah lempeng yang kita peroleh
dari kristal alam tergantung pada ukuran dari lempeng dan sudut pemotongan.
(a)
(b)
Gambar 10. Kristal Kuarts
Ada sejumlah cara yang berbeda untuk memotong kristal alam; potongan tersebut
mempunyai nama seperti potongan X, potongan Y, potongan XY dan potongan AT.
Untuk tujuan kita, semua yang harus kita ketahui adalah potongan mempunyai sifat
piezoelektrik yang berbeda. (Katalog dari pabriknya biasanya merupakan sumber
informasi yang paling baik mengenai potongan yang berbeda dari sifat-sifatnya).
Untuk penggunaan dalam rangkaian elektronik, lempeng harus dipasang antara dua
pelat logam seperti yang ditunjukkan dalam gambar 11. Dalam rangkaian ini jumlah
dari vibrasi kristal tergantung pada frekuensi dari tegangan yang dipasang.
Kristal
Sumber ac
f =
K
t
Rangkaian Ekivalen AC
Menyerupai apakah kristal tersebut ketika kita beri sumber ac? Jika kristal yang
dipasang sendiri tanpa ada sumber ac, maka kristal tersebut tidak bervibrasi. Hal ini
ekivalen dengan kapasitansi Cm karena dia mempunyai dua pelat logam yang
dipisahkan oleh dielektrik.
Tetapi, jika kristal bervibrasi, dia menyerupai rangkaian yang ditala. Gambar 12
menunjukkan rangkaian ekivalen ac dari kristal yang bervibrasi pada atau dekat
frekuensi dasar. Harga tipikal dari L adalah dalam henry, Cs dalam pikofarad, R
dalam ratusan ohm, dan Cm dalam pikofarad.
Sebagai contoh, berikut ini adalah harga-harga untuk satu kristal yang bisa diperoleh:
L = 3 H, Cs = 0,05 pF, R = 2000ohm dan Cm = 10 pF.
Ciri-ciri yang terkenal dari kristal dibandingkan dengan rangkaian tank LC yang diskrit
adalah harga Q-nya yang sangat tinggi. Untuk harga-harga LCR yang baru saja
diberikan diatas, kita dapat menghitung Q di atas 3000. Harga-harga Q dapat dengan
mudah mencapai Iebih dari 10.000. Dipihak lain, rangkaian tank LC jarang mempunyai
Q di atas 100. Dengan mempunyai Q yang sangat tinggi dari kristal memungkinkan
osilator dengan harga frekuensi yang sangat stabil.
fs =
1
2 LCs
+15 VDC
+15 VDC
Output
C loop =
CmCs
Cm + Cs
fp =
1
2 LC loop
+15 VDC
Output
Dalam tiap kristal, Cs jauh lebih kecil daripada Cm. Misalnya, dengan harga-harga
yang telah diberikan, Cs adalah 0,05 pF dan Cm sama dengan 10 pF. Karena hal ini,
persamaan C loop = CmCs
Cm + Cs
pada Cs. Selanjutnya hal ini berarti fp hanya sedikit lebih besar daripada fs. Jika anda
menggunakan kristal dalam sebuah rangkaian osilator seperti gambar 15, tambahan
kapasitansi rangkaian muncul dalam hubungan cabang dengan Cm. Karena ini
frekuensi osilasi akan terletak antara fs dan fp. Ini adalah keuntungan dari mengetahui
harga dari fs dan mereka menset batas bawah dan batas atas frekuensi dari osilator
kristal.
1010 adalah, sebuah jam dengan drift ini akan memakan waktu 300 tahun untuk lebih
cepat atau terlambat 1 detik.
Contoh:
Sebuah kristal mempunyai harga-harga berikut:
L
= 3H
Cs = 0,05 pF
R
= 2000
Cm = 10 pF
Hitung fs dan fp dari kristal sampai tiga digit !
Jawab:
Kita menggunakan persamaan fs yakni:
fs =
1
2 LCs
1
2 3(0,05)10 12
= 411 kHz
Karena kita akan menghitung fp, maka kita harus menentukan Cloop terlebih dahulu
dengan persamaan:
C loop =
CmCs
Cm + Cs
(10 pF )(0,05 pF )
10 pF + 0,05 pF
= 0,0498
jadi frekuensi resonan paralel dapat kita tentukan dengan persamaan :
fp =
=
1
2 LC loop
1
2 3(0,0498)10 12
= 412 kHz
Jika kristal ini digunakan dalam sebuah osilator, frekuensi osilasi harus terletak
antara 411 dan 412 kHz
2.3
Osilator Colpitts yang tersusun dari kristal adalah resonansi frekuensi yang biasanya
terdiri dari tank LC parallel, sekarang kita ganti dengan sebuah kristal. Kristal berfungsi
sebagai rangkaian resonan seri. Seperti kita tahu bahwa pada frekuensi resonan seri,
fs, kristal mempunyai nilai impedansi yang sangat rendah. Dengan menggunakan
kristal pada rangkaian osilator Colpitts yang diletakkan pada bagian umpan balik,
maka kristal tersebut berfungsi sebagai sebuah filter (penapis) dimana hanya
melewatkan frekuensi resonansi yang tidak dilemahkan (un-attenuated) dari kristal
tersebut.
Adanya frekuensi dasar dan nada tambahan dari kristal, menyebabkan pada
rangkaian osilator Colpitts menimbulkan rugi-rugi yang tinggi pada nada tambahan,
karena frekuensi dasar sudah digunakan untuk menapis frekuensi umpan balik.
Rangkaian tank frekuensi dari osilator Colpitts diset mendekati frekuensi resonan seri
kristal. Nilai frekuensi pasti yang telah ditimbulkan akan dikontrol dan distabilkan oleh
kristal. Pada fs kristal, sinyal umpan balik mencapai maksimum ketika impedansi
kristal menjadi seakan-akan nol. Namun pada nada tambahan, sinyal umpan balik
akan berkurang dan proses osilasi tidak dapat diteruskan.
Arus kolektor mengalir melewati L1 dan menghasilkan arus regenerasi dalam L yang
diumpankan pada basis. Sesuai dengan rancangan, cabang dari autotransformator L
terletak pada titik yang tepat untuk menjaga kelangsungan osilasi dalam tangki. L-L1
dan C menentukan frekwensi resonansi. R1 mengatur bias basis-emitor. C1 dalam
kondisi charging karena arus pada rangkaian basis-emitor. Basis dijaga pada potensial
negatif terhadap emitor, memberi panjaran sumbatan pada transistor, kecuali selama
puncak positif dari osilasi.
Osilator jenis ini disebut diumpan-seri karena jalur ac dan dc adalah sama, seperti
yang akan terjadi pada sebuah rangkaian seri.
Contoh VCO berbasis pada rangkaian osilator Hartley yang menggunakan dual-gate
FET, seperti pada gambar 21. Penjelasan secara rinci adalah sebagai berikut:
1. Frekuensi resonan ditentukan oleh rangkaian tank L1 dan C1.
2. Tegangan tala (Vtuning) akan mengubah nilai kapasitansi dari varactor BB132
dimana akan mengubah pula frekuensi osilasinya.
3. Nilai kapasitor C2 akan menentukan seberapa besar frekuensi akan berubah.
Semakin besar nilai kapasitor maka akan besar pula perubahan frekuensinya,
atau sering kita sebut C2 menentukan span dari VCO.
4. Dual-gate FET pertama merupakan bagian dari rangkaian osillator Hartley.
5. Dual-gate FET kedua merupakan bagian dari rangkaian penguat. Penguatan
yang lebih kecil dari 1, namun mempunyai arus yang besar agar osillator tidak
terbebani bila dirangkai dengan rangkaian lain. Amplitudo output berubah
tergantung pada frekuensi dan seberapa banyak lilitan pada induktor L1.
Dengan mengubah tegangan pada g2 di FET1, kita akan bisa mengatur
amplitudo.
6. Pada gambar 21 dihubungkan g2 pada FET1 dengan Vcc melalui R1 agar
dihasilkan penguatan terbesar.
FET 1
FET 2
Tank LC
Gambar 21. Rangkaian VCO dari osilator Hartley
Setelah kita tahu bahwa ada hubungan antara amplitudo dan frekuensi, pada
rangkaian VCO gambar 21, maka bila kita konfigurasi L1 dengan diameter 7,2mm dan
kita mengubah tap pada lilitan 3, 4 dan 5, diagram dibawah ini menunjukkan hubungan
antara amplitudo dan frekuensinya.
Frekuensi
Gambar 22. Diagram Frekuensi terhadap Amplitudo
Pada diagram gambar 22 kita lihat bahwa bila kita tap 3 lilitan ke-5 memiliki amplitudo
sebesar 130 mVRMS pada frekuensi 155MHz. Lebih bagus dibanding dengan tap 3 dan
tap 4 yang mengalami penurunan amplitudo pada frekuensi diatas 155 MHz. Dari hasil
pengetap tersebut bisa kita lihat band dari VCO sendiri, yakni sebesar 200 mVRMS
pada 100 MHz.
3.2
Sumber
Arus
Schmitt
Trigger
Pada gambar 23 menunjukan bahwa LM566 terdiri dari arus sumber untuk pengisian
dan pengosongan kapasitor luar C1 pada harga yang di set oleh resistor luar R1, dan
memodulasikan tegangan input dc. Sebuah rangkaian Schimtt trigger digunakan untuk
menswitch arus sumber diantara proses pengisian dan pengosongan kapasitor dan
tegangan segitiga (kaki 4) terjadi melintasi kapasitor dan gelombang persegi (kaki 3)
dari Schmitt trigger diberikan sebagai output melalui rangkaian penyangga (buffer).
Pada gambar 24 menunjukkan hubungan kaki LM566.
566
Gambar 24. Konfigurasi kaki LM566
Kelebihan dari LM566 adalah pengoperasian tegangan Vcc yang lebar, yakni antara
10V hingga 24V. Serta pengaturan range frekuensi luar dengan kapasitor mencapai
10 hingga 1. Juga pemprograman frekuensi ditentukan dengan arus, tegangan,
resistor dan kapasitor.
Adapun susunan kaki pada LM566 adalah sebagai berikut:
Kaki 1 = Ground
Penggunaan umum LM566 terlihat pada modulasi FM, sinyal generator, generator
fungsi, modulasi FSK dan generator nada tone. LM566 mempunyai karakteristik
sebagai berikut:
Parameter
Operasi Frekuensi Maksimum
Kondisi
R1 = 2k
C1 = 2,7 pF
Nilai
Unit
0,5 1
MHz
3/4Vcc - Vcc
Volt
0,5 - 1
8-10V, fO = 10kHz
6,0 7,2
KHz/V
50
50
RL1 = 10k
5,0 - 5,4
Vpp
RL2 = 10k
2,0 - 2,4
Vpp
LM566 bisa kita operasikan dengan catu daya tunggal atau dua catu daya, yakni catu
positif dan negatif. Pada contoh gambar 25, kita menggunakan catu daya tunggal
berupa tegangan dc sebesar 12V.
Sebuah frekuensi operasi tengah dari LM566, fo, dapat dihitung menggunakan
persamaan:
2,4(V + VC )
fo =
R1C1V +
C1
R1
Resistor
pembagi
tegangan
Gambar 25. Rangkaian test VCO dengan LM566
Jadi berdasar pada gambar 25, kita bisa menentukan berapa besar fo sebuah VCO.
Mari kita lihat contoh perhitungan dibawah ini:
1. Bila Vc pada kaki 5 sebesar +10,4 Volt.
Maka fo =
2,4(V + VC )
R1C1V +
2,4(12 10.4 )
10000 10 8 12
= 3,2 kHz
2,4(V + VC )
Maka fo =
R1C1V +
=
2,4(12 0,9 )
10000 10 8 12
= 22,2 kHz
Untuk bentuk gelombang persegi dan segitiga yang keluar pada kaki 3 dan kaki 4,
dapat kita lihat pada gambar 26 dibawah ini.
fIN
Detektor
Low Pass
Fase
Filter
Amplifier
VCO
fOUT
Jadi, jika kita beri input ex-OR dengan gelombang berbentuk persegi yang mempunyai
selisih duty cycles sebesar 50 %, seperti pada gambar 30, maka output sebuah
detektor fase adalah seperti pulsa gelombang persegi.
fIN
fOUT VCO
Vcc
(f IN f OUT VCO )
dimana VDEMOUT adalah demodulator output setelah melewati low pass filter.
Sedangkan penguatan pada detektor fase, KP, dengan menggunakan persamaan:
KP =
Vcc
(V / r )
Tegangan rata-rata VDEMOUT dari detektor fase yang telah melewati low pass filter
sebelum masuk ke VCO adalah resultan dari perbedaan fase antara fIN dan fOUT VCO,
seperti terlihat pada grafik gambar 31. VDEMOUT mempunyai nilai rata-rata Vcc ketika
tidak ada sinyal atau noise pada fIN serta dengan kondisi detektor fase seperti ini VCO
akan berosilasi pada frekuensi center (fO).
VDEMOUT
DEMOUT
Gambar 31. Grafik VDEMOUT tegangan output terhadap perbedaan fase
atau
Setiap kutub terdiri sebuah elemen reaktif, sebuah filter kutub tunggal juga merupakan
jenis filter pertama, sebuah kutub filter ganda merupakan jenis filter kedua dan
sebaliknya.
Gambar 34. Rangkaian low pass filter dan rangkaian penguat (op-amp)
Gambar 34 diatas menunjukkan jenis yang pertama (kutub tunggal) filter low pass.
Resistor dan kapasitor membentuk pembagi tegangan. Frekuensi sinyal yang dipakai
pada filter akan menentukkan reaktansi kapasitif dari kapasitor. Hal ini dalam
perubahan akan menentukan amplitudo tegangan lintas kapasitor. Lintasan tegangan
kapasitor merupakan tegangan output filter.
Pada frekuensi cut-off, output filter akan menjadi 0,707 kali VIN. Dalam istilah desibel
magnitude relative tegangan ouput yang diharapkan pada tegangan input didapatkan :
dB
20 log
V1
Vo
dB
20 log
V1
Vo
0,707
dB
1
20 log
20 log x 0,15
-3 dB
Untuk menetukan besar frekuensi cut-off filter kita butuhkan analisis vektor low pass
filter berikut :
1
2fc
R=
1
2fc
Diperlukan Xc = R, jadi :
1
2RC
locked loop, PLL dan penghitung-pengbitung digital (digital counters) dalam suatu
sistem umpan-balik kesalahan-fase yang menjaga bahwa keluaran akan berjalan
menurut suatu hubungan fase yang telah ditentukan terhadap sinyal pedoman
(reference). Kestabilan frekuensi keluaran ditentukan oleh kestabilan dari osilator
pedoman, yang biasanya adalah sebuah rangkaian osilator dengan pengaturan kristal.
Prinsip-prinsip penyusunan frekuensi telah dikembangkan sejak tahun 1930, tetapi
kebanyakan hanya diterapkan pada peralatan yang sangat rumit, karena tingginya
harga komponen-komponen tersebut. Chip-chip rangkaian-mikro (microcircuit chips)
yang khusus dirancang untuk penggunaan ini sekarang sudah tersedia dengan harga
yang rendah, dan penyusunan-penyusunan frekuensi makin banyak digunakan untuk
pemilihan saluran dalam peralatan komunikasi.
Detektor fase itu adalah sebuah rangkaian logis (logic circuit) yang
menghasilkan suatu sinyal dc yang besarnya sebanding dengan selisih fase
antara sinyal pedoman fr dan keluaran counter fo/N, seperti yang telah kita
bahas pada sub bab 4.1. Sinyal dc ini difilter untuk meratakan kebisingan dan
memperlambat respons rangkaian untuk mencegah overshoot (keterlanjuran)
atau osilasi dan dipasangkan sebagai masukan pengatur ke VCO. Bila selisih
fasa antara kedua sinyal fr dan fo/N adalah nol, keluaran dc dari detektor fase
adalah tepat sebesar yang di perlukan untuk menala VCO pada frekuensi N.fr.
Bila ada perbedaan fase antara keduanya, bias yang dimasukkan ke VCO
akan berubah dalam arah yang akan menaikkan atau menurunkan frekuensi fo
secukupnya saja sehingga selisih fase tersebut akan menghilang. Begitu
keluarannya mencapai nilai N.fr, VCO akan mengunci pada (lock onto)
frekuensi itu, dan rantai umpan-balik akan mencegahnya dari penyimpangan.
Frekuensi keluanan fo diatur untuk suatu nilai baru dengan mengubah bilangan
di mana counter itu membagi. Hal ini dilaksanakan dengan bantuan saklarsaklar thumbwheel atau dengan pertolongan sebuah register yang ke
dalamnya dapat di masukkan sebuah bilangan baru untuk N, guna mengatur
titik set dari counter tersebut. Bilangan N adalah banyaknya pulsa-pulsa yang
akan dihitung oleh counter sebelum counter itu mulai dengan perioda baru
(recycles); N diberikan dalam kode biner.
4.3.2. Pra-skala
Penyusun frekuensi sederhana seperti yang telah dilukiskan di atas hanya
akan menghasilkan frekuensi-frekuensi keluaran yang sama dengan kelipatan
bilangan utuh dari frekuensi pedoman, fr. Jika diinginkan frekuensi-frekuensi
lain yang terletak diantara nilai-nilai tersebut, harus digunakan praskala. Alasan
lain dari pemakaian praskala ialah karena pada frekuensi-frekuensi tinggi (di
atas 100 MHz) counter-counter yang dapat diprogram tidak ada tersedia.
Counter-counter praskala dengan modulus-tetap digunakan untuk memperkecil
hitungan ke suatu frekuensi di bawah batas 100 MHz tersebut, dan kemudian
keluaran praskala dapat mendorong sebuah counter frekuensi rendah yang
dapat diprogram dan yang dapat pula diperoleh dengan mudah.
Gambar 37 menunjukkan bagaimana sebuah rangkaian praskala dapat
digunakan untuk memungkinkan pembagian dengan suatu bilangan yang tidak
utuh (suatu bilangan yang mengandung bagian pecahan). Rangkaian praskala
adalah sebuah counter bermodulus-dua; yaitu pada ragam (mode) yang satu
rangkaian menghasilkan suatu keluaran untuk setiap P pulsa-pulsa masukan,
sedangkan pada ragam yang lainnya, sebuah keluaran untuk setiap P+1 pulsapulsa masukan. Dua buah counter frekuensi rendah yang dapat diprogram
menghitung pulsa-pulsa keluaran dari rangkaian praskala; counter utama
menghitung B pulsa, dan counter kedua menghitung A pulsa.
Pada permulaan suatu siklus, kedua counter diatur untuk bilangan-bilangan
yang diprogramkan untuknya (yaitu B dan A). Selama counter A mengandung
sebuah bilangan bukan nol, praskala akan dibuat untuk menghitung dalam cara
atau dalam ragam P+1, sehingga rantai counter akan menghitung ke bawah
untuk (P+1). A pulsa, sampai counter A menjadi nol. Pada saat ini, rangkaian
praskala akan dipaksa untuk menghitung dalam cara P, dan juga masukan ke
counter A akan dimatikan sehingga counter A akan tetap pada keadaan nol
= Nfr
= B +
A
Pfr
P
= [ ( B A ) (P) + (A) ( P + 1 ) ] fr
yang menghubungkan frekuensi keluaran pada frekuensi pedoman dengan
modulus-modulus dari ketiga counter sebagai suku-sukunya.
Karena setiap bilangan pecahan dapat dinyatakan dengan pendekatan yang
sangat baik sebagai perbandingan dari dua bilangan utuh, jumlah frekuensifrekuensi tepat yang dapat didial (diminta) dari penyusun frekuensi ini
bertambah banyak. Keuntungan lain ialah bahwa hanya rangkaian praskala
saja yang perlu bekerja pada frekuensi-frekuensi yang sangat tinggi,
sedangkan counter-counter yang dapat diprogram boleh dibuat dari
komponen-komponen frekuensi-rendah yang dapat diperoleh dengan mudah.
2.
3.
1.
Variasi luas daerah yang termasuk modem. Penerima dan pemancar telemetri,
dekoder nada, detektor AM dan filter penjejakan.
Phase
detektor
VCO
Sebuah resistor dan kapasitor eksternal, R1 dan C1, digunakan untuk mengeset
operasi bebas atau frekuensi tengah VCO. Kapasitor eksternal lain, C2,
digunakan untuk mengeset low-pass filter dan output VCO dihubungkan kembali
seperti input pada detektor fase untuk menutup loop PLL.
Phase
Detector
VCO
Gambar 39. Hubungan PLL 565 untuk bekerja sebagai demodulator FM.
fo =
0,3
0,3
=
= 136,36 kHz
3
R1 C1
(10 10 ) (220 10 12 )
8 fo
V
8 (136,36 10 3 )
= +
6
= + 181,8 kHz
= +
1
2 fl
2
R2 C 2
= +
=
1
2 (181,8 10 3 )
2
(3,6 10 3 ) (330 10 12 )
156,1 kHz.
Sinyal pada kaki 4 adalah gelombang persegi 136,36 Khz. Sebuah input range
pengunci 181,8 kHz akan dihasilkan dalam tegangan output pada kaki 7 yang
bervariasi sekitar level tegangan dc yang diset dengan input sinyal pada fo.
Output pada kaki 7 sebagai fungsi input frekuensi sinyal ditunjukan seperti
gambar 40.
Tegangan dc pada kaki 7 secara linier dihubungkan pada frekuensi sinyal input
sampai range frekuensi fl = 181,8 kHz mengelilingi frekuensi tengah 136,36 kHz.
Tegangan output merupakan sinyal pemodulasian itu divariasi dengan frekuensi
sampai operasi range yang spesifik.
Sebuah sinyal dekoder FSK (Frekuensi shift keying) dapat dibangun seperti
gambar 41 berikut :
10
565
3
9
5
4