Sudah menjadi mimpi para arsitek dan calon arsitek di dunia ini untuk mengunjungi kota
Istanbul. Di kota ini mereka bisa belajar bagaimana menyatukan berbagai gaya arsitektur dari era
yang berbeda menjadi suatu kesatuan yang unik dan bisa saling berdampingan. Arsitektur jaman
Byzantine, jaman Ottoman Empire, ataupun arsitektur eklektik Islam bisa berdampingan dengan
gaya Art Noveau maupun yang modern.
Dari jaman Byzantine:
Kota Istanbul dibangun di jaman kerajaan Romawi dan selama 1123 tahun berfungsi sebagai
kota dibawah pengaruh agama Kristen. Bangunan-bangunan terkenal yang mewakili era ini yang
sempat saya kunjungi adalah:
1. Aya Sofia (Haghia Sofia): mungkin merupakan monumen paling terkenal di Istanbul,
dibangun pada tahun 537. Kubahnya berdiameter lebih dari 30 meter. Berfungsi sebagai gereja
sampai ditaklukannya Konstantinopel (nama Istanbul sebelumnya) oleh Sultan Mehmet pada
tahun 1453 dan menjadikannya sebagai mesjid. Pada tahun 1934, Ataturk menjadikan bangunan
ini sebagai museum.
2. Basilica Cistern (The Sunken Cistern): Bangunan ini dulunya digunakan untuk penyimpanan
air dari Kerajaan Byzantine dan sekitarnya, bisa menampung sekirar 80.000 meter kubik air. Ada
336 kolom dalam bangunan ini. Baru pertama kali ini saya masuk bangunan seperti ini.
3. Hippodrome dan Egyptian Obelisk.
Dibangun pada tahun 1786 (Abad ke 18) oleh Tuan Tschoa (Kapten Tamien Dosol Seeng)
merupakan masjid pertama yang didirikan bagi masyarakat peranakan China Muslim di Glodok,
dibangun diatas tanah milik Kapten China yang telah masuk agama Islam. Di belakang masjid
terdapat makam Islam, pada nisannya bertuliskan huruf China yang berbunyi Fatimah Hwu ,
tulisan lain yaitu H. Sienpi Chai Men Tsu Mow serta angka angka Arab yang menyebutkan
tahun 1792, dan ornament-ornamen seperti kepala naga. Yang disimpulkan bahwa ini adalah
makam seorang wanita dari keluarga Chai, yaitu Fatimah Hwu, yang juga merupakan istri dari
Kapten Tamien Dosol Seeng.
Bangunan dilindungi SK. Mendikbud R.I. No. 0128/M/1998.
Arsitektur : China Arab (Eklektik).
Golongan : A.
Sumber : Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Provinsi DKI
Jakarta.
Landmark Jakarta
Kampung Tua
Gedung Balaikota
Maison Laroche
Denah rumah berbentuk huruf L, dimaksudkan untuk memisahkan 2
penghuni berbeda.
Sisi utama di depan (untuk gallery) berupa ruang, luas dan tinggi karena adanya
mezzanine kombinasi dengan 2 atau 3 lantai dengan sisi lainnya. Di atas terdapat
sebuah balkon menjorok melayang dan ada semacam jembatan menghubungkan
ruang-ruang berseberangan dengan mezzanine. Selain tangga, Le Corbusier juga
merancang jalur naik landai (ramp). Banyak jendela besar dan lebar di atas dan
disamping. Jendela ini bentuknya tidak lagi seperti dinding dilubangi pada
bangunan klasik, tetapi berupa bidang membentuk komposisi horizontal-vertikal
(terdiri dari bidang kaca dan rangka aluminium).
Konstruksi beton bertulang dinding dan lantainya dipadukan dengan baja cetak
prefabricated pada ruang dalamnya yang bergaya Art Deco. Jendela kaca sangat
lebar mendominasi bagian depan dan mezzanine menyatukan ruang-ruang di lantai
berbeda. Merupakan penerapan Cubism.
Interior Notredame
Bentuk monumental gereja dicapai dengan pola simetris, menggunakan sistem kons-truksi beton
bertulang exposed, dengan kolom-ko-lom dalam hal ini bentuknya silindris, menjulang tinggi
pada setiap sudut sebuah me-nara di tengah-depan. Menara makin ke atas semakin ram-ping
seperti bentuk gereja Gothik. Nave (ruang utama umat) atapnya melengkung, dindingnya berupa
krawang beton (concrete grilles), untuk menghindari angin dan air tetapi tetap tembus pandang,
krawang ditutup kaca. Bentuk dan susunan krawang geometris perpaduan segi empat, bujur
sangkar, dan diagonal-diagonalnya membentuk segi tiga. Bekas perancah beton membentuk
garis-garis sesuai dengan pemasangannya.
Sistem beton exposed temuan Auguste Perret diterapkan dengan sangat baik dan
pada akhirnya banyak diikuti oleh arsitek-arsitek lain dalam publikasi,
perencanaan,maupun pelaksanaan.
Ruang utama (markethall) luas lebar tanpa tiang di tengah, dapat terbentuk
berkat sistem konstruksi dari rangka baja. Menggunakan atap kaca yang tegak lurus
memasukkan sinar dari samping dan atap metal datar sehingga konstruksi atap ini
membentuk undak-undakan. Bentuk atap ditunjukkan pada wajah depan dan
belakang, sehingga pandangan depan simetris juga undak-undakan ke arah kirikanan.
Menggunakan atap kaca diletakkan diantara dua atap parallel lainnya. Bangunan
bertingkat enam lantai terbagi menjadi dua, yang berupa sayap. Bangunan
melintang empat lantai, menerus melalui hall yang menghubungkan bagian
bangunan yang terpisah tersebut.
Fagus Shoe Last Factory (1910-1914), Alfeld/ Leine, Walter Gropius, Adolf
Meyer, Eduard Werner
Menggunakan beton bertu-lang dengan din-ding bata. Lantai 1-4 diplester dengan
lapisan halus, ringan-stuc-co berwarna lantai dasar dan mezzanine dibungkus
dengan hijau Yunani ber-corak marmer, didasari de-ngan granit. Pilar-pilarnya
monolit dengan corak marmer, terbuat dari kayu dikelilingi oleh kaca yang sudah
berbentuk (formal glass cabinet) searah dengan sumbu utama.
Berkembangnya Fungsionalisme atau sering disebut pula Rasionalisme ke seluruh
dunia membuatnya disebut Langgam Internasional atau International Style, yang
sangat erat terkait dengan perkembangan arsitektur modern berikutnya.
The International Style
Ludwig Mies van der Rohe
Semua dinding jendela dan pintu utuh dari atas sampai bawah membentuk
bidang-bidang vertikal. Atap datar dari beton bertulang berwarna kontras dengan
dinding dalam komposisi keseluruhan menjadi unsur horizontal, seolah melayang
ringan di atas dinding kaca dan marmer. Selain itu kolam di dalam dengan karakter
dan warna air, juga menjadi elemen bidang horizontal dalam komposisi ini. Dalam
rancangannya terlihat kederhanaan dan kemurnian dan kesatuan ru-ang luar-dalam,
komposisi blok, kotak dan kubus. Hubungan antara ruang dalam dan ruang luar,
salah satu ciri khas dari arsitektur Cubism, dikuatkan dengan pintu-jendela lebar,
luas dan trans-paran, bidang-bidang menerus dari luar (halaman) menyatu dengan
dinding ruang dalam.
Hans Scharoun
Bentuk dan orientasi bangunan diperoleh dari keadaan tapak dan lingkungannya.
Banyak ruangan terbuka yang memang dengan sengaja dibuat untuk memperoleh
sinar dan menyatukan ruang luar-dalam. Penggunaan material kaca dengan bukaan besar dan lebar, menggunakan kusen dan rangka alumunium banyak mendominasi bangunan ini. Sederhana namun ele-gan. Pada bagian taman terdapat kaca
dengan kemiringan tertentu, untuk men-dapatkan sinar bagi tanaman. Lingkaranlingkaran pada atap datar diwarnai de-ngan lampu-lampu yang memantulkan
sinarnya pada kolam taman di malam hari.
Alvar Aalto
Tuberculosis Sanatorium in Paimio (1928-1933)
Bangunan ini tercipta berdasarkan dua pertimbangan yang diambil Alvar Aalto,
yaitu: 1. adanya area yang ditujukan khusus untuk pekerja/personel dengan
lingkungan yang tenang, seperti : perawat/suster, dokter, administrasi, dan lainnya.
2. Pemecahan yang baik untuk akomodasi pasien: dengan ketinggian, pengakhiran
blok yang ramping dengan teras yang menjorok keluar. Ia meran-cang ruang-ruang
berdasarkan garis-garis linear yang berorientasi ke arah dimana dapat diperoleh
sinar matahari dan udara yang maksimal sehingga kelihatannya tidak beraturan.
Interiornya mencerminkan gambaran lamanya jam pasien yang terbaring di tempat
tidur. Plafondnya di warna berbeda, berkesan lebih dalam dan penataan lampunya
secara tidak langsung (indirect). Penerapan konsep modern berupa keseder-hanaan
tanpa elemen dekorasi, dimana yang mejdi elemen dekorasi itu sendiri ialah jendela
memanjang (ribbon window), lantai, balustrade dan atap datar, semua dindingnya
berwarna cerah.
Bangunan ini, dengan pembagian bangunan berdasarkan fungsi dan kegunaan yang
berbeda kedalam area yang berbeda pula menjadikannya sebagai contoh dalam
pem-buatan bangunan rumah sakit di seluruh dunia
Richard Neutra
terang oleh bayangan matahari. Merupakan penerapan dari konsep Cubism. Prinsip
kesederhanaan ungkapan dari fungsional dan purism terlihat pula pada ruang
dalamnya.
Frank Lloyd Wright
Falling Water, Villa for Edgar J. Kaufmann, Bear Run, Pennsylvania (19351939)
Bangunan terbuat dari beton baja bertulang, sisi/ dindingnya terbuat dari
beton prefab sebagai elemen, dikembangkan dalam kolaborasi dengan Eugene
Freyssinet. Pavilion untuk mengajar dapat langsung diubah menjadi terbuka hanya
dengan membuka dinding kaca lipat. Kesan open space, ringan, dan fungsional
terlihat dengan jelas di sini.
hit counter
Written by Savitri
10 Juli 2009 at 18:44
Ditulis dalam arsitektur
Ditandai dengan Eropa
terpisahnya dua keahlian: arsitek dalam hal bentuk, ruang dan fungsi di satu pihak
dan keahlian konstruksi dan struktur dalam hal perhitungan dan pelaksanaan
bangunan di lain pihak.
Dalam masa modernisasi awal teori-teori keindahan khususnya dalam arsitektur
oleh Pugin, Ruskin, Moris, dan lain-lain berkembang secara lebih radikal menentang
Classicissm, sebaliknya menekankan pada fungsionalisme dan purisme atau
kemurnian.
Pertentanganpertentangan dalam dunia arsitektur tersebut dapat dikatakan
sebagai berikut :
1. arsitektur sebagai art vs arsitektur sebagai science
2. arsitektur sebagai form vs arsitektur sebagai space
3. arsitektur sebagai craft vs arsitektur sebagai assembly
4. arsitektur sebagai karya manual vs arsitektur sebagai karya machinal
Ciri Umum dari gaya arsitektur yang melanda dunia pada akhir abad XIX dan
awal abad XX ini adalah asimetris, kubis, atau semua sisi (depan samping dan
belakang) dalam komposisi dan kesatuan bentuk, elemen bangunan jendela,
dinding, atap, dan lain-lain menyatu dalam komposisi bangunan.
Selain itu hanya terdapat sedikit atau tanpa ornamen pada bangunan. Hal ini
memper-lihatkan dengan jelas sebagai perlawanan arah dari arsitektur klasik dan
juga sangat berbeda dengan Modern-Eklektik, di mana ornamen, elemen-elemen
bangunan (pondasi, kolom, atap, jendela, dinding, dan lain-lain) yang terlihat jelas
sebagai unsur tersendiri satu dengan lain lepas, tidak dalam kesatuan.
Pada masa ini muncul berbagai macam pergerakan yaitu antara lain: Art and
Craft, Art Nouveau, Ekspresionisme, Bauhaus, Amsterdam School, Rotterdam
School,dan yang lainnya..
Ciri dan Bentuk Bangunan Arsitektur Modern Awal
Sebuah Gereja dengan Modernisasi Arsitektur Gothik dalam bentuk lebih rumit,
lebih besar dengan lebih 12 menara. Permukaan dinding tidak ada yang rata,
semuanya dihias dengan patung, relief, atau bentuk Art Nouveau lainnya. Art
Nouveau ala Gaudi, ornamen-ornamennya dibuat dengan di cor atau dicetak
dengan beton. Pengembangan bentuk klasik dalam konsep kejujuran,
kemurnian terlihat pada bangunan-bangunannya yang tidak diperhalus lebih
lanjut baik dinding dari bata, batu mau pun sistem beton exposed setelah
cetakannya dibuka.
Sistem konstruksi (kolom, lengkungan, bidang parabolic/hiperbolik, bentangan
lebar,dll) menuntu adanya ketepatan dan perhitungan teknik struktur yang
kompleks dan rumit, bagian dari teknologi modern.
Gedung ini merupakan Landmark kota Chicago, menyatukan kegiatan komersial dan
kesenian dalam satu atap.
Memadukan konfigurasi persegi-empat (rectangular) segi empat yg banyak dipa-kai
pada masa itu, dengan pelengkung Ro-manesque dan Queen Anne, menara kecil
berpuncak runcing, atap Chateausqe dan dormers. Dinding luar dan lantai bawah
terlihat sebagai susunan batu berkesan ko-koh, dengan deretan jendela seperti
pada bangunan bergaya Renaissance. Pintu masuk menuju hall utama dan theatre
terdiri dari tiga pintu besar berpelengkung di atasnya. Diatasnya terdapat kolomkolom silindris bergaya Dorik dari lantai 2-5 menyangga pelengkung-pelengkung
Romanesque.
Written by Savitri
10 Juli 2009 at 18:28
Ditulis dalam arsitektur
Ditandai dengan Eropa
Pada bagian depan atau pinti masuk terdapat portico mendukung sebuah
pedimen bergaya Romawi dengan kolom-kolom ionic octastyle, menerus berderet
hingga sayap kanan dan kirinya.
House of Parliament
Detail otentiknya memancarkan karakter kuno dari kebangkitan kembali
Gothic pada masa itu. Penampilannya dapat memberikan kesan formal meskipun
kompleks gedung ini tidak sepenuhnya simetris, dan adanya menara-menara
menjulang ke atas pada bagian dalam kompleks yang letaknya beraturan. Pada
bagian atas keempat sisi sebuah menara yang lainnya terdapat jam besar, diberi
nama Big Ben, menjadi pertanda kota London.
Berlanggam arsitektur yang berbentuk kuil Yunani dari order Dorik, dalam hal
ini terdapat pedimen (konstruksi segi tiga disangga oleh kolom-kol0m) ganda yang
satu di atas lainnya.
Identik dengan Pantheon Roma dengan portico berkolom Dorik delapan buah
menyangga sebuah pedimen. Portico ini menempel pada sebuah rotunda (ruangan
berdenah lingkaran) dikelilingi oleh kolom Dorik. Ditengah rotunda terdapat patung
Thomas Jefferson menghadap ke Tidal Basin. Kemegahan memorial ini selain
dibentuk oleh arsitekturnya sendiri, lokasinya yang luas terbuka juga oleh
ketinggian letaknya dengan tangga selebar portico.
Written by Savitri
10 Juli 2009 at 18:18
Ditulis dalam arsitektur
Ditandai dengan Eropa
Menelusuri sejarah Masjid yang berada di jantung kota Banda Aceh ini, Laksana melihat
perjalanan bumi Serambi Mekah. Mulai masa kesultanan, Penjajahan Belanda dan masa bersama
Indonesia lengkap dengan pemberontakannya. Mulai DOM, Tsunami, Dan Perjanjian Damai.
Rumah
Allah
ini
menyaksikan
semuanya.
Masjid Raya Baiturrahman adalah merupakan simbol Aceh. Masjid ini menjadi saksi bisu
keganasan badai Tsunami, 26 Desember 2004, yang menewaskan ratusan ribu warga Aceh.
Kalau Anda ke Banda Aceh, pasti akan menyaksikan kemegahan Masjid Raya Baiturrahman.
Sebab, di samping arsitekturnya yang indah, juga letaknya persis di jantung kota. Karena itu,
terasa belum lengkap jika berkunjung ke kota paling ujung Pulau Sumatra ini bila belum
menyaksikan keindahan masjid yang merupakan termasuk salah satu masjid terindah di Asia
Tenggara.
Sebagai masjid kebanggaan rakyat Aceh sejak dahulu sampai sekarang, Masjid Raya
Baiturrahman menyimpan sejarah yang sangat panjang dan menarik. Masjid ini dahulunya
merupakan masjid Kesultanan Aceh. Ada yang menyebutkan nama Masjid Raya Baiturrahman
ini berasal dari nama masjid raya yang dibangun oleh Sultan Iskandar Muda pada 1612 M.
Riwayat lain menyebutkan bahwa masjid ini sudah dibangun jauh sebelumnya. Sultan Iskandar
Muda hanya melakukan perbaikan.
Model Terbaik
Secara umum, arsitektur Masjid Raya Baiturrahman bercorak eklektik, yaitu suatu rancangan
yang dihasilkan dari gabungan berbagai unsur dan model terbaik dari berbagai negeri sehingga
bangunan masjid menjadi begitu megah dan indah. Untuk menambah kemegahan dan keindahan,
masjid ini diposisikan di tengah lapangan yang luas dan terbuka sehingga semua bagian masjid
bisa terlihat dengan jelas dari kejauhan.
Bagian pertama masjid adalah gerbang yang posisinya menempel dengan unit utama. Setelah
gerbang, terdapat serambi yang berbentuk persegi panjang. Bagian depan, kiri, dan kanan
serambi dikelilingi oleh tangga yang membentuk huruf U. Pada ujung tangga depan, terdapat tiga
bukaan (jendela tanpa pintu) yang dibentuk oleh empat tiang langsing silindris model arsitektur
Moorish yang banyak terdapat di masjid-masjid Afrika Utara dan Spanyol. Dan, antara tiang satu
dengan lainnya dihubungkan dengan pintu gerbang patah model Persia. Karena ada empat tiang,
itu berarti terdapat tiga pintu gerbang. Pada bagian atas dan sisi pintu gerbang, terdapat hiasan
relief lengkung-legkung, seperti corak Arabesk (motif daun, cabang, dan pohon). Di atas ketiga
pintu gerbang ini, terdapat semacam tympanum yang berbentuk jenjang seperti penampang
sebuah tangga. Corak ini merupakan model khas rumah klasik Belanda.
Pada setiap jenjang, dihias dengan miniatur sebuah gardu atau cungkup yang dihiasi kubah
bawang pada bagian puncaknya. Corak ini menunjukkan adanya pengaruh India. Jadi, dari
bagian luar saja, sudah begitu jelas nuansa ekletik bangunan masjid ini. Sisi kiri dan kanan
serambi mempunyai dua tiang yang dihubungkan oleh sebuah pintu gerang, dekorasinya sama
dengan serambi bagian depan.
Setelah melewati serambi, kemudian masuk ke ruang utama masjid yang digunakan untuk shalat.
Namun, sebelum masuk ke ruang utama ini, terdapat lagi gerbang dan tiang yang sama dengan
bagian depan. Gerbang tersebut tanpa pintu, seperti kebanyakan masjid kuno di India.
Bagian tengah ruang shalat berbentuk bujur sangkar yang diatapi oleh kubah utama yang indah
dan megah bercorak bawang. Pucuknya dihiasi cunduk, seperti masjid-masjid kuno di India.
Penyangga kubah berdenah segi delapan. Pada masing-masing sisinya, terdapat sepasang jendela
yang dipergunakan sebagai sirkulasi udara.
Pada bagian bawah, terdapat tritisan berdenah segi delapan. Pada bagian kiri dan kanan ruang
shalat utama ini, terdapat unit sayap kembar sehingga bangunan ini menjadi simetris. Atap
masjid berbentuk limasan berlapis dua. Pada jendela yang terdapat di masjid ini, tampak sekali
pengaruh Moorish, terutama dari hiasan yang bercorak intricate.
Tak hanya itu, keberadaan kolam air yang berada di depan masjid makin menambah indah
Masjid Baiturrahman. Sebab, posisinya yang berada di tengah-tengah jalan antara kiri dan kanan
dengan luas sekitar lima hingga tujuh meter tersebut turut menambah keindahan dan kemegahan
masjid warga Banda Aceh.
Di samping sebagai tempat ibadah; pada masa penjajahan, Masjid Raya Baiturrahman berfungsi
sebagai markas pertahanan terhadap serangan kompeni. Fungsi tersebut mulai terasa semasa
pemerintahan Sultan Alaidin Mahmud Syah (1870-1874). Di masjid ini, sering pula diadakan
musyawarah besar untuk membicarakan strategi penyerangan dan kemungkinan serangan tentara
Belanda terhadap Kesultanan Aceh.
Namun, untuk mengambil hati rakyat Aceh, Pemerintah Hindia Belanda berjanji akan
membangun kembali masjid yang telah hancur itu. Peletakan batu pertama pembangunan
kembali masjid dilakukan tahun 1879 oleh Tengku Malikul Adil, disaksikan oleh Gubernur
Militer Hindia Belanda di Aceh saat itu, G. J. van der Heijden. Pembangunan mesjid ini
dirancang arsitek Belanda keturunan Italia, De Brun. Bahan bangunan masjid sebagian
didatangkan dari Penang Malaysia, batu marmer dari Negeri Belanda, batu pualam untuk
tangga dan lantai dari Cina, besi untuk jendela dari Belgia, kayu dari Birma.
Pembangunan kembali masjid dengan satu kubah, selesai dua tahun kemudian. Pada masa
residen Y. Jongejans berkuasa di Aceh masjid ini kembali diperluas. Kemudian setelah itu,
masyarakat Aceh semakin besar, untuk mengupahi dan meredakan kemarahan rakyat Aceh maka
masjid diperluas lagi kiri kanannya pada tiga tahun kemudian. Ditambahlah dua kubah lagi di
atasnya sehingga menjadi tiga kubah. Belanda kemudian meninggalkan Aceh. Bumi Nanggroe
beralih pada Indonesia.
Pada 1957, Setelah Indonesia merdeka, masjid ini kembali berubah. Dua kubah baru dibuat di
bagian belakang. Dibangun pula dua menara dengan jumlah tiang mencapai 280 buah. Karena
perluasan ini, sejumlah toko di pasar Aceh yang berada di sekeliling mesjid tergusur. Pada kurun
1992-1995, masjid kembali dipugar dan diperluas hingga memiliki tujuh buah kubah dan lima
menara. Setelah dipugar, masjid itu mampu menampung 10.000 hingga 13.000 jemaah. Halaman
masjid juga diperluas hingga menjadi 3,3 hektar.
Namun, tidak demikian dengan bangunan gedung dan rumah toko (ruko) di sekitar lingkungan
masjid. Seluruh bangunan yang ada di kiri dan kanan masjid tenggelam, kecuali yang
ketinggiannya di atas 20 meter, dan semuanya rusak. ''Utuhnya masjid ini seharusnya menambah
keyakinan bagi umat manusia, khususnya umat Islam untuk mempertebal keimanannya, karena
kuasa-Nya sudah ditunjukkan dengan menjaga tempat ibadah bagi pengikut Nabi Muhammad
tersebut,'' tutur Sulaiman.
Usai tsunami yang melanda wilayah Aceh ini, Masjid Raya Baiturrahman kembali direnovasi
karena mengalami kerusakan walaupun tidak terlalu parah. Renovasi tersebut dilakukan pada
tahun 2005. Semua itu menghabiskan dana Rp. 20 milyar. Pada 15 Januari 2007 proses perbaikan
dinyatakan resmi selesai. Kini masjid Baiturahman seolah habis bersolek, tampil cantik
menawan.
PW Sindrome,-
Peletakan batu pertama pembangunan kembali Mesjid dilakukan tahun 1879 oleh Tengku
Malikul Adil, disaksikan oleh Gubernur Militer Hindia Belanda di Aceh saat itu, G. J. van der
Heijden. Pembangunan mesjid ini dirancang arsitek Belanda keturunan Italia, De Brun. Bahan
bangunan Mesjid sebagian didatangkan dari Penang Malaysia, batu marmer dari Negeri
Belanda, batu pualam untuk tangga dan lantai dari Cina, besi untuk jendela dari Belgia, kayu dari
Birma dan tiang-tiang mesjid dari Surabaya. Pembangunan kembali Mesjid dengan satu kubah,
selesai dua tahun kemudian. Pada masa residen Y. Jongejans berkuasa di Aceh Mesjid ini
kembali diperluas. Kemudian setelah itu, masyarakat Aceh semakin besar, untuk mengupahi dan
meredakan kemarahan rakyat Aceh maka Mesjid diperluas lagi kiri kanannya pada tiga tahun
kemudian. Ditambahlah dua kubah lagi di atasnya sehingga menjadi tiga kubah. Belanda
kemudian meninggalkan Aceh. Bumi Nangroe beralih pada Indonesia.
Pada 1957, masa pemerintahan presiden Soekarno, Mesjid ini kembali berubah. Dua kubah baru
dibuat di bagian belakang. Dibangun pula dua menara dengan jumlah tiang mencapai 280 buah.
Karena perluasan ini, sejumlah toko di pasar Aceh yang berada di sekeliling mesjid tergusur.
Peletakan batu pertama dilakukan oleh menteri agama Republik Indonesia pada masa itu KH
Ilyas, kemudian dibangun kira-kira empat tahun. Bangunan berikutnya itu sudah sampai pada
menara yang berikut ini. Renovasi Mesjid yang dilakukan pemerintah Soekarno terjadi pada
masa gerakan Darul Islam pimpinan Daud Beureueh. Sehingga banyak kalangan yang
mengaitkan pembangunan itu sebagai usaha pemerintah meredam pemberontakan itu. Lima
kubah juga dianggap mewakili Pancasila yang digagas Soekarno. Pada kurun 1992-1995, Mesjid
kembali dipugar dan diperluas hingga memiliki tujuh buah kubah dan lima menara. Setelah
dipugar, Mesjid itu mampu menampung 10.000 hingga 13.000 jemaah. Halaman Mesjid juga
diperluas hingga menjadi 3,3 hektar.
Semua pemugaran ini dilakukan dengan mempertahankan arsitektur dan bentuk ornamen lama
pada masa Belanda. Salah satu tiang peninggalan Belanda, ketika Mesjid masih berkubah satu,
masih dipertahankan. Arsitektur Mesjid ini bercorak eklektik, yaitu gabungan berbagai unsur dan
model terbaik dari berbagai negeri.Ini misalnya tampak pada tiga pintu bukaan serta jendela yang
bisa berfungsi sebagai pintu masuk. Jendela ini dibentuk oleh empat tiang langsing silindris
model arsitektur Moorish, yang banyak terdapat di Mesjid-Mesjid Afrika Utara dan Spanyol.
Sementara bagian tengah ruang shalat berbentuk bujur sangkar, diatapi kubah utama yang
bercorak bawang. Pucuknya dihiasi kubah, mirip Mesjid-Mesjid kuno di India. Pada jendela
yang sekaligus menjadi pintu terdapat ukiran yang tampak kokoh dan indah. Untuk menambah
kemegahan dan keindahan, Mesjid ini ditempatkan di tengah lapangan terbuka, sehingga semua
bagian Mesjid jelas terlihat juga dari kejauhan.
Mesjid Baiturrahman menjadi saksi darurat militer di Aceh, ketika muncul Gerakan Aceh
Merdeka. Baiturrahman ini menjadi tempat memanjatkan doa dan harapan rakyat Aceh atas
tanggungan beban konflik yang dideritanya. Baiturrahman ini juga menjadi sarana singgah
pejabat pusat mengunjugi Aceh yang ketika itu tak aman. Baiturrahman yang konon merupakan
salah satu Mesjid terindah Asia Tenggara ini juga menjadi saksi bisu bencana tsunami. Bencana
memilukan itu juga merusak sejumlah bagian Mesjid. Rakyat menyelamatkan diri kedalam
mesjid
sembari
meneriakkan
Asma
Allah.
Pada halaman Mesjid inilah berdirinya posko bencana pertama pasca tsunami Desember 2004
tersebut. Mesjid ini tangguh bertahan dari gempa dan terjangan air laut yang naik ke daratan.
Hanya sedikit bangunan yang retak akibat gempa.
Pasca tsunami perdamaian datang. Mesjid ini kembali menjadi bagian sejarah itu. Di Mesjid
inilah warga menggelar doa khusus ketika delegasi Indonesia bertemu dengan wakil Gerakan
Aceh Merdeka di Helsinki, Finlandia. Mesjid Baiturrahman menyaksikan perubahan Aceh pasca
tsunami dan perjanjian damai. Ketika syariah Islam berlaku di Serambi Mekah, kawasan Mesjid
Baiturahman dinyatakan sebagai area terbatas. Hanya pengunjung yang menutup aurat sesuai
hukum syariah boleh masuk halaman Mesjid.
traveldk.com
DALAM 100 tahun terakhir, Berlin yang menjabat sebagai ibukota Jerman, telah melakukan
revolusi. Museum, galeri eklektik, opera besar, kafe, restoran dan klub malam semuanya muncul
di sini. Ini tentu menghadirkan pesona tersendiri buat Berlin dan berikut panduan singkat yang
bisa Anda lakukan bila berkesempatan mengunjunginya.
Tempat menarik
Museum Pergamon adalah tempat yang pas untuk melihat perpaduan Yunani klasik, Babilonia,
Romawi, serta seni dan arsitektur Islam dan Timur Tengah. Sorot utama di museum ini adalah
Altar Pergamon. Museum ini buka setiap hari Jumat-Rabu pukul 10.00-18.00 waktru setempat,
sedangkan Kamis pukul 10.00-22.00 waktu setempat. Biaya masuknya 10 pounds (sekitar Rp143
ribu).
Untuk menikmati pemandangan kota yang indah, Anda bisa naik lift ke dek pengamatan
Panoramapunkt (panoramapunkt.de). Dari sini sangat mudah untuk melihat jika Potsdamer Platz
dibagi menjadi tiga yaitu Daimler City, Sony Centre, dan Beisheim centre. Panoramapunkt buka
mulai pukul 10.00-20.00 waktu setempat dengan biaya masuk 4 pounds (sekitar Rp57 ribu).
Bila ingin mengeksplorasi sejarah Yahudi di Jerman, Anda bisa mengunjungi Museum Judisches
(jmberlin.de) yang berada di Lindenstrasse 9-14. Di museum ini Anda bisa mempelajari tentang
kontribusi budaya Yahudi, tokoh-tokoh terkemukanya, dan Holocaust. Museum Judisches buka
mulai pukul 10.00-22.00 waktu setempat pada hari Senin sedangkan Selasa-Minggu buka pukul
10.00-20.00 waktu setempat. Tiket masuk yang dikenakan 4 pounds (sekitar Rp57 ribu).
Jika Anda mencari paket tur yang berhubungan dengan gaya hidup atau kuliner, Berlinagenten
(berlinagenten.com) menyediakan semua itu. Selama tur Anda akan diantar ke berbagai butik,
bar dan restoran, bahkan rumah-rumah pribadi. Biaya tur per orang mulai dari 148 pounds
(sekitar Rp2,12 juta).
Bagian tembok Berlin yang masih bertahan dijadikan sebagai simbol kebebasan atas penindasan.
Salah satu bagian terbaiknya adalah East Side Gallery yang berubah menjadi sebuah galeri
terbuka pada 1990. Untuk panduan melihat tembok Berlin, Anda bisa mengunjungi situs
mauerguide.de. Biaya turnya 8 pounds (sekitar Rp114 ribu) per hari.
Byzantium Arsitektur
Sudah menjadi mimpi para arsitek dan calon arsitek di dunia ini untuk mengunjungi kota
Istanbul. Di kota ini mereka bisa belajar bagaimana menyatukan berbagai gaya arsitektur dari era
yang berbeda menjadi suatu kesatuan yang unik dan bisa saling berdampingan. Arsitektur jaman
Byzantine, jaman Ottoman Empire, ataupun arsitektur eklektik Islam bisa berdampingan dengan
gaya Art Noveau maupun yang modern.
Dari jaman Byzantine:
Kota Istanbul dibangun di jaman kerajaan Romawi dan selama 1123 tahun berfungsi sebagai
kota dibawah pengaruh agama Kristen. Bangunan-bangunan terkenal yang mewakili era ini yang
sempat saya kunjungi adalah:
1. Aya Sofia (Haghia Sofia): mungkin merupakan monumen paling terkenal di Istanbul,
dibangun pada tahun 537. Kubahnya berdiameter lebih dari 30 meter. Berfungsi sebagai gereja
sampai ditaklukannya Konstantinopel (nama Istanbul sebelumnya) oleh Sultan Mehmet pada
tahun 1453 dan menjadikannya sebagai mesjid. Pada tahun 1934, Ataturk menjadikan bangunan
ini sebagai museum.
2. Basilica Cistern (The Sunken Cistern): Bangunan ini dulunya digunakan untuk penyimpanan
air dari Kerajaan Byzantine dan sekitarnya, bisa menampung sekirar 80.000 meter kubik air. Ada
336 kolom dalam bangunan ini. Baru pertama kali ini saya masuk bangunan seperti ini.
3. Hippodrome dan Egyptian Obelisk.