Anda di halaman 1dari 4

BAB

PENGUKURAN SIKU-SIKU ATAU


EMPAT PERSEGI PANJANG
4.1.

Pendahuluan
Pengukuran siku-siku atau empat persegi panjang ini adalah suatu cara pengukuran
obyek empat persegi panjang yang diproyeksikan kepada suatu garis ukur. Dengan
mempergunakan prisma sudut siku-siku bisa ditentukan sudut siku dengan teliti, dengan
ketelitian 1 menit.
Dengan jarak 100 m, maka ketidak telitiannya 3 cm, tetapi jika digunakan untuk
pengukuran-pengukuran kecil untukmaksud-maksud sederhana, cukup dengan hanya
mempunyai prisma sudut (cermin sudut), pita ukur dan beberapa jalan.
Detail-detail harus diproyeksikan pada sebuah garis ukur, kedua sisi terletak pada garis
ini (seperti gambar di bawah).
Gambar 4.1
Pengukuran Siku-siku atau segi 4 Panjang

Sumber : Penulis,
2011.

Tempatkan jalon ( 2 buah) di antara A dan B, sehingga garis AB menjadi garis lurus.
Kemudian tentukan semua detail persegi panjang pada garis ukur AB dan lakukan
pengukuran-pengkurannya.
Semua ukuran dari sisi-sisi bangunan ke garis AB yang dan ditulis jaraknya searah
garis tersebut, sedang jarak akhir harus ditulus didalam kurung. A ke B = (127). Anak
panah dan tanda-tanda lainnya harus bersih dari hasil penulisan pengukuran ini.

Materi Kuliah Ilmu Ukur Tanah, Fakultas Teknik Sipil Untag 1945 Samarinda.

4-1

4.2.

Cara Pengukuran pada daerah dengan luas dan bentuk teratur


Suatu luas ABCD, dengan sudut siku-siku pada titik A dan B serta gedung-gedung di
dalamnya harus ditentukan (seperti gambar di bawah). Disini sudut siku-siku pada titik A
dan B sudah ditentukan dengan teliti. Gedung-gedung harus diukur kepada 4 garis ukur.
Jadi luas ABCD dapat dihitung langsung, yaitu :
F=

(48,34 + 27,75)
2

x 28,17 = 1.071,728 m2.

Gambar 4.2
Pengukuran pada Daerah dengan bentuk teratur

Sumber : Penulis,
2011.

4.3.

Cara Pengukuran pada daerah dengan luas dan bentuk tidak teratur
Jika da suatu daerah yang luas dan bentuknya tidak teratur (seperti gambar di bawah),
maka disini sebuah garis ukur harus dipilih, yang mana semua titik-titik detail dapat
diukur , untuk pengontrolan panjang dari batas-batas tersebut di ukur.
Sekarang dimungkinkan untuk dapat menggambar satuan tersebut. Absis dan ordinat
membagi detail ke dalam bentuk segitiga dan trapesium. Sekarang luasnya dapat
dihitung.

Luas segitiga (F) = (alas x tinggi) / 2 atau 2 F = alas x tinggi.

Luas trapesium (F) = (jumlah sisi sejajar x tinggi) / 2 atau 2 F = sisi // x tinggi.

Materi Kuliah Ilmu Ukur Tanah, Fakultas Teknik Sipil Untag 1945 Samarinda.

4-2

Gambar 4.3
Pengukuran pada Daerah dengan bentuk tidak teratur

Sumber : Penulis,
2011.

EA merupakan absis, sedangkan h1, h2, h3, ......... hn adalah ordinat.


Jadi : 2 F = [(a.h1) + (h1+h2)b + (h2+h3)c + (d.h3) ] + [(e.h6) + (h6+h5)f + (h5+h4)g +
(h.h4).
Perhitungan dapat dilakukan dengan cara Tabelaris, sebagai berikut :
Tabel 4.1
PerhitunganLuas Daerah Tidak Teratur
Titik
Poligon
A
B
C
D
E
A
H
G
F
E

Absis
X
X1- X2
0,00
35,60
35,60
43,15
7,55
50,63
7,48
63,08
12,45
0,00
1,61
22,32
34,44
63,08

1,61
20,71
12,12
28,64

Ordinat
2F=
Y
Y1+Y2
2 Luas
0,00
23,01
23,01
819,16
12,55
35,56
268,48
18,66
31,21
233,45
0,00
18,66
232,32
2 F 1.553,40
17,90
39,87
22,50
0,00

17,90
28,82
57,77 1.196,42
62,37
755,92
22,50
644,40
2 F 2.625,56

Sumber : Penulis,2011.

Jadi 2 F = 1.533,41 + 2.625,56 = 4.178,97.


Luas Sebenarnya (F) = 4.178,97/2 = 2.089,485 m 2.

Materi Kuliah Ilmu Ukur Tanah, Fakultas Teknik Sipil Untag 1945 Samarinda.

4-3

Kesimpulan :
1.

Dengan menggunakan 2 prinsip pengukuran yang sederhana, yaitu pengukuran garis


lurus dan pengukuran siku-siku, akan dapat melakukan pemetaan dan dapat pula
menghitung luas area yang diukur (di atas peta).

2.

Untuk kontrol, sebaiknya obyek-obyek seperti bangunan, jembatan, maka panjang dan
lebarnya diukur.

Materi Kuliah Ilmu Ukur Tanah, Fakultas Teknik Sipil Untag 1945 Samarinda.

4-4

Anda mungkin juga menyukai