Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberi kesempatan kepada kami untuk dapat menyusun laporan hasil tutorial
skenario 5 yang berjudul Kista Rongga Mulut. Pembuatan makalah ini
didasarkan pada hasil pelaksanaan tutorial yang menggunakan metode seven
jump. Laporan ini disusun untuk memenuhi hasil diskusi tutorial kelompok VII
pada skenario kelima.
Penulisan makalah ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. drg. Dwi Merry Christmarini Robin, M.Kes selaku tutor yang telah
membimbing jalannya diskusi tutorial kelompok VII Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Jember dan memberi masukan yang membantu bagi
pengembangan ilmu yang telah didapatkan.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih mengandung banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan sehingga dapat digunakan untuk menyempurnakan laporan berikutnya.
Yang terakhir semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
SKENARIO..........................................................................................................iii
STEP 1: Identifying Unfamiliar Words......................................................1
STEP 2: Rumusan Masalah.........................................................................2
STEP 3: Brainstorming................................................................................3
STEP 4: Mapping.........................................................................................7
STEP 5: Learning Objective........................................................................8
STEP 6: Self Study.......................................................................................9
STEP 7: Generalisation................................................................................10
LAMPIRAN.........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................iv
ii
iii
STEP 1
IDENTIFYING UNFAMILIAR WORD
1. Ping Pong Phenomena
Apabila dilakukan palpasi, benjolan tersebut ikut bergerak.
Apabila dilakukan palpasi atau ditekan terdapat lapisan seperti bola
ping pong.
Disepakati:
STEP 2
RUMUSAN MASALAH
1. Adakah hubungan gigi 48 dengan kista?
2. Mengapa pada saat kecil belum merasa sakit, tetapi ketika sudah besar
mulai terasa sakit?
3. Apakah ada hubungan dengan proses tumbuh kembang gigi?
4. Apakah ada keterkaitan pembengkakan yang dialami pasien dengan rasa
sakit pada saat mengunyah dan menutup mulut?
5. Faktor apa yang mempengaruhi kista pada skenario?
6. Mengapa bisa terdapat keratin pada epitel kista dan ada epitel yang tidak
7.
berkeratin?
Apakah ada hubungan antara kista dengan kelenjar limfe submandibula
normal?
8. Apakah terdapat kista yang dapat menjadi neoplastik?
STEP 3
BRAINSTORMING
1. Adakah hubungan gigi 48 dengan kista?
Ada, Pada saat gigi impaksi terdapat stellate retikulum. Dimana stellate
retikulum nanti nya akan berproliferasi untuk membentuk kista dan
tumbuh pada mahkota gigi. Kista berhubungan dengan gigi yang
impaksi yaitu gigi 48. Kista tumbuh/timbul di sekeliling gigi yang
unerupted yang menyebabkan kegagalan erupsi gigi 48 nantinya.
Sebaliknya, gigi yang tidak dapat tumbuh juga dapat menyebabkan
pembentukan kista.
Faktor pencetus yang dapat menimbulkan terbentuknya kista adalah
karena inflamasi dan infeksi yang berkelanjutan pada gigi unerupted
pada skenario adalah gigi 48, sisa-sisa sel epitel pembentuk gigi yang
seharusnya mengalami reduksi dan hilang akan membentuk jaringan
baru yang mengganggu pertumbuhan gigi 48 dan berkembang menjadi
kista. Sisa-sisa sel epitel ini biasa disebut dengan epitel malassez.
2. Mengapa pada saat kecil belum merasa sakit, tetapi ketika sudah
besar mulai terasa sakit?
Sebagian besar kasus kista biasanya tidak menunjukkan gejala
(asimptomatik). Tanda dan gejala kista bergantung pada besar dan
perluasan
kistanya.
Kista
yang
kecil
pada
umumnya
belum
tulang.
Karena pada saat kista berukuran kecil belum mencapai lamina propia,
rahang atas.
Terdapat banyak kista yang penyebabnya berasal dari gigi, kista ini
terbentuk bersamaan dangan perkembangan dari gigi tersebut, dan
kadang bersamaan dengan pertumbuhan mahkota gigi yang tumbuh
tidak sempurna.
disebut kista.
Faktor usia yaitu pada saat usia semakin menua maka akan terjadi
penurunan daya tahan tubuh dan kebersihan mulut sudah mulai
menurun. Sehingga akan mudah terserang infeksi pada rongga mulut
sehingga menyebabkan peradangan dan merangsang sisa sel epitel yang
6. Mengapa bisa terdapat keratin pada epitel kista dan ada epitel yang
tidak berkeratin?
karena tergantung pada asal dari sisa sel epitel yaitu apabila sisa sel
asal nya menghasilkan epitel berlapis pipih maka akan terbentuk
keratin sedangkan apabila sisa sel epitel asalnya menghasilkan epitel
selapis pipih maka tidak akan terbentuk keratin.
7.
limfe submandibula.
Bukan karena tidak bermetastasis, tetapi karena tidak terjadi infeksi
pada kista pada skenario. Kista terbentuk dikarenakan suatu
perkembangan yang mengalami gangguan. Sehingga tidak terjadi
pembengkakan pada kelenjar submandibula.
STEP 4
MAPPING
STEP 5
LEARNING OBJECTIVE
1. Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan Etiologi Dan Faktor
Predisposi Kista Rongga Mulut.
2. Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan Patogenesis Kista Secara
Umum.
3. Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan Macam-Macam Kista
Rongga Mulut
4. Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan Patogenesis MasingMasing Kista Rongga Mulut
5. Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan Pemeriksaan Klinis,
HPA Dan Radiografi.
STEP 6
SELF STUDY
STEP 7
GENERALISATION
LO 1. Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan Etiologi dan Faktor
Predisposisi Kista Rongga Mulut
1.
2.
3.
4.
Proses radang/infeksi.
Trauma.
Gangguan Pertumbuhan.
Obstruksi/retensi kelenjar liur
10
2. Developmental Kista
Proses ini umumnya sama pada setiap jenis kista yang memiliki
batas epithelium. Tahap pembesaran kista meliputi peningkatan volume
kandungan kista, peningkatan area permukaan kantung kista, pergeseran
jaringan lunak disekitar kista dan resorpsi tulang.
a. Peningkatan volume kandungan kista
Infeksi pada pulpa non-vital merangsang sisa sel malasez
pada membran periodontal periapikal untuk berproliferasi dan
membentuk suatu jalur menutup melengkung pada tepi granuloma
periapikal, yang pada akhirnya membentuk suatu lapisan yang
menutupi foramen apikal dan diisi oleh jaringan granulasi dan sel
infiltrasi melebur.
Sel-sel berproliferasi dalam lapisan dari permukaan
vaskular jaringan penghubung sehingga membentuk suatu kapsul
kista. Setiap sel menyebar dari membran dasar dengan percabangan
lapisan basal sehingga kista dapat membesar di dalam lingkungan
tulang yang padat dengan mengeluarkan faktor-faktor untuk
meresorpsi tulang dari kapsul yang menstimulasi pembentukan
osteoclast.
b. Proliferasi epitel
Pembentukan dinding dalam membentuk proliferasi epitel
adalah salah satu dari proses penting peningkatan permukaan area
kapsul dengan akumulasi kandungan seluler. Pola mulrisentrik
pertumbuhan kista membawa proliferasi sel-sel epitel sebagai
keratosis mengakibatkan ekspansi kista. Aktifitas kolagenase
meningkatkan kolagenalisis. Pertumbuhan tidak mengurangi batas
epitel akibat meningkatnya mitosis. Adanya infeksi merangsang
sel-sel seperti sisa sel malasez untuk berploriferasi dan membentuk
jalur penutup. Jumlah lapisan epitel ditentukan oleh periode
viabilitas tiap sel dan tingkat maturasi serta deskuamasinya.
c. Resorpsi tulang
Seperti percabangan sel-sel epitel, kista mampu untuk
membesar
di
dalam
kavitas
tulang
yang
padat
dengan
11
12
8. Kista thymic
9. Kista kelenjar saliva: kista mucous extravasation; kista mucous
retentio; ranula; polycystic (dysgenetic) parotid
10. Kista parasitic: Kista hydatid; Cysticercus cellulosae; trichinosis
(Shear, 2007)
LO 4. Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan Patogenesis MacamMacam Kista Rongga Mulut
LO 5. Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan Gambaran Klinis,
Gambaran HPA, dan Gambaran Radiografi
Pembahasan LO 4 dan LO 5
A. Kista Perkembangan
Odontogenik
1. Odontogenic Keratocyst
Odontogenic keratocyst (OKC) adalah kista developmental yang
tumbuh dari sel sisa-sisa dental lamina, lapisan epitel rongga mulut
saat pertumbuhan folikel gigi. OKC berhubungan dengan tingkat
rekurensinya yang tinggi, Pertumbuhannya yang agresif, dan basal cell
nevus syndrome.
OKC berasal dari primordial gigi sebelum proses mineralisasi,
sehingga OKC disebut juga sebagai kista primordial. Kista ini sering
muncul pada ramus mandibula karena bagian dari dental lamina yang
menyebabkan pertumbuhan OKC berada pada regio ini.
OKC berasal dari dental lamina yang masih berperan pada proses
pertumbuhan atau berasal dari proliferasi sel basal yang merupakan
sisa-sisa epitel rongga mulut. Epitel OKC bersifat lebih aktif
dibandingkan kista odontogen lainnya yang ditandai dengan aktivitas
mitosis yang tinggi dan adanya peningkatan uptake timidin pada
lapisan pembatas kista yang mengindikasikan adanya peningkatan
sintesis DNA. Lapisan epitel yang aktifinilah yang berperan penting
pada sifat OKC yang agresif dan tingkatrekurensinya yang tinggi.
Sampai saat ini belum diketahui penyebab terjadinya OKC. Namun
para ahli patologi sepakat bahwa OKC merupakan kelainan
perkembangan yang berasal dari epitel odontogen. OKC dapat terjadi
13
14
seperti
adeno
karsinoma,
fibrosarkoma
embriogenesis
kulit
human,
jalur
signaling
pathways
15
sebelumnya
abnormalitas/penyimpangan
menunjukkan
aktivasi
SHH
pada
adanya
sel
membran
depan
bermanfaat
sebagai
target
dalam
menentukan
Penelitian
ini
menunujukkan
SHH
berperan
dalam
apoptosis
sendiri
berfungsi
untuk
mempertahankan
homeostasis, artinya jumlah sel dalam suatu organ atau jaringan harus
berada dalam keadaan yang relative konstan, hal ini dapat dicapai jika
kecepatan mitosis seimbang dengan kematian sel.
Gambaran HPA
Dilapisi oleh squamous stratified ephitelium berkeratin 5-8
lapisan sel.
Lebih sering dijumpai tipe parakeratotik
Sel-sel basal terdiri dari sel-sel kolumnar dan kuboidal atau
campuran keduanya.
Sel-sel inflamasi jarang ditemukan, tapi terkadang terdapat
mukopolisakarida
Cairan keratocyst berisi sejumlah kecil protein yang dapat
larut
dalam
albumin
dan
yang
sedikit
kaya
akan
mengandung
Imunoglobulin
18
19
basal
yang
menunjukkan
sifat
induktif
epitel
odontogeni
20
Kedua
teori
menjelaskan
bahwa
tekanan
dari
cairan
meningkatnya
tekanan
hidrostatik
yang
akan
yang
tidak
teratur
dan
mengandung
substansi
22
23
kista
dentigerous.
24
developmental
odontogenic
yang
25
26
tampak
pada kista
27
dan periosteum
Bentuk : pembengkakan pada
gingiva
Ukuran : kecil (beberapa cm)
Lokasi : free gingiva, attached
vital)
HPA : kapsul kista terdiri atas epitel
squamous
berkeratin
stratified
yang
tidak
kista kecil
Bentuk : nodul berwarna putih
mm)
Lokasi : alveolar ridge dari bayi
Gambar 16
28
Gambar 17
Gambar 19
Non Odontogen
1. Kista Duktus Naso Palatina
Terbentuk dari sisa-epitel pembentukan dukts nasopalatina yang
tertinggal pada canalis insisivus. Terjadi saat fetus usia 7 minggu pada
saat pertumbuahn palatum. Ekspansi akibat kista ini terjadi dibagian
palatum anterior dan mukosa labial. Tumbuh di lokasi gigi insisiv yang
tidak mengalami penulangan sengga berisi jaringan ikat.
Gambaran Histo Patologi Anatomi (HPA) berupa epitel squamous
stratified, pseudostratified collumnar, simple collumnar epitel, dan
simple kuboid epitel. Pada lining yang collumnar ditemukan sel goblet
dan cillia. Gambaran radiografinya berupa radiolusen di dekat midline
dari maksila anterior di antara insisiv sentral. Biasanya disertai denagn
29
resopsi akar gigi. Bentuk khasnya berupa gambar hati di antara gigigigi insisiv central.
2. Kista Median Palatal
Oleh karean sisa-sisa
epitel
yang
terjebak
pada
masa
biasanya bersal dari sisa-sisa epitel yang gagal berfusi. Bohn nodules
terbentuk dari sisa-sisa (serpihan) epitel pada palatum keras yang
berada di dekat perbatasan palatum lunak. Sisa epitel ini berasal dari
kelenjar saliva minor.
Gejala klinis berupa pembengkakan dengan diameter 1-3 mm,
berwarna putih atau putih kekuningan seperti papula yang terlihat di
sepanjang midlinepana junctional palatum lunak dan keras. Lokasinya
30
31
2. Kista Residual
Kista residual bersifat asimtomatis dengan proses pembesaran secara
secara perlahan-lahan yang tidak disadari oleh penderita. Seing
ditemukan tidak sengaja pada saat dilakukan pemeriksaan radiologis
rutin. Ditemukan pada regio yang tidak bergigi dengan riwayat
ekstraksi akibat tidak terambilnya granuloma atau kista radikular
secara sempurna.
GAMBARAN HPA
33
3. Kista Paradental
Kista Paradental dapat juga disebut sebagai Inflammatory Paradental
Cyst, Mandibular Infected Buccal Cyst, Buccal Bifurcation Cyst.Kista
paradental merupakan kista odontogenik yang mengalami peradangan
yang timbulnya disebabkan gigi molar tiga mandibula impaksi yang
mengalami perikoronitis.
Etiologi kista paradental sampai saat ini belum diketahui dengan pasti,
tapi terdapat tiga kemungkinan untuk pembentukannya yakni dari
epitel krevikular, dari sisa-sisa epitel Malassez dan dari epitel enamel
yang berkurang.
Kista ini jarang terjadi, tetapi memiliki karakteristik klinis yakni:
terjadi pada gigi molar tiga mandibula yang impaksi, mempunyai
riwayat perikoronitis, paling banyak terletak di daerah distal dan
distobukal gigi, terjadi pada usia dekade ketiga, dan dari penelitian
yang dilakukan, kista ini banyak dijumpai pada orang kulit putih dan
pada pria dibanding dengan wanita.
Gambaran histopatologi dan radiologi kista paradental ini tidak
patognomonik sehingga sering terkacau dengan kista yang lain.
Perawatan yang tepat dari kista paradental ini adalah teknik bedah
34
LAMPIRAN
Perbedaan antara Abses, Granuloma dan Kista
a. Abses
Abses biasanya muncul diakibatkan oleh gigi non vital. Berisi
neutrofil, makrofag, dan debris nekrotik. Konsistensi lunak fluktuatif
ditandai hilangnya stipling pada gingiva, dan mukosa rongga mulut yang
terinfeksi menjadi menegang. Bila gigi masih vital biasanya diserta dengan
rasa nyeri. Pada gambaran radiografi berkabut pada apeks gigidengan
batas yang tidak jelas, tidak rapi, da tidak membentuk scallop.
35
36
37
c. Kista
Berupa kantong yang dilapisi epitel dan jaringan ikat sehingga
gambaran histopatologi tampak berkapsul. Dapat ditemukan di tulang,
dermis, dan subkutan. Terbentuk akibat terjebaknya sisa-sisa epitel yang
tumbuh dan membentuk rongga (lumen). Kista dapat atau tidak terisi olek
keratin yang membuat warnanya akan menjadi lebih putih atau
kekuningan dengan konsistensi seperti krim atau keju karena berisi pus.
Kista dapat menimbulkan resopsi tulang bila ekspansinya meluas, selain
itu karena bentukannya yang berkapsul membuat pola ekspansi dari kista
menjadi teratur dengan fluktuatif negatif dalam waktu yang lama. Hal ini
yang menyebabkan terbentuknya pola seperti scallop border pada
radiograf kista dengan batas jelas (lebih radioopak).
38
39
DAFTAR PUSTAKA
iv
HW,
Fosko
SW,
carcinoma:Presentation,
Geraminejad
pathogenesis,
PA.
and
Aggressive
basal
management,
cell
Cancer