Laporan Kasus Retinoblastoma
Laporan Kasus Retinoblastoma
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
Jenis Kelamin
Umur
Agama
Suku/Bangsa
Alamat
No. Register
Tanggal Pemeriksaan
II.
:
:
:
:
:
:
:
:
An. RA
Perempuan
4 tahun 7 bulan
Islam
Bugis Bone/Indonesia
Bone
747217
26/02/2016
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Mata sebelah kanan menonjol
Anamnesis Terpimpin :
Yang disadari sejak 2 minggu lalu yang terjadi secara perlahan-lahan.
Keluhan ini disertai air mata yang berlebih, kotoran mata yang berlebih dan
nyeri. Awalnya mata sebelah kanan merah sejak 7 bulan yang lalu disertai
mata berair dan kotoran mata berlebih. Riwayat bintik putih pada mata
kanan sejak 1 tahun yang lalu. Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama
tidak ada.Riwayat berobat sebelumnya di RS Bone sekitar 7 bulan yang lalu
dan diberikan obat tetes mata yang tidak diketahui jenisnya. Pasien
kemudian berobat di RS. Unhas dan kemudian di rujuk ke RS wahidin
Sudirohusodo.
Riwayat Persalinan, P4A0, anak ke empat dari empat bersaudara, lahir
cukup bulan, secara seksio sesarea dengan indikasi bayi besar, BBL 4200 gr.
Riwayat trauma tidak ada.
III.
PEMERIKSAAN FISIS
STATUS GENERALIS
KU
Nadi
: 90 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu
: 36,8C
PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
A. Inspeksi
Pemeriksaan
Palpebra
OD
Edema (-)
OS
Hiperemis
App. Lakrimasi
Silia
Konjungtiva
Bola mata
Hiperlakrimasi (+)
Sekret (+)
Hiperemis (+)
Tampak
Massa
edema (-)
Hiperlakrimasi (-)
Sekret (-)
Hiperemis (-)
Normal
(-),
terbungkus
konjungtiva
berukuran 3x2x2 cm
terfiksir, perdarahan
tidak ada, pus tidak
Kornea
Bilik Mata Depan
Iris
ada
Keratopati
Sulit dievaluasi
Suit dievaluasi
Jernih
Normal
Coklat, Krypte (+)
Pupil
Suit dievaluasi
Bulat, sentral, RC
Suit dievaluasi
(+)
Jernih
Lensa
B. Palpasi
Pemeriksaan
Tensi Okuler
Nyeri Tekan
Massa Tumor
Glandula
OD
Sulit dinilai
Ada
Ada
Tidak ada pembesaran
OS
Tn
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak ada pembesaran
Preaurikuler
C. Tonometri
3
OD
Tampak
OS
massa Dalam batas normal
ekstraokular berukuran
3x2x2 cm, konsistensi
kenyal, tidak mudah
berdarah, pus tidak ada
Konjungtiva
Hiperemis (+)
Kornea
Keratopati
Bilik Mata Depan Sulit dievaluasi
Iris
Sulit dievaluasi
Pupil
Sulit dievaluasi
Lensa
Sulit dievaluasi
Hiperemis (-)
Jernih
Normal
Coklat, krypte (+)
Bulat, sentral, RC (+)
Jernih
I. Slit Lamp
SLOD : Pada bola mata tampak massa ekstraokuler berukuran 3x2x2
cm, konsistensi kenyal,
sulit dievaluasi
SLOS : Bola mata dalam batas normal, konjungtiva hiperemis (-),
kornea jernih, BMD normal, iris coklat, krypte (+), pupil
bulat, sentral, RC (+), lensa jernih
J. Funduskopi
FOS: Refleks fundus ada, papil N. II batas tegas, CDR 0,3, A/V: 2/3,
makula: refleks fovea ada, retina perifer dalam batas normal.
IV.
CT Scan :
RESUME
Seorang anak perempuan berusia 4 tahun 7 bulan dibawa oleh keluarga
ke Poli Mata RSWS dengan Mata sebelah kanan Menonjol. Yang disadari
sejak 2 minggu lalu yang terjadi secara perlahan-lahan. Keluhan ini disertai
air mata yang berlebih, kotoran mata yang berlebih dan nyeri. Awalnya mata
sebelah kanan merah sejak 7 bulan yang lalu disertai mata berair dan
kotoran mata berlebih. Riwayat bintik putih pada mata kanan sejak 1 tahun
yang lalu. Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama tidak ada.Riwayat
berobat sebelumnya di RS Bone sekitar 7 bulan yang lalu dan diberikan obat
6
tetes mata yang tidak diketahui jenisnya. Pasien kemudian berobat di RS.
Unhas dan kemudian di rujuk ke RS wahidin Sudirohusodo.
Riwayat Persalinan, P4A0, anak ke empat dari empat bersaudara, lahir
cukup bulan, secara seksio sesarea dengan indikasi bayi besar, BBL 4200 gr.
Riwayat trauma tidak ada.
Dari pemeriksaan inspeksi dengan penyinaran obliq tampak massa
ekstraokuler pada mata kiri berukuran 3x2x2 cm, konsistensi kenyal,
perdarahan aktif (-0, pus (-). Pemeriksaan Slitlamp,SLOD : Tampak massa
ekstraokuler berukuran 3x2x2 cm, ,konsistensi kenyal, perdarahan aktif (-),
pus (-), konjungtiva hiperemis (+), kornea sulit dievaluasi, BMD sulit
dievaluasi, iris sulit dievaluasi, pupil sulit dievaluasi, lensa sulit dievaluasi,
SLOS : Dalam batas normal. Hasil CT Scan: Kesan: Massa heterogen
berkalsifikasi intraoculi dextra sugestif retinoblastoma dengan tandatanda infiltrasi pada musculus rectus medial dextra
VI.
DIAGNOSIS
OD Retinoblastoma Grade IV
VII.
PENATALAKSANAAN
Rencana Kemoreduksi
VIII. PROGNOSIS
IX.
Quo ad Vitam
Quo ad Visam
: Dubia
: Malam
DISKUSI
TINJAUAN PUSTAKA
I. Pendahuluan
Retinoblastoma merupakan keganasan intraokuler primer kedua yang
paling sering muncul setelah uveal melanoma. Di beberapa daerah di dunia,
dimana
uveal
melanoma
jarang
terjadi
seperti
Afrika
dan
Asia,
Epidemiologi
Retinoblastoma adalah tumor intraokular terbanyak pada anak-anak. Di
Asia, Afrika dan Amerika Selatan, dimana melanoma uvea relatif jarang,
retinoblastoma adalah yang tumor primer intraocular yang paling umum. Di
Eropa dan Amerika Serikat, tumor berada di peringkat kedua diantara semua
prevalensi, merefleksikan kecenderungan dari orang Eropa yang berkulit
terang yang mengidap melanoma uvea. Insiden retinoblastoma diestimasikan
sekitar 1 dalam 15,000 hingga 1 dalam 34,000 kelahiran. Retinoblastoma
bersifat kosmpolitan dan bisa mengenai semua ras. Kedua jenis kelamin dapat
menderita dengan proporsi yang sama, dan tumor tidak memiliki daerah
predileksi untuk mata kanan atau kiri. Usia rata-rata saat diagnosis adalah 18
bulan. Walaupun banyak kasus yang telah dilaporkan pada orang dewasa,
10
Tunika Fibrosa
Tunika fibrosa terdiri atas bagian posterior yang opak, sclera dan
bagian anterior yang transparan, serta kornea. Sklera terdiri atas jaringan
fibrosa padat dan berwarna putih. Di posterior, sklera ditembus oleh
n.optikus dan menyatu dengan selubung dura saraf ini. Lamina kribrosa
adalah daerah sclera yang ditembus oleh serabut-serabut N.optikus.
merupakan area yang relatif lemah dan dapat menonjol ke dalam bola
mata oleh peningkatan tekanan likuor serebrospinalis didalam tonjolan
tubular spatium subarakhnoideum, yang terdapat di sekeliling n.optikus.
Bila tekanan intraokular meningkat, lamina kribrosa akan menonjol
keluar, menyebabkan diskus menjadi cekung, yang dapat dilihat melalui
oftalmoskop. 4
11
Gambar 1.
Potongan horizontal bola mata 4
Sklera juga ditembus oleh a.n. siliaris dan pembuluh venanya, yaitu
vena vortikosae. Kearah depan sklera langsung beralih menjadi kornea
pada taut korneosklera atau limbus. 4
Kornea yang transparan, mempunyai fungsi utama memantulkan
cahaya yang masuk ke mata. Di posterior, kornea berhubungan dengan
humor akuous. 4
-
12
brevis.
Fungsi : Kontraksi m.siliaris, terutama serabut-serabut meridianal
menarik korpus siliaris ke depan. Hal ini menghilangkan tegangan
yang ada pada ligament suspensorium, dan lensa yang elastis menjadi
lebih cembung. Keadaan ini meningkatkan daya fraksi lensa. 4
Iris adalah diafragma berpigmen yang tipis dan kontraktil
13
terang
dan
selama
berakomodasi.
M.dilator
papillae
Tunika Nervosa
14
Retina
terdiri atas pars pigmentosa di sebelah luar dan pars nervosa
Gambar
2
a.
Pewarnaan
Masson trichrome.
b. Foto fundusluar
dengan
diskus optik.
c. Diagram
Retina
disebelah
dalam. Permukaan
melekat
dengan
koroidretina
dan5
permukaan dalam berhubungan dengan korpus vitreum. Tiga perempat
posterior
retina
merupakan
organ
reseptor. Pinggir
anteriornya
15
Korpus Vitreum
Korpus vitreum mengisi bola mata dibelakang lensa dan
merupakan gel yang transparan. Kanalis hyaloideus adalah saluran
sempit yang berjalan melalui korpus vitreum dari diskus nervi opticus ke
permukaan posterior lensa. Pada janin saluran ini berisi hyaloidea, yang
menghilang beberapa saat sebelum lahir. 4
Fungsi korpus vitreum adalah sedikit menambah daya pembesaran
mata. Juga menyokong permukaan posterior lensa dan membantu
melekatkan pars nervosa retina ke pars pigmentosa retina. 4
Lensa
Lensa adalah struktur bikonveks yang transparan, yang dibungkus
oleh kapsula transparan. Lensa terletak di belakang iris dan di depan
korpus vitreum, serta dikelilingi prosesus siliaris.
Lensa terdiri atas kapsula elastis, yang membungkus struktur,
epithelium kuboideum, yang terbatas pada permukaan anterior lensa, dan
fibrae lentis, yang dibentuk dari epithelium kuboideum pada ekuator
lentis. Fibrae lentis menyusun bagian terbesar lensa.
Kapsula lentis yang elastis terdapat dalam keadaan tegang,
menyebabkan lensa berada tetap dalam bentuk bulat dan bukan berbentuk
diskus. Region ekuator lensa dilekatkan pada prosesus siliaris oleh
ligamentum suspensorium. Tarikan dari serabut-serabut ligamentum
suspensorium yang tersusun radial cenderung memipihkan lensa yang
elastis ini, sehingga mata dapat difokuskan pada objek-objek yang jauh.
Untuk mengakomodasikan mata pada objek yang dekat, m.siliaris
berkontraksi dan menarik korpus siliaris ke depan dan dalam, sehingga
serabut-serabut radial ligamentum suspensorium menjadi relaksasi.
16
17
Gambar 3.
Leukokoria, retinoblastoma sporadik unilateral. Refleks pupil yang putih adalah gejala
yang menyertai retinoblastoma pada 90% pasien di AS. 2
Gambar 4.
Leukokoria bilateral, retinoblastoma familial. Adanya tumor bilateral pada tumor
mengindikasikan bahwa pasien yang terkena adalah seorang karier dari retinoblastoma
familial yang dapat membawa tumor dari keturunannya . Tumor bilateral terjadi pada
dua pertiga pasien dengan retinoblastoma familial. 2
18
mengapa pemeriksaan fundus pada pupil yang dilatasi wajib dilakukan pada
semua kasus strabismus anak. Adakalanya, pasien dengan tumor yang kecil
memiliki gejala adanya kesulitan untuk melihat walaupun tidak ditemukan
strabismus. Strabismus yang terjadi adalah non-paralitik sehingga sudut
deviasi sama, terlepas dari arah penglihatan. Mata berdeviasi karena
penglihatan terganggu dan hal ini bisa terjadi pada mata dengan kelainan pada
penglihatan.2,3,6
2. Stadium Glaukomatosa.
Stadium ini berkembang jika retinoblastoma tidak diterapi selama
stadium tenang. Stadium ini ditandai oleh adanya rasa nyeri yang sangat
hebat, kemerahan, dan mata berair. Bola mata membesar dengan adanya
proptosis yang menonjol, kornea menjadi keruh, tekanan intra okular
meningkat.7
Inflamasi (uveitis, endoftalmitis, panoftalmitis, hipopion), atau yang
jarang terjadi, hifema, glaukoma, heterokromia, rubeosis, pitiris bulbi, dan
penurunan penglihatan adalah gejala penyerta lain pada tumor ini.
Pseudouveitis, dengan mata merah dan nyeri berhubungan dengan hipopion
dan hifema, adalah kasus yang jarang. Gejala ini terjadi karena
retinoblastoma yang berinfiltrasi dimana sel-sel tumor menginvasi retina
secara difus, tanpa membentuk massa tumor yang berlainan.3,6
19
Gambar 5.
Pseudohipopion akibat perluasan sel-sel tumor ke bilik mata depan. 3
VI.
Diagnosis
1. Anamnesis
Tahap awal diagnosis pada pasien dengan suspek retinoblastoma
adalah dengan menanyakan riwayat penyakit secara detil dan akurat
dari orang tua atau anggota keluarga lainnya. Informasi yang harus
dikumpulkan adalah jenis dan durasi gejala, misalnya waktu muncul
dan onset terjadinya leukokoria atau strabismus, masalah pada mata
sebelumnya seperti adanya kelainan pada penglihatan, perbedaan
penglihatan antara mata satu dengan yang lainnya, adanya kesulitan
mengambil benda atau mengenali orang, dan adanya gerakan abnormal
pada mata atau nistagmus. Kondisi sistemik yang berhubungan dan
kesehatan secara umum, yaitu adanya perubahan berat badan atau
nafsu makan. Obat-obatan yang telah dikonsumsi, operasi sebelumnya,
durasi masa gestasi dan komplikasi kehamilan, jenis persalinan
(pervaginam atau cesar), berat badan pasien saat lahir, kontak dengan
kucing atau anjing, dan yang terpenting riwayat penyakit keganasan
pada mata di keluarga.8
2. Pemeriksaan Awal
Dengan menggunakan penlight, penemuan seperti leukokoria
(refleks pupil putih), strabismus, proptosis atau ekstensi ekstraokular
dari massa padat (pada kasus yang lebih berat), harus dicatat. Fotografi
eksternal juga sangat penting untuk konfirmasi medis. Low-set ears
atau hidung datar juga harus dicatat (ada hubungannya dengan sindrom
delesi kromosom 13q). penglihatan anak juga harus dinilai, adanya
strabismus juga harus didokumentasikan. Area periokular harus dinilai
untuk melihat adanya pembengkakan yang asimetris, dan proptosis
juga harus dinilai. Dan jika pasien koperatif, refleks pupil juga harus
dinilai untuk mengetahui adanya defek aferen.8
3. Pemeriksaan Slit Lamp
Merujuk pada fakta bahwa pasien retinoblastoma adalah anak-anak
21
oleh
tumor,
neovaskularisasi
dari
iris,
hifema
atau
anestesi
dengan
evaluasi
yang
lebih
jelas
untuk
Gambar 6.
Foto fundus dari mata kanan dengan tumor retina dengan berbagai ukuran.8
22
VII.
for maintenance
of sight)
ekuator
a. Tumor soliter, ukuran 4-10 disk diameter,
Grup II
(Favorable
maintenance
for
of
maintenance
sight)
Grup III
(Possible
for
of
23
sight)
Grup IV
(Unfavorable for
maintenance
of
disk diameter
b. Adanya lesi yang meluas ke anterior ora
serrata
sight)
Grup V
(Very unfavorable
for maintenance
setengah retina
b. Vitreous seeding
of sight)
VIII.
Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi
Modalitas yang sering digunakan adalah computed tomography (CT
Scan). Kalsifikasi yang signifikan berhubungan dengan retinoblastoma
dapat tervisualisasi dengan jelas dan keberadaannya sangat berkorelasi
dengan
retinoblastoma.
Tetapi
kalsifikasi
yang
kurang
tidak
25
granuloma perifer pada retina dapat dihubungkan dengan traksi pada ablasio
retina dan falciform fold. Dan ketiga, granuloma macular yang terisolasi
dapat menjadi satu-satunya gejala.2
3. Penyakit Coats
Penyakit ini diasosiasikan dengan kelainan congenital retina dengan
ablasio retina eksudatif. Ini dapat didiagnosa antara umur 4-10 tahun, dan
kebanyakan pasien adalah laki-laki dengan tumor unilateral. Dikelompok
umur retinoblastoma, penyakit Coat ini biasanya berupa ablasio retina
dengan eksudat kuning pada subretina, terkadang disertai dengan Kristal
kolesterol tetapi tanpa massa tumor.2
4. Retinopati Prematuritas
Retinopati prematuritas adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan
pada pembentukan pembuluh darah retina pada bayi prematur. Pajanan
oksigen konsentrasi tinggi (hiperoksia) mengakibatkan tingginya tekanan
oksigen retina sehingga memperlambat perkembangan pembuluh darah
retina (vaskulogenesis). Hal ini menimbulkan daerah iskemia pada
retina9. Diagnosa ROP ditegakkan dengan pemeriksaan oftalmoskopi,
dilihat adanya dilatasi pembuluh darah, terdapatnya neovaskularisasi dan
pada kasus yang parah akan terdapat penonjolan batas antara retina
vaskuler dan avaskuler (ridge)2
26
Terapi 1,2,7,9
1. Tumor Destructive Therapy.
Dilakukan ketika tumor didiagnosis pada stadium awal dimana tumor tidak
melewati setengah dari retina dan saraf optik tidak terkena (biasanya pada
kedua mata pada kasus bilateral).
-
atau
brachytherapy)
Radiotherapy
(External Beam
brachytherapy)
Radiotherapy
dikombinasi
contohnya
EBRT
atau
dengan
chemotherapy
Cryotherapy
Cryotherapy diindikasikan untuk tumor yang berukuran kecil
(diameter < 4,5 mm dan ketebalan < 2,5 mm) dan terletak dibagian
anterior ke equator)
Laser Photocoagulation
Digunakan untuk tumor yang berukuran kecil dengan lokasi
posterior ke equator <3mm dari fovea
27
Thermotherapy
Thermotherapy dengan laser diode digunakan untuk tumor yang
berukuran kecil dan terletak posterior k equator menjauh dari
macula.
2. Enukleasi
Enukleasi digunakan sebagai penangana pada retinoblastoma ketika:
Tumor melibatkan lebih dari setengah retina
Melibatkan nervus optic
Terdapat glaucoma dan melibatkan anterior chamber
3. Exenterasi
Dilakukan Pada pada tumor yang sudah meluas ke jaringan ekstraokuler
dan telah berinervasi ke jaringan sekitar bola mata maka dilakukan
exsenterasi dan diikuti dengan kemoterapi dan radioterapi. Exenterasi
orbita melibatkan pengangkatan jaringan lunak orbita termasuk bola
mata. Prosedur tradisional mencakup pengankatan bola mata, kelopak
mata, konjungtiva dan keseluruhan isi orbita termasuk area periorbita.
Eksenterasi subtotal mencakup pengangkatan bola mata, konjungtiva
dan otot ekstraokuler tanpa dilakukan diseksi subperiosteal.
4. Terapi Paliatif
Terapi paliatif diberikan pada kasus di mana prognosis untuk hidup
dianggap buruk
Retinoblastoma dengan ekstensi orbital,
Retinoblastoma dengan ekstensi intrakranial, dan
Retinoblastoma dengan metastasis jauh.
Terapi paliatif harus mencakup kombinasi:
kemoterapi,
Debulking bedah dari orbit atau orbital
Exentration
Radioterapi berkas eksternal (EBRT)
XI.
Prognosis 7,10
Rasio mortalitas keseluruhan pada penderita tumor berjumlah sekitar
15 %. Di bawah ini merupakan factor prognostic penting :
1. Keterlibatan nervus optik
Diluar titik operasi dihubungkan dengan rasio mortalitas berjumlah
65%. Jika nervus optic tidak terlibat, rasio mortalitas hanya sekitar
8%, tetapi jika melibatkan lamina kribrosa maka rasio meningkat
28
29
DAFTAR PUSTAKA
1. A.Shields, Jerry. Clinical Overview: Retinoblastoma in Ocular Oncology
edited by Daniel . M. Albert. Marcell Dekker Inc. Newyork. 2003. P: 1920
2. Eagle RC Jr. Retinoblastoma and Stimulating Lesions. In : Tasman W,
Jaeger E, eds. Duanes Foundations of Clinical Ophthalmology. 2007th Ed.
Hagerstown: 2007. Chapter 21
3. Wilson, Matthew. Pediatric Ocular tumors and stimulating Lesions:
Retinoblastoma. Pediatric ophtalmology. Springer. 2009. P: 404-11
4. Snell R. Anatomi Klinik. Berdasarkan sistem.. Jakarta: EGC 2002. :p.62125
5. Schlote T, Rohrbach J, Grueb M, Mielke J. Pocket Atlas of
Ophthalmology. Anatomy. 2006th Ed. USA : Thieme New York, p:7
6. Kansky JJ. Clinical Ophthalmology. Tumours of the Retina. 6th ed.
British : Buttewoz-Heinemann Ltd. 1994:p.222-5
30
31