Anda di halaman 1dari 21

DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA

BELL’S PALSY PADA ANAK

Gde Putra Dhyatmika

PEMBIMBING:
Dr. dr. IGN Suwarba, Sp.A (K)
Dr. dr. Dewi Sutriani Mahalini, Sp.A
Dr. dr. Anna Marita Gelgel, Sp.S (K)
dr. Sri Yenni Trisnawati, M.Biomed, Sp.S
Pendahuluan

Bell’s palsy  paling


Paralisis n. fasialis sering dijumpai Penegakkan
Pemberian terapi
pada anak-anak  Agen etiologi tidak diagnosis akurat 
lebih awal  luaran
kongenital atau diidentifikasi & pemeriksaan
klinis lebih baik
didapat kondisi membaik mendetail & lengkap
secara spontan

Khan, dkk., 2011; Ngoerah, 2016


Bell's palsy
• Kelemahan LMN otot wajah
unilateral terisolasi tanpa sebab
yang jelas
• Keadaan paralisis nervus fasialis
unilateral akut
• Diperkenalkan oleh dr. Charles
Bells tahun 1829

Indrayani, 2017
Epidemiologi
Insiden tahunan

• Berkisar 11-40 kasus per 100.000 populasi


• Puncak insiden  15-45 tahun
• Tidak dijumpai perbedaan prevalensi dalam jenis kelamin

Populasi anak-anak

• Relatif jarang dijumpai


• Sekitar 2 - 4 X lebih jarang dibandingkan dewasa
• Angka insiden pasti belum diketahui

Indrayani, 2017; Khan, dkk., 2011


Anatomi
Nervus
Fasialis

Khan, dkk., 2011


Baehr, dkk. 2016
Etiologi & Patofisiologi
• Mekanisme yg mendasari Bell’s palsy belum jelas  diagnosis eksklusi

Reaktivasi virus
Herpes simplex Edema atau
Inflamasi n. fasialis
tipe 1 / varicella iskemia
zoster

kompresi n. fasialis
Paralisis Ggn konduksi saraf di dalam bony
canal

Khan, dkk., 2011; Ngoerah, 2016


Pemeriksaan
Paresis n. fasialis dgn Kelumpuhan n.
neuropediatrik Pemeriksaan THT
onset cepat fasialis kongenital
menyeluruh & LP
• Keadaan infeksi • Menyingkirkan • Eksklusi otitis • Defek
• Inflammasi kondisi patologis & media & perkembangan
• Cedera sindrom SSP lain mastoiditis atau traumatis
• Neoplasma
• Penyebab
metabolisme
• Kelainan bawaan

Khan, dkk., 2011; Cha, dkk., 2008


Beberapa penyebab paralisis nervus fasialis yang didapat
Infeksi atau inflammasi Otitis media, mastoiditis, abses lobus temporal, herpes zoster (Ramsay Hunt
syndrome), varicella, mumps, meningitis, encephalitis, mycoplasma, Lyme disease,
Kawasaki disease, Guillain-Barre syndrome, Cat scratch disease, HIV

Trauma Luka bakar pada wajah, fraktur basis kranii, cedera tembus, pembedahan
Neoplasma Leukaemia, Rhabdomyosarcoma, Cerebellar astrocytoma
Hematologik Histiocytosis, Haemophilia
Kongenital Melkersson-Rosenthal syndrome, arteriovenous malformation (AVM) intraserebral,
osteopetrosis
Penyebab lain Hipertensi, sarcoidosis

Khan, dkk., 2011


Gejala Klinis
Kelumpuhan otot-otot ekspresi wajah

• Distorsi wajah yg signifikan

Onset cepat

• Berkembang maksimal dalam dua hari

Keluhan

• Mati rasa & tebal pada wajah


• Rasa kering pada mulut & mata pada bagian Orang tua & Pengasuh
wajah yg sakit
• Kehilangan fungsi pengecapan pada bagian depan • Kesulitan dlm berbicara
lidah • Mata berair pada bagian yg sakit
• Nyeri telinga & intoleransi terhadap suara keras • Tampak air liur menetes saat minum /
pada bagian yang sakit. setelah membersihkan gigi

Khan, dkk., 2011


Diagnosis

Tanda / gejala atipikal


Pemeriksaan neurologis
Anamnesis klinis lengkap dan defisit neurologis
 mengeksklusi
& pemeriksaan fisik fokal  pemeriksaan
keterlibatan SSP dan
detail lanjutan & rujukan
kelumpuhan UMN
segera

Khan, dkk., 2011


Lesi LMN Lesi UMN
• Terjadi pada Bell's • Lesi serebrovaskular
palsy • daerah frontalis tidak
• Kelemahan pada terkena, pengerutan
semua otot ekspresi alis, penutupan
wajah kelopak mata & fungsi
• Kelemahan frontalis, berkedip normal
penutupan kelopak
mata yang lemah dan
sudut bibir turun

Khan, dkk., 2011


Gejala Atipikal

Nyeri telinga, ggn Adanya neuropati


Nyeri, paresthesia,
pendengaran, kranial yang
atau keterlibatan Hipertensi
penyakit telinga berhubungan atau
cabang tunggal saraf.
supuratif akut. tanda neurologis lain.

Linfadenopati, kulit yg Vesikel pada meatus Paralisis dgn


pucat /memar, eksterna / langit-langit Pembengkakan progresifitas gradual >
eritema migrans mulut (sindroma mastoid 3 minggu / terjadi
(penyakit Lyme) Ramsay Hunt) berulang.

Khan, dkk., 2011


Pemeriksaan Penunjang
Magnetic resonance imaging
Tes Laboratorium ENMG
(MRI)
• Jika tanda fisik paralisis • Jika terdapat tanda-tanda • Pemeriksaan rangsangan
fasialis tidak khas keterlibatan sistemik tanpa saraf, studi kecepatan hantar
• Tidak ada perbaikan paralisis perbaikan > 4 minggu saraf, tes blink reflex, EMG
fasialis dlm 1 bulan • Pemeriksaan rutin hitung jarum
• Kehilangan pendengaran darah lengkap  eksklusi • Menentukan prognosis
• Defisit n. kranialis multipel leukemia • Temuan fibrilasi potensial &
• Tanda-tanda paralisis denervasi otot terkait 
anggota gerak / ggn sensorik prognosis lebih buruk
• Riwayat suatu kedutan pada • Dilakukan pada 10-15 hari
wajah / spasme yg setelah onset
mendahului kelumpuhan
wajah  iritasi tumor

Indrayani, 2017; Khan, dkk., 2011


Penatalaksanaan

Penatalaksaan Bell's palsy masih kontroversial

• Kurangnya penelitian uji klinis terkontrol pada anak-anak


• Sebagian besar kasus Bell's palsy pulih secara spontan

Tujuan terapi

• Meminimalkan kemungkinan resolusi yg tdk lengkap


• Mengurangi risiko gejala sisa (synkinesis, disfungsi otonom,
spasme fasial)

Ciorba dkk., 2015; Khan, dkk., 2011


Medikamentosa
Dewasa Anak-anak Sindrom Ramsay Hunt
• Glukokortikoid • Kortikosteroid oral dlm • Steroid intravena
• Antivirus (asiklovir / waktu 3 hari sejak onset • Antivirus:
valasiklovir) gejala • Usia > 2th  Asiklovir 80
• Prednison 1-2 mg/kg per mg/kg per hari setiap 6
hari ~ 10 hari, dosis jam selama 5 hari
diturunkan bertahap • Usia > 12th  valasiklovir
20 mg/kg tiga kali sehari,
• Kontroversi  Tidak maksimum 1000 mg tiga
ditemukan perbedaan yg kali sehari
signifikan antara
pemberian kortikosteroid
maupun tidak

Ciorba dkk., 2015; Khan, dkk., 2011


Terapi Supportif

Kelumpuhan persisten
Perlindungan kornea  dgn lagophthalmos  Bayi dgn kesulitan
alat pelindung & tarsorrhaphy / menghisap  dukungan
pelumasan implantasi pemberat nutrisi alternatif
kelopak mata

Terapi fisik, terapi


biofeedback, latihan
Vitamin B12, oksigen
relaksasi dgn terapi
hiperbarik
pijat, latihan koordinasi
& ekspresi wajah

Ciorba dkk., 2015; Khan, dkk., 2011


• Dekompresi kanalis n. fasialis  tidak dianjurkan
• Kurangnya studi klinis sistematis yg menunjukkan
efektivitas nyata
Tindakan Bedah • Risiko terjadinya kehilangan pendengaran
sensorineural

Ciorba dkk., 2015; Khan, dkk., 2011


Prognosis
• Prognosis Bell's palsy
umumnya baik
• Perbaikan klinis dinilai
dgn sistem skala House
Brackmann pada hari ke
4, 7, dan 15

• Derajat II  luaran baik


• Derajat III - IV  disfungsi residual yg
moderat
• Derajat V – VI  kemungkinan
pemulihan buruk

Song, dkk., 2013; Ciorba dkk., 2015; Indrayani, 2017


DAFTAR PUSTAKA
• Baehr M, Frotscher M. Diagnosis Topik Neurologi Duus: Anatomi, Fisiologi, Tanda, Gejala. Edisi 5.
Dimanti A, Setiadi A, alih bahasa. Jakarta: EGC; 2016. Halaman 133-135
• Cha CI, Hong CK, Park MS, Yeo SG. Comparison of Facial Nerve Paralysis in Adults and Children. Yonsei
Med J 2008; 49(5):725-34.
• Ciorba A, Corazzi V, Conz V, Bianchini C, Aimoni C. Facial nerve paralysis in children. World Journal of
Clinical Cases 2015 December 16; 3(12): 973-979
• Indrayani S. Bell’s Palsy. Dalam Buku Proceeding Bali Neurology Update 5th (BANU 5). Perhimpunan
Dokter Spesialis Saraf Indonesia cabang Denpasar; 2017. Halaman 114-119
• Khan A, Hussain N, Gosalakkal J. Bells Palsy in Children – A review. Journal of Pediatric Sciences.
2011;3(2):e77
• Ngoerah IGNG, Dasar-dasar ilmu penyakit saraf. Denpasar: Udayana University Press; 2016. Halaman
164-165
• Song I, Vong J, Yen NY, Diederich J, Yellowlees P. Profiling Bell’s Palsy Based on House-Brackmann
Score. JAISCR, 2013, Vol. 3, No. 1, pp. 41-50

Anda mungkin juga menyukai