Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

GEOLISTRIK
OLEH: KELOMPOK 4
AINUL QALBI

H22114002

A.ARMANSYAH

H22114008

PUTRI WULANDARI

H22114014

DEWI PUTRIYANI RACHMAT H22114020


MUTMAINNAH

H22114026

NURAMILA

H22114307

DEWI RAHMA AHMADI

H22114505

PROGRAM STUDI GEOFISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016

HALAMAN PENGESAHAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan mata kuliah Metode
Geolistrik pada Program Studi Geofisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam
Universitas Hasanuddin
Makassar, November 2016
Penyusun,
KELOMPOK 4
AINUL QALBI

H22114002

A.ARMANSYAH

H22114008

PUTRI WULANDARI

H22114014

DEWI PUTRIYANI RACHMAT H22114020


MUTMAINNAH

H22114026

NURAMILA

H22114307

DEWI RAHMA AHMADI

H22114505

Mengetahui,
Asisten Praktikum Perpetaan
No
1.
2.
3.
4.

Nama
Andi Zulkifli
Muhammad Arif Nasir

Tanda Tangan

Menyetujui,
Dosen Mata Kuliah

Syamsuddin S.Si, M.T


NIP: 1914011520021211001

Dr. Muhammad Hamzah S.Si, M.T


NIP: 196912311997021002

Kata Pengantar

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan kasih sayangNya sehingga Laporan Praktikum Geolistrik dapat disusun dan diselesaikan tepat waktu.
Shalawat serta taslim semoga senantiasa tercurah atas junjungan Nabi Muhammad SAW,
sang revolusioner sejati yang telah membawa perubahan dalam berbagai dimensi
kehidupan ummat manusia.
Pada kesempatan ini, penyusun mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang
telah berpartisipasi dalam persiapan kegiatan praktikum, pelaksanaan kegiatan hingga
penyusunan laporan lengkap Praktikum Perpetaan. Apresiasi dan ucapan terima kasih
penyusun sampaikan kepada kedua orangtua tercinta atas sokongan riil maupun materiil,
dosen pembimbing Mata Kuliah, serta asisten yang telah meluangkan waktu, tenaga dan
pikiran dalam membimbing dan mendampingi penyusun sebelum dan selama kegiatan
praktikum berlangsung. Tak lupa pula penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung selama
kegiatan praktikum.
Meskipun laporan ini telah disusun sebaik mungkin, namun tidak dapat dipungkiri
bahwa masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
konstruktif sangat diperlukan guna penyempurnaan dalam penyusunan laporan
berikutnya. Akhir kata penyusun haturkan mohon maaf atas kekurangan yang terdapat
dalam laporan ini, dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
dapat memberikan sumbangsih dalam dunia kependidikan. Aamiin
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Makassar, November 2016

Tim Penyusun
Kelompok 4

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................

ii

KATA PENGANTAR................................................................................

iii

DAFTAR ISI..............................................................................................

iv

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................

BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang.......................................................................................

I.2 Ruang Lingkup......................................................................................

I.3 Tujuan....................................................................................................

I.3.1 Tujuan Umum.............................................................................

I.3.2 Tujuan Khusus.............................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II.1 Geologi Regional..................................................................................

35

II.2 Geomagnet...........................................................................................

35

II.2.1 Pengenalan Jenis-Jenis Peta.......................................................

35

II.2.2 Pemanfaatan Peta.......................................................................

37

II.2.3 Garis Kontur..............................................................................

39

II.2.4 Theodolite Survey......................................................................

40

II.2.5 Pengukuran Topografi................................................................

41

II.2.6 Poligon.......................................................................................

42

II.2.7 Triangulasi.................................................................................

43

II.2.8 Pengukuran Lapangan untuk Triangulasi..................................

45

II.2.9 Pengukuran dan Pemetaan Titik Dasar Teknik..........................

45

II.2.10 Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah................................

47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Lokasi dan Waktu................................................................................

77

III.2 Alat dan Bahan....................................................................................

78

III.3 Prosedur Pengambilan Data...............................................................

81

III.3 Pengolahan Data.........................................................................

86

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


IV.1 Hasil..........................................................................................

90

IV.1.1 Tabel Data.........................................................................

90

IV.1.2 Hasil Pengolahan.....................................................................

90

IV.2 Pembahasan.........................................................................................

120

BAB V PENUTUP
V.1 Kesimpulan...........................................................................................128
V.1.1 Kesimpulan Umum.................................................................

128

V.1.2 Kesimpulan Khusus.................................................................

128

V.2 Saran......................................................................................................

129

V.1.1 Saran untuk Kuliah Lapang......................................................

129

V.1.2 Saran untuk Asisten....................................................................

129

DAFTAR PUSTAKA................................................................................

xviii

LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Geofisika adalah bagian dari ilmu bumi yang mempelajari bumi menggunakan kaidah
atau prinsip-prinsip fisika. Di dalamnya termasuk juga meteorologi, elektrisitas
atmosferis dan fisika ionosfer. Penelitian geofisika untuk mengetahui kondisi di bawah
permukaan bumi melibatkan pengukuran di atas permukaan bumi dari parameterparameter fisika yang dimiliki oleh batuan di dalam bumi. Dari pengukuran ini dapat
ditafsirkan bagaimana sifat-sifat dan kondisi di bawah permukaan bumi baik itu secara
vertikal maupun horisontal.
Geolistrik merupakan salah satu metoda geofisika yang mempelajari sifat aliran listrik di
dalam bumi dan bagaimana cara mendeteksinya di dalam bumi dan bagaimana cara
mendeteksinya di permukaan bumi. Dalam hal ini meliputi pengukuran potensial, arus
dan medan elektromagnetik yang terjadi baik secara alamiah ataupun akibat injeksi arus
ke dalam bumi. Ada beberapa macam metoda geolistrik, antara lain : metoda potensial
diri, arus telluric, magnetotelluric, IP (Induced Polarization), resistivitas (tahanan jenis)
dan lain- lain.
Geolistrik juga dapat digunakan untuk mendeteksi adanya lapisan tambang yang
mempunyai kontras resistivitas dengan lapisan batuan pada bagian atas dan bawahnya.
Bisa juga untuk mengetahui perkiraan kedalaman bedrock untuk fondasi bangunan.
Metoda geolistrik juga bisa untuk menduga adanya panas bumi (geotermal) di bawah
permukaan.
Mengingat besarnya kemungkinan adanya situs peningggalan sejarah berupa bunker di
Lakkang dan susahnya masyarakat untuk mendapatkan air tanah. Oleh karena itu
praktek lapang ini diadakan di daerah Lakkang. Tujuannya untuk mengetahui bagaimana
sebenarnya kondisi bawah permukaan pada daerah tersebut.
Dalam praktikum ini akan di bahas mengenai metode geolistrik di delta Lakkang dengan
menggunakan alat ukur yaitu single channel. Dengan adanya praktikum ini di harapakan
mampu mengimplementasikan hal-hal yang telah di pelajari dalam kelas khusunya yaitu
untuk mengetahui bagaimana sebenarnya kondisi bawah permukaan pada daerah
tersebut.
I.2 Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam praktikum ini dibatasi pada metode geolistrik 1 dimensi dan 2
dimensi yang di lakukan di delta lakkang selama 2 hari.
I.3 Tujuan

I.3.1 Tujuan Umum


Tujuan umum dari praktikum ini adalah:
1. Untuk memenuhi salah satu mata kuliah wajib yaitu metode geolistrik.
2. Untuk mengaplikasikan teori geofisika yang diperoleh di dalam kelas.
I.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari praktikum ini adalah:
1. Mampu mengoperasikan alat resistivity meter single chanel dan multi chanel
2. Mampu mengolah data resistivitas dengan menggunakan aplikasi ip2win untuk data
geolistrik 1 dimensi
3. Mampu mengolah data resistivitas dengan menggunakan aplikasi res2dinv untuk
data geolistrik 2 dimensi.
4. Mampu mengidentifikasi kedalaman akuifer air tanah dari data geolistrik 1 dimensi
5. Mampu mengidentifikasi letak dan kedalaman bunker dari data geolistrik 2 dimensi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Geologi Regional
Secara regional, geologi Pulau Sulawesi dan sekitarnya termasuk kompleks,yang
disebabkan oleh proses divergensi dari tiga lempeng litosfer, yaitu : Lempeng Australia
yang bergerak ke utara, Lempeng Pasifik yang bergerak ke barat, dan Lempeng Eurasia
yang
bergerak
ke
selatan-tenggara.
Daerah
sulawesi
selatan,
dimana berdasarkan urutan stratigrafinya batuan tertua yang dijumpai di daerah adalah
Formasi Latimojong yang berumur Kapur dengan ketebalan kurang lebih 1000 meter.
Formasi ini telah termetamorfisme dan menghasilkan filit, serpih, rijang, marmer,
kuarsit dan beberapa intrusi bersifat menengah hingga basa, baik berupa stock maupun
berupa retas-retas. Pada bagian atasnya diendapkan secara tidak selaras Formasi Toraja
yang
terdiri
dari
Tersier
Eosen
Toraja dan
Tersier Eosen
Toraja
Limestone yang berumur Eosen terdiri dari serpih, batu gamping dan batupasir serta
setempat batubara, batuan ini telah mengalami perlipatan kuat. Kisaran umur dari fosilfosil yang dijumpai pada umumnya berumur Eosen Tengah sampai Miosen Tengah.
(diatmico, 2014).
Pembahasan pada Delta Lakkang mengenai proses pembentukannya, faktor
pembentukan, serta litologi sedimentasi. Proses pembentukan delta ini diawali dari
proses erosi terhadap aliran fluida yang dilewati. Aliran tersebut membawa materialmaterial erosi yang kemudian tertransport menuju muara sungai. Dan akhirnya terjadi
sedimentasi material sungai. Kejadian tersebut terjadi berulang-ulang selama ratusan
tahun. Sedimentasi pada muara sungai tidak terganggu oleh gelombang air laut karena
laut daerah sulawesi tidak mempunyai ombak. Dalam pembentukan delta
terdapat beberapa faktor pengontrol utama. Delta
Lakkang
ini
diindikasikan
faktor pengontrolnya adalah aliran sungai dan dibantu dengan gelombang air laut. Aliran
sungai membawa material sedimen yang kemudian terendapkan di muara sungai.
Gelombang air laut tenang membantu material tersebut tidak teruarai ke laut lepas. Pada
artikel terkait Delta Lakkang disebutkan litologi material sedimentasi didominasi oleh
litologi pasir dan lumpur. Banyak tumbuhan rawa di sepanjang bantaran sungai tallo.
Diindikasikan butiran pasir telah berbentuk membulat akibat jarak dari provencenya
yang jauh. Energi pengendapan material tersebut semula tinggi kemudian berangsur
rendah menuju hilir sungai tallo (diatmico, 2014).
Berikut adalah lampiran gambar dari artikel mengenai geologi regional yang terdapat
pada kota makassar yang diperbesar terkhusus pada Delta Lakkang ;

Secara geografis, Lakkang adalah desa yang


dihuni oleh sekitar 300 KK atau sekitar 1000
jiwa di sebuah delta seluas 165 hektar yang
terbendung selama ratusan tahun dari
sedimentasi Sungai Tallo. Mata pencaharian utama penduduknya adalah nelayan /
penambak dan bertani.
Lakkang dipisahkan dengan daratan Makassar oleh sungai Tallo yang lebarnya 10-50
meter dan mempunyai kedalaman hingga 7 meter. Untuk mencapainya kita harus
melintasi Sungai Tallo menggunakan perahu penyeberangan dengan jarak tempuh 15
menit.
Lakkang merupakan kawasan penelitian terpadu serta daerah konservasi alam dan
budaya yang menjadikannya terpilih sebagai pusat peringatan Hari Habitat Sedunia
bertema Cities Magnet of Hope pada 2006. Dan pada 2011, Lakkang ditetapkan sebagai
Desa Wisata yang menjadi salah satu destinasi wisata sejarah baru di Makassar dengan
bunker Jepang sebagai daya tarik unggulannya.
II.2 Geolistrik
II.2.1 Konsep Dasar
Geolistrik ialah suatu metode dalam geofisika yang mempelajari sifat aliran listrik di
dalam bumi dan cara mendeteksinya di permukaan bumi. Pendeteksian ini meliputi
pengukuran beda potensial, arus, dan elektromagnetik yang terjadi secara alamiah
maupun akibat pengijeksian arus ke dalam bumi (Kanata,dan Zubaidah., 2008).
Azhar dan Handayani (2004) telah melakukan pemodelan berskala laboratorium untuk
mengukur tahanan jenis beberapa sampel batubara dari Tambang Air Laya menggunakan
konfigurasi Wenner-Schlumberger, dengan dasar pemikiran metode tahanan jenis telah

banyak dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan ekplorasi lapisan dangkal. Metoda


tahanan jenis merupakan metode geofisika yang dipakai untuk pengukuran tahanan jenis
semu suatu medium. Pengukuran dengan konfigurasi schlumberger ini menggunakan 4
elektroda, masing-masing 2 elektroda arus dan 2 elektroda potensial. Dari hasil
pengukuran arus dan beda potensial untuk setiap jarak elektroda tertentu, dapat
ditentukan variasi harga hambatan jenis masing-masing lapisan di bawah titik ukur (titik
sounding).
Berdasarkan letak (konfigurasi) elektroda, dikenal beberapa jenis konfigurasi resistivitas
yaitu: (1) Konfigurasi Wenner, (2) Konfigurasi Schlumberger, (3) Konfigurasi dipoledipole, dan lain-lain. Masing-masing konfigurasi elektroda di atas memiliki kelebihan
dan kekurangan. Oleh karena itu, sebelum dilakukan pengukuran harus terlebih dahulu
diketahui dengan jelas tujuannya sehingga kita dapat memilih jenis konfigurasi yang
cocok dan efisien untuk digunakan.
II.2.2 Geolistrik Tahanan Jenis
Geolistrik merupakan alat yang dapat diterapkan untuk beberapa metode geofisika,
prinsip kerja metode ini adalah mempelajari aliran listrik di dalam bumi dan cara
mendeteksinya di permukaan bumi. Dalam hal ini meliputi pengukuran potensial, arus,
dan medan elektromagnetik yang terjadi baik secara alamiah maupun akibat injeksi arus
ke dalam bumi (buatan) (Wuryantoro, 2007).
Dari sekian banyak metode geofisika yang diterapkan dalam geolistrik, metode tahanan
jenis adalah metode yang paling sering digunakan. Metode ini pada prinsipnya bekerja
dengan menginjeksikan arus listrik ke dalam bumi melalui dua elektroda arus sehingga
menimbulkan beda potensial. Beda potensial yang terjadi diukur melalui dua elektroda
potensial (Reynold, 1997).
Hasil pengukuran arus dan beda potensial untuk setiap jarak elektroda yang berbeda
dapat digunakan untuk menurunkan variasi harga tahanan jenis lapisan dibawah titik
ukur (sounding point).
Berdasarkan letak (konfigurasi) elektroda-elektroda arus dan potensialnya, dikenal
beberapa jenis metode geolistrik tahanan jenis, antara lain metode Schlumberger, metode
Wenner dan metode Dipole Sounding. Metode ini lebih efektif dan cocok digunakan
untuk eksplorasi yang sifatnya dangkal, karena jarang memberikan informasi lapisan di
kedalaman lebih dari 1000 kaki atau 1500 kaki. Pada metode tahanan jenis konfigurasi
Schlumberger, bumi diasumsikan sebagai bola padat yang mempunyai sifat homogen
isotropis. Dengan asumsi ini, maka seharusnya resistivitas yang terukur merupakan
resistivitas sebenarnya dan tidak bergantung atas spasi elektroda, namun pada
kenyataannya bumi terdiri atas lapisan-lapisan dengan yang berbeda- beda sehingga
potensial yang terukur merupakan pengaruh dari lapisan-lapisan tersebut. Maka harga
resistivitas yang terukur bukan merupakan harga resistivitas untuk satu lapisan saja,
tetapi beberapa lapisan. Hal ini terutama untuk spasi elektroda yang lebar.
II.2.3 Prinsip Dasar Metode Tahanan Jenis

Konsep dasar dari Metoda Geolistrik adalah Hukum Ohm yang pertama kali dicetuskan oleh
George Simon Ohm. Dia menyatakan bahwa beda potensial yang timbul di ujung-ujung suatu
medium berbanding lurus dengan arus listrik yang mengalir pada medium tersebut. Selain itu,
dia juga menyatakan bahwa tahanan listrik berbanding lurus dengan panjang medium dan
berbanding terbalik dengan luas penampangnya. Formulasi dari kedua pernyataan Ohm di atas,
dapat dituliskan sebagai berikut (Syamsuddin, 2007):

Arus listrik diasumsikan muatan positif yang bergerak ke arah terminal megatif,
sedangkan muatan negatif bergeraka ke terminal positif. Namun kesepakatan
menyatakan bahwa arus listrik bergerak dari muatan positif ke arah muatan negatif.
Prinsip pelaksanaan survei resistivitas adalah mengalirkan arus listrik searah ke
dalam bumi melalui dua elektroda arus yang ditancapkan pada dua titik permukaan
tanah dan kemudian mengukur respon beda potensial yang terjadi antara dua titik
yang lain di permukaan bumi dimana dua elektroda potensial ditempatkan dalam
suatu susunan tertentu (Syamsuddin, 2007).
Dari data pengukuran yang didapat yakni beda potensial dan kuat arus, akan
diperoleh harga-harga resistivitas semu untuk setiap spasi elektroda yang dibentang.
Harga-harga tersebut digambarkan pada kertas grafik log-log untuk mendapatkan
kurva lapangan. Kurva lapangan ini kemudian diinterpretasikan untuk mendapatkan
harga-harga ketebalan dan resistivitas lapisan bawah permukaan bumi (Syamsuddin,
2007).
Dalam pendugaan resistivitas, digunakan asumsi-asumsi sebagai berikut:
- Pada bawah permukaan bumi terdiri dari lapisan-lapisan dengan
ketebalan tertentu, kecuali pada lapisan terbawah yang mempunyai
ketebalan tidak berhingga
- Bidang batas antar lapisan adalah horizontal.
- Setiap lapisan dianggap homogen isotropis
II.2.4 Potensial Arus di Permukaan
Apabila terdapat dua Elektroda arus yang dibuat dengan jarak tertentu seperti gambar
11, potensial pada titik-titik dekat permukaan akan dipengaruhi oleh kedua elektroda
arus tersebut.

Gambar 2.1 Dua pasang elektroda arus dan potensial pada permukaan medium
homogen isotropis dengan tahanan jenis (Bahri, 2005).

Potensial pada titik P1 akibat elektroda arus C1 adalah (Reynolds, 1997 dalam Bahri,
2005) :
I 1
V 11=
2 r1

( )

Karena arus pada kedua elektroda sama dan berlawanan arah, maka potensial pada titik
P2 akibat elektroda arus C2 dapat ditulis,
I 1
V 12=
2 r2

( )

Sehingga potensial pada titik P1 akibat elektroda arus C1 dan C2 adalah,


V 11 +V 12=

I 1 1

2 r1 r2

Gambar 2.2 Pola aliran arus dan bidang ekipotensial antara dua elektroda arus dengan
polaritas berlawanan (Bahri, 2005).
Dengan cara yang sama, potensial pada P2 akibat elektroda arus C1 dan C2 adalah,
V 21+V 22=

I 1 1

2 r3 r4

Akhirnya, beda potensial antara P1 dan P2 dapat ditulis sebagai,


V=

I
2

{( ) (

1 1
1 1

r1 r 2
r3 r4

)}

Dari besarnya arus dan beda potensial yang terukur maka nilai resitivitas dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan:
=k

V
I

Dengan k adalah faktor geometri yang bergantung pada penempatan posisi elektroda di
permukaanII.2.5 Konfigurasi Elektroda dan Sensitivitasi
Ada beberapa bentuk konfigurasi elektroda (potensial dan arus) dalam eksplorasi
geolistrik tahanan jenis dengan faktor geometri yang berbeda-beda, yaitu: Wenner
Alpha, Wenner Beta, Wenner Gamma, Pole-Pole, Dipole-Dipole, Pole-Dipole, Wenner
Schlumberger, dan Equatorial Dipole-Dipole. Setiap konfigurasi memiliki kelebihan dan
kekurangan, baik ditinjau dari efektivitas dan efisiensinya maupun dari sensitifitasnya. Gambar
2.3 menunjukkan berbagai bentuk susunan (konfigurasi) elektroda.

Gambar 2.3 Konfigurasi elektroda dalam eksplorasi geolistrik (Loke, 2004)


II.3.1. Wenner Alpha
Wenner Alpha memiliki konfigurasi elektroda potensial berada di antara elektroda arus
yang tersusun dari C1 P1 P2 C2. Jarak elektroda yang satu dengan lainnya sama
dengan a, seperti terlihat pada Gambar II.5a. Faktor geometri konfigurasi ini adalah k =
2 a. Keuntungan dan keterbatasan konfigurasi Wenner Alpha (Taib, 2004), adalah:
1. Konfigurasi elektroda Wenner Alpha, sangat sensitif terhadap perubahan
lateral setempat dan dangkal; seperti gawir, lensa-lensa setempat. Hal
tersebut terjadi karena anomali geologi diamati oleh elektroda C i dan Pi
berkali-kali. Namun demikian untuk jarak C-P yang lebih pendek, daya
tembus (penetrasi) lebih besar, sehingga berlaku untuk eksplorasi
resistivitas dalam.
2. Karena bidang equipotensial untuk benda homogen berupa bola, maka datadata lebih mudah diproses dan dimengerti. Disamping itu, errornya kecil.

3. Karena sensitif terhadap perubahan-perubahan ke arah lateral di permukaan,


konfigurasi ini disukai dan banyak digunakan untuk penyelidikan
Geotermal.
4. Karena pengukuran setiap elektroda harus dipindahkan, maka memerlukan
buruh yang lebih banyak.
II.3.2. Wenner Beta
Wenner beta merupakan kasus khusus untuk konfigurasi Dipole-Dipole dengan susunan
elektroda seperti terlihat pada Gambar II.5b. Elektroda potensialnya berdekan pada satu
sisi dan elektroda arusnya di sisi yang lain, dengan susunan mulai dari C 2 C1 P1
P2. Jarak elektroda yang satu ke elektroda yang lain juga sama dengan a. Faktor
geometri konfigurasi ini adalah k = 6 a. Keunggulan dan kelemahan konfigurasi ini
hampir sama dengan Wenner Alpha, hanya berbeda pada sensitivitas. Wenner Beta lebih
sensitif ke arah horisontal dibandingkan Wenner Alpha, sementara Wenner Alpha lebih
sensitif ke arah vertikal atau penetrasi Wenner Alpha lebih dalam daripada Wenner Beta.
II.3.3. Wenner Gamma
Jarak elektroda konfigurasi ini juga seperti Wenner Alpha dan Beta yaitu sejauh a, akan
tetapi kedudukan elektrodanya berselang-seling mulai C1 P1 C2 P2, seperti pada
Gambar II.5c. Faktor geometri konfigurasi ini adalah k = 3 a. Konfigurasi ini jarang
digunakan karena memang tidak dapat memberikan hasil yang lebih baik dan
memuaskan.
II.3.4. Pole-Pole
Jarak elektroda konfigurasi ini juga sama dengan a, namun elektrodanya hanya terdiri
dari satu elektroda arus dan satu elektroda potensial seperti terlihat pada Gambar II.5d.
Faktor geometri konfigurasi ini adalah k = 2 a. Karena cuma satu elektroda arus
dan satu elektoda potensial, maka tidak membutuhkan buruh yang banyak. Akan tetapi
terlalu banyak potensial yang tidak terukur.
II.3.5. Dipole-Dipole
Konfigurasi ini mempunyai susunan elektroda sama dengan Wenner Beta, hanya jarak
antara elektroda arus dengan elektroda potensial sama dengan n kali jarak kedua
elektroda yang sama (P1 ke P2 atau C1 ke C2). Konfigurasinya dapat dilihat pada
Gambar II.5e, dengan faktor geometri sama dengan k = n(n + 1)(n+2)a. Kelemahan
konfigurasi ini memerlukan buruh yang banyak, tetapi dapat memberikan informasi
secara horisontal yang cukup jauh.
II.3.6. Pole-Dipole
Konfigurasi Pole-Dipole merupakan gabungan antara Pole-Pole dengan Dipole- Dipole,

sehingga elektroda yang digunakan hanya 3 masing-masing satu elektroda arus dan dua
elektroda potensial. Adapun susunannya diperlihatkan dalam Gambar II.5f, dengan
faktor geometri k = 2 n(n + 1)a. Karena Cuma satu elektroda arus, maka tidak
membutuhkan buruh yang banyak. Akan tetapi untuk interpretasi, sebaiknya digunakan
pengukuran inverse.
II.3.7. Wenner Schlumberger
Dalam konfigurasi ini, posisi elektroda sama dengan Wenner Alpha, tetapi jarak antara
elektroda arus dan elektroda potensial adalah n kali jarak kedu elektroda potensial.
Konfigurasi ini ditunjukkan dalam Gambar II.5g dengan dengan faktor geometri sama
dengan k = n(n + 1)a. Keuntungan dan keterbatasan konfigurasi WennerSchlumberger (Taib, 2004), adalah:
1. Dalam konfigurasi ini, MN tidak terlalu sering dipindahkan, sehingga mengurangi
jumlah buruh yang dipakai.
2. Referensi dan kurva-kurva lebih banyak, dan studi yang dilakukan cukup banyak.
3. Konfigurasi ini tidak terlalu sensitif terhadap adanya perubahan lateral setempat,
sehingga metoda ini dianjurkan dipakai untuk penyelidikan dalam.
4. Kelemahannya: AB/MN harus berada pada rasio 2,5 < AB/MN < 50. Di luar rasio
tersebut, faktor geometri sudah berdeviasi.
II.2.7
Kisaran
Tahanan
Jenis

Harga
Batuan

Gambar II.3 dan II.4


kisaran
harga
beberapa
jenis
resistivitas batuan
ubah,
apabila
dalam
pori-pori
mengalami
terjadi
perubahan
kandungan
kimia
kontras
harga

memperlihatkan
resistivitas dari
batuan.
Harga
dapat
berubahkandungan fluida
batuan
perubahan atau
secara signifikan
yang
memiliki
resistivitas.

Gambar 2.4 Kisaran rata-rata harga resistivitas spesifik dan permitivitas relatif beberapa
jenis batuan (Schn, 1996)

Gambar 2.4 Kisaran harga resistivitas beberapa jenis batuan, tanah dan mineral (Loke,
2004)

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Lokasi dan Waktu
Kegiatan Kuliah Lapangan ini dilaksanakan pada tanggal -. November 2016 di di
delta lakkang.
III.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum geolistrik adalah :
1. Resistivitimeter Single Channel, digunakan untuk mengukur nilai beda potensial (V)
dan kuat arus (I).
2. Elektroda Potensial dan. Elektroda Arus 12 buah, digunakan sebagai pengahantar
arus yang diinjeksikan.
3. Kabel Elektroda 4 gulung (kabel A, B, M, N), digunakan sebagai penghubung aliran
4.
5.
6.
7.

arus ke elektroda.
Kabel Konektor, digunakan untuk menghubungkan alat dengan kabel elektroda.
Aki Kering 2 buah, digunakan sebagai sumber arus.
Meteran, digunakan untuk mengukur jarak antar elektroda.
GPS (Global Positioning System), digunakan untuk mengetahui latitude, longitude,

dan elevasi.
8. Patok, digunakan untuk menandai digunakan untuk menandai titik elektroda
9. Palu elektroda 2 buah, untuk memudahkan dalam menancapkan elektroda
10. Handy Talky (HT) 2 buah, sebagai alat komunikasi ketika akan melakukan proses
injeksi arus.
11. Satu set alat tulis, digunakan untuk mencatat data dari hasil pengukuran di lapangan.
III.3 Prosedur Pengambilan Data
A. Konfigurasi Wenner
1. Memasang elektroda di titik awal, yang mana titik tersebut sebagai posisi elektroda
A.
2.
3.
4.
5.

Mengukur jarak antar elektroda.


Menanam elektroda dengan jarak 5 m antar elektroda.
Menentukan koordinat untuk setiap elektroda.
Menghubungkan alat dengan gulungan kabel elektroda, serta menyambungkan

gelungan kabel tersebut dengan masing-masing elektroda (A, B, M dan N).


6. Menyalakan alat kemudian melihat display.
7. Menekan tombol range untuk mencari nilai di display yaitu 000,0 untuk arus dan
000,0 untuk potensial.

8. Apabila telah sesuai syarat, menekan tombol inject selama 5 detik kemudian
menekan tombol hold secara bersamaan pada alat.
9. Mencatat nilai yang terbaca pada display.
10. Melakukan pengukuran sebanyak 2 kali pembacaan data.
11. Mematikan kembali alat, kemudian memindahkan kabel yang terpasang tadi dengan
masing-masing bergeser sepanjang jarak tertentu. Jadi, kabel yang terpasang di
elektroda A, akan berpindah ke elektroda M, dan begitu pula untuk elektroda
selajutnya.
12. Mengulang tahap 7-11.
13. Pada line berikutnya, tahapnya tetap sama tetapi jaraknya akan berubah.
14. Mengulang pengukuran untuk line berikutnya dengan catatan yaitu line 2 berpindah
sepanjang 10 m, line 3 berpindah sepanjang 15 m, line 4 berpindah sepanjang 20 m,
B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

line 5 berpindah sepanjang 25 m, dan line 6 berpindah sepanjang 30 m.


Konfigurasi Schlumberger
Mengukur jarak lintasan.
Menentukan titik sonding di tengah-tengah lintasan.
Mengukur jarak M ke N.
Mengukur jarak A ke B .
Mengukur jarak dari titik sounding ke M dan begitu pula sebaliknya ke titik N.
Mengukur jarak dari titik sounding ke A dan begitu pula sebaliknya ke titik B.
Menanam elektroda dengan jarak yang telah ditentukan dan menentukan koordinat

untuk setiap elektroda.


8. Menghubungkan alat dengan gulungan kabel elektroda, serta menyambungkan
gelungan kabel tersebut dengan masing-masing elektroda.
9. Menyalakan alat kemudian melihat display.
10. Melakukan prosedur yang sama dengan poin 7-10 pada Konfigurasi Wenner.
11. Memindahkan kabel pada elektoda A dan B ke elektroda setelahnya , sedangkan
posisi elektroda M dan N tetap. Dalam praktikum ini, jarak M dan N akan berubah
setelah elektroda A dan B berpindah sebanyak 4 kali, dengan catatan jarak A ke B
lebih besar daripada jarak M ke N.
12. Mengulang tahap 10-11.
III.4 Pengolahan Data
A. Konfigurasi Wenner
1. Memasukkan data lapangan berupa nilai V (Tegangan), I (Arus) ke dalam program
Ms.excel untuk mancari konstanta dan nilai resistivitas semu.
2. Membuat nilai input untuk program Res2Dinv di notepad, dengan format, input
-

sebagai berikut :
Menentukan nama lintasan survey.
Menuliskan jarak elektroda terkecil.

Menuliskan data berupa: Jenis konfigurasi (Wenner = 1, Schlumberger =7, pole-

pole = 2, dipole-dipole = 3, pole-dipole = 6)


Menuliskan jumlah nilai total datum point.
Menentukan dan menuliskan nilai posisi datum pertama (tulis 0 jika datum
pertama berada di elektroda pertama atau tulis 1 jika datum pertama berada di

tengah-tengah elektoda).
Memasukkan dan menuliskan nilai 0 untuk resistivitas atau 1 untuk IP.
Susunan data:
- Posisi horizontal, spasi elektroda x n (lapisan ke-n), nilai resistivitas.
- Ketik nol diakhir input data, 4 kali.
- Setelah mendapat input di notepad, kemudian save as dalam bentuk *.dat

(misalkan nama filenya : wenner.dat).


- Keluar dari notepad .
3. Membuka program Res2Dinv.
4. Dari tampilan windows Res2Dinv, membuka menu file untuk membaca data yang
disimpan dalam program notepad (file wenner.dat). Kemudian memilih menu
inversi, lalu memilih least-squares invertion. Untuk melihat posisi datum point
pilih menu lalu memilih spilce data set.
5. Untuk mengedit data, memilih menu ,lalu memilih extermine datum point. Untuk
menghilangkan data yang jelek, memilih datum point yang ingin dihilangkan, lalu
klik kanan pada mouse (sampai tanda merah), kemudian tekan Q.
B. Konfigurasi Schlumberger
1. Memasukkan nilai V (potensial) dan I (arus) yang diperoleh dari lapangan ke dalam
Ms. Excel untuk menghitung nilai K dan rata-rata.
2. Membuka software IP2win, kemudian membuka new VES point.
3. Memasukkan nilai AB/2, MN, dan rata-rata (resistivitas semu) ke dalam tabel new
VES point.
4. Menyimpan tabel new VES point tersebut dalam bentuk *.txt dan *.dat.
5. Selanjutnya muncul kurva pemodelan sounding beserta tabel dan persentese
errornya.
6. Untuk mengurangi tingkat errornya, dilakukan proses editing dengan cara
menggerakkan garis biru agar garis hitam (data lapangan) berimpit dengan garis
merah (hasil kalkulasi software). Nilai error semakin berkurang apabila garis merah
semakin mendekati garis hitam (berimpit). Menyimpan file ini dalam bentuk *.dat.
7. Melakukan add data (*.dat), kemudian akan muncul jumlah lapisan berupa gambar
penampang (pseudo cross & resistivity section).

Anda mungkin juga menyukai