Anda di halaman 1dari 11

PENYUSUNAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA

BAB 1
PENDAHULUAN

1.

Latar Belakang Masalah


Menyadari akan kebutuhan pelaksanaan di pemerintahan yang mengarah pada upaya

mensejahterakan masyarakat maka oleh pemerintah, kemudian merevisi Undang-Undang Nomor


22 Tahun 1999 menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
juga Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Konsekuensi logis dari
pelaksanaan kedua undang-undang ini memberikan pengaruh perubahan terhadap tata laksana
manajemen keuangan di daerah baik dari proses penyusunan, pengesahan, pelaksanaan, dan
pertanggungjawaban anggaran. Perubahan tersebut yaitu perlu dilakukan budgeting reform atau
reformasi anggaran.
Aspek utama budgeting reform adalah perubahan dari pendekatan anggaran tradisional
ke pendekatan baru yang dikenal dengan anggaran kinerja. Anggaran tradisional didominasi
dengan penyusunan anggaran yang bersifat line-item dan incrementism yaitu proses penyusunan
anggaran yang hanya mendasarkan pada besarnya realisasi anggaran tahun sebelumnya,
akibatnya tidak ada perubahan mendasar atas anggaran baru. Pemerintah atasan selalu dominan
perananya terhadap pemerintah di daerah yang ditandai dengan adanya petunjuk pelaksanaan
dan petunjuk teknis dari pemerintah pusat. Anggaran kinerja merupakan sistem penyusunan dan
pengelolaan anggaran daerah ya g berorientasi pada pencapaian hasil atau kinerja. Kinerja
tersebut mencerminkan efisiensi, efektivitas pelayanan kepada publik yang berorientasi kepada
kepentingan publik. Artinya peran pemerintah daerah sudah tidak lagi merupakan alat
kepentingan pemerintah pusat tetapi untuk memperjuangkan aspirasi dan kepentingan daerah.
Untuk dapat membuat APBD berbasis kinerja pemda harus memiliki perencanaan
strategik. Perencanaan strategik disusun secara obyektif dan melibatkan seluruh komponen di
dalam pemerintahan. Dengan adanya sistem tersebut pemda akan dapat mengukur kinerja
keuangannya yang tercermin dalam APBD. Salah satu aspek yang diukur dalam penilaian kerja
pemerintah daerah adalah aspek keuangan berupa anggaran berbasis kinerja. Untuk melakukan
suatu pengukuran kinerja perlu ditetapkan indikator-indikator terlebih dahulu antara lain
indikator masukan berupa dana, sumber daya manusia, dan metode kerja. Agar input dapat
diinformasikan dengan akurat dalam suatu anggaran,maka perlu dilakukan penilaian terhadap
kewajarannya. Dalam menilai kewajaran input dengan keluaran yang dihasilkan peran Analisa
Standar Belanja (ASB) sangat diperlukan. ASB adalah penilaian kewajaran atas beban kerja dan

biaya yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan. Untuk memenuhi pelaksanaan
otonomi di bidang keuangan dengan terbitnya berbagai peraturan pemerintah yang baru,
diperlukan sumber daya manusia yang mampu untuk menyusun APBD berbasis kinerja.
Menyadari akan keterbatasan daerah dalam hal sumber daya manusia yang mampu untuk
menyusun anggaran berbasis kinerja seperti apa yang diharapkan tersebut maka diperlukannya
suatu mekanisme penyusunan anggaran yang dapat membantu pemerintah daerah dalam
penyusunan APBD sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.

Rumusan Masalah

a.

Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam menyusun anggaran berbasis kinerja dan
bagaimana metode penyusunan anggaran berbasis kinerja?

b.

Apa saja yang menjadi keunggulan dan kelemahan dari anggaran berbasis kinerja?

c.

Bagaimana sistem anggaran berbasis kinerja dan elemen-elemen apa saja yang harus
diperhatikan dalam penganggaran berbasis kinerja?

BAB II
PEMBAHASAN
Penganggaran merupakan rencana keuangan yang secara sistematis menunjukan alokasi
sumber daya manusia, material, dan sumber daya lainnya. Berbagai variasi dalam sistem
penganggaran

pemerintah

dikembangkan

pengendaalian

keuangan,

rencana

untuk

manajemen,

melayani
prioritas

berbagai
dar

tujuan

penggunaan

termasuk
dana

dan

pertanggungjawaban kepada publik. Penganggaran berbasis kinerja diantaranya menjadi


jawaban untuk digunakan sebagai alat pengukuran dan pertanggungjawaban kinerja pemerintah.
1.

Pengertian Anggaran Berbasis Kinerja


Anggaran kinerja adalah perencanaan kinerja tahunan secara terintegrasi yang

menunjukan hubungan antara tingkat pendanaan program dan hasil yang diinginkan dari
program tersebut.
Anggaran dengan pendekatan kinerja merupakan suatu sistem anggaran yang
mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau
input yang ditetapkan. Anggaran kinerja yang efektif lebih dari sebuah objek anggaran program
atau organisasi dengan outcome yang telah diantisipasi. Hal ini akan menjelaskan hubungan
biaya dengan hasil (result). Ini merupakan kunci dalam penanganan program secara efektif.
Sebagai variasi antara perencanaan dan kejadian sebenarnya, manajer dapat menentukan inputinput resource dan bagaimana input-input tersebut berhubungan dengan outcome untuk
menentukan efektivitas dan efisiensi program.
Program pada anggaran berbasis kinerja didefinisikan sebagai instrumen kebijakan yang
berisi satu atau lebih kegiatan yang akan dilaksanakan oleh instansi pemerintah atau lembaga
untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran atau kegiatan masyarakat
yang dikoordinasikan oleh instansi pemerintah. Aktivitas tersebut disusun sebagai cara untuk
mencapai kinerja tahunan.
Dengan kata lain, integrasi dari rencana kerja tahunan yang merupakan rencana
operasional dari perencanaan strategik dan anggaran tahunan merupakan komponen dalam
penganggaran berbasisi kinerja.
Elemen-elemen yang penting untuk diperhatikan dalam penganggaran berbasis kinerja adalah:
o

Tujuan yang telah disepakati dan ukuran pencapaiannya.

Pengumpulan informasi yang sistematis atas relisasi pencapaian kinerja dapat diandalkan
dan konsisten, sehingga dapat diperbandingkan antara biaya dengan pretasinya.
Penyediaan informasi secara terus-menerus sehingga dapat digunakan dalam manajemen
perencanaan, pemrograman, penganggaran dan evaluasi.

Kondisi yang harus dipersiapkan sebagai faktor pemicu keberhasilan implementasi


penggunaan anggaran berbasis kinerja:
o

Kepemimpinan dan komitmen dari seluruh komponen organisasi

Fokus penyempurnaan administrasi secara terus-menerus.

Sumber daya yang cukup untuk usaha penyempurnaan tersebut (uang, waktu, dan orang).

Penghargaan (reward) dan sanksi (punishment) yang jelas.

Keinginan yang kuat untuk berhasil.

2.

Ciri-ciri anggaran berbasis kinerja:

Anggaran berbasis kinerja memilikin ciri-ciri antara lain:


1.

Secara umum sistem ini mengandung tiga unsur pokok yaitu:


a.
b.
c.
d.
e.
f.

Pengeluaran pemerintah diklasifikasikan menurut program dan kegiatan.


Pengukuran hasil kerja (Performance Measurement).
Pelaporan program (Program Reporting).
Titik perhatian lebih ditekankan pada pengukuran hasil kerja, bukan pada pengawasan.
Setiap kegiatan harus dilihat dari sisi efisiensi dan memaksimalkan output.
Bertujuan untuk menghasilkan informasi biaya dan hasil kerja yang dapat digunakan

untuk penyusunan target dan evaluasi pelaksanaan kerja.


g. Keterkaitan yang erat antara tujuan, sasaran dan proses penganggaran
3.

Keunggulan dan kelemahan dari anggaran berbasis kinerja

Kunggulan anggaran berbasis kinerja:


a. Memungkinkan pendelegasian wewenang dalam pengambilan keputusan.
b. Merangsang partisipasi dan memotivasi satuan kerja melalui proses pengusulan dan
penilaian anggaran yang bersifat faktual.
c. Membantu fungsi perencanaan dan mempertajam pembuatan keputusan pada semua
tingkat.
d. Memungkinkan alokasi dana secara optimal dengan didasarkan efisiensi satuan kerja.
e. Menghindari pemborosan.
f. Dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan setiap satuan,lebih efektif dalam

mencapai sasaran.
Kelemahan anggaran berbasis kinerja:
a. Tidak semua kegiatan dapat distandarisasikan.
b. Tidak semua hasil kerja dapat diukur secara kuantitatif.
c. Tidak ada kejelasan mengenai siapa pengambil keputusan dan siapa yang menanggung
beban atas keputusan.

4.

Karakteristik Anggaran berbasis kinerja

APBD dengan pendekatan kinerja harus memuat beberapa hal:


a. Sasaran yang diharapkan menurut fungsi belanja.
b. Standar pelayanan yang diharapkan dan perkiraan biaya satuan komponen kegiatan yang
bersangkutan.

c. Persentase dari jumlah pendapatan APBD yang mendanai pengeluaran administrasi


umum, operasi, dan pemeliharan serta belanja modal atau pembangunan.
5.

Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja:


Dalam menyusun anggaran berbasis kinerja ada hal yang perlu diperhatikan yaitu

prinsip-prinsip penganggaran, aktivitas semua dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja,


peranan legislatif, siklus perencanaan anggaran daerah, struktur APBD, dan penggunaan
anggaran berbasis kinerja.

Prinsip-prinsip penganggaran.
a. Tranparansi dan Akuntabilitas Anggaran

APBD harus dapat menyajikan informasi yang jelas mengenai tujuan, sasaran, hasil, dan
manfaat yang diperoleh dari masyarakat dari suatu kegiatan atau proyek yang dianggarkan.
Anggota masyarakat memiliki hak dan akses yang sama untuk mengetahui proses anggaran
karena menyangkut aspirasi dan kepentingan masyarakat terutama pemenuhan kebutuhankebutuhan hidup masyarakat.
b. Disiplin Anggaran
Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan
dalam jumlah cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan/proyek yang belum atau tidak
tersedia anggarannya dalam APBD atau perubahan APBD.
c. Keadilan Anggaran
Pemerintah daerah wajib mengalokasikan penggunaan anggarannya secara adil agar dapat
dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi dalam pemberian pelayanan
karena pendapatan daerah pada hakekatnya diperoleh melalui peran serta masyarakat.
d. Efisiensi dan Evektifitas Anggaran
Penyusunan anggaran hendaknya dilakukan berlandaskan azas efisiensi, tepat guna, tepat waktu
pelaksanaan, dan penggunaannya dapat dipertanggung jawabkan. Dana yang tersedia harus
dimanfaatkan sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan peningkatan dan kesejahteraan untuk
kepentingan masyarakat.

e. Disusun dengan Pendekatan kinerja


APBD disusun dengan pendekatan kinerja yaitu mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja
(output/outcome) dari perencanaan alokasi biaya atau input yang telah ditetapkan. Hasil kerjanya
harus sepadan atau lebih besar dari biaya atau input yang ditetapkan.

Selain prinsip-prinsip secara umum seperti apa yang telah diuraikan di atas, Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 mengamanatkan perubahan-perubahan kunci tentang penganggaran
sebagai berikut:
a. Penerapan pendekatan penganggaran dengan perspektif jangka menengah.
Pendekatan dengan perspektif jangka menengah memberikan kerangka yang menyeluruh,
meningkatkan keterkaitan antara proses perencanaan dan penganggaran, mengembangkan
disiplin fiskal, mengarahkan alokasi sumber daya agar lebih rasional dan strategis, dan
meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dengan pemberian pelayanan yang
optimal dan lebih efisien.
b. Penerapan anggaran secara terpadu
Dengan pendekatan ini, semua kegiatan instansi pemerintah disusun secara terpadu,
termasuk mengintegrasikan anggaran belanja rutin dan anggaran belanja pembangunan. Hal
tersebut merupakan tahapan yang diperlukan sebagai bagian upaya jangka panjang untuk
membawa penganggaran menjadi lebih transparan, dan memudahkan penyusunan dan
pelaksanaan anggaran yang berorientasi kinerja.
c. Penerapan penganggaran berdasarkan kinerja.
Pendekatan ini memperjelas tujuan dan indikator kinerja sebagai bagian dari pengembangan
sistem penganggaran berdasarkan kinerja. Hal ini akan mendukung perbaikan efisiensi dan
efektifitas dalam pemanfaatan sumber daya dan memperkuat proses pengambilan keputusan
tentang kebijakan dalam kerangka jangka menengah.

Aktivitas Utama dalam Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja


Aktivitas Utama dalam Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja adalah mendapatkan data

kuantitatif dan membuat keputusan penganggarannya. Proses mendapatkan data kuantitatif


bertujuan untuk memperoleh informasi dan pengertian tentang berbagai program yang
menghasilkan output dan outcome yang diharapkan. Sedangkan proses pengambilan
keputusannya melibatkan setiap level dari manajemen pemerintahan. Pemilihan dan prioritas
program yang akan dianggarkan tersebut akan sangat tergantung pada data tentang target kinerja
yang diharapkan dapat dicapai.

Peranan Legislatif dalam Penyusunan Anggaran

Alokasi anggaran setiap program di masing-masing unit kerja pada akhirnya sangat dipengaruhi
oleh kesepakatan antara legislatif dan eksekutif. Prioritas dan pilihan pengalokasian anggaran
pada tiap unit kerja dihasilkan setelah melalui koordinasi diantara bagian dalam lembaga
legislatif dan eksekutif. Dalam usaha mencapai kesepakatan, seringkali keterkaitan antara
kinerja dan alokasi anggaran menjadi fleksibel dan longgar namun dengan adanya analisa
standar belanja, alokasi anggaran menjadi lebih rasional. Berdasarkan kesepakatan tersebut pada
akhirnya akan ditetapkanlah Perda APBD.

Siklus Perencanaan Anggaran Daerah

Perencanaan anggaran daerah secara keseluruhan yang mencakup penyusunan kebijakan umum
APBD sampai dengan disusunnya rancangan APBD terdiri dari beberapa tahapan proses
perencanaan anggaran daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 serta
Undang-Undang Nomor 32 dan 33 Tahun 2004, tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah daerah menyampaikan kebijakan umum APBD tahun anggaran berikutnya
sebagai landasan penyusunan rancangan APBD paling lambat pada pertengahan bulan Juni
tahun berjalan. Kebijakan umum APBD tersebut berpedoman pada RKPD. Proses
penyusunan RKPD tersebut dilakukan antara lain dengan melaksanakan musyawarah
perencanaan pembangunan yang selain diikuti oleh unsur-unsur pemerintahan juga
mengikutsertakan dan atau menyerap aspirasi masyarakat terkait antara lain asosiasi profesi,
perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, pemuka adat, pemuka agama, dan kalangan
dunia usaha.
2. DPRD kemudian membahas kebijakan umum APBD yang disampaikan oleh pemerintah
daerah dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD tahunan anggaran berikutnya.
3. Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati dengan DPRD pemerintah
daerah bersama DPRD membahas prioritas dan plafon anggaran sementara untuk dijadikan
acuan bagi setiap SKPD.
4. Kepala SKPD selaku pengguna anggaran menyusun RKA-SKPD tahun berikutnya dengan
mengacu pada prioritas dan plafon anggaran sementara yang telah ditetapkan oleh
pemerintah daerah bersama DPRD.
5. RKA-SKPD tersebut kemudian disampaikan kepada DPRD untuk dibahas dalam
pembicaraan pendahuluan RAPBD.
6. Hasil pembahasan RKA-SKPD disampaikan kepada pejabat pengelola keuangan daerah
sebagai bahan penyusunan rancangan perda tentang APBD tahun berikutnya.
7. Pemerintah daearah meng ajukan rancangan perda tentang APBD disertai dengan penjelasan
dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPRD pada minggu pertama bulan Oktoberb
tahun sebelumnya.
8. Pengambilan keputusan oleh DPRD mengenai rancangan perda tentang APBD dilakukan
selambat-lambatnya satu bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan.

Siklus APBD
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 dan Standar Akuntansi Pemerintahan,

struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari: Anggaran pendapatan, Anggaran
belanja, Transfer, dan Pembiayaan.

6.

Penggunaan Analisis Standar Belanja dalam Penyusunan Anggaran Berbasis


Kinerja.
Salah satu hal yang harus dipertimbangkan dalam penetapan belanja daerah sebagimana

disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 167 (3) adalah Analisa Standar
Belanja (ASB). Alokasi belanja ke dalam aktivitas untuk menghasilakan output seringkali tanpa
alasan dan justifikasi yang kuat. ASB mendorong penetapan biaya dan pengalokasian anggaran
kepada setiap aktivitas unit kerja menjadi lebih logis dan mendorong dicapainya efisiensi secara
terus-menerus karena adanya pembandingan biaya per unit setiap output dan diperoleh praktikparktik terbaik dalam desain aktivitas.
Dalam membuat ASB terdapat beberapa pertimbangan yang dapat dipergunakan yaitu:
o

Pemulihan biaya
1. Keputusan-keputusan pada tingkat penyediaan jasa
2. Keputusan-keputusan berdasarkan benefit atau cost.
3. Keputusan investasi

7.

Metode penyusunan anggaran berbasis kinerja


Pengelolaan anggaran daerah telah menjadi perhatian utama bagi para pengambil

keputusan dipemerintahan, baik ditingkat pusat maupun daerah. Sejauh ini perundang-undangan
dan produk hukum telah dikeluarkan dan diberlakukan dalam upaya untuk menciptakan sistem
pengelolaan anggaran yang mampu memenuhi berbagai tuntutan dan kebutuhan masyarakat,
yaitu terbentuknya semangat desentralisasi, demokratisasi, transparasi, akuntabilitas dalam
proses penyelenggaraan pemerintahan pada umumnya dan proses pengelolaan keuangan daerah
pada umumnya.
Untuk menghasilkan penyelenggaraan anggaran daerah yang efektif dan efisien, tahap
persiapan atau perencanaan anggaran merupakan salah satu faktor penting dan menentukan dan
keseluruhan siklus anggaran daerah. Namun demikian tahap persiapan atau perencanaan
anggaran harus diakui memang hanyalah salah satu tahap penting dalam keseluruhan siklus atau
proses anggaran daerah. Dengan kata lain, sebaik apa pun perencanaan yang telah disusun oleh
pemerintah daerah tidak akan memberikan ari apa-apa manakala dalam tahap pelaksanaan dan
tahap pengendaliannya tidak berjalan dengan secara tidak baik.
Anggaran pendapatan dan belanja daerah merupakan amanat rakyat kepada pemerintah
daerah untuk mewujudkan aspirasi dan kebutuhan mereka. Anggaran merupakan refleksi

aspirasi dan kebutuhan masyarakat dalam satu tahun fiskal tertentu yang dinyatakan dalam
satuan mata uang. Di sisi pemerintah daerah, perwujudan amanat rakyat ini dinyatakan dalam
bentuk rencana kerja yang akan dilaksanakan pemerintah daerah dengan menggunakan sumber
daya yang dimilikinya. Dengan demikian, penyusunan anggran daerah harus berorientasi pada
kepentingan masyarakat atau publik.
Sejalan dengan hal itu, pengelolaan anggaran daerah (APBD) di era reformasi ini, ditekankan
perlunya perubahan paradigma yang mempertimbangkan hal berikut:
1. Adanya keterkaitan yang erat dan jelas antara proses pengambilan keputusan politis
DPRD, perencanaan operasional di eksekutif, dan penganggaran di masing-masing unit
organisasi atau satuan kerja teknis
2. APBD harus berorientasi pada kepentingan publik.
3. APBD disusun berdasarkan pendekatan kinerja.
4. Didukung oleh sistem dan prosedur akuntansi yang memadai.
8.

Sistem Anggaran Berbasis Kinerja


Sistem anggaran kinerja pada dasarnya mencakup dua hal yaitu struktur (bentuk dan

susunan) anggaran, proses (mekanisme) penyusunan anggaran.


a.

Struktur anggaran kinerja


Struktur anggaran kinerja terdiri atas elemen-elemen pendapatan, belanja, dan pendanaan
daerah yang memberikan gambaran antara lain mengenai:

Sasaran yang diharapkan menurut fungsi belanja.


Standar pelayanan yang diharapkan dan perkiraan biaya satuan komponen kegiatan yang

bersangkutan.
Bagian APBD yang mendanai belanja administrasi umum, belanja operasi dan
pemeliharaan dan belanja modal atau investasi untuk pelayanan publik dan aparatur.

b.

Proses penyusunan anggaran kinerja


Proses penyusunan anggaran kinerja meliputi beberapa tahap yaitu:

Penyusunan arah dan kebijakan umum APBD berdasarkan hasil penjaringan aspirasi

masyarakat dan dokumen perencanaan daerah.


Berdasarkan arah dan kebijakan umum APBD dengan mempertimbangkan kondisi dan

kemampuan daerah disusun strategi dan prioritas APBD.


Strategi dan prioritas APBD selanjutnya menjadi dasar penyusunan program dan kegiatan.
Anggaran disusun berdasarkan program dan kegiatan yang telah direncanakan.
BAB III
KESIMPULAN

Penganggaran berbasis kinerja merupakan metode penganggaran bagi manajemen untuk


mengaitkan setiap pendanaan yang dituangkan dalam kegiatan-kegiatan dengan keluaran dan
hasil yang diharapkan termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dari keluaran tersebut.
Dalam pencapaian akuntabilitas kinerja dan penilaian kinerja pemerintahan daerah maka
penyusunan anggaran kinerja sangat diperlukan dalam penyusunan APBD. Penyusunan
anggaran berbasis kinerja akan memberikan penetapan ukuran atau indikator keberhasilan dalam
pencapaian sasaran dan tujuan dari suatu organisasi pemerintahan daerah sesuai visi, misi dan
tujuannya yang telah ditetapkan. Mekanisme penganggaran yang baik melalui siklus
perencanaan anggaran dan penyesuaiannya terhadap struktur APBD merupakan proses yang
harus diperhatikan dalam penyusunan anggaran serta diperlukan kerjasama yang baik antara
para legislatif dan birokrasi.
Anggaran yang disusun dengan pendekatan kinerja mengutamakan pada pencapaian hasil
(outcome/output) dengan tidak menyampingkan prinsip-prinsip anggaran yakni transparansi dan
akuntabilitas anggaran, disiplin anggaran, keadilan anggaran, efisiensi dan efektifitas anggaran.
Penggunaan Analisa Standar Belanja (ASB) oleh pemerintah daerah akan meminimalkan
penyerapan APBD dan mendorong penetapan biaya dan pengalokasian anggaran kepada setiap
unit kerja menjadi lebih logis dan pencapaian efisiensi secara terus-menerus karena adanya
perbandingan biaya per unit output juga diperoleh praktik-praktik terbaik dalam desain aktivitas.
Untuk menghasilkan penyelenggaraan anggaran daerah yang efektif dan efisien, tahap persiapan
atau perencanaan anggaran merupakan salah satu faktor penting dan menentukan dan
keseluruhan siklus anggaran daerah.

DAFTAR PUSTAKA
Bastian, Indra. 2006, Sistem Perencanaan dan Penganggaran Pemerintahan Daerah di
Indonesia, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Halim, Abdul dkk. 2007, Pengelolaan Keuangan Daerah, Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu
Manajemen YKPN, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai