Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN ISLAMI

Allah berfirman :
Dan orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka (adalah)
menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyeruruh (mengerjakan)
yang maruf, mencegah yang munkar, mendirikan sembahyang, menunaikan
zakat dan mereka taat kepada Allah dan RasulNya." (Q.S. At-Taubah : 71)
Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan dan taqwa, dan
jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran, dan bertawalah
kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah maha berat siksa-Nya." (Q.S. Al-Maaidah : 2) .
Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika
kamu berbuat jahat maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri." ( Q.S. Al-Israa : 7)
dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat
baik kepadamu (Q.S. Al-Qashash : 77)
Maka disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu (Q.S. Ali Imran :159)
Barang siapa yang berkeinginan untuk diselamatkan oleh Allah dari bencana
pada hari kiamat, maka bantulah orang yang dalam kesulitan/hindarkan
kesulitannya (HR. Muslim).
Tiada beriman seorang dari kamu sehingga dia menyukai bagi saudaranya apa
yang dusukai untuk dirinya. (HR. Ahmad)
Ayat-ayat Quran dan hadist di atas mendasari dari pelaksanaan asuhan
keperawatan Islami yang diberikan oleh seorang perawat muslim, ditambah
dengan riwayat-riwayat wanita-wanita di zaman Rasulullah dalam melakukan
perawatan, maka itulah yang sebenarnya konsep Caring dalam keperawatan
Islam, bukan hanya asuhan kemanusiaan dengan lemah lembut berdasarkan
standar dan etika profesi, tetapi caring yang didasari keimanan pada Allah
dengan menjankan perintah-Nya melalui ayat-ayat Al quran dengan tujuan akhir
mendapatkan ridho Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Asuhan Keperawatan Islami yang dikembangkan oleh kelompok kerja
Keperawatan Islam adalah pada tataran nilai-nilai yang Insyaa Allah akan dapat
menjadi acuan pelaksanaan/Implementasi asuhan keperawatan pada tatanan
pelayanan kesehatan. Asuhan keperawatan Islami dapat dilihat sebagai suatu
sistem yang terdiri dari masukan, proses dan keluaran yang seluruhnya dapat
digali dari nilai-nilai Islam yang bersumber pada Al-Quran dan Hadist.

Masukan (input)
Dalam asuhan keperawatan Islami, masukan adalah segala sumber-sumber yang
mendukung terjadinya proses asuhan keperawatan Islami.
1.

Al-Quran dan Hadist, sebagai keyakinan manusia yang beriman.

2.
Manusia, dalam paradigma keperawatan di jelaskan sebagai hamba dan
sebagai khalifah, sebagai pemimpin dan mengatur bumi, memakmurkan bumi,
menyebarkan keadilan dan kemaslahatan. Klien sebagai mahluk yang berpotensi
secara aktif. Manusia juga sebagai mahluk yang mempunyai fitrah apakah
sebagai perawat ataupun klien, sebagaimana Allah berfirman : Maka
hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. (Itulah) agama yang
lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.(Q.S. Ar Ruum : 30).
3.
Lingkungan eksternal dan Internal serta lingkungan spiritual. Tatanan
pelayanan kesehatan juga termasuk lingkungan yang harus disiapkan untuk
pelaksanaan asuhan keperawatan Islami.
4.
Profesi Keperawatan yang merupakan manifestasi dari ibadah dan media
dawah amar maruf nahi munkar.

Proses Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Islami


a. Ihsan dalam beribadah
Bagi perawat muslim, pemahaman dan pengamalan terhadap rukun iman dan
Islam belumlah cukup dikatagorikan dalam insan yang sempurna dalam
pengamalan agamanya, jika belum menerapkan rukun iman dan Islam tersebut
didasari oleh perbuatan yang ikhsan.
Jika rukun iman kita ibaratkan sebagai pondasi dan rukun Islam sebagai
bangunannya, maka ikhsanul amal merupakan atapnya. Dalam sebuah
bangunan yang utuh, atap berfungsi sebagai pelindung bangunan dari panas dan
hujan yang menjaga agar bangunan tersebut tetap lestari, takl retak, dan
berlumut karena panas dan hujan. Konsekuensi Ikhsan adalah bahwa perbuatan
baik yang berkualitas akan melahirkan dampak berupa keuntungan-keuntungan
kepada siapa saja yang melakukannya termasuk bagi perawat dalam melakukan
asuhan keperawatan dan bukan keuntungan yang bersifat segera tetapi ada
landasan spiritual. Tuntunan ikhsan dalam Al-Quran sebagai berikut :

Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentunya kami tidak
akan menyia-nyiakan pahala bagi orang-orang yang beramal (bekerja) dengan
ikhsan." [QS. Al Kahfi : 30]
Dan jika kamu semua menginginkan (keridhoan) Allah dan Rasul-Nya serta
kebahagiaan akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa saja
diantara kamu yang berbuat ihsan pahala yang besar." [QS. Al Ahzab : 29]
Tidak ada balasan bagi ihsan kecuali ihsan juga." [QS. Ar Rohman : 60]
Ketika Jibril menyamar sebagai manusia :
Wahai Muhammad terangkanlah terangkanlah kepadaku tentang ikhsan!
Jawab Rasul : Mengabdilah kamu kepada Allah, seakan kamu melihat Dia, jika
kamu tidak melihat Dia, Sesungguhnya Dia melihat kamu." (HR. Imam Muslim)
Dampak perbuatan ikhsan dalam asuhan keperawatan akan melahirkan :
1.
Niat yang Ikhlas, bahwa segala sesuatu diniatkan hanyalah kepada Allah
semata, sehingga dengan keikhlasan yang bersih hanya kepada Allah akan
memberikan barier (benteng) bagi pekerjaan kita agar tetap konsisten dalam
garis-garis yang ditetapkan agama dan profesi.
2.
Pekerjaan yang rapih, senantiasa berorientasi kepada kualitas yang tinggi
karena merasakan segala sesuatu berada dalam pengawasan Allah SWT.
3.
Penyelesaian hasil yang baik, artinya setelah berbuat maksimal atas
segala aktivitas, maka secara sunatullah melahirkan pekerjaan yang baik atau
memiliki kualitas yang tinggi. Sehingga ikhsan dalam melaksanakan asuhan
keperawatan adalah menentukan mutu pelayanan."
Dalam garis besarnya, ikhsan ditetapan dalam hubungan dengan :
1.
Tuhan, sebagaimana dijelaskan pada ayat dan hadits diatas yang dapat
diartikan suatu pengakuan atau manifestasi tentang kesyukuran manusia atas
nikmat yang telah dilimpahkan Tuhan.
2.
Sesama manusia, berbuat baik menurut islam mempunyai lingkup yang
luas, tidak terbatas pada satu lingkungan, keturunan, ikatan keluarga,
agama,suku, bangsa, sehingga ihsan itu sifatnya humanistis dan universal,
ukurannya hanya satu sebagai ummat manusia.
3.
Terhadap Mahluk lain selain manusia, termasuk pada hewan dan
lingkungan harus disayangi oleh manusia.
b. Perlakuan / perilaku dalam asuhan keperawatan

Implementasi asuhan keperawatan selanjutnya adalah bagaimana penjabaran


konsep Caring yang mendasari keperawatan Islam Mummarid yang telah
diberikan contoh oleh Rasul dan sahabatnya adalah hubungan antar manusia
ners-klien yang didasari keimanan dan ihsan, seorang perawat muslim dalam
memberikan asuhan keperawatan Islami tentu harus berlandaskan pada
keilmuannya, Islam mementingkan professionalisme berpengetahuan dan
keterampilan seperti Allah jelaskan :

Amat besar kebencian disisi Allah, kamu memperkatakan sesuatu yang kamu
tidak melakukannya." [QS. Ash-Shaff : 3]
Maka bertanyalah kepada ahlinya bila kalian tidak mengetahuinya." [QS. AnNahl : 43]
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang tidak kamu tidak mengetahui
tentangnya. Sesungguhnya : pendengaran, penglihatan, akal budi semuanya itu
akan diminta pertanggung jawabannya." [QS. Al Israa : 36]
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kalian dan orangorang berilmu beberapa derajad. [QS. Al-Mujadillah : 11]
Apabila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah
kehancurannya." [HR Bukhari]
Disamping dalam pelaksanaan asuhan keperawatan Islam perawat harus
bersikap Professional, juga harus berakhlaqul karimah, sesuai tuntunan
Rasulullah.
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik
bagimu. [QS. Al-Ahzab : 21]
Yang sebaik-baik manusia adalah yang paling baik ahlaknya." [HR Thabrani]
Bebarapa contoh ahlak yang harus dimiliki seorang perawat muslim : tulus
Ikhlas, ramah, dan bermuka manis, penyantun, tenang, hati-hati dan tidak
tergopoh-gopoh, sabar dan tidak lekas marah, bersih lahir batin, cermat dan
teliti, memegang teguh rahasia, memiliki disiplin dan etos kerja yang tinggi.
Dengan modal hal diatas seorang perawat dapat mencapai tujuan dari asuhan
keperawatan yang diberikannya.
Perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan tidak bisa bekerja sendiri
tetapi memerlukan orang lain, apakah itu satu tim ataupun tim lain hal ini
didasarkan pada konsep manusia dalam paradigma keperawatan islam ia adalah
sebagai An-Nas (mahluk sosial) dan juga kerjasama dan kemitraan adalah
perintah Allah (QS. Al-Maidah : 2), (QS Al Hujarat : 10).

c. Bimbingan/Tausiah
Manusia adalah mahluk mulia, dan dengan kemuliaannya harus berbuat yang
mula pula. Salah satu perbuatan mulia adalah mengikuti tujuan mengapa
manusia diciptakan, tidak lain adalah mengabdi dan menyembah kepada Allah
[QS. Adz Dzariat : 56], kemuliaan lain adalah menegakkan agama Allah, perintah
Allah dalam hal ini adalah seperti firmanNya:
Hendaklah ada segolongan diantara kamu yang menyuruh pada kebajikan
dan mencegah yang munkar. [QS. Ali Imran :104]
Katakanlah, ini jalanku, aku dan pengikutku dengan sadar mendakwahkan kamu
menuju Allah.. [QS. Yusuf :108]
Sampaikanlah apa-apa yang datang dariku meskipun hanya satu ayat." (Hadist)
Banyak lagi ayat-ayat Quran yang menyeru kita untuk berda'wah, dalam konteks
keperawatan Islam maka perawat selain melakukan pekerjaan professionalnya
juga sebagai Dai untuk dapat mengajak manusia (klien) dan lingkungannya
menuju jalan Allah sehingga nilai spiritual yang terintegrasi dalam asuhan
keperawatan akan dapat menyentuh fitrah manusia dan pada akhirnya mencapai
tujuan hidup baik perawat ataupun klien.

Keluaran (Output)
Output yang daiharapkan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan Islami adalah
kualitas asuhan, refleksi dari kualitas bagi semua (perawat dan Klien) adalah
kepuasan.
Seorang muslim akan merasa puas bila asuhan yang diterimanya dapat
menyentuh fitrah manusia. Fitrah manusia dalam Al quran :

Sebagai mahluk Mulia


Sesungguhnya kami telah menjadikan manusia dalam bentuk yang sebaikbaiknya." [QS. At Tiin : 4]
Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan anak-anak adam, Kami angkat
mereka di daratan dan lautan. Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan
Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan
mahluk yang telah Kami ciptakan." [QS Al Israa : 70]

Asuhan keperawatan harus dapat menempatkan klien pada fitrah kemuliaannya,


tidak ada satu manusiapun yang mau diposisikan lebih rendah dari kemulian
manusia, oleh karena itu nilai humanisme yang diterima klien sangatlah berarti
bagi pencapaian kesehatan yang sempurna seperti dijelaskan sebelumnya.
Sebagai mahluk Pengabdi
Tidaklah Kujadikan jin dan manusia melainkan untuk mengabdi kepada-Ku."
[QS. Adz Dzariat : 56]
Sebagai hamba Allah maka manusia mempunyai hak untuk menyerahkan
seluruh hidup dan matinya hanya untuk Allah, keluaran ini menjadi fokus dari
asuhan keperawatan Islami sehingga klien dapat beribadah dengan baik untuk
menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah.
Sebagai mahluk yang Hanif
Fitrah manusia selalu untuk hanif (selalu ingin dalam kebaikan, lurus) terkadang
tidak disadari oleh manusia bahwa hal tersebut adalah fitrahnya, sejahatjahatnya manusia pasti mempunyai hanif sehingga fitrah ini harus dapat
disentuh dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, syukur bila perawat dapat
menyadarkan akan pentingnya fitrah hanif dalam hidup ini. Ayat-ayat Allah
tentang hanif dapat disimak pada [QS. Ar Ruum : 30], [QS. An Aam :161], [QS. Al
Baqarah :135], [QS. Ali Imran : 65], [QS. An Nisaa : 125], [QS. Yunus : 105].
Sebagai mahluk yang merdeka
Allah menciptakan manusia ke muka bumi ini untuk menjadi khalifah yang
memimpin, mengatur dan menyebarkan keadilan bagi sekitarnya. Tidak hanya
itu Allah juga memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih jalan
hidupnya, dan menjadikan manusia itu bebas berbuat sesuai dengan
keinginannya apakah itu kebaikan atau kejahatan, hanya Allah telah
menggariskan imbalan dari setiap tindakan manusia dimuka bumi. Allah
berfirman :
Dan katakanlah : Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barang siapa
yang ingin beriman hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin kafir
biarlah ia kafir. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim di
neraka. [QS. Al Kahfi : 29]

Ayat tersebut Allah menjelaskan bahwa kebebasan memilih dan memutuskan


sesuatu tentang diri manusia adalah manusia itu sendiri sehingga fitrah manusia
disini adalah mempunyai kemerdekaan. Aspek penting dalam keperawatan Islam
untuk dapat menghargai potensi klien untuk mencapai kebaikan dari dirinya
sendiri, tetapi perawat juga dapat mengajak atau memberikan bimbingan
kepada klien apabila keputusannya itu adalah tidak sesuai dengan ajaran Islam
maka kemerdekaan menjadi orang yang beriman adalah menjadi sasaran asuhan
keperawatan Islami.

Mahluk dengan nilai Individual dan sekaligus mahluk dengan nilai-nilai komunal
Allah berfirman :
Hai Manusia, bertaqwalah kepada Kami yang telah menciptakan kamu dari diri
yang satu, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya dan daripada keduanya
memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan
bertaqwalah kepada Allah yang dengan mempergunakan nama-Nya kamu saling
meminta satu sama lain, dan peliharalah hubungan silaturahim. Sesungguhnya
Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu." [QS. An Nisaa : 1]
Dalam Ayat lain [QS. Al Baqarah : 213] dan ditegaskan lagi [QS. Yunus : 10]
menunjukkan bahwa fitrah dalam diri manusia kadang-kadang selalu individual
sehingga ada batas-batas yang tidak bisa diketahui orang lain, tidak
membutuhkan orang lain, tetapi dilain waktu manusia sebagai mahluk sosial
pasti tergantung pada orang lain dan lingkungan dan minta peltolongan. Asuhan
keperawatan Islami harus dapat menyentuh fitrah ini pada saat yang tepat klien
dalam situasi ingin sendiri (individual) dan saat membutuhkan orang lain dan
lingkungan sesuai dengan tuntunan Alquran.
Refleksi dari kepuasan akan fitrah manusia itu sebagai klien akan dalam
ikhtiarnya untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan yang hakiki adalah bila
klien sembuh maka akan timbul rasa Syukur (tasyakur), bila ada ketidak
sempurnaan dalam kondisinya klien akan merasa Ridho, dan apabila dalam
upaya ikhtiarnya tidak mendapatkan kemajuan bahkan lebih buruk maka ia tidak
akan merasa kecewa dan marah tetapi sabar dan Tawaqal kepada Allah berserah
diri pada apapun keputusan Allah dengan tetap dalam iman.
Pada akhirnya outcome dari asuhan keperawatan Islam adalah untuk mencapai
Ridho Allah Mardhotillah baik itu bagi klien maupun perawat sebagai sasaran
akhir dari hidup manusia dimuka bumi ini.

Wallahu a'lam...
Diposkan oleh Ridwansyah di 08.14 0 komentar
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan
ke Pinterest
Senyum Perawat sebagai Pengamalan Pancasila untuk Penyembuhan Pasien
Senyum Tulus Perawat Merupakan Pengamalan Pancasila

1. Makna senyuman

Senyum merupakan sikap yang mudah, ceria, ringan dan sederhana untuk
dilakukan. Senyuman mengandung samudera hikmah atau kemanfaatan yang
luar biasa baik bagi pemberi maupun penerimanya.
Tanadi Santoso menyebutkan keluarbiasaan senyuman sebagai sebuah kekuatan
universal yang menarik sekali. Disebutnya demikian, karena ia berpandangan
bahwa senyuman akan menunjukkan hal yang positif. Senyum yang tulus dengan
hati terbuka akan memancarkan sikap mental yang positif. Akan memancar
kehangatan dari orang tersebut. Sebuah perasaan (feeling) yang mudah
menular. Juga menunjukkan keterbukaan dengan orang lain. Terasa sebuah
perasaan keyakinan (confident) akan hidup dan yang terasa lainnya, apapun
yang dikatakan akan terasa lebih manis, enak didengar dan menyenangkan bagi
orang lain.
Soejitno Irmim dan Abdul Rochim dalam bukunya Penampilan Pribadi yang
Simpatik, menyatakan bahwa disamping senyum itu murah, tidak usah membeli
dan persediannya luar biasa banyaknya, senyum ternyata memiliki daya ajaib
seperti senyum dapat membangkitkan jiwa-jiwa yang lemah dan semangat yang
terkoyak-koyak. Senyum dapat mengubah impian menjadi kenyataan.

Seorang perawat juga hendaknya memiliki senyuman yang tulus yang mampu
memotivasi pasien-pasien yang ditanganinya. Selain itu senyuman merupakan
modal utama bagi seorang perawat dalam bersosialisasi dengan lingkungan
rumah sakit atau lingkungan kerja. Seyum seorang perawat terhadap pasiennya
sangat penting karena senyum perawat membuat pasien nyaman dalam
menjalani pengobatan.

Perhatian yang diberikan perawat merupakan salah satu factor yang menunjang
dalam bisnis dibidang pelayanan kesehatan. Zig Zaglar mengatakan bahwa bila
kita cukup memberikan apa yang diinginkan oleh orang lain, maka kita akan
mendapatkan apapun yang kita inginkan. Memberikan apa yang diinginkan
orang lain berarti menciptakan nilai tambah bagi orang tersebut, siapapun dan
bagaimanapun rupanya, orang tersebut akan merasa sangat dihargai. Bentuk
pemenuhan kebutuhan ini tidak saja dengan terapi medikamentosa, namun lebih
dari itu adalah sikap yang ramah tamah, penuh kesabaran dan perasaan serta
senyum polos yang tidak dibuat-buat.

2. Senyuman Perawat dalam Menangani Pasien sebagai Pengamalan Pancasila


Keperawatan merupakan suatu proses interpersonal yang terapeutik dan
signifikan. Inti dari asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien adalah
hubungan perawat-pasien yang bersifat profesional dengan penekanan pada

bentuk interaksi aktif antara perawat dan pasien. Hubungan ini diharapkan dapat
memfasilitasi partisipasi pasien dengan memotivasi keinginan pasien untuk
bertanggung jawab terhadap kondisi kesehatannya.
Salah satu motivasi seorang perawat maupun mahasiswa keperawatan dalam
menangani pasiennya, yaitu dapat mengambil dari pengamalan Pancasila.
Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan
bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Di dalam Pancasila terdapat butir-butir
yang memuat seluruh pedoman dalam menjalani kehidupan sebagai manusia
yang memiliki bangsa dan negara yang telah merdeka.
Setiap masyarakat Indonesia dituntut untuk dapat mengamalkan beberapa dari
butir-butir pengamalan Pancasila tersebut. Salah satu profesi yang menuntut
agar berpedoman pada Pancasila dalam menjalankan tugasnya yaitu seorang
perawat maupun mahasiswa keperawatan. Perawat atau mahasiswa
keperawatan dituntut dapat mengamalkan beberapa pengamalan Pancasila
sebagai upaya dalam merawat pasien. Hal ini dikarenakan seorang perawat
maupun mahasiswa keperawatan bekerja untuk sosial, berkecimpung di bidang
kesehatan masyarakat, serta bersosialisasi dengan masyarakat. Perawat maupun
mahasiswa keperawatan dituntut mampu mengayomi masyarakat yang sedang
menjalani pengobatan (pasien).
Dalam butir pancasila sila kedua dalam pengamalannya disebutkan
mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia. Ini berhubungan
dalam bidang keperawatan. Karena dalam keperawatan seorang perawat harus
memiliki sifat saling mencintai dalam penyembuhan pasien. Sifat saling
mencintai dapat menumbuhkan jati diri seorang perawat dalam menjalankan
tugasnya sebagai pelayan masyarakat. Dalam butir pancasila sila kelima
mengembangkan sikap adil terhadap sesama. Jadi seorang perawat harus
dapat menerima keadaan setiap pasien yang ditanganinya baik itu dari golongan
bawah maupun golongan atas.
Senyum Tulus Perawat untuk Penyembuhan Pasien
Keramahtamahan merupakan hal yang sangat utama dalam pelayanan
kesehatan. Impian masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang ramah dari
pelaku kesehatan sangat tinggi, Namur kondisi ini sangat bertentangan dengan
kenyataan dalam kehidupan sehari-hari, dalam hal ini adalah pelayanan
kesehatan di rumah sakit. Dalam kenyataannya, pelaku kesehatan telah
menomorduakan pasien dan yang menjadi perhatian utama adalah bagaimana
caranya untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dari pelayanannya.
Sebagaimana dijelaskan bahwa Quality Assurance (QA) adalah usaha untuk
meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. QA ini merupakan salah satu faktor
penting dan fundamental bagi manajemen rumah sakit itu sendiri dan para
stakeholder. Dampak dari QA menentukan hidup matinya sebuah rumah sakit.
Bagi rumah sakit, adanya QA yang baik tentu saja membuat rumah sakit mampu
untuk bersaing dan tetap exist di masyarakat. Mengacu pada konsep ini, apabila
para perawat yang merupakan jumlah terbanyak dalam rumah sakit tersebut

dalam pelayananannya menunjukkan sikap tidak profesional dengan tidak


tersenyum saja maka sebenarnya rumah sakit tersebut sudah kalah bersaing
dengan rumah sakit lainnya.
Bagi pelaku kesehatan, dengan adanya QA para pelaku kesehatan dituntut untuk
semakin teliti, telaten, dan hati-hati dalam menjaga mutu pelayanannya.
Ternyata senyuman saja pun membawa dampak yang sangat besar bagi sebuah
rumah sakit. Selain Djajendera (2008), yang mengatakan bahwa senyum tulus
Anda adalah mahakarya kebaikan, Purwodadi, S. H. (2008) juga mengungkapkan
beberapa hal tentang senyum. Diantaranya adalah:
Senyum itu murah, tetapi menciptakan banyak hal yang baik
Senyum itu menguntungkan bagi yang menerima, tanpa merugikan yang
memberi
Senyum itu terjadi sekejap dan kesannya kadangkala tidak akan pernah berakhir
selamanya, artinya senyum yang hanya sekejap diperlihatkan itu mempunyai
kesan yang mendalam seolah tidak akan bisa terlupakan.
Agar suatu rumah sakit terhindar dari sebutan rumah sakit yang tidak ramah,
perlu adanya beberapa langkah konkrit untuk mencapai QA dalam hospitality in
nursing services, seperti yang ditawarkan oleh Purwodadi, S.H (2008), yaitu:
Mulailah dengan Senyum.
Senyuman yang dimaksud adalah senyuman yang murni dan tulus dari dalam
lubuk hati, bukan senyum yang dibuat-buat.
Watson menekankan dalam sikap caring ini juga harus tercermin sepuluh faktor
kuratif yaitu:
Pembentukan sistem nilai humanistic dan altruistik. Perawat menumbuhkan rasa
puas karena mampu memberikan sesuatu kepada klien. Selain itu, perawat juga
memperlihatkan kemapuan diri dengan memberikan pendidikan kesehatan pada
klien.
Memberikan kepercayaan harapan dengan cara memfasilitasi dan
meningkatkan asuhan keperawatan yang holistik. Di samping itu, perawat
meningkatkan prilaku klien dalam mencari pertolngan kesehatan.
Menumbuhkan sensitifan terhadap diri dan orang lain. Perawat belajar
menghargai kesensitifan dan perasaan kepada klien, sehingga ia sendiri dapat
menjadi lebih sensitif, murni, dan bersikap wajar pada orang lain.
Mengembangan hubungan saling percaya. Perawat memberikan informasi
dengan jujur, dan memperlihatkan sikap empati yaitu turut merasakan apa yang
dialami klien.
Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif klien. Perawat
memberikan waktunya dengan mendengarkan semua keluhan dan perasaan
klien.

Penggunaan sistematis metoda penyalesaian masalah untuk pengambilan


keputusan. Perawat menggunakan metoda proses keperawatan sebagai pola
pikir dan pendekatan asuhan kepada klien.
Peningkatan pembelajaran dan pengajaran interpersonal, memberikan asuhan
mandiri, menetapkan kebutuhan personal, dan memberikan kesempatan untuk
pertumbuhan personal klien.
Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, dan spritual yang
mendukung. Perawat perlu mengenali pengaruhi lingkungan internal dan
eksternal klien terhadap kesehatan kondisi penyakit klien.
Memberi bimbingan dalam memuaskan kebutuhan manisiawi. Perawat perlu
mengenali kebutuhan komperhensif diri dan klien. Pemenuhan kebutuhan paling
dasar perlu dicapai sebelum beralih ke tingkat selanjutnya.
Mengijinkan terjadinya tekanan yang bersifat fenomologis agar pertumbuhan diri
dan kematangan jiwa klien dapat dicapai. Kadang-kadang seseorang klien perlu
dihadapkan pada pengalaman atau pemikiran yang bersifat profokatif. Tujuannya
adalah agar dapat meningkatkan pemahaman lebih mendalam tentang diri
sendiri.
Kesepuluh faktor karatif ini perlu selalu dilakukan oleh perawat agar semua
aspek dalam diri klien dapat tertangani sehingga asuhan keperawatan
profesional dan bermutu dapat diwujudkan. Selain itu, melalui penerapan faktor
karatif ini perawat juga dapat belajar untuk lebih memahami diri sebelum
mamahami orang lain.
Diposkan oleh Ridwansyah di 08.00 0 komentar
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan
ke Pinterest
TOKOH DUNIA KEPERAWATAN DALAM SEJARAH ISLAM
________________________________________

Rufaidah binti Saad Perawat muslim yang terlupakan..

Setelah Rasulullah menyampaikan risallah Islam banyak tokoh2 islam di bidang


ilmu pengetahuan lahir, pada saat itu islam memegang peranan penting di
semua bidang ilmu pengetahuan seperti Filsafat, Astronomi, Matematika dan
bahkan di bidang kesehatan, untuk bidang kesehatan mereka adalah : Ibnu
Qoyyim Al-Jauzy, Ibnu Sina ( Avicenna ), Abu bakar Ibnu Zakariya Ar-Razi ( Ar-Razi
), Imam al Ghazali, Abu Raihan Muhammad Al-Biruni dan tak ketinggalan untuk
dunia keperawatan seorang tokoh muslimah yang ikut membantu rasul untuk
mengobati

kaum muslimin yang terluka yang bernama RUFAIDAH BINTI SA AD Al- Asalmiya,
Ummu Attiyah, dan masih banyak lagi tokoh2 ilmu pengetahuan dan
keperawatan lainnya baik di jaman rasul maupun sesudah kerasulan.

Banyak perawat2 muslim tidak mengenal Rufaidah binti Sa ad, mereka lebih
mengenal tokoh keperawatan yang berasal dari dunia barat yaitu Florence
Nighttingale seorang tokoh keperawatan yang berasal dari Inggris.Apabila kwn2
mo menelaah lebih jauh lagi ke belakang jauh sebelum agama Islam menyentuh
dunia barat, dunia barat saat itu mengalami masa kegelapan dan kebodohan di
karnakan kebijakan dari pihak gereja yang lebih banyak menguntungkan mereka,
tapi disisi lain di belahan dunia lainnya yaitu Jazirah Arab dimana Islam telah di
ajarkan oleh Rasulullah ilmu pengetahuan mengalami kemajuan terutama dlm
duni keperawatan. Bukan berarti rasul menjadi seorang tabib tapi dalam ajaran
Islam yang beliau sampaikan mengandung ajaran dan nilai2 kesehatan seperti:
pentingnya menjaga kebersihan diri ( Personal Hygiene ), menjaga kebersihan
makanan, mencuci tangan, ibadah puasa, berwudhu dan lain sebagainya.

Rufaidah binti Saad memiliki nama lengkap Rufaidah binti Saad Al Bani Aslam
Al-Khazraj yang tinggal di Madinah, dia lahir di Yathrib dan termasuk kaum Ansar
yaitu suatu golongan yang pertama kali menganut Islam di Madinah. Ayahnya
seorang dokter dan dia mempelajari ilmu keperawatan saat membantu ayahnya.
Dansaat kota Madinah berkembang Rufaidah mengabdikan dirinya merawat
kaum muslimin yang sakit dan membangun tenda di luar Mesjid Nabawi saat
dalam keadaan damai. Dan saat perang Badar, Uhud, Khandaq, dia menjadi
sukarelawan dan merawat korban yang terluka akibat perang. Dia juga
mendirikan Rumah Sakit lapangan sehingga terkenal saat perang dan Rasulullah
SAW pun memerintahkan agar para korban yang terluka di bantu oleh dia.

Rufaidah juga melatih beberapa kelompok wanita untuk menjadi perawat dan
dalam perang Khibar mereka meminta ijin kepada rasul untuk ikut di garis
belakang pertempuran untuk merawat mereka yang terluka dan rasul pun
mengijinkannya. Inilah dimulainya awal mula dunia medis dan dunia
keperawatan.

Rufaidah juga memberikan perhatian terhadap aktifitas masyarakat, kepada


anak yatim, penderita gangguan jiwa, beliau mempunyai kepribadian yang luhur
danempati sehingga memberikan pelayanan keperawatan kepada pasiennya
dengan baik dan teliti. Sentuhan sisi kemanusiaan ini penting bagi seorang
perawat (nurse), sehingga sisi tekhnologi dan sisi kemanusiaan ( human touch )
jadi seimbang.

Itulah sejarah singkat tokoh keperawatan dalam sejarah Islam dan saya akan
menjelaskan sejarah perkembangan dunia keperawatan dalam dunia Islam

1. Masa penyebaran Islam ( The Islamic Period ) 570 - 632 M. Pada masa ini
keperawatan sejalan dengan perang kaum muslimin / jihad ( holy wars ), pada
masa ini lah Rufaidah binti Sa ad memberikan kontribusinya kepada dunia
keperawatan.
2. Masa setelah Nabi ( Post prophetic era ) 632 - 1000 M. Masa ini setelah nabi
wafat, pada masa ini lebih di dominasi oleh kedokteran dan mulai muncul tokoh2
Islam dalam dunia kedokteran seperti Ibnu Sinna ( Avicenna ), Abu bakar ibnu
Zakariya Ar-Razi ( Ar-Razi ), bahkan Ar-Razi sendiri menulis dua karangang
tentang The Reason why some persons and common people leave a physician
even if he is clever
3. Masa pertengahan 1000 - 1500 M. Pada masa ini negara2 arab membangun
RS dengan baik dan mengenalkan perawatan orang sakit, dan di RS tsb dimulai
pemisahan antara kamar perawatan laki2 dan perempuan dan sampai sekarang
banyak di ikuti semua RS di seluruh dunia.
4. Masa Modern ( 1500 - sekarang ). Pada masa inilah perawat2 asing dari dunia
barat mulai berkembang dan mulai ada. Tapi pada masa ini seorang perawat
bidan muslimah pada tahun 1960 yang bernama Lutfiyyah Al-Khateeb
mendapatkan Diploma Keperawatan di Kairo.

Jadi, demikianlah sekelumit dunia keperawatan dalam Islam dan saya ingin
mengajak para pembaca terutama para perawat bahwa ilmu pengetahuan sudah
dimulai oleh islam terutama dunia kesehatan dan keperawatan sudah ada di
jaman rasul.
Daftar pustaka
http://ridwansyahisanurse.blogspot.com/

Anda mungkin juga menyukai