Anda di halaman 1dari 24

ANALISIS PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

(SPM) PENDIDIKAN DASAR


(STUDI KASUS: KECAMATAN SANGIR KABUPATEN SOLOK SELATAN)1

Oleh: Herwin, ST2


Dibawah Bimbingan :
Prof. Dr. Elfindri, SE, MA dan Prof. Dr. Nasri Bachtiar, SE, MS

RINGKASAN
Untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang layak, bebas dari ketertinggalan, pendidikan
merupakan kunci penting. Karena itu, ia menjadi agenda penting di seluruh negara. Program Wajib
Belajar Sembilan Tahun merupakan perwujudan perhatian pemerintah untuk menciptakan sumberdaya
manusia yang siap bersaing di era global. Dengan berlakunya otonomi daerah, pengelolaan pendidikan
yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Namun tetap harus mengacu pada standar nasional
untuk menciptakan pendidikan yang bermutu. Maka Standar Pelayanan Minimum (SPM) Pendidikan
Dasar menjadi tolak ukur kinerja pelayanan pendidikan yang dasar di daerah.
Penelitian ini bertujuan menganalisis pencapaian SPM Pendidikan Dasar, dengan studi kasus
di Kecamatan Sangir, dilanjutkan dengan memprediksi kebutuhan untuk pencapaian standar ini sampai
tahun 2015 serta menyiapkan strategi untuk pencapaiannya. Data untuk ini adalah data sekunder serta
data primer. Metoda penelitian adalah dengan analisis gap antara kondisi ril dengan SPM. Kondisi
yang diamati antara lain: jumlah sekolah dan ruang kelas, sarana pendukung, pendidik dan tenaga
kependidikan, serta buku dan alat peraga. Juga sedikit diamati kondisi pembiayaan operasi
nonpersonalia di sekolah dan membandingkan dengan standar sebagaimana ditetapkan dengan
Permendiknas Nomor 69 Tahun 2009.
Analisis gap menghasilkan kenyataan bahwa sebenarnya ruang kelas dan guru telah berlebih
di Kecamatan Sangir bila distribusi siswa dan guru mengacu kepada SPM Dikdas, bahkan terkesan
boros. Bahkan jumlah guru tahun 2010 masih berlebih sampai tahun 2015. Ruang kelas SD cukup
sampai 2015, dan perlu tambahan 6 lokal untuk SLTP. Namun kualifikasi guru masih sangat jauh dari
pemenuhan SPM. Kualifikasi kepala sekolah juga belum memenuhi SPM. Sementara fasilitas-fasilitas
pendukung juga masih terdapat kekurangan. Demikian pula halnya dengan buku dan alat peraga, masih
menjadi pekerjaan rumah pemerintah daerah untuk melengkapinya. Sedangkan analisis terhadap
pembiayaan operasi nonpersonalia di sekolah menunjukkan masih kecilnya pangsa anggaran untuk ini.
Demikian juga alokasi untuk Alat Tulis Sekolah dan Bahan/Alat Habis Pakai, belum memenuhi
standar.
Kenyataan ini mengharuskan pemerintah tetap memprioritaskan perhatian pada penuntasan
wajib belajar sembilan tahun. Perlu dilakukan pengaturan ulang distribusi siswa dan guru untuk
mengurangi disparitas, diikuti dengan peningkatan kualifikasi pendidik, serta melengkapi sekolah
dengan semua sarana dan prasarana pendidikan sebagaimana diminta dalam SPM Dikdas. Perlu
dilakukan penataan terhadap pembiayaan pendidikan, dengan cara meningkatkan dan
mengefisienkannya.

Artikel Intisari Tesis pada Program Studi Perencanaan Pembangunan Program Pasca Sarjana
Universitas Andalas Tahun Ajaran 2010/2011
2
Mahasiswa Program Studi Perencanaan Pembangunan (Tailor Made) Angkatan VII Program Pasca
Sarjana Universitas Andalas No. BP 1021206040

I.

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah agenda penting negara yang merupakan kunci suksesnya


pembangunan negara tercinta ini. Urgensi pendidikan semakin terlihat jelas jika
dibaca sejarah turunnya wahyu pertama kepada Rasulullah Muhammad SAW, dimana
ayat yang pertama diwahyukan Allah SWT berbunyi Iqra yang berarti Bacalah!.
Maka jelaslah ilmu pengetahuan -yang merupakan hasil dari proses pendidikanadalah kebutuhan terpenting bagi manusia untuk berinteraksi baik dengan alam,
sesama manusia maupun dengan tuhannya. Dengan proses pendidikan dari zaman ke
zaman telah terjadi perkembangan ilmu pengetahuan dan pola pikir manusia sehingga
terciptalah kehidupan manusia yang beradab, ditata dengan sistem yang teratur dan
ditopang oleh teknologi yang semakin canggih.
Pendidikan juga merupakan instrumen pembangunan ekonomi dan sosial, serta
dalam konteks lebih luas merupakan dasar utama bagi keseluruhan upaya
implementasi prioritas tertinggi kebijakan pembangunan sumberdaya manusia dalam
kerangka pembangunan nasional yang komprehensif. Oleh sebab itu, pembangunan
dan penyelenggaraan layanan pendidikan nasional perlu dilakukan dengan pendekatan
komprehensif, holistik, serta mengedepankan cara pandang anak didik sebagai
manusia utuh.
Mengingat peran penting dan strategisnya pendidikan, maka selayaknya
pendidikan dijadikan prioritas utama pembangunan baik di pusat, propinsi maupun
daerah.

Ini

diwujudkan

dengan

penganggaran

semaksimal

mungkin

bagi

kelangsungan proses pendidikan baik di lembaga formal maupun non formal.


Pemerintah telah mengambil kebijakan mengatur anggaran pendidikan baik di pusat,
propinsi maupun daerah haruslah minimal 20% dari anggaran keseluruhan. Ini tentu
saja secara kuantitatif merupakan angin surga bagi penyelenggara pendidikan karena
sudah terbayang peningkatan kesejahteraan dari anggaran ini, walaupun masih
dipertanyakan darimana datangnya angka 20% tersebut.
Setinggi apapun biaya yang dianggarkan untuk pendidikan, tetap saja pemerataan
akses menjadi indikator terkuat keberhasilan pembangunan pendidikan di daerah.
Pendidikan seyogyanya harus dapat dinikmati oleh semua warga negara baik di
perkotaan maupun pedesaan, masyarakat ekonomi mapan maupun yang tidak mapan.
Untuk itu peningkatan akses dan pemerataan layanan pendidikan selayaknya

Analisis Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Dasar


(Studi Kasus: Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan

Herwin, ST - 2012

3
mendapat perhatian yang serius sehingga seluruh masyarakat baik laki-laki maupun
perempuan dimanapun berada dapat mengikuti pendidikan sekurang-kurangnya
sampai pendidikan dasar yaitu Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Untuk
mencetak masyarakat yang siap dengan ilmu pengetahuan dan mental untuk berkarya
dalam masyarakat, hendaknya menempuh pendidikan sekurang-kurangnya setingkat
Sekolah Lanjutan Tingkat atas (SLTA).
Ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai merupakan faktor yang sangat
vital bagi peningkatan akses layanan dan mutu pendidikan. Semakin lengkap sarana
dan prasarana, akan semakin efektif proses belajar dan mengajar dilaksanakan dan
siswa akan semakin mudah menyerap setiap materi yang diajarkan.
Selama 6 (enam) tahun sejak berdiri Pemerintah Kabupaten Solok Selatan telah
berusaha membenahi kekurangan-kekurangan di bidang pendidikan. Telah dirasakan
manfaatnya melalui prestasi-prestasi peserta didik baik pada bidang akademis maupun
ekstrakurikuler di dalam dan di luar daerah. Namun dengan kondisi yang ada
sekarang rasanya belumlah mudah bagi masyarakat untuk mendapatkan akses layanan
pendidikan yang bermutu standar. Hal ini terlihat dari Angka Partisipasi Kasar (APK)
yakni, berpendidikan SD sebesar 88%; SLTP sebesar 59,80%; dan SLTA 58,49%.
Sedangkan dari segi Angka Partisipasi Murni (APM) besaran jumlah penduduk yang
berpendidikan SD sebesar 72%; SLTP sebesar 51%; dan SLTA sebesar 49,70 %. Ini
berarti bahwa setiap 100 orang penduduk yang berusia 06 tahun sampai dengan 12
tahun yang bersekola hanya 72 orang dan yang tidak bersekolah 28 orang, demikian
seterusnya setiap 100 orang penduduk yang berusia 12-15 tahun hanya 51 orang yang
bersekolah dan lebih kecil lagi dari 100 orang penduduk yang berusia 15 19 tahun
hanya 50 orang yang bersekolah. Hal ini dapat disimpulkan bahwa di Kabupaten
Solok Selatan program wajib belajar 9 tahun belum tuntas karena masih banyak anak
yang putus sekolah.
Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan belum tuntasnya program wajib
belajar 9 tahun di daerah ini, antara lain karena jarak lokasi sekolah yang jauh dari
lokasi pemukiman penduduk; masih rendahnya tingkat kesadaran dari anak usia
sekolah untuk bersekolah, rendahnya pemahaman anak dan orang tua tentang
pentingnya bersekolah, kurangnya kesadaran dan motivasi dari orang tua anak, dan
kemampuan ekonomi orang tua yang terbatas.
Kecamatan Sangir di satu sisi berpotensi menjadi kawasan perkotaan dan perlu
perhatian yang serius dalam kualitas pendidikan. Di sisi lain Kecamatan Sangir masih
Analisis Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Dasar
(Studi Kasus: Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan

Herwin, ST - 2012

4
memiliki beban mengentaskan ketertinggalan beberapa jorong di dalamnya, karena
terdapat beberapa jorong di kecamatan ini yang merupakan jorong terpencil dan
tertinggal. Dengan mata pencaharian penduduk yang mayoritas adalah petani, di
kecamatan ini waktu sangat berharga termasuk bagi anak usia sekolah. Ini tentu saja
menjadi masalah yang sangat signifikan bagi keberlangsungan pendidikan. Kondisi
perekonomian masyarakat yang masih rata-rata berpenghasilan menengah merupakan
faktor yang sangat berpengaruh terhadap masalah ini.
Tercatat sampai tahun 2008 APK untuk SD dan MI di kecamatan ini sudah
melebihi 100 persen. Namun untuk tingkat SLTP belum sebagus SD. APK SMP dan
MTs pada tahun 2008 masih di bawah 75 persen (hasil pengolahan data BPS).
Keberhasilan pencapaian APK di atas 100 persen bagi tingkat SD diperkirakan lebih
disebabkan oleh tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan, seiring
dengan pembangunan di Kecamatan Sangir yang merupakan kawasan ibukota
kabupaten. Namun di lapangan masih sering ditemui keluhan masyarakat akan
besarnya biaya pendidikan. Besarnya animo masyarakat terhadap pendidikan dinilai
lebih disebabkan oleh keengganan untuk melihat anaknya tidak berpendidikan di
tengah kemajuan pembangunan di kecamatan ini serta meningkatnya jumlah
masyarakat berpendidikan tinggi di ibukota kabupaten. Dalam hal ini, jika pemerintah
alpa menyikapi dengan program-program yang terencana matang untuk menunjang
keberlangsungan pendidikan serta memberi kemudahan akses pendidikan bagi
masyarakat, dikuatirkan akan menghasilkan lulusan yang tidak berkualitas, atau
malah bisa menurunkan minat masyarakat terhadap dunia pendidikan. Bagaimanapun
nilai waktu bagi anak seorang petani atau buruh lebih berharga ekonomi dibanding
anak seorang pejabat atau pengusaha.
Penelitian ini bertujuan : 1) Menganalisis ketersediaan sarana dan prasarana
pendidikan dasar di Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan saat ini berdasarkan
Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar; Menghitung kebutuhan sarana,
prasarana dan pembiayaan pendidikan dasar sembilan tahun pada tahun 2015;
Merancang strategi untuk pencapaian Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar
di Kecamatan Sangir.

Dari perumusan masalah di atas, maka perlu adanya pembatasan masalah


dari beberapa hal sebagai berikut : 1) Penelitian ini dibatasi dengan perkiraan
kebutuhan sarana, prasarana dan pembiayaan pendidikan sampai Tahun 2015; 2)
Analisis Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Dasar
(Studi Kasus: Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan

Herwin, ST - 2012

5
Untuk lebih fokus dan akuratnya hasil penelitian, lokasi penelitian dibatasi pada
pendidikan formal tingkat SD/MI sampai dengan SLTP di Kecamatan Sangir.
II.

TINJAUAN LITERATUR

2.1. Pendidikan di Indonesia


Dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003) dinyatakan
bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Program Wajib Belajar dicanangkan mengingat pentingnya pengentasan buta
huruf di kalangan masyarakat. Perkembangan teknologi menuntut seluruh masyarakat
untuk mampu berkomunikasi secara lisan dan tulisan. Penduduk yang buta huruf
niscaya akan menjadi beban penghambat kemajuan pembangunan manusia, sekaligus
menjadi penghambat dalam memajukan negara atau daerah untuk keluar dari status
negara terbelakang.
Pasal 31 UUD 1945 yang telah diamendemen mengatur program wajib belajar
sebagai penghormatan atas hak memperoleh pendidikan. Melalui Undang-Undang
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), hak untuk
memperoleh pendidikan dasar yang semula hanya sampai tamat SD ditingkatkan
menjadi SD dan SLTP. Dan Secara lebih mendalam Wajib Belajar Sembilan Tahun
diatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar.
Menurut pasal 1 peraturan ini, yang dimaksud dengan wajib belajar adalah program
pendidikan minimal yang harus diikuti oleh warga negara Indonesia atas tanggung
jawab Pemerintah dan pemerintah daerah. Fungsi wajib belajar berdasarkan pasal 2
peraturan ini adalah untuk mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan
memperoleh pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara Indonesia.
Sedangkan tujuan wajib belajar adalah memberikan pendidikan minimal bagi warga
negara Indonesia untuk dapat mengembangkan potensi dirinya agar dapat hidup
mandiri di dalam masyarakat atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi.
Program wajib belajar memberikan jaminan kepada seluruh masyarakat
Indonesia untuk memperoleh pendidikan sampai dengan jenjang SLTP dengan biaya

Analisis Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Dasar


(Studi Kasus: Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan

Herwin, ST - 2012

6
yang ditanggung oleh pemerintah dan pemerintah daerah. Jaminan ini diberikan tanpa
membedakan latar belakang agama, suku, sosial, budaya, dan ekonomi. Ini
berimplikasi kepada kewajiban semua orang tua yang mempunyai anak usia SD dan
SLTP agar memberikan kesempatan sepenuhnya kepada anak-anak mereka untuk
menjalani pendidikan di sekolah-sekolah sehingga minimal menamatkan SLTP.
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Dasar yang terakhir diatur
dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15 Tahun 2010 merupakan
tolok ukur kinerja pelayanan pendidikan dasar melalui jalur pendidikan formal yang
diselenggarakan daerah. SPM Pendidikan ini menjadi acuan dalam perencanaan
program dan penganggaran target masing-masing daerah yang dilaksanakan sesuai
dengan pedoman/standar teknis perencanaan yang berlaku.
Menurut Permendiknas Nomor 15 Tahun 2010, kriteria yang harus dipenuhi
sebagai Standar Pelayanan Minimum Pendidikan Dasar, seperti terlihat pada Tabel 1.
Sementara itu, Standar Nasional Pendidikan yang diatur dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, merupakan kriteria minimal tentang sistem
pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar
ini berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan
pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Sedangkan
tujuan diterbitkannya standar ini adalah untuk menjamin mutu pendidikan nasional
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta
peradaban bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.
2.2. Pembangunan Pendidikan
Untuk bisa menyukseskan pembangunan, mutu sumber daya manusia
merupakan faktor penting yang mesti menjadi prioritas utama dalam pembangunan
itu. Ini tidak lain tidak bukan merupakan keluaran dari proses pendidikan dan
pembangunan kesehatan. Untuk ini tentu saja harus dilakukan perencanaan yang
matang dan pembangunan yang maksimal pada bidang pendidikan dan kesehatan itu
sendiri.
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas
sumber daya manusia yang akan bermanfaat baik untuk kepentingan pribadi maupun
untuk kepentingan negara secara umum dalam pelaksanaan pembangunan demi
kesejahteraan masyarakat. Menyadari hal tersebut negara-negara dunia terutama

Analisis Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Dasar


(Studi Kasus: Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan

Herwin, ST - 2012

7
negara-negara

berkembang

berlomba-lomba

dalam

rangka

melaksanakan

pembangunan bidang pendidikan untuk penduduknya.....(Todaro, 2000).

Tabel 1.

No.

Indikator SPM Pendidikan Dasar menurut Permendiknas Nomor


15 Tahun 2010
Standar Minimal

Indikator SPM

1.

SD

Jarak jangkauan jalan kaki dari


kelompok
permukiman
permanen di daerah terpencil
R-S/K max
Ruang guru/sekolah
Ruang kepala sekolah per
sekolah
Laboratorium IPA
Ketersediaan guru

2.
3.
4.
5.
6.

7.

Kualifikasi guru

8.
9.
10.

Kualifikasi Kepala Sekolah


Kualifikasi Pengawas Sekolah
Buku Teks

11.

Alat Peraga IPA

12.

Buku
Pengayaan
Referensi

13.
14.

Jam kerja guru per minggu


Tatap muka perminggu

15.

Kurikulum

dan

SMP

3 km

6 km

32
1
-

36
1
1

R-S/G max = 32
Setiap satuan pendidikan
tersedia 6 orang guru,
untuk daerah khusus 4
orang
Setiap sekolah:

2 orang guru S1 atau D4

2 orang guru lulus


sertifikasi

S1/D4 dan bersertifikat


S1/D4 dan bersertifikat
1 set/siswa untuk mata
pelajaran :

Bahasa Indonesia

Matematika

IPA

IPS
1 set, terdiri dari :

Model kerangka manusia

Model tubuh manusia

Bola dunia/globe

Contoh alat optik

Kit IPA

Poster/Carta IPA

100
judul
buku
pengayaan

10 buku referensi
37,5
Kelas I-II = 18 jam
Kelas III = 24 jam
Kelas IV VI = 27 jam
KTSP

Cukup untuk 36 siswa


1 guru/mata pelajaran
Untuk
daerah
khusus,
guru/rumpun mat pelajaran

70% S1/D4, 35% bersertifikat


Untuk daerah khusus 40% dan 20%
Mata pelajaran yang wajib S1/D4
dan sertifikat :
o Matematika
o IPA
o Bahasa Indonesia
o Bahasa Inggeris
S1/D4 dan bersertifikat
S1/D4 dan bersertifikat
1 set/siswa untuk semua mata pelajaran

200 judul buku pengayaan


20 buku referensi

37,5
27 jam

KTSP

Pendidikan dasar merupakan faktor vital dalam penyiapan sumber daya manusia
yang handal. Pada jenjang ini peserta didik dibekali dengan ilmu pengetahuan dasar
sebagai modal awal untuk pengembangan kepada ilmu lanjutan. Dalam Elfindri
Analisis Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Dasar
(Studi Kasus: Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan

Herwin, ST - 2012

8
(2008;227-228)
228) dinyatakan bahwa pendidikan dasar merupakan terget dari MDGs
(Milenium
Milenium Development Goals)
Goals 2015 dan gerakan EFA (Education
Education For All).
All
Kementerian Pendidikan Nasional dalam menyusun strategi dan arah kebijakan
pembangunan nasional (Kemdiknas, 2010),
2010), disamping mengacu kepada visi, misi dan
tujuan serta evaluasi capaian pembangunan pendidikan, juga memperhatikan
komitmen pemerintah terhadap konvensi internasional mengenai pendidikan,
khususnya Konvensi Dakkar tentang EFA, Konvensi Hak Anak, MDGs, serta World
Summit on Sustainable Development.
Development. Bapppenas (2010;1) menguraikan Tujuan
Pembangunan Milenium (MDGs), poin kedua adalah Mencapai Pendidikan Dasar
Untuk Semua.
Kondisi akhir pada tahun 2009 tentang pencapaian tujuan pembangunan
milenium bidang pendidikan adalah sabagaimana Tabel 2. Tantangan utama dalam
percepatan pencapaian sasaran MDG pendidikan adalah meningkatkan pemerataan
akses secara adil bagi semua anak, baik laki
laki-laki maupun perempuan.

Tabel 2.

Pencapaian Sasaran MDGs Tahun 2009 Bidang Pendidikan

Sumber : Laporan MDGs Bappenas,


Bappena 2010

2.3. Pembiayaan Pendidikan


Elfindri (2011) mengatakan, ketika sebuah program dirancang, maka model
pembiayaan merupakan instrumen utama dalam melaksanakan program tersebut.
Sehingga dengan demikian, program pendidikan sematang dan secanggih apapun,
tanpa rencana pembiayaan yang matang
matang pula, niscaya akan mentah. Dan kalaupun

Analisis Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Dasar

9
bisa dilaksanakan ia akan memakan biaya yang tidak optimal, sehingga hasil yang
paling kelihatan hanyalah pemborosan semata.
Kebijakan otonomi daerah sebetulnya memberikan harapan untuk lebih tepatsasarannya penganggaran pendidikan karena daerah lebih tahu pasti tentang apa saja
kekurangan dan kebutuhan daerahnya. Ini didukung dengan telah diterbitkannya
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Dasar sebagai bench mark dalam
penganggaran, sehingga perincian anggaran per-item kebutuhan dapat lebih tepat.
Namun ternyata kebanyakan daerah tidak siap dengan sumberdaya manusianya
sehingga perencanaan dilakukan tidak matang.
Prinsip kebijakan anggaran pendidikan semestinya mengikuti logika demand
side financing, dengan arti kata pemerintah menyediakan anggaran untuk memenuhi
target-target pemerataan dan kualitas pendidikan yang disepakati. Kemudian anggaran
pendidikan difokuskan kepada pencapaian tahapan pembangunan pendidikan. Selain
untuk memenuhi gaji guru, fokus kepada tiga hal yaitu kualitas pendidik, infrastruktur
dan memperbaiki kurikulum. Sementara yang dianut di negara kita saat ini adalah
supply side financing, dimana terlebih dahulu disediakan anggaran, baru setelah itu
disiapkan program dan proyek untuk menghabiskannya.
Pemerintah telah mengatur suatu standar biaya operasi non personalia melalui
Permendiknas Nomor 69 Tahun 2009. Asumsi yang dipakai dalam standar ini adalah
bahwa dalam satu SD/MI terdapat 6 rombongan belajar dengan setiap rombel berisi
28 peserta didik, dan dalam satu SMP/MTs terdapat 6 rombel yang berisi 32 siswa.
Tabel standar biaya non personalia untuk SD/MI dan SMP/MTs dalam kondisi ini di
DKI Jakarta adalah sebagaimana Tabel 2.4. Sedangkan untuk masing-masing daerah
di luar DKI Jakarta ditetapkan indeks yang menjadi pengali dengan biaya standar
sekolah di DKI Jakarta. Indeks untuk Kabupaten Solok Selatan adalah 0,911. Maka
untuk menentukan standar biaya operasi non personalia untuk sekolah di Solok
Selatan adalah dengan mengalikan jumlah uang dalam Tabel 3 dengan 0,911.
Sedangkan dalam hal pembiayaan pendidikan di daerah, Elfindri (2011)
merekomendasikan model satuan pembiayaan pendidikan yang ideal menuju MDGs
2015 sebagaimana Tabel 4.

Analisis Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Dasar


(Studi Kasus: Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan

Herwin, ST - 2012

10
Tabel 3

Standar Biaya Operasi Non Personalia untuk SD/MI dan SMP/MTs


di DKI Jakarta menurut Permendiknas Nomor 69 Tahun 2009
Biaya Operasi Nonpersonalia (Rp ribu)

%
Minimum

No.

Jenjang

Per sekolah/

Per

program

rombongan

keahlian

belajar

Per peserta

untuk Alat
Tulis

didik

Sekolah
(ATS)

Minimum
untuk
Bahan dan
Alat Habis
Pakai
(BAHP)

SD/MI

97.440

16.240

580

10

10

SMP/MTs

136.320

22.720

710

10

10

Tabel 4.

Pola Pembiayaan Ideal Pendidikan Dasar Menuju MDGs 2015

Jenjang Unit

SD

SMP

Unit Cost

Keadaan Sekarang
Pemerintah

RT

Menuju MDGs 2015

Masyarakat

Pemerintah

RT

Masyarakat

Rp

1.846.601

518.942

1.321.428

6.231

996.002

844.368

100

28,1

71,6

0,3

53,9

45,8

6.231
0,3

Rp

2.930.699

684.942

2.235.632

10.125

1.483.305

1.437.269

10.125

100

23,4

76,3

0,3

50,6

49,1

0,3

Sumber: Elfindri, 2011

III. METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan. Data


yang dipergunakan adalah data primer dan sekunder. Data sekunder dikeluarkan oleh
dinas/intansi terkait yang ada di Kabupaten Solok Selatan, berupa buku Profil
Pendidikan, Renstra Dinas Pendidikan, APBD, RPJM, RPJP, Kabupaten Dalam
Angka, Kecamatan Dalam Angka, Rangkuman Kecamatan Pendataan Sekolah. Untuk
data-data yang tidak didapatkan dalam data sekunder, maka dikumpulkan data primer
dengan menyebarkan kuesioner kepada beberapa kepala sekolah sampel. Di samping
itu juga dilakukan wawancara kepada Kepala Bappeda, Kepala Dinas Pendidikan,
Kabid Program Dinas Pendidikan , dan lain-lain untuk hal-hal yang dianggap perlu.

Analisis gap ditujukan untuk melihat kondisi ril pemenuhan Standar Pelayanan
Minimal Pendidikan Dasar di Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan, dengan
menggunakan indikator-indikator yang terdapat dalam SPM. Analisis dilakukan

Analisis Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Dasar


(Studi Kasus: Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan

Herwin, ST - 2012

11
terhadap tiap-tiap sekolah berdasarkan data individu yang disampaikan oleh sekolahsekolah kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Solok Selatan. Namun tidak semua data
yang dibutuhkan untuk analisis termuat dalam data individu dimaksud. Untuk kasus
ini penulis mengumpulkan data dengan menyebarkan kuesioner kepada beberapa
sampel sekolah.
Prediksi kebutuhan sarana dan prasarana serta kebutuhan pembiayaan
pendidikan didapat dengan terlebih dahulu memprediksi jumlah siswa. Berdasarkan
data penduduk dari tahun ke tahun dapat di rumuskan model pertumbuhan penduduk.
Dan akhirnya dapat diprediksi jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur sampai
tahun 2015. Prediksi jumlah penduduk usia sekolah diperoleh setelah memecah
penduduk pada masing-masing kelompok umur dengan Spraque Multiplier, dan
mengelompokkan kembali berdasarkan usia penduduk pada masing-masing tingkat
pendidikan. Dan mengacu kepada target MDGs bahwa APM pendidikan dasar pada
tahun 2015 adalah 100%, dapat diperkirakan jumlah siswa pada masing-masing tahun
sampai 2015.
Kebutuhan sarana dan prasarana dihitung berdasarkan indikator-indikator
standar dalam SPM Pendidikan Dasar. Sementara kebutuhan pembiayaan dihitung
berdasarkan tabel standar satuan biaya pendidikan yang direkomendasikan.
Keselarasan pembiayaan dianalisis dengan membandingkan anggaran di satuan
pendidikan dengan standar pada Permendiknas Nomor 69 Tahun 2009.
IV. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

Sangir merupakan salah satu kecamatan tertua di Kabupaten Solok Selatan,


sudah terbentuk semenjak masih dibawah pemerintahan Kabupaten Solok, sampai
dengan tahun 2009 memiliki 3 (tiga) nagari dengan 34 (tiga puluh empat) jorong.
Baik di tingkat Kabupaten Solok Selatan maupun di Kecamatan Sangir, persentase
penduduk tertinggi adalah pada anak-anak usia pendidikan dasar.
Dari data kependudukan tahun 2009, terdaftar sebanyak 1.443 pencari kerja di
Kabupaten Solok Selatan, terdiri dari 844 laki-laki dan 599 perempuan. Dari jumlah
tersebut, yang terbanyak adalah tidak tamat SD sebanyak 338 orang. Terbanyak kedua
adalah tamatan SLTA 292 orang, dilanjutkan Sarjana Muda 200 orang, Sarjana 181
orang, D1/D2 171 orang, tamat SD 142 orang, dan tamat SLTP 119 orang.

Analisis Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Dasar


(Studi Kasus: Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan

Herwin, ST - 2012

12
Sedangkan di Kecamatan Sangir, dari 36.847 penduduk seluruhnya, terbanyak
berpendidikan tamat SD yaitu 10.967 orang, dan terbanyak ke dua adalah tidak/belum
sekolah sebanyak 7.316 orang.
Kondisi sebagaimana digambarkan data-data tersebut di atas jelas menegaskan
bahwasanya masih berat beban kerja pemerintah dalam upaya pengentasan buta huruf
di Kabupaten Solok Selatan umumnya, dan Kecamatan Sangir khususnya. Diharapkan
dengan program Wajib Belajar Sembilan Tahun dapat mengurangi secara
berkelanjutan angka penduduk yang tidak sekolah, tidak tamat SD dan tidak tamat
SLTP.
Secara kuantitas, terlihat adanya pembangunan pendidikan di tingkat pendidikan
dasar. Ini terlihat dengan meningkatnya jumlah sekolah, ruang kelas maupun tenaga
pengajar, baik di tingkat SD maupun SLTP.
Namun perkembangan Kecamatan Sangir ini mesti dianalisis apakah sudah
memenuhi Standar Pelayanan Minimal. Perlu juga dianalisis mutu pendidik. Sesuai
dengan Standar Nasional Pendidikan, semua guru yang mengajar di SMP haruslah
sudah menamatkan jenjang S-1, dan pada mata pelajaran tertentu harus memiliki
sertifikat.
Dari sisi pembiayaan pendidikan, terlihat adanya perhatian dari pemerintah
terhadap dunia pendidikan. Ini terlihat dengan selalu meningkatnya anggaran untuk
pendidikan di Kabupaten Solok Selatan. Ini seiring dengan pertumbuhan APBD.
Anggaran ini adalah sebagaimana Tabel 5. Terlihat terjadi juga peningkatan pada gaji
dan tunjangan pegawai, menunjukkan pemerinta juga begitu perhatian terhadap
kesejahteraan guru.
Namun Tabel 6 menunjukkan, bahwa ternyata pembiayaan ini tidaklah efisien.
Rata-rata empat per lima bagian dari anggaran ini habis untuk membayar gaji dan
tunjangan bagi pegawai. Pada tahun 2005 81,76% anggaran pendidikan terpakai untuk
gaji dan tunjangan pegawai, dan hanya 10,53% dianggarkan untuk belanja modal.
Hingga pada tahun 2011 pangsa untuk biaya personalia dan belanja modal dari
anggaran pandidikan masing-masing adalah 75,20% dan 12,70%.
Kenyataan ini menuntut untuk dianalisis lagi kebutuhan pendidik dan tenaga
kependidikan di Kabupaten Solok Selatan. Bila ternyata jumlah guru telah melebihi
dari kebutuhan, maka anggaran yang besar untuk Dinas Pendidikan akan sia-sia
belaka dan hanya menghasilkan pemborosan.

Analisis Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Dasar


(Studi Kasus: Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan

Herwin, ST - 2012

13
Tabel 5

Perkembangan Anggaran Pendidikan Kabupaten Solok Selatan


Anggaran Pendidikan (ribu rupiah)

TAHUN

TOTAL
BELANJA
DERAH
(ribu rupiah)

DANA BOS
SD

Total

Gaji dan
Tunjangan
Pegawai

Belanja
Modal

Anggaran
Dikdas 9
tahun

Jumlah
Siswa

Besar
per
Siswa

SLTP
Jumlah
Dana
(ribu
rupiah)

Jumlah
Siswa

Besar
per
Siswa

Jumlah
Dana
(ribu
rupiah)

2005

94.192.564

35.164.553

28.749.132

3.704.349

235

325

2006

228.109.512

58.544.628

38.740.638

13.697.719

235

325

2007

287.919.026

69.947.593

39.553.119

19.768.471

17.834.709

254

354

2008

365.098.903

99.390.070

66.068.650

19.254.533

21.889.660

21.871

397

8.682.787

5.189

570

2.957.730

2009

412.669.378

101.765.004

79.843.049

9.836.501

13.893.125

21.503

397

8.536.691

5.551

570

3.164.070

2010

357.785.099

124.350.695

98.625.747

15.794.041

14.437.109

21.707

397

8.617.679

5.684

570

3.239.880

2011

409.015.840

139.793.383

105.127.715

17.749.211

26.549.679

21.714

397

8.620.458

5.684

570

3.239.880

Sumber: DPPKAD Solok Selatan, Dinas Pendidikan Solok Selatan

Tabel 6

Proporsi Anggaran Pendidikan Kabupaten Solok Selatan 20052011


TOTAL
BELANJA
DERAH
(ribu
rupiah)

Persentase Anggaran Pendidikan (%)


terhadap APBD

2005

TAHUN

Persentase Komponen Anggaran


Pendidikan terhadap Total Anggaran
Pendidikan

Total

Gaji dan
Tunjangan
Pegawai

Diluar Gaji
dan
Tunjangan
Pegawai

Gaji dan
Tunjangan
Pegawai

Belanja
Modal

Anggaran
Dikdas 9
tahun

94.192.564

37,33

30,52

6,81

81,76

10,53

2006

228.109.512

25,67

16,98

8,68

66,17

23,40

2007

287.919.026

24,29

13,74

10,56

56,55

28,26

25,50

2008

365.098.903

27,22

18,10

9,13

66,47

19,37

22,02

2009

412.669.378

24,66

19,35

5,31

78,46

9,67

13,65

2010

357.785.099

34,76

27,57

7,19

79,31

12,70

11,61

2011

409.015.840

34,18

25,70

8,48

75,20

12,70

18,99

Sumber: DPPKAD Solok Selatan, Dinas Pendidikan Solok Selatan

Berpijak pada kondisi pendidikan yang ada serta mengacu kepada RPJM
Kabupaten Solok Selatan Tahun 2011 - 2015 dan Renstra Kemdiknas 2010 - 2014,
Dinas Pendidikan Kabupaten Solok Selatan telah menyusun suatu rancangan
pembangunan pendidikan berupa Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah
(Renstra SKPD) Dinas Pendidikan Kabupaten Solok Selatan 2010-2015.
Keseluruhan program yang ditetapkan dalam Renstra Dinas Pendidikan
Kabupaten Solok Selatan 2011- 2015 adalah sebagai berikut:
1. Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan TK
2. Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun

Analisis Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Dasar


(Studi Kasus: Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan

Herwin, ST - 2012

14
3. Program Pendidikan Menengah
4. Program Pendidikan Non Formal
5. Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
6. Program Pengembangan Perpustakaan Sekolah dan Budaya Baca
7. Program Peningkatan Pembinaan Olahraga

V.

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Analisis Gap Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di Kecamatan


Sangir Kabupaten Solok Selatan
Analisis gap ditujukan untuk melihat kondisi ril pemenuhan Standar Pelayanan
Minimal Pendidikan Dasar di Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan. Analisis
dilakukan terhadap tiap-tiap sekolah berdasarkan data individu yang disampaikan oleh
sekolah-sekolah kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Solok Selatan. Namun tidak
semua data yang dibutuhkan untuk analisis termuat dalam data individu dimaksud.
Untuk kasus ini penulis mengumpulkan data dengan menyebarkan kuesioner kepada
beberapa sampel sekolah.
Hasil analisis gap menunjukkan bahwa secara umum di Kecamatan Sangir
sampai tahun 2010 belum sepenuhnya mencapai Standar Pelayanan Minimal
Pendidikan Dasar dengan rincian sebagai berikut:
a. Jumlah sekolah telah mencukupi untuk pendidikan dasar sembilan tahun di
Kecamatan Sangir, namun masih terdapat siswa yang menempuh jarak di
atas 3 kilometer dari rumah ke sekolah pada daerah khusus.
b. Rasio Siswa per Kelas (R-S/K) untuk SD/MI adalah 26,51 dan di SLTP
adalah 26,84. Dengan jumlah rombel yang ada, terjadi kekurangan ruang
kelas baik di SD/MI maupun SLTP. Ini diakibatkan oleh tidak meratanya
penyebaran siswa pada sekolah-sekolah di Kecamatan Sangir sehingga RS/K pada masing-masing sekolah sangat beragam. Jika distribusi siswa
diatur ulang berdasarkan SPM Pendidikan Dasar diiringi dengan rehab
seluruh ruang kelas yang rusak berat, maka akan terdapat kelebihan ruang
kelas di SD/MI sebanyak 36 ruang, dan di SLTP sebanyak 19 ruang.
c. Jumlah guru sudah berlebih di Kecamatan Sangir. Dengan jumlah rombel
yang ada tahun 2010 terdapat kelebihan di SD/MI sebanyak 16 guru kelas,
17 guru Agama dan 1 guru Pendidikan Jasmani. Jika siswa di distribusi

Analisis Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Dasar


(Studi Kasus: Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan

Herwin, ST - 2012

15
ulang bewrdasarkan SPM Dikdas, kelebihan guru kelas akan menjadi 79
orang. Sementara di SLTP terdapat kelebihan 57 orang guru di Kecamatan
Sangir. Jika jam mengajar guru dimaksimalkan dengan cara ikut mengajar
di sekolah lain untuk memperoleh minimal 24 jam tatap muka per minggu,
maka kelebihan guru SLTP di Kecamatan sangir menjadi 96 orang.
d. Untuk kualifikasi guru berijazah S1/D-IV, pada tingkat SLTP telah
terpenuhi jika dihitung berdasarkan persentase yang ditetapkan dalam
SPM Pendidikan Dasar. Namun pada pelajaran-pelajaran tertentu yang
wajib S1/D-IV, terdapat kekurangan untuk mata pelajaran:
Matematika 2 orang
IPA 3 orang
Bahasa Indonesia 2 orang
Bahasa Inggeris 2 orang
Sedangkan di tingkat SD/MI, masih terjadi kekurangan guru yang
berpendidikan S1/D-IV sebanyak 22 orang jika mengacu kepada Standar
Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar.
Untuk kewajiban guru bersertifikat, pada tingkat SD/MI terdapat
kekurangan sebanyak 57 orang guru untuk dapat memenuhi Standar
Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar. Pada tingkat SLTP, dari segi
persentase guru bersertifikat yang ditetapkan dalam SPM Pendidikan
Dasar, terdapat kekurangan 22 orang guru bersertifikat untuk dpat
memenuhi SPM ini. Sedangkan pada mata pelajaran tertentu yang wajib
bersertifikat, kekurangannya adalah pada mata pelajaran:

Matematika 9 orang

IPA 9 orang

Bahasa Indonesia 9 orang

Bahasa Inggeris 9 orang.

e. Untuk kualifikasi kepala sekolah berijazah S1/D-IV, pada tingkat SLTP


telah dapat terpenuhi. Sedangkan pada tingkat SD/MI, masih terdapat 13
SD dan 1 MI dari 34 SD/MI yang kepala sekolahnya belum berpendidikan
S1/D-IV. Sementara untuk kewajiban kepala sekolah bersertifikat, masih
menjadi beban berat di Kecamatan Sangir. Masih ada 24 SD, 3 MI, 2 SMP
dan 5 MTs yang kepala sekolahnya belum bersertifikat.

Analisis Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Dasar


(Studi Kasus: Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan

Herwin, ST - 2012

16
f. Kulaifikasi pengawas berijazah S1/D-IV telah terpenuhi baik di jenjang
SD/MI maupun SLTP. Sedangkan kewajiban pengawas bersertifikat telah
terpenuhi secara sempurna di jenjang SLTP, namun masih terdapat 1 (satu)
dari 4 (empat) pengawas SD yang belum bersertifikat.
g. Kewajiban ketersediaan buku teks pelajaran sebanyak jumlah siswa untuk
mata pelajaran tertentu di SD/MI dan semua mata pelajaran di SLTP
belum terpenuhi di Kecamatan Sangir. Baru 6 (enam) SD yang telah
memenuhinya.
h. Kewajiban ketersediaan buku pengayaan dan referensi di SD/MI dan
SLTP belum terpenuhi di Kecamatan Sangir.
i. Kewajiban menyediakan alat peraga IPA di tingkat SD terpenuhi sebesar
78%.

5.2. Analisis Keselarasan Pembiayaan Pendidikan pada Satuan Pendidikan


Alokasi Biaya Operasi Nonpersonalia pada satuan pendidikan diatur dengan
suatu standar yang diatur melalui Permendiknas Nomor 69 Tahun 2009. Di
Kecamatan Sangir, rata-rata biaya operasi nopersonalia pada tingkat SD adalah
73,78% dari standar. Sedangkan pada tingkat SLTP adalah 74,03 dari standar. Alokasi
untuk biaya alat tulis sekolah tercatat cukup memadai bahkan cenderung terkesan
boros pada tingkat SD, dan mendekati standar pada tingkat SLTP. Sedangkan alokasi
untuk biaya Bahan dan Alat habis Pakai terhitung sangat minim baik pada tingkat SD
maupun SMP.
5.3. Analisis Proyeksi Pencapaian SPM Pendidikan Dasar dan MDGs Tahun
2015
Dari data penduduk yang diperoleh melalui BPS, dapat diprediksi jumlah
penduduk Kecamatan Sangir sampai tahun 2015. Selanjutnya jumlah ini dibagi
kedalam kelompok umur. Komposisi tiap kelompok umur ini didasarkan kepada
perkembangan komposisinya dari tahun 2005 sampai 2015. Sehingga didapatkan
prediksi jumlah penduduk Kecamatan Sangir berdasarkan kelompok usia samapai
tahun 2015, sebagaimana tabel 7.
Selanjutnya adalah memprediksi jumlah penduduk usia sekolah sampai tahun
2015. Dengan menggunakan Spraque Multiplier didapatkan prediksi dimaksud.

Analisis Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Dasar


(Studi Kasus: Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan

Herwin, ST - 2012

17
Langkah berikutnya adalah prediksi jumlah siswa SD dan SLTP. Mengacu kepada
target MDGs pada tahun 2015, APM untuk pendidikan dasar diharapkan sudah 100%.
Berdasarkan komposisi siswa berdasarkan usia pada tahun 2010, dapat diprediksi
APK sampai tahun 2015 pada saat APM 100%. Hasilnya terlihat pada tabel 8.
Tabel 7

Proyeksi Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok


Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan 2010 - 2015
Kelompok Umur

00-04 tahun
05-09 tahun
10-14 tahun
15-19 tahun
20-24 tahun
25-29 tahun
30-34 tahun
35-39 tahun
40-44 tahun
45-49 tahun
50-54 tahun
55-59 tahun
60-64 tahun
65 tahun keatas
Jumlah

2010
4,453
4,561
4,437
3,272
2,895
3,477
3,275
2,871
2,246
1,929
1,544
1,108
671
1,499
38,238

2011
4,623
4,690
4,470
3,109
2,873
3,655
3,444
2,971
2,201
1,855
1,508
1,129
574
1,389
38,492

Jumlah
2012
2013
4,827
5,069
4,853
5,052
4,533
4,627
2,963
2,832
2,870
2,886
3,861
4,098
3,639
3,863
3,092
3,238
2,170
2,152
1,792
1,738
1,482
1,464
1,159
1,197
478
382
1,285
1,186
39,004 39,785

2014
5,354
5,293
4,755
2,712
2,920
4,373
4,123
3,411
2,146
1,693
1,455
1,244
284
1,090
40,851

Umur

2015
5,688
5,579
4,919
2,600
2,973
4,690
4,423
3,614
2,153
1,654
1,454
1,301
182
995
42,223

Sumber: pengolahan data

Tabel 8

Proyeksi Jumlah Siswa SD/MI dan SLTP di Kecamatan Sangir


Sampai Tahun 2015
Tahun

2010

2011

2012

2013

2014

2015

APK SD (%)

111,45

111,95

112,45

112,95

113,45

113,94

APK SLTP (%)

85,45

93,12

100,78

108,45

116,12

123,78

Jumlah Siswa SD/MI

6.150

6.305

6.505

6.755

7.062

7.428

Jumlah Siswa SLTP

2.067

2.223

2.387

2.565

2.758

2.972

Sumber: pengolahan data

Dengan mengacu kepada Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar, maka


hasil analisis terhadap kebutuhan sarana dan prasarana sampai tahun 2015 adalah:

Analisis Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Dasar


(Studi Kasus: Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan

Herwin, ST - 2012

18
Dengan jumlah siswa SD/MI dari tahun ke tahun sampai tahun 2015 yang telah
diperoleh dari hasil perhitungan sebelumnya, dapat diprediksi kebutuhan ruang kelas
pada masing-masing jenjang di Kecamatan Sangir. Kebutuhan ini menggunakan
Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar, dimana setiap kelas diisi dengan 32
siswa untuk SD/MI dan 36 siswa untuk SLTP. Hasilnya adalah seperti terlihat pada
Tabel 5.29. Terlihat bahwa ternyata sampai tahun 2015 ruang kelas yang ada untuk
tingkat SD/MI sekarang masih mencukupi untuk menampung semua siswa. Yang
dibutuhkan adalah rehab ringan dan berat terhadap ruang kelas yang ada.
Tabel 5.29 Prediksi Kebutuhan Ruang Kelas SD/MI dan SLTP di Kecamatan
Sangir Sampai Tahun 2015
Tahun

Tersedia 2010

2010

2011

2012

2013

2014

2015

RR

RB

B+RR

B+RR+RB

162

51

19

213

232

61

16

77

77

192

197

203

211

221

232

Skedul Rehab Ringan

Skedul Rehab Berat

Kebutuhan Ruang Kelas SD/MI

57

62

66

71

77

83

Skedul Rehab Ringan

Skedul Rehab Berat

Penambahan RKB

Kebutuhan Ruang Kelas SLTP

Sumber: pengolahan data

Sedangkan pada tingkat SLTP, ruang kelas yang ada yang ada sekarang masih
cukup untuk menampung seluruh siswa sampai tahun 2014. Kebutuhan ruang kelas
baru sampai dengan tahun 2015 adalah sebanyak 6 lokal.
Ruang Guru dan Kepala Sekolah masih harus dilengkapi untuk sekolah-sekolah
yang belum memilikinya, yaitu:

Ruang Guru:

5 SD dan 1 MIS, serta 1 SMP dan 3 MTs

Ruang Kepala Sekolah: 1 SMP dan 2 MTs

Di samping itu tetap dilakukan pemeliharaaan dan rehab ringan terhadap


ruangan-ruangan yang telah ada.

Laboratorium IPA belum dimiliki oleh 2 SMP dan seluruh MTs. Mengingat
pentingnya fungsi laboratorium IPA, harus sesegera mungkin diupayakan untuk
melengkapinya di semua sekolah. Kementerian Agama Kabupaten Solok Selatan
memiliki beban lebih berat dalam hal ini, dimana belum satupun dari lima MTs yang
memiliki laboratorium IPA.

Analisis Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Dasar


(Studi Kasus: Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan

Herwin, ST - 2012

19
Sedangkan kebutuhan guru sampai tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 5.30.
Ternyata masih terdapat kelebihan guru pada tahun 2015 jika dibandingkan dengan
kondisi ketersediaan guru tahun 2010.
Tabel 5.30 Prediksi Kebutuhan Guru SD/MI dan SLTP di Kecamatan Sangir
Sampai Tahun 2015
Tahun
2010
Kebutuhan Guru SD
Guru Kelas
Guru Agama
Guru Pendidikan Jasmani
Kebutuhan Guru SLTP
Guru PPKn
Guru Agama
Guru B. Indonesia
Guru B. Inggeris
Guru Penjas
Guru Matematika
Guru IPA
Guru IPS
Guru TIK
Guru Seni Budaya
Guru Muatan Lokal

298
230
34
34
72
5
17
7
7
4
7
7
7
4
4
4

2011
303
235
34
34
73
4
15
8
8
4
8
8
8
4
4
4

2012
309
241
34
34
77
4
15
8
8
4
8
8
8
4
4
4

Tersedia tahun 2010

2013

2014

317
249
34
34
82
4
15
9
9
4
9
9
9
4
4
4

2015

327
259
34
34
88
5
16
10
10
5
10
10
10
5
5
5

338
270
34
34
95
5
17
10
10
5
10
10
10
5
5
5

PNS
258
207
33
18

Non
PNS
137
102
18
17
218
14
42
20
24
15
19
30
17
12
11
14

Semua
395
309
51
35

Sumber: pengolahan data

Jika pada jumlahnya guru terjadi kelebihan, maka pada sisi kualifikasi terjadi
kekurangan guru berkualifikasi sebagaimana diminta pada SPM Pendidikan Dasar.
Untuk tingkat SD masih terdapat kekurangan sebanyak 22 orang guru berijazah S1/D-IV, dan 57 orang guru bersertifikat untuk dapat memenuhi SPM Pendidikan
Dasar pada tahun 2010. Karena tidak terjadi penambahan jumlah sekolah, maka
jumlah kebutuhan guru dengan kualifikasi demikian tetap sampai tahun 2015.
Sedangkan pada tingkat SLTP, terdapat kekurangan 22 orang guru bersertifikat jika
guru bersertifikat didistribusi ulang berdasarkan SPM Pendidikan Dasar, yakni 35%
dari jumlah guru per sekolah. Jika tidak didistribusi ulang, maka kekurangan guru
bersertifikat adalah 31 orang. Sedangkan untuk kualifikasi S1/D-IV secara umum bisa
dinyatakan sudah memenuhi SPM Pendidikan Dasar.
Untuk prediksi kebutuhan buku teks pelajaran dari tahun ke tahun sampai tahun
2015 untuk setiap judul yang ditetapkan dalam SPM adalah sama dengan jumlah
siswa. Dan untuk buku referensi dan pengayaan tinggal melengkapi yang masih
kurang, karena jumlahnya tidak berubah. Demikian pula halnya dengan alat peraga
IPA.
Sedangkan kebutuhan anggaran pemerintah untuk pembiayaan pendidikan dasar
Kecamatan Sangir sampai tahun 2015 adalah seperti pada Tabel

Analisis Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Dasar


(Studi Kasus: Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan

Herwin, ST - 2012

20
Tabel 5.33 Prediksi Kebutuhan Anggaran Pemerintah untuk Pembiayaan Wajib
Belajar Sembilan Tahun di Kecamatan Sangir Sampai Tahun 2015
Tahun

2010

2011

2012

2013

2014

2015

Pembiayaan Tingkat
SD
Pembiayaan Tingkat
SLTP

6,125,412,300

6,279,901,296

6,479,201,398

6,728,392,882

7,033,765,320

7,398,302,856

3,065,991,435

3,296,881,633

3,539,927,492

3,804,389,946

4,090,560,517

4,408,382,460

Jumlah

9,191,403,735

9,576,782,929

10,019,128,890

10,532,782,827

11,124,325,838

11,806,685,316

Sumber: pengolahan data

VI. ARAH KEBIJAKAN

Bertolak dari hasil pengolahan data serta pembahasannya, maka arah kebijakan
yang perlu untuk pencapaian SPM Pendidikan Dasar dan penyelarasan pembiayaan di
Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan adalah:
1. Pemerataan akses layanan pendidikan dengan strategi:
a. Pengaturan distribusi siswa dibarengi dengan pengaturan kapasitas
penerimaan siswa baru sehingga tidak ada sekolah yang memiliki
Rasio siswa per kelas (R-S/K) melebihi 32 bagi SD dan 36 bagi
SLTP
b. Pemberian bantuan alat transportasi sepeda bagi siswa yang
berdomisili pada jarak yang melebihi SPM Pendidikan Dasar dari
sekolah
c. Pembangunan asrama bagi sekolah di daerah terpencil yang
memiliki siswa bertempat tinggal di atas Standar Pelayanan Minimal
Pendiidkan Dasar jika jumlahnya besar (Boarding School).
d. Pengadaan lokal jauh bagi siswa yang tidak tertanggulangi dengan
strategi b dan c.
2. Penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana pendidikan yang
berkualitas
3. Pengaturan distribusi dan peningkatan mutu pendidik dan tenaga
kependidikan
4. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pendidikan dasar sembilan
tahun
5. Penataan pembiayaan pendidikan

Analisis Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Dasar


(Studi Kasus: Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan

Herwin, ST - 2012

21
VII. SARAN-SARAN

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, maka disarankan


beberapa hal sebagai berikut :
1. Untuk mengatasi masalah jarak tempuh siswa pada sekolah terpencil seperti SDN
23 Tandai, perlu diadakan Boarding School dengan menginapkan siswa pada
tingkat yang sudah dianggap layak di satu asrama sekolah.
2. Dilakukan distribusi ulang terhadap siswa-siswa SD/MI dan SLTP di Kecamatan
Sangir untuk memaksimalkan fungsi ruang kelas serta kinerja guru. Dapat
dilakukan dengan memindahkan siswa dari sekolah yang memiliki R-S/K tinggi
ke sekolah yang memiliki R-S/K rendah terdekat. Mesti diupayakan untuk terlebih
dahulu mengisi setiap lokal dengan jumlah siswa sesuai dengan standar minimal
pendidikan dasar, yaitu 32 orang untuk SD dan 36 orang untuk SMP. Selanjutnya
lokal-lokal yang tidak terisi penuh diisi dengan siswa pindahan dari sekolah lain
sehingga terjadi pemerataan rasio siswa per kelas. Bila memungkinkan, dapat
diusahakan memenuhi standar sarana dan prasarana pendidikan, yaitu R-S/K 28
untuk SD dan 32 untuk SLTP.
3. Agar Pemerintah Daerah segera menuntaskan kekurangan terhadap sarana dan
prasarana penunjang pendidikan, antara lain: ruang guru, ruang kepala sekolah
dan laboratorium IPA.
4. Tidak diperlukan lagi penambahan guru SD/MI dan SLTP di Kecamatan Sangir.
Yang diperlukan adalah peningkatan kualitas guru yang ada. Bahkan jika
memungkinkan sangat disarankan untuk mengurangi jumlah guru sehingga bisa
memiliki jam kerja yang maksimal, sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan
dan Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar. Dan mesti diupayakan untuk
semaksimal mungkin meningkatkan kualifikasi guru sehingga berpendidikan
minimal S1/D-IV dan bersertifikat mengajar.
5. Buku teks pelajaran sangat urgen untuk menjamin berlangsungnya pendidikan
bekualitas di sekolah. Untuk itu mesti diupayakan memenuhi kebutuhan buku ini
sehingga setiap siswa dapat menggunakan satu paket buku teks pelajaran. Di
samping itu harus diikuti juga dengan memperbanyak buku pengayaan dan
referensi sebagaimana diminta dalam SPM Dikdas, guna menambah wawasan
siswa.

Analisis Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Dasar


(Studi Kasus: Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan

Herwin, ST - 2012

22
6. Untuk dapat menyelenggarakan pendidikan dasar sembilan tahun dengan lancar
dan berkeadilan perlu dinaikkan lagi anggaran untuk biaya pendidikan di luar gaji
dan biaya pendidikan kedinasan. Ini dibarengi dengan perencanaan yang matang,
sehingga tidak terjadi pemborosan anggaran. Perlu juga dilakukan penambahan
untuk pangsa biaya operasi nonpersonalia di satuan pendidikan untuk
meningkatkan kinerja sekolah sehingga tercapai pendidikan yang bermutu.
7. Analisis ini hendaknya dapat dilakukan pada semua kecamatan, sehingga
dihasilkan perencanaan yang matang untuk pendidikan di Kabupaten Solok
Selatan.
8. Disarankan juga kepada Kementeran Pendidikan dan Kebudayaan untuk meneliti
dan menetapkan lagi Standar Satuan Biaya Pendidikan pada masing-masing
jenjang pendidikan, mengingat perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem
penggajian guru, harga barang dan lain-lain. Diharapkan standar yang baru dapat
menciptakan pola penganggaran pendidikan yang efektif dan efisien.

*********************************************************************
Terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Elfindri, SE, MA dan Bapak Prof. Dr.
Nasri Bachtiar, SE, MS atas bimbingannya selama penulis melakukan
penelitian. Semoga kita semua senantiasa diberi kesempatan untuk berkarya
demi kemajuan pendidikan di Indonesia.. Amiin.
*********************************************************************

Analisis Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Dasar


(Studi Kasus: Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan

Herwin, ST - 2012

23
DAFTAR PUSTAKA
Bappenas, 2007, Laporan Perkembangan Pencapaian Millennium Development
Goals Indonesia 2007, diterbitkan oleh Bappenas
Bappenas, 2010, Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenimum di Indonesia
2010, diterbitkan oleh Bappenas.
Bappenas, 2010-2, Lampiran Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010
2014, Bappenas.
BPPPMD Kabupaten Solok Selatan, 2009, Profil Daerah Kabupaten Solok Selatan
Tahun 2008.
BPPPMD Kabupaten Solok Selatan, 2010, Revisi Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Kabupaten Solok Selatan 2006 2026, kerjasama dengan Pusat
Kajian Sosial Budaya dan Ekonomi Universitas Negeri Padang
BPPPMD Kabupaten Solok Selatan, 2010b, Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Kabupaten Solok Selatan 2011 2015.
BPS Kabupaten Solok Selatan, 2009, Solok Selatan Dalam Angka 2009.
BPS Kabupaten Solok Selatan, 2009, Kecamatan Sangir Dalam Angka 2009.
BPS, Bappenas, UNDP, 2001, Indonesia, Laporan Pembangunan Manusia 2001,
Menuju Konsensus Baru: Demokrasi dan Pembangunan Manusia di
Indonesia, publikasi bersama oleh BPS, Bappenas dan UNDP.
BPS, Bappenas, UNDP, 2004, Indonesia, Laporan Pembangunan Manusia 2004,
Ekonomi dari Demokrasi: Membiayai Pembangunan Manusia Indonesia,
publikasi bersama oleh BPS, Bappenas dan UNDP Indonesia.
Chan, Sam.M, dan Tuti T. Sam, 2008, Analisis SWOT Kebijakan Pendidikan Era
Otonomi Daerah, penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Daroesman, Ruth, 1975, Pembiayaan Pendidikan di Indonesia, Penerbit PT. Badan
Penerbit Indonesia Raya, Jakarta
Elfindri, 2011, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, belum diterbitkan
Elfindri, Ph.D., 2001, Ekonomi Sumberdaya Manusia, Penerbit Universitas Andalas,
Padang
Elfindri, Prof, Dr, dkk, 2008, Strategi Sukses Membangun Daerah, Penerbit Gorga
Media
Fattah, Nanang, Dr, 2002, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, Penerbit PT Remaja
Rosdakarya, Jakarta.
Gusveri, Rahmat, 2006, Kemungkinan Pencapaian Wajib Belajar 9 Tahun di Provinsi
Sumatera Barat Pada Tahun 2010
http://pakguruonline.pendidikan.net, Data dan Indikator Pendidikan
Kementerian Pendidikan Nasional, 2010, Rencana Strategis Kementerian Pendidikan
Nasional 2010-2014, Kemendiknas, Jakarta.
Nasution, S., Prof. Dr. MA, 2003, Metode Research (Penelitian Ilmiah), Edisi
Keenam, Penerbit Bumi Aksara, Bandung
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15 Tahun 2010 tentang Standar
Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 69 Tahun 2009 tentang Standar Biaya
Operasi Nonpersonalia Tahun 2009 untuk Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah
(SMP/MTs), Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA),
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB),

Analisis Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Dasar


(Studi Kasus: Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan

Herwin, ST - 2012

24
Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), Dan Sekolah
Menengah Atas Luar Biasa (SMALB)
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar
Sarana dan Prasarana untuk SD/MI, SMP/MTs. dan SMA/MA
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar
Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan
Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan
Penerapan Standar Pelayanan Minimal.
Resolusi Majelis Umum PBB Nomor 217 A (III) tanggal 10 Desember 1948 tentang
Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia.
Rudiwan, 2005, Belajar Mudah Penelitian, Alfabeta, Bandung
Sasono, Adi, dkk (1998), Solusi Islam Atas Problematika Umat, Penerbit Gema Insani
Press, Jakarta
Stalker, Peter, 2008, Kita suarakan MDGs Demi Pencapaiannya di Indonesia,
Bappenas
Sudarmanto, R. Gunawan, Dr, SE, MM, 2010, Pembiayaan Pendidikan pada Era
Otonomi Daerah (Permasalahan dan Prospeknya), Program Pascasarjana
Universitas Lampung.
Sunarti, Iin, 2007, Sistem Manajemen Pembiayaan Pendidikan, Buletin Equilibrium
Todaro, Michael P., 2000, Pembangunan Ekonomi 1 Edisi Kelima, Penerbit Bumi
aksara, Jakarta.
Toyamah, Nina dan Syaikhu Usman, 2004, Alokasi Anggaran Pendidikan di Era
Otonomi Daerah: Implikasinya terhadap Pengelolaan Pelayanan
Pendidikan, Lembaga Penelitian SMERU, Jakarta.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Verra, Siska, 2007, Analisis Pencapaian Standar Pelayanan Minimum Pendidikan
Dasar Sembilan Tahun di Kabupaten Padang Pariaman, thesis pada
Program Pascasarjana Universitas Andalas
Yulmarses, Arifa, 2011, Analisis Pencapaian Standar Pelayanan Minimum
Pendidikan Dasar Sembilan Tahun di Kota Pariaman, thesis pada
Program Pascasarjana Universitas Andalas

Analisis Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Dasar


(Studi Kasus: Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan

Herwin, ST - 2012

Anda mungkin juga menyukai