Anda di halaman 1dari 9

4.2.

1 Fasilitas MICE di Boyolali


Di Boyolali sendiri belum ada bangunan yang benar
- benar dikhususkan sebagai venue untuk kegiatan
pertemuan, meeting dan pameran. Selama ini kegiatan
kegiatan tersebut lebih sering diadakan di tempat
tempat yang tidak semestinya, contohnya seperti acara
pameran yang diselenggarakan di gedung olahraga, acara
pernikahan diselenggarakan di bekas gedung kabupaten
dan acara meeting dilaksanakan di restoran. Hanya
terdapat sebuah restoran yang menyediakan sebuah
venue untuk acara pernikahan.

Semar resto adalah sebuah restoran yang terletak


di Jalan Raya Boyolali Solo kilometer 2, Kecamatan
Mojosongo, Kabupaten Boyolali. Restoran ini satu
satunya restoran di Boyolali yang menyediakan sebuah
venue untuk acara pernikahan yaitu Joglo Sasono Mulyo.
Bangunan seluas 25 x 25

m2 ini merupakan sebuah

pendopo joglo dengan sisi sisi yang terbuka seperti


bangunan pendopo pada umumnya. Mungkin untuk
beberapa orang yang menyukai konsep acara semi
outdoor bangunan ini sangat cocok dan memenuhi

kebutuhan mereka, namun sebaliknya bagi sebagian


orang yang ingin mendapatkan privasi, mengadakan
acara ditempat terbuka merupakan suatu
ketidaknyamanan tersendiri. Oleh karena itu adanya
bangunan ini sebagai satu satunya venue untuk
kegiatan MICE di Boyolali dirasa belum cukup.
4.2.2 Pertumbuhan MICE di Boyolali
Kabupaten Boyolali sering disebut Hidden Paradise,
di mana ada begitu banyak tempat-tempat wisata alam
maupun sejarah namun belum banyak terekspos. Oleh
karena itu Boyolali kini menjadi tempat yang ideal untuk
Meeting, Incentive, Confenrence and Exihibition (MICE)
menggabungkan dengan mengeksplorasi budaya dan
berekreasi.
Kepariwisataan di Kabupaten Boyolali dalam
perkembangannya di samping mengedepankan konsep
budaya yang dimiliki, juga bermaksud mengedepankan
fasilitas MICE (Meeting, Insentif, Convensi, and Expo).
Gagasan mengenai keberadaan suatu exhibition center
bermula dari kebutuhan untuk memfasilitasi pertemuanpertemuan berskala nasional maupun internasional yang
sering diadakan di Boyolal sekaligus menyikapi peraturan
daerah Kabupaten Boyolali nomor 1 tahun 2012 tentang
rencana induk pembangunan kepariwisataan Kabupaten
Boyolali tahun 2012-2025 tentang penugasan kepala
daerah seluruh Indonesia untuk menyukseskan MICE.
Di Boyolali sendiri angka kegiatan acara berbasis
MICE cukup tinggi, hal ini mulai terlihat sejak 10 tahun
terakhir. Pada tahun 2015 saja terhitung 600 event telah
diselenggarakan di Kabupaten Boyolali. Beberapa factor
penyebabnya adalah pertumbuhan jumlah pengusaha dan

eksistensi Boyolali sebagai lokasi wisata alam dan


heritage.
Dilansir oleh Joglosemar, Kepala Bidang Promosi
Dinas Pariwisata Kabupaten Boyolali Mulyono Santoso
(Desember 2015) mengatakan, dibandingkan 2014,
kegiatan MICE di Boyolali tahun ini naik sekitar 10%
menjadi 693 kali penyelenggaraan dengan serapan
peserta MICE mencapai 88.999 orang. Menurut
perkiraannya, pada 2016, jumlah penyelenggaraan MICE
pun terus meningkat hingga sekitar 15%. Ia
menambahkan pada 2015 ini, pihaknya menargetkan ada
kenaikan MICE hingga 30% jika dibandingkan 2014 lalu.
Angka kegiatan pertemuan tersebut tidaklah
sebanding dengan fasilitas venue pertemuan di Boyolali.
Memang selama ini seluruh kegiatan telah terwadahi
dengan baik, namun ketidaksesuaian fungsi bangunan
dengan kegiatan yang dilaksanakan mengakibatkan
banyak ketidakpuasan yang timbul. Hal ini yang
mendorong perencanaan pembangunan sebuah wadah
khusus kegiatan MICE dengan fasilitas fasilitas yang
menunjang keberlangsungan acara tersebut.
4.3 Boyolali Sebagai Lokasi Pembangunan Convention
Center dan Exhibition
Perkembangan bisnis berbasis pertemuan (MICE) di
Indonesia sedang gencar gencarnya dipromosikan oleh
pemerintah sebagai salah satu pilihan wisata bagi wisatawan
local maupun internasional. Hal ini mendorong barbagai
daerah untuk berlomba lomba mengembangkan potensi dan
infrastruktur daerahnya sehingga dapat menjadi daerah tujuan
MICE.
Pembangunan gedung pertemuan, hotel dan jalan tol
sedang dikebut oleh beberapa daerah untuk menyambut para
pebisnis MICE. Namun sayangnya belakangan investor lebih

gencar membangun hotel daripada gedung pertemuan, hal ini


karena hotel dinilai lebih praktis sebab lokasi konvensi dapat
satu lokasi bahkan satu bangunan dengan tempat akomodasi.
Hal ini menyebabkan hampir 40% kegiatan MICE dilakukan di
hotel, sisanya dilakukan di gedung pertemuan, restoran
maupun gedung olahraga. Padahal pembangunan gedung
yang dirancang dan dibangun khusus sebagai lokasi MICE
sangatlah perlu dan dibutuhkan untuk menampung kegiatan
kegiatan one-day service yang tidak terlalu memerlukan
akomodasi seperti pameran, pernikahan, konser music dan lain
lain.
Di Boyolali sendiri kegiatan MICE sedang menggeliat, hal
ini dikarenakan banyaknya tempat wisata alam dan heritage
menjadikan Boyolali sebagai tempat yang ideal untuk Meeting,
Incentive, Confenrence and Exihibition (MICE) yang
digabungkan dengan eksplorasi budaya dan berekreasi.
Terhitung jumlah kegiatan MICE tahun 2015 sebanyak 600
acara, mengalami kanaikan sekian persen dari tahun
sebelumnya. Hal ini menyebabkan Boyolali menjadi lokasi
yang tepat untuk pembangunan convention centre dan
exhibition. Apalagi ditambah dengan jumlah gedung
pertemuan yang sangat sedikit dan tidak memenuhi standar
pembangunan gedung convention centre dan exhibition dinilai
menjadi langkah yang tepat.
Selain bisnis MICE yang sedang tumbuh di Kabupaten
Boyolali, industry di Kabupaten Boyolali-pun sedang dalam
masa jayanya. Pabrik pabrik pindahan dari Jabodetabek
sedang berlomba lomba membangun lokasi industrinya di
Kabupaten Boyolali. Hal ini dipengaruhi oleh rendahnya upah
minimum regional Kabupaten Boyolali daripada di daerah
Jabodetabek. Menjamurnya pabrik pabrik tersebut tentu tidak
tanpa resiko. Kerusakan lingkungan dan pencemaran menjadi
akibat yang dirasakan oleh masyarakat sekitar pabrik. Untuk

itu dalam pembangunan gedung convention centre dan


exhibition ini penggunaan ekologi sebagai strategi desain
dinilai sebagai langkah yang tepat agar tidak ada dampak
buruk bagi lingkungan sekitar sebelum dan sesudah
pembangunan atau bahkan bertambah baik. Untuk
kedepannya bangunan convention centre dan exhibition ini
dapat menjadi harapan dalam upaya pelestarian lingkungan
Kabupaten Boyolali dan menjadi contoh bangunan yang serasi
dan seimbang dengan lngkungan.

G. Esensi Judul
1. Statement Judul
Perencanaan Convention dan Exhibition Centre di Boyolali Sebagai
Pusat KEgiatan MICE Dengan Pendekatan Ekologi Demi Terwujudnya
Bangunan Berkelanjutan.
2. Eksistensi
Ketidakseimbangan antara jumlah kegiatan dengan jumlah venue
mengakibatkan sulitnya mendapat tempat yang cocok untuk
penyelenggaraan kegiatan MICE di Boyolali. Boyolali sebagai salah satu
daerah tujuan MICE tentu membutuhkan tempat yang layak untuk kegiatan
pertemuan dan pameran. Hal tersebutlah yang menjadi pemicu dan
pendorong dibangunnya gedung convention dan exhibition centre di
Boyolali ini.
3. Prospek
Maraknya diselenggarakan kegiatan MICE yang membutuhkan gedung
convention centre dan exhibition sebagai wadah yang menampung
keberlangsungan acara dan semakin banyaknya investor baik lokal
maupun asing yang tertarik untuk menanamkan modal di bidang MICE di
tanah air menjadi prospek yang menjanjikan bagi gedung convention
centre dan exhibition yang akan menjadi wadah kegiatan.
4. Sustainability Durability
Ketahanan bangunan convention dan exhibition centre kedepannya
akan beriringan dengan ketahanan bisni MICE. Bisnis MICE di Indonesia
sendiri di tahun mendatang akan tetap bertahan bahkan semakin
membaik. Diperkirakan sampai 20 30 tahun mendatang bisnis MICE akan
menjadi primadona karena hal tersebut merupakan kebutuhan pokok bagi
manusia untuk saling bertemu dan mendapatkan informasi.
5. Komplementer
Bangunan yang akan dirancang merupakan sebuah gedung
pertemuan dengan menggunakan strategi desain ekologi demi tercapainya
bangunan yang berkelanjutan. Dalam judul tersebut terdapat beberapa
unsur yang membutuhkan detail detail yaitu :
a. Bangunan Convention Centre dan Exhibition
Fungsi utama bangunan convention centre dan exhibition adalah
sebagai gedung pertemuan yang artinya membutuhkan ruang ruang
lapang di dalamnya dengan sirkulasi maksimal, oleh karena itu system

struktur tidak boleh menggunakan struktur yang memiliki banyak


penyangga atau kolom, struktur yang digunakan lebih kepada struktur
bentang lebar seperti struktur cangkang, folded plat atau space frame.
Khusus untuk ruang konvensi membutuhkan ruangan dengan
system akustik yang diatur khusus untuk ruang pertemuan ataupun
ruang konser, hal ini bertujuan untuk mengurangi gema dan suara
yang tembus keluar.
b. Strategi Desain Ekologi
Penerapan strategi desain ekologi disini lebih kepada bagaimana
bangunan tersebut dapat berdiri tanpa mengurangi kualitas lingkungan
disekitarna dan bahkan dapat meningkatkan kualitas lingkungan
sekitar. Oleh karena itu system struktur pondasi menggunakan system
panggung, sehingga tanah dibawah bangunan dapat berfungsi sebagai
area resapan air. Selain itu konsep ekologi juga diterapkan pada
penghawaan diarea sirkulasi maupun area peralihan, oleh karena itu
penanaman pohon peneduh yang dapat menghasilkan oksigen sangat
diperlukan.
c. Sustainable Building
Tujuan utama sustainable building disini bukan hanya soal
bagaimana bangunan ini dapat mendukung keberlangsungan
lingkungandisekitarnya tetapi juga bagaimana bangunan ini tidak
ketinggalan jaman, oleh karena itu pemilihan material yang kekinian
menjadi salah satu cara dalam mewujudkan bangunan yang
berkelanjutan. Diantaranya memaksimalkan penggunaan kaca,
menggunakan beton unfinished dan menggunakan material - material
alami yang tidak pernah ketinggalan jaman yaitu batu alam dan bata
press.

LAMPIRAN 1. PETA ADMINISTRASI KABUPATEN BOYOLALI

LAMPIRAN 2. PETA INFRASTRUKTUR KABUPATEN BOYOLALI

Anda mungkin juga menyukai