KONDISI GEOLOGI
tektonik pada Miosen Akhir yang terjadi di Irian Jaya. Bukti struktur tertua yang
diketahui tercatat pada masa Paleozoikum, tapi kemunculannya di permukaan
sangatlah terbatas. Sebagian besar bukti tektonik yang ada di Papua merupakan hasil
dari kolisi busur kepulauan pada Miosen Akhir, peristiwa tektonik selanjutnya (< 4
48
49
secara intensif di seluruh lapangan, dan mengacu pada penemuan beberapa lapangan
produktif juga daerah yang dikenali sebagai cekungan yang telah matang.
Gambar 4.2 Peta struktur Papua, garis merah adalah penampang Misool Klamumuk. MTFB =
Memberamo Thrust & Fault Belt, WO = Weyland Overthrust, WT = Waipoma Trough, TAFZ =
Tarera Aiduna Fault Zone, RFZ = Ransiki Fault Zone, LFB = Lengguru Fault Belt, SFZ = Sorong
Fault Zone, YFZ = Yapen Fault Zone, MO = Misool Onin High. Panah menunjukkan arah
pergerakan relatif dari lempeng Pasifik dan Australia ( Darman & Sidi, 2000 ).
Cekungan Salawati terbentuk pada kala miosen pliosen. Basement pratersier dari cekungan Salawati terdiri atas batuan beku, batuan metamorf, serpih, batu
pasir dan batu bara. Secara tidak selaras di atasnya diendapkan formasi Faumai yang
terdiri dari endapan karbonat laut dangkal yang setempat berasosiasi dengan endapan
evaporit. Secara selaras di atas formasi Faumai diendapkan formasi Sirga yang
berumur oligosen. Formasi ini merupakan satu-satunya formasi dengan endapan
silisiklastik di wilayah Irian Jaya pada kala eosen hingga miosen tengah. Ciri litologi
berupa batupasir dan lanau dengan sedikit batu gamping yang menunjukan siklus
regresif.
50
Pada miosen awal, terjadi penurunan dasar cekungan atau pendalaman laut.
Batu gamping marin berwarna abu-abu gelap sampai kecoklatan yang dikenal sebagai
formasi Klamogun, diendapkan pada bagian tengah cekungan. Vincelette dan
Soepardjadi (1976) meyakini bahwa formasi ini merupakan sumber minyak dan gas
untuk cekungan Salawati. Tapi menurut penelitian terakhir, tingkat kematangan
termal dari batu gamping ini tidak mendukung dihasilkannya minyak dan gas.
Formasi Klamogun bergradasi secara lateral ke arah pinggir cekungan menuju
karbonat dengan energi tinggi yang merupakan fasa awal dari formasi Kais.
Pengangkatan pada Miosen Awal Pliosen sepanjang zona sesar Sorong di
utara dan dataran tinggi Ayamaru di timur, membagi cekungan menjadi cekungan
Salawati di barat dan cekungan Bintuni di timur. Peristiwa pengangkatan ini
mengakibatkan pengendapan sikuen klastik yang tebal dari formasi Klasaman dan
mengakhiri perkembangan terumbu di cekungan Salawati. Fosil yang umumnya
ditemukan pada formasi Klasaman ini adalah foraminifera pelagik dan bentonik,
moluska serta bryozoa. Lalu pada kala pliosen pleistosen setelah pengangkatan
secara regional cekungan, sedimen fluvial formasi Sele berupa batu pasir dan
konglomerat diendapkan secara tidak selaras di atas formasi-formasi yang lebih tua.
51
Gambar 4.3 Penampang stratigrafi barat timur dari kepala burung, Papua. Garis merah
adalah stratigrafi daerah penelitian ( Pilgram & Sukanta, 1989).
4.1.3 Reservoir
52
Gambar 4.4 Penampang melintang antara pulau Misool dan Klamumuk melewati lapangan X yang
berupa self margin dengan pinnacle reef ( Darman & Sidi, 2000 ).
53