Oleh :
Fitri Febrianti Ramadhan
G99142099
Yohanes Cakrapradipta W.
G99142100
Selvia Anggraeni
G99142101
Riko Saputra
G99142102
Pembimbing :
Dr. dr. Noer Rachma, Sp. KFR
tebrmasuk IPC dan SLD dapat di jadikan pilihan yang lebih baik untuk digunakan
di rumah
LATAR BELAKANG
Kanker payudara merupakan kanker yang sering di temukan pada wanita.
Limfedema dapat timbul pada 6-38% penyintas kanker payudara dan merupakan
salah satu komplikasi yang serius dan dapat dialami dalam jangka waktu yang
cukup lama dan menyebabkan terganggunya fungsi kehkidupan sehari-hari dan
disabilitas pssikologis. Limfedema di definisikan sebagai akumulasi cairan dan
protein extraceluler yang masif dan menetap pada ruang di jaringan karena sistem
drainase limfe yang tidak efektif.
Insidensi dan derajat dari limfedema berkaitan dengan luasnya diseksi dan
irradiasi pada eksiler. Gejala dan tanda yang berhubungan dengan limfedema
adalah: peningkatan diameter tungkai, kulit yang menegang, infeksi, kekakuan
dan berkurangnya range of motion pada sendi, defisit fungsi sensorik,
berkurangnya kegunaan fungsional dari tungkai dan juga masalah estetika seta
stres psikologis.
Terapi dari limfedema sangat sult, mahal dan membutuhkan waktu yang
lama.
dari
penelitian
prospektif
terkontrol
ini
adalah
untuk
bandage+skin
care+excercise)
dengan
IPC
dan
SLD+skin
care+excercise, pada volume tungkai dan kualitas hidup pasien dengan limfedema
yang berkaitan dengan pengobatan kanker payudara.
BAHAN DAN METODE
Studi terkontrol prospektif ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Istanbul,
Universitas Istanbul, di Unit Payudara Departemen Bedah Umum. persetujbuan
etis diperoleh dari Komite Etik Fakultas Kedokteran Universitas Istanbul, dan
informed consent diambil dari masing-masing pasien.
Tiga puluh empat pasien, dengan LE setelah dilakukan operasi pada
kanker payudara, yang terdaftar dalam penelitian ini. LE dikembangkan di semua
pasien setelah 6 bulan operasi. Satu pasien dengan perbedaan antara pengukuran
duab lingkar lengan kurang dari 2 cm, dua pasien dengan bilateral LE, dan satu
pasien dengan kemauannya sendiri, dikeluarkan dari penelitian. Tiga puluh pasien
dengan LE diacak untuk dua perlakuan yang berbeda protokol (kelompok 1 dan
2). Para pasien, yang memenuhi syarat untuk penelitian, diacak baik untuk
kelompok I atau kelompok II menggunakan komputer dengan urutan nomor
secara acak dalam rasio 1: 1. Tidak ada limfangitis dan tidak ada kemajuan dalam
LE diamati selama penelitian.
Karakteristik sosiodemografi dan klinis serta faktor risiko yang
berhubungan dengan LE pasien (umur, status perkawinan, tingkat pendidikan,
tangan yang dominan, indeks massa tubuh, merokok, penyakit komorbid seperti
3
diabetes mellitus (DM), hipertensi ( HT), jenis operasi, terapi radiasi (RT), waktu
untuk LE dan terapi sebelumnya, infeksi sebelumnya) akan dinilai dan dicatat.
Sementara 15 pasien dalam kelompok I diterapkan untuk MLD dan kompresi
perban, 15 pasien di kelompok II diterapkan untuk SLD dan IPC (Flowpress
Sequential Compression Pump, England). Kedua kelompok dilanjutkan dengan
menggunakan pakaian kompresi pada akhir terapi. Pasien pada kedua kelompok
dilatih dan diinformasikan sebelum studi untuk melakukan latihan aktif
ekstremitas atasnya sendiri dan perawatan kulit secara teratur selama penelitian.
Program latihan kedua kelompok yang termasuk gerakan sendi biasa, dengan 10
pengulangan dari setiap gerak (fleksi, abduksi, rotasi internal dan eksternal,
abduksi horisontal dan adduksi bahu, fleksi dan ekstensi siku dan pergelangan
tangan, supinasi dan pronasi lengan) selama 15 menit, dua kali sehari. Semua
catatan kinerja latihan harian pasien di rumah akan diperiksa mingguan oleh
fisioterapis.
Protokol pengobatan yang disusun sebagai metode setiap hari selama 6
minggu pada kedua kelompok. MLD dilakukan dengan pemberian tekanan ringan
jari dan tangan (hampir 30 mmHg), dan peregangan kulit berirama selama 30
menit dalam setiap periode pengobatan. Pada tahap pertama dari MLD, stimulasi
tekan di dekat daerah drainase limfatik yang sehat seperti leher dan daerah ketiak.
Dalam tahap kedua, MLD dilakukan oleh dekongesti manual dari batang tubuh,
bahu, lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan secara berturut-turut.
Kompresi perban stretch yang pendek diterapkan pada pasien dalam kelompok
MLD selama penelitian untuk mencapai pengurangan volume yang optimal
selama 21-24 jam dalam sehari, kecuali periode kinerja MLD.
Program IPC dan SLD diterapkan untuk pasien di kelompok dua. IPC,
dengan sarung tangan lengan panjang, merangsang aliran limfatik, dari daerah
distal ke daerah proksimal dari ekstremitas dengan LE, melalui periode kompresidekompresi dengan tekanan 25 mmHg dan cara siklik yang berbeda. IPC
diaplikasikan pada pasien dengan durasi 45 menit untuk setiap periode
pengobatan. Semua pasien dalam kelompok II dilatih untuk SLD oleh fisioterapis
yang sama, dan dilakukan pengalihan cairan limfatik dari lengan yang edema ke
4
lengan yang sehat secara mandiri di rumah. Pasien dilakukan SLD sehari-hari
selama 15 menit di rumah selama penelitian. Catatan harian SLD dari pasien
diperiksa mingguan oleh fisioterapis.
Pengukuran Lingkar Lengan Bilateral
Pengukuran lingkar lengan bilateral dilakukan sebanyak empat kali untuk
menghitung volume lengan, sebelum dan setelah perawatan LE (di awal dan
minggu ke 1, 3, dan 6 perawatan). Pengukuran dilakukan pada 6 segmen antara
pergelangan tangan dan bahu dengan jarak 10 cm (Pada 0, 10, 20, 30, 40, 50 cm
dari pergelangan tangan ke bahu) oleh fisioterapis yang sama. Arm pengukuran
lingkar juga dilakukan pada lengan sehat, sebanyak satu kali di awal studi untuk
membandingkan dengan lengan LE. Pengukuran dari lingkar lengan dialihkan ke
nilai volume lengan dengan formula/rumus. Awalnya volume untuk setiap segmen
lengan yang dihitung secara terpisah dengan rumus V1s: L / 12II (C12 + C1, C2 +
C22) (C: Circumference (lingkar); L: length (panjang segmen); s, segmen; V,
volume) setelah itu, volume total lengan dihitung oleh rumus seperti yang
dijelaskan sebelumnya: Total Volume = V1s + V2s + V3s + V4s + V5s + V6s).17,18
Keparahan LE dihitung dengan menggunakan volume total dari lengan
lymphedema (VLE) dan lengan normal sebelum pengobatan (VN).19 Klasifikasi
Stillwell untuk Lymphedema digunakan untuk mengklasifikasikan lymphedema
pada studi ini (Tabel 1).20 Tingkat lymphedema dihitung dengan rumus (VLE
-VN) / VN x 100.
Tabel 1. Klasifikasi Limfedema menurut Sillwell
payudara dan limfatik regional. Semua pasien tidak menerima pengobatan untuk
LE sebelumnya. Tak satu pun dari mereka memiliki metastasis organ jauh dan
tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok dalam hubungannya dengan
stadium kanker payudara (p = 0,826). USG Vena doppler menunjukkan tidak ada
trombosis vena di antara semua pasien sebelum penelitian. Pada kelompok II: 5
pasien memiliki hipertensi (HT), 2 pasien memiliki DM (diabetes mellitus), dan 3
pasien memiliki riwayat merokok. Kelompok I: 4 pasien memiliki HT, 2 memiliki
DM, dan 4 pasien memiliki riwayat merokok. Tidak ada perbedaan yang
signifikan antara dua kelompok termasuk karakteristik sosio-demografis keduanya
(Tabel 2)
.
bTabel 2. Karakteristik Pasien dari Kelompok Pengobatan Acak: Manual
Lymphatic Drainage (MLD) dan Compressive Bandage vs. Intermittent
Pneumatic Compression (IPC) dan Self-Lymphatic Drainage (SLD)
Tidak ada signifikansi secara statistika pada BMI (indeks massa tubuh)
dari dua kelompok (p = 0,356). Lima belas (50%) pasien memiliki LE ringan dan
15 (50%) pasien memiliki LE berat (moderat + marked); [8 pasien (26,7%)
memiliki moderat, 7 pasien (23,3%) marked] sesuai dengan Klasifikasi Stillwell
untuk LE. Pasien dengan BMI di atas 30 kg / m2 memiliki LE lebih parah
daripada pasien dengan tingkat BMI atau kurang dari 30 kg / m2 (p = 0,016).
Rata-rata tingkat BMI adalah 32,8 kg / m2 (SD 5,2) pada pasien LE berat dan 29,2
kg / m2 (SD 4,7) pada pasien LE ringan. Pasien obesitas morbid memiliki hasil
pengobatan yang lebih buruk daripada pasien obesitas nonmorbid (p <0,001).
Tidak ada perbedaan yang signifikan pada volume lengan mean dari
kelompok tersebut pada awalnya (3533-739 dan 3581-783 ml pada kelompok I
dan II, secara berurutan). Perbedaan LE antara kedua lengan yang lebih besar dari
10% pada semua pasien awalnya [(VLE -V N) / VN]. Perbedaan yang signifikan
ditentukan pada awal dan 1, 2, 6 minggu pada volume lengan kedua kelompok,
secara terpisah (p <0,001). Penurunan total volume lengan sebagai akibat dari
protokol pengobatan yaitu sebesar 529 ml (14,9%) dan 439 ml (12,2%) pada
kelompok I dan II, secara berurutan. Meskipun penurunan lebih besar diamati
pada kelompok I, tidak ada signifikansi secara statistik antara dua kelompok (p =
0,582) (Tabel 3).
Tabel 3. Perubahan Volume Lengan pada Kelompok Pengobatan yang Berbeda
Setelah Terapi Manual Lymphatic Drainage (MLD) dan Compressive Bandage vs.
Intermittent Pneumatic Compression (IPC) dan Self-Lymphatic Drainage (SLD)
Skor tes ASES awal yang secara signifikan lebih rendah pada lengan
yang terkena daripada lengan yang tidak terkena pada kedua kelompok pasien (p
= 0,039). Skor ASES rata-rata awal lengan dengan LE dalam kelompok I dan II
(8,73-6,98 dan 13,27-4,09, secara berurutan), yang secara signifikan meningkat
(18,47-6,93 dan 19,20-4,65) oleh protokol perawatan di akhir penelitian di kedua
kelompok (p <0,001). Namun, tidak ada perbedaan signifikan terdeteksi di antara
kelompok sehubungan dengan skor ASES (Tabel 4).
Tabel 4. Perubahan Skor ASES Pada Pengobatan yang Berbeda Setelah Terapi
Manual Lymphatic Drainage (MLD) dan Compressive Bandage vs. Intermittent
Pneumatic Compression (IPC) dan Self-Lymphatic Drainage (SLD)
PEMBAHASAN
LE merupakan salah satu masalah yang biasa dihadapi pasien dengan
kanker payudara. Pasien dengan LE juga dihadapkan pada keterbatasan psikologis
dan fungsional. Insidensi LE pada pasien kanker payudara adalah sekitar 6 - 38%,
tergantung pada luas daerah axilla yang dioperasi dan radioterapi. Penzer dkk.
melaporkan kasus LE pada wanita berusia di atas 60 tahun adalah 25%, sedangkan
untuk wanita berusia di bawah 60 tahun adalah 7%. Kiel dan Rademacker
melaporkan bahwa usia merupakan parameter terpenting pada kasus LE dan
mereka menemukan bahwa insidensi LE pada wanita berusia di atas 55 tahun
adalah 56%. Kocak dan Overgaard menyatakan bahwa insidensi LE meningkat
seiring dengan penurunan anastomosis kelenjar limfa terkait dengan usia. Ratarata usia pasien pada penelitian kami adalah 55 tahun.
Meskipun belum ada konsensus yang menyatakan obesitas sebagai salah
satu faktor risiko LE, Werner dkk menyatakan bahwa pasien dengan BMI lebih
dari 29,2 kg/m2 memiliki insiden LE yang lebih tinggi. Penelitian lain yang
dilakukan oleh Soran dkk. menyatakan bahwa BMI 26,1 kg/m 2 sebagai kelompok
kontrol, BMI 29,0 kg/m2 sebagai kelompok LE ringan, dan BMI 30.9 kg/m 2
sebagai kelompok LE berat. Hampir 75% pasien LE mereka termasuk kriteria
overweight atau obese (BMI lebih dari 25 kg/m2 atau 30 kg/m2). Dalam penelitian
ini, terdapat pada 56,6% pasien dengan BMI lebih dari 29,1 kg/m 2. Pasien dengan
BMI di atas 30 kg/m2 menderita LE yang lebih berat dibandingkan pasien dengan
BMI 30 kg/m2 (p = 0,016). Rata-rata BMI pada pasien LE berat adalah 32,8
kg/m2 (SD 5,2) dan 29,2 kg/m2 (SD 4.7) pada pasien LE ringan. Hasil terapi pada
pasien dengan faktor penyulit obesitas lebih buruk daripada pasien non obese (p <
0.001).
Pembedahan pada daerah axilla yang dominan, atau penggunaan
berlebihan pada lengan yang dioperasi, juga merupakan faktor risiko LE. LE
ditemukan pada 56,6% pasien terutama pada area lengan yang dominan. Pada
penelitian ini, kedua kelompok tidak berbeda secara statistik satu sama lain, tetapi
penyebab terjadinya limfedema bukan merupakan subjek utama dalam penelitian
ini. Peneliti membahas tentang respons pasien limfedema terhadap pemberian
modalitas terapi yang berbeda. Modalitas terapi kombinasi terbukti lebih unggul
dibandingkan terapi LE dengan fisioterapi saja. Complex decongestive treatment
sebagai perluasan pendekatan multidisiplin termasuk skin care, latihan, MLD, dan
pembebatan. Pendekatan ini telah dilaporkan dapat menurunkan LE dengan
presentase 2273%. IPC merupakan pilihan lain dari terapi LE. Beberapa studi
kontrol menunjukkan efektivitasnya ketika menggunakan terapi kombinasin
secara kontinu. Szuba dkk menunjukkan peningkatan efek terapi IPC ketika
dikombinasikan dengan complex decongestive treatment. Didem dkk melaporkan
bahwa ketika kita hanya menggunakan complex decongestive therapy saja, terjadi
penurunan LE sampai 26%, sedangkan ketika dikombinasikan dengan IPC, terjadi
penurunan 45%. Sementara itu, penenelitian lain menunjukkan bahwa
penggunaan CDT saja, atau dikombinasikan dengan IPC, secara signifikan dapat
menurunkan volume lengan pada pasien limfedema post mastektomi. Pada
penelitian ini, peneliti menunjukkan perkembangan yang signifikan pada LE yang
diberikan terapi kombinasi IPC dengan SLD, skin care, dan latihan, yang
10
pasien yang menggunakan terapi IPC. Ketika fungsi kognitif dan fisik dinilai,
terdapat terdapat perubahan secara signifikan pada kelompok MLD, namun tidak
pada kelompok IPC. Terdapat peningkatan yang signifikan terhadap fungsi sosial
dan emosi pada kedua kelompok. Dalam penilaian skala parameter gejala, gejala
kelelahan dan nyeri secara signifikan menurun pada kedua kelompok, tetapi tidak
ada perubahan yang signifikan pada gejala insomnia atau kehilangan nafsu makan.
Keterbatasan pada penelitian ini adalah jumlah sampel yang kecil dan
penelitian ini bukanlah randomized controlled study, tetapi hanya berupa
penelitian prospektif. Selain itu, penelitian ini bukan merupakan double blinded
study, serta pengukuran, latihan, dan massage pada penelitian ini dilakukan oleh
fisioterapis yang sama. Keterbatasan yang lain adalah, walaupun program
pendidikan telah terstandar, masih terdapat beberapa variasi bergantung pada
kemampuan masing-masing individu.
SIMPULAN
Kesimpulannya, hasil kami menunjukkan bahwa modalitas terapi
kombinasi termasuk IPC dengan SLD, dan MLD dengan perban kompresi,
keduanya modalitas yang efektif dan ditoleransi, bersama dengan perabwatan
kulit dan latihan dalam pengobatan LE yang disebabkan oleh pengobatan kanker
payudara. Gautam et al. menunjukkan bahwa program latihan rumahan individual
menyebabkan peningkatan volume dan lingkar anggota badan atas yang terkena
dan kualitas hidup pasien post mastectomy lymphedema. Meskipun MLD dan
terapi kompresi perban tampaknya menjadi sedikit lebih unggul dalam hal
beberapa skor kualitas hidup, IPC dengan SLD dapat menjadi pilihan perawatan
untuk penerapan pasien dengan LE di rumah tanpa gangguan kehidupan seharihari. Penelitian lebih lanjut sebaiknya dilakukan untuk membandingkan efek
program latihan rumahan dibandingkan yang berbasis institusi.
Sumber: Gurdal et al (2012). Comparison of intermittent pneumatic compression
with manual lymphatic drainage for treatment of breast cancer-related
lymphedema. Lymphatic Research and Biology, 10 (3): 129-135.
12