Anda di halaman 1dari 13

REFERAT

Periode 21 November 4 Desember 2016


PERBANDINGAN INTERMITTENT PNEUMATIC COMPRESSION
DENGAN MANUAL LYMPHATIC DRAINAGE DALAM PENGOBATAN
LIMFEDEMA PADA KANKER PAYUDARA

Oleh :
Fitri Febrianti Ramadhan

G99142099

Yohanes Cakrapradipta W.

G99142100

Selvia Anggraeni

G99142101

Riko Saputra

G99142102

Pembimbing :
Dr. dr. Noer Rachma, Sp. KFR

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN REHABILITASI MEDIK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/ RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2016

PERBANDINGAN INTERMITTENT PNEUMATIC COMPRESSION


DENGAN MANUAL LYMPHATIC DRAINAGE DALAM PENGOBATAN
LIMFEDEMA PADA KANKER PAYUDARA
ABSTRAK
Latar belakang: Tujuan dari penelitian prospektif terkontrol ini adalah untuk
menilai kegunaan dari kedua kombinasi modalitas terapi yang berbeda untuk
limfedema. Manual lymphatic drainage (MLD) dan compression bandage
combination (complex decongestive therapy) di bandingkan dengan intermittent
pneumatic compression (IPC) dengan self-lymphatic drainage (SLD)
Metode dan Hasil: Kedua kelompok MLD dengan compression bandage
(complex decongestive therapy) (kelompok I, n=15) dan kelompok SLD dengan
SLD (kelompok II, n=15) menerima terapi untuk limfedema delama 3 hari dalam
1 minggu dan setiap hari selama 6 minggu berikutnya. Lingkar lengan di hitung
sebelum dan sesudah terapi munggu ke 1, ke 3 dan ke 6 selama terapi. EQRTCQLQ dan ASES-test dilakukan untuk menenukan kualitas hidup sebelum dan
sesudah 6 minggu terapi. Pasien pada kedua kelompok memiliki latar belakang
demigrafis dan manisfestasi klinis yang dama. Meskipun kedua modalitas terapi
menhasilkan pengurangan volume lengan secara keseluruhan yang signifikan
(pengurangan sebanyak 12.2 % pada kelompok II dan 14.9 % pada kelompok I) (p
< 0.001), tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p = 0.582) yang ditemukan
antara kedua kelompok. Skor ASES lebih tinggi secara signifikan (p = 0.001) pada
kelompok I dan II tanpa perbedaan signifikan pada masing-masing kelompok.
Ketika fungsi emosional, kelelahan dan skor nyeri lebih tinggi pada kedua
kelompok, status kesehatan global, skor fungsional dan skor fungsi kognitif lebih
tinggi hanya pada kelompok I.
Kesimpulan: Modalitas terapi yang berbeda yang terdiri dari MLD dan
compression bandage (complex decongestive therapy) atau IPC dan SLD lebih
efektif sebagai terapi untuk limfedema dengan manfaar terapi yang sama pada
pasien dengan kanker payudara. Meskipun demikian, kombinasi modalitas

tebrmasuk IPC dan SLD dapat di jadikan pilihan yang lebih baik untuk digunakan
di rumah
LATAR BELAKANG
Kanker payudara merupakan kanker yang sering di temukan pada wanita.
Limfedema dapat timbul pada 6-38% penyintas kanker payudara dan merupakan
salah satu komplikasi yang serius dan dapat dialami dalam jangka waktu yang
cukup lama dan menyebabkan terganggunya fungsi kehkidupan sehari-hari dan
disabilitas pssikologis. Limfedema di definisikan sebagai akumulasi cairan dan
protein extraceluler yang masif dan menetap pada ruang di jaringan karena sistem
drainase limfe yang tidak efektif.
Insidensi dan derajat dari limfedema berkaitan dengan luasnya diseksi dan
irradiasi pada eksiler. Gejala dan tanda yang berhubungan dengan limfedema
adalah: peningkatan diameter tungkai, kulit yang menegang, infeksi, kekakuan
dan berkurangnya range of motion pada sendi, defisit fungsi sensorik,
berkurangnya kegunaan fungsional dari tungkai dan juga masalah estetika seta
stres psikologis.
Terapi dari limfedema sangat sult, mahal dan membutuhkan waktu yang
lama.

Pendekatan multidisiplin sangat di butuhkan. Tujuan akhir dari terapi

adalah mengurangi bengkak, mengembalikan fungsi serta kosmetika dari tungkai


yang terkena. Elevasi, latihan, massage, compression bandage, intermittent
pneumatic compression (IPC) dan manual lymphatic drainage (MLD) digukanan
sendiri atau sebagai kombinasi merupakan pilihan terapi saat ini. Complex
decongestive therapy, sebagai pendekatan multidisiplin dan komprehensif, terdiri
atau MLD, skin care, bandaging dan latihan.
MLD melibatkan teknik pemijatan ringan untuk menghilangkan cairan
interstisial yang berlebihan, melunakan fibrosis dan meningkatkan aliran dari
limfa. Tujuan dari pemijatan manual harusnya menarget limfotom fungsional
untuk memobilisasi cairan limfa dari bagian yang mengalami penyempitan ke
jaringan normal.

Self-lymphatic drainage (SLD) merupakan bentuk sederhana dari MLD


yang dapat dilakukan secara lebih mudah oleh pasien detelah latihan singkat, SLD
juga dapat di lakukan di rumah tanpa fisioterapis.
IPC mngurangi cairan pada jaringan dan mengurangi edema melalui
penekanan eksternal. Pompa dengan segmen multipel mengurangi tekanan secara
bertahap dari distal ke proksimal. IPC merupakan modalitas terapi yang efektif
yang dapat di gunakan pada pasien dengan limfedema.
Tujuan

dari

penelitian

prospektif

terkontrol

ini

adalah

untuk

membandingkan kegunaan dari complex decongestive therapy (MLD dan


compressive

bandage+skin

care+excercise)

dengan

IPC

dan

SLD+skin

care+excercise, pada volume tungkai dan kualitas hidup pasien dengan limfedema
yang berkaitan dengan pengobatan kanker payudara.
BAHAN DAN METODE
Studi terkontrol prospektif ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Istanbul,
Universitas Istanbul, di Unit Payudara Departemen Bedah Umum. persetujbuan
etis diperoleh dari Komite Etik Fakultas Kedokteran Universitas Istanbul, dan
informed consent diambil dari masing-masing pasien.
Tiga puluh empat pasien, dengan LE setelah dilakukan operasi pada
kanker payudara, yang terdaftar dalam penelitian ini. LE dikembangkan di semua
pasien setelah 6 bulan operasi. Satu pasien dengan perbedaan antara pengukuran
duab lingkar lengan kurang dari 2 cm, dua pasien dengan bilateral LE, dan satu
pasien dengan kemauannya sendiri, dikeluarkan dari penelitian. Tiga puluh pasien
dengan LE diacak untuk dua perlakuan yang berbeda protokol (kelompok 1 dan
2). Para pasien, yang memenuhi syarat untuk penelitian, diacak baik untuk
kelompok I atau kelompok II menggunakan komputer dengan urutan nomor
secara acak dalam rasio 1: 1. Tidak ada limfangitis dan tidak ada kemajuan dalam
LE diamati selama penelitian.
Karakteristik sosiodemografi dan klinis serta faktor risiko yang
berhubungan dengan LE pasien (umur, status perkawinan, tingkat pendidikan,
tangan yang dominan, indeks massa tubuh, merokok, penyakit komorbid seperti
3

diabetes mellitus (DM), hipertensi ( HT), jenis operasi, terapi radiasi (RT), waktu
untuk LE dan terapi sebelumnya, infeksi sebelumnya) akan dinilai dan dicatat.
Sementara 15 pasien dalam kelompok I diterapkan untuk MLD dan kompresi
perban, 15 pasien di kelompok II diterapkan untuk SLD dan IPC (Flowpress
Sequential Compression Pump, England). Kedua kelompok dilanjutkan dengan
menggunakan pakaian kompresi pada akhir terapi. Pasien pada kedua kelompok
dilatih dan diinformasikan sebelum studi untuk melakukan latihan aktif
ekstremitas atasnya sendiri dan perawatan kulit secara teratur selama penelitian.
Program latihan kedua kelompok yang termasuk gerakan sendi biasa, dengan 10
pengulangan dari setiap gerak (fleksi, abduksi, rotasi internal dan eksternal,
abduksi horisontal dan adduksi bahu, fleksi dan ekstensi siku dan pergelangan
tangan, supinasi dan pronasi lengan) selama 15 menit, dua kali sehari. Semua
catatan kinerja latihan harian pasien di rumah akan diperiksa mingguan oleh
fisioterapis.
Protokol pengobatan yang disusun sebagai metode setiap hari selama 6
minggu pada kedua kelompok. MLD dilakukan dengan pemberian tekanan ringan
jari dan tangan (hampir 30 mmHg), dan peregangan kulit berirama selama 30
menit dalam setiap periode pengobatan. Pada tahap pertama dari MLD, stimulasi
tekan di dekat daerah drainase limfatik yang sehat seperti leher dan daerah ketiak.
Dalam tahap kedua, MLD dilakukan oleh dekongesti manual dari batang tubuh,
bahu, lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan secara berturut-turut.
Kompresi perban stretch yang pendek diterapkan pada pasien dalam kelompok
MLD selama penelitian untuk mencapai pengurangan volume yang optimal
selama 21-24 jam dalam sehari, kecuali periode kinerja MLD.
Program IPC dan SLD diterapkan untuk pasien di kelompok dua. IPC,
dengan sarung tangan lengan panjang, merangsang aliran limfatik, dari daerah
distal ke daerah proksimal dari ekstremitas dengan LE, melalui periode kompresidekompresi dengan tekanan 25 mmHg dan cara siklik yang berbeda. IPC
diaplikasikan pada pasien dengan durasi 45 menit untuk setiap periode
pengobatan. Semua pasien dalam kelompok II dilatih untuk SLD oleh fisioterapis
yang sama, dan dilakukan pengalihan cairan limfatik dari lengan yang edema ke
4

lengan yang sehat secara mandiri di rumah. Pasien dilakukan SLD sehari-hari
selama 15 menit di rumah selama penelitian. Catatan harian SLD dari pasien
diperiksa mingguan oleh fisioterapis.
Pengukuran Lingkar Lengan Bilateral
Pengukuran lingkar lengan bilateral dilakukan sebanyak empat kali untuk
menghitung volume lengan, sebelum dan setelah perawatan LE (di awal dan
minggu ke 1, 3, dan 6 perawatan). Pengukuran dilakukan pada 6 segmen antara
pergelangan tangan dan bahu dengan jarak 10 cm (Pada 0, 10, 20, 30, 40, 50 cm
dari pergelangan tangan ke bahu) oleh fisioterapis yang sama. Arm pengukuran
lingkar juga dilakukan pada lengan sehat, sebanyak satu kali di awal studi untuk
membandingkan dengan lengan LE. Pengukuran dari lingkar lengan dialihkan ke
nilai volume lengan dengan formula/rumus. Awalnya volume untuk setiap segmen
lengan yang dihitung secara terpisah dengan rumus V1s: L / 12II (C12 + C1, C2 +
C22) (C: Circumference (lingkar); L: length (panjang segmen); s, segmen; V,
volume) setelah itu, volume total lengan dihitung oleh rumus seperti yang
dijelaskan sebelumnya: Total Volume = V1s + V2s + V3s + V4s + V5s + V6s).17,18
Keparahan LE dihitung dengan menggunakan volume total dari lengan
lymphedema (VLE) dan lengan normal sebelum pengobatan (VN).19 Klasifikasi
Stillwell untuk Lymphedema digunakan untuk mengklasifikasikan lymphedema
pada studi ini (Tabel 1).20 Tingkat lymphedema dihitung dengan rumus (VLE
-VN) / VN x 100.
Tabel 1. Klasifikasi Limfedema menurut Sillwell

Evaluasi Kualitas Hidup dengan Tes EORTC-QLQ dan ASES


Tes EORTC-QLQ dan ASES diterapkan untuk setiap pasien pada kedua
kelompok. Tes ASES adalah tes subjektif untuk mengukur kualitas hidup (QOL),
yang terdiri dari 10 pertanyaan tentang penggunaan yang efektif dari lengan pada
siang hari (seperti menyisir rambut atau berpakaian). Jawaban diberi skor dan skor
total untuk setiap pasien dicatat. Tes ASES diterapkan bilateral dan dua kali, di
awal dan di akhir study.21 Tes EORTC-QLQ-C30 dilakukan dua kali pada semua
pasien pada kedua kelompok. Yang pertama adalah sebelum penelitian, dan yang
kedua adalah pada minggu keenam, pada akhir penelitian. Ini adalah tes subjektif
untuk menilai kualitas hidup pada pasien kanker di seluruh dunia, termasuk 30
instrumen HRQOL untuk mengevaluasi fungsi fisik, psikologis, dan sosial.22 Hal
ini terdiri dari sembilan skala multi-item termasuk lima fungsional (fisik, peran,
emosional, kognitif, sosial), sebuah skala global (GQOL), dan tiga gejala
(kelelahan, nyeri, mual dan muntah). Selain itu ia memiliki lima skala gejala
tunggal (dyspnea, insomnia, kehilangan nafsu makan, sembelit, dan diare). Pada
bagian akhir dari pengujian, efek keuangan dari penyakit dievaluasi dengan skala
dampak keuangan. 28 item pertama dari tes yang dinilai pada skala respon '' Sama
sekali tidak = 1 poin, sedikit = 2 poin, cukup = 3 poin dan sangat banyak = 4 poin
''. Dua item terakhir menunjukkan antara 1 (Sangat miskin) ke 7 poin (sangat
baik).
Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan SPSS 15,0 program
komputer statistik untuk Windows. Karakteristik sosiodemografi dievaluasi
dengan metode deskriptif. Variabel kontinu seperti skor EORTC-QLQ-C30
dibandingkan dengan Student t-test atau Mann-Whitney U, atau Wilcoxon signed
rank test.
HASIL
Nilai tengah (median) usia rata-rata pasien adalah 55 (31-74) tahun. Waktu
deteksi median dari lymphedema adalah 18 bulan (kisaran, 6-72 bulan). Semua
pasien menjalani diseksi kelenjar getah bening aksila level I dan II untuk
pengobatan kanker payudara, dan mendapatkan radioterapi untuk melibatkan
6

payudara dan limfatik regional. Semua pasien tidak menerima pengobatan untuk
LE sebelumnya. Tak satu pun dari mereka memiliki metastasis organ jauh dan
tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok dalam hubungannya dengan
stadium kanker payudara (p = 0,826). USG Vena doppler menunjukkan tidak ada
trombosis vena di antara semua pasien sebelum penelitian. Pada kelompok II: 5
pasien memiliki hipertensi (HT), 2 pasien memiliki DM (diabetes mellitus), dan 3
pasien memiliki riwayat merokok. Kelompok I: 4 pasien memiliki HT, 2 memiliki
DM, dan 4 pasien memiliki riwayat merokok. Tidak ada perbedaan yang
signifikan antara dua kelompok termasuk karakteristik sosio-demografis keduanya
(Tabel 2)
.
bTabel 2. Karakteristik Pasien dari Kelompok Pengobatan Acak: Manual
Lymphatic Drainage (MLD) dan Compressive Bandage vs. Intermittent
Pneumatic Compression (IPC) dan Self-Lymphatic Drainage (SLD)

Tidak ada signifikansi secara statistika pada BMI (indeks massa tubuh)
dari dua kelompok (p = 0,356). Lima belas (50%) pasien memiliki LE ringan dan
15 (50%) pasien memiliki LE berat (moderat + marked); [8 pasien (26,7%)
memiliki moderat, 7 pasien (23,3%) marked] sesuai dengan Klasifikasi Stillwell
untuk LE. Pasien dengan BMI di atas 30 kg / m2 memiliki LE lebih parah
daripada pasien dengan tingkat BMI atau kurang dari 30 kg / m2 (p = 0,016).
Rata-rata tingkat BMI adalah 32,8 kg / m2 (SD 5,2) pada pasien LE berat dan 29,2
kg / m2 (SD 4,7) pada pasien LE ringan. Pasien obesitas morbid memiliki hasil
pengobatan yang lebih buruk daripada pasien obesitas nonmorbid (p <0,001).
Tidak ada perbedaan yang signifikan pada volume lengan mean dari
kelompok tersebut pada awalnya (3533-739 dan 3581-783 ml pada kelompok I
dan II, secara berurutan). Perbedaan LE antara kedua lengan yang lebih besar dari
10% pada semua pasien awalnya [(VLE -V N) / VN]. Perbedaan yang signifikan
ditentukan pada awal dan 1, 2, 6 minggu pada volume lengan kedua kelompok,
secara terpisah (p <0,001). Penurunan total volume lengan sebagai akibat dari
protokol pengobatan yaitu sebesar 529 ml (14,9%) dan 439 ml (12,2%) pada
kelompok I dan II, secara berurutan. Meskipun penurunan lebih besar diamati
pada kelompok I, tidak ada signifikansi secara statistik antara dua kelompok (p =
0,582) (Tabel 3).
Tabel 3. Perubahan Volume Lengan pada Kelompok Pengobatan yang Berbeda
Setelah Terapi Manual Lymphatic Drainage (MLD) dan Compressive Bandage vs.
Intermittent Pneumatic Compression (IPC) dan Self-Lymphatic Drainage (SLD)

Skor tes ASES awal yang secara signifikan lebih rendah pada lengan
yang terkena daripada lengan yang tidak terkena pada kedua kelompok pasien (p

= 0,039). Skor ASES rata-rata awal lengan dengan LE dalam kelompok I dan II
(8,73-6,98 dan 13,27-4,09, secara berurutan), yang secara signifikan meningkat
(18,47-6,93 dan 19,20-4,65) oleh protokol perawatan di akhir penelitian di kedua
kelompok (p <0,001). Namun, tidak ada perbedaan signifikan terdeteksi di antara
kelompok sehubungan dengan skor ASES (Tabel 4).
Tabel 4. Perubahan Skor ASES Pada Pengobatan yang Berbeda Setelah Terapi
Manual Lymphatic Drainage (MLD) dan Compressive Bandage vs. Intermittent
Pneumatic Compression (IPC) dan Self-Lymphatic Drainage (SLD)

PEMBAHASAN
LE merupakan salah satu masalah yang biasa dihadapi pasien dengan
kanker payudara. Pasien dengan LE juga dihadapkan pada keterbatasan psikologis
dan fungsional. Insidensi LE pada pasien kanker payudara adalah sekitar 6 - 38%,
tergantung pada luas daerah axilla yang dioperasi dan radioterapi. Penzer dkk.
melaporkan kasus LE pada wanita berusia di atas 60 tahun adalah 25%, sedangkan
untuk wanita berusia di bawah 60 tahun adalah 7%. Kiel dan Rademacker
melaporkan bahwa usia merupakan parameter terpenting pada kasus LE dan
mereka menemukan bahwa insidensi LE pada wanita berusia di atas 55 tahun
adalah 56%. Kocak dan Overgaard menyatakan bahwa insidensi LE meningkat
seiring dengan penurunan anastomosis kelenjar limfa terkait dengan usia. Ratarata usia pasien pada penelitian kami adalah 55 tahun.
Meskipun belum ada konsensus yang menyatakan obesitas sebagai salah
satu faktor risiko LE, Werner dkk menyatakan bahwa pasien dengan BMI lebih
dari 29,2 kg/m2 memiliki insiden LE yang lebih tinggi. Penelitian lain yang

dilakukan oleh Soran dkk. menyatakan bahwa BMI 26,1 kg/m 2 sebagai kelompok
kontrol, BMI 29,0 kg/m2 sebagai kelompok LE ringan, dan BMI 30.9 kg/m 2
sebagai kelompok LE berat. Hampir 75% pasien LE mereka termasuk kriteria
overweight atau obese (BMI lebih dari 25 kg/m2 atau 30 kg/m2). Dalam penelitian
ini, terdapat pada 56,6% pasien dengan BMI lebih dari 29,1 kg/m 2. Pasien dengan
BMI di atas 30 kg/m2 menderita LE yang lebih berat dibandingkan pasien dengan
BMI 30 kg/m2 (p = 0,016). Rata-rata BMI pada pasien LE berat adalah 32,8
kg/m2 (SD 5,2) dan 29,2 kg/m2 (SD 4.7) pada pasien LE ringan. Hasil terapi pada
pasien dengan faktor penyulit obesitas lebih buruk daripada pasien non obese (p <
0.001).
Pembedahan pada daerah axilla yang dominan, atau penggunaan
berlebihan pada lengan yang dioperasi, juga merupakan faktor risiko LE. LE
ditemukan pada 56,6% pasien terutama pada area lengan yang dominan. Pada
penelitian ini, kedua kelompok tidak berbeda secara statistik satu sama lain, tetapi
penyebab terjadinya limfedema bukan merupakan subjek utama dalam penelitian
ini. Peneliti membahas tentang respons pasien limfedema terhadap pemberian
modalitas terapi yang berbeda. Modalitas terapi kombinasi terbukti lebih unggul
dibandingkan terapi LE dengan fisioterapi saja. Complex decongestive treatment
sebagai perluasan pendekatan multidisiplin termasuk skin care, latihan, MLD, dan
pembebatan. Pendekatan ini telah dilaporkan dapat menurunkan LE dengan
presentase 2273%. IPC merupakan pilihan lain dari terapi LE. Beberapa studi
kontrol menunjukkan efektivitasnya ketika menggunakan terapi kombinasin
secara kontinu. Szuba dkk menunjukkan peningkatan efek terapi IPC ketika
dikombinasikan dengan complex decongestive treatment. Didem dkk melaporkan
bahwa ketika kita hanya menggunakan complex decongestive therapy saja, terjadi
penurunan LE sampai 26%, sedangkan ketika dikombinasikan dengan IPC, terjadi
penurunan 45%. Sementara itu, penenelitian lain menunjukkan bahwa
penggunaan CDT saja, atau dikombinasikan dengan IPC, secara signifikan dapat
menurunkan volume lengan pada pasien limfedema post mastektomi. Pada
penelitian ini, peneliti menunjukkan perkembangan yang signifikan pada LE yang
diberikan terapi kombinasi IPC dengan SLD, skin care, dan latihan, yang
10

diaplikasikan pada pasien tanpa memengaruhi aktivitas mereka sehari-hari.


Volume lengan merupakan parameter yang sering digunakan dalam penilaian pada
kasus LE. Pengukuran lingkar lengan atau perbandingan dengan air merupakan
metode yang tepat dalam pengukuran volume. Peneliti menggunakan cara spesifik
untuk menghitung volume lengan dari pengukuran lingkar lengan. Pada penelitian
ini, evaluasi secara statistik menunjukkan penurunan secara signifikan yang nyata
dari volume lengan dengan terapi kombinasi berbeda pada masing masing
kelompok dengan keberhasilan terapi yang sama. Penurunan volume dilaporkan
sebesar 48% dengan MLD dan 25% IPC. Penelitian lain menyebutkan bahwa
walaupun MLD lebih unggul daripada IPC terkait dengan penurunan volume (75
dan 28 ml), perbedaan ini ternyata tidak cukup signifikan secara statistik (p =
0.11). Hasil kami yang lebih baik mungkin akibat penggunaan terapi kombinasi
daripada hanya menggunakan satu modalitas terapi.
LE berdampak negatif terhadap kualitas hidup seseorang, bentuk
tubuhnya, dan keinginan untuk melawan penyakitnya. Gangguan sensori,
kehilangan kekuatan, penurunan range of motion (ROM), kulit menjadi lebih
sensitif, serta kemungkinan terjadi infeksi merupakan beberapa efek samping LE.
Pada penelitian ini, skor ASES test pada lengan dengan LE sebelum diberikan
terapi secara signifikan lebih rendah daripada lengan yang sehat, dan terjadi
peningkatan skor ASES test setelah diberikan terapi kombinasi. Bagaimanapun,
tidak ada perbedaan signifikan pada kedua kelompok tersebut terkait dengan
kemanjuran terapi. Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa kedua modalitas
terapi ini dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang dengan tingkat
kemanjuran yang sama. Penting untuk melakukan evaluasi terhadap perubahan
psikososial pasien, selain perubahan fisik dan fungsional. Bentuk tubuh, personal
respect, dukungan sosial, dan kekuatan dalam menjalani hidup juga dipengaruhi
oleh LE. Tobin dan Carter menunjukkan faktor penyulit psikologis pada pasien
dengan LE, seperti kecemasan dan depresi. Keuntungan massage secara
psikologis antara lain menurunkan kecemasan, stres, dan rasa nyeri.
Pada penelitian ini, kualitas hidup seseorang meningkat setelah
menggunakan terapi MLD, namun tidak ada perbedaan yang signifikan dengan
11

pasien yang menggunakan terapi IPC. Ketika fungsi kognitif dan fisik dinilai,
terdapat terdapat perubahan secara signifikan pada kelompok MLD, namun tidak
pada kelompok IPC. Terdapat peningkatan yang signifikan terhadap fungsi sosial
dan emosi pada kedua kelompok. Dalam penilaian skala parameter gejala, gejala
kelelahan dan nyeri secara signifikan menurun pada kedua kelompok, tetapi tidak
ada perubahan yang signifikan pada gejala insomnia atau kehilangan nafsu makan.
Keterbatasan pada penelitian ini adalah jumlah sampel yang kecil dan
penelitian ini bukanlah randomized controlled study, tetapi hanya berupa
penelitian prospektif. Selain itu, penelitian ini bukan merupakan double blinded
study, serta pengukuran, latihan, dan massage pada penelitian ini dilakukan oleh
fisioterapis yang sama. Keterbatasan yang lain adalah, walaupun program
pendidikan telah terstandar, masih terdapat beberapa variasi bergantung pada
kemampuan masing-masing individu.
SIMPULAN
Kesimpulannya, hasil kami menunjukkan bahwa modalitas terapi
kombinasi termasuk IPC dengan SLD, dan MLD dengan perban kompresi,
keduanya modalitas yang efektif dan ditoleransi, bersama dengan perabwatan
kulit dan latihan dalam pengobatan LE yang disebabkan oleh pengobatan kanker
payudara. Gautam et al. menunjukkan bahwa program latihan rumahan individual
menyebabkan peningkatan volume dan lingkar anggota badan atas yang terkena
dan kualitas hidup pasien post mastectomy lymphedema. Meskipun MLD dan
terapi kompresi perban tampaknya menjadi sedikit lebih unggul dalam hal
beberapa skor kualitas hidup, IPC dengan SLD dapat menjadi pilihan perawatan
untuk penerapan pasien dengan LE di rumah tanpa gangguan kehidupan seharihari. Penelitian lebih lanjut sebaiknya dilakukan untuk membandingkan efek
program latihan rumahan dibandingkan yang berbasis institusi.
Sumber: Gurdal et al (2012). Comparison of intermittent pneumatic compression
with manual lymphatic drainage for treatment of breast cancer-related
lymphedema. Lymphatic Research and Biology, 10 (3): 129-135.

12

Anda mungkin juga menyukai