Penggunaan Bahasa Dalam Karya Ilmiah PDF
Penggunaan Bahasa Dalam Karya Ilmiah PDF
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas akhir semester ganjil dari mata kuliah Bahasa
Indonesia untuk Karya Ilmiah
Dosen Pembimbing : H. Didin Sahidin, Drs., M.Pd.
Disusun Oleh :
Nama
NIM
Kelas
Semester I
PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) GARUT
Februari 2010
ABSTRAK
Bahasa indonesia sebagai bahasa nasional tentu saja digunakan dalam
berbagai betuk jenis penulisan, mulai dari penulisan ilmiah dan yang lainnya, yang
pada kenyataannya tidak terlepas dari kesalahpahaman dalam penggunaan kalimatnya
dikarenakan tidak tepatnya penggunaan kalimat tersebut.
Semestinya sebuah karya ilmiah hendaknya menggunakan bahasa yang jelas,
tepat dan formal dan lugas. Kegiatan dan ketepatan isi dapat diwujudkan dengan
menggunakan kata dan istilah yang jelas dan tepat, kalimat yang tidak berbelit-belit,
dan struktur paragraf yang runtut, sehingga pembaca dapat memahami isi yang
dimaksudkan oleh penulis.
Kesalahan penggunaan bahasa dalam karya ilmiah menyebabkan inti yang
disampaikan penulis tidak dapat diterima oleh pembaca. Kemungkinan, pemakaian
bahasa yang salah menyebabkan pemahaman pembaca bertolak belakang dangan
gagasan penulis.
Metode pengumpulan data pada makalah ini adalah studi pustaka. Metode ini
dilakukan sebab penulis membutuhkan data yang lebih banyak dan akurat dalam
mengetahui dan memecahkan permasalahan.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin, penulis bersyukur kepada Allah SWT karena atas
berkat rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Pemakaian bahasa pada karya ilmiah menjadi topik permasalahan dikarenakan
penulis hanya memperhatikan aspek isi saja sedangkan sering ditemukannya
pemakaian bahasa yang tidak sesuai dengan ejaan yang baik dan benar. Hal ini
mengakibatkan pembaca tidak memahami isi dan terjadi kekeliruan. Penulis
mengangkat Penggunaan Bahasa dalam Karya Ilmiah sebagai judul makalah ini
untuk dipahami penulis mencoba meneliti hal-hal apa saja yang sering diabaikan para
penulis dalam menulis karya ilmiah.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak H. Didin Sahidin selaku
dosen mata kuliah Bahasa Indonesia untuk Karya Ilmiah, kepada rekan-rekan kelas 1C yang telah membantu penulis dan menghimpun data-data serta saran yang
membangun bagi penulis dan kepada semua pihak yang telah membantu pmbuatan
makalah ini dari awal sampai akhir.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan, maka
penulis mengharapkan kritik atau saran yang membangun dari pembaca untuk
diarahkan kepada yang lebih baik.
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK..
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI...
iii
BAB I
PENDAHULUAN.. 1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA .
BAB III
METODE PENELITIAN ..
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1.Ragam Bahasa .
10
4.2.1. Cendikia 10
4.2.2. Lugas. 10
4.2.3. Jelas..
10
10
4.2.5. Formal ..
11
4.2.6. Obyektif
11
11
4.3.Penggunaan Bahasa ..
11
4.4.Paragraf . 14
4.4.1. Kegunaan Paragraf
15
16
4.4.3.1.Kesatuan.
16
4.4.3.2.Kepaduan 16
4.4.3.3.Kelengkapan ..
17
18
4.4.3.5.Pengembangan Paragraf. 18
BAB V
18
19
19
19
4.4.3.5.5. Analogi..
19
4.4.3.5.6. Contoh-contoh ..
20
4.4.3.5.7. Sebab-Akibat.
20
20
4.4.3.5.9. Klasifikasi..
20
PENUTUP.. 21
DAFTAR PUSTAKA.. 22
BAB I
PENDAHULUAN
1.7. Latar belakang
Di dalam kehidupan sehari-hari, kita selalu berbahasa. Bahasa begitu besar
peranannya dalam kehidupan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota
suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, mengidentifikasi diri dan sebagai
sarana komunikasi.
Karya ilmiah adalah suatu karya dalam bentuk tulisan yang berisikan tetang
ilmu pengetahuan yang disusun atas dasar penggalian pegetahuan-pengatahuan lebih
dalam untuk menyatakan kebenaran tulisan tersebut.
Dalam menulis karya ilmiah dibutuhkan bahasa yang baik dan benar yang
sesuai dengan EYD, karena karya ilmiah merupakan sumber ilmu yang akan dipakai
sebagai referensi bagi karya lain. Jika sebuah karya ilmiah menggunakan bahasa yang
tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, ditakutkan akan terjadi kesalahan atau
banyak penafsiran pada tiap-tiap orang. Untuk mengantisipasi hal tersebut dibutuhkan
bahasa yang baik dan benar sesuai dengan kaidah yang berlaku.
Berdasarkan paparan di atas dapat ditentukan suatu permasalahan tentang
penggunaan bahasa yang bisa berfungsi sebagai alat komunikasi antara penulis dan
pembaca. Permasalahan tersebut dapat ditentukan tentang penggunaan bahasa yang
dipakai dalam karya ilmiah masih belum tepat, dan masih banyak yang tidak
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar yang sesuai dengan EYD.
Penulis melakukan penelitian terhadap karya ilmiah yang dibuat oleh mahasiswa. Ini
sesuai dengan yang disampaikan oleh Edi Subroto (1992:42) bahwa sumber-sumber
tertulis untuk sumber penelitian dapat berwujud majalah, surat kabar, karya sastra,
buku bacaan umum, karya ilmiah, dan buku perundang- undangan.
1.10.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini secara umum adalah ingin mengetahui penggunaan bahasa
dalam karya ilmiah, sehingga dapat diketahui penggunaan bahasa yang benar. Bahasa
dalam penulisan karya tulis ilmiah merupakan perpaduan ragam bahasa, apakah
bahasa yang digunakan sudah memenuhi ejaan yang baik dan benar atau belum?
Disamping itu, penulis memiliki tujuan lain dari penelitian ini. Tujuan lainnya
yaitu untuk memenuhi tugas akhir semester ganjil dari mata kuliah Bahasa Indonesia
Untuk Karya Ilmiah, Pendidikan Matematika, STKIP Garut.
1.11.
Manfaat Penelitian
Penulis mengharapkan makalah ini dapat dimanfaat baik secara teoritis
(manfaat teoritis) dan dapat pula dimanfaatkan secara praktis (manfaat praktis).
Kedua manfaat penelitian itu dapat dirinci sebagai berikut :
1.11.1. Manfaat teoritis diantaranya :
Memperkaya hasil penelitian dalam kebahasaan terutama tentang bahasa
dalam karya ilmiah
Sebagai kerangka berfikir bagi penegasan teori yang telah ada terutama dalam
bidang analisis bahasa mengenai ejaan yang baik dan benar dalam karya tulis
1.11.2. Manfaat praktis diantaranya :
Memberikan sumbangan informasi bagi penulis dalam membuat sebuah
tulisan khususnya tulisan pada media massa cetak
Sebagai salah satu tinjauan pustaka bagi peneliti lain yang akan mengadakan
penelitian sejenis.
1.12.
Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
1.2. Pembatasan Masalah
1.3. Perumusan Masalah
1.4. Tujuan Penelitian
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Manfaat teoritis
1.5.2. Manfaat praktis
BAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB III
METODE PENELITIAN
BAB IV
PEMBAHASAN
&
Khusus-Umum
induktif)
4.8.3.5.4. Perbandingan dan Pertentangan
4.8.3.5.5. Analogi
4.8.3.5.6. Contoh-contoh
4.8.3.5.7. Sebab-Akibat
(deduktif
&
PENUTUP
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bahasa indonesia sebagai bahasa nasional tentu saja digunakan dalam berbagai
betuk jenis penulisan, mulai dari penulisan ilmiah dan non-ilmiah, yang pada
kenyataannya tidak terlepas dari kesalahpahaman dalam penggunaan kalimatnya.
Berdasarkan situasinya, bahasa dapat dibagi atas dua jenis, yaitu bahasa formal
dan bahasa non formal. Bahasa formal adalah bahasa yang digunakan dalam situasi
resmi, sedangkan bahasa non formal adalah bahasa yang digunakan dalam dituasi
tidak resmi.
Sedangkan berdasarkan penyampaiannya, bahasa dapat dibagi atas dua jenis,
yaitu bahasa lisan dan bahasa tulisan. Bahasa lisan adalah bahasa yang yang dipakai
dalam berkomunikasi secara langsung, sedangkan bahasa tulisan digunakan dalam
berkomunikasi secara tidak langsung.
Kedua jenis bahasa tersebut memiliki aturan-aturan yang harus diikuti untuk
berbahasa yang baik dan benar. Dalam bahasa indonesia istilah tersebut dikenal
dengan nama Ejaan yang disempurnakan (EYD). EYD adalah sistem ejaan bahasa
indonesia yang menjadi ejaan resmi bahasa indonesia untuk berbahasa indonesia yang
baik dan benar.
Semestinya sebuah karya ilmiah hendaknya menggunakan bahasa yang jelas,
tepat dan formal dan lugas. Kegiatan dan ketepatan isi dapat diwujudkan dengan
menggunakan kata dan istilah yang jelas dan tepat, kalimat yang tidak berbelit-belit,
dan struktur paragraf yang runtut.
Kesalahan penggunaan bahasa dalam artikel ilmiah menyebabkan gagasan yang
disampaikan penulis tidak dapat diterima oleh pembaca. Kemungkinan, pemakaian
bahasa yang salah menyebabkan pemahaman pembaca bertolak belakang dangan
gagasan penulis.
BAB III
METODE PENELITIAN
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode
studi kasus dalam hal pengumpulan informasi yang diamati, penulis juga
menggunakan
metode
deskriptif,
maksudnya
adalah
pengamatan
yang
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1.Ragam Bahasa
Di dalam bahasa Indonesia disamping dikenal kosa kata baku Indonesia dikenal
pula kosa kata bahasa Indonesia ragam baku, yang alih-alih disebut sebagai kosa kata
baku bahasa Indonesia baku. Kosa kata bahasa Indonesia ragam baku atau kosa kata
bahasa Indonesia baku adalah kosa kata baku bahasa Indonesia, yang memiliki ciri
kaidah bahasa Indonesia ragam baku, yang dijadikan tolok ukur yang ditetapkan
berdasarkan kesepakatan penutur bahasa Indonesia, bukan otoritas lembaga atau
instansi di dalam menggunakan bahasa Indonesia ragam baku. Jadi, kosa kata itu
digunakan di dalam ragam baku bukan ragam santai atau ragam akrab. Walaupun
demikian, tidak tertutup kemungkinan digunakannya kosa kata ragam baku di dalam
pemakian ragam-ragam yang lain asal tidak mengganggu makna dan rasa bahasa
ragam yang bersangkutan.
Suatu ragam bahasa, terutama ragam bahasa jurnalistik dan hukum, tidak
tertutup kemungkinan untuk menggunakan bentuk kosakata ragam bahasa baku agar
dapat menjadi anutan bagi masyarakat pengguna bahasa Indonesia. Dalam pada itu
perlu yang perlu diperhatikan ialah kaidah tentang norma yang berlaku yang
berkaitan dengan latar belakang pembicaraan (situasi pembicaraan), pelaku bicara,
dan topik pembicaraan (Fishman ed., 1968; Spradley, 1980).
Menurut Felicia (2001 : 8), ragam bahasa dibagi berdasarkan :
4.1.1. Media pengantarnya atau sarananya, terdiri atas :
Ragam lisan.
Ragam lisan adalah bahasa yang diujarkan oleh pemakai bahasa. Kita
dapat menemukan ragam lisan yang standar, misalnya pada saat orang
berpidato atau memberi sambutan, dalam situasi perkuliahan, ceramah; dan
disebut sebagai ragam lisan, hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena
itu, bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis,
walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis, ragam bahasa serupa itu tidak dapat
dikatakan sebagai ragam tulis. Kedua ragam itu masing-masing, ragam tulis dan
ragam lisan memiliki ciri kebakuan yang berbeda.
4.2.5. Formal
Tingkat keformalan bahasa dalam artikel ilmiah dapat dilihat pada lapis
kosakata, bentukan kata, dan kalimat. Kosakata yang digunakan cenderung
menggarah pada kosakata ilmiah teknis, yang jarang dipahami oleh masyarakat
umum. Perlu kecermataan dalam memilih kosakata untuk artikel ilmiah.
Keformalan kalimat dalam artikel ilmiah ditandai oleh :
1. Kelengkapan unsur wajib (subjek dan Predikat)
2. Kebenaran isi
3. Tampilan esai formal
4.2.6. Obyektif
Hindari kata-kata yang menunjukan sifat subjektif, seperti : Dari paparan
tersebut kiranya dapat disimpulkan.
4.2.7. Ringkas dan padat
Contoh :
Nilai etis sebagaimana tersebut pada paparan di atas menjadi pedoman dan dasar
pegangan hidup dan kehidupan bagi setiap warga Negara Indonesia.
4.2.8. Konsisten
Contoh :
Untuk mengatasi penumpang yang melimpah menjelang dan usai lebaran, pengusaha
angkutan dihimbau mengoprasikan semua telah disiapkan kendaraan ekstra.
4.3.Penggunaan Bahasa
Pemilihan atau penggunaan bahasa merupakan hal yang sangat krusial dalam
penulisan karya ilmiah. Hal ini bertujuan agar apa yang disampaikan oleh penulis
karya ilmiah bisa dipahami oleh pembaca. Oleh karenanya, gunakan bahasa yang baik
dan benar.
Ketentuan penggunaan bahasa dalam penyusunan karya ilmiah adalah sebagai
berikut:
Benar: Kecamatan Long Iram terdiri dari beberapa desa, yang sebagian di antaranya
tidak bisa dijangkau dengan transportasi darat.
Contoh 6: Jika-maka
Salah: Jika pemerintah pusat tidak hanya memberi otonomi administrasi tapi juga
otonomi polittik. Maka daerah otonom akan lebih leluasa dalam
menyelesaikan persolan-persoalan di daerahnya.
Benar: (tanda tanya tanpa spasi dan tidak ada titik setelah tanda tanya)
Jika pemerintah tidak hanya memberi otonomi administrasi tapi juga otonomi
politik, maka daerah otonom akan lebih leluasa dalam penyelesaikan
persoalan-persoalan di daerahnya.
4.4.Paragraf
Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan.
Dalam sebuah paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua
kalimat dalam paragraf tersebut; mulai dari kalimat pengenal, kalimat topik, kalimatkalimat penjelas, sampai pada kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saling bertalian
dalam satu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan.
Paragraf dapat juga dikatakan sebagai sebuah karangan yang paling pendek
(singkat). Dengan adanya paragraf, kita dapat membedakan di mana suatu gagasan
mulai dan berakhir. Kita akan kepayahan membaca tulisan atau buku, kalau tidak ada
paragraf, karena kita seolah-olah dicambuk untuk membaca terus menerus sampai
selesai. Kitapun susah memusatkan pikiran pada satu gagasan ke gagasan lain.
Dengan adanya paragraf kita dapat berhenti sebentar sehingga kita dapat memusatkan
pikiran tentang gagasan yang terkandung dalam paragraf itu.
4.4.1. Kegunaan Paragraf
Kegunaan paragraf yang utama adalah untuk menandai pembukaan topik baru,
atau pengembangan lebih lanjut topik sebelumnya (yang baru).
Kegunaan lain dari paragraf ialah untuk menambah hal-hal yang penting untuk
memerinci apa yang diutarakan dalam paragraf terdahulu.
4.4.2. Macam-Macam Paragraf
Berdasarkan tujuannya, paragraf dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: paragraf
pembuka, paragraf penghubung dan paragraf penutup.
Paragraf pembuka memiliki peran sebagai pengantar bagi pembaca untuk
sampai pada masalah yang akan diuraikan oleh penulis. Untuk itu, paragraf pembuka
harus dapat menarik minat dan perhatian pembaca, serta sanggup mempersiapkan
pikiran pembaca kepada masalah yang akan diuraikan. Usahakan paragraf pembuka
ini tidak terlalu panjang agar pembaca tidak merasa bosan. Di samping untuk menarik
perhatian pembaca, paragraf pembuka juga berfungsi untuk menjelaskan tujuan dari
penulisan itu.
Paragraf penghubung berfungsi menguraikan masalah yang akan dibahas oleh
seorang penulis. Semua inti persoalan yang akan dibahas oleh penulis diuraikan
dalam paragraf ini. Oleh sebab itu, secara kuantitatif paragraf ini merupakan paragraf
yang paling panjang dalam keseluruhan karangan/tulisan. Uraian dalam paragraf
penghubung ini, antar kalimat maupun antar paragraf harus saling berhubungan
secara logis.
Paragraf penutup bertujuan untuk mengakhiri sebuah karangan/tulisan. Paragraf
ini bisa berisi tentang kesimppulan masalah yang telah dibahas dalam paragraf
penghubung, atau bisa juga berupa penegasan kembali hal-hal yang dianggap penting
dalam uraian-uraian sebelumnya.
4.4.3. Syarat-syarat Pembentukan dan Pengembangan Paragraf
Dalam pembentukan/pengembangan paragraf, perlu diperhatikan persyaratanpersyaratan berikut.
4.4.3.1.Kesatuan
Sebagaimana telah dipaparkan di depan, bahwa tiap paragraf hanya
mengandung satu gagasan pokok. Fungsi paragraf adalah untuk mengembangkan
gagasan pokok tersebut. Untuk itu, di dalam pengembangannya, uraian-uraian dalam
sebuah paragraf tidak boleh menyimpang dari gagasan pokok tersebut. Dengan kata
lain, uraian-uraian dalam sebuah paragraf diikat oleh satu gagasan pokok dan
merupakan satu kesatuan. Semua kalimat yang terdapat dalam sebuah paragraf harus
terfokus pada gagasan pokok.
4.4.3.2.Kepaduan
Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh suatu paragraf ialah koherensi atau
kepaduan. Sebuah paragraf bukanlah sekedar kumpulan atau tumpukan kalimatkalimat yang masing-masing berdiri sendiri-sendiri, tetapi dibangun oleh kalimatkalimat yang mempunyai hubungan timbal balik. Urutan pikiran yang teratur akan
memperlihatkan adanya kepaduan, dan pembaca pun dapat dengan mudah
memahami/mengikuti jalan pikiran penulis tanpa hambatan karena adanya
perloncatan pikiran yang membingungkan.
Kata atau frase transisi yang dapat dipakai dalam karangan ilmiah sekaligus
sebagai penanda hubungan dapat dirinci sebagai berikut.
Hubungan yang menandakan tambahan kepada sesuatu yang sudah
disebutkan sebelumnya, misalnya: lebih-lebih lagi, tambahan, selanjutnya,
di samping itu, lalu, seperti halnya, juga, lagi pula, berikutnya, kedua,
ketiga, akhirnya, tambahan pula, demikian juga
sebelumnya;
misalnya:
tetapi,
namun,
bagaimanapun,
ringkas,
pengembangan
paragraf
dapat
dilakukan
dengan
memperhatikan hal-hal berikut. Pertama, susunlah kalimat topik dengan baik dan
layak (jangan terlalu spesifik sehingga sulit dikembangkan, jangan pula terlalu luas
sehingga memerlukan penjelasan yang panjang lebar). Kedua, tempatkanlah kalimat
topik tersebut dalam posisi yang menyolok dan jelas dalam sebuah paragraf. Ketiga,
dukunglah kalimat topik tersebut dengan detail-detail/ perincian-perincian yang tepat.
Keempat gunakan kata-kata transisi, frase, dan alat lain di dalam dan di antara
paragraf.
Ada beberapa teknik (cara) mengembangkan paragraf yang dapat dilakukan.
Teknik-teknik tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut.
4.4.3.5.1. Secara Alamiah
Dalam teknik ini penulis sekedar menggunakan pola yang sudah ada pada
objek/kejadian yang dibicarakan. Susunan logis ini mengenal dua macam urutan,
yaitu: (a) urutan ruang (spasial) yang membawa pembaca dari satu titik ke titik
berikutnya yang berdekatan dalam sebuah ruang. Misalnya gambaran dari depan ke
belakang, dari luar ke dalam, dari bawah ke atas, dari kanan ke kiri dan sebagainya;
(b) urutan waktu (kronologis) yang menggambarkan urutan terjadinya peristiwa,
perbuatan, atau tindakan.
membandingkan,
mempertentangkan,
menggambarkan,
atau
persamaan
dan
berbedaan
antara
dua
hal.
Syarat
perbandingan/pertentangan adalah dua hal yang tingkatannya sama dan kedua hal itu
mempunyai persamaan sekaligus perbedaan.
4.4.3.5.5. Analogi
Analogi biasanya digunakan untuk membandingkan sesuatu yang sudah dikenal
umum dengan hal yang belum dikenal. Analogi ini dimaksudkan untuk menjelaskan
hal yang kurang dikenal tersebut. Berikut ini akan disajikan contoh paragraf yang
dikembangkan dengan cara analogi.
4.4.3.5.6. Contoh-contoh
Sebuah generalisasi yang terlalu umum sifatnya agar dapat memberikan
penjelasan kepada pembaca, kadang-kadang memerlukan contoh-contoh yang
konkrit. Berikut ini akan disajikan contoh sebuah paragraf yang dikembangkan
dengan contoh-contoh
4.4.3.5.7. Sebab-Akibat
Hubungan kalimat dalam sebuah paragraf dapat berbentuk sebab akibat. Dalam
hal ini sebab dapat berfungsi sebagai pikiran utama, dan akibat sebagai pikiran
penjelas; atau sebaliknya
4.4.3.5.8. Definisi Luas
Untuk memberikan batasan tentang sesuatu, kadang-kadang penulis terpaksa
menguraikan dengan beberapa kalimat atau bahkan beberapa paragraf.
4.4.3.5.9. Klasifikasi
Dalam pengembangan paragraf, kadang-kadang kita mengelompokkan hal-hal
yang mempunyai persamaan. Pengelompokan ini biasanya dirinci lebih lanjut ke
dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil.
BAB V
PENUTUP
Bahasa begitu besar peranannya dalam kehidupan. Dalam menulis karya ilmiah
dibutuhkan bahasa yang baik dan benar yang sesuai dengan EYD, karena karya
ilmiah merupakan sumber ilmu yang akan dipakai sebagai referensi bagi karya lain.
Jika sebuah karya ilmiah menggunakan bahasa yang tidak sesuai dengan ketentuan
yang berlaku, ditakutkan akan terjadi kesalahan atau banyak penafsiran pada tiap-tiap
orang. Untuk mengantisipasi hal tersebut dibutuhkan bahasa yang baik dan benar
sesuai dengan kaidah yang berlaku.
Pemilihan atau penggunaan bahasa merupakan hal yang sangat krusial dalam
penulisan karya ilmiah. Agar apa yang disampaikan oleh penulis karya ilmiah bisa
dipahami oleh pembaca. Oleh karenanya, gunakan bahasa yang baik dan benar.
Pengembangan paragraf sangat besar pengaruhnya terhadap pemakaian bahasa
yang akan digunakan dalam penyusunan karya ilmiah, karena paragraf dikatakan
sebagai sebuah runtuyan kata-kata dalam bentuk kalimat yang paling pendek
(singkat). Dengan adanya paragraf, kita dapat membedakan di mana suatu gagasan
mulai dan berakhir. Oleh karena itu pengembangan paragraf yang baik akan
berpengaruh dalam pembentukan bahasa untuk penyusunan karya tulis ilmiah yang
baik. Sehingga penggunaan bahasanya teratur oleh inti dari paragraf yang
dikemukakan.
DAFTAR PUSTAKA