HIPERPLASIA ENDOMETRIUM
KELOMPOK:
Brenda Karina (1102010052)
Fitria Nurufath (1102010105)
Dania A. Putri (1102011069)
M. Hanni Ramli (1102011177)
BAB I
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS
Nama
: Ny. Suprapti
Usia
: 42 tahun
Jenis Kelamin
: Wanita
Tanggal Lahir
: 19 Maret 1973
Pekerjaan
Agama
: Islam
Alamat
No. RM
: 762859
Ruang perawatan
: Cempaka 2
Tanggal masuk RS
: 21 Juli 2015
Tanggal operasi
: 23 Juli 2015
2. ANAMNESIS
Keluhan utama
: menstruasi yang bertambah banyak dan memanjang
Keluhan tambahan: Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke IGD RS.Bhayangkara TkI Raden Said Sukanto dengan
keluhan menstruasinya bertambah banyak dan memanjang. Pasien mengaku
baru menyadari menstruasinya memanjang sejak 3 bulan terakhir. Pasien juga
mengaku siklus haidnya tidak teratur.
3. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
:Tampak sakit sedang
Kesadaran
:Compos Mentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah
:140/90 mmHg
Nadi
: 88 kali per menit.
Suhu
: 36,50C
Laju Pernafasan
: 20 kali per menit.
Indeks Massa Tubuh
Berat badan
: 56 kg
Tinggi badan
:160 cm
Pemeriksaan Fisik Sistematis
KEPALA
MATA
TELINGA
HIDUNG
MULUT
LEHER
PARU
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
JANTUNG
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
ABDOMEN
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
EKSTREMITAS
Atas
Bawah
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium (21 Juli 2015)
Pemeriksaan
Haemaglobin
Leukosit
Hematocrit
Trombosit
Hasil
12,8
11.100
36%
309.000 /ul
Nilai Rujukan
12 14 g/dl
5.000 10.000 u/l
37 43 %
150.000 400.000 /ul
5. DIAGNOSIS KERJA
Hiperplasia Endometrium
6. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa (sebelum operasi)
IVFD RL 20 tpm
Amlodipin 1 x 10mg
Captopril 3 x 25mg
Atorphastatin 1 x 20mg
Alprazolam tablet pada malam hari
Non-medikamentosa
7.
Observasi tensi
Pasien dipuasakan sebelum operasi
Operasi/pembedahan
i. Anestesi spinal
ii. Dilakukan histerektomi
PERSIAPAN OPERASI
Persiapan pasien
Pasien dipuasakan sejak hari rabu, 22 Juli 2015 pukul 23.00 WIB
Infus RL 20 tpm
Perhiasan, gigi palsu, cat kuku (-)
Persiapan Administrasi
8.
LAPORAN ANESTESI
Jam
Kesadaran
TD
Nadi
SpO2
: 10.20 WIB
: Compos mentis, GCS 15
: 179/87 mmHg
: 128 x/menit
: 98%
Regivell 15mg
Piralen 10mg
Tramadol 100mg
Catapres 10mg
Ephedrin
Ondansetron 8mg
Ceftriaxone 1g jam 11.00 WIB
Pemberian Cairan:
RL 500ml
NaCl 0,9% 500ml
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.
Definisi
Hiperplasia
Endometrium
penebalan/pertumbuhan
adalah
berlebihan
dari
suatu
kondisi
lapisan
di
dinding
mana terjadi
dalam
rahim
Anatomi
Endometrium merupakan bagian dari uterus, terletak antara kandung kemih dan
rectum. Terdiri dari 3 lapisan, susunan dari luar ke dalam:
1.
2.
serabutnya berjalan longitudinal atau oblik pada bagian dalam dan luar,
Sedangkan bagian tengah sirkuler
3.
Tunika mukosa (endometrium) terdiri dari epitel kolumnar simpleks dengan
sel bersilia dan sel sekretorik, Lamina propria, stroma yang langsung
berhubungan dengan myometrium
Lapisan ini tumbuh dan menebal setiap bulannya dalam rangka mempersiapkan
diri terhadap terjadinya kehamilan, agar hasil konsepsi bisa tertanam. Jika tidak
terjadi kehamilan, maka lapisan ini akan keluar saat menstruasi
III.
Epidemiologi
Menurut penelitian Reed et al pada tahun 2009 didapatkan insidensi hiperplasia
endometrium jenis simpleks adalah 142 per 100.000 wanita, kompleks
213/100.000 wanita, atipik 56/100.000 wanita dengan usia terbanyak untuk jenis
simpleks dan kompleks adalah 50 tahun sedangkan jenis atipik adalah 60 tahun.
Hiperplasia endometrium mempengaruhi wanita premenopause dan menopause,
dengan
jumlah
sekitar
15%
kasus
perempuan
dengan
perdarahan
Etiologi
Hormon yang ada di tubuh wanita: estrogen dan progesteron mengatur
perubahan endometrium dimana estrogen merangsang pertumbuhannya dan
progesterone mempertahankannya. Sekitar pertengahan siklus haid, terjadi
ovulasi (lepasnya sel telur dari indung telur). Jika sel telur ini tidak dibuahi (oleh
sperma), maka kadar hormon (progesteron) akan menurun sehingga timbullah
haid/ menstruasi.
Hiperplasia endometrium disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon estrogen
dan progesteron, yang dihasilkan oleh ovarium. Perubahan level kedua hormon
ini tiap bulannya yang mengatur siklus menstruasi. Tetapi, bila efek estrogen
berlebihan atau tubuh memproduksi estrogen lebih banyak dari progesteron,
maka sel-sel endometrium akan terstimulasi untuk bertumbuh dengan sangat
cepat.
Hiperplasia endometrium lebih sering terjadi pada gadis remaja yang baru
mendapat menstruasi pertama, dan juga pada wanita yang mendekati masa
menopause (Montgomery,2004: Tate,2003). Bagaimanapun, hiperplasia
endometrium dapat terjadi pada wanita yang dalam masa reproduksi, yakni bila
sering tidak terjadi ovulasi. Pada saat ovulasi, telur dilepaskan dari ovarium.
Tetapi bila tidak terjadi ovulasi, maka ovarium tidak melepas progesteron,
sehingga estrogen akan tetap tinggi.
Wanita yang beresiko tinggi terjadi hiperplasia endometrium :
Tidak menstruasi
Obesitas
Sindrom polikistik ovarium
Perimenopause (mendekati menopause) dan siklus menstruasi tidak teratur
Terapi sulih hormon yang mengandung estrogen tetapi tanpa progesteron untuk
mengurangi efek dari gejala menopause(estrogen berlebihan dapat
meningkatkan resiko kanker endometrium)
Penggunaan tamoxifen untuk mencegah / mengobati kanker payudara
Ada tumor ovarium yang mensekresi estrogen (jarang)
V.
Klasifikasi
Risiko keganasan berkorelasi dengan keparahan hyperplasia, sehingga
diklasifikasikan sebagai berikut :
1 Hiperplasia sederhana (hiperplasia ringan). Dicirikan dengan peningkatan jumlah
kelenjar proliferative tanpa atipia sitologik. Kelenjar tersebut, meskipun
berdesakkan dipisahkan oleh stroma selular padat dan memiliki berbagai ukuran.
Pada beberapa kasus, pembesaran kelenjar secara kistik mendominasi
(hiperplasia kistik). Risiko karsinoma endometrium sangat rendah.
2 Hiperplasia
kompleks
tanpa
atipia
(hiperplasia
sedang/hiperplasia
adenomatosa). Menunjukkan peningkatan jumlah kelenjar dengan posisi
berdesakan. Epitel pelapis berlapis dan memperlihatkan banyak gambaran
mitotic. Sel-sel pelapis mempertahankan polaritas normal dan tidak menunjukkan
pleomorfisme atau atipia sitologik. Stroma selular padat masih terdapat di antara
kelenjar.
3 Hiperplasia kompleks dengan atipia (hiperplasia berat/hyperplasia adenomatosa
atipikal). Dicirikan dengan berdesakannya kelenjar dengan kelenajr yang saling
membelakangi dan adanya atipia sitologik yang ditandai dengan pleomorfisme,
hiperkromatisme dan pola kromatin inti abnormal. Hiperplasia kompleks dengan
atipia menyatu dengan adenokarsinoma in situ pada endometrium dan
menimbulkan risiko karsinoma endometrium yang tinggi.
Tabel 1. Klasifikasi Hiperplasia Endometrium (WHO) 1994
Hiperplasia non atipik : - Simpleks
- Kompleks
- Simpleks
Hiperplasia atipik :
- Kompleks
VI.
Patofisiologi
Hiperplasia endometrium ini diakibatkan oleh hiperestrinisme atau adanya
stimulasi
progesteron
unoppesd
/ estrogen
ini menghambat
rangsangan
estrogen
tanpa
produksi
terhadap
(estrogen
tanpa
hambatan).Kadar
Gonadotrpin
pertumbuhan
estrogen
(feedback
pendamping
yang
tinggi
mechanism).Akibatnya
folikel berkurang,
kemudian
terjadi
dimana
sering
kali
mendapatkan
terapi
hormon
penganti
Estrogen
tanpa
pendamping
progesterone
(unopposed
estrogen)akan
Gambaran Klinis
Siklus menstruasi tidak teratur, tidak haid dalam jangka waktu lama
(amenorrhoe) ataupunmenstruasi terus-menerus dan banyak (metrorrhagia).
Selain itu, akan sering mengalami flek bahkan muncul gangguan sakit kepala,
mudah lelah dan sebagainya. Dampak berkelanjutan dari penyakit ini, adalah
penderita bisa mengalami kesulitan hamil dan terserang anemia berat.Hubungan
suami-istri pun terganggu karena biasanya terjadi perdarahan yang cukup parah.
VIII.
Diagnosis
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Didapatkan siklus menstruasi tidak teratur, tidak haid dalam jangka waktu lama
(amenorrhoe) ataupunmenstruasi terus-menerus dan banyak (metrorrhagia),
flek, sakit kepala, mudah lelah (anemia)
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa
hyperplasia endometrium dengan cara USG, Dilatasi dan Kuretase, lakukan
pemeriksaanHysteroscopydan dilakukan juga pengambilan sampel
untuk pemeriksaan PA.Secara mikroskopis sering disebut Swiss cheese
patterns.
Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
IX.
Diagnosis Banding
Hiperplasia mempunyai gejala perdarahan abnormal oleh sebab itu dapat
1
2
3
4
X.
dipikirkan kemungkinan:
karsinoma endometrium,
abortus inkomplit
leiomioma
polip
Penatalaksanaan
Terapi atau pengobatan bagi penderita hiperplasia, antara lain sebagai berikut:
1) Tindakan kuratase selain untuk menegakkan diagnosa sekaligus sebagai
terapi untuk menghentikan perdarahan.
Prognosis
Umumnya lesi pada hiperplasia atipikal akan mengalami regresi dengan terapi
progestin, akan tetapi memiliki tingkat kekambuhan yang lebih tinggi ketika terapi
dihentikan dibandingkan dengan lesi pada hiperplasia non atipik.
Pencegahan
Langkah-langkah yang bisa disarankan untuk pencegahan, seperti:
1 Melakukan pemeriksaan USG dan / atau pemeriksaan rahim secara rutin, untuk
deteksi dini ada kista yang bisa menyebabkan terjadinya penebalan dinding
rahim.
2 Melakukan konsultasi ke dokter jika mengalami gangguan seputar menstruasi
apakah itu haid yang tak teratur, jumlah mestruasi yang banyak ataupun tak
kunjung haid dalam jangka waktu lama.
3 Penggunaan etsrogen pada masa pasca menopause harus disertai dengan
pemberian progestin untuk mencegah karsinoma endometrium.
4 Bila menstruasi tidak terjadi setiap bulan maka harus diberikan terapi
progesteron untuk mencegah pertumbuhan endometrium berlebihan. Terapi
terbaik adalah memberikan kontrasepsi oral kombinasi.
5 Rubah gaya hidup untuk menurunkan berat badan
DAFTAR PUSTAKA
1
2
3
Bagus, Ida. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri, Ginekologi, dan KB. Jakarta:
EGC. 1998
Chandrasoma, Parakrama dan Taylor, Clive. R. Patologi Anatomi. Edisi 2. Jakarta : EGC.
2006.
Cotran dan Robbins. Dasar Patologis Penyakit. Edisi 7. Jakarta : EGC. 2008
4
5
Elly, J. W., Kennedy, C. M., Clark, E. C., & Bowdler, N. C. (2006). Abnormal Uterine
Bleeding: A Management Algortihm. JABFM , 590-602..
Munro, M. G., Critchley, H. O., Broder, M. S., & Fraser, I. S. (2011). FIGO Classification
System (PALM-COEIN) for Causes of Abnormal Uterine Bleeding in Non Gravid Women of
Reproductive Age. International Journal of Gynecology and Obstetrics , 3-12.