Anda di halaman 1dari 6

Deteksi Kerusakan Botol

Menggunakan Empties Bottle Inspection (EBI)


di PT Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI)
Unit Surabaya
Edi Kurniyawan, dkk
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tidar
Jalan Kapten Suparman No. 39 (56116, Magelang, Indonesia)
Dwi.noviaprasetyo@gmail.com

AbstrakDalam usaha meningkatkan produktifitas,


efisiensi, dan efektifitas dari sumber daya yang dimiliki,
suatu perusahaan harus terus melakukan inovasi-inovasi
dalam proses produksinya. Pada era modern sekarang ini
inovasi-inovasi yang dilakukan untuk meningkatkan
kualitas dan kuantitas hasil produksi harus didukung oleh
suatu teknologi yang memiliki kecepatan, akurasi dan
keandalan yang tinggi serta kemudahan dalam
pengoperasiannya. PT. Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI)
Surabaya adalah perusahaan yang telah menggunakan
teknologi maju dalam proses produksinya. Suatu
perusahaan yang merupakan industri minuman siap pakai
bertaraf internasional yang memproduksi minuman : Coca
cola, Sprite, Fanta, Fresh Tea, Ades, dan lain-lain. Empties
Bottle Inspection (EBI) buatan prusahaan KRONES
Jerman, adalah salah satu mesin yang telah digunakan oleh
PT. Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) Surabaya. Mesin
ini digunakan untuk menentukan kualitas botol yang
dipakai sebagai kemasan produk minuman. Mesin ini
dijalankan secara otomatis sehingga mudah dalam
penerapannya. Selain itu juga memiliki akurasi dan
kecepatan yang tinggi sehingga sangat bermanfaat dalam
peninggkatan kuantitas hasil produksi.
Kata kunci: pengecekan botol; Empties Bottle Inspection
(EBI)

1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


PT. Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) merupakan
salah satu perusahaan dagang yang bergerak dalam
penjualan minuman ringan (soft drink). Pada PT. Coca
Cola Amatil Indonesia (CCAI) memproduksi, menjual,
dan mendistribusikan lebih dari 10 merek di Indonesia
termasuk minuman ringan berkarbonasi, jus, teh,
minuman isotonik, air minum dalam kemasan, minuman
berenergi, dan masih banyak lagi dengan lebih dari 100
format kemasan dan ukuran. PT. Coca Cola Amatil
Indonesia (CCAI) memiliki beberapa cabang di seluruh
Indonesia, salah satunya bertempat di Jl. Raya Rungkut
Industri I/27 untuk cabang Surabaya. Perusahaan ini
memproduksi dan mendistribusikan produk-produk

berlisensi dari The Coca Cola Company. Pada PT. Coca


Cola Amatil Indonesia (CCAI) Cabang Surabaya ini
bertugas untuk mendistribusikan persediaan ke setiap
gerai penjual produk Coca Cola Company yang ada di
area kota Surabaya dan sekitarnya.
PT. Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) Surabaya
setiap harinya memproduksi ribuan botol minuman dan
memperkerjakan banyak karyawan. Selain memproduksi
minuman kemasan botol PT. Coca Cola Amatil Indonesia
(CCAI) Surabaya juga memproduksi minuman kaleng.
Untuk meningkatkan hasil produksi dan efisiemsi kerja,
PT Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) Surabya
menggunakan banyak sekali peralatan serata mesin-mesin
modern seperti pada perusahaan-perusahaan modern
lainnya. Salah satunya adalah mesin Empties Bottle
Inspection (EBI).
1.2 Rumusan Masalah
1 Pembahasan cara kerja Empties Bottle Inspection
(EBI) PT. Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI)
Surabaya.
2 Tidak
membahas
program
(software)
Programmable Logic Controller (PLC).
3 Hanya membahas penggunaan komponen secara
umum.
1.3 Tujuan

1. Mengetahui dan mempelajari proses pembuatan


minuman di PT. Coca Cola Amatil Indonesia
(CCAI) Surabaya.
2. Mengetahui secara umum prinsip kerja dan sistem
operasional Elmpties Bottle Insoection (EBI).
1.4 Manfaat
1. Menambah
pengetahuan
proses
pembuatan
minuman di PT. Coca Cola Amatil Indonesia
(CCAI) Surabaya.
2. Menambah pengetahuan prinsip kerja dan sistem
operasional Empties Bottle Insoection (EBI).

1.5 Metode Penulisan


1. Studi lapangan : mengambil informasi dari PT.
Coca-Cola Amatil Indonesia Surabaya.
2. Studi literatur : mengambil bahan-bahan dari bukubuku referensi, jurnal, artikel, dan sebagainya.

2.

PEMBAHASAN
Gambar 3. Pre-Inspection

2.1 Proses Produksi Line-8 PT. Coca Cola Amatil


(CCAI) Surabaya
Dalam pembuatan minuman PT. Coca Cola Bottling
Indonesia menggunakan beberapa tahapan. Untuk Line-8
sendiri melalui tahap-tahap sebagai berikut :
1. Depalletizing
Depalletizer adalah mesin untuk mengambil botol dari
pallet dan menaruhnya di konveyor feeding. Depalletizer
dapat berupa mesin mekanik dengan penggerak tiga
sampai lima aksis. Selain dari pallet, botol juga diambil
dari wadah format crate dengan partisi atau tidak. Mesin
Depalletizer akan mengangkat tiap tumpukan case yang
berisi botol kosong dan meletakkan dalam case conveyor.

4. Washing
Didalam mesin washer, botol-botol yang lolos dari
pre-inspection akan dicuci untuk menghilangkan kotoran
dan bakteri pada botol. Sebelum diisi dengan cairan
(umumnya cairan obat dan air konsumsi minum), botok
dari feeding pallet harus dicuci atau dibilas. Hal ini untuk
menghilangkan partikel dalam botol yang mungkin masuk
saat produksi botol. Cairan yang dipakai adalah cairan
yang khusus untuk mencuci botol. Tak hanya itu, di
beberapa mesin botol juga di blow untuk mengeringkan
botol setelah dicuci. Prinsip mesin washer adalah semakin
lama botol dicuci, semakin bersih botol selepas mesin
washe. Hanya saja untuk line produksi dengan kapasitas
tinggi, mesin mempunyai kompensasi tersendiri agar botol
tetap bersih dan kapasitas output mesin terpenuhi.
Umumnya mesin washer berupa rotary atau berputar.

Gambar 1. Depalletizer
2. Unpacking
Mesin packing mempunyai tugas untuk mengambil
botol-botol kosong di dalam case dan meletakkannya di
bottle conveyor.
Gsmbsr 4. Mesin Washer

5. Post-Inspection
Botol-botol yang telah dicuci di mesin washer akan
diperiksa kembali. Seperti pada pre- inspection,
pemeriksaan botol disini juga dilakukan secara manual.

Gambar 2. Mesin Unpacking


3. Pre-Inspection
Sebelum dicuci, botol-botol dari mesin unpacking
akan diinspeksi terlebih dahulu untuk mengurangi beban
pencucian oleh washer dari botol-botol yang mempunyai
kerusakan yang sangat parah.

Gambar 5. Post-Inspection

6. Empties Bottle Inspection ( EBI )


Botol-botol yang telah diperiksa di post- inspection
akan kembali diperiksa untuk menjamin bahwa botolbotol yang akan diisi produk adalah botol-botol yang
benar-benar baik, bersih, dan kering. Berbeda dengan
pemeriksaan sebelumnya yang masih manual, ditahap ini
botol-botol diperiksa secara electrik.

Ditahap ini, produk kembali diperiksa secara


elektrik. Pemeriksaan
yang
dilakukan meliputi
pemeriksaan crown serta level produk.

11. Final-Inspection

Produk-produk kembali diperiksa secara manual.


Pemeriksaan ditahap ini meliputi date-code serta level
produk yang lolos dari check-mat.
Gambar 6. Empties Bottle Inspection (EBI)

7. Filling
Botol-botol yang telah lolos dari beberapa tahap
pemeriksaan atau dinyatakan baik akan diisi dengan
produk PT. Coca Cola Amatil Indonesia ( CCAI)
didalam mesin filler.

12. Packing
Botol-botol yang telah melalui final-inspection
kemudian dipindahkan ke dalam krat.

13. Palletizing
Krat-krat yang telah terisi botol ditumpuk
menjadi tumpukan untuk mempermudah distribusi.

Gambar 7. Mesin Filler

8. Crowing

Penutupan/proses crowning dilakukan oleh mesin


crowner yang terletak disamping mesin filler.

9. Date Coding
Setelah dilakukan proses crowning, tahap selanjutnya
produk diberi kode produksi yang berisi expire date,
kode lokasi produksi, line tempat produksi, dan jam
produksi.

2.2 EMPTIES BOTTLE INSPECTION (EBI)


1. Gambaran Umum Empties Bottle Inspection (EBI)
Empties Bottle Inspection (EBI) berfungsi untuk
mendeteksi kualitas botol kosong apakah bersih dan
layak setelah melalui beberapa tahapan pencucian dan
penginfeksian untuk digunakan sebagai kemasan
minuman Coca Cola. Bersih dan layak yang
dimaksudkan disini adalah terhindar dan terbebas dari
hal-hal sebagai berikut :
1. Botol yang masih terdapat cairan di dalamnya
(residu luquid).
2. Botol yang masih ada kotoran dan benda asing.
3. Botol berkarat.
4. Botol scuffing (berkerak).
5. Botol pecah pada bibir.
6. Botol rusak bagian bawah.
7. Botol lain jenis.
8. Botol berwarna buram / kabur
2. Bagian Penyusun EBI

10. Check-mat

Gambar 8. Empties Bottle Inspection (EBI)

adalah botol yang memiliki ketinggian yang benar,


maka sensor fotosel too short akan selalu dalam posisi
close (selalu mendeteksi objek) dan sensor fotosel too
tall akan selalu dalam posisi open (selalu tidak
mendeteksi objek).

Gambar 9. Skema Mesin EBI


Keterangan :
1. Infeed Monitoring
2. Botol
3. Too Tall Detector
4. Too Short Detector
5. Botol Present I
6. Color Detection
7. Pusher I
8. Tempat Penampungan
9. Rejection Monitoring
10. Sensor Botol Present
11. Botol Present II
12. Sensor Infra Merah
13. HF Caustic
14. Residual Caustic
15. Lampu
16. Base Detector
17. Neck Detector
18. Rejection Sensor
19. Tempat Penampungan
20. Pusher II
21. Rejection Sensor
22. Pusher III
23. Rejection Monitoring
24. Rejection Conveyor
Secara garis besar EBI terbagi atas dua bagian utama
yaitu sebagai berikut:
1. Inspection Unit
Pada unit ini EBI terbagi lagi menjadi beberapa
bagian, yaitu :
1. Infeed Monitoring
Infeed monitoring merupakan area di mana
botol pertama kali masuk ke EBI yang dikirimkan
oleh konveyor.

Gambar 10. Proses Inspection di Pusher 1


Keterangan :
1. Sensor Bottle Present1
2. Sensor Too Tall
3. Sensor Too Short
4. Color Detection
5. Sensor Fotosel Pusher 1
6. Sensor Fotosel Pusher 1
7. Halogen Lamp
8. Bottle
9. Pusher
4. Colour Detection
Area ini digunakan untuk mendeteksi warna dari
empty bottle. Deteksi dari perbedaan warna (Red,
Green, Blue) berdasarkan sinyal analog output yang
diterima oleh inspector controller melalui color
detection. Agar color detection dapat membedakan
warna yang terdapat pada botol, maka dibutuhkan
cahaya untuk menerangi botol yang bersumber dari
halogen lamp yang dipancarkan ke botol. Makin
rendah voltage yang diterima dari inspector
controller, berarti makin gelap warna botol yang
dideteksi. Referensi untuk area ini adalah dari Bottle
Present 1.

Gambar 11. Penginspeksian Color Detection


2. Bottle Present 1
Bottle present 1 berupa sebuah sensor fotosel
yang berfungsi untuk mendeteksi keberadaan sebuah
botol dalam bentuk sebuah sinyal dan sinyal yang
dihasilkan ini akan digunakan sebagai referensi ke
sensor fotosel pusher 1.
3. Too Tall/Too Short
Botol dideteksi oleh sebuah sensor fotosel yaitu
sensor untuk too tall (sensor untuk botol yang terlalu
panjang, terletak di sisi atas) dan sensor untuk too
short (sensor untuk botol yang terlalu pendek, terletak
di sisi bawah). Jika botol yang melewati sensor ini

5. Sensor Pusher Atas dan Bawah


Selain berfungsi sebagai sensor pengaktif
pusher di infeed zone yang dikirimkan oleh sinyal
bottle present 1 yang berasal dari hasil inspection
sensor too tall/too short dan color detection, kedua
sensor pusher ini juga berfungsi pendeteksi kondisi
botol (roboh/tidak) dengan cara kerja yaitu sebelum
botol memasuki electrical area, yang merupakan area
inspection unit kedua, botol akan dideteksi posisinya
oleh 2 sensor fotosel (atas dan bawah). Pendeteksian
ini bertujuan untuk mengetahui posisi botol, apakah
berada pada posisi tegak atau jatuh sebelum

diteruskan ke electrical area, karena jika botol dalam


kondisi terjatuh maka saat masuk ke dalam electrical
area, botol akan terjepit di mesin yang akan
menyebabkan botol jatuh ataupun pecah di dalam
mesin EBI. Jika botol berada pada posisi terjatuh,
maka hanya sensor fotosel bawah saja yang akan aktif
(mendeteksi keberadaan botol), sedangkan sensor
fotosel atas tetap non-aktif. Kemudian kedua sensor
ini akan mengirimkan datanya masing-masing ke
program komputerisasi mesin EBI, di mana pada
kondisi ini program akan mengirimkan sinyal reject
dan pusher akan aktif yang kemudian akan
mendorong botol jatuh ke tong penampungan botol.
6. Bottle Present 2
Bottle present 2 berupa sebuah sensor fotosel
yang digunakan sebagai referensi dan starting shift
register untuk semua parameter yang ada di Electrical
Area.
7. Base Detector
Base detector berfungsi untuk mendeteksi
semua penyimpangan kualitas pada dasar botol (baik
kotor maupun pecah). Di mana lampu stroboscope
yang terletak di bawah dasar botol akan menyala dan
menerangi botol saat botol berada di atasnya. Seiring
dengan nyalanya lampu stroboscope ini, light meter
yang berada di dalam kamera akan mengirim sinyal
ke control unit di mana selanjutnya secara otomatis
akan mengubah exposure time dari kamera menjadi
light transmission ratio dari botol.

Gambar 12. Base Detector


8. Neck Finish
Neck finish detector berfungsi untuk mendeteksi
semua penyimpangan kualitas yang terdapat pada
mulut botol (baik kotor maupun pecah). Dimana
sebuah sumber cahaya ring-shape yang berupa
sederetan LED yang terletak di atas botol akan
menyala saat botol berada dibawahnya.
9. High Frequency Caustic
High Frequency Caustic berfungsi untuk
mendeteksi cairan/caustic residu dari sisa proses
pencucian yang masih terdapat di dalam botol.
10. Residual Caustic
Residual Caustic berfungsi untuk mendeteksi
cairan/caustic residu dari sisa proses pencucian yang
masih terdapat di dalam botol.

2. Rejection Unit
Pada EBI sistem rejeksi yang digunakan adalah soft
push unit (swing pusher). Soft-push unit ini menggunakan
katup electro pneumatic dimana pusher digerakkan oleh
tekanan udara. Swing pusher mendorong botol cacat dari
konveyor utama ke konveyor rejeksi atau ke bak
penampung botol.
1. Pusher 1
Pusher 1 berfungsi untuk mereject botol yang
telah melalui pendeteksian pada infeed zone yang
diarahkan ke bak penampungan botol, yang
dikirimkan oleh Too tall / Too short sensor dan Color
detection.
2. Pusher 2
Pusher 2 berfungsi untuk mereject botol yang
telah melalui proses pendeteksian pada Electrical
area yang diarahkan ke bak penampungan botol.
Botol-botol yang direject oleh pusher ini adalah
sinyal-sinyal reject yang dikirimkan oleh neck finish
yang telah dianalisis oleh analysis methode dan
mendeteksi adanya kecacatan pada botol yang berupa
botol gumpil, boto-botol ini kemudian akan
ditampung di tempat penampungan botol pecah dan
akan dikirimkan ke pabrik gelas untuk didaur ulang.
3. Pusher 3
Pusher 3 berfungsi untuk mereject botol yang
telah melalui proses pendeteksian di Electrical area
yang diarahkan ke rejection conveyor. Sinyal reject
yang dikirimkan ke pusher ini adalah sinyal reject
yang berasal dari base detection, HF Caustic,
Residual Caustic dan IR detection, yang mendeteksi
adanya cairan di dalam botol dan kotoran yang masih
menempel pada botol untuk direject ke rejection
conveyor untuk dikembalikan dan dicuci kembali oleh
washer machine.
4. Rejection Sensor
Rejection Sensor berfungsi untuk mendeteksi
kehadiran botol yang akan di reject yang telah
dikirimkan sinyal reject kepadanya dan akan segera
mengaktifkan pusher untuk mendorong botol tersebut.
Pada infeed zone (area 1) seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, bahwa terdapat 2 Rejection sensor pada
pusher 1 (atas dan bawah) yang selain berfungsi
sebagai penerima sinyal reject untuk mengaktifkan
pusher , rejection sensor ini juga berfungsi sebagai
pendeteksi posisi botol (jatuh/tidak).
5. Rejection Monitoring
Bagian ini berfungsi untuk mencegah adanya
botol reject yang lolos / masuk ke dalam Emptiesal
area (area 2), sehingga jika ada botol reject yang lolos
dari pusher maka hal ini akan terdeteksi oleh sensor
rejection monitoring dan mesin akan berhenti.

3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Proses produksi minuman PT. Coca-Cola Amatil
Indonesia (CCAI) di Surabaya dikerjakan
dengan tingkat kebersihan yang sangat terjaga
dan menggunakan alat-alat yang canggih.
2. Peralatan-peralatan yang dimiliki oleh di PT.
Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI) di
Surabaya dalam hal maintenance sangat
memadai.
3. Mesin Empties Bottle Inspection (EBI) adalah
merupakan salah satu peralatan yang dimiliki
dan digunakan oleh PT. Coca-Cola Amatil
Indonesia (CCAI) di Surabaya untuk menunjang
proses produksinya. Mesin ini berfungsi untuk
mendeteksi kecacatan yang terdapat pada botol
sebelum diisi dengan minuman di Filler
Machine.
4. Mesin Electronic Bottle Inspection (EBI) sangat
menunjang proses produksi karena kehandalan
dan kecepatannya dalam menginspeksi botolbotol kosong.
1.

DAFTAR PUSTAKA

1.

Ogata, Katsuhiko. 1990. Teknik Kontrol


Automatik. Jilid 1. Alih Bahasa Edi Leksono.
Jakarta : Erlangga

2.

PT. Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI). (2016).


Sejarah PT Coca Cola Amatil Indonesia.
Tersedia pada:
http://cocacolaamatil.co.id/pages/index/45.40.107/coca-coladi-indonesia

3.

Penyusun :
1. Barkah Lugmanto
2. M. Rasyid Asroni
3. Rifky Khoirul Anas
4. Allan Indra Gunawan
5. Aprilia Fatma
6. Satyawati Arbaningrum
7. Agus Oktiawan
8. Idharagil Suwasta
9. Edi Kurniyawan
10. Dwi Novia Prasetyo
11. Anugerah Nanda Hartawan
12. Lely Pukasari
13. Abdur Rohman

(1020501002)
(1410501005)
(1410501009)
(1410501011)
(1410501019)
(1410501037)
(1410501051)
(1410501058)
(1410501069)
(1410501052)
(1510501008)
(1510501009)
(1510501029)

14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.

Muhammad Surya Baihaqi (1510501034)


Andika Anjas Prasetyo
(1510501036)
Yeni Yuniarti
(1510501045)
Farikha
(1510501046)
Asyarif Bagus Raharjo
(1510501058)
Resa Satriyo Wibowo
(1510501058)
Hanifan Pandu Cahyandaru (1510501066)

Anda mungkin juga menyukai