Anda di halaman 1dari 21

BAB II

DASAR TEORI

2.1. Inspeksi Batubara

2.1.1. Pengertian Inspeksi


Dalam kamus besar bahasa Indonesia, inspeksi diartikan sebagai pemeriksaan
seksama, pemeriksaan secara langsung tentang peraturan, tugas dan lain sebagainya.
Jika kata inspeksi ini, kita aplikasikan ke dalam pengendalian kualitas maka dapat
diartikan bahwa inspeksi adalah pemeriksaan secara seksama terhadap suatu produk
yang dihasilkan apakah sesuai dengan standar dan aturan yang telah ditetapkan
padanya. Dalam pengendalian kualitas (Quality Control), inspeksi merupakan salah
satu elemen yang sangat penting.
Inspeksi diperlukan untuk memastikan kualitas produk yang dihasilkan sesuai
dengan ketentuan dan standarnya sehingga kepuasan pelanggan dapat terjaga dengan
baik. Selain mengendalikan kualitas dan menjaga kepuasan pelanggan, Inspeksi juga
dapat mengurangi biaya-biaya manufakturing akibat buruknya kualitas produksi
seperti biaya pengembalian produk dari pelanggan, biaya pengerjaan ulang dalam
jumlah banyak dan biaya pembuangan bahan yang tidak sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Dalam prakteknya pada Industri Manufakturing, Unit kerja yang
berkaitan dengan Inspeksi (Inspection) dan Pengujian (Test) ini bertanggung jawab
untuk menilai kualitas bahan-bahan baku yang dipasok oleh pemasok (supplier) dan
produk jadi yang dihasilkan oleh perusahaan manufakturing itu sendiri apakah telah
sesuai dengan karakteristik dan standar yang ditentukan.
Unit kerja yang bertanggung jawab untuk mendeteksi dan memilah komponen-
komponen yang dipasok oleh pemasok ataupun produk setengah jadi (Semi Products)
dari unit kerja lainnya apakah sudah sesuai dengan standar kualitas yang ditentukan
biasanya disebut dengan IQC (Incoming Quality Control). Sedangkan unit kerja yang
bertanggung jawab untuk inspeksi dan pengujian terhadap produk jadi (finished

3
goods) yang di produksi oleh perusahaan manufakturing ini biasanya disebut dengan
OQC atau Outgoing Quality Control.
2.1.2. Tujuan Inspeksi (Inspection) Dalam Pengendalian kualitas
Tujuan dari Inspeksi dalam pengendalian kualitas (Quality Control) adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mendeteksi dan menghilangkan bahan baku yang cacat sebelum
masuk ke proses produksi.
2. Untuk mendeteksi produk cacat dan produk yang berkualitas rendah
terkirim ke pelanggan.
3. Untuk memberikan pemberitahuan kepada Manajemen sebelum suatu
masalah kualitas menjadi serius sehingga manajemen dapat mengambil
tindakan-tindakan yang diperlukan.
4. Untuk mencegah keterlambatan pengiriman yang dikarenakan masalah
kualitas dan mengurangi keluhan dari pelanggan.
5. Untuk meningkatkan kualitas dan realibilitas produk.
2.1.3. Manfaat Inspeksi Dalam Pengendalian Kualitas
1. Membedakan Lot produk yang baik dan Lot produk yang cacat.
2. Membedakan unit produk yang baik dan unit produk yang cacat.
3. Untuk mengetahui apakah terjadi perubahan pada proses.
4. Untuk mengetahui apakah proses produksi berada atau mendekati batas
spesifikasi.
5. Untuk menilai kualitas produk.
6. Untuk mengukur ketepatan alat ukur di produksi
7. Untuk mengukur kemampuan proses.

2.1.4. Jenis-Jenis Inspeksi Dalam Pengendalian Kualitas


Inspeksi atau Inspection dapat dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya
adalah Floor Inspection, Centralized Inspection, Combined Inspection, Functional

4
Inspection, First Piece Inspection, Pilot Piece Inspection dan Final Inspection.
Berikut ini adalah pembahasan singkatnya.
1. Floor Inspection adalah Inspeksi yang dilakukan dalam proses produksi.
Dalam Floor Inspection, Inspektor melakukan pemeriksaan terhadap
Material atau produk setengah jadi (Semi Goods) pada proses produksi
baik yang dilakukan oleh manusia maupun mesin. Inspektor akan
melakukan pemeriksaan dari satu mesin/pekerja ke mesin/pekerja lainnya.
Metode pemeriksaan ini dapat mendeteksi permasalahan lebih awal
sebelum produk tersebut dihasilkan dalam jumlah banyak.
2. Centralised Inspection adalah Inspeksi yang dilakukan pada lokasi
tertentu atau terpusat pada tempat yang ditentukan. Semua peralatan dan
mesin pengujian diletakan pada tempat yang dikhususkan untuk
pengujian. Semua sampel produk yang akan dilakukan pengujian dibawa
ke lokasi tersebut untuk dilakukan pengujiannya.
3. Combined Inspection adalah kombinasi dari Floor Inpection dan
Centralised Inspection.
4. Functional Inspection adalah inspeksi terhadap fungsional pada produk.
Seperti contoh pada pemeriksaan fungsi sebuah motor, inspeksi fungsional
akan memeriksa karakteristik kecepatan motor tersebut sesuai dengan
yang ditentukan tanpa harus mengetahui karakteristik masing-masing
komponen pembentuk motor itu. Functional Inspection pada umumnya
dilakukan setelah sebuah produk sudah menjadi Produk Jadi (Finished
Goods).
5. First Piece Inspection adalah inspeksi yang dilakukan terhadap unit
pertama. Unit pertama yang dimaksud ini bisa jadi adalah unit pertama
pada pergantian shift kerja, unit pertama pada pergantian Lot produk, unit
pertama pada pergantian alat kerja ataupun unit pertama pada pergantian
parameter mesin.

5
6. Pilot Piece Inspection adalah inspeksi yang dilakukan terhadap produk
baru ataupun model-model baru.
7. Final Inspection adalah inspeksi yang dilakukan pada produk Jadi
(Finished Goods). Final Inspection ini memeriksa karakteristik produk
secara menyeluruh baik Fungsional maupun Kosmetiknya. Final
Inspection ini dilakukan sebelum produk jadi tersebut dikirimkan ke
pelanggan.

2.1.5. Metode-Metode Inspeksi Dalam Pengendalian Kualitas


Terdapat dua metode dalam melakukan inspeksi yaitu metode inspeksi 100%
dan metode inspeksi secara sampling (Sampling Inspection).
1. Metode Inspeksi 100% adalah inspeksi yang dilakukan terhadap semua
jumlah produk yang dihasilkan oleh produksi dan teknik pengujian yang
digunakan tidak boleh bersifat destruktif (tidak merusak produk). Metode
inspeksi 100% memerlukan tenaga kerja yang banyak dan biaya yang
tinggi. Metode inspeksi 100% ini biasanya diaplikasikan pada produk-
produk yang berharga tinggi.
2. Metode Inspeksi secara Sampling (Sampling Inspection) adalah
inspeksi yang dilakukan terhadap jumlah sampel tertentu dari total jumlah
produk yang diproduksi pada rentang waktu tertentu. Sampel yang diambil
pada umumnya adalah sampel acak (random sample) yang mewakili
keseluruhan populasi produk (umumnya berdasarkan model, tenaga kerja,
mesin ataupun rentang waktu tertentu). Jika dalam inspeksinya terbukti
mendeteksi adanya produk cacat maka keseluruhan produk yang terkait
akan ditolak (rejected) dan harus dilakukan pengerjaan ulang atau disortir
ulang. Pemeriksaan atau inspeksi sampling ini lebih murah dan lebih cepat
namun memiliki risiko terjadinya kesalahan sample (sampling error).
Kesalahan sampling ini biasanya dapat diperkirakan.
Dalam kasus pengujian yang bersifat destruktif yaitu pengujian yang dapat

6
merusak produk yang bersangkutan, Inspeksi sampling ini sangat
dianjurkan.
Metode Inspeksi Sampling ini biasanya dilakukan pada produk-produk
yang kurang presisi dan tidak berharga mahal.

2.2. Mother Vessel


Adalah Kapal pengangkut / kapal besar yang mengangkut muatan dari
pelabuhan transit ke pelabuhan tujuan diseluruh penjuru dunia,untuk kapasitas
muatan dari Moter Vessel tersebut bervariasi tergantung pada jumlah palka dan
kapasitas palka tersebut.

Gambar 1. Mother Vessel

2.2.1. Ukuran Muatan Vessel


Kapal dapat diklasifikasikan berdasarkan tonase muatan sebagai berikut:

 Handy size kapal memiliki tonase muatan antara 10.000 ton sampai
35.000 ton
 Handymax, tonase muatan kapal ini sekitar 35.000-59.000 ton.
 Supramax, tonase muatan kapal ini sekitar 50.000 – 60.000 ton

7
 Panamax, tonase muatan kapal ini antara 60.000 sampai 80.000 ton.
 Capesize, tonase muatan kapal ini di atas 150.000 ton.

2.2.2. Palka (Vessel Hold) atau Vessel Hatch


Palka merupakan salah satu bagian dari kapal atau ruangan dalam kapal yang
digunakan sebagai tempat penyimpanan muatan / cargo. Untuk jumlah palka
disesuaikan dengan kapasitas kapal tersebut. Urutan penomeran palka biasanya
dimulai dari sisi haluan kapal.

Gambar 2. Vessel Hold

2.3. Fasilitas Loading

2.3.1. Coal Terminal (Terminal Batubara) atau Pelabuhan Batubara

Coal terminal dapat digunakan untuk pemuatan batubara ke mother vessel.


Biasanya batubara dimuat dari stockpile langsung ke mother vessel melalui fasilitas
loading, terdapat beberapa coal terminal di Indonesia antara lain; Balikpapan Coal
Terminal, Tanjung Bara Coal Terminal, North Pulau Laut Coal Terminal, Indonesia
Bulk Terminal dan sebagainya.

8
Gambar 3. Coal Terminal
2.3.2. Offshore Floating Terminal (OFT)
Offshore Floating Terminal adalah fasilitas loading terapung yang digunakan
untuk pemuatan batubara di lepas pantai (anchorage point atau transhipment point).
Fasilitas loading point ini terdiri dari grab crane, conveyor dan shiploader. Batubara
di bongkar dari tongkang menggunakan grab crane dan dituang ke hopper dan
kemudian ditransfer menggunakan conveyor menuju ke shiploader, dari shiploader
ini batubara dituangkan kedalam palka/vessel hold kapal. Beberapa offshore floating
terminal yang beroperasi di Muara Berau anchorage point antara lain; OFT Mutiara
Jawa 01, OFT Ratu Dewata, OFT Ratu Mahakam, OFT Apollo, OFT Zeus, OFT
Mara, WHS Inskandar 01, dan lain – lain.

9
Gambar 4. Offshore Floating Terminal (OFT)
2.3.3. Floating Crane
Floating crane adalah fasilitas loading terapung yang digunakan untuk
pemuatan batubara lepas pantai, biasanya floating crane hanya memiliki single grab
crane dan ada juga yang memiliki double grab crane, dimana dalam proses pemuatan
batubara hanya menggunakan grab crane yang langsung mengambil batubara dari
tongkang kemudian dituang kedalam palka/vessel hold. Beberapa floating crane yang
beroperasi di Muara Berau antara lain; FC Asia Bella, FC Prima Karya dan lain-lain.

Gambar 5. Floating Crane

10
2.4. Peralatan Yang Digunakan Dalam Pengambilan Data
2.4.1. Temperature Measurement (Pengukuran Suhu)
Cargo batubara dalam jumlah yang besar memiliki bahaya kimia. Batubara
dapat menciptakan atmosphere yang mudah terbakar, dapat memanas secara
sepontan, dapat menghabiskan konsentrasi oksigen dan dapat menimbulkan korosi
pada stuktur logam. Salah satu tindakan pencegahan untuk mencegah bahaya diatas
adalah dengan melakukan monitoring temperature.

Gambar 6. Temperature Gun


2.4.2. Dust Observation (Debu Batubara)

Debu batubara terjadi akibat adanya material batubara yang berukuran kecil pada
cargo batu bara yang diproses loading,semakin banyak kwantitas batubara berukuran
kecil akan semakin menimbulkan debu yang semakin banyak. Pengecualian terjadi
pada cargo yang basah/lembab,dimana walaupun banyak batubara yang berukuran
kecil,debu dimungkinkan tidak terlihat. Klasifikasi kerapatan debu ditentukan dengan
mengunakan “ Ringelmann Smoke Chart”. Debu umumnya diukur dengan
berdasarkan penampakan kerapatan (density) debu,sebagai mana skala yang
diciptakan oleh Proffesor Maximilian Ringelmann.

11
Gambar 7. Ringelmann Chart

Observasi debu dengan menggunakan Ringelmann Chart dilakukan dengan


membandingkan Ringelmann Chart yang sudah dicetak, dengan kondisi debu yang
terjadi saat batubara dimuat/dicurahkan kedalam palka. Personel yang melakukan
observasi berdiri pada posisi yang memungkinkan untuk dapat melihat debu secara
jelas, pada saat curahan batubara di bawah/dasar palka maka posisi pengukuran dapat
dilakukan pada sisi pinggir palka, pada asaat curahan batu bara pada permukaan palka
maka posisi pengukuran dapat dilakukan ± 10 meter dari palka. Hasil pengukuran
debu didapatkan dengan menentukan tingkat kejenuhan/kerapatan debu yang paling
sesuai/mendekati tingkat kerapatan/kejenuhan yang ditunjukan dalam Ringelmann
Chart yang sudah dicetak. Tabel berikut menampilkan masing-masing tingkat
kejenuhan dari observasi debu;

12
Tabel 1. Klasifikasi Dust

Persentase
Kriteria/klasifikasi Keterangan
kerapatan debu (%)

Rank 5 100 Sangat berdebu

Rank 4 80 Berdebu banyak

Rank 3 60 Berdebu sedang

Rank 2 40 Sedikit berdebu

Rank 1 20 Sangat rendah

Rank 0 0 Tidak ada

2.4.3. Sticky Test

Sticky test adalah pengukuran tingkat lengket batubara yang ditujukan untuk
mengetahui potensi batubara untuk lengket dan menghindari masalah yang mungkin
terjadi saat pembongkaran muatan batubara di pelabuhan tujuan.Dalam pemeriksaan
sticky cargo batubara, tingkat sticky di klasifikasikan atas 5 tingkat. Tingkat 1 (rank
1) yang berarti tingkat sticky yang sangat tinggi sampai dengan tingkat 5 (rank 5)
yang berarti tidak sticky.

Tabel berikut menampilkan masing-masing tingkat sticky;


 Rank 5 ; No Sticky – Tidak Lengket ; No problem for discharging – Tidak
berpotensi timbul masalah saat cargo batubara di bongkar

 Rank 4 ; Small Sticky – Sedikit Lengket ; No problem during discharging


– Tidak berpotensi timbul masalah selama pembongkaran cargo batubara
di bongkar

13
 Rank 3 ; Some Sticky – Agak Lengket ; Kewaspaan dari inspector &
penerima diperlukan ; berkemungkinan bermasalah saat cargo batubara di
bongkar

 Rank 2 ; Large Sticky – Lengket ; Besar kemungkinan bermasalah saat


cargo batubara di bongkar

 Rank 1 ; Very Large Sticky – Sangat lengket ; Pasti bermasalah saat cargo
batubara di bongkar

Gambar 8. Sticky Test

2.4.4. Coal Sampling

Sampling didefinisikan sebagai proses pengumpulan suatu set primary increment


dari suatu sampling unit dengan suatu cara sehingga pengukuran contoh analisis atau
pengujian signifikan untuk sampling unit tersebut. Dengan kata lain bahwa sampling
adalah proses pengambilan sample dari suatu contoh.

Sampling terhadap batubara curah dapat dibagi menjadi dua jenis berdasarkan
kondisi batubara yang di sampling yaitu :

1. Sattionary Sampling
Stationary Sampling adalah sampling yang dilakukan terhadap batubara yang
dalam kondisi statis atau diam. Sampling jenis ini biasanya dilakukan terhadap

14
batubara di stockpile baik batubara ROM maupun batubara hasil crushing, batubara
diatas tongkang, dan batubara didalam palka kapal. Sampling jenis ini sangat tidak
representative, karena bagian batubara yang terambil samplenya cenderung hanya
didaerah permukaan saja. Presisi sampling ini tidak dapat ditentukan, sehingga
kemungkinan terjadinya perbedaan hasil analisa kualitas dari hasil dua kali sampling
sangat besar. Sampling jenis ini biasanya dilakukan hanya untuk keperluan untuk
mengetahui kualitas secara kasar dan bersifiat indikatif saja. Namun demikian
sampling jenis ini tidak jarang juga dilakukan untuk keperluan komersial. Dalam hal
sampling jenis ini dilakukan untuk keperluan komersial, maka sebelum sampling
dilakukan terlebih dahulu kesepakatan harus dibuat antara penjual dan pembeli
batubara tersebut, baik mengenai metoda samplingnya maupun kesepakatan hasil
final yang mengikat kedua belah pihak.
2. Moving Stream Sampling
Moving Sampling atau moving stream sampling adalah proses pengambilan
sample batubara pada saat batubara tersebut dipindahkan. Pemindahan tersebut bisa
dari stockpile satu ke stockpile lainnya, dari stockpile ke barge, dan dari barge ke
kapal. Alat yang digunakan untuk memindahkan batubara tersebut juga bisa
bermacam-macam yaitu bisa dengan menggunakan belt conveyor, menggunakan
Dump truck, dan bisa juga menggunakan grab. Jenis sampling seperti ini lebih
representative dibanding dengan stationary sampling, karena bagian batubara yang
terambil relatif lebih merata ke seluruh bagian batubara yang dipindahkan tersebut.

Teknik sampling batubara dapat dibagi menjadi dua jenis berdasarkan cara
pengambilannya, yaitu :
1. Sampling Secara Manual
Sesuai dengan namanya manual sampling dilakukan dengan cara manual yaitu
langsung dilakukan oleh manusia, walaupun pada prakteknya sampling secara manual
juga menggunakan alat yaitu scope, sovel, atau ladle. Yang dimaksud manual

15
sampling adalah cara pengambilannya yang tergantung pada manusianya baik cara
pengambilannya maupun system pengambilan incrementnya.
Sampling secara manual biasa dilakukan pada stockpile sampling,
pengambilan di falling stream belt conveyor, pengambilan pada saat dumping truck
baik pada saat stockpiling maupun pada saat loading ke barge dengan menggunakan
truck loosing, dan pengambilan di grab kapal pada saat proses transhipment.
Hal hal yang penting diperhatikan pada saat melakukan sampling secara
manual adalah :
 Alat yang digunakan harus sesuai dengan kondisi batubara yang
diambil.
 Dimensi alat yang digunakan harus memenuhi ketentuan standar, hal ini
berhubungan dengan berat minimum sample setiap increment.
 Jumlah increment yang harus diambil pada setiap lot.
 Interval pengambilan increment.
 Cara pengambilan sample increment.

2. Sampling Secara Mekanis

Sampling secara mekanis dilakukan dengan menggunakan alat sampling yang


bekerja secara otomatis pada interval tertentu yang sudah diatur baik berdasarkan
interval waktu atau Time Basis Sampling atau berdasarkan interval berat atau disebut
Mass Basis Sampling. Yang harus diperhatikan dalam melakukan sampling dengan
cara mekanis adalah bahwa semua mekanikal yang akan digunakan untuk mengambil
sample harus melalui Bias test terlebih dahulu.
Berikut adalah jenis-jenis alat mekanikal sampler yang dipergunakan untuk batubara :
 Swing Arm Bucket Sampler
 Cross Belt Sampler
 In line diverter chute
 Reverse Spoon diverter chute
 Moving Hopper

16
 Fixed Cutter
 Cross Cut Bucket
 Rotary cone

Mechanical sampler yang paling banyak digunakan di Indonesia adalah Cross Belt
Sampler dan Swing Arm Bucket.

2.4.4.1. Implementasi Sampling / Aplikasi Sampling


Sampling pada batubara curah baik stationary sampling maupun moving
stream sampling secara umum mengikuti kaidah-kaidah atau ketentuan yang
ditetapkan oleh masing-masing standard baik ISO maupun ASTM. Skema sampling
secara umum adalah sebagi berikut :
 Tentukan Lot batubara yang akan di sampling
 Tentukan jumlah increment yang harus diambil
 Tentukan cara atau teknik serta tempat dimana increment sample akan
diambil.

Penentuan Lot atubara yang akan disampling : Lot adalah sejumlah


batubara tertentu yang mutunya harus diukur pada presisi tertentu. Dalam jasa
inspeksi kargo, analisis lot-nya didapat melalui analisis komposit kargonya. Lot
batubara yang akan di sampling harus diketahui sebelum sampling dimulai atau
paling tidak rencana pemuatan batubara harus ditentukan. Lot size batubara
maksimum yang dapat diwakili oleh 1 gross sample adalah 10,000 MT. Apabila lot
batubara yang harus di sampling melebihi 10,000 MT, sebaiknya dibagi menjadi 2
sub lot atau 2 sampling unit.

Increment :adalah Sejumlah batubara yang terambil dari satu kali operasi
suatu alat sampling.

17
Time basis sampling : Dalam time basis sampling, increment diambil dari
material yang sedang diambil contohnya, dengan interval waktu tertentu (increment
interval), interval waktu antara dua increment harus sama.
Penentuan jumlah increment : Setelah presisi ditentukan, maka langkah
berikutnya adalah menentukan jumlah increment. Untuk general purpose of sampling
jumlah increment yang harus diambil adalah sebagai berikut :
n = f √𝑡/1000

n = Jumlah Increment
F = Jumlah minimum increment (ASTM)
F = 15 untuk clean coal (Mechanically cleaned coal)
F = 35 untuk uncleaned coal
F = Jumlah minimum increment (ISO)
F = 16 untuk clean coal (Mechanically cleaned coal)
F = 32 untuk uncleaned coal
Apabila lotsize yang akan disampling </= 1,000 MT, maka jumlah increment
yang harus diambil adalah minimum seperti pada penjelasan sebelumnya yaitu:
ASTM : 15 untuk cleaned coal, dan 35 untuk uncleaned coal. Atau ISO : 16 untuk
cleaned coal, dan 32 untuk uncleaned coal. Untuk lotsize > 1,000 MT dan < dari
10,000 MT, maka jumlah increment yang harus diambil adalah mengikuti persamaan
diatas.
Cara pengambilan increment : Sample Setealah selesai menentukan jumlah
increment yang harus diambil, maka selanjutnya yang harus ditentukan adalah
bagaimana cara yang digunakan untuk mengambil increment sample tersebut. Teknik
sampling yang bisa dilakukan adalah bisa dengan cara manual atau mechanical
tergantung kondisi di lapangan dan peralatan yang tersedia.
Cara Manual : Apabila pengambilan sample dilakukan dengan cara manual,
maka selanjutnya yang harus ditentukan adalah alat apa yang harus digunakan untuk

18
mengambil increment tersebut dan dimana increment sample akan diambil. Peralatan
yang dapat digunakan untuk increment adalah seperti terlihat pada gambar berikut ;

Gambar 9. Peralatan Increment


Cara Mekanis : terdiri dari dua tahap sampling (primary sampling dan
secondary sampling), crusher dan beberapa peralatan pelengkap dan pemindah sisa
sample. Sample diambil dari batubara yang bergerak di conveyor oleh primary
sampling dan dialirkan menuju crusher. Crusher mereduksi ukuran sample menjadi
10 mm sample yang sudah berukuran 10 mm kemudian dialirkan menuju conveyor
transfer. Secondary sampler mengambil sample ukuran 10 mm dari conveyor transfer
dan mengalirkannya menuju wadah pengumpul sample. Sample akan dipindahkan ke
kantong plastik sample saat wadah pengumpul sudah penuh. Sisa sample ukuran 10
mm dialirkan oleh transfer conveyor menuju bucket elevator. Bucket elevator
memindahkan sisa sample menuju conveyor utama. Sampel yang terkumpul ini
biasanya di tujukan untuk keperluan analisa TM dan GA. Sample untuk keperluan
analisa ukuran (sample sizing) diambil terpisah dari system diatas. Sample sizing
diambil oleh primary sampler dari batubara yang bergerak di conveyor dan dialirkan
langsung menuju wadah pengumpul sample sizing.

19
Gambar 10. Mechanical Sampling System

2.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kegiatan Inspeksi Di


Mother Vessel
2.5.1. Faktor Alam (Cuaca)
1. Curah Hujan
Curah hujan adalah jumlah air hujan yang jatuh selama periode waktu tertentu
yang pengukurannya menggunakan satuan tinggi di atas permukaan tanah horizontal
yang diasumsikan tidak terjadi infiltrasi, run off, maupun evaporasi. Definisi curah
hujan atau yang sering disebut presipitasi dapat diartikan jumlah air hujan yang turun
di daerah tertentu dalam satuan waktu tertentu. Jumlah curah hujan merupakan
volume air yang terkumpul di permukaan bidang datar dalam suatu periode tertentu
(harian, mingguan, bulanan, atau tahunan).
Klasifikasi: Berdasarkan ukuran butirannya, klasifikasi hujan dibedakan menjadi
empat yaitu:
1. Gerimis atau drizzle merupakan presipitasi hujan dengan jumlah
sedikit bahkan bisa disebut ringan yang umumnya memiliki
diameter kurang dari 0.5 mm. Gerimis disebabkan oleh awan
stratus kecil dan awan stratocumulus.

20
2. Hujan salju atau snow merupakan hujan dari kristal-kristal kecil air
yang menjadi es dan memiliki temperatur di bawah titik beku.
3. Hujan batu es merupakan batu es yang turun dari awan yang
memiliki temperatur dibawah 0° derajat celcius yang terjadi pada
cuaca panas.
4. Hujan deras atau rain merupakan curahan air yang memiliki
butiran kurang lebih 7 milimeter dan berasal dari awan yang
memiliki temperatur di atas 0°.

2. Gelombang Laut
Gelombang laut adalah gerakan air secara osilasi yang dicirikan oleh naik
turunnya permukaan air laut. Gelombang laut mempunyai panjang, tinggi periode,
kecepatan, energi dan lain-lain dan terbentuk akibat adanya pengaruh angin, gempa
bumi, gunung api bawah laut, longsoran, kapal, dan aktivitas manusia lainnya.
Perbedaan mendasar antara getaran dengan gelombang adalah sifat gelombang
akan selalu bergerak memindahkan massa air dan bergerak dari sumber atau pusat
gelombang ke arah yang lebih jauh sedangkan getaran tidak memindahkan massa air.
Sifat gelombang tergantung pada waktu dan kecepatan angin yang membuat
gelombang serta posisinya. Semakin lama gelombang bergerak maka semakin besar
pula gelombang itu hingga mencapai batas maksimumnya dan begitu pula kecepatan
angin yang tinggi serta besarnya tenaga penggerak gelombang maupun keterbukaan
muka laut bisa menyebabkan terjadinya panjang gelombang besar. Berdasarkan pada
kedalaman lautnya maka gelombang dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Gelombang laut dangkal adalah suatu gelombang dimana
panjangnya lebih besar dari pada kedelamannya. Semakin

21
besar jarak yang dilalui gelombang tanpa rintangan,maka akan
semakin besar panjang gelombang
2. Gelombang laut dalam dengan panjang gelombang lebih kecil dari
pada kedalaman perairan, merupakan gelombang pendek

2.5.2. Faktor Mekanis (Fasilitas Loading Yamg Digunakan)


Selain cuaca, peralatan yang digunakan untuk proses loading juga sangat
berpengaruh jika alat tersebut mengalami kerusakan. Dalam kegiatan inspeksi
batubara di Mother vessel kerusakan alat loading yang sering terjadi contoh :
1. Jika Mother Vessel Loading di Coal Terminal kerusakan yang
sering terjadi adalah belt conveyor yang bocor bahkan bisa saja
putus.
2. Menggunakan alat loading Offshore Floating Terminal (OFT),
jenis alat loading ini menggunakan grab crane,conveyor dan
shiploader dari ketinga alat ini juga sering terjadi kerusakan
atau gagal fungsi dari masing-masing alat.
3. Floating crane alat loading ini, hanya menggunakan grab
crane, ada yang single grab crane dan double grab crane
kerusakan yang sering terjadi adalah grab crane

Jika menggunakan salah satu dari fasilitas loading ini maka kerusakan
atau gagal fungsi dari fasilitas loading akan menghentikan proses loading, hingga
proses maintenance pada fasilitas loading selesai.

22
23

Anda mungkin juga menyukai