DASAR TEORI
3
goods) yang di produksi oleh perusahaan manufakturing ini biasanya disebut dengan
OQC atau Outgoing Quality Control.
2.1.2. Tujuan Inspeksi (Inspection) Dalam Pengendalian kualitas
Tujuan dari Inspeksi dalam pengendalian kualitas (Quality Control) adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mendeteksi dan menghilangkan bahan baku yang cacat sebelum
masuk ke proses produksi.
2. Untuk mendeteksi produk cacat dan produk yang berkualitas rendah
terkirim ke pelanggan.
3. Untuk memberikan pemberitahuan kepada Manajemen sebelum suatu
masalah kualitas menjadi serius sehingga manajemen dapat mengambil
tindakan-tindakan yang diperlukan.
4. Untuk mencegah keterlambatan pengiriman yang dikarenakan masalah
kualitas dan mengurangi keluhan dari pelanggan.
5. Untuk meningkatkan kualitas dan realibilitas produk.
2.1.3. Manfaat Inspeksi Dalam Pengendalian Kualitas
1. Membedakan Lot produk yang baik dan Lot produk yang cacat.
2. Membedakan unit produk yang baik dan unit produk yang cacat.
3. Untuk mengetahui apakah terjadi perubahan pada proses.
4. Untuk mengetahui apakah proses produksi berada atau mendekati batas
spesifikasi.
5. Untuk menilai kualitas produk.
6. Untuk mengukur ketepatan alat ukur di produksi
7. Untuk mengukur kemampuan proses.
4
Inspection, First Piece Inspection, Pilot Piece Inspection dan Final Inspection.
Berikut ini adalah pembahasan singkatnya.
1. Floor Inspection adalah Inspeksi yang dilakukan dalam proses produksi.
Dalam Floor Inspection, Inspektor melakukan pemeriksaan terhadap
Material atau produk setengah jadi (Semi Goods) pada proses produksi
baik yang dilakukan oleh manusia maupun mesin. Inspektor akan
melakukan pemeriksaan dari satu mesin/pekerja ke mesin/pekerja lainnya.
Metode pemeriksaan ini dapat mendeteksi permasalahan lebih awal
sebelum produk tersebut dihasilkan dalam jumlah banyak.
2. Centralised Inspection adalah Inspeksi yang dilakukan pada lokasi
tertentu atau terpusat pada tempat yang ditentukan. Semua peralatan dan
mesin pengujian diletakan pada tempat yang dikhususkan untuk
pengujian. Semua sampel produk yang akan dilakukan pengujian dibawa
ke lokasi tersebut untuk dilakukan pengujiannya.
3. Combined Inspection adalah kombinasi dari Floor Inpection dan
Centralised Inspection.
4. Functional Inspection adalah inspeksi terhadap fungsional pada produk.
Seperti contoh pada pemeriksaan fungsi sebuah motor, inspeksi fungsional
akan memeriksa karakteristik kecepatan motor tersebut sesuai dengan
yang ditentukan tanpa harus mengetahui karakteristik masing-masing
komponen pembentuk motor itu. Functional Inspection pada umumnya
dilakukan setelah sebuah produk sudah menjadi Produk Jadi (Finished
Goods).
5. First Piece Inspection adalah inspeksi yang dilakukan terhadap unit
pertama. Unit pertama yang dimaksud ini bisa jadi adalah unit pertama
pada pergantian shift kerja, unit pertama pada pergantian Lot produk, unit
pertama pada pergantian alat kerja ataupun unit pertama pada pergantian
parameter mesin.
5
6. Pilot Piece Inspection adalah inspeksi yang dilakukan terhadap produk
baru ataupun model-model baru.
7. Final Inspection adalah inspeksi yang dilakukan pada produk Jadi
(Finished Goods). Final Inspection ini memeriksa karakteristik produk
secara menyeluruh baik Fungsional maupun Kosmetiknya. Final
Inspection ini dilakukan sebelum produk jadi tersebut dikirimkan ke
pelanggan.
6
merusak produk yang bersangkutan, Inspeksi sampling ini sangat
dianjurkan.
Metode Inspeksi Sampling ini biasanya dilakukan pada produk-produk
yang kurang presisi dan tidak berharga mahal.
Handy size kapal memiliki tonase muatan antara 10.000 ton sampai
35.000 ton
Handymax, tonase muatan kapal ini sekitar 35.000-59.000 ton.
Supramax, tonase muatan kapal ini sekitar 50.000 – 60.000 ton
7
Panamax, tonase muatan kapal ini antara 60.000 sampai 80.000 ton.
Capesize, tonase muatan kapal ini di atas 150.000 ton.
8
Gambar 3. Coal Terminal
2.3.2. Offshore Floating Terminal (OFT)
Offshore Floating Terminal adalah fasilitas loading terapung yang digunakan
untuk pemuatan batubara di lepas pantai (anchorage point atau transhipment point).
Fasilitas loading point ini terdiri dari grab crane, conveyor dan shiploader. Batubara
di bongkar dari tongkang menggunakan grab crane dan dituang ke hopper dan
kemudian ditransfer menggunakan conveyor menuju ke shiploader, dari shiploader
ini batubara dituangkan kedalam palka/vessel hold kapal. Beberapa offshore floating
terminal yang beroperasi di Muara Berau anchorage point antara lain; OFT Mutiara
Jawa 01, OFT Ratu Dewata, OFT Ratu Mahakam, OFT Apollo, OFT Zeus, OFT
Mara, WHS Inskandar 01, dan lain – lain.
9
Gambar 4. Offshore Floating Terminal (OFT)
2.3.3. Floating Crane
Floating crane adalah fasilitas loading terapung yang digunakan untuk
pemuatan batubara lepas pantai, biasanya floating crane hanya memiliki single grab
crane dan ada juga yang memiliki double grab crane, dimana dalam proses pemuatan
batubara hanya menggunakan grab crane yang langsung mengambil batubara dari
tongkang kemudian dituang kedalam palka/vessel hold. Beberapa floating crane yang
beroperasi di Muara Berau antara lain; FC Asia Bella, FC Prima Karya dan lain-lain.
10
2.4. Peralatan Yang Digunakan Dalam Pengambilan Data
2.4.1. Temperature Measurement (Pengukuran Suhu)
Cargo batubara dalam jumlah yang besar memiliki bahaya kimia. Batubara
dapat menciptakan atmosphere yang mudah terbakar, dapat memanas secara
sepontan, dapat menghabiskan konsentrasi oksigen dan dapat menimbulkan korosi
pada stuktur logam. Salah satu tindakan pencegahan untuk mencegah bahaya diatas
adalah dengan melakukan monitoring temperature.
Debu batubara terjadi akibat adanya material batubara yang berukuran kecil pada
cargo batu bara yang diproses loading,semakin banyak kwantitas batubara berukuran
kecil akan semakin menimbulkan debu yang semakin banyak. Pengecualian terjadi
pada cargo yang basah/lembab,dimana walaupun banyak batubara yang berukuran
kecil,debu dimungkinkan tidak terlihat. Klasifikasi kerapatan debu ditentukan dengan
mengunakan “ Ringelmann Smoke Chart”. Debu umumnya diukur dengan
berdasarkan penampakan kerapatan (density) debu,sebagai mana skala yang
diciptakan oleh Proffesor Maximilian Ringelmann.
11
Gambar 7. Ringelmann Chart
12
Tabel 1. Klasifikasi Dust
Persentase
Kriteria/klasifikasi Keterangan
kerapatan debu (%)
Sticky test adalah pengukuran tingkat lengket batubara yang ditujukan untuk
mengetahui potensi batubara untuk lengket dan menghindari masalah yang mungkin
terjadi saat pembongkaran muatan batubara di pelabuhan tujuan.Dalam pemeriksaan
sticky cargo batubara, tingkat sticky di klasifikasikan atas 5 tingkat. Tingkat 1 (rank
1) yang berarti tingkat sticky yang sangat tinggi sampai dengan tingkat 5 (rank 5)
yang berarti tidak sticky.
13
Rank 3 ; Some Sticky – Agak Lengket ; Kewaspaan dari inspector &
penerima diperlukan ; berkemungkinan bermasalah saat cargo batubara di
bongkar
Rank 1 ; Very Large Sticky – Sangat lengket ; Pasti bermasalah saat cargo
batubara di bongkar
Sampling terhadap batubara curah dapat dibagi menjadi dua jenis berdasarkan
kondisi batubara yang di sampling yaitu :
1. Sattionary Sampling
Stationary Sampling adalah sampling yang dilakukan terhadap batubara yang
dalam kondisi statis atau diam. Sampling jenis ini biasanya dilakukan terhadap
14
batubara di stockpile baik batubara ROM maupun batubara hasil crushing, batubara
diatas tongkang, dan batubara didalam palka kapal. Sampling jenis ini sangat tidak
representative, karena bagian batubara yang terambil samplenya cenderung hanya
didaerah permukaan saja. Presisi sampling ini tidak dapat ditentukan, sehingga
kemungkinan terjadinya perbedaan hasil analisa kualitas dari hasil dua kali sampling
sangat besar. Sampling jenis ini biasanya dilakukan hanya untuk keperluan untuk
mengetahui kualitas secara kasar dan bersifiat indikatif saja. Namun demikian
sampling jenis ini tidak jarang juga dilakukan untuk keperluan komersial. Dalam hal
sampling jenis ini dilakukan untuk keperluan komersial, maka sebelum sampling
dilakukan terlebih dahulu kesepakatan harus dibuat antara penjual dan pembeli
batubara tersebut, baik mengenai metoda samplingnya maupun kesepakatan hasil
final yang mengikat kedua belah pihak.
2. Moving Stream Sampling
Moving Sampling atau moving stream sampling adalah proses pengambilan
sample batubara pada saat batubara tersebut dipindahkan. Pemindahan tersebut bisa
dari stockpile satu ke stockpile lainnya, dari stockpile ke barge, dan dari barge ke
kapal. Alat yang digunakan untuk memindahkan batubara tersebut juga bisa
bermacam-macam yaitu bisa dengan menggunakan belt conveyor, menggunakan
Dump truck, dan bisa juga menggunakan grab. Jenis sampling seperti ini lebih
representative dibanding dengan stationary sampling, karena bagian batubara yang
terambil relatif lebih merata ke seluruh bagian batubara yang dipindahkan tersebut.
Teknik sampling batubara dapat dibagi menjadi dua jenis berdasarkan cara
pengambilannya, yaitu :
1. Sampling Secara Manual
Sesuai dengan namanya manual sampling dilakukan dengan cara manual yaitu
langsung dilakukan oleh manusia, walaupun pada prakteknya sampling secara manual
juga menggunakan alat yaitu scope, sovel, atau ladle. Yang dimaksud manual
15
sampling adalah cara pengambilannya yang tergantung pada manusianya baik cara
pengambilannya maupun system pengambilan incrementnya.
Sampling secara manual biasa dilakukan pada stockpile sampling,
pengambilan di falling stream belt conveyor, pengambilan pada saat dumping truck
baik pada saat stockpiling maupun pada saat loading ke barge dengan menggunakan
truck loosing, dan pengambilan di grab kapal pada saat proses transhipment.
Hal hal yang penting diperhatikan pada saat melakukan sampling secara
manual adalah :
Alat yang digunakan harus sesuai dengan kondisi batubara yang
diambil.
Dimensi alat yang digunakan harus memenuhi ketentuan standar, hal ini
berhubungan dengan berat minimum sample setiap increment.
Jumlah increment yang harus diambil pada setiap lot.
Interval pengambilan increment.
Cara pengambilan sample increment.
16
Fixed Cutter
Cross Cut Bucket
Rotary cone
Mechanical sampler yang paling banyak digunakan di Indonesia adalah Cross Belt
Sampler dan Swing Arm Bucket.
Increment :adalah Sejumlah batubara yang terambil dari satu kali operasi
suatu alat sampling.
17
Time basis sampling : Dalam time basis sampling, increment diambil dari
material yang sedang diambil contohnya, dengan interval waktu tertentu (increment
interval), interval waktu antara dua increment harus sama.
Penentuan jumlah increment : Setelah presisi ditentukan, maka langkah
berikutnya adalah menentukan jumlah increment. Untuk general purpose of sampling
jumlah increment yang harus diambil adalah sebagai berikut :
n = f √𝑡/1000
n = Jumlah Increment
F = Jumlah minimum increment (ASTM)
F = 15 untuk clean coal (Mechanically cleaned coal)
F = 35 untuk uncleaned coal
F = Jumlah minimum increment (ISO)
F = 16 untuk clean coal (Mechanically cleaned coal)
F = 32 untuk uncleaned coal
Apabila lotsize yang akan disampling </= 1,000 MT, maka jumlah increment
yang harus diambil adalah minimum seperti pada penjelasan sebelumnya yaitu:
ASTM : 15 untuk cleaned coal, dan 35 untuk uncleaned coal. Atau ISO : 16 untuk
cleaned coal, dan 32 untuk uncleaned coal. Untuk lotsize > 1,000 MT dan < dari
10,000 MT, maka jumlah increment yang harus diambil adalah mengikuti persamaan
diatas.
Cara pengambilan increment : Sample Setealah selesai menentukan jumlah
increment yang harus diambil, maka selanjutnya yang harus ditentukan adalah
bagaimana cara yang digunakan untuk mengambil increment sample tersebut. Teknik
sampling yang bisa dilakukan adalah bisa dengan cara manual atau mechanical
tergantung kondisi di lapangan dan peralatan yang tersedia.
Cara Manual : Apabila pengambilan sample dilakukan dengan cara manual,
maka selanjutnya yang harus ditentukan adalah alat apa yang harus digunakan untuk
18
mengambil increment tersebut dan dimana increment sample akan diambil. Peralatan
yang dapat digunakan untuk increment adalah seperti terlihat pada gambar berikut ;
19
Gambar 10. Mechanical Sampling System
20
2. Hujan salju atau snow merupakan hujan dari kristal-kristal kecil air
yang menjadi es dan memiliki temperatur di bawah titik beku.
3. Hujan batu es merupakan batu es yang turun dari awan yang
memiliki temperatur dibawah 0° derajat celcius yang terjadi pada
cuaca panas.
4. Hujan deras atau rain merupakan curahan air yang memiliki
butiran kurang lebih 7 milimeter dan berasal dari awan yang
memiliki temperatur di atas 0°.
2. Gelombang Laut
Gelombang laut adalah gerakan air secara osilasi yang dicirikan oleh naik
turunnya permukaan air laut. Gelombang laut mempunyai panjang, tinggi periode,
kecepatan, energi dan lain-lain dan terbentuk akibat adanya pengaruh angin, gempa
bumi, gunung api bawah laut, longsoran, kapal, dan aktivitas manusia lainnya.
Perbedaan mendasar antara getaran dengan gelombang adalah sifat gelombang
akan selalu bergerak memindahkan massa air dan bergerak dari sumber atau pusat
gelombang ke arah yang lebih jauh sedangkan getaran tidak memindahkan massa air.
Sifat gelombang tergantung pada waktu dan kecepatan angin yang membuat
gelombang serta posisinya. Semakin lama gelombang bergerak maka semakin besar
pula gelombang itu hingga mencapai batas maksimumnya dan begitu pula kecepatan
angin yang tinggi serta besarnya tenaga penggerak gelombang maupun keterbukaan
muka laut bisa menyebabkan terjadinya panjang gelombang besar. Berdasarkan pada
kedalaman lautnya maka gelombang dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Gelombang laut dangkal adalah suatu gelombang dimana
panjangnya lebih besar dari pada kedelamannya. Semakin
21
besar jarak yang dilalui gelombang tanpa rintangan,maka akan
semakin besar panjang gelombang
2. Gelombang laut dalam dengan panjang gelombang lebih kecil dari
pada kedalaman perairan, merupakan gelombang pendek
Jika menggunakan salah satu dari fasilitas loading ini maka kerusakan
atau gagal fungsi dari fasilitas loading akan menghentikan proses loading, hingga
proses maintenance pada fasilitas loading selesai.
22
23