Anda di halaman 1dari 12

I.

TUJUAN
1. Menyelidiki secara kuantitatif pengaruh sudut radiasi yang datang ke
permukaan pemantul.

II.

DASAR TEORI
2.1 REFLEKSI
Pada proses pemantulan dan pembiasan, cahaya dapat terpolarisasi
sebagian atau seluruhnya oleh reflektan. Perbandingan intensitas cahaya yang
dipantulkan dengan cahaya yang datang disebut reflektansi (R), sedangkan
perbandingan intensitas cahaya yang ditransmisikan dengan cahaya datang
disebut transmitansi (T).
Jenis polarisasi dengan medan listrik E tegak lurus bidang datang dan
medan magnet B sejajar bidang datang disebut transverse electrik (TE).
Sebaliknya jika medan listrik E sejajar bidang datang maka jenis polarisasi
ini disebut transvere magnetik (TM). Transmitansi dan penelitian dapat dicari
dengan membandingkan intensitas sinar setelah melalui bahan (
intensitas sinar sebelum mengenai bahan (
T=

I0

It

) dengan

It
I0

(1)

sedangkan Reflektansi (R) didefinisikan sebagai perbandingan antara


intensitas pemantulan dengan intensitas sumber yang dapat ditulis :
R=

I r cos r I r
=
I 0 cos i I 0

(2).

Pada kenyataannya bahwa, ciri permukaan pemantulan (reflektor) adalah


menyebarkan sinar datang secara menyeluruh ke segala arah. Suatu
pemukaan bidang yang dilapisi oleh kristal-kristal lapisan tipis dan tembus
cahaya jika dikenai sinar maka akan memantulkan cahaya berulang-ulang ke
segala arah. Hal ini juga terjadi pada selembar kertas yang dilapisi serat-serat
selulosa yang tipis dan tembus pandang. Pada gambar 1 terlihat lintasan
cahaya yang akan diamati pada percobaan ini. Berkas-berkas cahaya pada
bidang A memancarkan cahaya ke permukaan bidang pemantulan yang akan
diamati bervariasi terhadap sudut (A*). Pada sudut 90 (arah pengamatan
1

tangensial) bidang A* tampak akan kecil dan kuat penyinaran Ee akan


menjadi nol. Secara umum berlaku :
Ee ( ) cos
(3).

Gambar 1. Skema lintasan cahaya dalam percobaan.


2.2 HUKUM LAMBERT
Johann Heinrich Lambert (1728-1777) merupakan salah satu ilmuan
asal Swiss yang memiliki peranan besar dalam perkembangan ilmu
pengetahuan. Dalam teorinya, Lambert menyatakan bahwa Penerangan
pada permukaan diterangi oleh cahaya yang jatuh di atasnya tegak lurus
dari sumber titik sebanding dengan kuadrat terbalik dari jarak antara
permukaan dan sumber, kedua,Jika sinar memenuhi permukaan pada
sudut, maka penerangan sebanding dengan kosinus sudut dengan normal
dan yang ketiga,Intensitas cahaya berkurang secara eksponensial
dengan jarak karena perjalanan melalui media menyerap.
Hukum pertama dikenal dengan Hukum Kuadrat Terbalik dimana
hubungan antara iluminansi terhadap jarak :
E=

I
d2

(4).

Sedangkan untuk intensitas luminus yang sama :

E1 d 1=E2 d 2

(5)

Gambar 2. Penerangan pada luminus yang sama dengan jarak berbeda.

Hukum kedua, Hukum Cosinus Lambert menyatakan iluminansi yang


diterima suatu permukaan bervariasi terhadap sudut datang

diukur

terhadap garis normal bidang permukaan yang dinyatakan sebagai berikut:


E=E cos

I
cos
d2

( )

(6)

Gambar 3. Variasi sudut datang berpengaruh pada iluminansi.


III.

ALAT DAN BAHAN


1 Microvoltmeter
1 Molls Thermocouple
2 Bangku optik kecil
1 Holder lampu Halogen 100W
1 Lampu Halogen, 12V/100W
1 Trafo, 12V/10A
1 Holder dengan jepitan pegas
2 Kaki statif besar
4 Jepitan Layboard

532 13
557 36
460 43
450 64
450 63
591 07
460 22
300 01
301 01
3

1 Lensa, f = 100mm
1 Selaput Diafragma
2 Kabel penghubung, 2m, kuning
2 Kabel penghubung, 2m, hitam
1 Swivel joint dengan protector scale
IV.

460 03
466 26
501 39
501 38
460 40

PROSEDUR PERCOBAAN
1. Rangkailah peralatan sesuai gambar.
Pemantul mempergunakan kertas putih yang tidak mengkilap (5 cm x 5 cm)
yang dipasang pada penjepit/holder. Atur letak lensa sehingga pemantul
diterangi cahaya dengan baik.
2. Atur posisi sudut sehingga sudut antara termokopel Molls dengan bidang
normal dari pemantul membentuk sudut 90 (jarum skala pada 90). Catat
tegangan pada voltmeter.
3. Kurangi sudut pandang sudut 5, catat tegangan.
4. Lakukan langkah percobaan 3 berulang kali sehingga mencapai sudut terkecil
15.

V.

DATA PENGAMATAN
1. Tegangan yang tercatat
Sudut Pantul
90
90
90
90
90

Tegangan
2,97 x10-3 V
3,15 x10-3 V
2,96 x10-3 V
3,04 x10-3 V
3,06 x10-3 V

Sudut Pantul
85
85
85
Sudut Pantul
85
80
85
80
80
80
80

Tegangan
2,86 x10-3 V
2,95 x10-3 V
2,92 x10-3 V
Tegangan
2,89 x10-3 V
2,88
x10-3 V
2,88 x10-3 V
2,86 x10-3 V
2,87 x10-3 V
2,83 x10-3 V
2,90 x10-3 V

Sudut Pantul
75
75
75
75
75

Tegangan
2,79 x10-3 V
2,82 x10-3 V
2,84 x10-3 V
2,80 x10-3 V
2,78 x10-3 V
4

Sudut Pantul
70
70
70
70
70

Tegangan
2,73 x10-3 V
2,74 x10-3 V
2,76 x10-3 V
2,79 x10-3 V
2,75 x10-3 V

Sudut Pantul
65
65
65
65
65

Tegangan
2,75 x10-3 V
2,71 x10-3 V
2,68 x10-3 V
2,70 x10-3 V
2,71 x10-3 V

Sudut Pantul
60
60
60
60
60

Tegangan
2,68 x10-3 V
2,65 x10-3 V
2,66 x10-3 V
2,64 x10-3 V
2,66 x10-3 V

Sudut Pantul
55
55
55
55
55

Tegangan
2,67 x10-3 V
2,59 x10-3 V
2,57 x10-3 V
2,62 x10-3 V
2,60 x10-3 V

Sudut Pantul
50
50
50
50
50

Tegangan
2,57 x10-3 V
2,53 x10-3 V
2,50 x10-3 V
2,49 x10-3 V
2,49 x10-3 V

Sudut Pantul
45
45
45
45

Tegangan
2,48 x10-3 V
2,43 x10-3 V
2,44 x10-3 V
2,43 x10-3 V
5

45

2,42 x10-3 V

Sudut Pantul
40
40
40
40
40

Tegangan
2,40 x10-3 V
2,39 x10-3 V
2,38 x10-3 V
2,37 x10-3 V
2,35 x10-3 V

Sudut Pantul
35
35
35
35
35

Tegangan
2,34 x10-3 V
2,35 x10-3 V
2,32 x10-3 V
2,34 x10-3 V
2,30 x10-3 V

Sudut Pantul
30
30
30
30
30

Tegangan
2,31 x10-3 V
2,28 x10-3 V
2,29 x10-3 V
2,30 x10-3 V
2,27 x10-3 V

Sudut Pantul
25
25
25
25
25

Tegangan
2,26 x10-3 V
2,24 x10-3 V
2,28 x10-3 V
2,23 x10-3 V
2,22 x10-3 V

Sudut Pantul
20
20
20
20
20

Tegangan
2,20 x10-3 V
2,23 x10-3 V
2,22 x10-3 V
2,23 x10-3 V
2,21 x10-3 V

Sudut Pantul
15

Tegangan
2,17 x10-3 V
6

15
15
15
15

VI.
-

2,14 x10-3 V
2,11 x10-3 V
2,04 x10-3 V
2,06 x10-3 V

ANALISA DATA
Grafik 1

Sudut Pantul vs Tegangan


12
10
8

Tegangan yang tercatat (mV)

6
4
2
0
0

20
f(x) 40
=

60

80

100

Sudut Pantul ()

Grafik 2

U()/U(15)
vs
Cos / Cos 15
1.200
1.000
0.800
Cos / Cos 15

f(x) = - 2.56x + 3.69


R = 0.99

0.600
0.400
0.200
0.000
1 1.05 1.1 1.15 1.2 1.25 1.3 1.35 1.4 1.45 1.5

U()/U(15)

VII.

PEMBAHASAN
Percobaan dilakukan diruangan gelap dengan meminimalisir adanya cahaya
selain dari sumber karena intensitas sangat berpengaruh pada sumber cahaya. Jika
terdapat lebih dari satu sumber cahaya, dikhawatirkan berpengaruh pula pada
hasil percobaan sebab sensor yang digunakan adalah sensor yang peka terhadap
adanya cahaya.
Cahaya dari sumber dipancarkan, kemudian cahaya akan menuju ke medium
reflektan (kertas). Dengan mengetahui sifat-sifat cahaya saat melewati suatu
medium, maka kita dapatkan bahwa suatu gelombang ataupun partikel cahaya
ketika melewati suatu medium yang memiliki perbedaan kerapatan maka
sebagian akan dipantulkan (refleksi) serta berlaku hubungan ruang
penerangannya.
Menurut hukum Lambert, jika sinar memenuhi permukaan pada sudut, maka
penerangan sebanding dengan kosinus sudut dengan normal. Oleh karena itu,
langkah selanjutnya adalah membuat variasi sudut pemantul dari

90 hingga

15 . Adapun diperoleh hasil yang ditunjukkan dalam grafik.


Berdasarkan kedua grafik yang diperoleh, diketahui bahwa sudut datang
sangat berpengaruh dalam besarnya intensitas cahaya. Hal ini bersesuian dengan
Hukum Cosine Lambert dimana semakin besar sudut pantul yang dibentuk oleh
sinar datang, maka semakin besar tegangan yang mampu dihasilkan. Hal ini
8

dikarenakan, luas permukaan atau iluminansi penerangan akan semakin kecil


sehingga akan semakin kecil pula lumin yang mampu diciptakan. Dimana bidang
A memancarkan cahaya ke permukaan bidang pemantulan dan bervariasi
terhadap sudut (A*). Sebaliknya, dengan semakin kecil sudut pantul yang
dibentuk, maka semakin kecil tegangan yang mampu dihasilkan.
Adapun berdasarkan kedua grafik yang diperoleh didapatkan suatu rumus
fungsi pendekatan dari masing-masing hubungan yaitu : untuk hubungan sudut
pantul terhadap tegangan ( y = 0,011x + 1,940 ) dimana gradien atau slopnya
sebesar 0,011, dan untuk hubungan kedua ( y = -2,558x + 3,694 ) dimana gradien
atau slopnya sebesar -2,558. Dengan demikian, sudut pantul memiliki hubungan
yang sangat besar terhadap tegangan yang mampu dihasilkan.
Namun, dalam praktikum itu sendiri tidak lepas dari kendala-kendala dalam
praktiknya di lapangan. Diantaranya yaitu : keterbatasan alat praktik yang ada
seperti sensor dan sebagainya, kondisi alat yang kurang baik terutama sensor
cahaya (thermocouple) sehingga perlu diganti dengan sensor lain, adanya sumber
cahaya lain saat praktikum sehingga mengganggu keakurasian data, kurangnya
ketelitian praktikan dalam melakukan praktikum, serta gangguang-gangguan lain
yang tidak terduga.
Walaupun demikian, percobaan ini dirasa cukup memuaskan dimana dari data
maupun hasil yang diperoleh menunjukkan hasil yang cukup baik. Serta melalui
data serta hasil yang diperoleh mampu meunjukkan hubungan antara sudut radiasi
yang datang ke permukaan pantul secara kuantitatif.
VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan dan pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat
dihasilkan kesimpulan bahwa :
1. Cahaya yang dipancarkan menuju suatu medium sebagian ada yg
diteruskan serta sebagian lagi akan dipantulkan ke segala arah. Hal ini
dibuktikan dengan adanya radiasi yang tertangkap pada sensor sehingga
memunculkan suatu nilai, namun besarnya nilai tersebut dipengaruhi oleh
sudut pantul antara sumber, medium dan sensor. Semakin besar sudut yang
terbentuk maka semakin besar pula nilai yang diperoleh begitu juga
sebaliknya. Hal ini dikarenakan semakin besar luas semu pencahayaan
(A*) akan semakin besar begitu pula sebaliknya.
2. Besarnya tegangan yang diperoleh sesui dengan fungsi pendekatan y =
0,011x + 1,940. Sehingga untuk besar sudut pada sentang 90 sampai 15
akan memenuhi persamaan tersebut. Sedangkan untuk sudut lebih kecil

dari itu maka nilainya akan mendekati 0, hal ini dikarenakan semakin kecil
luasan semu pencahayaan (A*).

DAFTAR PUSTAKA
Darmesetiawan, C. And Puspakesuma, L. 1991, Teknik Pencahayaan dan Tata Letak Lampu,
Gramedia, Jakarta.
Dwi, Christina, 2010, Refleksi dan Transmisi pada Larutan Gula dan Garam, FMIPA
Universitas Diponegoro, Semarang.
Dwi Fajri, Ulum dkk. 2009, Pubungan Antara Tegangan dan Intensitas Cahaya, Teknik
Elektro UB, Malang.
Frederick Bueche, David L. Wallach., 1948, Principles of Physics III Optics, Addison-Wesley
Press,Inc.
Halliday, Resnick, 1999, Fisika, Edisi ketiga, Erlangga, Jakarta.
10

Hartati, dkk, 2010, Pengembangan Modul Pengukuran Intensitas Cahaya dalam Fotometri,
FMIPA ITB, Bandung.
https://en.wikipedia.org/wiki/Johann_Heinrich_Lambert. Diakses pada tanggal 25 Maret
2016.
Muhaimin, 2001, Teknologi Pencahayaan, Bandung : PT. Refika Aditama.
Zemansky. S, 2003, FISIKA Universitas jilid 2, Edisi Kesepuluh, Erlangga, Jakarta.

LAPORAN EKSPERIMEN FISIKA LANJUT II


PERCOBAAN HUKUM RADIASI LAMBERT

11

Disusun Oleh :

Nama

: Elvin Riyono

NIM

: 1408205019

Dosen

: Dr. Drs. I Wayan Gede Suharta, M.Si

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2016

12

Anda mungkin juga menyukai