Eksp. Lambert
Eksp. Lambert
TUJUAN
1. Menyelidiki secara kuantitatif pengaruh sudut radiasi yang datang ke
permukaan pemantul.
II.
DASAR TEORI
2.1 REFLEKSI
Pada proses pemantulan dan pembiasan, cahaya dapat terpolarisasi
sebagian atau seluruhnya oleh reflektan. Perbandingan intensitas cahaya yang
dipantulkan dengan cahaya yang datang disebut reflektansi (R), sedangkan
perbandingan intensitas cahaya yang ditransmisikan dengan cahaya datang
disebut transmitansi (T).
Jenis polarisasi dengan medan listrik E tegak lurus bidang datang dan
medan magnet B sejajar bidang datang disebut transverse electrik (TE).
Sebaliknya jika medan listrik E sejajar bidang datang maka jenis polarisasi
ini disebut transvere magnetik (TM). Transmitansi dan penelitian dapat dicari
dengan membandingkan intensitas sinar setelah melalui bahan (
intensitas sinar sebelum mengenai bahan (
T=
I0
It
) dengan
It
I0
(1)
I r cos r I r
=
I 0 cos i I 0
(2).
I
d2
(4).
E1 d 1=E2 d 2
(5)
diukur
I
cos
d2
( )
(6)
532 13
557 36
460 43
450 64
450 63
591 07
460 22
300 01
301 01
3
1 Lensa, f = 100mm
1 Selaput Diafragma
2 Kabel penghubung, 2m, kuning
2 Kabel penghubung, 2m, hitam
1 Swivel joint dengan protector scale
IV.
460 03
466 26
501 39
501 38
460 40
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Rangkailah peralatan sesuai gambar.
Pemantul mempergunakan kertas putih yang tidak mengkilap (5 cm x 5 cm)
yang dipasang pada penjepit/holder. Atur letak lensa sehingga pemantul
diterangi cahaya dengan baik.
2. Atur posisi sudut sehingga sudut antara termokopel Molls dengan bidang
normal dari pemantul membentuk sudut 90 (jarum skala pada 90). Catat
tegangan pada voltmeter.
3. Kurangi sudut pandang sudut 5, catat tegangan.
4. Lakukan langkah percobaan 3 berulang kali sehingga mencapai sudut terkecil
15.
V.
DATA PENGAMATAN
1. Tegangan yang tercatat
Sudut Pantul
90
90
90
90
90
Tegangan
2,97 x10-3 V
3,15 x10-3 V
2,96 x10-3 V
3,04 x10-3 V
3,06 x10-3 V
Sudut Pantul
85
85
85
Sudut Pantul
85
80
85
80
80
80
80
Tegangan
2,86 x10-3 V
2,95 x10-3 V
2,92 x10-3 V
Tegangan
2,89 x10-3 V
2,88
x10-3 V
2,88 x10-3 V
2,86 x10-3 V
2,87 x10-3 V
2,83 x10-3 V
2,90 x10-3 V
Sudut Pantul
75
75
75
75
75
Tegangan
2,79 x10-3 V
2,82 x10-3 V
2,84 x10-3 V
2,80 x10-3 V
2,78 x10-3 V
4
Sudut Pantul
70
70
70
70
70
Tegangan
2,73 x10-3 V
2,74 x10-3 V
2,76 x10-3 V
2,79 x10-3 V
2,75 x10-3 V
Sudut Pantul
65
65
65
65
65
Tegangan
2,75 x10-3 V
2,71 x10-3 V
2,68 x10-3 V
2,70 x10-3 V
2,71 x10-3 V
Sudut Pantul
60
60
60
60
60
Tegangan
2,68 x10-3 V
2,65 x10-3 V
2,66 x10-3 V
2,64 x10-3 V
2,66 x10-3 V
Sudut Pantul
55
55
55
55
55
Tegangan
2,67 x10-3 V
2,59 x10-3 V
2,57 x10-3 V
2,62 x10-3 V
2,60 x10-3 V
Sudut Pantul
50
50
50
50
50
Tegangan
2,57 x10-3 V
2,53 x10-3 V
2,50 x10-3 V
2,49 x10-3 V
2,49 x10-3 V
Sudut Pantul
45
45
45
45
Tegangan
2,48 x10-3 V
2,43 x10-3 V
2,44 x10-3 V
2,43 x10-3 V
5
45
2,42 x10-3 V
Sudut Pantul
40
40
40
40
40
Tegangan
2,40 x10-3 V
2,39 x10-3 V
2,38 x10-3 V
2,37 x10-3 V
2,35 x10-3 V
Sudut Pantul
35
35
35
35
35
Tegangan
2,34 x10-3 V
2,35 x10-3 V
2,32 x10-3 V
2,34 x10-3 V
2,30 x10-3 V
Sudut Pantul
30
30
30
30
30
Tegangan
2,31 x10-3 V
2,28 x10-3 V
2,29 x10-3 V
2,30 x10-3 V
2,27 x10-3 V
Sudut Pantul
25
25
25
25
25
Tegangan
2,26 x10-3 V
2,24 x10-3 V
2,28 x10-3 V
2,23 x10-3 V
2,22 x10-3 V
Sudut Pantul
20
20
20
20
20
Tegangan
2,20 x10-3 V
2,23 x10-3 V
2,22 x10-3 V
2,23 x10-3 V
2,21 x10-3 V
Sudut Pantul
15
Tegangan
2,17 x10-3 V
6
15
15
15
15
VI.
-
2,14 x10-3 V
2,11 x10-3 V
2,04 x10-3 V
2,06 x10-3 V
ANALISA DATA
Grafik 1
6
4
2
0
0
20
f(x) 40
=
60
80
100
Sudut Pantul ()
Grafik 2
U()/U(15)
vs
Cos / Cos 15
1.200
1.000
0.800
Cos / Cos 15
0.600
0.400
0.200
0.000
1 1.05 1.1 1.15 1.2 1.25 1.3 1.35 1.4 1.45 1.5
U()/U(15)
VII.
PEMBAHASAN
Percobaan dilakukan diruangan gelap dengan meminimalisir adanya cahaya
selain dari sumber karena intensitas sangat berpengaruh pada sumber cahaya. Jika
terdapat lebih dari satu sumber cahaya, dikhawatirkan berpengaruh pula pada
hasil percobaan sebab sensor yang digunakan adalah sensor yang peka terhadap
adanya cahaya.
Cahaya dari sumber dipancarkan, kemudian cahaya akan menuju ke medium
reflektan (kertas). Dengan mengetahui sifat-sifat cahaya saat melewati suatu
medium, maka kita dapatkan bahwa suatu gelombang ataupun partikel cahaya
ketika melewati suatu medium yang memiliki perbedaan kerapatan maka
sebagian akan dipantulkan (refleksi) serta berlaku hubungan ruang
penerangannya.
Menurut hukum Lambert, jika sinar memenuhi permukaan pada sudut, maka
penerangan sebanding dengan kosinus sudut dengan normal. Oleh karena itu,
langkah selanjutnya adalah membuat variasi sudut pemantul dari
90 hingga
dari itu maka nilainya akan mendekati 0, hal ini dikarenakan semakin kecil
luasan semu pencahayaan (A*).
DAFTAR PUSTAKA
Darmesetiawan, C. And Puspakesuma, L. 1991, Teknik Pencahayaan dan Tata Letak Lampu,
Gramedia, Jakarta.
Dwi, Christina, 2010, Refleksi dan Transmisi pada Larutan Gula dan Garam, FMIPA
Universitas Diponegoro, Semarang.
Dwi Fajri, Ulum dkk. 2009, Pubungan Antara Tegangan dan Intensitas Cahaya, Teknik
Elektro UB, Malang.
Frederick Bueche, David L. Wallach., 1948, Principles of Physics III Optics, Addison-Wesley
Press,Inc.
Halliday, Resnick, 1999, Fisika, Edisi ketiga, Erlangga, Jakarta.
10
Hartati, dkk, 2010, Pengembangan Modul Pengukuran Intensitas Cahaya dalam Fotometri,
FMIPA ITB, Bandung.
https://en.wikipedia.org/wiki/Johann_Heinrich_Lambert. Diakses pada tanggal 25 Maret
2016.
Muhaimin, 2001, Teknologi Pencahayaan, Bandung : PT. Refika Aditama.
Zemansky. S, 2003, FISIKA Universitas jilid 2, Edisi Kesepuluh, Erlangga, Jakarta.
11
Disusun Oleh :
Nama
: Elvin Riyono
NIM
: 1408205019
Dosen
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
12