Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

CA MAMAE (KANKER PAYUDARA)


Oleh : Dara Mustika/1106020466
Di Ruang Bedah Kelas
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI PAYUDARA
Payudara merupakan organ reproduksi sebagai tanda pubertas pada remaja dan
orga seks sekunder, yaitu reproduksi dapat terjadi tanpanya. Bruner dan Suddarth
(2010) menyatakan terdapat 5 tahap perubahan payudara. Tahap 1 menggambarkan
payudara pra-pubertas. Tahap 2 penonjolan payudara yang merupakan tanda
pubertas. Tahap 3 mencakup perbesaran lebih lanjut jaringan payudara dan areola.
Tahap 4 terjadi ketika puting dan areola membentuk tonjolan kedua di atas jaringan
payudara. Tahap 5 adalah payudara yang lebih besar dengan kontur tunggal.
Payudara adalah sepasang kelenjar payudara yang berkembang dari sekresi
hipotalamus, kelenjar pituitari, dan ovari. Payudara terdiri dari jaringan grandular,
jaringan duktus, jaringan fibrosa, dan lemak. Proporsi setiap payudara bergantung
pada faktor genetik, nutrisi, usia, dan riwayat obstetrik. Payudara mengandung
glandular (parankim) dan jaringan duktal, jaringan fibrosa yang mengikat lobuslobus bersama dan jaringan lemak di dalam antara lobus-lobus. Kelenjar mamari
berpasangan ini terletak di antara iga kedua dan keenam diatas otot pektoralis
mayor dari sternum ke garis midaksilaris, masing-masing meluas ke aksila suatu
area jaringan payudara yang disebut tail of spence. Ligamen cooper merupakan
pita fasia yang menyangga payudara pada dinding dada (Brunner & Suddarth.
2010).
Nipple (putting) berada ditengah atau lateral bagian coklat yag disebut areola.
Kelenjar Montgomery kecil, kelenjar sebasea yang bulat berada elevasi pada areola.
Kelenjar ini berfungsi untuk mensekresikan substansi lemak yang memproteksi
puting saat menyusui. Setiap payudara terdiri atas 12 sampai 20 lobus yang
berbentuk kerucut terbuat dari lobolus yang mengandung kluster asini, suatu
struktur kecil yang berakhir pada duktus. Semua duktus pada setiap lobus
mengalirkan isinya kedalam ampula, yang kemudian terbuka di puting setelah
sebelumnya menyempit. Sekitar 85% jaringan payudara adalah lemak. Payudara
memiliki aliran limfatik dan darah yang sangat banyak. Drainase limfatik yang

terdapat dipayudara, yaitu drainase limfatik kutaneus atau superfisial dari kulit,
drainase limfatik areola dari areola dan putting dan drainase limfatik grandular dari
jaringan glandular.
Payudara berfungsi sebagai organ seksual sekunder pada wanita dan merupakan
organ yang menghasilkan air susu pada wanita untuk menyusui.

B. DEFINISI CA MAMAE (KANKER PAYUDARA)


Kanker payudara adalah kanker yang dimulai dari jaringan payudara (Brunner &
Suddarth, 2010). Price dan Wilson (2006) menyatakan kanker payudara
memperlihatkan proliferasi keganasan sel epitel yang membatasi duktus atau lobus
payudara. American Cancer Society (2013) menjelaskan kanker payudara adalah
tumor ganas atau yang biasa disebut maligna yang dimulai pada sel-sel payudara.
Maligna adalah sekelompok sel kanker yang dapat tumbuh menjadi (menyerang)
jaringan sekitarnya atau menyebar (metastasis) ke daerah-daerah yang jauh dari
tubuh. Penyakit ini terjadi hampir seluruhnya pada wanita, tetapi pria bias
mendapatkannya juga.

C. ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO CA MAMAE (KANKER PAYUDARA)


Kanker payudara 85% didiagnosa pada wanita dengan usia lebih dari 45 tahun
(Ignatavicius & Workman, 2006), hal ini dikarenakan masa produktif ada
perubahan-perubahan fungsi atau saat menopause. Berikut beberapa faktor risiko
yang menyebabkan kanker payudara (Black, 2009):
1. Usia dan Jenis kelamin
Salah satu faktor penyebab kanker payudara adalah usia, yaitu meningkat pada
usia 50 tahun ke atas terutama setelah menopause. Jenis kelamin perempuan,
sembilan puluh persen kanker payudara terjadi pada wanita. Hal ini disebabkan
karena pada wanita ada produksi hormon esterogen dan progesteron, hormon
estrogen

berfungsi

merangsang

pertumbuhan

sel

yang

cenderung

mendorong terjadinya kanker, sedangkan progesteron melindungi terjadinya


pertumbuhan sel yang berlebihan. Ada kecenderungan bahwa kelebihan
hormon estrogen dan kekurangan progesteron menyebabkan meningkatnya
risiko kanker payudara (American Cancer Society, 2013).
2. Riwayat menstruasi
Menstruasi yang terlalu cepat (menarche dini) (<12 tahun) dan atau menopause
(>50 tahun) yang terlalu lama meningkatkan risiko. Hal ini disebabkan ada
paparan atau keadaan dimana tubuh mengalami pajanan hormon esterogen
lebih lama dalam hidup (American Cancer Society, 2013).
3. Riwayat reproduksi
Nullipara (tidak pernah melahirkan) dan anak pertama lahir pada usia 30 tahun.
Wanita yang memiliki sedikit anak dan melahirkan pada usia 30 tahun akan
meningkatkan risiko kanker payudara. Penelitian telah menunjukkan bahwa
risiko seorang wanita terkena kanker payudara berhubungan dengan paparan
hormon yang diproduksi oleh ovarium (estrogen endogen dan progesteron).
Faktor reproduksi yang meningkatkan durasi dan/atau tingkat paparan hormone
ovarium, yang merangsang pertumbuhan sel, telah dikaitkan dengan
peningkatan risiko kanker payudara. Faktor-faktor ini termasuk onset awal
menstruasi, terlambat menopause, kemudian usia kehamilan pertama, dan tidak
memiliki anak. Kehamilan dan menyusui dapat menurunkan jumlah lingkaran
menstruasi yang artinya dapat menurunkan paparan terhadap hormon endogen.
Selain itu kehamilan dan menyusui akan membentuk proses normal

pembelahan sel payudara. Peneliti memiliki hipotesa bahwa sel yang secara
normal membelah akan tahan terhadap pemicu kanker dibanding sel yang
belum pernah membelah. (National Cancer Institute, 2011).
4. Riwayat keluarga
Anak perempuan/saudara perempuan yang memiliki hubungan langsung
risikonya meningkat dua kali jika ibunya terkena kanker sebelum berusia 60
tahun, risiko meningkat 4 sampai 6 kali jika kanker payudara terjadi pada dua
saudara langsung. Seseorang yang mengalami kanker payudara akan terjadi
mutasi gen diturunkan dari keluarga. Terjadi mutasi gen sporadis pada kanker
payudara (Warren, S. B. 2003). Pada kanker payudara gen penekan disebut
BRCA1 dan BRCA 2, gen ini mengidentifikasi kerusakan DNA yang kemudian
dapat menahan perkembangan sel abnormal. Mutasi pada gen ini diturunkan
pada mayoritas penderita kanker payudara. Mutasi BRCA1 berhubungan
dengan 65% hingga 87% risiko kanker, dan mutasi BRCA2 berhubungan
dengan 45% hingga 84% risiko kanker payudara (Brunner & Suddarth, 2010)
5. Diet
Diet tinggi lemak berkaitan dengan meningkatnya risiko kanker payudara. Diet
tinggi lemak dapat menyebabkan kelebihan berat badan atau obesitas, yang
merupakan faktor risiko kanker payudara. Diet tinggi lemak juga telah
ditunjukkan mempengaruhi risiko memicu beberapa jenis kanker lainnya, dan
asupan jenis lemak tertentu jelas berkaitan dengan risiko penyakit jantung
(American Cancer Society, 2013)
6. Obesitas
Obesitas setelah menopause dilaporkan dapat meningkatkan risiko kanker
payudara hal ini disebabkan setelah menepouse (ketika ovarium berhenti
memproduksi esterogen), pada saat itu estrogen akan dihasilkan oleh jaringan
lemak. Sehingga orang yang obese akan memproduksi estrogen lebih banyak.
Peningkatan BMI, resisten insulin, hiperglikemi dilaporkan berhubungan
dengan kanker payudara dan kanker lainya (American Cancer Society, 2013)
7. Penyakit payudara jinak
Wanita yang mempunya tumor payudara disertai perubahan epitel proliferatif
mempunyai risiko dua kali lipat untuk mengalami kanker payudara.
D. MANIFESTASI CA MAMAE (KANKER PAYUDARA)
1. Manifestasi yang paling sering terjadi (Otto, 2005)

Terdapat massa (keras, ireguler, tidak nyeri tekan) atau penebalan pada
payudara atau penebalan aksila.
Rabas puting payudara, persisten, spontan, yang mempunyai karakter
serosanguinosa, mengandung darah atau encer.
Retraksi atau inversi puting susu
Perubahan ukuran, bentuk, atau tekstur payudara (asimetris)
Pengerutan atau pelekukan kulit di sekitarnya
Kulit yang bersisik di sekeliling puting susu
2. Manifestasi penyebaran lokal atau regional
Kemerahan, ulserasi, atau pelebaran vena. Kemerahan atau eritema dapat
menunjukkan inflamasi lokal jinak atau inflamasi limfatik supervisial oleh
neoplasma. Pelebaran vena atau pola venosa yang menonjol menandakan
peningkatan suplai darah yang dibutuhkan oleh sel tumor
Edema, perubahan peau d orange (seperti kulit jeruk). Edema dan pitting
kulit dapat terjadi akibat neoplasma menyekat drainase limfatik sehingga
kulit tampak seperti buah jeruk.
Pembesaran kelenjar getah bening aksila
3. Manifestasi metastasis
Pembesaran kelenjar getah bening supraklavikula dan servikal
Nyeri tulang berkaitan dengan penyebaran ke tulang

E. KLASIFIKASI CA MAMAE (KANKER PAYUDARA)


1. Carcinoma In Situ
Kanker atau karsinoma in situ disebut juga sebagai kanker payudara non
invasif. Kanker ini ditemukan dalam saluran payudara dan belum
mengembangkan kemampuan untuk menyebar di luar payudara. Jenis umum
dari kanker atau karsinoma in situ ini adalah Ductal Carcinoma In Situ (DCIS)
dan Lobular Carcinoma In Situ (LCIS) (National Cancer Institute, 2015)

1) Ductal Carcinoma In Situ (DCIS)


Merupakan munculnya sel-sel abnormal pada saluran susu di payudara.
DCIS dianggap sebagai bentuk paling awal dari kanker payudara. DCIS
noninvasif artinya belum menyebar keluar dari saluran susu dan
menyerang bagian payudara lainnya. DCIS biasanya ditemukan lewat
prosedur mammogram yang merupakan bagian dari skrining kanker
payudara.

2) Lobular Carcinoma In Situ (LCIS)


Merupakan kondisi umum di mana sel-sel abnormal terbentuk pada
lobulus atau kelenjar susu di payudara. LCIS menunjukkan bahwa pasien
memiliki peningkatan risiko mengembangkan kanker payudara.

2. Invasive Ductal Carcinoma atau Infiltrating Ductal Carcinoma (IDC)


IDC merupakan kanker payudara yang paling umum terjadi. IDC terjadi 65%80% dari seluruh kejadian kanker payudara. IDC berawal dari saluran susu dan
menyerang jaringan payudara di sekitarnya. Jika tidak ditangani pada stadium
awal, IDC dapat menjalar ke bagian tubuh lain melalui sistem aliran darah dan
limfatik

3. Invasive Lobular Carcinoma (ILC)


ILC berkembang dari kelenjar yang memproduksi susu dan kemudian
menyerang jaringan payudara disekitarnya. Juga bahkan ke tempat yang lebih
jauh dari asalnya. Dengan ILC, penderita mungkin tidak akan merasakan suatu
benjolan, yang dirasakan hanyalah adanya semacam gumpalan atau suatu
sensasi bahwa ada yang berbeda pada payudara.
4. Inflammatory Breast Cancer
Jenis kanker ini jarang terjadi tapi termasuk tipe kanker payudara yang agresif.
Kulit pada payudara menjadi merah dan bengkak atau menjadi tebal/besar,
berbintik-bintik menyerupai jeruk yang terkelupas. Hal ini dikarenakan oleh sel
kanker yang menekan dan mengobstruksi pembuluh getah bening yang
letaknya dekat permukaan payudara.
F. STADIUM CA MAMAE (KANKER PAYUDARA)
Stadium
0
I
IIA

Tumor
Tis (LCIS/DCIS)
T1
T0

Nodus
N0
N1

Metastasis
M0
M0

T1

N1

M0

T2
T2

N0
N1

M0
M0

T3
T1/T2
T3
T4
T apapun
T apapun

N0
N2
N1/N2
N apapun
N3
N apapun

M0
M0
M0
M0
M0
M1

IIB
IIIA
IIIB
IIIC
IV
Keterangan
Tumor Primer

Tx : Lokasi tumor belum dapat dikaji


T0 :Tidak ada bukti tumor primer
Tis: Tumor in situ (pre invasive carcinoma)
T1 : Tumor diameter < 2 cm
T2 : Tumor diameter lebih besar dari 2 cm tapi kurang dari 5 cm

T3 : Tumor diameter > 5 cm


T4 : Tumor ukuran apapun invasi ke daerah sekitar (otot, kulit)
Nodus Limfe Regional (N)
Nx: Penyebaran pada KGB tidak dapat dinilai
N0: KGB tidak terlibat (tidak ada tumor)
N1: Metastasis KGB ipsilateral aksila dapat digerakkan/ berpindah-pindah
N2: Metastasis KGB ipsilateral terfiksasi dengan jaringan sekitar (menetap)
N3: Metastasis

KGB

ipsilateral

KGB

mammae

atau

ipsilateral

supraklavikuler
Metastasis Jauh (M)
Mx: Metastasis tidak dapat dinilai
M0 : Tidak ada metastasis
M1 : Metastasis pada organ-organ lainnya, termasuk ke kelenjar subklavikular
ipsilateral (Price & Wilson, 2005).
STADIUM I

STADIUM II

KGB

STADIUM III A

STADIUM III B

STADIUM IV

G. PENGKAJIAN FISIK
1. Inspeksi
Pengkajian dimulai dengan inspeksi, klien diminta untuk duduk dan menaruh
lengannya. Inspeksi dilakukan dengan melihat ukuran serta simetrisitas
payudara. Kulit di inspek warna, kepatenan vena, edema, kemerahan. Eritema
mengindikasikan adanya inflamasi pada benigna loka atau invasi superfisial
limfatik. Adanya vena yang terlihat jelas menunjukan adanya peningkatan
suplai darah yang dibutuhkan oleh tumor. Edema dan pitting pada kulis
menunjukan adanya neoplasma yang menghambat drainase limfatik, sehingga
membentuk orange-peel, tanda awal adanya kanker payudara. Inversi puting
pada salah satu atau kedunya tidak biasanya. Ulkus, ruam, dan cairan yang
keluar dari payudara perlu di evaluasi.

Skin dimpling dan retraksi seringkali tak terlihat jelas, maka perawat dapat
meminta klien mengangkat kedua tangannya, manuver ini dapat mengangkat

payudara. Klien lalu diinstruksikan untuk memegang pinggangnya dan


mendorong tangannya kedepan. Pergerakan ini pada membuat kontraksi otot
pektoralis. Dimpling atau retraksi selama proses ini menunjukan adanya massa.
Regio klavikula dan aksilaris yang terlihat bengkak, warnanya berbeda, lesi,
dan perbesaran nodus limfa (Brunner & Suddarth. 2010).
2. Palpasi
Klien di palpasi pada posisi duduk ataupun posisi supinasi. Pada posisi supine,
pertama, lengan kilen ditinggikan dengan bantal kecil untuk menyeimbangkan
payudara pada dinding dada. Perawat dapat mempalpasi dengan menggunakan
3 jari tengah secara sistematis. Palpasi dapat dilakukan searah dengan jarum
jam

dari

terdalam

bagian

terluar

hingga

ke

bagian

yaitu

puting susu. Metode lainnya

dengan dari bagian

terluar menuju kedalam atau

vertikal.

gambar dibawah ini:

Seperti

Palpasi pada area aksilari dan kalvikula area lebih mudah dilakukan pada klien
yang sedang duduk. Nodus limfa aksilari, klien diminta untuk abduksi
lengannya, dengan tangan kiri perawat menyangga, lalu tangan kanan
mempalpasi aksila. Normalnya nodus limfa ini tidak terpalpasi, jika terpalpasi
maka dokumentasikan. Jika besar, maka catat lokasi, ukuran, pergerakan, dan

Konsistensi. Selama palpasi, perawat mendokumentasikan adanya massa yang


lembek. Jika ditemukan massa, deskripsikan lokasi (misal: payudara kiri, 2 cm
setelah puting arah jam 2).
Aktivitas/istirahat
Gejala:
Sirkulasi
Tanda:
Makanan/cairan
Gejala:
Integritas Ego
Gejala:
Nyeri/kenyamanan
Gejala:

Keamanan
Tanda:
Seksualitas
Gejala:

Tanda:

Kerja, aktivitas yang melibatkan banyak gerakan


tangan/pengulangan.
Pola tidur (contoh tidur tengkurap).
Kongestif unilateral pada lengan yang terkena
(sistem limfe).
Kehilangan napsu makan, adanya penurunan BB.
Stressor konstan dalam pekerjaan/pola di rumah.
Stress/takut dengan diagnose, prognosis, harapan
yang akan datang.
Nyeri pada penyakit yang luas/metastatik (nyeri
lokal jarang terjadi pada keganasan dini).
Beberapa pengalaman ketidaknyamanan pada
jaringan payudara.
Payudara berat, nyeri sebelum menstruasi
biasanya mengindikasikan penyakit fibrokistik.
Massa nodul aksila.
Edema, eritema pada kulit sekitar.
Adanya benjolan payudara; perubahan pada
ukuran dan kesimetrisan payudara.
Perubahan pada warna kulit payudara atau suhu;
rabas puting yang tak biasanya; gatal, rasa
terbakar, atau puting meregang.
Riwayat menarke dini (lebih muda dari 12
tahun); menopause lambat (setelah 50 tahun);
kehamilan pertama lambat (setelah usia 35
tahun).
Masalah tentang seksualitas/keintiman.
Perubahan pada kontur/massa payudara,
asimetris.
Kulit cekung, berkerut; perubahan pada
warna/tekstur kulit, pembengkakan, kemerahan
atau panas pada payudara.
Puting retraksi; rabas dari puting (serosa,
serangiosa, rabs berair meningkatkan
kemungkinan kanker, khususnya bila disertai

benjolan).
Penyuluhan/pembelajaran
Gejala:

Riwayat kanker dalam keluarga (ibu, saudara


wanita, bibi dari ibu, atau nenek).
Kanker unilateral sebelumnya, kanker
endometrial atau ovarium.

H. WEB OF CAUTION KANKER MAMAE


Hiperplasia abnormal sel mammae

suplai nutrisi
ke jaringan Ca

Hipermetabolis
ke jaringan

suplai nutrisi
ke jaringan lain

Berat Badan

Nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh

Mendesak jaringan
mammae sekitar

Mammae
membengkak

Menekan
pembuluh darah

Ukuran
mammae
abnormal

Aliran darah
terhambat

Perfusi jaringan
terganggu

Menekan sel
syaraf

Nyeri

Mammae
asimetris

Kurang
pengetahuan

Gangguan citra
tubuh

Cemas

Nekrosis jaringan

Timbul ulkus

Gangguan

Resiko infeksi

I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
integritas kulit
1. CT Scan
Digunakan untuk mendiagnosis metastasis kanker payudara pada organ lain.
2. Mammografi

Mammografi adalah teknik pencitraan payudara yang dapat mendeteksi lesi


yang tidak terpalpasi. Untuk pandangan ini, payudara secara mekanik ditekan
dari atas ke bawah dan dari sisi ke sisi. Mammografi dapat mendeteksi tumor
sebelum tumor tersebut dapat teraba (< 1 cm). Mammografi dianjurkan 1 atau
2 tahun bagi wanita antara usia 40-50 tahun.
3. Aspirasi jarum halus
Jarum halus pada ujung spuit diarahkan ke tempat pengambilan sampel.
Kemudian spuit digunakan untuk mengambil jaringan atau cairan ke dalam
jarum. Bahan sitologik ini diusapkan di atas preparat kaca dan dikirim ke
laboratorium untuk dianalisis.
4. Biopsi eksisional
Merupakan prosedur yang dilakukan terhadap segala massa payudara yang
dapat diraba. Untuk melakukan biopsi ini, digunakan jarum khusus dengan
lumen yang besar untuk mengangkat inti jaringan. Prosedur ini digunakan
ketika tumor relatif besar dan dekat dengan permukaan kulit. Jaringan ini
diperiksa terhadap adanya reseptor estrogen dan progesteron.
5. Galaktografi bertujuan untuk mamogram dengan kontras dilakukan dengan
menginjeksikan zat kontras ke aliran duktus
6. Ultrasound bertujuan untuk membantu dan membedakan antara massa padat
dan kista dan pada wanita yang jaringan payudaranya keras
7. Xeroradiografi bertujuan untuk menyatakan peningkatan sirkulasi sekitar sisi
tumor.
8. Termografi bertujuan untuk mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai
titik panas karena peningkatan suplai darah dan penyesuaian suhu kulit yang
tinggi
9. Diafanografi bertujuan untuk mengidentifikasi tumor atau massa dengan
membedakan bahwa jaringan mentransmisikan dan menyebarkan sinar.
Prosedur masih diteliti dan dipertimbangkan kurang akurat dari mamografi.
10. Asai hormon reseptor: menyatakan apakah sel tumor atau specimen biopsy
mengandung reseptor hormon (estrogen dan progesteron). Pada sel malignan,
reseptor kompleks estrogen-plus merangsang pertumbuhan dan pembagian sel.
Kurang lebih dua per tiga semua wanita dengan kanker payudara reseptor
estrogennya positif dan cenderung berespons baik terhadap terapi hormon
menyertai terapi primer untuk memperluas periode bebas penyakit dan
kehidupan.

J. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


PRE-OPERATIF
1. Ansietas berhubungan dengan
Ancaman kematian
Ancaman konsep diri; perubahan gambaran diri; jaringan parut; kehilangan
bagian tubuh; seksual tak menarik
Perubahan status kesehatan
Tujuan dan Kriteria
Hasil
Tujuan :
Ansietas dapat
teratasi dengan lebih
mengetahui apa yang
akan dijalani.
Kriteria Hasil :
- Mengakui
dan
mendiskusikan
masalah
- Menunjukkan
rentang perasaan
yang tepat
- Melaporkan takut
dan
ansietas
menurun
sampai
tingkat yang dapat
ditangani

Intervensi

Rasional

1. Yakinkan informasi pasien


tentang diagnosis, harapan
intevensi pembedahan, dan
terapi yang akan datang.
Perhatikan adanya penolakan
atau ansietas ekstrem.

1. Memberikan dasar pengetahuan


perawat
untuk
menguatkan
kebutuhan
informasi
dan
membantu untuk mengidentifikasi
pasien dengan ansietas tinggi, dan
kebutuhan akan perhatian khusus.

2. Jelaskan tujuan dan persiapan


untuk tes diagnostik.

2. Pemahaman jelas akan prosedur


dan
apa
yang
terjadi
meningkatkan perasaan kontrol
dan mengurangi ansietas.

3. Berikan
lingkungan
dan
perhatian, keterbukaan dan
penerimaan juga privasi untuk
pasien/orang
terdekat.
Anjurkan
bahwa
orang
terdekat
ada
kapanpun
diinginkan.
4. Dorong
pertanyaan
dan
berikan
waktu
untuk
mengekspresikan
takut.
Beritahu pasien bahwa stres
sehubungan dengan kanker
payudara
dapat
menetap
selama beberapa bulan dan
perlu
mencari
bantuan/dukungan.

3. Waktu dan privasi diperlukan


untuk memberikan dukungan,
diskusi
perasaan
tentang
antisipasi kehilangan dan masalah
lain. Komunikasi teraupetik,
pertanyaan
terbuka,
mendengarkan dan sebagainya,
memudahkan proses ini.
4. Memberi
kesempatan
untuk
mengidentifikasi
dan
memperjelas kesalahan konsep
dan
menawarkan
dukungan
emosi.

5. Monitor tersedianya dukungan


pada
pasien.
Berikan
informasi tentang sumber
komunitas bila ada. Dorong/
berikan kunjungan seorang
wanita yang telah sembuh dari
mastektomi.

5. Menjadi sumber yang membantu


bila pasien siap. Kelompok
sebaya
yang
mengalami
pengalaman serupa bertindak
sebagai
model
peran
dan
memberikan keyakinan terhadap
pernyataan,
harapan
untuk
sembuh/ masa depan normal.

6. Diskusikan/jelaskan

6. Rehabilitasi

peran

adalah

komponen

rehabilitasi
pembedahan

setelah

terapi penting untuk memenuhi


kebutuhan fisik, sosial, emosional
dan vokasional sehingga pasien
dapat mencapai tingkat fisik dan
fungsi emosi sebaik mungkin.

2. Kurang pengetahuan (kurang belajar) tentang kondisi, prognosis, dan


pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat; salah interpretasi
informasi.
Tujuan dan Kriteria
Hasil
Tujuan :
Meningkatnya
pengetahuan dan
pemahaman tentan
penyakit, pengobatan
dan prognosis
Kriteria Hasil :
- Klien
dapat
mengatakan secara
akurat
tentang
diagnosis
dan
pengobatan pada
tingkatan siap.
- Mengikuti
prosedur
dengan
baik
dan
menjelaskan
tentang
alasan
mengikuti prosedur
tersebut.
- Mempunyai
inisiatif
dalam
perubahan
gaya
hidup
dan
berpartisipasi
dalam
pengobatan.
- Bekerjasama
dengan
pemberi
informasi.

Intervensi

Rasional

1. Review pengertian klien dan


keluarga tentang diagnosa,
pengobatan dan akibatnya.

1. Menghindari adanya
dan
pengulangan
pengetahuan klien.

2. Tentukan
persepsi
klien
tentang
kanker
dan
pengobatannya, ceritakan pada
klien tentang pengalaman
klien lain yang menderita
kanker.

2. Memungkinkan
dilakukan
pembenaran terhadap kesalahan
persepsi dan konsepsi serta
kesalahan pengertian.

3. Beri informasi yang akurat


dan faktual. Jawab pertanyaan
secara spesifik, hindarkan
informasi
yang
tidak
diperlukan.
4. Berikan bimbingan kepada
klien/keluarga
sebelum
mengikuti
prosedur
pengobatan, therapy yang
lama, komplikasi. Jujurlah
pada klien.

duplikasi
terhadap

3. Membantu
klien
dalam
memahami proses penyakit.
4. Membantu klien dan keluarga
dalam
membuat
keputusan
pengobatan.
5. Mengetahui sampai sejauhmana
pemahaman klien dan keluarga
mengenai penyakit klien.
6. Meningkatkan pengetahuan klien
dan keluarga mengenai nutrisi
yang adekuat.

5. Anjurkan
klien
untuk
memberikan umpan balik
verbal
dan
mengkoreksi
miskonsepsi
tentang
penyakitnya.

7. Mengkaji perkembangan prosesproses penyembuhan dan tandatanda infeksi serta masalah


dengan kesehatan mulut yang
dapat
mempengaruhi
intake
makanan dan minuman.

6. Review
klien
/keluarga
tentang pentingnya status
nutrisi yang optimal.

8. Meningkatkan integritas kulit dan


kepala.

7. Anjurkan

klien

untuk

mengkaji membran mukosa


mulutnya
secara
rutin,
perhatikan adanya eritema,
ulcerasi.
8. Anjurkan klien memelihara
kebersihan kulit dan rambut.

PASCA-OPERATIF
1. Kerusakan integritas kulit b.d pengangkatan bedah kulit/jaringan, perubahan
sirkulasi, adanya edema, drainase, perubahan pada elastisitas kulit, sensasi,
destruksi jaringan (radiasi)
Tujuan dan Kriteria
Hasil
Tujuan :
Terpeliharanya
integritas kulit,
meredakan gangguan
rasa nyaman: nyeri,
tercapainya tidur
yang nyenyak,
berkembangnya
sikap penerimaan
terhadap diri,
diperolehnya
pengetahuan tentang
perawatan kulit dan
tidak adanya
komplikasi.
Kriteria Hasil :
- Klien
dapat
mengatakan secara
akurat
tentang
diagnosis
dan
pengobatan pada
tingkatan siap.
- Mengikuti
prosedur
dengan
baik
dan
menjelaskan
tentang
alasan
mengikuti prosedur
tersebut.
- Mempunyai
inisiatif
dalam

Intervensi

Rasional

1. Monitor balutan/luka untuk


karakteristik drainase. Awasi
jumlah edema, kemerahan,
dan nyeri pada insisi dan
lengan.Awasi suhu.
2. Tempatkan pada posisi semi
fowler pada punggung atau
sisi yang tak sakit dengan
lengan tinggi dan disokong
dengan bantal.
3. Jangan melakukan pengukuran
TD, menginjeksi obat, atau
memasukkan IV pada lengan
yang sakit.
4. Kosongkan drain luka, secara
periodik catat jumlah dan
karakteristik drainase
5. Dorong untuk menggunakan
pakaian
yang
tidak
sempit/ketat. Beritahu pasien
untuk tidak menggunkan jam
tangan atau perhiasan lain
pada tangan yang sakit
Kolaborasi
1. Berikan

antibiotik

sesuai

1. Penggunaan balutan tergantung


luas pembedahan dan tipe
penutupan
luka.
(Balutan
penekanan biasanya dipakai pada
awal dan diperkuat, tidak diganti).
Drainase terjadi karena trauma
prosedur dan manipulasi banyak
pembuluh darah dan limfatik pada
area tersebut. Pengenalan dini
terjadinya
infeksi
dapat
memampukan pengobatan dengan
cepat.
2. Membantu
drainase
melalui gravitasi

cairan

3. Meningkatkan
potensial
konstriksi, infeksi, dan limfedema
pada sisi yang sakit.
4. Akumulasi
cairan
drainase
(contoh,
limfe,
darah)
meningkatkan penyembuhan dan
menurunkan kerentanan terhadap
infeksi. Alat penghisap sering
dimasukkan selama pembedahan
untuk mempertahankan tekanan
negatif pada luka. Selang
biasanya diangkat sekitar hari
ketiga atau bila drainase berhenti.

perubahan
gaya
hidup
dan
berpartisipasi
dalam
pengobatan.
- Bekerjasama
dengan
pemberi
informasi.

indikasi
5. Menurunkan
tekanan
pada
jaringan yang terkena, yang dapat
memperbaiki
sirkulasi/penyembuhan
Kolaborasi
1. Diberikan secara profilaksis atau
untuk mengobati infeksi khusus
dan meningkatkan penyembuhan

2. Nyeri akut/kronik berhubungan dengan:


Proses penyakit kompresi atau destruksi jaringan saraf
Perembesan suplai vaskular
Obstruksi saraf, inflamasi, dan metastasis ke tulang
Efek samping berbagai agen terapi kanker
Tujuan dan Kriteria
Hasil
Tujuan :
Nyeri yang dirasakan
dapat berkurang dan
hilang.
Kriteria Hasil :
- Nyeri
tidak
bertambah buruk
- Mampu
mengontrol nyeri
- Membutuhkan
bantuan minimal
atau
mandiri
dalam melakukan
ADL
- Mampu
menggunakan
teknik relaksasi
dan distraksi saat
nyeri

Intervensi

Rasional

1. Monitor
keluhan
nyeri,
perhatikan lokasi, lamanya,
dan intensitas (skala 0-10).
Perhatikan petunjuk verbal.
2. Diskusikan sensasi masih
adanya payudara normal
3. Bantu pasien
posisi nyaman

menemukan

4. Berikan tindakan kenyamanan


dasar (contoh, perubahan
posisi pada punggung atau sisi
yang tidak sakit, pijatan
punggung)
dan
aktivitas
teraupetik. Dorong ambulasi
dini dan penggunaan teknik
relaksasi,
bimbingan
imajinasi, sentuhan teraupetik
5. Tekan/sokong
dada
saat
latihan batuk/napas dalam
6. Berikan obat nyeri yang tepat
pada jadwal teratur sebelum
nyeri berat dan sebelum
aktivitas dijadwalkan

1. Membantu
dalam
mengidentifikasi
derajat
ketidaknyaman dan kebutuhan
untuk/keefektifan
analgesik.
Jumlah jaringan, otot, dan sistem
limfatik
diangkat
dapat
mempengaruhi jumlah nyeri yang
dialami. Kerusakan saraf pada
region aksilaris menyebabkan
kebas pada lengan atas dan segio
skapula, yang dapat lebih
ditoleransi
daripada
nyeri
pembedahan.
2. Memberikan keyakinan bahwa
sensasi bukan imajinasi.
3. Peninggian lengan, ukuran baju,
dan adanya drain mempengaruhi
kemampuan pasien untuk rileks
dan tidur/istirahat secara efektif.
4. Meningkatkan
relaksasi,
membantu untuk memfokuskan
perhatian,
dan
dapat
meningkatkan
kemampuan

Kolaborasi

koping.

1. Berikan
narkotik/analgesik
sesuai indikasi

5. Memudahkan partisipasi pada


aktivitas
tanpa
timbul
ketidaknyamanan
6. Mempertahankan
tingkat
kenyamanan dan memungkinkan
pasien untuk latihan lengan dan
untuk ambulasi tanpa nyeri yang
menyertai upaya tersebut.
Kolaborasi
1. Memberikan
penghilangan
ketidaknyaman/nyeri
dan
memfasilitasi tidur, partisipasi
pada terapi pascaoperasi

3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan:

Hipermetabolisme akibat kanker


Efek samping kemoterapi, radiasi, pembedahan anoreksia, iritasi gastris,

perubahan dalam pengecapan rasa, mual


Tekanan emosi, kelemahan, ketidakmampuan mengontrol nyeri
Tujuan dan Kriteria
Hasil
Tujuan :
Nutrisi cukup untuk
kebutuhan tubuh
Kriteria Hasil :
- Menunjukkan
berat badan yang
stabil
atau
peningkatan berat
badan
secara
progresif
- Mengungkapkan
pemahaman
mengenai intake
makanan
yang
adekuat
- Berpartisipasi
dalam intervensi
untuk
menstimulasi

Intervensi
1. Monitor
intake
setiap hari.

Rasional
makanan

2. Ukur tinggi, berat badan,


lipatan kulit, atau pemeriksaan
antropometrik lainnya.
3. Kaji kulit dan membran
mukosa
terhadap
pucat,
perlambatan
penyembuhan
luka, dan pembesaran kelenjar
parotis.
4. Dorong klien untuk makan
makanan tinggi kalori, makan
makanan kaya nutrisi, dengan
intake cairan yang adekuat.
5. Ciptakan suasana makan yang

1. Identifikasi
kekuatan
kekurangan nutrisi

dan

2. Jika hasil pengukuran berada


pada nilai standar minimum,
maka sumber utama penyimpan
energi,
jaringan
lemak,
mengalami penurunan
3. Membantu
mengidentifikasi
malnutrisi kalori-protein terutama
ketika pengukuran berat badan
dan antropometrik kurang dari
normal
4. Metabolisme akan meningkat
untuk membuang zat-zat yang
tidak berguna dalam tubuh

nafsu makan dan


meningkatkan
asupan makanan

menyenangkan.
Anjurkan
klien untuk makan bersama
dengan keluarga atau hal yang
menyenangkan lainnya.

5. Buat waktu makan menjadi lebih


menyenangkan sehingga dapat
meningkatkan asupan makanan

Manajemen Kemoterapi

Manajemen Kemoterapi

1. Atur makan sebelum dan


segera setelah perawatan,
seperti minum air putih, diet
makanan lunak dan lembut,
biskuit, atau roti. Berikan
cairan 1 jam sebelum atau 1
jam setelah makan.

1. Pengaturan
keefektivan
diet
bergantung pada minimalnya rasa
mual yang dirasakan setiap
individu
setelah
terapi.
Menghindari
asupan
cairan
selama makan dapat mencegah
rasa kenyang terlalu cepat.

2. Kontrol faktor lingkungan


seperti bau yang menyengat
dan bising yang mengganggu.
Hindari makanan yang terlalu
manis, berlemak, dan pedas.

2. Dapat menstimulasi mual dan


muntah.

3. Anjurkan
klien
untuk
menggunakan teknik relaksasi,
visualisasi, guided imagery,
4. sebelum makan

3. Dapat mengurangi rasa mual dan


memungkinkan
klien
untuk
meningkatkan asupan makanan
per oral

K. PENGOBATAN DAN TERAPI MEDIS


Terapi Ca Mamae, antara lain (Black, 2009):
Operasi

Prosedur Preserving-Breast
Prosedur pengangkatan kanker tanpa pengangkatan jaringan payudara yang
sehat yang dilanjutkan tindakan radioterapi. Prosedur ini dilakukan dengan

kondisi kanker stage 1 atau stage 2.


Lumpektomi: Operasi pengangkatan kanker disertai sedikit jaringan sehat

sekitarnya dan KGB sekitar aksila yang terkena.


Mastektomi: Operasi pengangkatan payudara. Indikasi dilakukan mastektomi
antara lain tumor sudah mencakup nipple-areola yang kompleks, tumor

berukuran lebih dari 7 cm, tumor mencakup intraductal dan beberapa kuadran.
Diseksi KGB aksila, dilakukan apabila tidak ada nodul dan ukuran tumor 1-2

cm.
Biopsi sentinel nodul, dilakukan untuk mendeteksi status regional limfe.

Radioterapi
Menggunakan energi sinar untuk dapat mematikan sel kanker, baik secara
langsung (radiasi eksternal) maupun penempatan material radioaktif secara
langsung pada jaringan payudara (implan radiasi). Radioterapi kadang digunakan
pasca operasi khususnya pasca BCT untuk mematikan sisasisa sel kanker yang
tertinggal juga digunakan preoperasi secara tunggal atau kombinasi bersama
kemoterapi untuk mengurangi massa tumor.
Kemoterapi
Kemoterapi menggunakan kombinasi obat untuk membunuh sel kanker, baik secara
injeksi maupun oral.

Radioterapi paska bedah 4000-6000 rads.


Kemoterapi untuk pra menopause dengan CMF (Cyclophosphamide 100
mg/m2 dd po hari ke 1-14, Methotrexate 40 mg/m2 IV hari ke -1 siklus
diulangi tiap 4 minggu dan Flouroracil 600 mg/m2 IV hari ke-1 atau CAP
(Cyclophosphamide 500 mg/m2 hari ke 1, Adriamycin 50 mg/m2 hari ke-1 dan

Flouroracil 500 mg/m2 IV hari ke-1 dan 8 untuk 6 siklus.


Hormon terapi untuk pasca menopause dengan Tamoksifen untuk 1-2 tahun.

Referensi:
American

Cancer

Institute.

(2013).

Breast

cancer

publication.http://www.cancer.org/cancer/breastcancer/detailedguide/breastcancer-risk-factors . Diunduh pada 3 Januari 2016 pukul 12.00.


Black, J.M & Hawks, J.H. (2009). Medical surgical nursing: clinical management for
positive outcomes. 8th Edition. USA: Mosby Elsevier.
Brunner, & Suddarths.(2010). Textbook of Medical Surgical Nursing, Tweltfh edition.
Philadelphia: Lippincott William Wilkins.
Doenges, M.E., Moorhouse, M.F., dan Moor, A.C. (2007). Nursing care plans:
Guidlines for individualizing client care across the life span. Davis Plus.
National cancer institute. (2011). Reproductive history and risk factor breast cancer.
http://www.cancer.gov/cancertopics/factsheet/Risk/reproductive-history. Diunduh
pada 3 Januari 2016 pukul 13.00.

Ignatavicius, D. D., & Workman., L., M.(2006). Medical Surgical Nursing: Critical
Thingking For Collaborative care. US. America: elsevier
Price, S., & Wilson L. M. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Edisi 6. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai