Anda di halaman 1dari 80

perpustakaan.uns.ac.

id

digilib.uns.ac.id

LAPORAN KHUSUS

PENERAPAN RISK MANAGEMENT DENGAN METODE JOB


SAFETY ANALYSIS (JSA) SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN
KECELAKAAN KERJA DI AREA COAL CRUSHING PLANT
(CCP) PT. MARUNDA GRAHAMINERAL LAUNG
TUHUP SITE KALIMANTAN TENGAH

Oleh:
Dzulfiqar Aziz Fauzan
NIM. R0008036

PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET


SURAKARTA
2011
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user
ii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user
iii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

ABSTRAK
PENERAPAN RISK MANAGEMENT DENGAN METODE JOB SAFETY
ANALYSIS (JSA) SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN
KERJA DI AREA COAL CRUSHING PLANT (CCP) PT. MARUNDA
GRAHAMINERAL LAUNG TUHUP SITE
KALIMANTAN TENGAH
Dzulfiqar Aziz Fauzan1, Sumardiyono2, dan Live Setyaningsih3
Tujuan : Area Coal Crushing Plant (CCP) termasuk area yang memiliki potensi
bahaya yang tinggi sehingga perlu dilakukan pencegahan agar segala potensi
bahaya dan resiko kecelakaan kerja dapat dikendalikan. Kecelakaan dapat terjadi
karena adanya unsafe condition dan unsafe action. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui gambaran penerapan risk management dengan metode Job
Safety Analysis (JSA) sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja.
Metode : Kerangka pemikiran penelitian ini adalah potensi bahaya dari segala
aktivitas di area Coal Crushing Plant (CCP) dimana di dalamnya terdapat resiko
kecelakaan kerja. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan yakni dengan penerapan
risk management dengan metode Job Safety Analysis (JSA). Hasil observasi ini
kemudian akan dievaluasi sehingga dapat ditentukan suatu upaya perbaikan
sehingga segala aktivitas di area Coal Crushing Plant (CCP) dapat berjalan
dengan aman.
Hasil : Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif yang
memberikan gambaran tentang penerapan risk management dengan metode Job
Safety Analysis (JSA) di area Coal Crushing Plant (CCP) sebagai upaya
pencegahan kecelakaan kerja. Pengambilan data dilakukan melalui observasi
langsung ke lapangan, wawancara kepada orang yang berkompeten di bidangnya
serta studi kepustakaan kemudian dibahas dengan membandingkannya dengan
Permenaker No. PER.05/MEN/1996 tentang Pedoman Penerapan SMK3.
Simpulan : Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan risk
management dengan metode Job Safety Analysis (JSA) belum dilaksanakan
dengan baik di area Coal Crushing Plant (CCP). Sehingga saran yang diberikan
adalah perlu adanya tindak lanjut dari Job Safety Analysis (JSA) yang ada, agar
dapat diterapakan dengan baik sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja.
Kata kunci: Manajemen Resiko, JSA, Pencegahan Kecelakaan Kerja.
Kepustakaan : 15, 1996-2010
1,

2,

3.

Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas


Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta

commit to user
iv

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR
$OKDPGXOLOODKLUDEELO DODPLQ, segala puja dan puji syukur tak hentihentinya penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayatNya yang tercurah untuk hamba-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan laporan
khusus dengan judul : Penerapan Risk Management dengan Metode Job
Safety Analysis (JSA) sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja di Area
Coal Crushing Plant (CCP) PT. Marunda Grahamineral Laung Tuhup Site
Kalimantan Tengah
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan
pendidikan yang penulis tempuh di Program Studi D.III Hiperkes dan
Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan laporan ini tidak
lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan
segala kerendahan hati perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., S. PD-KR-FINASIM selaku Dekan
pada periode 2011-2016 Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Bapak Prof. Dr. H. AA. Subijanto, dr, MS, selaku Dekan pada periode 20062011 Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak dr. Putu Suriyasa, MS, PKK, Sp.Ok, selaku Ketua Program D-III
Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret pada periode 2006-2011.
4. Bapak Sumardiyono, SKM, M.Kes., selaku Ketua Program D-III Hiperkes dan
Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret pada
periode 2011-2016, sekaligus sebagai Pembimbing I dalam penyusunan
laporan ini.
5. Ibu Live Setyaningsih, SKM. selaku Pembimbing II dalam penyusunan
laporan ini.
6. Bapak Ir. M. Samanhudi, selaku Mine Operator Manager PT. Marunda
Grahamineral terimakasih telah memperkenankan penulis melaksanakan
magang di PT. Marunda Grahamineral.
7. Bapak Meldianto Sandi, selaku HRD & GA Dept Head PT. Marunda
Grahamineral yang telah menerima penulis untuk melaksanakan magang di
PT. Marunda Grahamineral ini.
8. Bapak Ali Masruri selaku Safety Superintendent sekaligus pembimbing I dan
Bapak Arizal Said Fauzi selaku Safety Officer sekaligus pembimbing II di
perusahaan, terimakasih banyak atas bantuan dan bimbingannya.
9. Seluruh keluarga besar PT. Marunda Grahamineral yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu terimakasih atas bantuan, bimbingan dan sambutan
hangat yang diberikan selama penulis melaksanakan program magang.
10. Kedua orang tuaku, Anis Sigit Handayani dan Radite Riawanto, yang telah
memberikan banyak motivasi dan doa dalam menjalani hidup ini.

commit to user
v

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

11. Adik-adikku tercinta, Rumaisah, Achmad Habibi dan Dzikrina Syahidah, yang
telah memberi warna dalam hidup ini.
12. Segenap keluarga besar angkatan 2008, bangga menjadi bagian dari
kalLDQKita adalah Calon Orang-orang Besar Kawan
13. Keluarga besar CMC United, yang senantiasa menemani hari-hariku saat suka
maupun duka.
14. Dan semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan hingga
laporan ini bisa terselesaikan.
Penulis menyadari dalam penulisannya laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan
penulis demi penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini bisa bermanfaat
bagi penulis maupun pembaca.
Surakarta, 1 Juni 2011
Penulis,

Dzulfiqar Aziz Fauzan

commit to user
vi

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN .........................................

iii

ABSTRAK ................................................................................................

iv

KATA PENGANTAR ...............................................................................

DAFTAR ISI .............................................................................................

vii

DAFTAR TABEL .....................................................................................

ix

DAFTAR GAMBAR .................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................

xi

BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................

A. Latar Belakang Masalah .........................................................

B. Rumusan Masalah ...................................................................

C. Tujuan Penelitian ....................................................................

D. Manfaat Penelitian ..................................................................

BAB II. LANDASAN TEORI..................................................................

A. Tinjauan Pustaka ...................................................................

B. Kerangka Pemikiran ..............................................................

42

BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................

43

A. Metode Penelitian ..................................................................

43

B. Lokasi Penelitian ...................................................................

43

C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian .....................................

43

D. Sumber Data ..........................................................................

44

commit to user
vii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

E. Teknik Pengumpulan Data .....................................................

44

F. Pelaksanaan ...........................................................................

45

G. Analisa Data ..........................................................................

47

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................

48

A. Hasil Penelitian......................................................................

48

B. Pembahasan ...........................................................................

61

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................

67

A. Kesimpulan ...........................................................................

67

B. Saran .....................................................................................

68

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................

70

LAMPIRAN

commit to user
viii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Nilai Peluang ................................................................................

56

Tabel 2 : Nilai Keparahan ...........................................................................

56

Tabel 3 : Matrik Penetapan Risiko ..............................................................

57

Tabel 4 : Kategori Risiko, Nilai Risiko dan Kode Risiko .............................

58

Tabel 5 : Pengendalian Risiko .....................................................................

59

commit to user
ix

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Teori Domino ..............................................................................

Gambar 2: Teori Gunung Es .........................................................................

13

Gambar 3: Bagan Kerangka Pemikiran .........................................................

42

Gambar 4: Grafik Risiko ...............................................................................

55

commit to user
x

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

1.

Lampiran 1

Jadwal Rencana Kegiatan Magang

2.

Lampiran 2

Surat Keterangan Magang

3.

Lampiran 3

Kebijakan K3 PT. Marunda Grahamineral

4.

Lampiran 4

Daftar Presensi Mahasiswa Magang

5.

Lampiran 5

Standart Operating Procedure Identifikasi Bahaya dan


Penilaian Risiko

6.

Lampiran 6

Bagan alir coal crushing flow sheet PT. Marunda


Grahamineral

7.

Lampiran 7

Job Safety Analysis (JSA) di Area Coal Crushing Plant


(CCP)

commit to user
xi

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Program pembangunan di Indonesia telah membawa kemajuan pesat di
segala bidang kehidupan seperti sektor industri, jasa, properti, pertambangan,
transportasi, dan lainnya. Namun dibalik kemajuan tersebut ada harga yang
harus

dibayar

masyarakat

Indonesia,

yaitu

dampak

negatif

yang

ditimbulkannya, salah satu diantaranya adalah bencana seperti kecelakaan,


pencemaran, dan penyakit akibat kerja yang mengakibatkan ribuan orang
cidera setiap tahunnya.
Kondisi ini disebabkan karena kurang adanya manajemen risiko (risk
management) yang memadai, serta masih kurangnya kepedulian mengenai
penerapan ilmu keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Saat ini proses
pembangunan belum diimbangi dengan peningkatan kesadaran higiene
perusahaan, kesehatan dan keselamatan kerja. Sehingga bahaya dan resikonya
terus meningkat.
Manajemen risiko

(risk

management)

sangatlah penting

bagi

kelangsungan suatu usaha atau kegiatan. Karena jika di dalam suatu


perusahaan terjadi suatu bencana, seperti kebakaran atau kerusakan, maka
perusahaan akan mengalami kerugian yang sangat besar, yang dapat
menghambat, mengganggu bahkan menghancurkan kelangsungan usaha atau
kegiatan operasi. Manajemen risiko (risk management) merupakan alat untuk
melindungi perusahaan dari setiap kemungkinan yang merugikan.

commit to user
1

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Dalam aspek K3, kerugian berasal dari kejadian yang tidak diinginkan
yang timbul dari aktivitas organisasi. Dan tanpa menerapkan manajemen risiko
(risk management), maka perusahaan dihadapkan pada ketidakpastian.
Manajemen tidak mengetahui apa saja bahaya yang dapat terjadi dalam
organisasi atau perusahaannya, sehingga tidak mempersiapkan diri untuk
menghadapinya. Padahal pada setiap aktivitas yang dilakukan, tentunya
masing-masing mempunyai risiko.
Menurut Peter Drucker, prinsip bisnis yang baik adalah dengan
membuat perencanaan sebaik mungkin, namun juga bersiap-siap untuk
menghadapi kondisi terburuk. 3ODQQLQJ IRU WKH EHVW EXW SUHSDUH IRU WKH
ZRUVW
Upaya untuk pengendalian kecelakan kerja dan penyakit akibat kerja,
perlu adanya usaha untuk mengidentifikasi faktor-faktor/sumber-sumber
bahaya di tempat kerja dan dievaluasi risiko serta dilakukan upaya
pengendalian yang memadai. Dalam bidang K3 terdapat cara untuk
mengidentifikasi, menganalisa dan mengevaluasi faktor-faktor bahaya di
tempat kerja. Salah satu cara untuk mengidentifikasi bahaya adalah analisa
keselamatan kerja atau lebih dikenal dengan istilah Job Safety Analysis (Ramli,
2008).
PT. Marunda Grahamineral sebagai salah satu perusahaan Pemegang
Kontrak Perjanjian Kerjasama Perusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B)
yang tidak lepas dari faktor dan potensi bahaya dari proses produksinya,
berusaha menerapkan peraturan-peraturan yang berlaku melalui kebijakan
kesehatan dan keselamatan kerja. Hal ini tercermin dalam kebijakan kesehatan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

dan keselamatan kerja PT. Marunda Grahamineral Coal Project bahwa


melakukan semua tindakan yang bisa dilakukan untuk memastikan bahwa
standar-standar tertinggi kesehatan dan keselamatan kerja dijaga bagi semua
karyawan dan kontraktor merupakan cita-cita tertingginya, melalui penerapan
program K3 yang diwujudkan dalam berbagai macam program. Salah satunya
upaya

penerapan

Job

Safety

Analysis

(JSA)

sebagai

upaya

untuk

mengidentifikasi bahaya-bahaya yang terdapat di lingkungan kerja, beserta


cara pengendalian/penanggulangan guna mencegah kecelakaan dan penyakit
akibat kerja yang mungkin timbul dari suatu

pekerjaan (Marunda

Grahamineral, 2006).
Pembuatan

Job

Safety

Analysis,

selain

memberikan

tindakan

penanganan potensi bahaya juga dapat memberikan keuntungan lain kepada


manajemen. Dengan adanya penerapan Job Safety Analysis, seorang supervisor
dapat memberikan pelatihan tersendiri secara aman dengan prosedur yang
efisien bagi pekerja, mempermudah dalam memberikan instruksi kepada
pekerja baru yang akan melaksanakan pekerjaan dan risiko bahaya yang ada
dalam pekerjaan, serta dapat digunakan untuk mengkaji atau mempelajari
ulang apabila terjadi kecelakaan. Dengan adanya Job Safety Analysis, pekerja
dapat bekerja secara aman dan efisien, mengetahui bahaya yang ada dalam
pekerjaan dan tindakan pengendalianya, serta dapat meningkatkan pengetahuan
dan kesadaran akan pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Sehingga berdasarkan latar belakang tersebut penulis mengambil judul
3Hnerapan Risk Management dengan Metode Job Safety Analysis sebagai

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja di Area Coal Crushing Plant PT.


Marunda Grahamineral Laung Tuhup Site.DOLPDQWDQ7HQJDK

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, didapatkan rumusan masalah yaitu
bagaimana pelaksanaan manajemen risiko (risk management) dengan
menggunakan metode Job Safety Analysis (JSA) di PT. Marunda Grahamineral,
Kalimantan Tengah.

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah PT. Marunda Grahamineral telah berkomitmen
dalam menerapkan keselamatan kerja, termasuk dalam melaksanakan
manajemen risiko dengan metode Job Safety Analysis (JSA).
2. Untuk mengetahui bagaimana cara melakukan risk management dengan
menggunakan metode Job Safety Analysis (JSA).
3.

Untuk mengetahui apakah penerapan dan pelaksanaan pembuatan JSA di


Area Coal Crushing Plant PT. Marunda Grahamineral sudah sesuai
dengan Permenaker No. PER.05/MEN/1996 tentang Pedoman Penerapan
SMK3.

4.

Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan sistem risk management yang


sudah diimplementasikan di PT. Marunda Graha Mineral.

5.

Untuk mengetahui apakah sudah ada pengendalian terhadap potensi dan


faktor bahaya yang ada di PT. Marunda Grahamineral.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara
lain :
1.

Bagi Perusahaan
Diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan masukan bagi
perusahaan dan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi, khususnya
mengenai Manajemen Risiko dengan metode Job Safety Analysis di Area
Crusher Coal Plant PT. Marunda Grahamineral.

2.

Bagi Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja


Untuk menambah kepustakaan tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, khususnya mengenai manajemen risiko dengan metode Job Safety
Analysis di Area Crusher Coal Plant PT. Marunda Grahamineral.

3.

Bagi Penulis
Untuk menambah pengetahuan dan mendalami wawasan tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Marunda Grahamineral
khususnya yang berhubungan tentang manajemen risiko dengan metode
Job Safety Analysis.

4.

Bagi Pembaca
Diharapkan menjadi informasi bagaimana pelaksanaan manajemen
risiko dengan Job Safety Analysis terhadap potensi bahaya dan
mengendalikan risiko di tempat kerja atau perusahaan.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Tempat Kerja
Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja pasal 1 ayat 1, yang dimaksud tempat kerja adalah tiap ruangan atau
lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja
bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha
dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya. Termasuk tempat
kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang
merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja
tersebut. Oleh karena pada tiap tempat kerja terdapat sumber bahaya maka
pemerintah mengatur keselamatan kerja baik di darat, di tanah, di
permukaan air, di dalam air, maupun di udara yang berada di wilayah
kekuasaan hukum Republik Indonesia. Ketentuan tersebut berlaku dalam
tempat kerja, yang merupakan tempat-tempat :
a. Dibuat, dicoba, dipakai, atau dipergunakan mesin, pesawat, alat,
perkakas,

peralatan

atau

instalasi

yang

berbahaya

atau

dapat

menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan.


b. Dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut atau
disimpan bahan atau barang yang dapat meledak, mudah terbakar,
menggigit atau beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi.

commit to user
6

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

c. Dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau


pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk bangunan
pengairan, saluran atau terowongan di bawah tanah dan sebagainya atau
dilakukan pekerjaan persiapan.
d. Dilakukan usaha pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan
hutan, pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan,
lapangan kesehatan.
e. Dilakukan usaha pertambangan, dan pengolahan emas, perak, logam atau
bijih logam lainnya, batuan-batuan, gas, minyak atau mineral lainnya
baik di permukaan atau di dalam bumi, maupun di dasar perairan.
f. Dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia baik di daratan,
melalui terowongan, di permukaan air, dalam air maupun di udara.
g. Dikerjakan bongkar muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga, dok,
stasiun atau gudang.
h. Dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain di dalam
air.
i. Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah atau
perairan.
j. Dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau
yang rendah.
k. Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah,
kejatuhan, terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok, hanyut
atau terpelanting.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

l. Dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lubang.


m. Terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api, asap, uap,
gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran.
n. Dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah.
o. Dilakukan pemancaran, penyinaran atau penerimaan radio, radar, televisi
atau telepon.
p. Dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset
(penelitian) yang menggunakan alat tehnis.
q. Dibangkitkan, dirubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau
disalurkan listrik, gas, minyak atau air.
r. Diputar filem, dipertunjukkan sandiwara atau diselenggarakan rekreasi
lainnya yang memakai peralatan, instalasi listrik atau mekanik.
(Pungky, 2004)
2. Kecelakaan Kerja
Suatu industri sangat tidak menginginkan terjadi kecelakaan kerja
di lingkungan kerjanya, karena dapat menghancurkan reputasi perusahaannya. Definisi dari kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan
WLGDNGLLQJLQNDQ 6XPDPXU1996), definisi lain adalah suatu peristiwa atau
kejadian yang tidak diinginkan, yang mengakibatkan cidera pada manusia
kerusakan pada harta benda atau kerugian pada proses produksi (Frank. E.
Bird, 2007).
Pada dasarnya kecelakaan disebabkan oleh dua hal yaitu tindakan
manusia yang tidak aman (unsafe act) dan keadaan lingkungan yang tidak

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

aman (unsafe condition). Dari penyelidikan-penyelidikan, ternyata faktor


manusia dalam timbulnya kecelakaan sangat penting. Selalu ditemui dari
hasil-hasil penelitian, bahwa 80-85% kecelakaan disebabkan oleh kelalaian
atau kesalahan manusia. Bahkan ada suatu pendapat, bahwa akhirnya
langsung atau tidak langsung semua kecelakaan adalah dikarenakan faktor
manusia. Kurang kendali dari sistem manajemen merupakan sebab utama
terjadinya kecelakaan (Frank. E. Bird dan Jr. George L Jerman, 2007).
Untuk mengetahui lebih dalam mengenai penyebab terjadinya suatu
kecelakaan, banyak para praktisi yang memperkenalkan teori loss causation
model (model penyebab kerugian). Salah satu model teori domino yang
diperkenalkan oleh International Loss Control Institut (ILCI). Dalam teori
sederhana ini dinyatakan bahwa kecelakaan tidak datang dengan sendirinya,
ada serangkaian peristiwa sebelumnya yang mendahului adanya suatu
kecelakaan, dalam teori ini rangkaian peristiwa tersebut digambarkan
sebagai rangkaian kartu domino.
Rangkaian kartu domino berikut ini menggambarkan hubungan
manajemen secara langsung dengan sebab dan akibat dari suatu kejadian
yang dapat menurunkan prestasi dari suatu kegiatan produksi.
Lack of
Control

Basic

Immadiate

Casual

Causes

inciden

Loss

Gambar. 1 Teori domino


Untuk lebih detailnya, diagram alur tersebut dapat dijabarkan
sebagai berikut ini :

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

10

a. Kurangnya Sistem Pengendalian (Lack of Control)


Kurangnya kontrol merupakan urutan pertama menuju terjadinya
kecelakaan yang dapat mengakibatkan kerugian. Kontrol merupakan
salah satu fungsi utama dari manajemen yaitu: Planning, Organizing,
Leading, dan Controling.
Tanpa manajemen pengendalian yang kuat, penyebab kecelakaan
dan rangkaian efek akan dimulai dan memicu faktor penyebab kerugian.
Kurangnya pengendalian dapat disebabkan karena faktor :
1) Program yang tidak memadai
2) Standar program yang tidak memadai.
3) Tidak memenuhi standar.
Domino pertama akan jatuh pada pihak manajemen yang tidak mampu
mengorganisasi, memimpin dan mengontrol pekerja dalam memenuhi
standar yang telah di tentukan (Rudi, 2007).
b. Penyebab Dasar (Basic Cause)
Dari adanya kontrol yang tidak memadai akan menyebabkan
timbulnya peluang pada penyebab dasar dari kejadian yang menyebabkan
kerugian.
Penyebab dasar terdiri dari :
1) Faktor manusia
Kurangnya

kemampuan

fisik

atau

mental,

kurangnya

pengetahuan, keterampilan, stress atau tegang, atau motivasi yang


keliru.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

11

2) Faktor pekerjaan
Adanya standar kerja tidak cukup, rancang bangun dan pemeliharaan
yang tidak memadai, standar pembelian yang kurang atau lain-lain
(Suardi, 2007).
c. Penyebab Langsung (Immediate Cause)
Jika penyebab dasar terjadi, maka terbuka peluang untuk menjadi
tindakan dan kondisi tidak aman. Menurut Heinrich dalam Dasar-Dasar
K3 (2007), menyebutkan bahwa 88% kecelakaan diakibatkan oleh
tindakan yang tidak aman, 10% karena kondisi yang tidak aman dan 2%
disebabkan oleh faktor yang tidak disebutkan.
1) Tindakan tidak aman (Unsafe Act)
Tindakan tidak aman adalah pelanggaran terhadap cara kerja
yang aman yang mempunyai resiko terjadinya kecelakaan, antara lain:
a) Menjalankan sesuatu tanpa izin.
b) Gagal mengingat atau mengamankan.
c) Menjalankan sesuatu peralatan dengan kecepatan yang tidak sesuai.
d) Tidak menggunakan alat-alat keselamatan kerja.
e) Menggunakan peralatan dangan cara tidak benar.
f) Tidak menggunakan alat pelindung diri.
g) Cara memuat dan membongkar tidak benar.
h) Cara mengangkat yang tidak benar.
i) Posisi yang tidak betul.
j) Menggunakan peralatan yang rusak.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

12

2) Kondisi tidak aman (Unsafe Condition)


Adalah kondisi fisik yang berbahaya dan keadaan yang
berbahaya yang langsung membuka peluang terjadinya kecelakaan,
antara lain :
a) Pengaman atau pelindung yang tidak cukup.
b) Alat, peralatan atau bahan yang rusak.
c) Penyumbatan .
d) Sistem peringatan yang tidak memadai.
e) Bahaya kebakaran dan peledakan.
f) Kurang bersih.
g) Kondisi yang berbahaya seperti : debu, gas, uap.
h) Kebisingan yang berlebih.
i) Kurangnya ventilasi dan penerangan.
(Suardi, 2007)
d. Kejadian (Incident)
Bila tindakan atau kondisi tidak aman tersebut tidak dilakukan
kontrol maka akan menyebabkan insiden. Insiden adalah kejadian yang
tidak di inginkan, dalam keadaan yang sedikit berbeda dapat
mengakibatkan bahaya fisik terhadap manusia, kerusakan harta benda
atau terganggunya suatu proses, atau bisa dikatakan bahwa insiden
adalah suatu kondisi yang dapat menyebabkan hampir terjadinya suatu
kerugian meskipun kondisi bahaya belum benar-benar terjadi. Insiden
dapat menyebabkan cidera fisik atau kerusakan benda digolongkan sesuai
dengan tipe-tipe kecelakaan yang terjadi, seperti: terjatuh, terbentur,

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

13

terpeleset, terperangkap, terkena listrik, panas, dingin, kebisingan dan


bahaya lainya (Suardi, 2007).
e. Kerugian (Loss)
Keseluruhan urutan di atas apabila terjadi, maka akan
menyebabkan adanya kerugian terhadap manusia, harta benda dan akan
mempengaruhi produktifitas dan kualitas kerja.
Kecelakaan akan mengakibatkan cidera dan atau mati, kerugian
harta benda bahkan sangat mempengaruhi moral pekerja termasuk
keluarganya.
Biaya yang timbul sebagai akibat kecelakaan dapat digambarkan
seperti Gunung es yang kemudian sering disebut Teori Gunung Es yang
artinya biaya langsung sebagai bongkahan gunung es yang terlihat pada
pemukaan laut, sedang biaya tidak langsung yaitu bongkahan gunung es
yang berada dibawah permukaan laut yang jauh lebih besar.

Gambar 2. Teori Gunung Es

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

14

Dari kecelakaan yang ditimbulkan dapat diketahui kerugian yang


dicapai baik ekonomi maupun non ekonomi. Kerugian ekonomi dapat
berupa biaya langsung dan biaya tidak langsung.
1) Biaya Langsung meliputi :
a) Biaya perawatan dokter
b) Biaya kompensasi
2) Biaya tidak langsung meliputi :
a) Kerusakan dan kerugian harta benda, meliputi :
(1) Biaya kerusakan bangunan
(2) Biaya kerusakan perkakas
(3) Biaya kerusakan hasil produksi dan material
(4) Gangguan dan keterlambatan produksi
(5) Biaya untuk pemenuhan aturan
(6) Biaya untuk peralatan gawat darurat.
(7) Biaya sewa peralatan
(8) Waktu untuk penyelidikan
b) Biaya lain terdiri dari :
(1) Gaji selama tidak bekerja
(2) Biaya pergantian serta pelatihan.
(3) Lembur.
(4) Ekstra waktu untuk Supervisor.
(5) Penurunan hasil kerja bagi yang celaka sewaktu memulai kerja
(Suardi, 2007)

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

15

3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Keselamatan Kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin,
pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja
dan lingkungannya serta cara-FDUDPHODNXNDQSHNHUMDDQ 6XPDPXU 
Kesehatan

Kerja

adalah

spesialisasi

dalam

Ilmu

Kesehatan/Kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar para


pekerja/masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggitingginya, baik fisik, atau mental, maupun sosial, dengan usaha-usaha
preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit/gangguan-gangguan
kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja,
serta terhadap penyakit-SHQ\DNLWXPXP 6XPDPXU .
Untuk menghindari terjadinya suatu kecelakaan diperlukan suatu
unsur pengaturan terhadap seluruh unsur di perusahaan yang terintregrasi
oleh seluruh pihak perusahaan yang melibatkan keterkaitan unsur tersebut
dalam menimbulkan suatu kondisi dengan potensi yang dapat menimbulkan
kecelakaan.

Pengaturan

tersebut

merupakan

wujud

dari

program

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang harus menjadi komitmen


setiap perusahaan. Untuk mendorong agar perusahaan menerapkan program
K3 tersebut maka pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 1 Tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja Bab III pasal 3 mengenai syarat-syarat
keselamatan kerja yang menyatakan bahwa dengan peraturan perundangan
ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja, antara lain :
Point A.

Mencegah dan mengurangi kecelakaan.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

16

Point M.

Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat, lingkungan,


cara kerja dan prosedur kerja.

Point R.

Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada


pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah
tinggi.

Bab V Tentang pembinaan, pasal 9 point 1.d bahwa pengurus wajib


menunjukkan dan menjelaskan pada pekerja tentang cara-cara dan sikap
yang aman dalam melaksanakan pekerjaan, serta point 3 mengenai
kewajiban manajemen untuk melakukan Pembinaan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang berlaku di tempat kerja.
Undang-undang tersebut ditambah dengan Peraturan Menteri Tenaga
Kerja RI, No. PER.05/MEN/1996, point 2 tentang perencanaan yang
menyatakan bahwa identifikasi bahaya, penilaian risiko dari kegiatan
produksi barang dan jasa harus dipertimbangkan saat merumuskan rencana
kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang harus ditetapkan dan
dipelihara prosedurnya (Pungky, 2004).
4. Manajemen Risiko
Risiko

adalah

kemungkinan

(probability)

terjadinya

suatu

kecelakaan (cidera dan atau kerusakan) terhadap manusia, peralatan dan


atau

lingkungan

yang

terpapar

didalam

Grahamineral, 2010).

commit to user

suatu

bahaya

(Marunda

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

17

Bahaya adalah sumber atau situasi yang berpotensi menyebabkan


kerusakan /cidera (kecelakaan) pada manusia, peralatan dan lingkungan
(Marunda Grahamineral, 2010).
Risiko bisa terjadi dikarenakan adanya peluang sesuatu terjadi yang
akan berpengaruh terhadap tujuan dan Risiko terukur dari kemungkinan
terjadi dan konsekwensi yang ditimbulkan (AS/NZS 4360. 1995).
Manajemen risiko adalah suatu proses atau perencanaan identifikasi,
penilaian, dan prioritas risiko diikuti dengan koordinasi dan aplikasi
ekonomis sumber daya yang ada untuk mengurangi, memonitor, dan
mengendalikan probabilitas dan atau dampak dari severitas atau untuk
memaksimalkan realisasi peluang. (ISO / IEC Guide 73:2009).
Menurut OHSAS 18001:2007, manajemen K3 adalah upaya terpadu
untuk mengelola risiko yang ada dalam aktivitas perusahaan yang dapat
mengakibatkan cedera pada manusia, kerusakan atau gangguan terhadap
bisnis perusahaan. Karena itu salah satu klausul dalam siklus manajemen K3
adalah mengenai manajemen risiko. Manajemen resiko terbagi atas 3 bagian
yaitu hazard identification, risk assesment, dan risk control.
Manajemen risiko (Risk Management) adalah suatu upaya mengelola
risiko untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara
komprehensif, terencana, dan terstruktur dalam suatu kesisteman yang baik.
Menurut teori domino kecelakaan tidak timbul dengan sendirinya, akan
tetapi ada serangkaian peristiwa yang sebelumnya mendahului atau menjadi
faktor penyebab atau pemicu terjadinya kecelakaan. Oleh karena itu

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

18

manajemen risiko sangat diperlukan untuk mencari atau mengidentifikasi


faktor penyebab terjadinya risiko kecelakaan agar faktor penyebab atau
pemicu dapat segera diatasi. Manajemen risiko sangat berkaitan sekali
dengan bahaya dan risiko yang ada di tempat kerja, dimana bahaya dan
risiko tersebut dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Apabila dalam
suatu perusahaan tidak ada manajemen risiko yang baik, kemungkinan besar
perusahaan akan mengalami kesalahan dalam sistem pengendalian risiko,
yang berdampak pada kerugian perusahaan.
Untuk meraih semua itu maka dibutuhkan sistem manajemen risiko
yang sangat baik di dalam perusahaan. Dalam pelaksanaannya untuk
mewujudkan sistem manajemen risiko yang baik, maka harus melalui
beberapa tahapan, yaitu :
a. Identifikasi Bahaya (Hazard Identification)
Identifikasi

bahaya

merupakan

upaya

sistematis

untuk

mengetahui adanya bahaya dalam aktivitas organisasi. Menurut Stuart


Hawthorn I. Eng., M.I. Plant E. dalam buku Risk Management Process,
cara sederhana melakukan identifikasi bahaya adalah dengan melakukan
pengamatan lapangan secara langsung. Ada 3 pertanyaan yang dapat
dipakai sebagai pendahuluan :
1) Apakah ada sumber untuk menimbulkan cedera/loss?
Sumber potensi bahaya merupakan faktor penyebab kerja yang
dapat ditentukan dan dikendalikan. Sumber-sumber bahaya berasal
dari :

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

19

a) Bangunan, Peralatan dan Instalasi


Di dalam bangunan suatu tempat kerja perlu di perhatikan
masalah kontruksi dan desain. Hal tersebut dimaksudkan agar
tempat kerja yang dibangun dapat menjamin keselamatan dan
kesehatan bagi setiap pekerja dan orang lain yang bekerja di tempat
kerja, baik dari segi penerangan, ventilasi, ergonomi, jalan dan
persimpangan harus beri marka yang jelas. Begitu juga penempatan
rambu-rambu pada bagian yang membutuhkan. Tersedianya jalan
untuk menyelamatkan diri dan dibutuhkan lebih dari satu pada sisi
yang berlawanan. Pintu harus membuka keluar guna memudahkan
dalam melakukan penyelamatan diri.
Suatu proses produksi tidak lepas dari penggunakan
peralatan yang berguna untuk menunjang kegiatan produksi, dan
dalam penggunaanya sudah pasti akan menimbulkan potensi
bahaya

yang

apabila

tidak

digunakan

secara

baik

akan

menimbulkan bermacam-macam bahaya.


Untuk memastikan suatu peralatan aman dipakai maka
diperlukan alat pengaman yang diatur oleh peraturan-perturan
dibidang

keselamatan

kerja.

Untuk

peralatan

yang

rumit

pengoperasianya perlu disediakan operation manual dan suatu


petunjuk sebagai daftar periksa (cheklist).
b) Bahan
Karakteristik bahan yang ditimbulkan dari suatu bahan
tergantung dari sifat bahan, antara lain :

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

20

(1) Mudah terbakar.


(2) Mudah meledak.
(3) Menimbulkan energi.
(4) Menimbulkan kerusakaan pada kulit dan jaringan tubuh.
(5) Menyebabkan kanker.
(6) Menyebabkan kelainan pada janin.
(7) Bersifat racun.
(8) Radioaktif.
Selain resiko yang berbeda-beda, setiap bahan mempunyai
intensitas atau tingkat bahaya yang berbeda, misalnya pengaruh
dari suatu bahan kimia ada yang akut dan ada yang kronis. Untuk
mengetahui setiap karakteristik suatu bahan dan penanganannya
dibuat MSDS (Material Safety Data Sheet) sebagai alat informasi
kepada tenaga kerja agar dapat mengenali karakteristik dan cara
penanganan bahan-bahan kimia tersebut.
c) Proses
Bahaya yang timbul dari faktor proses tergantung dari
teknologi

yang

dipakai.

Proses

yang

dilakukan

dengan

menggunakan peralatan sederhana dan peralatan yang komplek/


rumit mempunyai potensi bahaya yang berbeda. Dalam suatau
proses sering digunakan faktor tambahan yang dapat memperbesar
faktor risiko bahaya. Dari proses produksi terkadang timbul debu,
asap, panas, bising, dan bahaya mekanis seperti tangan terjepit,

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

21

terpotong,

memar,

tertimpa

bahan.

Hal

tersebut

dapat

mengakibatkan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.


d) Cara kerja
Cara kerja mempunyai efek bahaya baik terhadap karyawan
sendiri atau orang yang berada di sekitar. Cara kerja yang
dimaksud antara lain :
(1) Cara mengangkat dan mengangkut, apabila terjadi kesalahan
akan mengakibatkan cidera (umumnya cidera tulang belakang).
(2) Cara kerja yang salah dapat menyebabkan hamburan pertikel
(debu, serbuk logam), percikan api serta tumpahan bahan
kimia.
(3) Memakai alat pelindung diri yang tidak semestinya dan cara
pemakaian yang salah.
e) Lingkungan kerja
Terdiri atas :
(1) Fisik
(a) Temperatur
Kondisi tempat kerja yang terlalu panas dapat
menyebabkan tenaga kerja cepat lelah, karena kehilangan
cairan dan garam dalam tubuh. Bila suhu lingkungan/tempat
kerja berlebih maka suhu tubuh akan meningkat yang akan
menyebabkan

gangguan

kesehatan

dan

hilangnya

konsentrasi. Sedangkan untuk suhu yang dingin akan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

22

menyebabkan tenaga kerja mudah sakit, karena daya tahan


tubuh menurun.
(b) Kebisingan
Kebisingan adalah suara yang tidak diinginkan atau
suara yang intensitasnya melebihi Nilai Ambang Batas
(NAB) yaitu sekitar 85 dB selama 8 jam sehari atau 40 jam
perminggu. Dengan kondisi melebihi NAB secara tidak
langsung akan mempengaruhi alat pendengaran, gangguan
komunikasi, konsentrasi dan ganguan fisik. Pada awalnya
gangguan tersebut bersifat sementara tapi kemudian
berubah menjadi permanen.
(c) Penerangan
Penerangan yang intensitasnya kurang memadai atau
menyilaukan akan menyebabkan kelelahan pada mata yang
pada akhirnya akan menyebabkan rasa kantuk dan hal ini
dapat menyebabkan kecelakaan pada operator.
(d) Getaran
Getaran yang berlebih akan dapat menyebabkan
kelainan pada sistem peradaran darah, saraf, sendi dan
tulang punggung.
(e) Radiasi
Radiasi dapat menyebabkan kelainan pada tubuh dan
dapat menaikan suhu tubuh sehingga akan menimbulkan
hal-hal seperti efek panas.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

23

(2) Kimia
Sumber bahaya yang bersifat kimia yang berasal dari
bahan-bahan yang di pakai maupun yang digunakan selama
proses produksi yang terhambur, tercecer ke lingkungan kerja
akibat dari instalasi dan penanganan yang kurang memadai.
Sumber bahan kimia dapat mengakibatkan gangguan lokal dan
sistematik. Gejala yang timbul dapat bersifat akut dan kronis.
(3) Biologis
Sumber bahaya yang dapat menyebabkan gangguan
kesehatan/penyakit akibat kerja atau penyakit umum. Sumber
bahaya biologis dapat berupa jasad renik, gangguan serangga
dan gangguan lain.
(4) Psikologis
Ganguan psikologis dapat terjadi karena adaya pressure
ditempat kerja, hubungan kerja yang tidak harmonis. Gangguan
ini dapat berupa gangguan fisik (tekanan darah, stres, dan
sebagainya).
(5) Fisiologis
Gangguan ini bersifat faal dapat diakibatkan karena
overload dan peralatan yang tidak sesuai atau tidak serasi
dangan tenaga kerja.
2) Target apa saja yang terkena/terpengaruh bahaya?
Target yang mungkin terkena/terpengaruh sumber bahaya;
a) Manusia
b) Produk

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

24

c) Peralatan/fasilitas
d) Lingkungan
e) Proses (downtime)
f) Reputasi
3) Bagaimana mekanisme cedera/loss dapat timbul?
Mekanisme cedera/loss dapat timbul :
a) Jatuh dari (elevansi sama dan berbeda)
b) Tertimpa/terkena benda jatuh
c) Terbentur/tertabrak
d) Terjebak/terjepit
e) Mengeluarkan tenaga berlebihan
f) Terpapar/kontak dengan suhu berlebihan
g) Terpapar/kontak dengan arus listrik
h) Terpapar/kontak dengan bahan berbahaya
(Ramli, 2009)
Identifikasi bahaya adalah suatu tekhnik komprehensif untuk
mengetahui potensi bahaya yang ada dari suatu bahan, alat, atau sistem.
Tekhnik identifikasi bahaya ada berbagai macam yang dapat di
klasifikasikan atas :
1) Metoda pasif
Bahaya dapat dikenal dengan mudah jika kita mengalaminya
sendiri secara langsung. Seseorang akan mengetahui adanya bahaya
lobang dijalan setelah tersandung atau terperosok kedalamnya. Namun

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

25

metoda ini sangat rawan, karena tidak semua bahaya dapat


menunjukkan eksistensinya sehingga dapat terlihat.
2) Metoda semi proaktif
Metoda ini disebut juga belajar dari pengalaman orang lain
karena kita tidak perlu mengalaminya sendiri. Metoda ini lebih baik
karena tidak perlu mengalaminya sendiri setelah itu baru mengetahui
adanya bahaya, namun metoda ini juga kurang efektif kareana :
a) Tidak semua bahaya telah diketahui atau pernah menimbulkan
dampak kejadian kecelakaan.
b) Tidak semua kejadian dilaporkan atau diinformasikan kepada
pihak laim untuk diambil sebagai pelajaran
c) Kecelakaan telah terjadi yang berarti tetap menimbulkan kerugian,
walaupun menimpa pihak lain.
3) Metoda Proaktif
Metoda terbaik untuk mengidentifikasi bahaya adalah cara
proaktif atau mencari bahaya sebelum bahaya tersebut menimbulkan
akibat atau dampak yang merugikan. Tindakan proaktif memiliki
kelebihan :
a) Bersifat

preventif

karena

bahaya

dikendalikan

sebelum

menimbulkan kecelakaan atau cedera.


b) Bersifat peningkatan berkelanjutan (continual improvement) karena
dengan mengenal bahaya dapat dilakukan upaya-upaya perbaikan.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

26

c) Meningkatkan kepedulian (awareness) semua pekerjaan setelah


mengetahui dan mengenal adanya bahaya disekitar tempat
kerjanya.
d) Mencegah pemborosan yang tidak diinginkan, karena adanya
bahaya dapat menimbulkan kerugian.
Dewasa ini telah berkembang berbagai macam tekhnk
identifikasi bahaya yang bersifat proaktif antara lain :
1) Daftar periksa dan audit atau inspeksi K3
2) Analisa bahaya awal
3) Analisa pohon kegagalan
4) Analisa what if
5) Analisa Modal Kegagalan dan efek
6) Hazops (Hazard and Operability study)
7) Analisa Keselamatan Kerja (Job Safety Analysis)
8) Analisa Risiko Pekerjaan (Task Risk Analysis)
(Ramli, 2009)
Identifikasi

bahaya

memberikan

berbagai

manfaat

bagi

perusahaan antara lain :


1) Mengurangi peluang kecelakaan
Identifikasi bahaya dapat mengurangi peluang terjadinya
kecelakaan, karena identifikasi bahaya berkaitan dengan faktor
penyebab kecelakaan. Dengan identifikasi bahaya maka berbagai
sumber bahaya yang merupakan pemicu kecelakaan dapat diketahui

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

27

dan kemudian dihilangkan, sehingga kemungkinan kecelakaan dapat


ditekan.
2) Untuk

memberikan pemahaman

bagi

semua pihak (pekerja,

manajemen ataupun semua pihak yang terkait) mengenai potensi


bahaya dari aktivitas perusahaan, sehingga dapat meningkatkan
kewaspadaan dalam menjalankan operasi perusahaan.
3) Sebagai landasan sekaligus masukan untuk menentukan strategi
pencegahan dan pengamanan yang tepat dan efektif. Dengan
mengenal bahaya yang ada, manajemen dapat menentukan skala
prioritas penanganannya sesuai dengan tingkat resikonya, sehingga
diharapkan hasilnya akan lebih efektif.
4) Memberikan informasi yang terdokumentasi mengenai sumber bahaya
dalam perusahaan kepada semua pihak khususnya pemangku
kepentingan. Dengan demikian mereka dapat memperoleh gambaran
mengenai resiko suatu usaha yang dilakukan (Ramli, 2009)
b. Penilaian Risiko (Risk Assessment)
Penilaian resiko adalah upaya untuk menghitung besarnya suatu
resiko dan menetapkan apakah resiko tersebut dapat diterima atau tidak.
Penilaian risiko (Risk Assessment) mencakup dua tahapan proses yaitu :
1) Analisa Risiko (Risk Analysis)
Analisa risiko (Risk Analysis) adalah untuk menentukan
besarnya

suatu

risiko

yang

mempunyai

commit to user

kombinasi

antara

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

28

kemungkinan

terjadinya

(kemungkinan

atau

likelihood)

dan

keparahan bila risiko tersebut terjadi (severity atau consequences).


2) Evaluasi Risiko (Risk Evaluation)
Evaluasi risiko (Risk Evaluation) adalah untuk menilai apakah
resiko tersebut dapat diterima atau tidak dan untuk menentukan
prioritas risiko.
Peringkat risiko sangat penting sebagai alat manajemen untuk
dapat mengambil keputusan. Melalui peringkat resiko manajemen
dapat menentukan skala prioritas dalam penanganan segala risiko
yang ada.
c. Pengendalian Risiko (Risk Control)
Menurut ILO dalam Dasar-Dasar K3 (2007), langkah-langkah
penanggulangan kecelakaan kerja dapat dilakukan dengan :
1) Peraturan perundang-undangan
Ketentuan dan syarat K3 mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan, tehnik dan teknologi; penerapan ketentuan dan syarat
K3

sejak tahap

rekayasa; penyelenggaraan pengawasan dan

pemantauan pelaksanaan K3.


2) Standarisasi
Standar K3 maju akan menentukan tingkat kemajuan
pelaksanaan K3.
3) Inspeksi
Suatu kegiatan pembuktian sejauh mana kondisi tempat kerja
masih memenuhi ketentuan dan persyaratan K3.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

29

4) Riset teknis, medis, psikologis dan statistik


Riset/ penelitian untuk menunjang tingkat kemajuan bidang K3
sesuai perkembangan ilmu pengetahuan, tehnik dan teknologi.
5) Pendidikan dan latihan
Peningkatan kesadaran, kualitas pengetahuan dan ketrampilan
K3 bagi tenaga kerja.
6) Persuasi
Cara penyuluhan dan pendekatan di bidang K3, bukan melalui
penerapan dan pemaksaan melalui sanksi-sanksi.
7) Asuransi
Insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan
dengan pembayaran premi yang lebih rendah terhadap perusahaan
yang memenuhi syarat K3.
8) Penerapan K3 di tempat kerja
Langkah-langkah pengaplikasikan di tempat kerja dalam upaya
memenuhi syarat-syarat K3 di tempat kerja.
Pendekatan yang paling sering dipakai dan yang dianjurkan
dalam perundangan dalam pengendalian kecelakaan adalah dengan
menggunakan hirarki pengendalian, yaitu sebagai berikut :
1) Eliminasi
Eliminasi

merupakan

langkah

memodifikasi

atau

menghilangkan metode, bahan ataupun proses untuk menghilangkan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

30

bahaya secara keseluruhan (nol). Efektifitas dari eliminasi ini adalah


100%, artinya dapat menghilangkan bahaya sampai pada titik nol.
2) Substitusi
Subtitusi merupakan penggantian material, bahan, proses yang
mempunyai nilai risiko yang tinggi dengan yang mempunyai nilai
risiko lebih kecil.
3) Isolasi
Isolasi yaitu memisahkan bahaya dari manusia dengan pagar,
ruang atau pemisah waktu. Perubahan struktural dilakukan terhadap
lingkungan kerja atau proses kerja untuk menghambat atau menutup
jalannya transmisi pekerja dan bahan. Untuk itu dipergunakan room
control, penjaga mesin, penutup bahaya, penggunaan ventilasi
penghisap dan alat untuk penanganan manual.
4) Administrasi
Pengendalian

administratif

dengan

mengurangi

atau

menghilangkan kandungan bahaya dengan memenuhi prosedur atau


instruksi. Pengendalian tersebut diantaranya adalah mengurangi
pemaparan terhadap kandungan bahaya dengan pergiliran atau
perputaran kerja (job rotation), sistem ijin kerja atau hanya dengan
menggunakan tanda bahaya. Pengendalian administratif tergantung
pada perilaku manusia untuk mencapai keberhasilan.
5) Alat Pelindung Diri (APD)
Alat pelindung diri dikenakan oleh pekerja sebagai pelindung
terhadap bahaya. Dengan memberikan alat pengaman ini dapat

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

31

mengurangi keparahan risiko yang timbul. Keberhasilan pengendalian


ini tergantung dari alat pelindung diri yang dikenakan itu sendiri,
artinya alat yang digunakan haruslah sesuai dan dipilih dengan benar.
Dalam melakukan pengendalian risiko kecelakaan ini, maka dapat
ditentukan jenis pengendalian terhadap bahaya tersebut dengan
mempertimbangkan tingkat paling atas dari hirarki pengendalian, jika
tingkat atas tidak dapat dipenuhi maka melakukan upaya tingkat
pengendalian selanjutnya, demikian seterusnya sehingga pengendalian
risiko kecelakaan dilakukan berdasarkan hirarki pengendalian. Akan
tetapi mungkin juga dapat dilakukan upaya-upaya gabungan dari
pengendalian tersebut untuk mencapai tingkat pengendalian risiko yang
diinginkan, yaitu dengan :
1) Pemantauan dan Tinjauan Ulang
Setelah rencana tindakan pengendalian risiko dilakukan maka
selanjutnya perlu dipantau ulang apakah tindakan tersebut sudah
efektif atau belum. Bentuk pemantauan antara lain :
a) Inspeksi K3
b) Pemantauan Lingkungan
c) Audit
2) Komunikasi dan Konsultasi
Hasil manajemen risiko harus dikomunikasikan dan diketahui
oleh semua pihak yang berkepentingan sehingga akan memberikan
manfaat dan keuntungan bagi semua. Manajemen harus memperoleh

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

32

informasi yang jelas mengenai semua resiko yang ada di bawah


kendalinya. Demikian pula dengan para pekerja, perlu diberi informasi
mengenai semua potensi yang ada di tempat kerjanya sehingga
mereka bias melakukan pekerjaan atau kegiatannya dengan aman.
Pihak lainpun, seperti pemasok, kontraktor, dan masyarakat sekitar
aktivitas perusahaan juga perlu mendapat informasi yang jelas tentang
kegiatan perusahaan dan potensi bahaya yang dapat timbul dan akan
membawa pengaruh terhadap keselamatannya. Komunikasi yang
digunakan dapat berupa edaran, petunjuk praktis, forum komunikasi,
buku panduan atau pedoman kerja. Untuk pekerja tingkat bawah dan
masyarakat sekitar, aspek manajemen resiko harus dikomunikasikan
dengan bahasa praktis dan sederhana sehingga mudah dipahami.
Dengan mengetahui dan memahami semua resiko yang ada di
lingkungannya, maka semua pihak akan dapat bertindak hati-hati.
Upaya pencegahan kecelakaan akan dapat dilakukan dengan efektif.
Manajemen resiko mengisyaratkan perlunya partisipasi semua pihak
dalam pengembangan dan penerapannya. Tanpa partisipasi aktif,
manajemen resiko tidak akan dapat berhasil dengan baik. Oleh karena
itu, dalam proses manajemen risiko semua pihak harus dilibatkan
sesuai dengan porsinya masing-masing dan lingkup kegiatannya.
Bentuk konsultasi atau partisipasi dalam pengembangan manajemen
resiko dapat dilakukan melalui berbagai bentuk, antara lain :
a) Membentuk Tim Manajemen Risiko

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

33

Penerapan manajemen risiko harus dilakukan secara


terencana dan terpadu dengan melibatkan banyak pihak. Karena itu
manajemen perlu membentuk tim implementasi yang diberi tugas
dan tanggung jawab untuk mengembangkan dan menerapkan
manajemen risiko di lingkungan perusahaan atau organisasi. Tim
ini dapat dipilih atau disusun berdasarkan kompetensi atau menurut
disiplin sehingga dapat mewakili semua unsur sehingga tingkat
partisipasi akan lebih tinggi.
b) Tim Identifikasi Bahaya
Perusahaan juga dapat membentuk tim khusus untuk
menangani aspek tertentu, misalnya tim identifikasi bahaya. Tim
ini dapat dibentuk khusus untuk melakukan identifikasi bahaya
diseluruh area kegiatan, misalnya tim khusus untuk kajian analisa
keselamata kerja (Job Safety Analysis/JSA).
Untuk melakukan risk management, Job Safety Analysis
(JSA) bermanfaat untuk mengidentifikasi dan menganalisa bahaya
dalam suatu pekerjaan (Job). Hal ini sejalan dengan pendekatan
sebab kecelakaan yang bermula dari adanya kondisi atau tindakan
tidak aman saat melakukan aktivitas. Karena itu dengan melakukan
identifikasi bahaya pada setiap jenis pekerjaan dapat dilakukan
langkah pencegahan yang tepat dan efektif (Ramli, 2009).
5. Job Safety Analysis (JSA)

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

34

Seperti yang disebutkan diatas, salah satu kegiatan yang dilakukan


untuk melakukan manajemen risiko adalah dengan pembuatan Job Safety
Analysis. Job Safety Analysis atau sering disebut Analisa Keselamatan
Pekerjaan merupakan salah satu sistem identifikasi bahaya dan manajemen
risiko yang dalam pelaksanaan ditekankan pada identifikasi risiko dari
bahaya yang muncul pada tiap-tiap tahapan pekerjaan/tugas yang dilakukan
tenaga kerja atau analisa keselamatan pekerjaan merupakan suatu
cara/metode yang digunakan untuk memeriksa dan menemukan bahayabahaya sebelumnya diabaikan dalam merancang tempat kerja, fasilitas/alat
kerja, mesin yang digunakan dan proses kerja.
Menurut NOSA (1999), JSA merupakan salah satu usaha dalam
menganalisa tugas dan prosedur yang ada di suatu industri. JSA
didefinisikan

sebagai

metode

mempelajari

suatu

pekerjaan

untuk

mengidentifikasi bahaya dan potensi insiden yang berhubungan dengan


setiap langkah, mengembangkan solusi yang dapat menghilangkan dan
mengkontrol bahaya serta insiden.
Job Safety Analysis merupakan salah satu langkah utama dalam
analisa bahaya dan kecelakaan dalam usaha menciptakan keselamatan kerja.
Bila bahaya telah dikenali maka dapat dilakukan tindakan pengendalian
yang berupa perubahan fisik atau perbaikan prosedur kerja yang dapat
mereduksi

bahaya kerja.

Dalam pelaksanaannya,

prosedur

analisa

keselamatan kerja memerlukan latihan, pengawasan dan penulisan uraian

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

35

kerja yang dikenal sebagai JSA untuk mempermudah pengertian prosedur


kerja pada karyawan.
Hal-hal positif yang dapat diperoleh dari pelaksanaan JSA, adalah :
a. Sebagai upaya pencegahan kecelakaan
b. Sebagai alat kontak safety (safety training) terhadap tenaga kerja baru
c. Melakukan review pada Job prosedur setelah terjadi kecelakaan
d. Memberikan pre job intruction pada pekerjaan yang baru
e. Memberikan pelatihan secara pribadi kepada karyawan
f. Meninjau ulang SOP sesudah kecelakaan atau nearmiss accident terjadi.
Dalam pembuatan JSA, terdapat teknik yang dapat memudahkan
pengerjaannya, yaitu :
a. Memilih orang yang tepat untuk melakukan pengamatan, misalnya orang
yang berpengalaman dalam pengerjaan, mampu dan mau bekerja sama
dan saling tukar pikiran dan gagasan.
b. Apabila orang tersebut tidak paham akan perannya dalam pembuatan
JSA, maka diberi pengarahan dahulu tentang maksud dan tujuan
pembuatan JSA.
c. Bersama orang tersebut melakukan pengamatan/pengawasan terhadap
pekerjaan dan mencoba untuk membagi atau memecahkan pekerjaan
tersebut menjadi beberapa langkah dasar.
d. Mencatat pekerjaan tersebut setelah membagi pekerjaan tersebut.
e. Memeriksa dengan seksama dan mendiskusikan hasil tersebut ke bagian
section head yang diamati.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

36

Tujuan pelaksanaan Job Safety Analysis secara umum bertujuan


untuk mengidentifikasi potensi bahaya disetiap aktivitas pekerjaan sehingga
tenaga kerja diharapkan mampu mengenali bahaya tersebut sebelum terjadi
kecelakaan atau penyakit akibat kerja.
Sebagai tujuan jangka panjang dari program JSA ini diharapkan
tenaga kerja dapat ikut berperan aktif dalam pelaksanan JSA, sehingga dapat
menanamkan kepedulian tenaga kerja terhadap kondisi lingkungan kerjanya
guna menciptakan kondisi lingkungan kerja yang aman dan meminimalisasi
kondisi tidak aman (unsafe condition) dan perilaku tidak aman (unsafe
action).
Pelaksanaan

Job

Safety

Analysis

mempunyai

manfaat

dan

keuntungan sebagai berikut :


1) Dapat digunakan untuk memberikan pelatihan atau training mengenai
prosedur kerja dengan lebih aman dan efisien.
2) Memberikan training kepada tenaga kerja/karyawan baru.
3) Memberikan Pre-job instruction pada pekerjaan yang tidak tetap.
4) Melakukan review pada job prosedur setelah terjadi kecelakaan.
5) Melakukan studi terhadap pekerjaan untuk memungkinan dilakukan
improvement metode kerja.
6) Identifikasi pengaman apa saja yang perlu dipakai saat bekerja
7) Meningkatkan produktifitas kerja dan tingkah laku positif mengenai
safety.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

37

Didalam melaksanakan program JSA, terdapat empat langkah dasar


yang harus dilakukan, yaitu :
a. Menentukan pekerjaan yang akan dianalisis
Langkah

pertama

dari

kegiatan

pembuatan

JSA

adalah

mengidentifikasi pekerjaan yang dianggap kritis. Langkah ini sangat


menentukan keberhasilan program ini. Hal ini didasarkan pada program
klasik yaitu masalah waktu untuk menganalisa setiap tugas disuatu
perusahaan. Untuk keluar dari masalah tersebut, diperlukan usaha untuk
identifikasi pekerjaan/tugas kritis dengan cara mengklarifikasi tugas
yang mempunyai dampak terhadap kecelakaan/melihat dari daftar
statistik kecelakaan, apakah itu kecelakaan yang menyebabkan kerusakan
harta benda, cidera pada manusia, kerugian kualitas dan kerugian
produksi. Hasil dari identifikasi tersebut tergantung pada tingkat
kekritisan dari kegiatan yang berlangsung.
Dalam menentukan pekerjaan/tugas kritis atau tidak didasarkan
pada :
1) Frekuensi kecelakaan
Pekerjaan yang sering menyebabkan terjadinya kecelakaan
merupakan sasaran dari JSA. Semakin tinggi kekerapan terjadinya
kecelakaan makin diperlukan pembuatan JSA untuk pekerjaan
tersebut.
2) Kecelakaan yang mengakibatkan luka

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

38

Setiap pekerjaan yang memiliki potensi untuk mengakibatkan luka baik luka yang dapat menyebabkan cacat sementara atau
luka yang menyebabkan cacat tetap.
3) Pekerjaan dengan potensi kerugian yang tinggi
Perubahan pekerjaan dapat menimbulkan perubahan pola
kerja sehingga dapat menimbulkan kecelakan di lingkungan kerja.
4) Pekerjaan baru
Perubahan peralatan atau menggunakan mesin baru dapat
menyebabkan timbulnya kecelakaan. JSA perlu segera dibuat setelah
penggunaan mesin baru. Analisa tersebut tidak boleh ditunda
sehingga dapat menyebabkan terjadi nearmiss atau kecelakaan
terlebih dahulu.
b. Menguraikan pekerjaan menjadi langkah-langkah dasar
Dari setiap pekerjaan diatas dapat dibagi menjadi beberapa
bagian atau tahapan yang beruntun yang pada akhirnya dapat
digunakan/dimanfaatkan menjadi suatu prosedur kerja. Tahap-tahap ini
nantinya akan dinilai keefektifannya dan potensi kerugian yang
mencakup aspek keselamatan, kualitas dan produksi.
Tahapan kerja dapat diartikan bagian atau rangkaian dari
keseluruhan

pekerjaan,

ini

bukan

berarti

bahwa

kita

harus

menulis/membuat daftar dari detail pekerjaan yang sekecil-kecilnya pada


uraian kerja tersebut.
Untuk mengetahui tahapan pekerjaan diperlukan observasi ke
lapangan/tempat kerja untuk mengamati secara langsung bagaimana

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

39

suatu pekerjaan dilakukan. Dari proses tersebut dapat kita ketahui aspekaspek/langkah-langkah kerja apa yang perlu kita cantumkan.
Dalam membuat/menulis langkah-langkah kerja tidak terdapat
standart yang pasti harus sedetail apa suatu langkah kerja harus ditulis.
Proses yang efektif dalam proses penyusunan tahapan pekerjaan ini
adalah memasukkan semua tahapan kerja utama yang kritis. Setelah
melakukan

observasi

dicek

kembali

dan

diskusikan

kepada

foreman/section head yang bersangkutan untuk keperluan evaluasi dan


mendapatkan persetujuan tentang apa yang dilakukan dalam pembuatan
JSA.
c. Mengidentifikasi bahaya pada masing-masing pekerjaan
Dari proses pembuatan tahapan pekerjaan, secara tidak langsung
akan dapat menganalisa/mengidentifikasi dampak/bahaya apa saja yang
disebabkan atau ada dari setiap langkah kerja tersebut. Dari proses yang
diharapkan kondisi risiko bagaimanapun diharapkan dapat dihilangkan
atau minimalkan sampai batas yang dapat diterima dan ditoleransikan
baik dari kaidah keilmuan maupun tuntutan standart/hukum.
Bahaya disini dapat diartikan sebagai suatu benda, bahan atau
kondisi yang bisa menyebabkan cidera, kerusakan dan atau kerugian
(kecelakaan). Identifikasi potensi bahaya merupakan alat manajemen
untuk mengendalikan kerugian dan bersifat proaktif dalam upaya
pengendalian bahaya di lapangan/ tempat kerja. Dalam hal ini tidak ada
seorang pun yang dapat meramalkan seberapa parah atau seberapa besar

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

40

akibat/kerugian yang akan terjadi jika suatu insiden terjadi, namun


identifikasi bahaya ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya insiden
dengan melakukan upaya-upaya tertentu.
Untuk melakukan identifikasi yang efektif, diperlukan hal-hal
seperti dibawah ini :
1) Melakukan pengamatan secara dekat.
2) Mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan yang
diamati.
3) Pengamatan dilakukan secara berulang-ulang.
4) Melakukan dialog dengan operator yang dinilai berpengalaman dalam
pekerjaan yang diamati.
d. Mengendalikan bahaya
Langkah terakhir dalam pembuatan JSA adalah mengembangkan
suatu prosedur kerja yang aman yang dapat dianjurkan untuk mencegah
terjadinya suatu kecelakaan.
Pendekatan yang paling sering dipakai dan yang dianjurkan
dalam perundangan dalam pengendalian kecelakaan adalah dengan
menggunakan hirarki pengendalian, yaitu sebagai berikut :
1) Eliminasi
Eliminasi merupakan langkah memodifikasi atau menghilangkan metode, bahan ataupun proses untuk menghilangkan bahaya
secara keseluruhan (nol). Efektifitas dari eliminasi ini adalah 100%,
artinya dapat menghilangkan bahaya sampai pada titik nol.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

41

2) Substitusi
Subtitusi merupakan penggantian material, bahan, proses yang
mempunyai nilai risiko yang tinggi dengan yang mempunyai nilai
resiko lebih kecil.
3) Isolasi
Isolasi yaitu memisahkan bahaya dari manusia dengan pagar,
ruang atau pemisah waktu. Perubahan struktural dilakukan terhadap
lingkungan kerja atau proses kerja untuk menghambat atau menutup
jalannya transmisi pekerja dan bahan. Untuk itu dipergunakan room
control, penjaga mesin, penutup bahaya, penggunaan ventilasi
penghisap dan alat untuk penanganan manual.
4) Administrasi
Pengendalian

administratif

dengan

mengurangi

atau

menghilangkan kandungan bahaya dengan memenuhi prosedur atau


instruksi. Pengendalian tersebut diantaranya adalah mengurangi
pemaparan terhadap kandungan bahaya dengan pergiliran atau
perputaran kerja (job rotation), sistem ijin kerja atau hanya dengan
menggunakan tanda bahaya. Pengendalian administratif tergantung
pada perilaku manusia untuk mencapai keberhasilan.
5) Alat Pelindung Diri (APD)
Alat pelindung diri dikenakan oleh pekerja sebagai pelindung
terhadap bahaya. Dengan memberikan alat pengaman ini dapat
mengurangi keparahan risiko yang timbul. Keberhasilan pengendalian
ini tergantung dari alat pelindung diri yang dikenakan itu sendiri,
artinya alat yang digunakan haruslah sesuai dan dipilih dengan benar.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

42

B. Kerangka Pemikiran
Tempat Kerja

Manusia (Tenaga Kerja)


Mesin dan Peralatan
Bahan
Cara Kerja
Proses Produksi

Potensi Bahaya dan Faktor Bahaya

Identifikasi Bahaya
(Hazard Identification)

Resiko Tidak Dikendalikan


(Risk Uncontrol)

Penilaian Resiko
(Risk Assessment)

Penyakit Akibat Kerja


Dan
Kecelakaan Akibat Kerja

Pengendalian Resiko
(Risk Control)

Zero Accident
And
Optimal Production

Citra Yang Baik


Keuntungan/Laba
Kepercayaan Investor
Kepercayaan Konsumen
Mudahnya Hubungan Bisnis

Gambar 3. Kerangka Pemikiran

commit to user

KERUGIAN
(LOSS)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian deskriptif yaitu
dimana penelitian tersebut bersifat memberikan gambaran mengenai suatu
fenomena secara jelas dan tepat dari sifat-sifat individu, keadaan, gejala, atau
kelompok tertentu tanpa harus menganalisa bagaimana dan mengapa fenomena
tersebut daoat terjadi (Sumardiyono, 2010).

B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada di perusahaan pertambangan batubara di PT.
Marunda Grahamineral, Kalimantan Tengah.

C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian


Objek penelitian yang diambil adalah pekerjaan di Area Coal Crushing
Plant PT. Marunda Grahamineral Kalimantan Tengah, yang meliputi
penimbangan truk pengangkut batu bara,

pengoperasian dump truk saat

dumping, pengoperasian excavator, pengoperasian bulldozer, pengoperasian


wheel loader, pengoperasian mesin crusher, dan pengoperasian mesin barge
loader.

commit to user
43

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

44

D. Sumber Data
Dalam melaksanakan

penelitian, penulis menggunakan data-data

sebagai berikut :
1. Data Primer
Data primer diperoleh dari melakukan observasi langsung ke tempat
kerja/ lapangan dan wawancara kepada tenaga kerja atau pihak-pihak terkait
dalam penelitian.
2. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari data perusahaan serta literatur lain
sebagai sumber data dan Perpustakaan D.III Hiperkes dan Keselamatan
Kerja Universitas Sebelas Maret.

E. Teknik Pengumpulan Data


1. Observasi Lapangan
Observasi yang dilakukan adalah dengan melakukan pengamatan
secara langsung terhadap aktivitas pekerja dan proses produksi di PT.
Marunda Graha Mineral, Kalimantan Tengah.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan cara melakukan tanya jawab dengan
pekerja, koordinator PKL, maupun dengan orang-orang yang berkompeten
dibidangnya.
3. Dokumentasi
Dilakukan dengan cara mengambil gambar dari aktifitas pekerja atau
proses produksi, dan pengumpulan dokumen-dokumen dan catatan-catatan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

45

serta literatur-literatur yang ada di perusahaan yang berhubungan dengan


masalah manajemen risiko (risk management).
4. Studi Kepustakaan
Sumber kepustakaan yaitu dengan mempelajari mengenai Standard
Operasional Prosedure (SOP) yang dimiliki PT. Marunda Grahamineral
dan buku yang berkaitan dengan manajemen resiko dan Job Safety Analysis.

F. Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan yang terhitung sejak tanggal
8 Februari 2011 sampai tanggal 8 April 2011, dengan perincian sebagai
berikut:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ini melalui serangkaian kegiatan yang
dilakukan, antara lain sebagai berikut :
a. Mahasiswa mengajukan surat permohonan ijin Praktek Kerja Lapangan
dan proposal magang kepada PT. Marunda Grahamineral pada tanggal 18
Januari 2011.
b. Tanggal 21 Januari 2011 mahasiswa menerima surat balasan yang
menyatakan bahwa PT. Marunda Grahamineral menerima permohonan
mahasiswa untuk melaksanakan magang yang terhitung mulai tanggal 8
Februari sampai 8 April 2011.
c. Tanggal 9 April 2011 mahasiswa resmi melaksanakan praktek kerja
lapangan di PT. Marunda Grahamineral.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

46

d. Membaca dan mempelajari kepustakaan yang berhubungan dengan


Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Higiene Perusahaan.
e. Membaca dan mempelajari materi tentang implementasi Job Safety
Analysis di perusahaan.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 8
Februari 2011 sampai 8 April 2011, kegiatan-kegiatan pada tahap
pelaksanaan ini antara lain meliputi :
a. Orientasi umum mengenai kegiatan di setiap departemen PT. Marunda
Grahamineral.
b. Penjelasan mengenai program kerja dari departemen safety di PT.
Marunda Grahamineral
c. Mengikuti program Inspeksi bulanan.
d. Mengikuti Program Safety talk.dan Healty Education.
e. Observasi ke semua lokasi di Area Crusher Coal Plant.
f. Melakukan wawancara dengan operator yang bersangkutan.
g. Melakukan diskusi dan pembahasan bersama superintendent safety dan
safety officer tentang manajemen risiko K3 dengan metode Job Safety
Analysis (JSA) di PT. Marunda Grahamineral, Kalimantan Tengah.
h. Pembuatan Laporan.
i. Mencari data sebagai pelengkap, baik data primer maupun data sekunder.
j. Presentasi dan evaluasi hasil praktek kerja lapangan.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

47

3. Tahap Pengolahan Data


Data-data yang penulis peroleh dari perusahaan dikumpulkan
kemudian dibahas dan diolah sedemikian rupa sehingga dapat digunakan
sebagai bahan pembuatan laporan sebagai hasil magang.

G. Analisa Data
Hasil penelitian risk management dengan metode Job Safety Analysis
(JSA) dianalisa dan dievaluasi kembali, kemudian dibandingkan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta memberikan rekomendasi
atau saran kepada perusahaan, yang bertujuan untuk memberikan kontribusi
kepada perusahaan dalam rangka perbaikan/pengembangan sistem manajemen
resiko di perusahaan, agar mutu/kualitas sistem manajemen resiko (risk
management) di perusahaan terus berkembang dan menjadi semakin lebih baik.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian tentang JSA yang dilakukan di PT. Marunda
Grahamineral Kalimantan Tengah didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Program Job Safety Analysis
a. Kebijakan K3 PT. Marunda Grahamineral Kalimantan Tengah
PT. Marunda Grahamineral mendukung sepenuhnya segala
usaha-usaha yang menjadi komitmen manajemen dalam penerapan K3
di lingkungan kerja, hal ini tercemin dari kebijakan manajemen untuk
mengutamakan keselamatan kerja (safety first) dan melakukan semua
tindakan yang bisa dilakukan untuk memastikan bahwa standar-standar
tertinggi kesehatan dan keselamatan kerja dijaga bagi semua karyawan
dan kontraktor merupakan cita-cita tertingginya.
Adapun isi dari kebijakan K3 di PT. Marunda Grahamineral
adalah sebagai berikut :
Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3) merupakan
salah satu bentuk upaya untuk menciptakan lingkungan kerja yang
aman, sehat dan sejahtera, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat
kerja serta bebas dari pencemaran lingkungan menuju peningkatan
efisiensi dan produktivitas, sudah menjadi komitmen PT. Marunda
Grahamineral untuk :

commit to user
48

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

49

1) Menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja


sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen perusahaan.
2) Membudayakan pemahaman dan penerapan norma keselamatan dan
kesehatan kerja yang berkelanjutan.
3) Meningkatkan kemampuan, pemahaman, sikap dan perilaku budaya
keselamatan dan Kesehatan kerja terhadap sumber daya manusia.
4) Melaksanakan

Keselamatan

dan

Kesehatan

Kerja

melalui

manajemen resiko dan manajemen perilaku yang berisiko


Perlu dilakukan upaya yang nyata untuk mencegah dan
mengurangi risiko terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja
secara maksimal, dengan melakukan analisis secara maksimal, dengan
melakukan analisis secara mendalam dan menjalankan syarat-syarat K3
secara baik dan benar.
Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ini harus dipahami
dan dilaksanakan oleh semua orang yang bekerja untuk dan atas nama
PT. Marunda Grahamineral.
Kebijakan ini didokumentasikan, direview dan dikomunikasikan
kepada seluruh karyawan dan semua pihak yang berkepentingan dengan
perusahaan, untuk dimengerti dan dilaksanakan serta dapat ditinjau
kembali sesuai kebutuhan.
Di dalam kebijakan tersebut dinyatakan mengenai komitmen
perusahaan mengenai pelaksanaan K3 melalui manajemen risiko, dan
telah tertulis dengan jelas.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

50

Sebagai wujud untuk mengurangi risiko kecelakaan dari setiap


aktivitas maka dilaksanakan manajemen resiko dari aktivitas kerja di
Area Coal Crushing Plant (CCP). Sebagai wujud nyata dari
pelaksanaan manajemen risiko tersebut maka dilaksanakan kegiatan
identifikasi terhadap potensi bahaya dari aktivitas kerja di Area Coal
Crushing Plant (CCP). Salah satu metode yang digunakan adalah Job
Safety Analysis (JSA) yang dianggap bisa mengungkapkan potensi
bahaya dalam setiap

langkah pekerjaan.

Pembuatan JSA

ini

dimaksudkan untuk mengidentifikasi bahaya-bahaya yang mungkin ada


dalam setiap langkah pekerjaan. JSA ini dibuat berdasarkan adanya
pemikiran bahwa :
1) Setiap kecelakaan selalu ada penyebabnya.
2) Setiap jenis pekerjaan atau tugas dapat diuraikan kedalam suatu
urutan langkah pekerjaan yang sederhana.
3) Setiap langkah tersebut dapat dikenali bahayanya.
4) Setiap bahaya yang terdapat dalam setiap langkah tersebut dapat
diatasi agar tidak menyebabkan kecelakaan kerja atau penyakit
akibat kerja.
b. Tim pelaksana
Pelaksanaan JSA adalah kerjasama antara berbagai pihak yang
saling berkaitan. Safety Departement hanya sebagai fasilitator dalam
pelaksanaan, sedangkan penanggung jawab pelaksanaan adalah
foreman dari tiap-tiap seksi yang bersangkutan dan operator mesin atau

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

51

alat berat dari pekerjaan yang dianalisa. Hal ini didasarkan pada
pemikiran :
1) Pihak tersebut (foreman dan operator) dianggap sebagai personil
yang paling mengerti tentang aktivitas pekerjaan.
2) Berpengalaman dalam melaksanakan pekerjaan yang dianalisa.
3) Mempunyai basic yang cukup kuat dibidangnya.
Kedua pihak tersebut harus bertanggung jawab dalam proses
observasi dan diskusi mengenai bahaya, sehingga diharapkan mampu
memberikan rekomendasi untuk perbaikan dan cara penanggulangan
bahaya.
Dari pihak Safety juga memberikan pembinaan, penjelasan dan
pelatihan dalam pelaksanaan analisa dari tiap unit kerja. Memberikan
penjelasan kepada supervisor atau operator mengenai langkah
melakukan manajemen risiko dengan job safety analysis. Setelah
melakukan analisa maka hasilnya didokumentasikan dan dilaporkan
kepada Dept Head masing-masing yang diamati sebagai bahan
masukan untuk tindakan perbaikan.
2. Tahapan Pembuatan JSA
Tahapan dalam membuat JSA di PT. Marunda Grahamineral, yaitu :
a. Menentukan jenis pekerjaan yang akan dianalisa
Pada tahap ini tim mencari dan memilih jenis pekerjaan yang
akan dilakukan untuk JSA. Dan didalam memilih pekerjaan yang akan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

52

dilakukan untuk menganalisa keselamatan pekerjaan, maka tim


assesment mengacu pada hal-hal sebagai berikut :
1) Frekuensi kecelakaan
Suatu pekerjaan yang mengakibatkan kejadian kecelakaan
yang berulang-ulang merupakan calon pekerjaan yang akan
dilakukan analisa keselamatan pekerjaan. Jumlah kecelakaan yang
tinggi merupakan prioritas yang harus diwaspadai terlebih dahulu.
2) Tingkat kecelakaan yang berakibat kecacatan
Setiap

kecelakaan

yang

mengakibatkan

kecelakaan

seharusnya dilakukan analisa keselamatan pekerjaan. Karena


kecacatan itu membuktikan bahwa tindakan pencegahan yang
dilakukan sebelumnya belum sepenuhnya berhasil.
3) Potensi keparahan
Beberapa pekerjaan mungkin tidak mempunyai laporan
catatan mengenai suatu kejadian kecelakaan tetapi kemungkinan
potensial dapat mengakibatkan cidera serius atau parah.
4) Pekerjaan baru
Sebuah analisa pekerjaan atau JSA untuk setiap jenis
pekerjaan baru dan perubahan pada peralatan baru sesegera mungkin
analisa sebaiknya tidak ditunda sampai adanya kecelakaan atau near
miss dahulu.
5) Kejadian hampir celaka
Pekerjaan yang sering terjadi near miss seharusnya juga
perlu dilakukan Job Safety Analysis.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

53

b. Menguraikan pekerjaan menjadi langkah-langkah dasar


Setelah

mendapatkan

semua

aktivitas

pekerjaan,

maka

kemudian diadakan observasi ke setiap line tempat pekerjaan tersebut


dilakukan. Dengan observasi tersebut maka dapat dilihat proses
aktivitas pekerjaan secara langsung untuk memudahkan proses
pembuatan JSA, dengan mengadakan observasi diharapkan dapat
mempunyai gambaran mengenai proses aktivitas pekerjaan yang
dilakukan pekerja dalam melaksanakan pekerjaan, kondisi lingkungan,
serta bahaya yang mungkin timbul.
Dalam menjabarkan pekerjaan menjadi langkah-langkah dasar,
tidak ada suatu pedoman atau aturan sampai seberapa detail
penjabarannya, akan tetapi agar tidak terlalu meluas maka dalam
penyusunan langkah-langkah jangan lebih dari 15 langkah. Dalam
membagi pekerjaan jangan sampai terlalu detail dan jangan telalu
umum. Pekerjaan yang dibagi menjadi langkah-langkah utama tidak
boleh dilewatkan, dan tahapan ini dibuat sedemikian rupa agar mudah
diingat dan dipahami oleh tenaga kerja sendiri.
c. Mengidentifikasi potensi bahaya pada masing-masing pekerjaan
Proses pembuatan JSA selanjutnya adalah proses identifikasi
terhadap potensi-potensi bahaya untuk menentukan keterpaparan dari
kerugian yang ada disetiap aktivitas pekerjaan. Dalam pengisian
identifikasi potensi bahaya ada beberapa faktor yang diperhatikan,
yaitu:

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

54

1) Faktor Manusia
Yang perlu diamati dari segi ini adalah :
a) Apakah pekerjaan dilakukan oleh orang baru atau belum
berpengalaman?
b) Apakah tenaga kerja mampu bekerja sama dengan baik?
c) Apakah pekerjaaan dilakukan oleh orang yang tidak diserahi
tanggung jawab?
2) Faktor Peralatan
a) Jenis peralatan apa yang digunakan/dibutuhkan untuk melakukan
pekerjaan?
b) Apakah peralatan tersebut bekerja secara otomatis atau manual?
c) Apa saja kondisi tidak aman yang mungkin timbul?
d) Alat pengaman apa saja yang sudah ada/belum ada?
e) Apakah area kerja sudah cukup aman?
3) Faktor Material
a) Material berbahaya apa saja yang dipakai dalam proses tersebut?
b) Kemungkinan apa saja yang bisa membuat material tersebut
menyebabkan kerugian, gangguan kesehatan, kualitas dan
produktifitas?
c) Bagaimana menangani material tersebut?
4) Faktor Lingkungan
a) Bagaimana kondisi tempat kerja?
b) Potensi-potensi apa saja yang mempunyai pengaruh signifikan
terhadap proses?
c) Apakah pekerjaan diruang terbatas/tertutup?

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

55

Suatu pekerjaan jika dilakukan substandar maka akan


menyebabkan keadaan yang tidak aman, near miss atau bahkan terjadi
kerugian. Untuk mencegah cara kerja yang substandar maka diperlukan
tindakan identifikasi terhadap potensi bahaya yang spesifik tiap langkah
kerja, hal ini merupakan kunci utama dalam usaha pengendalian
kerugian yang efektif, karena upaya pengendalian langsung ditujukan
pada faktor penyebabnya.
d. Penilaian Risiko
Kemungkinan

(probabilitas)

dan

keparahan

(severitas).

Keduanya berbanding lurus dengan nilai risiko itu sendiri, artinya


semakin tinggi nilai peluang dan severitasnya, maka nilai risiko pun
semakin tinggi.

Resiko Meningkat
VH

Se
ve
rit
as

H
M
L
VL
L

Probabilitas
Gambar 4. Grafik Risiko
1) Peluang (Probabilitas)
PT. Marunda Grahaminersl menetapkan 5 skala kualitatif
untuk mewakili nilai peluang terjadinya kecelakaan sesuai dengan
tabel di bawah ini:

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

56

Tabel 1. Nilai Peluang


Probability (Kemungkinan)
Nilai
Critical
Kecelakaan tersebut hampir dapat dipastikan terjadi,
5
kemungkinan 75%, Aspek muncul dalam sehari.
Likely
Suatu keadaan dimana bahaya kemungkinan besar
4
terjadi atau kemungkinan terjadi diatas rata-rata 51 s/d
75 %, Asperk muncul sekali dalam seminggu.
Possible
Suatu keadaan dimana bahaya dapat terjadi kadang3
kadang, atau kemungkinan terjadi rata-rata 50%,
Aspek muncul sekali dalam sebulan.
Unlikely
Suatu keadaan dimana bahaya dapat terjadi pada saat2
saat tertentu saja, kemungkinan dibawah rata-rata atau
kemungkinan terjadi 25% s/d 49 %, Aspek muncul
sekali dalam setahun.
Rate
Suatu keadaan dimana bahaya terjadi sangat kecil
1
terjadi atau hampir tidak mungkin terjadi atau tingkat
kemungkinan dibawah 25%, Aspek muncul sekali
dalam lima tahun.
Sumber: SOP/01/IBPR/VIII/2010 PT. Marunda Grahamineral
2) Keparahan (Saverity)
Severitas menunjukkan tingkat keparahan yang harus
diderita jika kecelakaan benar-benar terjadi, baik terhadap manusia,
property dan lingkungan. Nilai saveritas yang ditetapkan PT.
Marunda Grahamineral Kalimantan Tengah dalam operasi bisnisnya
dalam dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 2. Nilai Keparahan
Severity (Keparahan)
Fatality
Ada kematian, kerusakan harta benda diatas U$
10.000, penutupan usaha, kerusakan lingkungan yang
eksternal serius jangka panjang.
bersambung ....

commit to user

Nilai
5

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

57

sambungan....
Major
LTI dengan cacat permanen, kerusakan harta benda U$
4
5000 s/d 10.000, kerusakan lingkungan eksternal
serius jangka pendek
Moderate
3
LTI dengan tanpa cacat permanen, kerusakan harta
benda U$ 500 s/d 5000, kerusakan eksternal ringan.
Minor
Minor injury/sakit tanpa gangguan fungsi, kerusakan
2
harta benda 10 s/d 500, ada dampak lingkungan
inyternal serius
Insignificant
Ada cidera ringan/hanya memerlukan P3K, kerugian
1
harta benda kurang dari U$ 10, dampak lingkungan
internal ringan.
Sumber: SOP/01/IBPR/VIII/2010 PT. Marunda Grahamineral
3) Matrik Penetapan Resiko
Matrik Risiko di PT. Marunda Grahamineral Kalimantan
Tengah terdiri dari dua dimensi yaitu keparahan dan keseringan,
berikut adalah matrik risiko yang dimiliki oleh PT. Marunda
Grahamineral :
Tabel 3. Matrik Penetapan Resiko
Keparahan
Kemungkinan

Minor Moderate Major Fatality


Insignificant
Nilai
Nilai
Nilai Nilai
Nilai (1)
(2)
(3)
(4)
(5)

Rate
1
2
3
4
Nilai (1)
Unlikely
2
4
6
8
Nilai (2)
Possible
3
6
9
12
Nilai (3)
Likely
4
8
12
16
Nilai (4)
Critical
5
10
15
20
Nilai (5)
Sumber: SOP/01/IBPR/VIII/2010 PT. Marunda Grahamineral

commit to user

5
10
15
20
25

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

58

4) Kategori risiko, nilai risiko, kode risiko dan tindakan pengendalian


Setelah memperhitungkan nilai probality dan severity maka
akan ditemukan nilai resiko dari suatu bahaya, dan kemudian
dimasukkan dalam kategori risiko agar mudah dalam melakukan
prioritas pengendalian risiko, berikut adalah tabel kategori risiko
yang dimiliki PT. Marunda Grahamineral Kalimantan Tengah :
Tabel 4 Kategori Risiko ,nilai risiko, kode risiko, dan tindakan
pengendalian
TINDAKAN
PENGENDALIAN
Hentikan, Isolasi, Segera
Laporkan keatasan,
Extreme
perbaiki sesegera
E
16-25
Sangat Tinggi
mungkin dalam waktu 2
x 24 jam.
Segera laporkan
keatasan, putuskan
High
lanjutan dengan catatan
H
9-15
Tinggi
atau perbaikan segera
maksimum 2 minggu.
Laporkan keatasan,
Moderate
perbaiki dalam waktu,
M
5-8
Sedang
maksimum 1 bulan.
Harus dilakukan
Low
perbaikan dengan skala
L
2-4
Rendah
prioritas rendah.
Dapat diterima, perbaiki
Negligible
sesuai dengan kondisi
N
1
Sangat Rendah
dan situasi yang terjadi.
Sumber: SOP/01/IBPR/VIII/2010 PT. Marunda Grahamineral
KATEGORI
RISIKO

NILAI
RISIKO

KODE
RISIKO

e. Mengendalikan bahaya
Langkah akhir dalam penyusunan JSA adalah upaya untuk
mengembangkan solusi dari potensi bahaya yang telah ditemukan
pengendalian bahaya. Langkah ini disertai dengan pengembangan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

59

tindakan perbaikan guna pencegahan sedini mungkin terjadinya suatu


kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan suatu kecelakaan yang
besar. Teknik pengendalian yang dilakukan meliputi tindakan
perbaikan yang ditujukan kepada tenaga kerja, mesin dan peralatan
yang digunakan, material dan lingkungan kerja.
Dalam hirarki pengendalian risiko, tindakan pengendalian yang
pertama kali dilakukan adalah dengan eliminasi atau subtitusi yaitu
dengan mengganti atau menghilangkan sumber bahaya beresiko tinggi
ke bahaya yang beresiko rendah. Jika metode eliminasi atau subtitusi
ini belum berhasil dilakukan dengan pengendalian rekayasa yaitu
dengan melakukan perubahan struktural terhadap lingkungan kerja atau
proses kerja misalnya dengan mengadakan perubahan lay out tempat
kerja ke lay out tempat kerja yang lebih aman. Pengendalian lain yang
dilakukan dengan mengurangi pemaparan bahaya di tempat kerja
dengan sistem perputaran kerja (job rotation). Untuk perekomendasian
alat pelindung diri merupakan pilihan terakhir sebagai alternatif
perlindungan terhadap sumber bahaya yang ada di dalam upaya
melindungi tenaga kerja dari paparan bahaya
Berikut ini adalah pengendalian risiko yang ada di PT. Marunda
Grahamineral :
Tabel.5 Pengendalian Resiko
Tekhnik
Eliminasi

Keterangan / Uraian
Hilangkan benda, daerah atau proses yang
berbahaya tersebut

bersambung ....

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

60

sambungan...
Ganti benda, daerah atau proses yang
berbahaya tersebut dengan sesuatu yang kurang
berbahaya
Mengurangi pemakaian barang/alat/cara kerja
Reduce
yang dapat menimbulkan bahaya
Melakukan rekayasa ulang desain peralatan
Enginering
Menanggulang bahaya dengan membuat SOP
Prosedure
(Standart Operasional Procedure), IK (Instruksi
Kerja) , aturan khusus (Special Rule)
Memberikan pendidikan dan pelatihan kepada
Skill training
para pekerja
Menerapkan standar industry yang higienis
Industry Hygene
seperti mengkonsumsi kalori yang cukup,
untuk pekerjaan tertentu serta ketentuan lain
dari hiperkes
Melalui kegiatan administrative, dengan
Administratif
meroling waktu kerja, memasang tanda
larangan dan himbauan
Mempertimbangkan persyaratan hukum dan
Regulation
pemerintah dan target usaha
Penggunaan APD Harus diingat bahwa cara ini merupakan cara
terakhir yang hanya dilakukan bila cara-cara
diatas tidak dapat/mungkin dilakukan.
Sumber: SOP/01/IBPR/VIII/2010 PT. Marunda Grahamineral
Subtitusi

3. Dokumentasi dan Revisi JSA


Hasil dari Job Safety Analysis ini didokumentasikan dan
didistribusikan kepada departemen terkait untuk dilakukan perbaikan atau
sebagai masukan pada perancangan pengaman/modifikasi desain mesin
baru. Dalam pendistribusian disesuaikan dengan tingkatan prioritas
pengendalian.
4. Hasil JSA
Dari pelaksanaan pembuatan JSA maka di peroleh proses tahapan
pekerjaan dan pengendalian-pengendalian yang direkomendasikan sebagai

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

61

upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan akibat adanya potensi


bahaya tersebut.
Adapun untuk hasil pembuatan JSA pada tahapan pekerjaan
penimbangan

truk,

pengoperasian

truk,

pengoperasian

excavator,

pengoperasian wheel loader, pengoperasian bulldozer, pengoperasian


mesin crusher dan pengoperasian mesin barge loader yang ada di Area
Crusher Coal Plant PT. Marunda Grahamineral dapat dilihat pada
lampiran 7.

B. Pembahasan
1. Program Pembuatan Job Safety Analysis
a. Dukungan Pihak Manajemen
Dari kebijakan K3 PT. Marunda Grahamineral, dapat disimpulkan
bahwa

pihak

manajemen

mempunyai

tekad/komitmen

untuk

menciptakan kondisi tempat kerja dan lingkungan kerja yang aman dan
sehat bagi setiap tenaga kerja dan orang lain yang memasuki area tempat
kerja. Aplikasi di lapangan dari komitmen tersebut adalah dengan
dibuatnya prosedur kerja pada setiap aktivitas pekerjaan untuk
memastikan tenaga kerja dapat melakukan pekerjaan dengan benar,
dimana prosedur tersebut memungkinkan untuk dilakukan revisi apabila
terdapat kondisi yang mengharuskan adanya perubahan prosedur kerja
tersebut. Salah satu yang menjadi pertimbangan adalah adanya aktifitas

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

62

identifikasi bahaya yang terdapat di tempat kerja yang menghasilkan


masukan-masukan untuk perbaikan/revisi prosedur kerja yang ada.
Untuk itu diperlukan suatu metode yang efisien dan dapat
dianalisa dengan lebih cepat dan analisa tersebut mengacu pada aspek
K3. Dan untuk menganalisa tersebut digunakan metode Job Safety
Analysis. PT. Marunda Grahamineral telah membuat dan menerapkan
Job Safety Analysis, namun masih ada beberapa aktivitas yang memiliki
potensi bahaya dan belum dibuatkan Job Safety Analysis.
Proses pembuatan JSA di Area Coal Crushing Plant PT. Marunda
Grahamineral
Permenaker

sesuai

dengan

peraturan

No.PER.05/MEN/1996

yang

tentang

berlaku

Sistem

terutama

Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lampiran 1 point 2.1 yang


menyatakan EDKZD 3erlunya identifikasi bahaya, penilaian risiko dan
pengendalian risiko dari kegiatan produksi barang dan jasa dalam
perencanaan kebijakan K3 yang perlu ditetapkan prosedurnya.
b. Pelaksanaan Program
Didalam pelaksanaan program JSA di Area Coal Crushing Plant
PT. Marunda Grahamineral yang menjadi tim pelaksana adalah Foreman
dan tenaga kerja (operator) disetiap line yang berhubungan dengan
aktivitas pekerjaan yang akan dibuat JSA, Hal ini didasarkan pada
pemikiran bahwa foreman dan operator merupakan adalah pihak yang
dianggap lebih tahu dengan kondisi lapangan/tempat kerja dan
berpengalaman dalam melakukan aktivitas pekerjaan, sehingga mereka

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

63

dapat berperan aktif dalam kegiatan identifikasi bahaya dan cara


penanggulangan kondisi bahaya untuk memperbaiki prosedur kerja atau
tindakan yang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Frank E. Bird Jr
(1990) dimana program analisa melibatkan pekerja yang merupakan
orang pertama yang terpapar bahaya dan supervisor yang merupakan
manajer line dan pengawas dari pekerja.
Proses analisa akan lebih efektif apabila langsung dilakukan oleh
foreman dan tenaga kerja (operator) yang sehari-hari bekerja di lapangan
dan berpengalaman dalam bidang tersebut.
2. Tahapan Pembuatan Job Safety Analysis
Berikut adalah tahapan pembuatan Job Safety Analysis :
a. Menentukan jenis pekerjaan yang akan dianalisa
Menentukan jenis pekerjaan yang akan dianalisa di Area Coal
Crushing Plant PT. Marunda Grahamineral didasarkan pada identifikasi
bahaya, dimana pelaksanaan JSA dititik-beratkan pada pekerjaan yang
mempunyai historis/catatan kecelakaan, mempunyai kemungkinan
menimbulkan kecacatan, pekerjaan baru yang timbul dari proses
pekerjaan serta penilaian risiko .
b. Menguraikan pekerjaan menjadi langkah-langkah dasar
Pekerjaan yang dianalisa diuraikan menjadi langkah-langkah
dasar yang terdiri dari beberapa tahap sesuai dengan aktivitas pekerjaan
tersebut. Dimana di dalam menguraikan tahap-tahap pekerjaan ini
dilakukan dengan ringkas dan jelas. Penguraian tahap-tahap ini tidak

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

64

terlalu detail, mudah diingat dan mudah dikenali. Yang harus


diperhatikan dalam langkah kerja ini adalah bahwa langkah kerja harus
dievaluasi dengan langkah itu sendiri yang bertujuan untuk mencegah
kerugian dari cidera. Kualitas dan kuantitas produksi merupakan
pertimbangan yang harus dilakukan dalam menyeleksi langkah kerja
yang dianggap kritis untuk mencapai ini. Didalam langkah kerja yang
dikemukakan adalah dengan pedoman yang positif dan benar dengan
memberikan intruksi yang jelas, mencakup langkah atau tahap utama dari
pekerjaan dan juga memperhitungkan aspek keselamatan dan kesehatan
kerja serta menekankan penggunaan teknik pengaman.
c. Mengidentifikasi potensi bahaya pada masing-masing pekerjaan
Di dalam melakukan identifikasi bahaya ini telah memperhatikan
aspek yang sangat berhubungan dengan pekerjaan dan lingkungan kerja
yaitu : tenaga kerja, peralatan, material, cara kerja dan lingkungan.
Dimana masing-masing dari aspek tersebut adalah merupakan sumber
bahaya yang berada di lingkungan pekerjaan yang memungkinkan dapat
mengakibatkan kecelakaan kerja. Di dalam masing-masing sumber
bahaya

tersebut

telah dilakukan upaya

pengendalian.

Didalam

penguraian langkah-langkah kerja suatu pekerjaan selalu diamati apakah


tindakan yang dilakukaan tenaga kerja membahayakan sehingga dapat
mengakibatkan kecelakaan, apakah mesin-mesin yang digunakan
mempunyai potensi bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan atau
kerugian-kerugian yang lain, apakah meterial mengandung bahan-bahan
berbahaya yang dapat menimbulkan suatu kejadian yang tidak

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

65

diinginkan. Lingkungan juga diperhatikan apakah faktor kimia dan faktor


fisika di lingkungan tersebut menimbulkan potensi bahaya penyebab
kecelakaan kerja yang akan menimbulkan kerugian.
d. Mengendalikan bahaya
Pengendalian bahaya yang dilakukan dengan cara menyesuaikan
antara kegiatan proses produksi dengan kesesuaian pekerjaan yang
dilakukan sehingga dapat meminimalisasi terjadinya kecelakaan yang
terjadi di lingkungan pekerjaan. Cara yang paling aman untuk
mengendalikan bahaya dilakukan adalah dengan melibatkan tenaga kerja
yang berhubungan dengan kegiatan pekerjaan yang mereka kerjakan.
3. Pendokumentasian dan Revisi Job Safety Analysis
Pendokumentasian terhadap JSA di Area Coal Crushing Plant PT.
Marunda Grahamineral dilakukan dengan pengambilan foto pekerjaan yang
berpotensi bahaya dan juga dilakukan pendokumentasian dalam bentuk
softcopy dan hardcopy kumpulan JSA. Revisi JSA juga harus dilakukan
sesuai dengan pendapat Frank E. Bird Jr (dalam Dasar-Dasar K3, 2007)
yang menyatakan bahwa JSA harus diperbarui untuk mengetahui kesesuaian
antar prosedur kerja dan teknologi, dan proses produksi yang dipakai
diperusahaan ini, karena sudah adanya prosedur untuk merevisi JSA jika ada
perubahan proses produksi, lay out, teknologi, atau terjadi suatu kecelakaan
kerja pada mesin atau pekerjaan tertentu.
4. Hasil JSA
Di Area Coal Crushing Plant PT. Marunda Grahamineral proses
penganalisaan dengan menggunakan JSA sudah diterapkan dan diusahakan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

66

tetapi belum mencakup semua aktivitas pekerjaan/tugas yang memiliki


risiko kecelakaan, sehingga perlu dilakukan pembuatan JSA di segala
aktivitas pekerjaan/tugas yang memiliki potensi bahaya, agar dapat
mengilangkan atau meminimalisir resiko kecelakaan
Adapun dari hasil pembuatan JSA pada tahapan pekerjaan
Penimbangan Truk, Pengoperasian Truk, Pengoperasian Excavator,
Pengoperasian Wheel Loader, Pengoperasian Bulldozer, Pengoperasian
Mesin Crusher dan Pengoperasian Mesin Barge Loader yang ada di Area
Crusher Coal Plant PT. Marunda Grahamineral telah ditemukan beberapa
risiko kecelakaan, penyakit akibat kerja dan kerugian harta benda, sehingga
perlu dilakukan sosialisasi JSA terhadap semua orang yang terlibat dalam
pekerjaan tersebut.
PT. Marunda Grahamineral telah melakukan berbagai upaya dalam
mengendalikan segala risiko yang ada di Area Coal Crusher Plant, namun
demikian masih ada risiko-risiko yang kurang efektif pengendaliannya dan
juga masih ada risiko yang belum dikendalikan.
PT. Marunda Grahamineral belum pernah melakukan audit SMK3
yang salah satu auditnya adalah audit JSA. Karena dengan dilaksanakan
audit untuk JSA, akan dapat dilihat hal-hal apa yang perlu direvisi dan dapat
segera dilakukan tindakan perbaikan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan analisis data yang
dilakukan, maka penulis dapat mengambil kesimpulan mengenai penerapan
JSA di Area Coal Crushing Plant PT. Marunda Grahamineral, yaitu :
1. PT. Marunda Grahamineral telah membuat suatu kebijakan yang
berkomitmen dalam menerapkan keselamatan kesehatan kerja, termasuk
dalam melakukan manajemen risiko pada setiap tahapan pekerjaan, salah
satunya adalah dengan melakukan Job Safety Analysis.
2. Langkah-langkah pelaksanaan risk management dengan metode job safety
analysis adalah :
a. Menentukan jenis pekerjaan yang akan di analisa.
b. Menguraikan pekerjaan menjadi langkah-langkah dasar.
c. Mengidentifikasi potensi bahaya pada masing-masing langkah kerja.
d. Melakukan penilaian risiko.
e. Mengendalikan bahaya atau risiko.
3. Penerapan dan pelaksanaan pembuatan JSA di Area Coal Crushing Plant
PT. Marunda Grahamineral sudah sesuai dengan Permenaker No.
PER.05/MEN/1996 tentang Pedoman Penerapan SMK3.
4. Pelaksanaan sistem manajemen risiko di PT. Marunda Grahamineral
adalah kerjasama antara berbagai pihak yang saling berkaitan. Safety

commit to user
67

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

68

Departement hanya sebagai fasilitator dalam pelaksanaan, sedangkan


penanggung jawab pelaksanaan adalah foreman dari tiap-tiap seksi yang
bersangkutan dan operator mesin atau alat berat dari pekerjaan yang
dianalisa. Hal ini didasarkan pada pemikiran :
a. Pihak tersebut (foreman dan operator) dianggap sebagai personil yang
paling mengerti tentang aktivitas pekerjaan.
b. Berpengalaman dalam melaksanakan pekerjaan yang dianalisa.
c. Mempunyai basic yang cukup kuat dibidangnya.
5. Dalam aktivitas pekerjaan yang ada di Area Coal Crushing Plant PT.
Marunda Grahamineral, banyak terdapat risiko dari potensi bahaya di
setiap aktivitas, sehingga dari PT. Marunda Grahamineral telah berupaya
melakukan pengendalian risiko, namun demikian masih ada potensi
bahaya yang belum dikendalikan ataupun pengendalian yang kurang
efektif.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah penulis sampaikan, maka penulis
dapat menyampaikan saran sebagai berikut :
1. Budayakan JSA dan cara kerja yang aman dalam setiap aktivitas pekerjaan.
2. Perlu dibuat Job Safety Analysis di PT. Marunda Grahamineral untuk
semua jenis aktivitas pekerjaan.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

69

3. Perlu adanya tindak lanjut dari penerapan JSA, sebagai metode analisa
yang efektif untuk mengetahui dan mengendalikan sumber-sumber bahaya
dari tiap aktifitas pekerjaan.
4. Perlu adanya sosialisasi Job Safety Analysis kepada setiap karyawan yang
terlibat.
5. Untuk mengontrol sistem JSA, PT. Marunda Grahamineral, seharusnya
melakukan audit SMK3 yang salah satu auditnya adalah audit JSA. Karena
dengan dilaksanakan audit untuk JSA, dapat dilihat hal-hal apa yang perlu
direvisi dan dapat segera dilakukan tindakan perbaikan.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai