Anda di halaman 1dari 7

SYIAH VERSUS WAHABI

Oleh: Habib Muhammad Rizieq bin Husein bin Muhammad Shihab Lc.
(Imam Besar Front Pembela Islam/ FPI)
Assalaamu Alaikum Wa Rohmatullaahi Wa Barokaatuh Bismillaah Wal Hamdulillaah Washsholaatu Was-salaamu Alaa Rasuulillaah Wa Alaa Aalihi Wa Shohbihi Wa Man Waalaah
Imam Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad rhm (wafat: 1.132 H) dalam kitab Tatsbiitul Fu-aad
membahas tuntas tentang sikap Kaum Roofidhoh (-Jamaknya : Rowaafidh-) yang selalu melecehkan
Shahabat Nabi SAW dengan dalih membela Ahli Bait Nabi SAW, dan Kaum Naashibah (-Jamaknya :
Nawaashib-) yang sering melecehkan Ahli Bait Nabi SAW dengan dalih membela Shahabat Nabi
SAW.
Dan dalam juz 2 halaman 227 kitab tersebut, Imam Al-Haddad rhm menyatakan tentang Roofidhoh
dan Naashibah: Kotoran Unta yang dibelah dua.
Roofidhoh dan Nawaashib adalah musuh bebuyutan, sepanjang sejarah tidak pernah akur,
bagaikan air dan minyak, tidak pernah bisa bersatu. Satu sama lainnya saling mengkafirkan, bahkan
hingga kini kedua belah pihak saling bernafsu untuk memerangi dan membunuh pihak lainnya. Lihat
saja Konflik Berdarah di Iraq dan Syria saat ini, yang telah menjadi Tragedi Kemanusiaan yang
sangat memilukan dan menyayat hati muslim mana pun yang menyintai Wihdah Islaamiyyah.
Bagi Roofidhoh bahwa Nawaashib lebih berbahaya daripada Yahudi maupun Nashrani. Dan bagi
Nawaashib justru Roofidhoh lah yang lebih berbahaya daripada Yahudi dan Nashrani. Baik Roofidhoh
maupun Nawaashib sama-sama anti Dialog dan Anti Toleransi Antar Madzhab Islam. Mereka selalu
menolak bahkan merusak semua upaya pemersatuan umat Islam sepanjang zaman.
Mereka lebih suka perang sesama muslim daripada perang melawan Zionis dan Salibis Internasional.
Mereka lebih suka membunuh sesama muslim daripada memerdekakan Palestina dan Masjid AlAqsha dari cengkeraman Israel. Innaa Lillaahi wa Innaa ilaihi Roojiuun
SYIAH dan ROOFIDHOH
Memang tidak semua Syiah adalah Roofidhoh, namun tidak bisa diingkari bahwa kebanyakan Syiah
bersikap Roofidhoh. Harus kita akui bahwa di kalangan Ulama Syiah tidak sedikit yang berupaya
mencegah dan melarang penghinaan terhadap para Shahabat Nabi SAW untuk menjaga dan
membangun Ukhuwwah Islamiyyah, namun upaya para Ulama Reformis Syiah tersebut tenggelam
dalam fanatisme Awam Syiah yang cenderung bersikap Roofidhoh.
Fanatisme Awam Syiah tersebut bukan tanpa sebab, justru lahir dan menguat akibat aneka kitab
Syiah dan berbagai pernyataan Ulama mereka sendiri yang menghina Shahabat Nabi SAW sekaliber
Sayyiduna Abu Bakar RA dan Sayyiduna Umar RA. Bahkan isteri Nabi SAW seperti Sayyidah Aisyah
RA dan Sayyidah Hafshoh RA pun tak luput dari penghinaan mereka.
Salah satunya, lihat saja kitab Al-Anwaar An-Numaaniyyah karya Syeikh Nimatullaah Al-Jazaa-iriy
yang isinya dipenuhi dengan hinaan terhadap para Shahabat Nabi SAW. Bahkan dia mengkafirkan
Nawaashib, dan menuduh semua Aswaja yang tidak mengutamakan Sayyiduna Ali RA di atas semua
Shahabat sebagai Nawaashib yang Kafir.
Dalam kitab tersebut juz 2 halaman 307 disebutkan:



.
Sesungguhnya mereka (-Nawaashib-) adalah Kafir dan Najis dengan Ijma Ulama Syiah Imamiyyah.
Dan sesungguhnya mereka lebih jahat daripada Yahudi dan Nashrani. Dan sesungguhnya daripada
tanda-tanda seorang Naashibah adalah mendahulukan selain Ali di atasnya dalam Imamah.
Di Indonesia, sejumlah Tokoh Syiah secara terang-terangan menghina para Shahabat dan Isteri Nabi
SAW, seperti:
1. Jalaluddin Rahmat dalam buku Shahabat dalam Timbangan Al-Quran, Sunnah dan Ilmu
Pengetahuan hal. 7, dan catatan kaki buku Meraih Cinta Ilahi hal. 404 405 dan 493, serta buku
Manusia Pilihan yang Disucikan hal. 164 166.
2. Emilia Renita AZ dalam buku 40 Masalah Syiah hal.83.
3. Haidar Barong dalam buku Umar dalam Perbincangan dihampir semua bab.
Selain itu, masih ada lagi IJABI (Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia) yang dinakhodai oleh Jalaluddin
Rahmat cs yang sering melecehkan Shahabat Nabi SAW dalam aneka seminar dan pertemuan.
Bahkan sering melecehkan Islam dengan membela aneka Aliran Sesat seperti Ahmadiyah, sehingga
patut disebut sebagai Syiah Liberal.
Syiah Roofidhoh memang secara demonstratif dan konfrontatif serta provokatif menunjukkan
kebenciannya kepada Shahabat Nabi SAW, khususnya Sayyiduna Abu Bakar RA dan Sayyiduna
Umar RA, beserta kedua putri mereka yaitu Sayyidah Aisyah RA dan Sayyidah Hafshoh RA.
Saking bencinya kepada Sayyiduna Abu Bakar RA dan Sayyiduna Umar RA, kalangan Roofidhoh
membuat Doa Dua Berhala yang isinya melaknat habis kedua Shahabat Mulia Nabi SAW tersebut.
Bahkan mereka haramkan siapa pun dari kalangan mereka diberi nama Abu Bakar atau Umar, atau
nama putri keduanya yaitu Aisyah atau Hafshoh.
Karenanya, Aswaja sepakat sejak dulu hingga kini, bahwasanya Syiah Roofidhoh adalah firqoh yang
sesat menyesatkan. Apalagi Syiah Ghulat yang menabikan atau menuhankan Sayyiduna Ali RA,
dan menganggap para Imam mereka sebagai Utusan atau Titisan Tuhan, serta memvonis Al-Quran
kurang dan tidak asli lagi, maka Aswaja sepakat bahwa Syiah Ghulat adalah Kafir dan Murtad, bukan
lagi termasuk Islam.
Ada pun Syiah Moderat yang berjiwa Reformis, mereka bukan Ghulat dan bukan Roofidhoh. Mereka
adalah saudara muslim yang harus dihormati bukan dicaci, dirangkul bukan dipukul, diajak dialog
bukan ditonjok, dilawan dengan dalil bukan dengan bedil.
RIWAYAT HADITS SYIAH
Jadi, jangan ada sikap gebrah uyah dengan penggeneralisiran semua Syiah pasti Ghulat dan pasti
Roofidhoh, sehingga semuanya pasti Kafir dan Murtad atau Sesat. Sikap seperti itu sangat gegabah
dan amat tidak ilmiah, serta bukan sikap Aswaja.
Selain itu, dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim serta Kitab Hadits Aswaja lainnya terdapat
Perawi Syiah, tapi bukan dari kalangan Ghulat yang Kafir, sehingga jika mereka dikafirkan juga,
maka berarti ada Perawi Kafir dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim serta Kitab Hadits Aswaja
lainnya.

Itu sangat berbahaya, karena bisa menjadi Bumerang yang menyerang balik dan menghancurkan
Aswaja . Itu tidak dilakukan kecuali oleh mereka yang bodoh tentang Ilmu Jarh wat Tadiil atau oleh
penyusup yang pura-pura jadi Aswaja, padahal tujuannya merusak Aswaja.
Justru adanya riwayat Syiah dalam Kitab Hadits Aswaja, menunjukkan bahwa Aswaja dalam
periwayatan Hadits memiliki Metode yang netral, adil, jujur dan amanat, serta jauh dari sikap
Fanatisme Madzhab.
Silahkan buka pernyataan Imam Adz-Dzahabi rhm tentang Riwayat Syiah dalam kitab Mizaanul
Itidaal juz 1 hal.29 No.2 pada ulasan Perawi Syiah bernama Abaan bin Taghlib , dan juz 1 hal.53
No.86 pada ulasan Perawi Syiah yang bermama Ibrahim bin Al-Hakam.
Semua pernyataan Imam Adz-Dzahabi rhm tentang Riwayat Syiah dinukilkan juga oleh Imam Ibnu
Hajar Al-Asqolaani rhm dalam kitab Lisaanul Miizaan juz 1 hal.103 -104. Atau cari dan baca saja
langsung dalam kitab-kitab Dirooyaat Hadits, nama-nama seperti: Ibrahim bin Yazid, Salim bin Abil
Jadi, Al-Hakam bin Utaibah, Salamah bin Kuhail, Zubaid bin Al-Harits, Sulaiman bin Mihran, Ismail
bin Zakaria, Khalid bin Makhlad, Sulaiman bin Thorkhon dan Sulaiman bin Qorom. Mereka semua
adalah Syiah, tapi ditsiqohkan dan diterima riwayatnya oleh Ahli Hadits Aswaja.
Inilah bukti bahwa Aswaja adalah Madzhab Islam yang Muhaayid (Netral) dan Itidaal (Adil), serta
Tawassuth (Pertengahan) dan Tawaazun (Seimbang), juga Tasaamuh (Toleran).
WAHABI dan NAASHIBAH
Memang tidak semua Wahabi adalah Naashibah, namun tidak bisa diingkari bahwa kebanyakan
Wahabi bersikap Naashibah. Memang di kalangan Ulama Wahabi tidak sedikit yang berupaya
mencegah dan melarang penghinaan terhadap para Ahli Bait Nabi SAW dalam bentuk apa pun, untuk
menjaga dan membangun Ukhuwwah Islamiyyah, namun upaya para Ulama Reformis Wahabi
tersebut juga tenggelam dalam fanatisme Awam Wahabi yang cenderung bersikap Naashibah.
Fanatisme Awam Wahabi tersebut bukan tanpa sebab, justru lahir dan menguat akibat aneka kitab
Wahabi dan berbagai pernyataan Ulama panutan mereka sendiri yang menghina Ahli Bait Nabi SAW
sekaliber Sayyiduna Ali RA dan isterinya Sayyidah Fathimah RA serta kedua putranya Sayyiduna AlHasan RA dan Sayyiduna Al-Husein RA.
Salah satunya, lihat saja kitab Minhaajus Sunnah karya Syeikh Ibnu Taimiyyah sang panutan dan
rujukan kalangan Wahabi, yang isinya dipenuhi dengan penghinaan terhadap Ahli Bait Nabi SAW.
Dalam kitab tersebut, Ibnu Taimiyyah menyatakan bahwa imannya Sayyidah Khadijah RA tidak
manfaat buat umat Islam. Dan bahwa Sayyidah Fathimah RA tercela seperti orang munafiq. Serta
Sayyidina Ali RA seorang yang sial dan selalu gagal, serta berperang hanya untuk dunia dan jabatan
bukan untuk agama, dan juga perannya untuk Islam tidak seberapa.
Ada pun Sayyiduna Al-Hasan RA dan Sayyiduna Al-Husein RA tidak zuhud dan tidak berilmu, serta
tidak ada keistimewaannya. Lalu soal pembunuhan Sayyiduna Al-Husein RA hanya masalah kecil,
lagi pula dia salah karena melawan Khalifah Yazid yang benar. Dan lain sebagainya. Oleh sebab itu,
Imam Ibnu Hajar Al-Asqolaani rhm dalam kitab Ad-Durorul Kaaminah juz 1 hal.181 182 saat
mengulas tentang Ibnu Taimiyyah menyatakan:

.
Dan di antara mereka (-para Ulama-) ada yang menisbahkannya (-Ibnu Taimiyyah-) kepada Nifaq,
karena ucapannya tentang Ali sebagaimana telah disebutkan.Dan dalam kitab Lisaanul Miizaan,
Sang Begawan Hadits ini menyimpulkan:

.
Berapa banyak sikap berlebihan (Ibnu Taimiyyah) dalam merendahkan perkataan Roofidhoh
terkadang mengantarkannya kepada pelecehan Ali.
Sikap berlebihan Ibnu Taimiyyah pada akhirnya mengantarkannya ke penjara pada tahun 726 H
hingga wafat di tahun 728 H. Sultan Muhammad bin Qolaawuun memenjarakannya di salah satu
menara Benteng Damascus di Syria berdasarkan Fatwa Qodhi Empat Madzhab Aswaja, yaitu:
1. Mufti Hanafi Qodhi Muhammad bin Hariri Al-Anshori rhm.
2. Mufti Maliki Qodhi Muhammad bin Abi Bakar rhm.
3. Mufti Syafii Qodhi Muhammad bin Ibrahim rhm.
4. Mufti Hanbali Qodhi Ahmad bin Umar Al-Maqdisi rhm.
Bahkan Syeikhul Islam Imam Taqiyuddin As-Subki rhm dalam kitab Fataawaa As-Subki juz 2
halaman 210 menegaskan :

.
Dia (Ibnu Taimiyyah) dipenjara dengan Ijma Ulama dan Umara.
Namun, akhirnya Syeikh Ibnu Taimiyyah rhm bertaubat di akhir umurnya dari sikap berlebihan,
khususnya sikap Takfiir, sebagaimana diceritakan oleh Imam Adz-Dzahabi rhm dalam kitab Siyar
Alaamin Nubalaa juz 11 Nomor 2.898 pada pembahasan tentang Imam Abul Hasan Al-Asyari rhm.
Namun, sayangnya Wahabi saat ini banyak yang tetap berpegang kepada sikap berlebihan Ibnu
Taimiyah yang justru sebenarnya sudah diinsyafinya. Bahkan banyak kalangan Wahabi saat ini yang
bersikap Khawaarij yang cenderung Takfiirii yaitu suka mengkafirkan semua umat Islam yang tidak
sependapat dengan mereka.
Di Indonesia, sejumlah Tokoh Wahabi secara terang-terangan menyatakan bahwa Madzhab Asyari
adalah bukan Aswaja, bahkan Firqoh sesat menyesatkan, antara lain:
1. Yazid Abdul Qadir Jawaz dalam buku Mulia dengan Manhaj Salaf bab 13 hal. 519 521.
2. Abdul Hakim bin Amir Abdat dalam buku Risalah Bidah bab 19 hal. 295 dan buku Lau Kaana
Khairan lasabaquunaa ilaihi bab 6 hal. 69.
3. Hartono Ahmad Jaiz dalam buku Bila Kyai Dipertuhankan hal.165 166.
Selain mereka, masih ada Mahrus Ali yang mengaku sebagai Mantan Kyai NU melalui lebih dari
sepuluh buku karangannya secara eksplisit menyesatkan aneka amaliyah NU yang bermadzhab
Asyari Syafii.
Karenanya, Aswaja pun sepakat sejak dulu hingga kini, bahwasanya Khawaarij maupun Naashibah
adalah firqoh yang sesat menyesatkan. Jadi, Wahabi yang berpaham Khawaarij dan bersikap
Nawaashib juga merupakan firqoh yang sesat menyesatkan.
Ada pun Wahabi Moderat yang berjiwa Reformis, mereka bukan Khawaarij Takfiirii dan bukan juga
Nawaashib. Mereka adalah saudara muslim yang wajib dihormati bukan dicaci, dirangkul bukan
dipukul, diajak dialog bukan ditonjok, dilawan dengan dalil bukan dengan bedil.

Apalagi mereka masih berpegang kepada sumber hadits yang sama dengan Aswaja, seperti
Muwaththo Malik dan Musnad Ahmad serta Kutubus Sittah, yaitu: Shahih Bukhari, Shahih Muslim,
Jami At-Tirmidzi, Sunan An-Nasaa-i, Sunan Abi Daud dan Sunan Ibni Maajah, dan kitab-kitab Hadits
Aswaja lainnya.
RIWAYAT NAWAASHIB
Jadi, jangan ada sikap gebrah uyah dengan penggeneralisiran semua Wahabi pasti Khawaarij
Takfiirii atau pasti Nawaashib, sehingga semuanya pasti sesat menyesatkan, apalagi sampai
mengkafirkan mereka. Sikap seperti itu sangat gegabah dan amat tidak ilmiah, serta bukan sikap
Aswaja.
Selain itu, dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim serta Kitab Hadits Aswaja lainnya terdapat
Perawi Khawaarij dan Perawi Nawaashib, sehingga jika mereka dikafirkan, maka berarti ada
Perawi Kafir dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim serta Kitab Hadits Aswaja lainnya.
Itu juga sangat berbahaya, karena juga bisa menjadi Bumerang yang menyerang balik dan
menghancurkan Aswaja. Itu tidak dilakukan kecuali oleh mereka yang bodoh tentang Ilmu Jarh wat
Tadiil atau oleh penyusup yang pura-pura jadi Aswaja, padahal tujuannya merusak Aswaja.
Justru adanya riwayat Khawaarij dan Nawaashib dalam Kitab Hadits Aswaja, menunjukkan bahwa
Aswaja dalam periwayatan Hadits memiliki Metode yang netral, adil, jujur dan amanat, serta jauh jauh
dari sikap Fanatisme Madzhab.
Silakan baca kitab Al-Itab Al-Jamiil alaa Ahlil Jarhi wat Tadiil karya As-Sayyid Muhammad bin Aqil
bin Yahya dengan tahqiq Sayyid Hasan bin Ali As-Saqqoof seorang Ahli Hadits dari Yordania dan ada
juga dengan tahqiq DR.Alwi bin Hamid Syihab seorang Dosen Hadits di Universitas Hadromaut
Yaman.
Atau cari dan baca saja langsung dalam kitab-kitab Dirooyaat Hadits, nama-nama seperti: Umar bin
Saad, Zuhair bin Muawiyah, Ibrahim bin Yaqub, Ishaq bin Suwaid, Tsaur bin Yazid, Hariiz bin Utsman,
Hushoin bin Numair, Khalid bin Abdullah, Ziyad bin Jubair dan Ziyad bin Alaaqoh. Mereka semua
adalah Nawaashib para pembenci Ahli Bait Nabi SAW, tapi ditsiqohkan dan diterima riwayatnya oleh
Ahli Hadits Aswaja.
Selain itu, masih ada Perawi Khawaarij dari berbagai sektenya seperti Ibaadhiyyah, Azaariqoh,
Haruuriyyah dan Ash-Shufriyyah, antara lain: Jaabir bin Zaid, Juray bin Kulaib, Syabats bin Ribi dan
Imraan bin Hiththoon. Dan ada juga Perawi Murji-ah yaitu Khalid bin Salamah dan Perawi
Qadariyyah yaitu Tsaur bin Zaid. Mereka semua adalah Non-Aswaja, tapi ditsiqohkan dan diterima
riwayatnya oleh Ahli Hadits Aswaja.
Inilah bukti bahwa Aswaja adalah Madzhab Islam yang Muhaayid (Netral) dan Itidaal (Adill), serta
Tawassuth (Pertengahan) dan Tawaazun (Seimbang), juga Tasaamuh (Toleran).
SYAIR IMAM SYAFII
Imam Syafii RA dalam Diiwaan nya pada halaman 20, menyusun beberapa Bait Syair untuk
menyindir Roofidhoh yang selalu menuduh para pecinta Sayyiduna Abu Bakar RA sebagai Nawaashib,
dan sekaligus juga menyindir Nawaashib yang selalu menuduh para pecinta Ahli Bait Nabi SAW
sebagai Syiah Roofidhoh.
Berikut syairnya :







Jika kami memuliakan Ali maka sesungguhnya kami ..
Menurut orang bodoh adalah Rowaafidh lantaran memuliakannya.
Dan jika aku menyebut keutamaan Abu Bakar
Maka aku dituduh Naashibah lantaran memuliakannya.
Maka aku akan tetap selalu menjadi Roofidhoh dan Naashibah sekaligus
Dengan menyintai keduanya hingga aku berbantalkan pasir (mati).
ASWAJA
Ahlus Sunnah wal Jamaah yang disingkat Aswaja adalah bukan Syiah dan bukan juga Wahabi,
serta bukan Roofidhoh dan bukan juga Nawaashib.
Imam Ibnu Hajar Al-Haitami rhm (w : 973 H) dalam kitab Az-Zawaajir an Iqtiroofil Kabaa-ir halaman
82 mendefinisikan Aswaja sebagai berikut:


.
Yang dimaksud dengan Ahlus Sunnah adalah yang dianut oleh dua Imam Ahlus Sunnah wal
Jamaaah yaitu Syeikh Abul Hasan Al-Asyari san Abu Manshur Al-Maaturiidii.
Dan Imam Al-Murtadho Az-Zabiidii rhm (wafat : 1.205 H) dalam kitab Ittihaafus Saadah Al-Muttaqiin
juz 2 hal. 6 menyatakan:

.
Jika disebut Ahlus Sunnah wal Jamaah secara mutlaq, maka yang dimaksud adalah Kaum Asyari
dan Kaum Maaturiidii.
Hampir semua Ulama dan Fuqoha Madzhab Fiqih Hanafi mengikuti Madzhab Aqidah Maaturiidi,
karena Imam Abu Manshur Al-Maaturiidii rhm menghimpun ajaran Aqidah Imam Abu Hanifah rhm
dalam Madzhab Aqidah Maaturiidiyyah yang dibangunnya.
Dan hampir semua Ulama dan Fuqoha Madzhab Fiqih Maliki dan Syafii, serta sebagian Ulama dan
Fuqoha Madzhab Fiqih Hanbali mengikuti Madzhab Aqidah Asyari, karena Imam Abul Hasan AlAsyari rhm menghimpun ajaran Aqidah Imam Malik, Syafii dan Ahmad, rohimahumullaah, dalam
Madzhab Aqidah Asyariyyah yang dibangunnya.
Sebagian Ulama Hanbali mengklaim sebagai pengikut Madzhab Aqidah Ahli Hadits dan Atsar yang
dinisbahkan kepada Imam Ahmad rhm. Mereka mengklaim sebagai Aswaja yang paling asli dan
sejati. Kini, pengikut aliran ini banyak mendapat label sesuai aneka sebab kaitannya, antara lain :
1. Atsari: Karena mengklaim sebagai pengikut Ahli Atsar.

2. Salafi: Karena mengklaim sebagai Madzhab paling Salaf.


3. Wahabi: Karena menjadikan Pemikiran Tauhid Syeikh Muhammad b Abdul Wahhab sebagai
rujukan utama.
4. Khawaarij: Karena sering menyalahkan semua umat Islam yang tidak sejalan dengan mereka.
5. Takfiirii : Karena sering mengkafirkan semua umat Islam yang tidak sependapat dengan mereka.
6. Nawaashib: Karena sering merendahkan Ahli Bait Nabi SAW dengan dalih bela Shahabat Nabi
SAW, bahkan paling suka berteriak mengkafirkan dan memusyrikkan Ibu dan Ayah Nabi SAW.
7. Musyabbih: Karena dalam mentafsirkan Sifat Allah SWT menyerupakan-Nya dengan Makhluq.
8. Mujassim: Karena dalam mentafsirkan Sifat Allah SWT menjasmanikan Dzat Allah SWT dalam
bentuk jasad Makhluq.
KESIMPULAN
Syiah dan Wahabi bukan Agama, tapi Firqoh, sehingga tidak tepat istilah Agama Syiah dan
Agama Wahabi, bahkan istilah tersebut terlalu Lebay.
Syiah Roofidhoh dan Wahabi Nawaashib adalah Firqoh sesat menyesatkam yang sangat
berbahaya, sehingga wajib diwaspadai oleh segenap Aswaja, dan harus dibendung penyebarannya,
serta mesti dilawan penistaannya terhadap Ahlul Bait mau pun Shahabat Nabi SAW.
Sedang Syiah Moderat dan Wahabi Moderat yang berjiwa Reformis, mereka adalah saudara
muslim yang wajib dihormati bukan dicaci, dirangkul bukan dipukul, diajak dialog bukan ditonjok,
dilawan dengan dalil bukan dengan bedil.
Ada pun Aswaja adalah Madzhab Pecinta Ahlul Bait dan Shahabat Nabi SAW serta Para Salaf yang
Sholihin. Dan Aswaja adalah Madzhab yang selalu terbuka untuk Peradaban Dialog yang berbasis
Ilmu dan Akhlaq, dalam membangun Toleransi Antar Umat Islam dari berbagai Madzhab mau pun
Firqoh.
Aswaja adalah Madzhab Islam yang Muhaayid (Netral) dan Itidaal (Adil), serta Tawassuth
(Pertengahan) dan Tawaazun (Seimbang), juga Tasaamuh (Toleran). Alhamdulillaah, Aswaja adalah
Firqoh Naajiyah yang berjalan di atas jalan Rasulullah SAW dan Ahlil Baitnya serta Para
Shahabatnya
Alhamdulillaahi Robbil Aalamiin

Anda mungkin juga menyukai