Anda di halaman 1dari 34

Membahas Kitab Tafsir

“Sahl al-Tustari (w. 283 h)”

Kolaborasi Kelompok 1: Astri Lestari, Afni Muyani


Harefa, dan Mas Rifqiyah Maulana Alfisyah
dengan
Jauhar Azizy

Rabu, 11 Maret 2020


BIOGRAFI

Nama Abu Muhammad Sahl ibn Abdullah ibn Yunus ibn


lengkap
Isa ibn Abdullah ibn Rafi’ Al-Tustari.

Lahir dan Tustar pada tahun 200 H atau 201 H dan


meninggal meninggal pada tahun 283 H

Sahl mempunyai banyak murid, diantaranya:

Al Hallaj Barnahary Akary Jurayri

Abu Ya’kub Muhammad Umar Ibn Munżir


Susi ibn Wasil ‘Anbari Hujami
Basri
Pada usia 13 tahun

krisis spiritual Bashrah

Abu Habib Hamza ibn


Madinah Tustar
Abdullah al-Abbadai

Basrah pada
Zun Nun al-Misri
wafat tahun 283 H
MOTIVASI PENULISAN TAFSIR
MOTIVASI PENULISAN TAFSIR

Motivasi menafsirkan Alquran karena Alquran akan memberikan


syafaat kepada seorang muslim yang membaca dan menelaahnya. Selain itu,
keimanan seorang mukmin akan sempurna jika ia mengimani segala yang
terdapat dalam Alquran dan menelaahnya (qara’ahu).
Seorang mukmin yang tidak mengamalkan apa yang telah ia ketahui
dalam Alquran, maka tidak sempurna pahalanya. Atau belum sempurna pahala
seorang mukmin jika ia tidak mengamalkan isi Alquran setelah ia
mengetahuinya.
Maka, penting bagi setiap muslim untuk mempelajari Alquran,
menelaah, dan mengamalkan isinya sebagai salah satu cara mendapatkan
kesempurnaan pahala dan keimanan. Sehingga apa yang telah dilakukan oleh
Sahl al-Tustari dalam menafsirkan Alquran yang ia sampaikan dalam setiap
majlisnya, kemudian dibukukan oleh muridnya merupakan bagian dari
keyakinan tersebut.
AJARAN SUFI SAHL
AL-TUSTARI

Corak pemikiran sufistik Muhammad ibn Sawwar

Allāhu Mā’i (Allah bersamaku) ZIKRULLAH

Allāhu Nādzirun ilayya (Allah


mengawasiku)

Allāhu Syāhidī (Allah


menyaksikanku)
ALIRAN TEOLOGI dan
mazhab fikih

Sahl al-Tustari merupakan penganut Sunni, baik Al-


Asy`ar iyah maupun Al-Maturidiyyah.

Sedangkan mazhab fikihnya adalah Malikiyyah. Hal


ini juga tergambar ketika ia menafsirkan Surah
Alfatihah.

Sahl membahas khusus lafazh Basmalah, kemudian


membahas Surah Alfatihah yang diawali dengan
lafazh Hamdalah.
SUMBER TAFSIR

1. Tafsir bil Ma’tsur


2. Tafsir bil Ra’yi
3. Tafsir Isyari
1. MENAFSIRKAN AL-QUR’AN DENGAN AL-QUR’AN QS. AL-
FATIHAH[1]:1 DENGAN QS. AL-MAIDAH[5]:55
2. MENAFSIRKAN AL-QUR’AN DENGAN HADIS
Menafsirkan Al-Qur’an dengan Isyarat manakala menafsirkan
ayat muqatta`ah semisal ‫ ا ل م‬dikatakan bahwa “ia adalah nama
Allah, didalamnya terdapat makna sifat-sifat yang (hanya)
diketahui orang yang faham.
METODE PENAFSIRAN
Tafsir yang mengungkap ayat-ayat al-Qur’an
dengan memaparkan segala makna dan aspek
yang terkandung di dalamnya sesuai urutan
TAHLILI bacaan yang terdapat di dalam mushaf al-Qur’an.
Namun, penafsiran yang dilakukan oleh Sahl al-
Tustari masih dalam bentuk tahlili yang sederhana
dan simple seperti Tafsir Al-Imam Mujahid bin Jabr
(w. 102 H).
Contoh penafsiran pada QS. Al-Ikhlas:
Ragam Makna dalam Alquran

ALQURAN
Matla’
Hadd
Batin

Zahir
PROSES PENAFSIRAN SAHL AL-TUSTARI
1. Sahl al-Tustari tetap percaya adanya makna zahir
ayat Alquran, sehingga dalam menafsirkan ayat
harus tetap berpegang pada kaidah-aidah Bahasa
Arab;
2. Makna batin bisa diperoleh setelah mengetahui
makna zahir suatu lafazh dari ayat yang ia tafsirkan
sesuai kaidah bahasa secara benar; dan
3. Makna tersembunyi merupakan upaya menyingkap
makna yang dikehendaki Allah swt. yang muncul
setelah adanya ayat Alquran tersebut, lalu didukung
ayat ain yang bias menjadi argument terhadap
makna yang dihasilkan.
CORAK PENAFSIRAN
Tafsir Sufi

Corak penafsirannya adalah Isyari atau Sufi Isyari, yaitu penafsiran


yang mengungkap makna batin, selain atau setelah makna zahir ayat.
Maksudnya, mufasir tidak menafikan makna zahir ayat Alquran, dan
makna batin yang disampaikan tidak boleh bertentangan dengan makna
zahit ayat.

Dari pembahasan penafsiran isyari yang dilakukan Sahl al-Tustarî,


nampak adanya proses penarikan makna interinsik (pesan moral)
Alquran yang menjadi inti utama gagasan Alquran dalam tafsir sufi ini,
bertopang pada proses analogi di mana sebuah ungkapan Alquran
diberikan bandingannya dalam sebuah ungkapan sufi yang menunjuk
aspek ajaran moral yang dikandungnya.
Maksudnya, makna isyari yang diungkap oleh Sahl tidak hanya
berdasarkan pengalaman spiritualnya sebagai seorang sufi, namun juga
terdapat penalaran dan perenungan yang mendalam Sahl berdasarkan
makna zahir ayat Alquran.
SUMBER REFERENSI TAFSIR AL-TUSTARI

Kategori Kategori Kategori Kitab-kitab


Kitab Hadis Kitab Tafsir Kitab Sufi: lainnya:

• Shahih Bukhri, • Abjad Al- • Al-Tashawuf fi • Al-Ishabah fi


Shahih ‘Ulum, Al-Islam Ma’rifah Al-
Muslim, Sunan Shahabah
• Al-Itqan fi • Kitab Al-
Ibn Majjah, • I’tiqad Ahl Al-
‘Ulum Al- Zuhud
Sunan Abi Sunnah
Qur’an • Thabaqat Al-
Daud, Sunan • Al- Bidayah wa
• Tafsir al- Shufiyyah, Al- Al-Nihayah
Al-Baihaqi Qurthubi Thabaqat
AlKubro, • Tarikh Al-Adab
AlKubro ‘Arabi
Sunan At-
• Tarikh Baghdadi
Tirmidzi,
• Tahdzib Al-
Sunan Al-
tahdzib
Kubro, dan
• Tahdzib Al-
Musnad Kamal
Ahmad • Fath Al-Bari
Sistematika Tafsir al-Tustari
Isi Penafsiran
Muqaddimah
1. Sistematika mushafi
1. Memuat uraian
kedudukan Alquran dan 2. Awal pembahasan
pentingnya berpedoman tentang arti lafazh
Basmallah; Penutup
pada Alquran (konsep Daftar isi
umum Alquran); 3. Kitab Tafsirnya berisi 114
2. Penjelasan karakteristik surah, namun tidak semua
umum pencarian ayat Alquran ditafsirkan.
pemahaman terhadap Bisa jadi, Sahl hanya
Alquran; dan memilih ayat-ayat tertentu
3. Kerangka dasar saja dari setiap surah untuk
penafsirannya terhadap ditafsirkan sesuai dengan
Alquran. indikasi (isyarat) yang
mampu ia tangkap sebagai
seorang sufi.
Memuat uraian kedudukan al-Quran dan pentingnya berpedoman
pada al-Quran
CONTOH PENAFSIRAN TENTANG SABAR DALAM QS. AL-BAQARAH [2]:

Al-Tustari menarik ‘pesan moral sabar’ ke dalam makna


peribadatan aplikatif (yakni puasa) atau tasawuf ‘amalī.
Hal tersebut tidak diketemukan dalam berbagai tafsir
lain, baik bilma’tsur, bilro’yi maupun tafsir isyarī lainnya.

Al-Tustari menarik ‘pesan moral sabar’ ke dalam makna peribadatan


aplikatif (yakni puasa) atau tasawuf ‘amalī. Hal tersebut tidak diketemukan
dalam berbagai tafsir lain, baik bilma’tsur, bilro’yi maupun tafsir isyarī
lainnya.
Penafsiran bersifat aplikatif tasawuf ‘amali
CONTOH PENAFSIRAN DENGAN ISYARAT (MAKNA
ESOTERIK)
Gaya Bahasa
Kolom
Penjelasan ringkas, namun memiliki makna yang mendalam
Penarikan Signifikansi moral al-Qur’an
Setiap kata yang ditafsirkan
menghubungkan kepada Illahi
Karakteristik Tafsir al-Tustari

1. Memuat uraian kedudukan al-Quran dan pentingnya berpedoman pada


al-Quran;
2. Penguraian status al-Qur’ân sebagai al-tanzîl;
3. Tidak hanya mengungkap makna zahir ayat Alquran, namun juga
mengungkap makna batin
4. Makna batin yang diungkap sarat dengan analogi;
5. Penjelasan ringkas, namun memiliki makna yang mendalam (per kata);
6. Terkadang makna batin yang diungkap bersifat aplikatif tasawuf ‘amali;
7. Penarikan Signifikansi moral al-Qur’an;
8. Setiap kata yang ditafsirkan senantiasa dihubungkan kepada Illahi; dan
9. Penggunaan ‫ قل سهل‬menunjukkan bahwa kitab tafsir tersebut tidak ditulis
oleh Sahl al-Tustari sendiri, melainkan oleh muridnya setelah beberapa
tahun meninggalnya Sahl.

Anda mungkin juga menyukai