Anda di halaman 1dari 2

Nama kitab : Minhajut Tholibin wa Umdat al Muftin fi Fiqh Madzhab al-Imam al Syafii

Pengarang : Imam Nawawi

Penerbit : Darul Kutub al-Ilmiyyah. Beirut

Tebal : 224

Peresensi : Muslimin Syairozi

Pengarang kitab Minhajut Tholibin adalah Imam Abu Zakaria Muhyiddin bin Syaraf an-Nawawi ad-
Dimasyqi. Beliau dikenal dengan nama Imam Nawawi, karena lahir di Desa Nawa, Damaskus. Beliau
adalah guru besar sekaligus juru fatwa abad ke-6 Hijriyyah.
Imam Nawawi mashur sebagai ulama yang umurnya penuh dengan berkah. Beliau merupakan ulama
produktif, di mana karangannya tak sebanding dengan umurnya yang terbilang pendek. Umur beliau
hanya empat puluh lima tahun, namun dalam rentan waktu tersebut, beliau mampu mengarang
puluhan bahkan ratusan kitab besar.

Kehidupan beliau hanya berkutat pada mengaji, menulis, dan beribadah kepada Allah Swt. Pada usia
sepuluh tahun, saat teman-teman sejawatnya asyik dengan bermain, beliau justru menyibukkan diri
menghafal al-Quran. Beliau juga gemar menulis. Kegemaran ini dalam perjalanannya menghasilkan
banyak kitab yang menjadi bahan rujukan banyak ulama selepasnya. Tak mengherankan
dalam muqaddimah kitabnya, beliau menuturkan bahwa menyibukkan diri dengan ilmu merupakan
wujud ketaatan paling utama dan apresiasi paling tepat dalam memanfaatkan waktu yang berharga.
Produktifitas beliau di antaranya bisa dilihat bahwa saat beliau wafat, masih ada beberapa kitab yang
belum dirampungkan. Di antaranya at-Tahqiq yang pembahasannya baru sampai pada bab shalat
musafir.

Minhajut Tholibin merupakan penjelas kitab Muharrar karangan Imam RofiI, ringkasan
kitab Wajiz Imam Ghozali. Tidak diragukan lagi, kitab ini sambung dengan kitab al-Umm yang
merupakan kumpulan pendapat shahibu al-madzhab, Imam Syafii.
Pengarang mengakui bahwa kitab Muharrar adalah kitab yang sempurna dan mencakup banyak
sekali faidah. Melihat ketebalan kitab tersebut, terasa sangat sulit menghafalkannya. Inilah yang
mendorong beliau untuk meringkasnya sehingga menjadi lebih praktis. Dalam kitabnya ini, beliau
mengutarakan pembahasan dengan bahasa ringkas serta menambahkan kaedah-kaedah fiqih yang
tidak terdapat dalam kitab Muharrar. Beliau juga mencantumkan pendapat Imam syafii dan murid-
muridnya yang di-tarjih dan tidak.
Kitab ini merupakan kitab mutamad yang banyak menjadi rujukan para mabahits masail. Banyak
kitab besar yang menukil pendapat Imam nawawi dari kitab ini. Minhajut Tholibin bisa dikatakan yang
paling utama dalam menentukan suatu masalah. Hal ini di antaranya berdasar pada kedudukan
sang muallif sendiri. Beliau adalah seorang mufti yang pendapatnya paling diunggulkan oleh
kalangan ulama mutaakhirin. Sesuai keputusan para ulama, terlepas dari maslahah, pendapat yang
dipilih dalam menentukan hukum adalah pendapat Imam Syaikhain (Imam Nawawi dan Imam Rofii).
Jika terjadi perbedaan, maka yang dipilih adalah pendapat Imam Nawawi. Baru kemudian pendapat
Imam Rofii serta pendapat yang didukung oleh mayoritas ulama.

Puluhan ulama telah mensyarahi kitab Minhajut Tholibin. Hal ini membuktikan, kitab ini adalah kitab
yang agung. Di antara para ulama tersebut yaitu Ibnu Hajar al-Haitami dengan kitab Tuhfah Muhtaj
ila Syarh al-Minhaj, Imam Romly dengan Nihayatul Muhtaj ila syarh al-Minhaj, dan Imam khatib
Syarbany dengan Mughni al-Muhtaj ila Syarh al-Minhaj.
Pendapat mereka dalam kitab-kitab tersebut menjadi pendapat yang dipilih. Artinya, jika muncul
perbedaan antara Ibnu Hajar al-Haitami, Imam Romly, dan Imam Katib Syarbany, maka pendapat
yang diunggulkan adalah pendapat yang mereka kemukakan pada kitab-kitab di atas.

http://majalahlangitan.com/minhajut-tholibin-pegangan-ulama-syafiiyyah/

Anda mungkin juga menyukai