Oleh:
Charisma tiara Ramadhani
Daniela Selvam
Imam Arief Winarta
Novi Auliya Dewi
Rebeka Anastasia Marpaung
Rudi Thenggono
Sarah Amalia
Stefen agustinus
Pembimbing:
dr. Patiyus Agustiansyah, Sp.OG (K)
BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FK UNSRI
RUMAH SAKIT MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2015
TELAAH KRITIS JURNAL
1. Judul Artikel Jurnal :
Primary cervical cancer screening with hpv testing compared with liquidbased cytology
2. Gambaran Umum
a. Latar Belakang
Pencegahan sekunder terhadap kanker serviks bergantung pada
diagnosis yang akurat dan pengobatan prekursornya, yaitu CIN (cervical
intraepithelial neoplasia) 2 dan CIN3 untuk mencegah progresivitas dari
prekursor menjadi penyakit invasif. Dewasa ini terdapat bukti nyata yang
mengatakan bahwa infeksi serviks oleh high risk Human Papilloma Virus
(hrHPV) adalah penyebab kanker serviks, dan tes DNA hrHPV dari sampel
serviks telah terbukti meningkatkan sensitivitas untuk mendeteksi lesi
prekanker yang relevan dibanding dengan sitologi. Studi lain mengatakan
bahwa nilai prediktif negatif dari tes DNA hrHPV untuk CIN3+ lebih tinggi
dibandingkan dengan sitologi. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah
realisasi dari tes DNA hrHPV sebagai skrining primer mampu memberikan
deteksi lesi prekanker yang lebih baik, dan akhirnya mampu mengurangi
morbiditas dan mortalitas kanker serviks, dibandingkan dengan sitologi.
Dua percobaan besar yang dilakukan di Eropa telah mengeksplorasi
dampak dari uji hrHPV primer terhadap sitologi pada kelompok kontrol
pada insidensi CIN2+ dan CIN3+. Studi percobaan random terkontrol yang
membandingkan tes hrHPV dengan LBC sebagai skrining primer untuk
kanker serviks pertama kali dilakukan di Amerika Utara. Dalam penelitian
kali ini yang dilakukan di Kanada bertujuan untuk memastikan efikasi tes
DNA hrHPV sebagai skrining primer untuk kanker serviks dengan interval
skrining 4 tahun, dalam populasi yang terdiri dari wanita yang memenuhi
syarat untuk skrining dalam program skrining yang diorganisir oleh Kanada.
b. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada perempuan di Kanada berusia 25 65 tahun
yang berpartisipasi dalam program provinsi dan mendapat perhatian dari
CFP (Collaborating Family Physician) antara bulan Januari 2008 dan Maret
2011.
2
c. Metode
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental, menggunakan
desain uji klinis berupa desain paralel dimana subyek dirandomisasi, dan
dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok
intervensi dimana kelompok kontrol menerima pengobatan standar dan
berlaku sebagai kontrol dan kelompok intervensi memperoleh pengobatan
baru. Tes Chi-square digunakan untuk membandingkan data kategori
demografi dan Z-test digunakan untuk menguji proporsi.
Pada penelitian yang dilakukan mulai dari Januari 2008 ini, kelompok
kontrol dan intervensi dikategorikan sebagai berikut:
1.
Kelompok kontrol: dilakukan pemeriksaan LBC saat masuk, jika hasil
LBC didapatkan LSIL (Low Grade Squamous Intraepithelial
Lesion), partisipan dirujuk untuk kolposkopi. Jika hasil LBC
didapatkan ASC-US (Atypical Squamous Cell of Unknown
Significance), dilanjutkan pemeriksan hrHPV, jika didapatkan hasil
tes positif maka partisipan dirujuk untuk kolposkopi, sedangkan
2.
12.494
dirandomisasi
ke
dalam
kelompok
intervensi.
Dari 6115 wanita pada kelompok kontrol yang telah menyelesaikan uji
sitologi pertama, didapatkan 5877 (96,1%) partisipan dengan hasil sitologi
negatif. Sedangkan, 42 (66,6%) dari 63 wanita dengan hasil sitologi ASC-
hasil hrHPV positif/ sitologi negatif pada pemeriksaan awal bersedia untuk
melakukan pemeriksaan lanjutan. Wanita dengan hasil tes ACS-US atau
hrHPV positif dirujuk untuk kolposkopi. Hanya didapatkan 4 partisipan
hrHPV negatif dengan sitologi positif, sedangkan didapatkan 125
partisipan dengan sitologi negatif dengan hrHPV positif.
10
Table 2
Referral rates, CIN2+/CIN3+ detection rates and positive predictive values
by trial arm in round 1 of screening
HPV arm (95%CI) Control arm (95%CI)
Referral rates per 1000 tested
Round 1 baseline colposcopy
11
11.0 (8.3.13.7)
Baseline CIN2+
Baseline CIN3+
Subsequent CIN2+
0% (0.0, 49.0)
Subsequent CIN3+
0% (0.0, 49.0)
Overall CIN2+
Overall CIN3+
e. Diskusi
Pada skrining awal, laju deteksi awal CIN2+ hampir sama pada kelompok
intervensi maupun kelompok kontrol. Namun setelah dilakukan pemeriksaan
lanjutan pada wanita dengan hasil pemeriksaan hrHPV positif/ sitologi negatif
ataupun ASC-US positif/HPV negatif, wanita yang dirandomisasi ke dalam
kelompok intervensi mengalami peningkatan dalam laju deteksi CIN2+.
Sementara, pada kelompok kontrol laju deteksi CIN2+ tidak mengnalami
perubahan.
12
13
Meski LBC awalnya diperkenalkan sebagai uji deteksi penyakit yang lebih
sensitif dibandingkan dengan uji sitologi konvensional, hal ini belum didukung
oleh literatur yang dipublikasi. Namun demikian, LBC telah digunakan secara
luas, dan menawarkan keuntungan dalam mendukung uji DNA hrHPV dari satu
sampel yang sama. Jadi partisipan cukup diambil 1 spesimen, dan tes refleks dapat
dilakukan pada spesimen, sehingga tidak diperlukan kunjungan kembali ataupun
pengambilan sampel berkali-kali. Selain itu, LBC juga mampu memberikan
kesempatan untuk dilakukannya tes lain, contohnya biomarker kanker serviks dan
infeksi PMS.
KESIMPULAN
Setelah dilakukan pemeriksaan lanjutan pada perempuan dengan hasil hrHPV
positif/sitologi negatif atau ASC-US positif/HPV negatif, partisipan yang
dirandomisasi ke dalam kelompok intervensi mengalami peningkatan deteksi
CIN2+ dibanding dengan wanita dalam kelompok kontrol.
3. Telaah Kritis
Berdasarkan jurnal yang diakses dari British Journal of Cancer
merupakan bagian dari kedokteran berbasis bukti (evidence-based medicine)
diartikan sebagai suatu proses evaluasi secara cermat dan sistematis suatu
artikel penelitian untuk menentukan reabilitas, validitas, dan kegunaannya
dalam praktik klinis. Komponen utama yang dinilai dalam critical appraisal
adalah validity, importancy, applicability. Tingkat kepercayaan hasil suatu
penelitian sangat bergantung dari desain penelitian dimana uji klinis
menempati urutan tertinggi. Telaah kritis meliputi semua komponen dari
suatu penelitian dimulai dari komponen pendahuluan, metodologi, hasil, dan
diskusi. Masing-masing komponen memiliki kepentingan yang sama
14
Secara garis besar, latar belakang jurnal ini telah memenuhi komponenkomponen yang harusnya terpapar dalam latar belakang. Pada latar belakang
jurnal telah dijelaskan tentang pentingnya masalah ini dibahas, perbandingan
15
denganpenelitian sebelumnya, dan tujuan utama dari penelitian. Pada jurnal tidak
dipaparkan prevalensi dan insiden, serta hipotesis penelitian secara tersurat.
b. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitan ini sudah cukup baik karena peneliti telah
memaparkannya secara jelas dilakukannya penelitian ini, yaitu untuk untuk
memastikan efikasi tes DNA hrHPV sebagai skrining primer untuk kanker serviks
dengan interval skrining 4 tahun, dalam populasi yang terdiri dari wanita yang
memenuhi syarat untuk skrining dalam program skrining yang diorganisir oleh
Kanada.
c. Metode Penelitian
16
Metode jurnal kurang lengkap. Pada metode jurnal tidak djelaskan secara
detail mengenai kriteria populasi baik kriteria inklusi, kriteria eksklusi, sampel,
cara mengolah data, metode analisis data, penentuan besar sampel minimal. Pada
jurnal ini hanya menjelaskan mengenai desain penelitian yang dilakukan, dan
variabel yang akan digunakan.
17
d. Hasil Penelitian
Study Validity
Research questions
18
Is the research question well-defined that can be answered using this study
design?
Ya. Disain studi pada penelitian ini adalah deskriptif yang menggambarkan
karakteristik sampel sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan
sebelumnya.
pencegahan sedini mungkin dengan mengetahui kapan waktu yang tepat untuk
melakukan skrining kanker serviks. Meskipun penelitian ini memiliki populasi di
negara maju, tetapi bisa menjadi salah satu metode referensi bagi negara
berkembang untuk mencegah bahkan mengeliminasi penyakit kanker serviks.
III.
Applicability
Are your patient so different from these studied that the results may not
apply to them?
Tidak. Studi ini juga bisa diaplikasikan pada skrining penyakit lain
terkhusus penyakit yang memiliki nilai epidemiologi tinggi di daerahnya atau di
negaranya. Sifat penelitian ini adalah mencari tahu variabel apa yang lebih
spesifik yang dapat berperan untuk upaya preventif dari suatu penyakit sehingga
bisa menjadi data epidemiologi baru pada daerah atau negara yang dilakukan
penelitian.
Is your environment so different from the one in the study that the methods
could not be use there?
Lingkungan di Indonesia cukup jauh berbeda dari negara Inggris khususnya
dari segi kewaspadaan masyarakat itu sendiri terhadap suatu penyakit demi
terwujudnya kesejahteraan manusia. Hal ini bisa dijadikan wadah untuk
memotivasi diri sendiri atau bahkan masyarakat sekitar untuk mencontoh perilaku
yang lebih baik untuk menjadikan negara lebih baik, contohnya dalam skrining
awal penyakit khususnya kanker serviks yang memiliki urgensi tinggi untuk
dicegah dan dieliminasi.
Kesimpulan : Jurnal ini valid, penting, dan dapat diterapkan sehingga jurnal ini
dapat digunakan sebagai referensi.
20