Anda di halaman 1dari 30

BAB III

TEORI DASAR

Dalam Bab III ini, penulis menghadirkan paparan singkat mengenai tugas
akhir penulis untuk menentukan nilai dari Original Gas In Place (OGIP). Untuk
menentukan nilai tersebut ada beberapa faktor yang mempengaruhi besar atau
kecilnya volume gas awal di tempat dari suatu reservoir antara lain yaitu karakteristik
batuan reservoir, karakteristik dari fluida reservoir dan yang sangat penting adalah
jenis tenaga dorong dari suatu reservoir untuk mendorong gas ke permukaan.

3.1

Karakteristik Batuan Reservoir

Batuan reservoir merupakan batuan berpori di mana fluida hidrokarbon


terakumulasi. Karena itu penting untuk diketahui berapa besar ruang porinya
(berhubungan dengan porositas), berapa besar volume minyak, air, dan gas yang
terkandung di dalamnya (berhubungan dengan saturasi fluida) dan berapa besar
kemampuan

batuan

untuk

mengalirkan

fluidanya

(berhubungan

dengan

permeabilitas).
3.1.1

Porositas
Porositas didefinisikan sebagai perbandingan antara volume pori-pori

juga didefinisikan sebagai suatu ukuran yang menyatakan beberapa besar

11

12

perbandingan volume ruang pori terhadap volume total batuan. Secara


matematis porositas dapat dirumuskan sebagai berikut:

Vp
Vp
V V gr
=
= b
100
V b V gr +V p
Vb

..................................................(3.1)

Dimana:

= porositas, (fraksi)

Vp

= volume pori pori batuan, (cm3)

Vb

= volume total batuan, (cm3)

Vgr

= volume butiran batuan, (cm3)


Berdasarkan hubungan antar porinya, maka porositas digolongkan

menjadi dua jenis, yaitu porositas absolut dan porositas efektif. Porositas
absolut adalah perbandingan antara volume total seluruh pori bulk yang saling
berhubungan (interconnected) maupun yang tidak berhubungan yang saling
berhubungan terhadap volume total batuan. Porositas yang digunakan dalam
perhitungan adalah porositas efektif karena porositas inilah yang mampu
mengalirkan fluida yang ada di dalamnya.
Besarnya harga porositas dari suatu reservoir dapat diperoleh dengan cara
pengukuran secara tidak langsung yaitu pengukuran dengan analisa core di
laboratorium batuan inti, dan pengukuran secara langsung yaitu dengan
metode kuantitatif dari analisa logging pada sumur-sumur yang menembus
formasi produktif. Harga porositas dianggap konstan selama berlangsungnya

13

produksi. Akan tetapi pada kondisi sebenarnya, harga porositas berkurang


sejalan dengan menurunnya tekanan reservoir.
Pada penerapan di lapangan, untuk mendapatkan harga porositas yang
representatif dari suatu reservoir adalah dengan cara mencari harga rata-rata
porositas untuk suatu ketebalan tertentu, yaitu dengan persamaan sebagai
berikut:

hi. i
hi

....................................................................................(3.2)

Dimana:

= porositas, (fraksi)

= ketebalan lapisan reservoir, (feet)

Besar kecilnya porositas dipengahuri oleh beberapa faktor, yaitu


ukuran butir (semakin baik distribusinya, semakin baik porositasnya), susunan
butir menunjukan bahwa susunan butir berbentuk kubus mempunyai porositas
lebih baik dibandingkan bentuk rhombohedral, kompaksi, sementasi dan
lingkungan pengendapannya. Pengukuran porositas dilakukan dengan cara
menentukan dengan volume pori.

14

Besar kecilnya harga porositas menunjukan kualitas dari pori tersebut.


Tabel 3.1 menunjukkan penggolongan nilai porositas.

Tabel 3.1
Klasifikasi Nilai Porositas
Harga Porositas (%)

Keterangan

0-5
5-10

Porositas jelek sekali


Porositas jelek

10-15
15-20
20-25

Porositas sedang
Porositas baik
Porositas baik sekali

3.1.2

Permeabilitas

Permeabilitas merupakan suatu sifat fisik batuan yang mempunyai


pengertian kemampuan batuan untuk dapat dilewati atau dialiri suatu fluida
dengan viskositas dan kecepatan tertentu melalui pori-pori yang berhubungan
tanpa merusak batuan tersebut, atau dapat disebut juga ukuran kemampuan
suatu media berpori untuk mengalirkan suatu fluida. Permeabilitas yang
ditandai dengan simbol (k), dinyatakan dengan satuan Darcy.
Satu Darcy menurut Henry Darcy (1856) didefinisikan sebagai
kemampuan batuan untuk mengalirkan fluida sebesar 1 (satu) cm kubik per

15

detik dengan kekentalan sebesar 1(satu) centipoise (cp) dengan luas


penampang sebesar 1(satu) centimeter persegi (cm2) pada panjang 1 (satu)
meter di bawah gradien 1 (satu) atsmosfer per centimeter (atm/cm).
Permeabilitas mempunyai peranan yang juga penting seperti porositas,
karena dalam memproduksikan hidrokarbon dari suatu reservoir bukan hanya
jumlah akumulasi minyak atau gas saja, akan tetapi besarnya laju alir juga
akan menentukan ekonomis tidaknya suatu reservoir.
Secara kuantitatif

besarnya permeabilitas suatu batuan reservoir

ditentukan berdasarkan persamaan Darcy berikut ini:

v=

k dP
dl

( )

.....................................................................................(3.3)

Dimana:
v

= kecepatan aliran fluida, (cm/detik)

= permeabilitas, (mD)

= viskositas fluida, (cP)


dP
dL = pressure drop per satuan panjang, (atm/cm)

Karena kecepatan aliran fluida adalah debit fluida per luas area, maka
persamaan Darcy di atas berubah menjadi:

16

v=

q
A

q=

kA dP
dl

..............................................................................................(3.4)

( )

.................................................................................(3.5)

Dimana:
q

= laju alir fluida, (cm3/detik)

= luas penampang, (cm2)


Persamaan Darcy dalam pemakaiannya memenuhi beberapa syarat

antara lain:
1.
2.
3.
4.

Aliran laminar.
Fluida yang mengalir tidak beraksi dengan batuan.
Suhu tetap selama aliran.
Fluida satu fasa dan incompressible.
Berdasarkan banyak jenis fluida yang mengalir dalam suatu batuan

reservoir, permeabilitas dapat dibedakan sebagai berikut:

Permeabilitas absolut (k), permeabilitas batuan apabila fluida yang

mengalir dalam batuan tersebut hanya satu jenis fluida saja.


Permeabilitas efektif (ko, kg, kw), permeabilitas batuan apabila fluida

yang mengalir dalam batuan tersebut terdiri lebih dari satu jenis fluida.
Permeabilitas relatif (kro, krw, krg), perbandingan antara permeabilitas
efektif terhadap permeabilitas absolutnya.
Data permeabilitas dapat diketahui dari analisa batuan inti di

laboratorium dengan menggunakan alat permeameter, atau juga menggunakan

17

Analisa Uji Sumur yaitu Pressure Draw Down Test dan Pressure Buld Up
Test.

3.1.3

Saturasi Fluida

Secara umum saturasi fluida adalah jumlah kandungan fluida yang


berada pada pori-pori batuan, secara khusus saturasi fluida adalah suatu
ukuran yang menyatakan beberapa bagian atau persentase dari ruang pori-pori
suatu batuan reservoir yang terisi oleh fluida. Saturasi fluida tersebut dapat
berupa saturasi minyak (So), saturasi air (Sw), dan saturasi gas (Sg).
Di dalam reservoir, fluida minyak, air, dan gas telah mencapai kondisi
setimbang pada waktu ditemukan, sehingga fluida tersebut telah terpisah
dengan sendirinya menurut berat jenisnya (density) masing-masing, gas
berada di atas, minyak berada di tengah serta air berada di bawah.
Pada kondisi reservoir di bawah tekanan jenuh, jumlah ketiga saturasi
tersebut sama dengan satu, dinyatakan dalam persamaan:
S w + So + S g=1

....................................................................................(3.6)

Pada kondisi reservoir di atas tekanan jenuh berlaku:


S w + So =1

.........................................................................................(3.7)

Volume pori yang diisi hidrokarbon:

18

S o + S g =( 1S w )

.....................................................................(3.8)

Dimana:

= porositas, (fraksi)

Sw

= saturasi air, (fraksi)

So

= saturasi minyak, (fraksi)

Sg

= saturasi gas, (fraksi)


Saturasi atau kejenuhan air biasa juga disebut S wi, yaitu saturasi air

mula-mula pada waktu reservoir minyak atau gas ditemukan. Besarnya Swi
penting untuk diketahui karena akan menentukan berapa bagian atau
persentase ruang pori yang tersisa, yaitu yang diisi oleh minyak atau gas,
sehingga jumlah fluida hidrokarbon dapat diketahui.
Besarnya saturasi fluida dalam suatu reservoir dipengaruhi faktorfaktor sebagai berikut:
1. Ukuran dan distribusi pori.
2. Ketinggian di atas free water level karena adanya adhesi dan tekanan
kapiler.
3. Sifat kebasahan batuan (wettabilitas).
Harga saturasi fluida di dalam batuan reservoir dapat ditentukan
dengan analisa sebagai berikut:
1. Analisa percontohan batuan (core sample) di laboratorium.
2. Analisa logging.

19

3.2

Karakteristik Fluida Reservoir

Di dalam reservoir terdapat lebih dari satu fasa fluida yang memiliki
karakteristik yang berbeda-beda. Dalam perhitungan perkiraan cadangan dan
produksi dari suatu reservoir sangat dibutuhkan karakteristik dari fluida yang
terkandung di dalam reservoir tersebut. Data karakteristik fluida reservoir dapat
diperoleh dari hasil analisa laboratorium yang biasa disebut dengan analisa PVT
(Pressure, Volume, Temperature). Apabila data laboratorium tidak tersedia dapat
digunakan metode korelasi yang tersedia.

3.2.1

Faktor Volume Formasi Gas (Bg)

Faktor volume formasi gas adalah perbandingan volume gas pada


tekanan dan >umor>ature reservoir terhadap volume yang ditempati gas
yang sama pada kondisi standar (14.7 psia, 60 oF). Faktor volume formasi
untuk gas dinyatakan dengan persamaan:

Bg=0.0283

ZT
P

..................................................................................(3.9)

Dimana:
Bg

= faktor volume formasi gas, (cuft/scf)

= faktor kompressibilitas gas

= temperature, (oR)

20

= tekanan, (psia)

3.2.2

Faktor Volume Formasi Air (Bw)

Faktor volume formasi air merupakan perbandingan volume air pada


tekanan dan temperature pada reservoir terhadap volume air yang sama pada
kondisi standar (14.7 psia, 60oF). Hubungan antara faktor volume formasi
dengan tekanan menunjukan penurunan faktor volume formasi air yang lebih
curam setelah melewati tekanan saturasi dibandingkan sebelum melewati
tekanan saturasinya.
Harga faktor volume formasi air umumnya sering dianggap = 1,
karena untuk segala tingkat suhu dan tekanan faktor kelarutan gas dalam air
relative kecil. Perhitungan untuk mencari harga faktor volume formasi air
berhubungan dengan perubahan volume selama penurunan tekanan (VWP).
Perubahan volume selama penurunan temperature (V WT) juga mempengaruhi
sehingga harga faktor volume formasi air adalah :
Bw= (1+VWP)x(1+VWT).(3.10)
Dimana :
Bw

= Faktor volume formasi air, bbl/STB

VWP = Perubahan volume selama penurunan tekanan


VWT = Perubahan volume selama penurunan temperature

21

3.2.3

Viskositas Gas (g)

Pada kenyataannya gas bumi tidak ada yang mengikuti gas ideal.
Viskositas gas ideal naik dengan bertambahnya temperatur dan naiknya tidak
tergantung pada besarnya tekanan, sifat inilah yang berbalik dengan minyak
dan air. Kenaikan tekanan yang besar dapat merubah sifat gas tersebut, gas
yang tadinya ideal menjadi tidak ideal dan sifat ini cenderung mendekati
cairan. Di lapangan gas sering dijumpai pada reservoir yang sangat tinggi,
tinggi tekanannya menyebabkan naiknya viskositas gas dan menurun seiring
dengan turunnya tekanan.

3.2.4

Densitas Gas (g)

Densitas gas adalah perbandingan antara rapatan gas tersebut dengan


rapatan suatu gas standar. Untuk reservoir gas, densitas dapat ditentukan
dengan persamaan berikut:

PxMW
zxRxT ...

(3.11)
MW = 28.97 x g ...(3.12)
Dimana :

= Densitas, lb/ft3

22

= Tekanan, psi

MW

= Berat molekul, lbm/lb-mol

= Faktor deviasi gas

= Konstanta gas, 10.73 ft3 psi/lb mol oR

= Temperatur, oR

= Spesifik Gravity Gas

3.2.5

Densitas Air (w)

Densitas air formasi dinyatakan dalam massa per volume, spesifik


volume per satuan massa dan spesifik gravity, yaitu densitas air formasi pada
suatu kondisi tertentu, yaitu pada tekanan 14.7 psi dan temperatur 60oF.
Beberapa satuan umum digunakan untuk menyatakan sifat-sifat air
murni pada kondisi standar adalah 0.999010 gr/cc, 8.334 lb/cuft, 350 lb/bbl,
0.01604 cuft/lb.

3.2.6

Faktor Kompressibilitas Gas (z faktor)

Faktor kompressibilitas

gas

dalah perbandingan volume gas

sebenarnya pada tekanan dan temperature tertentu dengan volume gas jika gas
tersebut dianggap gas ideal pada kondisi yang sama. Faktor kompressibilitas
dilambangkan dengan simbol Z dinyatakan dengan persamaan:

23

Z=

V actual
V ideal

....................................................................................(3.13)

Dimana:
Z

= faktor kompressibilitas gas

V aktual = volume gas aktual, (ft3)


= volume gas ideal, (ft3)

V ideal

Harga dari faktor kompressibilitas dapat berubah-ubah sesuai dengan


tekanan dan temperature. Faktor kompressibilitas dapat diperoleh dari
serangkaian

percobaan

dan

diinterpretasikan

sebagai

grafik

atau

menggunakan rumus-rumus yang kemudian hasilnya diplotkan pada grafik Z


faktor.

3.2.7

Specific Gravity

Specific gravity () adalah perbandingan densitas suatu zat dengan


densitas zat lain sebagai referensi. Untuk referensi gas yang digunakan adalah
udara, sedangkan untuk liquid referensi yang digunakan adalah air. Specific
gravity dapat dinyatakan dengan rumus:

Dimana:

.............................................................................................(3.14)

24

= specific gravity

= densitas zat, (lb/ft3)

= densitas referensi, (lb/ft3)


Untuk liquid digunakan air dengan densitas sebesar 62.4 lb/ft3. Untuk

gas dapat dinyatakan dengan persamaan:

g=

MW g
MW u

.......................................................................................(3.15)

Dimana:
MWg = berat molekul gas, (lb/lb-mol)
MWu = berat molekul udara, (28,97 lb/lb-mol)
Jika harga specific gravity minyak (o) diketahui maka dapat diperoleh
harga oAPI menggunakan rumus:

API=

3.3

141.5
131.5
.......................................................................(3.16)
o

Tipe-tipe Reservoir Gas

Sebelum mempelajari tentang gas perlu diketahui beberapa jenis gas yang
berada di reservoir. Oleh sebab itu diperlukan keseragaman untuk mendefinisikan
beberapa macam istilah tersebut. Jenis-jenis reservoir gas antara lain:

25

3.3.1

Reservoir Gas Kering

Dalam reservoir ini cairan di permukaan merupakan kondesat dan


kadang juga sering disebut sebagai reservoir kondesat. Kering disini
menunjukan gas tersusun dari fasa ringan hidrokarbon sehingga tidak
terbentuk cairan dipermukaan.Biasanya cairan yang terbentuk dipermukaan
justru air yang terkondensasi.

Keseluruhan diagram berada pada temperature yang lebih rendah dari


temperature reservoir.

Merupakan fasa gas dalam penurunan tekanan reservoirnya.

Dalam kondisi separator tetap merupakan fasa gas.

Tersusun atas fasa ringan (C1) methane sebagai penyusun utamanya.

3.3.2

Reservoir Gas Basah

Basah disini bukan berarti basah dari air tetapi juga basah sebagai
keberadaan kondensat dipermukaan, dalam kenyataannya reservoir ini juga
mempunyai air yang terkandung didalamnya.

26

Keseluruhan diagram berada pada temperature yang lebih rendah dari


temperature reservoir.

Merupakan fasa gas dalam penurunan tekanan reservoir

Dalam kondisi separator merupakan dua fasa cairan dan gas dengan
sedikit cairan di permukaan

40-60 API pada kondisi stok tank seperti pada retrograde

Cairan dengan berwarna bening

3.3.3

Reservoir Gas Kondensat

Reservoir ini juga sering disebut sebagai retrograde kondensat


reservoir, dengan diagram fasa sebagai berikut:

Temperature reservoir berada diantara critical point dan


cricondentherm.

Kondisi awal di reservoir merupakan gas

Sedikit penurunan pada tekanan akan menyebabkan mulai


terbentuknya cairan pada dew point lineya.

Pada kondisi separator akan menjadi percampuran gas dan cairan.

GOR awal pada 3300 hingga 150,000 scf/STB

27

Pada GOR lebih dari 50,000 scf/STB gas memiliki cricondentherm


mendekati kondisi temperature reservoir dimana terdapat sedikit sekali
fasa liquid di reservoir.

40 60 API pada kondisi stok tank

Warna coklat, orange atau hijau yang lebih terang

Komposisi heptana plus lebih kecil dari 12.5 mole persen.

Dengan reservoir seperti ini diperlukan fasilitas pengolahan fasa


menengah (C3-C6) untuk dipisahkan dari gasnya.

3.4

Macam-macam Mekanisme Pendorong Alamiah

Pada reservoir gas berbeda dengan reservoir minyak. Pada reservoir gas hanya
terdapat 2 mekanisme pendorong alamiah. Berikut macam-macam mekanisme
pendorong alamiah pada gas:

3.4.1

Depletion Drive

Untuk reservoir jenis depletion drive ini, energi pendesakannya berasal


dari gas itu sendiri. Karena setelah sumur selesai dibor menembus reservoir
dan produksi minyak dimulai, maka akan terjadi penurunan tekanan di sekitar
lubang bor. Penurunan tekanan ini akan menyebabkan fluida mengalir dari
reservoir menuju lubang bor melalui pori-pori batuan. Mekanisme pendorong

28

gas terkadang juga disebut dengan volumetric control yaitu kondisi dimana
gas itu sendiri sebagai mekanisme pendorongnya

3.4.2

Water Drive

Untuk reservoir jenis water drive ini, energi pendesakan yang


mendorong gas untuk mengalir adalah berasal dari air yang terperangkap
bersama-sama dengan gas pada batuan reservoirnya. Apabila dilihat dari
terbentuknya batuan reservoir water drive, maka air merupakan fluida
pertama yang menempati pori-pori reservoir. Tetapi dengan adanya migrasi
gas maka air yang berada disana tersingkir dan tergantikan oleh gas. Dengan
demikian karena volume gas ini terbatas, maka bila dibandingkan dengan
volume air yang merupakan fluida pendesaknya akan jauh lebih kecil.
Produksi air pada awal produksi sedikit, tetapi apabila permukaan air telah
mencapai lubang bor maka mulai mengalami kenaikan

produksi yang

semakin lama semakin besar secara kontinyu sampai sumur tersebut


ditinggalkan karena produksi sudah tidak ekonomis lagi.
Tipe reservoir pada water drive adalah adanya hubungan dengan
aquifer. Sumber energi dari jenis pendesakan ini adalah influx dari air aquifer
dan juga ekspansi dari gas pada kondisi mula-mula. Ciri-ciri karakter
reservoir dari tenaga dorong alamiah water drive adalah penurunan
tekanannya lebih kecil dibanding pada depletion drive, lalu dapat

29

memproduksi air sampai sumur tersebut mencapai maksimal dan hasil


perbandingan dengan konsumsi gas nya, sudah tidak ekonomis lagi. Dengan
nilai recovery factor sebesar 50-80%.

3.5

Perhitungan Jumlah Gas Awal di Reservoir

Initial Gas In Place (IGIP) mempunyai pengertian sejumlah gas mula-mula


yang menempati sebuah reservoir, yang tidak terkait dengan kelakuan reservoir
tersebut, atau dengan kata lain jumlah gas total mula-mula yang terdapat di dalam
suatu reservoir sebelum reservoir tersebut di produksikan.
Besarnya reserve pada tahap permulaan adalah sama dengan ultimate recovery.
Setelah berlangsungnya proses produksi hingga suatu saat maka besarnya remaining
reserve adalah sama dengan ultimate recovery dikurangi kumulatif produksi hingga
saat tersebut.
Ultimate recovery (UR) adalah suatu harga taksiran tertinggi dari jumlah gas
di dalam reservoir yang memungkinkan untuk diproduksi selama life time-nya.
Perkiraan ultimate recovery dapat berubah-ubah berdasarkan evaluasi terbaru
tergantung pada kelengkapan dan kemajuan teknologi.
Recovery factor (RF) mempunyai pengertian bagian atau fraksi dari jumlah
gas mula-mula yang ada di dalam reservoir yang dapat dikeluarkan ke permukaan.
Atau dengan kata lain recovery factor adalah perbandingan antara ultimate recovery
terhadap gas in place. Recovery factor dari suatu akumulasi hidrokarbon pada suatu

30

reservoir dipengaruhi oleh tingkat heterogenitas reservoir tersebut serta mekanisme


pendorongnya.

3.5.1

Metode Volumetrik

Metode volumetrik umumnya digunakan pada tahap awal dari suatu


lapangan minyak maupun gas. Pada prinsipnya metode ini meliputi
perhitungan:

Jumlah minyak dan gas ditempat dengan gabungan peta volumetric


(geologi), analisa petrofisik, dan teknik reservoir.

Fraksi dari minyak, gas dan produk gabungan ditempat yang


diharapkan dapat diproduksikan secara komersial.
Dalam perhitungan cadangan secara volumetrik perlu diketahui

besarnya initial hidrokarbon in place (IOIP/IGIP), ultimate recovery dan


recovery factor. Data yang diperlukan untuk perhitungan IOIP/IGIP secara
volumetrik, adalah bulk volume reservoir (Vb), porositas batuan (), saturasi
fluida (Sf) dan factor volume formasi fluida. Selain data-data sifat fisik batuan
juga diperlukan data luas reservoir serta ketebalan formasi rata-rata. Hal ini
dapat diketahui jika sudah dilakukan pengeboran deliniasi untuk mengetahui
batas terluar reservoir.

Penentuan Volume Bulk

31

Untuk menentukan bulk volume batuan reservoir (Vb), maka


diperlukan peta struktur dan peta isopach dari reservoir yang
bersangkutan. Peta struktur adalah peta yang menggambarkan garisgaris yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai kedalaman
yang sama pada tiap-tiap puncak formasi, sedangkan peta isopach
adalah peta yang menggambarkan garis-garis yang menunjukan
ketebalan lapisan batuan produktif yang sama.
i.

Perhitungan volume batuan dari peta isopach dapat dilakukan


dengan persamaan Pyramidal dan Trapezodial.
-

Persamaan Pyramidal

V b=

h
( A i+ A i+1 + A i A i+1 ) , acreft ...(3.17)
3

i=n

Sehingga

V b= V b ...
i=0

(3.18)
Keterangan :
Vb

= Bulk Volume batuan, acre-ft

Ai

= Luas yang dibatasi oleh garis isopach terendah, acre

Ai+1

= Luas yang dibatasi oleh garis isopach diatasnya, acre

= Interval antar garis isopach, ft

32

Metode ini digunakan apabila perbandingan luas kontur yang

berurutan kurang dari 0,5 atau


-

A i+1
Ai

< 0,5

Persamaan Trapezoidal
Metode ini digunakan apabila

kontur yang berurutan kurang dari 0,5 atau

V b 1=

perbandingan luas

A i+1
Ai

> 0,5

h
( Ai + Ai +1 ) ,acreft ...(3.19)
2

Volume puncak dapat dihitung menggunakan persamaan


berikut:
V b 2=

h
A ,
3 n

Sehingga akan di dapat volume bulk

reservoir
n

V b= V b 1 + V b 2 ..(3.20)
i=0

Keterangan:

33

Vb

ii.

= Bulk Volume per-segmen, acre-feet

An

= Luas area suatu isopach, feet

= Interval antar garis isopach, feet

Metode Simpson
Metode ini digunakan jika interval kontur dan isopach tidak

sama (tidak teratur) dan hasilnya akan lebih teliti jika dibandingkan
dengan metode Trapezoidal. Secara matematis dituliskan.

V b=

3.5.2

h
[ A +4 A 1+2 A2 + 4 A 3 +..+2 A i2+ 4 Ai1 + Ai ] (3.21)
3 0

Perhitungan Original Gas In Place


Untuk menghitung original gas in place dari suatu reservoir mula-

mula, dapat dihitung secara volumetric. Persamaan gas in place tersebut


adalah:

G=43560 V b

1S wi

Bgi

(3.22)
Keterangan:
G = Initial gas in place, SCF
Vb

= Bulk volume reservoir, cuft

34

B gi

3.5.3

= Faktor volume formasi gas mula-mula, cuft/SCF

Ultimate Recovery (UR)

Ultimate recovery merupakan jumlah maksimum hidrokarbon yang


diperoleh dari reservoir dengan mekanisme pendorong alamiahnya. Ultimate
recovery biasanya dinyatakan dengan parameter unit recovery (UR), yang
merupakan hasil bagi antara ultimate recovery terhadap bulk volume batuan
yang dapat diproduksi oleh beberapa pengaruh mekanisme pendorong sampai
saat abandonment. Untuk mengetahui besarnya ultimate recovery (UR) harus
diketahui data-data seperti mekanisme pendorong yang dominan, saturasi
fluida mula-mula dan akhir dari masa produksi (tekanan abandonment) serta
faktor volume formasi gas sebagai fungsi tekanan. Ultimate recovery dapat
dinyatakan dalam persamaan berikut:
UR=N RF

(3.23)
Keterangan :
N = Initial gas in place, satuan volume
RF = Recovery factor, fraksi
Ultimate recovery terggantung pada mekanisme pendorong dari
reservoir, mobilitas dari fluida reservoir, permeabilitas dan variasi

35

permeabilitas, secara arah vertical dan luasan, inklinasi dan stratigrafi


lapisan , strategi dan metode dari pengembangan lapangan dan proses
eksploitas.
Untuk jumlah cadangan yang dapat diperoleh dipermukaan, maka
terlebih dahulu perlu diketahui harga recovery factor (RF) yaitu perbandingan
antara recoverable reserve dengan Initial gas in place (fraksi), atau dapat
ditulis dengan persamaan berikut :

RF=

recoverable reserve volume hidrokarbon awalvolume hidrokarbon sisa


=
initial gas place
volume hidrokarbon awal

(3.24)

3.5.4

Metode Material Balance

Persamaan material balance untuk reservoir hidrokarbon pertama kali


dikembangkan oleh Schiltius pada tahun 1936. Sejak itu metode berdimensi
nol (zero dimension) dan lebih tepat disebut dengan volume balance tersebut
dipandang sebagai metode interpretasi dan peramalan reservoir yang penting.
Metode ini dapat diterapkan pada seluruh jenis reservoir.
Reservoir gas satu fasa yang biasa disebut sebagai natural gas
reservoir, merupakan reservoir gas yang tidak berasal dari gas terlarut selama
reservoir gas tersebut berproduksi. Tipe reservoir ini biasa dikatakan sebagai

36

reservoir gas kering karena tidak ada kondensat yang terbentuk dalam
reservoir selama reservoir tersebut berproduksi.
Metode material balance digunakan untuk memperkirakan besarnya
cadangan reservoir pada suatu lapangan minyak atau gas yang telah
dikembangkan, dimana data-data produksi yang diperoleh sudah cukup
banyak. Prinsip penurunan persamaannya didasarkan pada persamaan
Schiltuis(1936), yang berdasarkan hokum kekekalan masa, dimana jumlah
massa dalam system adalah tetap atau terjadinya kesetimbangan volume
antara produksi kumulatif terhadap pengembangan fluida reservoir. Asumsi
yang digunakan dalam konsep material balance adalah:

Reservoir merupakan satu kesatuan, sehingga perhitungannya tidak


tergantung pada jumlah sumur produksi.

Proses produksi dianggap proses isothermal.

Kesetimbangan antara semua fasa adalah sempurna.

Hubungan antara tekanan dan volume tidak tergantung pada masingmasing fluida reservoir.
Prinsip dari metode ini didasarkan atas kesetimbangan volume antara

produksi kumulatif dengan pengembangan fluida reservoir sebagai akibat


adanya penurunan tekanan, dan secara matematis dapat dituliskan sebagai
berikut :
Ekspansi + influx = Withdrawal

37

Keterangan :

Ekspansi adalah pengembangan volume minyak, gas, dan air di dalam

reservoir
Influx adalah volume air yang merembes atau masuk kedalam zona

minyak
Withdrawal adalah minyak, gas atau air yang diproduksikan
Ada beberapa macam metode dari material balance seperti P/z plot,

Havlena-odeh. Dari prinsip metode tersebut dapat dikembangkan menjadi :

( Withdrawal )=Gas expansion+Water expansion+Water influx

G p B g +W p B w =G ( B gB gi ) + G Bgi

C w Swc +C f
+W e B w .(3.25)
1S wc

Persamaan material balance diturunkan sebagai volume balance yang


menyatakan bahwa produksi kumulatif yang tercatat, dinyatakan dalam
underground withdrawal, adalah sama dengan perubahan volume akibat
ekspansi fluida di reservoir karena tekanan reservoir turun.
Untuk sebagian besar reservoir gas, komprebilitas gas jauh lebih besar
dibandingkan dengan kompresibilitas formasi dan air. Sehingga persamaan
dapat disederhanakan menjadi :

38

G ( B gB gi ) +We=G p B g + Bw W p

............(3.26)

Ketika tidak terdapat ekspansi dari aquifer kedalam reservoir ataupun


terproduksinya air dari reservoir, maka reservoir ini bisa dikatakan sebagai
volumetric. Sehingga persamaan material balance dapat juga lebih
disederhanakan menjadi :
G ( B gB gi ) +We=G p B g

..(3.27)

P sc zT
P ziTi
P zT
G sc
=G p ( sc ) ...
T sc P
T sc Pi
T sc P

) (

(3.28)
Dengan mengganggap kondisi reservoir dalam proses isothermal atau
temperature reservoir dianggap konstan maka persamaan menjadi :

( pz )G ( Pizi )=G ( pz )
p

(3.29)
P Pi P i
=
Gp
z zi z i G
(3.30)

..

39

Dan diadopsi dari persamaan Havlena dan Odeh (3.25) tersebut dapat juga
dibuat persamaan menjadi:
F=G p B g+ W p B w =

total

produksi

air

dan

gas

(bbl)

..(3.31)
E g=Bg B gi

= ekspansi dari tudung gas awal (bbl/scf) ....

(3.32)

Efw =B gi

(c w s wc +c f )
p=
1s wc

ekspansi dari air konat dan pengurangan dari

ruang pori (bbl/scf)...


(3.33)
Dari persamaan (3.25) bisa di sederhanakan menjadi
F=G ( E g + E fw ) +W e Bw

........(3.34)

Tetapi kebanyakan kasus jika nilai

Efw E g

maka nilai dari

Efw

abaikan dan persamaan berubah menjadi:


F=G E g +W e B w
(3.35)

...

di

40

Terakhir dengan membagi dua bagian dari persamaan tersebut dengan


Eg

, maka persamaannya menjadi:

W B
F
=G+ e w
Eg
Eg
(3.36)

Anda mungkin juga menyukai