Anda di halaman 1dari 5

Patofisiologi

Sinus paranasal ditemukan normal steril dalam keadaan fisiologis. Sekresi yang
dihasilkan oleh sinus dialirkan melalui silia melalui ostia dan keluar melalui rongga hidung.
Mukus yang dihasilkan juga mengandung substansi antimikroba dan zat-zat yang berfungsi
untuk mekanisme pertahanan tubuh. Pada orang normal, laju sekresi selalu menuju ke ostia
yang mencegah adanya kontaminasi pada ruang sinus. Ostium sinus maksilaris hanya
berdiameter 2,5mm, apabila ada edema mukosa sebesar 1-3mm, akan menyebabkan kongesti
(dapat disebabkan oleh alergi, virus iritasi bahan kimia) dan obstruksi dari sekresi sinus.
Keadaan ini menimbulkan tekanan negatif di dalam sinus yang menyebabkan terjadinya
transudasi serosa. 1,2
Mukus yang terhambat ini, apabila terinfeksi akan menyebabkan sinusitis. Ada
hipotesa mekanis yang mengatakan bahwa karena rongga sinus ini berhubungan dengan
rongga hidung, maka koloni bakteri dari nasofaring dapat menginfeksi rongga sinus.
Patofisiologi dari rhinosinusitis berhubungan dengan 3 faktor, yaitu :

Gambar 2. Patofisiologi sinusitis12

1. Obstruksi jalan keluar sekresi sinus.


Obstruksi dari ostia sinus mencegah drainase yang baik. Ostia dapat tertutup oleh
pembengkakan mukosa atau karena penyebab lokal (trauma, rinitis), dapat juga oleh reaksi
inflamasi yang disebabkan oleh penyakit sistemik dan gangguan imunitas. Obstruksi mekanik

yang disebabkan oleh polip hidung, benda asing, septum deviasi atau tumor juga dapat
menyebabkan obstruksi ostia. Biasanya, batas mukosa yang edematous memiliki penampilan
bergigi, tetapi dalam kasus yang parah, mukus dapat benar-benar mengisi sinus, sehingga
sulit untuk membedakan proses alergi dari sinusitis infeksi
Secara karakterisitik, semua sinus paranasal dan konka yang berdekatan
membengkak. Air fluid level dan erosi tulang tidak ditemukan pada sinusitis alergi ringan,
tetapi pembengkakan mukosa disertai buruknya drainase sinus dapat dicuragai adanya infeksi
sekunder bakteri.1
2. Kelainan pada mukosiliar
Drainase sinus paranasal bergantung pada gerakan mukosiliar, bukan bergantung pada
gravitasi.Koordinasi dari sel epitel kolumner bersilia menyebabkan drainase selalu menuju ke
ostia sinus. Ada beberapa hal yang dapat mengganggu fungsi mukosilia ini, yaitu berkurang
sel epitel bersilia, aliran udara yang tinggi, virus, bakteri, sitotoksin lingkungan, mediator
inflamasi, kontak antar 2 permukaan mukosa, udara dingin/kering, jaringan parut, PH
rendahm anoxia, asap rokok, toksin kimia, dehidrasi, obat antihistamin dan antikolinergik,
serta Kartagener sindrom.1
3. Berubahnya kualitas dan kuantitas mukus.
Adanya kurangnya sekresi atau hilangnya kelembapan pada permukaan yang tidak
dapat terkompensasi oleh kelenjar mukus dan sel goblet mukus menjadi sangat
kental.Berubahnya konsistensi mukus menjadi lebih kental menyebabkan drainase menuju
ostia berjalan lambat, dan mukus ini akan tertahan untuk beberapa waktu.1

Gambar 3. Patogenesis Sinusitis

Inflamasi akut dari mukosa sinus menyebabkan hyperaemia, eksudasi cairan, keluar
sel PMN dan meningkatnya akticitas dari kelenjar serosa dan mukus.Tergantung pada
virulensi organisme, daya tahan tubuh host, dan kemampuan dari ostium sinus intuk mendrainase eksudat yang ada, penyakitnya dapat ringan (non-supuratif) atau berat
(supuratif).Pada awalnya, eksudat serous lama kelamaan dapat menjadi purulent. Bahkan
pada infeksi yang cukup berat dan lama, dapat menyebabkan perubahan pada mukosa
(hipertrofi/atrofi), silia rusak, pembentukan polip, empyema sinus, dan destruksi dinding
tulang yang berujung pada komplikasi.1
Diagnosis
A. Sinusitis akut
Anamnesis
Gejala mayor

Gejala minor

Nyeri atau rasa tertekan pada wajah

Sakit kepala

Sekret nasal purulen

Batuk

Demam

Rasa lelah

Kongesti nasal

Rasa lelah

Obstruksi nasal

Halitosis

Hiposmia atau anosmia

Nyeri gigi

Gejala subyektif terdiri dari gejala sistemik dan gejala lokal. Gejala sistemik ialah
demam dan rasa lesu. Gejala lokal pada hidung terdapat ingus kental yang kadang-kadang
berbau dan dirasakan mengalir ke nasofaring. Dirasakan hidung tersumbat, rasa nyeri
didaerah infraorbita dan kadang-kadang menyebar ke alveolus, sehingga terasa nyeri di gigi.
Nyeri alih dirasakan di dahi dan di depan telinga. Penciuman terganggu dan ada perasaan
penuh dipipi waktu membungkuk ke depan. Terdapat perasaan sakit kepala waktu bangun
tidur dan dapat menghilang hanya bila peningkatan sumbatan hidung sewaktu berbaring
sudah ditiadakan.2
Gejala obyektif, pada pemeriksaan sinusitis maksila akut akan tampak pembengkakan
di pipidan kelopak mata bawah. Pada rinoskopi anterior tampak mukosa konka hiperemis dan
edema. Pada sinusitis maksila, sinusitis frontal dan sinusitis etmoid anterior tampak mukopus
atau nanah di meatus medius. Pada rinoskopi posterior tampak mukopus di nasofaring (post
nasal drip).2
Pemeriksaan fisik
Pada Inspeksi yang diperhatikan adalah ada tidaknya pembengkakan pada muka, pipi
sampai kelopak mata atas/bawah yang berwarna kemerahan. Pada palpasi dapat sinus
paranasal ditemukan nyeri tekan dan tenderness.1
Rhinoskopi anterior dengan atau tanpa dekongestan. Untuk menilai status dari
mukosa hidung dan ada tidaknya,warna cairan yang keluar. Kelainan anatomis juga dapat
dinilai dengan pemeriksaan ini.Pemeriksaan transiluminasi pada sinus maksila dan frontal
dapat menunjukkan adanya gambaran gelap total, apabila hanya sebagian dinyatakan tidak
spesifik.1

Gambar 2. Pus pada meatus medius

Gambar 3. Pembengkakan pipi pada pasien sinusitis

Diagnosis banding
-

Rhinitis alergi
Asma
Bronkhitis
Sinusitis kronis
Influenza
Micomycosis

Dafpus
1. Mackay DN. Antibiotic therapy of the rhinitis & sinusitis. Dalam : Settipane GA,
penyunting. Rhinitis. Edisi ke-2. Rhode Island: Ocean Side Publication;1991. p. 253-5.
2. Mangunkusumo Endang, Soetjipto Damajanti. Sinusitis. Dalam: Buku Ajar Ilmu

Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher. Jakarta: FKUI,2010: h. 152

Anda mungkin juga menyukai