Anda di halaman 1dari 31

CASE REPORT SESSION (CRS)

TI AGA SC A.I LETAK LINTANG + ASFIKSIA SEDANG

Diajukan untuk memenuhi tugas Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D)


SMF Ilmu Kesehatan Anak

Disusun oleh:
Muhammad Lodra Penta

12100115082

Preseptor:
Yani Dewi, dr., Sp.A., M.Kes

SMF ILMU KESEHATAN ANAK


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
RSUD AL IHSAN BANDUNG
2016

KETERANGAN UMUM
IDENTITAS PASIEN
Nama

: Bayi Ny. H.

Jenis Kelamin

: Laki-laki.

Tanggal Lahir

: 26 Agustus 2016 (pukul 08.05)

Anak ke

: ke-3 dari 3 bersaudara

Tanggal masuk RS

: 26 Agustus 2016

Tanggal Pemeriksaan : 26 Agustus 2016


IDENTITAS ORANG TUA PASIEN
Ayah
Nama

: Tn. S

Umur

: 38 tahun

Alamat

: Banjaran

Pekerjaan

: Wiraswasta

Nama

: Ny. H

Usia

: 30 tahun

Alamat

: Banjaran

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Ibu

ANAMNESA
Keluhan Utama

: Bayi baru lahir dengan SC atas indikasi letak lintang.

Riwayat Penyakit sekarang :


Bayi lahir dari seorang ibu dengan G3P2A0 yang merasa hamil cukup bulan, lahir secara SC
atas indikasi letak lintang. Saat lahir bayi tidak langsung menangis, tampak kebiruan di tangan dan
kaki, bayi terlihat lemas, dan tidak bernafas, ketuban berwarna jernih. Kemudian dilakukan langkah
awal resusitasi. Bayi dihangatkan, posisi setengah menenggak, isap lendir, dikeringkan dan diberi
rangsang taktil. Setelah dilakukan tindakan resusitasi bayi merintih, nafas tidak beraturan dan

lambat, kulit seluruh tubuh berwarna kemerahan, gerakan sedikit aktif. Apgar score menit ke 1= 4
5=7.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit jantung ataupun kelainan bawaan.
RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN
Prenatal
Selama hamil, ibu pasien tidak rutin melakukan kontrol kehamilan. Ibu pasien kontrol
kebidan sebanyak lima kali. Ibu pasien tidak pernah mengalami sakit berat hingga dirawat di RS,
perdarahan ketika hamil, ketuban pecah dini, demam, tidak mengkonsumsi obat-obatan, jamujamuan, riwayat trauma (-), riwayat konsumsi alkohol (-), riwayat merokok (-) ataupun memelihara
hewan peliharaan (-) saat mengandung pasien.
Natal
Pasien lahir dari ibu G3P2A0, dengan usia kehamilan 36-37 minggu bayi tunggal. Bayi lakilaki dilahirkan pada tanggal 26 Agustus 2016 pada jam 08.05 lahir di RSUD AL Ihsan, dengan SC
atas indikasi letak lintang, . Ketuban jernih, tidak ada KPSW. AS 4/7, dengan berat lahir 2618 g dan
panjang badan lahir 49 cm
RIWAYAT MAKAN DAN MINUM
Bayi dipuasakan
RIWAYAT IMUNISASI
Belum mendapatkan imunisasi

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum

: Tampak sakit berat

Kesadaran

: Precthl State 3

Tanda Vital

Tekanan Darah
Denyut jantung
Pernapasan
Suhu
BB
Panjang Badan
LK
LD
LP
LL

: tidak dilakukan pengukuran


: 150x/menit regular, equal, isi cukup
: 70 x/menit, abdominotorakal
: 37,40 C.
: 2618 gram
: 49 cm
: 33 cm
: 30 cm
: 30
: 10 cm

Berdasarkan New Ballard Score


Total skor pada pasien = 39
dengan perkiraan usia kehamilan
yaitu antara 38-40 minggu
Term/Bayi cukup bulan

Berdasarkan kurva pertumbuhan


intrauterine Lubchenko:
BB/Usia Gestational = 2,6kg/38-40
minggu = antara 10-50% Sesuai
Masa Kehamilan (SMK) atau
Appropriate for gestational age (AGA)
PB/Usia Gestational = 49cm/38-40
minggu = antara 50-90% Sesuai
Masa Kehamilan (SMK) atau
Appropriate for gestational age (AGA)
Lingkar
kepala/Usia
Gestational=
33cm/38-40 minggu = antara 10-50 %
Sesuai Masa Kehamilan (SMK)
atau Appropriate for gestational age
(AGA)

Kriteria Down Score :

Downe score :
skor 4 ----- ada distres napas

PEMERIKSAAN FISIK
Kepala
Bentuk

: tidak ada kelainan

UUB

: terbuka, datar (3 x 2,5 cm)

Mata

: simetris, konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil isokor, reflex cahaya +/+

Telinga

: lokasi normal, simetris, posisi puncak pina sejajar dengan kantus mata, sekret (-)

Hidung

: lokasi normal, simetris, sekret (-), PCH (-), dan terpasang NGT

Mulut

: bibir dan mukosa basah, perioral sianosis (-), reflex rooting (+), sucking (-),
labioschizis (-), paltoschizis(-), labioplatoschizis (-)

Leher
Kelenjar Tiroid

: tidak ada pembesaran

KGB : tidak ada pembesaran


Retraksi suprasternal (-)
Kulit : warna merah muda, licin/halus, tampak vena, Ikterik (-), lembab, lanugo ada

Thorax
Pulmo

Inspeksi : bentuk normal, simetris, retraksi interkostal (+), Supra Sternal (+)
Palpasi : pergerakan nafas simetris, abdominotorakal
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : VBS kanan = kiri, Ronchi +/+, Merintih +/+

Cor

Inspeksi : tidak tampak ictus cordis


Palpasi : punctum maximum teraba
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : bunyi jantung murni reguler, murmur (-)

Abdomen
Inspeksi

: Bentuk datar, tidak ada massa, tali pusat belum lepas, kering dan tidak berbau,
retraksi epigastrik (+)

Palpasi

: lembut, turgor baik, hati dan lien tidak teraba

Perkusi

: timpani, ruang trobe kosong

Aukultasi : bising usus (+)


Genital dan anus
Genital laki-laki : Ruge terlihat, testis sudah turun ke skrotum, (+) meatus, (+) miksi
Anus
: lubang anus (+)
Tulang Belakang
Spina bifida (-). Meningokel (-)
Ekstrimitas
Bentuk
Akral
Jari

: simetris, talipes equina (-)


: hangat, (-) sianosis perifer, lembab, CRT <3
: lengkap, (-) polidaktil, (-) sindaktil

Pemeriksaan Neurologi
Primitif : Refleks moro (+), Palmar graps (+), plantar graps (+), babinski (+)
Fisiologis : Bisep (+), trisep (+), patella (+),achiles (+)

RESUME

Pasien neonatus cukup bulan bulan dengan sesuai masa kehamilan lahir secara SC atas
indikasi dengan letak lintang dengan keluhan tidak menangis, kebiruan, dan tonus otot melemah
saat lahir.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan kesadaran prechtl state 4, sakit berat. BBL 2618 gram,
PB 49 cm, saat lahir AS 4/7, sucking refleks (-), Retraksi epigastrik, intercostal, suprasternal (+),
pada pemeriksaan fisik lainnya dalam batas normal
DIAGNOSIS BANDING:
Neonatus cukup bulan dan sesuai masa kehamilan, lahir spontan letak kepala, , dengan riwayat
asfiksia sedang dan pneumonia
Neonatus cukup bulan dan sesuai masa kehamilan, lahir spontan letak kepala, dengan riwayat
asfiksia sedang dan Transient Tachypnea of newborn
USULAN PEMERIKSAAN
Hematologi rutin(Hb, leukosit, trombosit, HCT)
Hitung jenis leukosit
Hitung neutrofil
Gula darah sewaktu
Analisis Gas Darah (AGD)
Foto Rontgen .
DIAGNOSIS KERJA :
Neonatus cukup bulan dan sesuai masa kehamilan, lahir spontan letak kepala, , dengan riwayat
asfiksia sedang dan pneumonia

PENATALAKSANAAN :
Umum

Rawat inkubator : pertahankan suhu bayi 36,5-37,50C

Infus D10% 6cc/jam

CPAP F1O2 60 % PEEP 6 cmH2o

Test Feeding 8x2cc Personde

Khusus

Cefotaxime 2x120mg iv

PROGNOSIS

Quo ad Vitam

: Ad Bonam

Quo ad Functionam

: Dubia Adbonam

Quo ad Sanantionam

: Dubia Adbonam

PEMBAHASAN
PNEUMONIA
Sign and Simptomp

KASUS
Demam
Tachypnea
Retraksi
Poor feding
Lethargy
Ronki +/+

Faktor Risiko

Asfiksia

Managemen

Amikasin 1 x 65mg

SEPSIS Awitan Dini


Sign and Simptomp

KASUS
Demam
Takipnea
Takikardia
Perdarahan Gaster
Leukositosis

Faktor Risiko

Asphyxia
Pneumonia

TEORI
1. Hipertermi
2. Hipotermia
3. Respiratory
Distress
4. Respiratory Failure
5. Cough
6. Ronchi
1. Maternal Fever
2. Ascending Infection
3. Aspiration
Meconium
4. Enviromental
5. Asphyxia
6. Low Birth Weight
7. Premature
1. Ampicillin
2. Cephalosporin
3. Aminoglycoside
4. Macrolide

TEORI
1. Hipertermia
2. Hipotermia
3. Tachycardia
4. Tachypnea
5. Altered Mental
Status
6. Hyperglicemia
7. Leukopenia or
Leukositosis
8. IT Ratio >0.2
9. Micro-ESR >15mm
1 hr
10.CRP >1mg/dL
11.Hematological :
Bleeding,
Ptechiace, Purpura
1. Low birth Weight
2. Prematurity
3. Febrill illness in

mother
4. Ruptur of
membrane >24jam
5. Foul smelling
and/or meconium
stained liquor
6. Single Unclean / >3
Sterile vaginal
Examination
7. Prolonged Labor
8. Perinatal Asphyxia
Managemen

Infus Ka-en 4b 12cc/Jam


Cefotaxime 2x120mg
Amikasin 1x65mg
Puasakan

1. First Line : Penicillin


or Ampicillin +
Gentamycin
2. Second Line :
Ampicillin or
cloxacillin +
Gentamycin or
Amikasin
3. Third Line :
Cefotaxime or
PiperacillinTazobactam or
ciprofloxacin and
Amikacin

Pada kasus ini, pasien merupakan bayi baru lahir dengan kategori preterm. Karena usia
gestasi < 37 minggu. Pada kasus ini kehamilan ibu, berkisar 9 bulan berdasarkan taksiran
dari HPHT. Tetapi, berdasarkan dari hasil penilaian NEW BALARD SCORE didapatkan
skor 29
Penilaian bayi baru lahir :
1) Masa Gestasi atau umur kehamilan
Merupakan masa sejak terjadinya konsepsi sampai dengan saat kelahiran, dihitung dari HPHT
(hari pertama haid terakhir)
a. Bayi kurang bulan (BKB)
Bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi < 37 minggu ( <259 hari)
b. Bayi cukup bulan (BCB)
Bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi 37-42 minggu ( 259-293 hari)

c. Bayi lebih bulan (BLB)


Bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi > 42 minggu ( > 293 hari)
2) Berat lahir
Merupakan berat bayi yang ditimbang dalam waktu 1 jam pertama setelah lahir
a. Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR)
Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir 500-1000 gram tanpa memandang usia gestasi
b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR)
Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir >1000-1500 gram tanpa memandang usia gestasi
c. Bayi berat lahir rendah (BBLR)
Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir <2500 gram tanpa memandang usia gestasi
d. Bayi berat lahir cukup/normal
Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir 2500-4000 gram Bayi berat lahir lebih
e. Bayi berat lahir lebih
Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir > 4000 gram tanpa memandang usia gestasi
3) Hubungan berat lahir terhadap masa gestasi
a. Bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK)
Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir (< 10 persentil) menurut grafik Lubchenco
b. Bayi sesuai untuk masa kehamilan (SMK)
Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir (10-90 persentil) menurut grafik Lubchenco
c. Bayi besar untuk masa kehamilan (BMK)
Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir (> 90 persentil) menurut grafik Lubchenco

Cara perhitungan masa gestasi


Dapat dilakukan mulai dari antenatal sampai setelah persalinan.
Pada masa antenatal : menggunakan HPHT, dan kejadian-kejadian selama kehamilan yang
penting
Setelah persalinan : menggunalan New Ballard Score (NBS), yaitu dengan melihat
perkembangan saraf yang spesifik dan berbagai sifat fisik luar.

Berdasarkan perhitungan :
HPHT = 28 April 2012 ------- perkiraan masa gestasi 8 bulan 27 hari
New Ballar score ------ skor 29 ---- perkiraan masa gestasi 34-36 minggu
Pemeriksaan sesaat setelah kelahiran
Penilaian skor Apgar adalah metode praktis untuk menilai bayi baru lahir sesaat setelah
kelahiran secara sistematis untuk membantu identifikasi kebutuhan tindakan resusitasi dan untuk
memprediksi kemungkinan hidup pada periode neonatus. Nilai Apgar mencakup kriteria laju
jantung, usaha bernapas, tonus otot, refleks terhadap rangsangan, dan warna kulit.
Skor Apgar harus dinilai pada 1- dan 5- menit dengan menjumlahkan skor dari masing-masing
tanda yang dinilai. Penilaian skor Apgar diulangi setiap 5 menit kemudian selama nilainya <7.
Skor Apgar 1 menit dapat menandakan kebutuhan untuk tindakan resusitasi segera sedangkan
skor pada 5- menit dan selanjutnya dapat mengindikasikan efektivitas upaya resusitasi pada
bayi atau dikatakan memiliki nilai prognostik karena berhubungan dengan morbiditas neonatal.
Meskipun memliki nilai prognostik, skor Apgar tidak dapat digunakan untuk memperkirakan
prognosis neurologis jangka panjang

Skor Apgar 8-10 menunjukkan keadaan neonatus normal, 4-7 menunjukkan keadaan asfiksia ringan
sampai sedang, dan nilai 0-3 menunjukkan keadaan asfiksia berat.
Pada bayi ini skor AS : 4/7 ( 4 pada menit ke-1; 7 pada menit ke-5)
Kesimpulan : Bayi mengalami Asfiksia ringan sampai sedang

ASFIKSIA NEONATORUM
Definisi
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur pada saat lahir
atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan keadaan Pa O 2 di dalam darah rendah
(hipoksemia), PaCO2 di dalam darah meningkat dan asidosis.
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak bernapas secara spontan dan
teratur dalam 1 menit setelah lahir.
Epidemiologi
Berdasarkan laporan WHO menyebutkan bahwa semenjak tahun 2000-2003 asfiksia
menempati urutan ke-6 yaitu sebanyak 8%, sebagai penyebab kematian anak diseluruh dunia
setelah pneumonia, malaria, sepsis neonatorum dan kelahiran prematur.
Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001, menyebutkan penyebab kematian bayi
baru lahir di Indonesia yaitu asfiksia neonatorum dengan persentasi 27%.
Etiologi

Asfiksia janin atau neonatus akan terjadi jika terdapat gangguan pertukaran gas dan
pengangkutan O2 dari ibu ke janin. Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan
atau segera setelah lahir. Hampir sebagian besar asfiksia bayi baru lahir merupakan kelanjutan
asfiksia janin, karena itu penilaian janin selama kehamilan dan persalinan memegang peranan
penting untuk keselamatan bayi atau kelangsungan hidup yang sempurna tanpa gejala sisa.
Penggolongan penyebab kegagalan pernapasan pada bayi terdiri dari :
1. Faktor Ibu
a) Hipoksia ibu
Terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik dan anastesi dalam. Hal ini akan
menimbulkan hipoksia janin.
b) Gangguan aliran darah uterus
Penurunan aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya pengaliran oksigen ke
plasenta dan ke janin.
Hal ini sering ditemukan pada :
Gangguan kontraksi uterus, misalnya : hipertoni, hipotoni atau tetani uterus akibat penyakit
atau obat.
Hipotensi mendadak pada ibu karena pendarahan.
Hipertensi pada penyakit akiomsia dan lain-lain.
2. Faktor Plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta. Asfiksia janin

akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya solusio plasenta,
perdarahan plasenta dan lain-lain.
3. Faktor Fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pembuluh darah
umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara iu dan janin.
Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan :
Tali pusat menumbung
Tali pusat melilit leher
Kompresi tali pusat antar janin dan jalan lahir dan lain-lain.
4. Faktor Neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena :
1) Pemakaian obat anastesi / analgetik yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat
menimbulkan depresi pusat pernapasan janin.
2) Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarahan intrakranial. Kelainan kongenital
pada bayi, misalnya hernia diafrgamatika atresia/ stenosis saluran pernapasan, hipoplasia
paru dan lain-lain.
Klasifikasi Asfiksia
Keterangan berdasarkan penelitian klinis :

a) Vigourus baby: skor APGAR 7-10, baik di anggap sehat.


b) Mild-moderate asphyxia: skor APGAR 4-6, termasuk asfiksia sedang.
c) Severe asphyxia: skor APGAR 0-3, termasuk asfiksia berat.
Manifestasi Klinis
Asfiksia biasanya merupakan akibat dari hipoksi janin yang menimbulkan tanda:
Bayi tidak bernapas atau napas mengap-mengap
Denyut jantung kurang dari 100x/menit dan tidak teratur
Kulit sianosis
Tonus otot menurun
Mekonium dalam air ketuban pda janin letak kepala
Apneu
Pucat
Penurunan terhadap stimulus
Kriteria Diagnosis
Anamnesis
- Gangguan / kesulitan waktu lahir
- Lahir tidak bernapas / menangis
Pemeriksaan fisik
- Detak jantung tidak ada < 100x/menit / >100x/menit
- Pernapasan tidak teratur
- Refleks saat jalan napas dibersihkan tidak ada menyeringai batuk / bersin
- Tonus otot lunglai fleksi eksrimitas (lemah)/fleksi kuat gerak aktif
- Warna kulit biru pucat seluruh / tubuh merah ekstrimitas biru / merah seluruh tubuh
- Dilakukan pemantauan nilai APGAR pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai APGAR 5
menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai 7. Nilai
APGAR berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan menentukan
prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir
bila bayi tidak menangis. (Bukan 1 menit seperti penilaian skor APGAR).
Pemeriksaan penunjang
- Foto polos dada
- USG kepala
- Laboratorium : darah rutin, analisa gas darah, serum elektrolit
Pemeriksaan diagnostik
- Analisa gas darah
- Elektrolit darah
- Gula darah
- Baby gram (RO dada)
- USG (kepala)
Patofisologi

Penyebab asfiksia dapat berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta. Adanya hipoksia dan
iskemia jaringan menyebabkan perubahan fungsional dan biokimia pada janin. Faktor ini yang
berperan pada kejadian asfiksia.
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa kehamilan
dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkanasfiksia ringan yang bersifat sementara
pada bayi (asfiksia transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor
pusat pernafasan agar terjadi Primary gasping yang kemudian akan berlanjut dengan pernafasan.
Bila terdapat gangguaan pertukaran gas/pengangkutan O2 selama kehamilan persalinan akan terjadi
asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi
akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat reversibel/tidak tergantung
kepada berat dan lamanya asfiksia. Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnea
(Primany apnea) disertai dengan penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi akan
memperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur. Pada
penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode
apnea kedua (Secondary apnea). Pada tingkat ini ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan
darah.Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula G3 metabolisme dan pemeriksaan
keseimbangan asam basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama dan pertukaran gas mungkin hanya
menimbulkan asidoris respiratorik, bila G3 berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi metabolisme
anaerobik yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung
dan hati akan berkuangasam organik terjadi akibat metabolisme ini akan menyebabkan tumbuhnya
asidosis metabolik. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler yang
disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan
mempengaruhi fungsi jantung terjadinya asidosis metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel
jaringan termasuk otot jantung sehinga menimbulkan kelemahan jantung dan pengisian udara
alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan akan tingginya resistensinya pembuluh darah
paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan kesistem tubuh lain akan mengalami gangguan. Asidosis
dan gangguan kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak.
Kerusakan sel otak yang terjadi menimbuikan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi
selanjutnya.
Komplikasi
Komplikasi meliputi berbagai organ tubuh yaitu:
a) Otak : hipoksik iskemik ensefalopati, edema serebri, palsi serebralis.
b) Jantung dan paru : hipertensi pulmonal persisten pada neonatus, perdarahan paru, edema paru.

c) Gastrointestinal : enterokolitis nekrotikans


d) Ginjal : tubular nekrosis akut
e) Hematologi : DIC
Penatalaksanaan Asfiksia Neonatorum
Resusitasi :
Memastikan saluran napas terbuka
1) Letakkan bayi dalam posisi terlentang atau miring dengan leher agak tengadah ( semiekstensi ).
2) Keringkan tubuh dan mulut bayi dengan handuk kering, kecuali pada bayi dengan meconium
staining.
3) Bila perlu letakkan lipatan handuk atau selimut di belakang bahu bayi.
4) Hisap lendir mulai dari mulut kemudian hidung bayi sampai dengan orofaring dan bila
diperlukan sampai trakea.
5) Bila perlu masukkan pipa endotrakeal untuk memastikan saluran napas terbuka.
Memulai pernapasan
1) Lakukan dengan rangsangan taktil dengan menepuk telapak kaki, menyentil tumit atau
menggosok punggung/ dada bayi.
2) Nilai pernapasan, denyut jantung dan warna kulit berturut-turut : apakah napas apneu atau
pernapasan normal, frekuensi denyut jantung : hitung frekuensi jantung apakah >100x/menit
atau < 100x/menit, warna kulit : kemerahan (tanpa sianosis), sianosis perifer atau sianosis
sentral.
3) Berikan ventilasi tekanan positif bila bayi apneu, mengap-mengap, frekuensi denyut jantung
<100x/menit.
4) Bila perlu memakai sungkup atau balon.
5) Bila perlu pasang pipa endotrakeal dan baln pernapasan.
6) Berikan Oksigen 100% dengan kecepatan 5L/menit sebaiknya menggunakan balon
mengembang sendiri reservoir okigen.
7) Lakukan ventilasi selama 15-23detik dengan frekuensi 40-60 napas/menit
8) Periksa frekuensi denyut jantung (DJ)
- DJ >100x/menit, napas spontan, hentikan PPV, bila tidak napas spontan, PPV lanjut
- DJ 60-100x/menit dan bertambah, lanjutkan PPV
- DJ 60-100x/menit dan tidak bertambah lanjutkan PPV, bila DJ < 80x/menit lakukan
-

kompresi jantung
DJ < 60x/menit lakukan ventilasi dan segera lakukan kompresi jantung.

Mempertahankan sirukulasi darah


Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara :
1) Kompresi jantung
2) Merupakan indikasi bila sesudah 15-30 detik melakukan PPV dengan O2 100% , frekuensi
jantung < 60x/menit dan tidak bertambah.

3) Bila frekuensi denyut jantung sama atau sudah lebih dari 80x/menit tindakan kompresi dada
dihentikan.
Medikamentosa (obat-obatan)
1. Epinefrin
Indikasi :
a. Denyut jantung bayi < 60 x/menit setelah 30 detik dilakukan ventilasi adekuat dan
kompresi dada
b. Asistolik
Dosis : 0,1-0,3 ml/kgBB dalam larutan 1:10.000 (0,01 mg-0,03 mg/kgBB) via I.V atau
endotrakeal. Dapat diulang setiap 3-5 menit bila perlu.
2. Volume ekspander
Indikasi :
a. Bayi baru lahir yang dilakukan resusitasi mengalami hipovolemia dan tidak ada respon
terhadap resusitasi
b. Hipovolemia kemungkinan akibat adanya perdarahan atau syok. Secara klinis ditandai
adanya pucat, perfusi uruk, nadi kecil/lemah dan pada resusitasi tidak memberikan respon
yang adekuat.
Jenis cairan :
- Larutan kristaloid yang isotonis (NaCl 0,9%, Ringer Laktat)
- Transfusi darah golongan O negatif jika diduga kehilangan darah banyak. Golongan O
diberikan karena pada bayi biasanya belum dilakukan pemeriksaan golongan darah
sehingga yang paling aman yaitu dengan menggunakan golongan darah O.
Dosis :
Dosis awal 10 ml/kgBB I.V pelan selama 5-10 menit. Dapat diulang sampai menunjukkan
respon klinis.
3. Bikarbonat
Indikasi :
a. Asidosis metabolik, bayi-bayi baru lahir yang mendapatkan resusitasi. Diberikan bila
ventilasi dan sirkulasi sudah baik.
b. Penggunaan bikarbonat pada keadaan asidosis metabolik dan hiperkalemia harus disertai
dengan pemeriksaan analisa gas darah dan kimiawi.
Dosis : 1-2 mEq/kgBB atau 2 ml/kgBB (4,2%) atau 1 ml/kgBB (8,4%).
Cara: diencerkan dengan aquabides atau dekstroe 5% sama banyak diberikan secara I.V dengan
kecepatan minimal 2 menit.
Efek samping : Pada keadaan hiperosmolaritas dan kandungan CO2 dari bikarbonat dapat
merusak fungsi miokardium dan otak.
4. Nalokson

Nalokson hindroklorida adalah antagonis narkotik yang tidak menyebabkan depresi pernapasan.
Sebelum diberikan naloxon ventilasi harus adekuat dan stabil.
Indikasi :
a. Depresi pernapasan pada bayi baru lahir yang ibunya menggunakan narkotik 4 jam sebelum
persalinan.
b. Jangan diberikan pada bayi baru lahir yang ibunya baru dicurigai sebagai pemakai obat
narkotika karena dapat menyebabkan tanda with drawl tiba-tiba pada sebagian bayi.
Dosis : 0,1 mg/kgBB (0,4 mg/ml atau 1 mg/ml) via I.V, endotrakeal atau bila perfusi baik
diberikan I.M atau S.C.
Penatalaksanaan berdasarkan klasifikasi asfiksia sesuai skor APGAR :
Asfiksia berat
Berikan O2 dengan tekanan positif dan intermiten melalui pipa endotrakeal. dapat dilakukan
dengan tiupan udara yang telah diperkaya dengan O2. Tekanan O2 yang diberikan tidak 30 cm H 20.
Bila pernafasan spontan tidak timbul lakukan massage jantung dengan ibu jari yang menekan
pertengahan sternum 80 100 x/menit.
Asfiksia sedang/ringan
Pasang relkiek pernafasan (hisap lendir, rangsang nyeri) selama 30-60 detik. Bila gagal
lakukan pernafasan kodok (Frog breathing) 1-2 menit yaitu : kepala bayi ektensi maksimal beri Oz
1-2 1/mnt melalui kateter dalam hidung, buka tutup mulut dan hidung serta gerakkan dagu ke atasbawah secara teratur 20x/menit.
Supportif
Jaga kehangatan
Jaga saluran napas agar tetap bersih dan terbuka
Koreksi gangguan metabolik ( cairan, glukosa darah dan elektrolit )
Prognosis
Prognosis dari asfiksia yaitu :
Asfiksia ringan
Quo vitam : ad bonam
Quo fungsional : ad bonam
Asfiksia berat
Quo vitam : dubia ad malam
Quo fungsional : ad malam karena dapat menimbulkan kematian pada hari-hari pertama atau
kelainan saraf. Asfiksia dengan pH 6,9 dapat menyebabkan kejang sampai koma dan
kelainan neurologis permanen, misalnya serebral palsi atau retardasi mental.

Pada kasus, pasien mengalamai asfiksia ringan sedang, yang sudah disertaia adanya
komplikasi pada otak, dengan ditandai adanya gejala twitching pada ekstremitas bagian
kanan. Diduga pasien mengalami HIE (Hypoxic Ischemic Enceppalopathy)
KEJANG PADA NEONATUS
DEFINISI
Gerakan abnormal pada neonatus oleh karena gangguan fungsi sistem neuron
ETIOLOGI
1) Penyulit perinatal
a. Ensefalopati neonatal
b. Trauma susunan saraf pusat (SSP) dan perdarahan intrakranial
2) Gangguan metabolisme
a. Hipoglikemia
b. Hipokalsemia
c. Hipomagnesemia
d. Hipo/hipernatremia
e. Ketergantungan piridoksin
3) Gangguan metabolisme asam amino
a. Asidemia organik
b. Gangguan yang berkaitan dengan biotin
c. Intoleransi fruktosa
d. Kelainan mitokondria
e. Storage disease
f. Penyakit Menkes kinky hair
4) Infeksi
a. Meningitis
b. Ensefalitis
c. Abses otak
5) Gangguan perkembangan
6) Obat-obatan/toksin
7) Polisitemia/hiperviskositas
8) Infark fokal
9) Familial
10) Ensefalopati hipertensif
11) Tidak diketahui
PATOFISIOLOGI
Kejang terjadi akibat pelepasan elektrik secara berlebihan, yaitu oleh karena depolarisasi dari
neuron dalam SSP. Depolarisasi terjadi akibat masuknya Na pada proses Na-K pump. Untuk
mempertahankan proses Na-K pump diperlukan energi

Depolarisasi yang berlebihan disebabkan :


a. Kegagalan proses Na-K pump oleh karena penurunan produksi energi, misalnya pada keadaan
hipoksemia, iskemia dan hipoglikemia
b. Perubahan permeabilitas membran neuron peningkatan masukan Na dan terjadi depolarisasi
yang berlebihan, misalnya pada keadaan hipokalsemia dan hipomagnesemia
c. Eksitasi neurotransmiter lebih kuat dari inhibisinya peningkatan depolarisasi, misalnya pada
keadaan ketergantungan piridoksin
KRITERIA DIAGNOSIS
Anamnesis yang terperinci mengenai aktivitas kejang :
a. Kejang klonik fokal
Hentakan klonik yang bersifat fokal dan tidak disertai penurunan kesadaran. Gerakan klonik
berlangsung lambat (1-3 kejang/detik) sering terjadi pada sebelah lengan atau satu sisi
wajah dan mungkin menyebar kebagian tubuh yang lain pada satu sisi yang sama
b. Kejang klonik multifokal
Gerakan klonik pada satu atau lebih anggota gerak yang berpindah-pindah dari satu ke
anggota gerak lainnya dan sering terlihat pada bayi normal < 34 minggu
c. Kejang tonik
Gerakan bersifat fokal atau umum dan dapat menyerupai posisi dekortisasi atau deserebrasi,
pergerakan sering berupa deviasi mata, gerakan klonik atau apnea, dan sering pada bayi
prematur
d. Kejang mioklonik
Berupa gerakan menyentak yang sinkron, tunggal atau multipel pada tangan, kaki atau
keduanya dan biasanya berhubungan dengan kelainan SSP
e. Kejang subtle
Mengejap-ngejapkan mata dan flutter kelopak mata
Gerakan mulut dan lidah berupa mengisap-isap, mengunyah dan menguap
Posisi ekstremitas dengan posisi tonik
Apnea
Pemeriksaan fisis, terutama status neurologik
a. Laboratorium
Metabolik : Glukosa , Na /, Ca , Mg
Work-up sepsis : Leukositosis/leukopenia, kultur darah, urin dan cairan likuor (+)
Work-up TORCH
Skrining sekresi obat dalam urin dan kadar teofilin dalam darah bila memugkinkan
Analisis gas : Asidosis, hipoksia
Pungsi lumbal : Menyokong kearah etiologi
b. Radiologi (jika memungkinkan)
USG kepala : Perdarahan intraventrikular daerah yang lebih ekogenik di
intraventrikular

CT scan : Perdarahan subaraknoid lesi hiperdens di subaraknoid


Magnetic resonance imaging (MRI) : Perdarahan intraventrikular akut gambaran

signal yang isodens


EEG : Kejang tonik gambaran EEG berupa lesi multifokal yang abnormal

DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding sesuai dengan etiologi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Laboratorium
a. Darah : Gambaran darah tepi, kultur, infeksi TORCH, metabolik (glukosa, Na, K, Ca) dan
analisis gas
b. Urin : Rutin, kultur dan resistensi
c. Likuor : Jumlah sel, protein, kultur
2) Radiologi
3) USG kepala, CT scan dan MRI
4) EEG
TERAPI

Mempertahankan ventilasi, oksigenasi, tekanan, elektrolit, pH darah


Penyebab
Hipoglikemia atau hipokalsemia lihat penanganan hipoglikemia atau hipokalsemia
Anti kejang

Fenobarbital
Dosis awal 20 mg/kgBB i.v./i.m. Jika setelah 60 menit, kejang masih ada berikan dosis ke-2 (10
mg/kgBB)
Jika kejang masih ada, 2-4 jam kemudian dapat diberikan luminal 10 mg/kgBB. Dosis maksimum
loading dose fenobarbital 30-40 mg/kgBB
Jika fenobarbital tidak memberikan respons fenitoin
Dosis fenobarbital rumatan 3,5-4,5 mg/kgBB, dosis tunggal atau 2x/hari i.m./p.o., diberikan 12 jam
setelah loading dose
Pemberian dihentikan jika pemeriksaan fisis normal, tidak ada kejang rekurens dan gambaran EEG
normal. Pada penderita yang mempunyai risiko untuk terjadinya kejang rekurens (hipoxic ischemic
encephalopaty/HIE, malformasi korteks serebri) pemberian fenobarbital dilanjutkan sampai umur 2
bulan.

Fenitoin
Loading dose 15-25 mg/kgBB i.v., kecepatan tidak melebihi 0,5 mg/kgBB/menit. Selanjutnya 5
mg/kgBB/hari
Rumatan diberikan 4-8 mg/kgBB/hari, dalam 2-3 dosis i.v.
Diazepam
Hanya untuk menghentikan kejang dengan segera
Pemberian harus dengan monitoring ketat, sebaiknya di rawat di ruang intensif
Dosis 0,1-0,3 mg/kgBB pengenceran dengan NaCl fisiologis (1:4), i.v., perlahan-lahan sampai
kejang berhenti
Lorazepam
Bila resisten terhadap fenobarbital dan fenitoin
Dosis 0,05 mg/kgBB/dosis, i.v. dalam 2-5 menit
Paraldehid
Bila tidak berhasil dengan antikonvulsan lain
Dosis 0,1-0,3 ml/kgBB, diencerkan dalam minyak mineral (rasio 1:1 atau 2:1), dalam bentuk
rektal/supositoria dan tidak boleh diberikan > 3x/hari
Obat lain
Ca : Untuk mengatasi kejang karena hipokalsemia lihat bab hipokalsemia
Mg : Bila penyebabnya hipomagnesemia
Dosis Mg-sulfat 50% 0,1-0,2 ml/kgBB i.m. setiap 12 jam
Piridoksin
Bila penyebabnya defisiensi/ketergantungan piridoksin, dosis 50 mg i.v.
Selama pemberiannya harus dimonitor EEG
Rumatan : Untuk ketergantungan 10-100 mg/hari p.o.(4 dosis) Untuk defisiensi 5 mg/hari p.o.
(4dosis)
PROGNOSIS
Secara umum baik bila
a.
b.
c.
d.

Penyebabnya gangguan metabolik


Pemeriksaan neurologik normal
EEG normal
Kejang bersifat familial ringan

Prognosis buruk bila


a.
b.
c.
d.

Penyebabnya malformasi kongenital, asfiksia berat dan perdarahan intraventrikular berat


Kejang berlangsung > beberapa hari
Pemeriksaan neurologik abnormal
EEG abnormal

HIE (Hypoxic Ischemic Enceppalopathy)


HIE merupakan dampak paling sering dari asfiksia perinatal. Hipoksia menyebabkan gangguan
metabolisme oksidatif pada cerebral yang menyebabkan peningkatan laktat, penurunan pH, dan
inefektif glikolisis anaerob yang menghasilkan ATP, penurunan glikogen.
SEPSIS PADA NEONATUS
DEFINISI
Sindroma klinis yang ditandai gejala sistemik dan disertai bakteremia
KLASIFIKASI
Sepsis awitan awal : Segera setelah lahir - 7 hari
Sepsis awitan lanjut : Infeksi nosokomial dan terjadi > 7 hari
ETIOLOGI
1) Bakteri Gram-positif
a. Streptokokus grup B : Penyebab paling sering
oagulase negatif : Penyebab utama bakteremia nosokomial
Streptokokus bukan grup B
2) Bakteri Gram-negatif
a. Escherichia coli K1 : Penyebab nomor 2 terbanyak
b. Listeria monocytogenes
c. H. influenzae
d. Pseudomonas
e. Klebsiela
f. Enterobakter
g. Salmonela
h. Bakteri anaerob
i. Gardnerella vaginalis
PATOFISIOLOGI

Sepsis awitan awal


a. Transplasental (antepartum)
b. Asenderens kuman vagina (partus lama, KPSW)
c. Waktu melewati jalan lahir (kuman dari vagina dan rektum)
Sepsis awitan lanjut
a. Tindakan manipulasi (intubasi, kateterisasi, pemasangan infus, dll)
b. Defek kongenital (omfalokel, meningokel, labioskizis, labiopalato-skizis, dll)
c. Koloni kuman berasal dari saluran nafas atas, konjungtiva, membran mukosa, umbilikus dan
kulit yang menyebabkan invasi/menyebar secara sistemik
FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor ibu
a. KPSW
b. Infeksi peri partum
c. Partus lama
d. Infeksi intra partum
Faktor bayi
a. BBLR
b. Prematuritas
c. KMK
d. Defek kongenital
e. Bayi laki-laki lebih banyak dari perempuan
f. Tindakan resusitasi saat melakukan intubasi
g. Kehamilan kembar
KRITERIA DIAGNOSIS
Gejala klinis
1) Umum
a. Bayi tidak tampak sehat (not doing well)
b. Bayi tidak mau minum (poor feeding), retensi cairan lambung banyak
c. Suhu badan labil (hipo/hipertermia)
2) Saluran cerna
a. Muntah, diare, distensi abdomen, hepatomegali
b. Gangguan pernafasan
c. Merintih
d. Pernafasan cuping hidung (dispnea, takipnea), retraksi
e. Apnea
3) Gangguan kardiovaskular
a. Takikardia, bradikardia, hipotensi
b. Gangguan SSP
c. Penurunan kesadaran (letargis koma)
d. Tremor, jettery, kejang, irritable, hipotonia, apnea
4) Gangguan hematologik

Pucat, ikterus, perdarahan, pembesaran limpa


Kulit
Petekia, purpura, sklerema, mottling
Laboratorium
a. Anemia
b. Leukopenia < 4.000/mm3, leukositosis > 25.000-30.000/mm3 pergeseran kekiri
c.
d.
e.
f.

Neutropenia absolut < 1.000/mm3, rasio neutrofil imatur : total > 0,2, granular toksik
Trombositopenia
LED dan CRP meningkat
Kultur darah dan CSF, dll (+)
Cairan serebrospinal : Jika meningitis keruh disertai leukosit

PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Kultur dan Gram pada lesi fokal, misalnya tali pusat


Darah
Gambaran darah tepi
Pewarnaan Gram
LED, CRP dan haptoglobin (jika memungkinkan)
Tes deteksi antigen (jika memungkinkan)
Kultur
Urin
Rutin dan kultur
Cairan serebrospinal : Gram dan kultur

PENYULIT
Meningitis bakterialis
EKN
KID
Syok septik
TERAPI
Umum
a. Rawat dalam ruang isolasi/inkubator
b. Cuci tangan sebelum dan sesudah memeriksa bayi
c. Pemeriksa harus memakai pakaian ruangan yang telah disediakan
d. Pengaturan suhu dan posisi bayi
Khusus
a. Suportif : Menjaga stabilitas hemodinamik dan oksigenasi jaringan vital
b. O2 : Bila sianosis, distres pernafasan, apnea dan serangan kejang
c. Pemberian cairan dan elektrolit

d.
e.
f.
g.
h.

Pada keadaan umum jelek nutrisi parenteral sesuai dengan umur dan BB bayi
Bila keadaan umum baik nutrisi enteral secara bertahap dan parenteral dikurangi sampai
kebutuhan rumatan terpenuhi
Atasi kejang (lihat terapi kejang pada neonatus)
Atasi hiperbilirubin (lihat terapi hiperbilirubinemia pada neonatus)
Atasi anemia dan syok
Antibiotik
Sebelum pemberian antibiotik, periksa kultur dan tes resistensi
Antibiotik spektrum luas untuk Gram (+) dan (-) selama belum ada hasil kultur.
Terapi awal (sebelum ada hasil kultur dan resistensi) :
Kombinasi ampisilin + aminoglikosida
Ampisilin 50 mg/kgBB/dosis, i.v.
-

Bayi < 7 hari diberikan 2 dosis


Bayi 7 hari diberikan 3-4 dosis

Aminoglikosida
-

< 2500 g : 1,5 mg/kgBB/ dosis, i.v. 2x/hari


2500 g : 2,5 mg/kgBB/ dosis, i.v. 2x/hari

Kombinasi sefotaksim + aminoglikosida (sepsis diduga karena Gram (-)


Sefotaksim
-

7 hari : 100 mg/kgBB/hari, i.v. dibagi 2 dosis


> 7 hari : 150 mg/kgBB/hari, i.v. dibagi 3 dosis

Untuk meningitis : 200mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis


Bila klinis dan laboratorium tidak ada perbaikan setelah 48 jam antibiotik
diganti dengan antibiotik alternatif sesuai dengan gambaran klinis penderita
i. Imunoterapi
- Imunoglobulin
j. Infus granulosit
k. Transfusi ganti
PROGNOSIS
Kematian akibat sepsis > pada BKB dibandingkan BCB
Pada pasien prematur, memiliki kecenderungan gangguan pada metabolisme tubuh, antara
lain berisko tinggi mengalami gangguan hematologi seperti hiperbilirunemia neonatorum.
Kemudian dilakukan pemeriksaan laboratorium pada bilirubin total dan direk, dan

diperoleh hasil terjadi peningkatan pada bilirubin total, sedangkan bilirubin direk masih
dalam batas normal.
HIPERBILIRUBINEMIA NEONATORUM
Jaundice fisiologis

NORMAL

Muncul 2-3 hari

Memuncak 4-5 hari 5-6 mg//dL

Menurun hari ke 5-7 2 mg/dL

Prematur menghilang bisa lebih lama (14 hari)

Akibat :
Belum matangnya fungsi hati
Produksi bilirubin setelah pemecahan sel darah merah fetal
terbatasnya konjukasi bilirubin oleh liver.
Tatalaksana Hiperbilirubinemia pada Neonatus Kurang Bulan Sehat dan Saki t
(< 37 minggu)

Neonatus Kurang Bulan Sehat:


Kadar Total Bilirubin Serum
(mg/dl)

Neonatus Kurang Bulan Sakit:


Kadar Total Bilirubin Serum
(mg/dl)

Berat (gram)

Terapi sinar

Transfusi tukar

Terapi sinar

Transfusi tukar

Hingga 1.000 g

5-7

10

4-6

8-10

1.001-1.500 g

7-10

10-15

6-8

10-12

1.501-2.000 g

10

17

8-10

15

> 2.000 g

10-12

18

10

17

DAFTAR PUSTAKA
1. Behrman, Kliegman, Jenson. Nelsons Textbook of Pediatrics 17th ed. Saunders. Philadelphia,
Pennsylvania; 2004.
2. Gomella T.L. Neonatology, Management, Procedures, On call Problems, Diseases & Drugs 5 th
Ed, A Lange clinical manual/Mc Graw-Hill,2004
3. Donald, Mhairi G., Martha D. Mullett, Mary M. K. Seshia. Averys Neonatology
Pathophysiology & Management of the Newborn. 6th ed. Lippincott Williams & Wilkins.
Philadelphia, United States; 2005
4. Cloherty, John P. Manual of Neonatal Care. 6th Ed. Lippincott Williams & Wilkins.
Philadelphia, United States; 2008
5. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak Edisi ke-4 Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran RS Dr. Hasan Sadikin Bandung. 2011
6. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak Edisi I 2004. Ikatan
Dokter Anak Indonesia. 2004
7. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku Ajar Neonatologi. 2010. Pengurus Pusat Ikatan Dokter
Anak Indonesia: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai