Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN KASUS

GAGAL INDUKSI

Penyusun:
Ami Hestiani
08310351

Pembimbing:
dr. Gunawan, Sp.OG

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan


RSUD Embung Fatimah
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati
2014

BAB I
PRESENTASI KASUS

I.

IDENTITAS PASIEN
Nama

: Ny. H

Umur

: 24 tahun

Pendidikan

II.

: SMA

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Suku

: Batak

Agama

: Kristen

Alamat Rumah

: KAV. Sei Lekop

Tgl.Masuk RS

: 19 november 2014, pukul 13.45

No.CM

: 108493

DATA DASAR
a. Keluhan Utama :
Pasien G1P0A0 hamil 42 minggu datang dari poli KIA untuk rencana
induksi
b. Keluhan Tambahan :
Pasien merasakan sakit dan tegang pada perutnya sejak 1 hari sebelum
masuk rumah sakit disertai keluar lendir bercampur darah
c. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien G1P0A0, hamil 42 minggu datang dari poli untuk rencana
induksi. Pasien mengeluhkan tegang pada perut disertai keluar darah
bercampur lendir sejak satu hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien

diberikan surat pengantar dari dokter umum sebuah klinik karena


sudah melewati taksiran tanggal kehamilan. Pasien mengaku rajin
memeriksakan kandungannya ke dokter klinik dan tidak memiliki
keluhan apa-apa.

HPHT : 28 Februari 2014


TP

: 5 November 2014

d. Riwayat Haid :
- Menarche

: usia 13 tahun.

- Siklus

: 28 hari, teratur.

- Lamanya

: 5-7 hari

- Nyeri haid : tidak ada.


- Banyaknya : 3 kali ganti pembalut per hari.

e. Riwayat KB :
-

Pasien tidak pernah menggunakan KB baik itu KB suntik


maupun PIL

f. Riwayat Pernikahan :
-

Menikah 1 kali dengan suami yang sekarang selama 2 tahun.

g. Riwayat Obstetri :
-

Ini kehamilan pertama pasien

Abortus (-)

h. Riwayat Penyakit Dahulu


- Riwayat Hipertensi

: Disangkal

- Riwayat Diabetes Melitus : Disangkal


- Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
- Riwayat Asma

: Disangkal

- Riwayat Alergi

: Disangkal

i. Riwayat Penyakit Keluarga


- Riwayat Hipertensi

: Disangkal

- Riwayat Diabetes Melitus : Disangkal


- Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
- Riwayat Asma

: Disangkal

- Riwayat Alergi

: Disangkal

j. Catatan Penting Selama Asuhan Antenatal


ANC di bidan, kontrol kehamilan sejak usia kehamilan 10
minggu. Setiap bulan sekali sampai usia kehamilan 31 minggu. Setelah
usia kehamilan 32 minggu, pemeriksaan dilakukan tiap 2 minggu
sekali.

III.

PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis:

Kesadaran
Kesan sakit
Status gizi
Sikap pasien
Komunikasi
Dispnoe
TB / BB
Tekanan darah

KEADAAN UMUM
Compos mentis
Sakit sedang
Baik
Kooperatif
Baik
Tidak tampak
165 cm / 65 kg
TANDA2 VITAL
120/80 mmHg.

Nadi
Suhu
Respiratory rate
Turgor kulit
Warna kulit
Bentuk kepala

82 x/menit.
36C
18 x/menit
KULIT
Baik
Sawo matang
KEPALA
Normochepali
MATA

PALPEBRA
Oedem
Exopthalmus
Enopthalmus
Konjungtiva

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak anemis

Sklera
Pupil
Refleks cahaya

Tidak ikterik
Isokor
+/+

langsung
Refleks cahaya

+/+

tidak langsung
LEHER
Pembesaran

Tidak ada

kelenjar
Deviasi trakea
Kaku kuduk
Kelenjar tiroid
JVP

Tidak ada
Tidak ada
Tidak teraba
T.T

Inspeksi
Palpasi
Perkusi

THORAKS
Bentuk normal, simetris
Fremitus taktil sama di kedua lapang paru.
Sonor di seluruh lapang paru
Batas paru hepar pada IC VI garis mid clavicula
kanan
Batas paru lambung pada IC VIII garis axillaris

Auskultasi
Inspeksi
Palpasi
Perkusi

anterior kiri
VBS vesikuler, Rh -/-, Wh -/-.
JANTUNG
Ictus cordis tidak terlihat
Ictus cordis teraba di ICS IV, tidak kuat angkat
Batas kiri jantung di ICS V garis mid clavicularis
kiri
Batas kanan jantung di ICS V garis mid sternal
kanan

Auskultasi
Inspeksi
Palpasi

Batas atas jantung di ICS III garis para sternal kiri


S1 S2 Reguler murmur tidak ada, gallop tidak ada
ABDOMEN
Membuncit
TFU 33 cm
Leopold I : bokong
Leopold II : puki
Leopold III : kepala

Perkusi
Auskultasi

Akral
Palmar eritem
Clubbing finger
Sianosis
Ikterik
Motorik
Sensorik
Akral
Palmar eritem
Clubbing finger
Sianosis
Ikterik
Motorik
Sensorik

Leopold IV : 4/5
Timpani
DJJ1 133 kali/menit

EKSTREMITAS ATAS
Hangat
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Baik
Baik
EKSTREMITAS BAWAH
Hangat
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Baik
Baik

Status Obstetri:
1. Pemeriksaan luar
INSPEKSI :
perut membuncit.
PALPASI :
TFU

: 33 cm.

Leopold I

: Teraba 1 bagian besar, bulat lunak, dan tidak


melenting.

Leopold II

: Teraba bagian kontinyu dari janin (punggung janin)


pada sisi kiri ibu.

Leopold III

: Teraba bagian keras dan bulat tidak dapat digerakan


pada sisi kiri ibu (kepala).

Leopold IV

: Bagian terbawah janin yang masuk pintu atas panggul


4/5

AUSKULTASI :
DJJ1 : 133 kali/menit

2. Pemeriksaan Dalam
Inpeksi

: Vulva dan uretra tidak ada kelainan

Vagina Toucher

: pembukaan 1 cm, portio tebal lunak, ketuban

(+), kepala Hodge 1, UUK belum jelas


KESAN
-

Hamil 42 minggu berdasarkan taksiran HPHT, belum ada


tanda-tanda inpartu sehingga direncanakan induksi

IV.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
-

Pemeriksaan Laboratorium (9/11/2014)


Hemoglobin

: 11,5 mg/dl ( Normal: 11,0 16,5 )

Leukosit

: 14.500 /mm2 (normal : 3500-10.000)

Trombosit

: 314.000 /mm2 ( Normal: 150 500 ribu/mm2)

Hematokrit

: 34 % ( Normal : 35 47%)

Bleeding time : 2 menit


Clotting time : 9 menit
-

USG (tanggal 19 Maret 2014)


o Janin tunggal hidup, presentasi kepala (postero oksipito
persistent), dengan usia kehamilan 41-42 minggu dengan
taksiran berat 3100 gr.

V.

DIAGNOSIS KERJA
Ibu

: G2P1A0 Hamil 40-41 minggu, janin tunggal intrauterin


presentasi kepala (postero oksipito persistent).

Janin

: Janin tunggal hidup intrauterin presentasi kepala (postero


oksipito persistent).

VI.

RENCANA PENATALAKSANAAN
Rencana Diagnosis:
-

Observasi tanda-tanda vital

Observasi kontraksi, DJJ, gerak janin

Rencana Terapi:
o Pasang iv line
o Iuvd D5% + 5 unit oxytocin 10 tpm 40 tpm
Rencana Operasi SC:
o Puasakan pasien (20 november 2014)
o Pasang kateter
Rencana Pendidikan:
Menjelaskan pada pasien dan keluarga akan keadaan ibu pada rencana
yang akan dilaksanakan.

VII.

PROGNOSIS
Ibu

: bonam.

Janin

: ad bonam

PERKEMBANGAN SOAP
Tanggal 20 -11 -2014,
pkl. 07.30 WIB
S

Mules (-), rembesan air (-), lendir (-), darah (-)

TD : 110/60 mmHg, N : 84 x/menit, S : 360C, RR : 20 x/menit


Abdomen : TFU 33 cm
L1 : bokong
L2 : puki
L3 : kepala
L4 : PAP 4/5

G2P1A0 Hamil 42 minggu, janin tunggal intrauterin presentasi kepala

(postero oksipito persistent).


P

pro SC

Tanggal

: 20-11-2014

Jam

: 14.45 wib

Telah dilakukan operasi SC oleh dr. Fauzi , Sp.OG, bayi lahir pada pukul 14.50 WIB,
jenis kelamin perempuan, BBL : 3100 gr, PBL : 52 cm, A/S : 8/9, anus (+), cacat (-),
HR 148 x/menit, RR 40x/menit, Suhu 37,1 0C, pernafasan cuping hidung (-), retraksi
dada (-), pergerakan bayi aktif, warna ketuban jernih, plasenta lahir lengkap.

Follow up post partum


Tanggal 20-11-2014,
pkl. 16:30 WIB
S : nyeri post op (+), mobilisasi (-), ASI (-), makan (-), minum (-), BAK on DC, BAB
(-), flatus (-)
O : abdomen
Inspeksi

: buncit (-)

Palpasi
: TFU 2 jari dibawah pusat
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus ( - )
A : P1 A0 post SC atas indikasi induksi gagal
P : R. Dx/ :

- Observasi TTV
- Mobilisasi bertahap.
- Motivasi
- Diet TKTP

- Infus RL 20 tpm + 2 ampul oksitosin /24 jam


- inj cefotaxim 2 x 1 gr iv
- inj vit c 2 x 1 amp iv
- inj neurobion 1 x 1 amp
- Ciprofloxacin tablet 3 x 500 mg
- Sangobion tab 1 x 1
- Asam mefenamat tab 3 x 1
- Profenid supp 3 x 1 mg
- Sangobion tablet 1 x 1

VIII. Resume

Pasien datang kerumah sakit G101A0 Hamil 42 minggu, janin tunggal


intrauterin presentasi kepala (postero oksipito persistent). Dengan keluhan
tegang pada perut disertai keluar darah bercampur lendir dari kemaluan.
Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit darah tinggi, DM, asma,
maupun alergi. Riwayat ANC baik. Pasien direncanakan tindakan operasi sc
dengan indikasi gagal induksi
bayi lahir pada pukul 14.50 WIB, jenis kelamin perempuan, BBL : 3100
gr, PBL : 52 cm, A/S : 8/9, anus (+), cacat (-), HR 148 x/menit, RR 40x/menit,
Suhu 37,1 0C, pernafasan cuping hidung (-), retraksi dada (-), pergerakan bayi
aktif, warna ketuban jernih, plasenta lahir lengkap.. Kondisi ibu setelah
persalinan baik dengan hemodinamik stabil.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

KEHAMILAN POST TERM

A. Definisi
Kehamilan serotinus atau kehamilan post term adalah kehamilan yang
berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama haid
terahir menurut rumus neagle dan siklus haid rata 28 hari (Prof. Dr. dr. Sarwono
Prawirohardjo ). Kehamilan post term memiliki pengaruh terhadap janinnya, walau
masih dalam perdebatan tetapi kehamilan post term memiliki hubungan terhadap
perkembangan hingga kematian janin. Ada janin yang lebih dari 42 minggu berat
badannya terus bertambah, dan ada yang tidak bertambah dan lahir dengan berat

badan kurang dari semestinya, atau meninggal di dalam rahim karena kekuangan
oksigen dan makanan.
B. Konsep Kehamilan
Kehamilan merupakan masa dimulainya konsepsi sampai lahirnya janin. Lama
kehamilan normal adalah 280 hari atau 40 minggu atau 9 bulan 7 hari, dihitung dari
hari pertama haid terakhir .Kehamilan matur (cukup bulan) berlangsung kira-kira 40
minggu (280 hari) dan tidak lebih dari 43 minggu (300hari). Kehamilan berlangsung
antara 28 dan 36 minggu disebut kehamilan premature, sedangkan lebih dari 43
minggu disebut kehamilan post matur atau serotinus.
2. Berikut mengenai tanda-tanda kehamilan
a. Tanda kehamilan tidak pasti

Nausea (enek) dan emesis (muntah).


Enek terjadi umumnya pada bulan-bulan pertama kehamilan, disertai kadangkadang oleh emesis. Sering terjadi pada pagi hari, tetapi tidak selalu. Keadaan
ini lazim disebut morning sickness

Amenorea (tidak dapat haid).


Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak dapat haid lagi.
Penting diketahui tanggal hari pertama haid terakhir, supaya dapat ditentukan
tuanya kehamilan dan bila persalinan diperkirakan akan terjadi.

Mengidam (ingin makanan khusus/tertentu).


Mengidam sering terjadi pada bulan bulan pertama akan tetapi menghilang
dengan makin tuanya kehamilan.

Pingsan.

Sering dijumpai bila berada pada tempat-tempat ramai. Dianjurkan untuk tidak
pergi ke tempat-tempat ramai pada bulanbulan pertama kehamilan. Hilang
sesudah kehamilan 16 minggu.

Anoreksia (Tidak ada selera makan).


Pada bulan-bulan pertama terjadi anoreksia, tetapi setelah itu nafsu makan
timbul lagi.

Sering kencing.
Terjadi karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang membesar. Gejala ini
akan hilang pada triwulan kedua kehamilan. Pada akhir kehamilan, gejala ini
kembali, karena kandung kemih ditekan oleh kepala janin.

Obstipasi
Terjadi karena tonus otot menurun yang disebabkan oleh pengaruh hormon
steroid.

Pigmentasi kulit
Terjadi pada kehamilan 12 minggu ke atas. Pada pipi, hidung dan dahi kadangkadang tampak deposit pigmen yang berlebihan, dikenal sebagai chloasma
gravidarum. Areola mammae juga menjadi lebih hitam karena didapatkan
deposit pigmen yang berlebih. Daerah leher menjadi lebih hitam. Demikian pula
linea alba di garis tengah abdomen menjadi lebih hitam (linea griea).pigmentasi
ini terjadi karena pengaruh dari hormon kortiko-steroid plasenta yang
merangsang melanofor dan kulit.

Epulis
Epulis adalah suatu hipertrofi papilla ginggivae, sering terjadi pada triwulan
pertama.

Varises.

Sering dijumpai padaa triwulan terakhir pada triwulan terakhir. Didapat pada
daerah genitalia eksterna, fosa poplitea, kaki dan betis. Pada multigravida
kadang-kadang varises ditemukan pada kehamilan terdahulu, timbul kembali
pada triwulan pertama. Terkadang timbulnya varises merupakan gejala pertama
kehamilan muda
b. Tanda pasti kehamilan

Pada palpasi dirasakan bagian janin dan balotemen serta gerak janin.
Pada auskultasi terdengar detak jantung janin (DJJ). Dengan stetoskop laennec
DJJ terdengar pada kehamilan pada kehamilan 18-20 minggu. Dengan alat
doppler DJJ terdengar pada kehamilan 12 minggu.

Dengan ultrasonografi (USG) atau scaning dapat dilihat gambaran janin.


Pada pemeriksaan sinar X tampak kerangka janin. Tidak dilakukan lagi
sekarang karena dampak radiasi terhadap janin

C. Etiologi
Penyebab kehamilan post term sampai saat ini belum diketahui secara jelas,
namun beberapa teori kehamilan dapat menjelaskan tentang kehamilan post term
seperti pengaruh progesteron, teori oksitosin, teori kortisol, teori syaraf uterus, dan
herediter akan tetapi tidak ada yang dianggap mutlak benar dari teori-tersebut.

D. Patofisiologi
Pada kehamilan lewat waktu terjadi penurunan oksitosin sehingga tidak
menyebabkan adanya his, dan terjadi penundaan persalinan. Permasalahan kehamilan
lewat waktu adalah plasenta tidak sanggup memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2
sehingga janin mempunyai resiko asfiksia sampai kematian dalam rahim ( Manuaba,

1998), dimana terjadi perubahan-perubahan pada faktor fisiologi yaitu disfungsi


placenta. Yang terjadi pada placenta diantara lain adalah kalsifikasi yang ditimbulkan
karena penimbunan kalsium, selaput vakulosinsial menjadi tambah tebal dan jumlah
nya berkurang, terjadi proses degenerasi placenta, dan perubahan biokimia pada
placenta.
Fungsi placenta mencapai puncak pada umur 38 minggu, dan mulai menurun
sejak umur kehamilan 42 minggu. Rendahnya fungsi placenta berkaitan dengan
peningkatan kejadian gawat janin sebesar 3 kali lipat. Akibat penuaan placenta
membuat pasokan makanan dan oksigen menjadi berkurang disamping adanya
spasme arteri spiralis. Sirkulasi uretoplasenter berkurang 50%, dan mempengaruhi
beberapa hal, diantaranya :

Berat janin : kehamilan lebih dari 42 minggu dapat menyebabkan pasokan dari
placenta berkurang karena insufisiensi placenta sehingga berat janin berkurang tetapi
juga dapat menyebabkan bayi terus tumbuh jika placenta masih baik, sehingga dapat
menghasilkan bayi besar.

Sindroma postmatur : ditemui pada bayi dengan post matur adalah gejala-gejala
gangguan pertumbuahan, dehidrasi, kulit kering, keriput seperti kertas, kuku panjang,
tulang tengkorak lebih keras, hilangnya verniks kaseosa dan lugano, maserasi kulit
terutama di lipat paha dan genital, warna coklat kehijauan pada kulit , muka tampak
menderita dan rambut yang sudah tebal. Tidak semua bayi menunjukan gejala
tersebut, tergantung dari fungsi plasenta. Menurut derajatnya ada 3 stadium :
Stadium 1 : kulit kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa kulit kering, rapuh
dan mudah mengelupas
Stadium 2 : gejala diatas disertai pewarnaan kehijauan muconium pada kulit

Stadium 3 : disertai pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan tali pusat.

E. Gejala dan Tanda


Tanda dan gejala tidak terlalu dirasakan, hanya dilihat dari tuanya
kehamilan. Biasanya terjadi pada masyarakat di pedesaan yang lupa akan hari
pertama haid terakhir. Bila tanggal hari pertama haid terakhir di catat dan diketahui
wanita hamil, diagnosis tidak sukar, namun bila wanita hamil lupa atau tidak tahu,
hal ini akan sukar memastikan diagnosis. Pada pemeriksaan USG dilakukan untuk
memeriksa ukuran diameter biparietal, gerakan janin dan jumlah air ketuban
(Muchtar, 1998). Menurut Achdiat (2004), umur kehamilan melewati 294 hari/
genap 42 minggu palpasi bagian bagian janin lebih jelas karena berkurangnya air
ketuban. Kemungkinan dijumpai abnormalitas detak jantung janin, dengan
pemeriksaan auskultasi maupun kardiotokografi (KTG). Air ketuban berkurang
dengan atau tanpa pengapuran (klasifikasi) plasenta diketahui dengan pemeriksaan
USG.
F. Diagnosis
Dalam menegakan diagnosis pada kehamilan post term sebenarnya cukup sulit,
karena pada diagnosis kasus ini harus ditegakan berdasarkan umur kehamilan,
bukan terhadap kondisi kehamilan, maka menentukan umur kehamilan harus dapat
dipastikan karena dalam beberapa kasus, kesalahan dalam mendiagnosis kehamilan
post term adalah karena kesalahan dalam perhitungan kehamilan. Untuk
mendiagnosis kehamilan post term dapat dilakukan dengan beberapa cara :
a. Riwayat haid

Harus ditentukan dengan pasti riwayat HPHT nya, lalu siklus haid yang teratur,
dan tidak minum pil KB dalam 3 bulan terakhir ini.
b. Riwayat pemeriksaan antenatal
Dilihat dari tes kehamilannya,
Gerak janin biasanya dirasakan dalam 18-20 minggu. Pada primigravida biasanya
dirasakan pada 18 minggu, sedangkan pada multigravida dirasakan pada umur
kehamilan 16 minggu. Petunjuk umum untuk menentukan umur kehamilan adalah
pada primigavida mulai gerak janin ditambah 22 minggu, sedangkan pada
multigravida ditambahan 24 minggu dari awal garak janin.
Pemeriksaan DJJ : DJJ dapat di dengar dengan stetoskop leanec pada kehanmilan
18-20 minggu, sedangkan dengan dopler dapat didengarkan 10-12 minggu.
c. Pemeriksaan TFU
Jika umur kehamilan lebih dari 20 minggu umur kehamilan dapat diperkirakan
secara kasar.
d. Pemeriksaan USG
Dengan USG dapat diperkirakan umur kehamilan dengan menukur diameter
biparietal dan panjang femur.
Yang paling penting dalam menangani kehamilan lewat waktu ialah
menentukan keadaan janin, karena setiap keterlambatan akan menimbulkan resiko
kegawatan. Penentuan keadaan janin dapat dilakukan:
1.

Tes tanpa tekanan (non stress test).


Bila memperoleh hasil non reaktif maka dilanjutkan dengan tes

tekanan oksitosin. Bila diperoleh hasil reaktif maka nilai spesifisitas 98,8%
menunjukkan kemungkinan besar janin baik. Bila ditemukan hasil tes tekanan yang

positif, meskipun sensitifitas relatif rendah tetapi telah dibuktikan berhubungan


dengan keadaan postmatur.
2.

Gerakan janin.
Gerakan janin dapat ditentukan secara subjektif (normal rata-rata 7

kali/ 20 menit) atau secara objektif dengan tokografi (normal rata-rata 10 kali/ 20
menit), dapat juga ditentukan dengan USG. Penilaian banyaknya air ketuban secara
kualitatif dengan USG (normal >1 cm/ bidang) memberikan gambaran banyaknya
air ketuban, bila ternyata oligohidramnion maka kemungkinan telah terjadi
kehamilan lewat waktu.
3. Amnioskopi.
Bila ditemukan air ketuban yang banyak dan jernih mungkin keadaan
janin masih baik. Sebaliknya air ketuban sedikit dan mengandung mekonium akan
mengalami resiko 33% asfiksia.
4.

Kematian janin

disebabkan oleh makrosomnia yang dapat menyebabkan distosia, insufisiensi


placenta yang berakibat pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion, hiposia
dan kelarnya muconium dan terjadi aspirasi.
Pengaruh pada ibu
Morbiditas ibu karena makrosomnia bayi yang dilahirkan sehingga terjadi distosia
persalian, partus lama, meningkatkan tindakan obstetric yang traumatis.

G. Komplikasi

Kematian janin terhadap kehamilan post teram adalah 30%sebelum persalinan, 55%
dalam persalinan, dan 15% setelah persalinan. Menurut Mochtar (1998), komplikasi
yang terjadi pada kehamilan serotinus yaitu:
(1) Komplikasi pada Ibu
Komplikasi yang terjadi pada ibu dapat menyebabkan partus lama, inersia uteri,
atonia uteri dan perdarahan postpartum.
(2) Komplikasi pada Janin
Komplikasi yang terjadi pada bayi seperti berat badan janin bertambah besar,
tetap atau berkurang, serta dapat terjadi kematian janin dalam kandungan.
H. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kehamilan yang
teratur, minimal 4 kali selama kehamilan, 1 kali pada trimester pertama (sebelum 12
minggu), 1 kali pada trimester ke dua (antara 13 minggu sampai 28 minggu) dan 2
kali trimester ketiga (di atas 28 minggu). Bila keadaan memungkinkan, pemeriksaan
kehamilan dilakukan 1 bulan sekali sampai usia 7 bulan, 2 minggu sekali pada
kehamilan 7 8 bulan dan seminggu sekali pada bulan terakhir. Hal ini akan
menjamin ibu dan dokter mengetahui dengan benar usia kehamilan, dan mencegah
terjadinya kehamilan serotinus yang berbahaya. Perhitungan dengan satuan minggu
seperti yang digunakan para dokter kandungan merupakan perhitungan yang lebih
tepat. Untuk itu perlu diketahui dengan tepat tanggal hari pertama haid terakhir
seorang (calon) ibu itu. Perhitungannya, jumlah hari sejak hari pertama haid terakhir
hingga saat itu dibagi 7 (jumlah hari dalam seminggu). Misalnya, hari pertama haid
terakhir Ny.X jatuh pada 2 Januari 1999. Saat ini tanggal 4 Maret 1999. Jumlah hari

sejak hari pertama haid terakhir adalah 61. Setelah angka itu dibagi 7 diperoleh angka
8,7. Jadi, usia kehamilannya saat ini 9 minggu.

I. Penatalaksanaan
1. Pengelolaan aktif dengan persalinan anjuran atau induksi persalinan dapat
dilakukan dengan metode :
a). Persalinan anjuran dengan infus pituitrin (sintosinon)
Persalinan anjuran dengan infus oksitosin, pituitrin, sintosinon 5 unit dalam 500
cc glukosa 5%, banyak digunakan. Teknik induksi dengan infus glukosa lebih
sederhana dan mulai dengan 8 tetes dengan maksimal 40 tetes/menit. Kenaikan
tetesan 4 setiap 30 menit sampai kontraksi optimal. Bila dengan 30 tetes
kontraksi maksimal telah tercapai, maka tetesan tersebut dipertahankan sampai
terjadi persalinan.
b). Memecahkan ketuban
Memecahkan ketuban merupakan salah satu metode untuk mempercepat
persalinan. setelah ketuban pecah, ditunggu sekitar 4 sampai 6 jam dengan
harapan kontraksi otot rahim akan berlangsung. Apabila belum berlangsung
kontraksi otot rahim dapa diikuti induksi persalinan dengan infus glukosa yang
mengandung 5 unit oksitosin.
c). Persalinan anjuran yang menggunakan protaglandin

Prostaglandin berfungsi untuk merangsang kontraksi otot rahim. pemakaian


prostaglandin sebagai induksi persalinan dapat dalam bentuk infus intravena dan
pervaginam (prostaglandin vagina suppositoria).

2. Pengelolaan pasif untuk menghindari persalianan tindakan yang berlebihan


sehingga persalinan ditunggu dan diobservasi hingga persalinan berlangsung
dengan sendiri atau adanya indikasi untuk mengakiri persalinan.

Melakukan persalinan anjuran pada umur kehamilan 41 atau 42 minggu untuk


memperkecil resiko persalinan. Setelah usia kehamilan lebih dari 40 42 minggu
adalah monitoring janin sebaik baiknya. Apabila tidak ada tanda tanda
insufisiensi plasenta, persalinan spontan dapat ditunggu dengan pengawasan ketat.
Apabila ada insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang,
pembukaan belum lengkap, persalinan lama, ada tanda-tanda gawat janin,
kematian janin dalam kandungan, pre-eklamsi, hipertensi menahun dan pada primi
tua maka dapat dilakukan operasi seksio sesarea. Keadaan yang mendukung bahwa
janin masih dalam keadaan baik, memungkinkan untuk menunda 1 minggu dengan
menilai gerakan janin.
INDUKSI PERSALINAN
Definisi
Induksi persalinan adalah suatu tindakan yang dilakukan terhadap ibu hamil yang
belum inpartu, baik secara operatif maupun medisinal untuk merangsang
timbulnya kontraksi rahim sehingga terjadi persalinan.

Metode Induksi Persalinan


1. Medisinal;
-

Infus oksitosin

Prostaglandin

Cairan hipertonik intrauterin

Yang banyak digunakan saat ini adalah pemberian infus oksitosin.


2. Manipulatif/ operatif;
-

Amniotomi

Melepaskan selaput ketuban dari bagian bawah rahim

Pemakaian rangsangan listrik

Rangsangan pada puting susu

Indikasi
Indikasi Janin

Indikasi Ibu

: - Kehamilan lewat waktu


-

Ketuban Pecah Dini

Janin mati

: - Kehamilan dengan hipertensi


- Kehamilan 37 minggu dengan Diabetes Melitus
- Penyakit ginjal berat
- Hidramnion yang besar
- Primigravida tua

Kontra Indikasi
1. Malposisi dan malpresentasi janin
2. Insufisiensi plasenta

3. Disproporsi sefalopelvik
4. Cacat rahim
5. Grande multipara
6. Gemelli
7.

Distensi rahim yang berlebihan

8. Plasenta previa
Syarat-syarat pemberian infus oksitosin
1. Kehamilan aterm
2. Ukuran panggul normal
3. Tidak ada CPD
4. Janin dalam presentasi kepala
5. Serviks sudah matang yaitu, porsio teraba lunak, mulai mendatar dan sudah
mulai membuka
6. Bishop score > 8 (kemungkinan besar induksi berhasil)

Skor
Pembukaan serviks (cm)
Pendataran serviks
Penurunan kepala diukur
dari bidang Hodge III
Konsistensi serviks
Posisi serviks

Komplikasi Infus Oksitosin


- Tetania uteri, ruptur uteri
- Gawat janin

0
0
0-30 %
-3

1
1-2
40-50 %
-2

2
3-4
60-70 %
-1

Keras
Ke

Sedang
Lunak
Searah sumbu Ke arah

belakang

jalan lahir

depan

3
5-6
80 %
+1 +2

Cara pemberian oksitosin drip:


-

Kandung kemih dikosongkan

Oksitosin 5 IU dimasukkan ke dalam dextrose 5 % 500 cc dimulai dengan 8


tetes per menit

Kecepatan dapat dinaikkan 4 tetes tiap 30 menit sampai tetes maksimal 60 tetes/
menit

Pasien harus diobservasi ketat

Bila kontraksi rahim timbul secara teratur dan adekuat, maka kadar tetesan
dipertahankan sampai persalinan selesai. Bila

kontraksi rahim sangat kuat,

jumlah tetesan dapat dikurangi atau sementara dihentikan.


-

Bila dalam pemberian oksitosin ditemukan penyulit pada ibu atau janin, infus
oksitosin harus dihentikan dan kehamilan diselesaikan dengan seksio sesarea.

SEKSIO SESAREA

Definisi
Adalah suatu cara melahirkan janin dengan membut sayatan pada dinding
uterus melalui dinding depan perut atau vagina; atau suatu histerotomia intuk
melahirkan janin dari dalam rahim.

Istilah
Istilah section caesarea berasal dari perkataan Latin caedere yang artinya memotong.

Seksio sesarea primer (efektif)


Dari semula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan secara seksio
sesarea.
Seksio sesarea sekunder
Mencoba menunggu kelahiran biasa, bila tidak ada kemajuan persalinan atau
partus percobaan gagal, baru dilakukan seksio sesarea.
Seksio sesarea histerektomi (caesarean section hysterectomy)
Adalah suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan seksio sesarea,
langsung dilakukan histerektomi oleh karena suatu indikasi.

Indikasi
Indikasi ibu
1. Panggul sempit
2. Tumor-tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi
3. Stenosis serviks/vagina
4. Plasenta previa
5. Disproporsi sefalo-pelvik
6. Ruptur uteri mengancam
7. Partus lama (prolonged labor) atau partus tak maju (obstructed labor)
8. Pre-eklamsia dan hipertensi

Indikasi janin

Malpresentasi janin misalnya letak lintang, presentasi dahi dan muka,


presentasi rangkap dan gemelli.

Jenis-jenis operasi
1. Seksio sesarea klasik
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri.
Kelebihan
-

mengeluarkan janin lebih cepat

tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik

sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal

Kekurangan
-

infeksi mudah menyebar secara intra abdominal

persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan

2. Seksio sesarea ismika (profunda)


Dilakukan dengan membuat sayatan melintang-konkaf pada segmen bawah
uterus.
Kelebihan
-

penjahitan luka lebih mudah

penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik

perdarahan kurang

kemungkinan rupture uteri spontan lebih kecil

Kekurangan
-

dapat terjadi perdarahan yang banyak

keluhan pada kandung kemih post operatif tinggi

Anda mungkin juga menyukai