Anda di halaman 1dari 41

SUSUNAN PENGURUS SATUAN TUGAS GERAKAN SAYANG IBU (SATGAS GSI)

KELURAHAN GANDEKAN PERIODE 2014 2016


KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA
1.

Penasehat

Ibu. Tatik Sudiarti


PLKB
KETUA
Ibu. Sri Wahyuni
Bp. Mahendro Wiseno, S.Sos,
MM

SKD
Bapemas PPP A & KB

2.

Ketua I
Ketua II

3.

Sekretaris I
Sekretaris II

SEKRETARIS
Ibu. Yuni Astanti
Ibu. Sri Mulyani

RW. VIII
RW. II

Bendahara I
Bendahara II

BENDAHARA
Ibu. Nuryanti
Ibu. Suryani

RW V
Kelurahan

SEKSI-SEKSI
Ibu. Sariningsih
Ibu. Afrida
Ibu. Emi Nurhayati
Ibu. Suryani
Ibu. Sri Hartini
Ibu. Eni Darmakno
Ibu. Sri Handayani
Ibu. Sumarsinah
Ibu. Yaminah

SKD
RW. I
RW. II
RW. III
RW. IV
RW. VI
RW. VII
RW. VIII
RW. IX
RW. V
RW. XIII
RW. IX

4.

RW. II
Kelurahan

5.

Pendataan

Pendanaan

Ibu. Hj. Sutarjo


Ibu. Rudi Wahyoeni
Ibu. Batik Wahyuni

7.

Ambulan
Warga
(Transportasi)

Ibu. Ninik Haryadi


Ibu. Dinar
Ibu Sri Rahayu
Bp. Misdi
Bp. Triyanto

RW. II
RW. II
Linmas
Linmas

Humas

Ibu. Sinanti
Ibu. Sri Rejeki
Ibu. Hartini
Ibu.Sri Wahyuni

RW. II
RW. II
RW. VII
RW. VI

9.

10. Inventaris

Bp. Wagimin

RW. I

RW. III

Bp. Soekamto
Bp. Rusjak
Bp. Rudin Palil
Ibu. Sri Haryanti
Ibu. Minarti

RW. IV
RW. IX
RW. IV
RW. IV
RW. IV

Home
Subscribe to: Posts (Atom)
PRESS RELEASE
Bertempat di Pendopo Kec.Megaluh Kabupaten Jombang pada hari Senin tanggal 21
Nopember 2005 telah dilaksanakan penilaian lomba Gerakan Sayang Ibu oleh Tim Penilai
Tingkat I Jawa Timur.
Ketua Satgas Kec.Megaluh ( Drs. SARMIYANTO, MM ) mengucapkan selamat datang pada
Tim Penilai Tk.I Jawa Timur serta melaporkan antara lain :
Latar belakang Gerakan Sayang Ibu karena banyaknya angka kematian ibu penyebab tersebut
berkaitan dengan status gizi ibu hamil (Anemia Gizi ), kesehatan lingkungan, kesadaran
hidup sehat dan jangkauan serta mutu pelayanan kesehatan ibu bersalin, usia ibu yang terlalu
muda, usia ibu yang terlalu tua, jumlah anak yang banyak, jarak hamil serta berbagai
penyakit yang berrisiko tinggi.
Tahun 2004 di Kec.Megaluh terdapat satu (1) orang Ibu hamil meninggal dunia ( Ibu Siti
Khomariah dari Desa Gongseng ) disebabkan sebelum ibu tersebut hamil telah mengidap
penyakit jantung.
Mengingat sebagian besar kematian ibu sesungguhnya dapat dicegah dengan upaya empat (4)
terlambat yaitu :
1. Terlambat merndeteksi dini
2. Terlambat untuk mengadakan musyawarah dengan keluarga
3. Terlambat memperoleh transportasi dalam rujukan
4. Terlambat memperoleh penanganan gawat darurat secara terpadu
Tujuan :
Mempercepat penurunan AKI ( angka Kematian Ibu ) dan AKB ( angka kematian bayi )
Kegiatan Satgas GSI di Kec. Megaluh antara lain :
1. Sosialisasi Gerakan sayang ibu
2. Pendataan Sasaran GSI
3. Pelayanan Kwesehatan pada sasaran GSI
4. Penanganan rujukan / ambulance desa
5. Pengembangan Tabulin ( tabungan ibu bersalin )
6. Pemeriksaan Golongan Darah
7. Pelayanan KIA gratis pada Gakin
8. Penunjukan Kader Gizi
9. Audit Maternal / parenatal Kasus kematian Ibu/bayi
10. Warga Siaga
11. Pengembangan kualitas pelayanan kesehatan
Selanjutnya untuk ibu hamil yang beresiko rumahnya ditempeli Stiker berwarna untuk warna
hujau berarti ibu hamil resiko rendah, warna merah berarti ibu hamil resiko sangat tinggi,

warna kuning berarti ibu hamil resiko tinggi.


Dalam menyambut Tim Penilai Tk. I Jawa Timur di Pendopo Kec.Megaluh juga diadakan
Basar yang berupa hasil-hasil produksi dari desa desa.
Setelah acara doa maka diteruskan penialaian administrasi dan wawancara secara langsung
dengan Tim Satgas Kec.Megaluh yang selanjutnya Tim Penilai menuju ke Desa Ngogri untuk
wawancara dengan Kader, Ibu Hamil, Satgas Desa serta penilaian administrasi.
Ketua Tim Penilai Lomba Gerakan Sayang Ibu Tk. I Jawa Timur ( PURWANI ) dalam
sambutannya mengatakan bahwa Kabupaten Jombang bersaing dengan tiga Kabupaten yaitu
Kabupaten Gresik,Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Jember dan kami berharap semoga
setelah penilaian ini Gerakan Sayang Ibu tetap berjalan dengan baik dan lebih meningkat
sehingga Angka Kematian ibu dan bayi bisa berkurang. Tim Penilai terdiri dari Badan
Pemberdayaan Masyarakat, TP PKK, Dinas Kesehatan, Badan Keluarga Berencana dan Dinas
Kesehatan .
Hadir pada acara tersebut : Ketua TP PKK Kabupaten Jombang beserta pengurus serta Tim
Pembina Gerakan Sayang Ibu Kabupaten Jombang.
.1 TABULIN

2.1.1 Definisi Tabulin


Tabulin adalah tabungan yang dipersiapkan untuk persalinan yang dilakukan
pada pasangan suami istri yang merencanakan kehamilannya.

2.1.2 Manfaat Tabulin


Manfaat tabulin diantaranya sebagai tabungan/simpanan itu yang
digunakan untuk persalinan atau sesudah persalinan.Ibu dan keluarga tidak
mersa terbebani biaya persalinan.

2.1.3 Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam tabulin :

Pengalokasian / pemanfaatan pembiayaan kesehatan.

Identifikasi sumber dana yang sudah ada dan yang akan dikembangkan.

Cara pengelolaan dan pembelajaran perlu kejelasan dalam hal mekanisme


pengumpulan dana, kesempatan pengelolaan dan sistem kontrak.

Kesiapan keluarga dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembiayaan


kesehatan yang telah dan akan dikembangkan.

2.1.4 Indikator keberhasilan dalam tabulin :


Dana terhimpun, masyarakat yang berpartisipasi dalam pembiayaan
kesehatan masyarakat.

Pengalokasian tepat sasaran sesuai berbagai kebutuhan kesehatan


(promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif).

Pengelolaan dan pemanfaatan tertib, mudah, lancar.

Kegiatan yang berkesinambungan.

Tabulin atau tabungan ibu bersalin merupakan bagian dari program yang
ada, dimana Ikatan Bidan Indonesia (IBI) selaku mitra Depkes dan BKKBN turut
membina masyarakat untuk sosialisasi program ini. Selain itu utk biaya
melahirkan, Tabulin juga bisa dipakai sebagai penunjang biaya pasca persalinan.
Beragam penyuluhan yang menjadi program penting dalam siaga ini, karena
dalam penyuluhan warga selalu diingatkan akan biaya kehamilan akan 3
TERLAMBAT, yaitu terlambat mengenali tanda bahaya , terlambat sampai RS dan
terlambat mendapat pertolongan bidan / dokter. Juga bahaya 4 TERLALU yaitu :
terlalu sering, terlalu muda, terlalu tua,terlalu banyak. Yang merupakan faktor
resiko terjadinya komplikasi persalinan.
Sebelum ada desa siaga sudah dimulai dengan tabungan Ibu bersalin (Tabulin).
Jadi kita menerangkan ke Ibu hamil dan keluarganya, meskipun kaya. Justru
orang kaya tersebut memberikan contoh kepada orang-orang yang tidak mampu
untuk menabung. Dan Ibu hamil di berikan buku yang dibawa setiap
pemeriksaan.

2.1.5 Mekanisme Tabulin


Tabungan itu terbentuk berdasarkan RW atau Posyandu, bila Posyandunya
empat, maka tabungannya ada empat di desa itu.
Ada pun manfaat dari tabulin antara lain :

Sebagai tabungan / simpanan itu yang digunakan untuk biaya persalinan


atau sesudah persalinan.

Ibu dan keluarga tidak merasa terbebani terhadap biaya persalinan.

2.2 DONOR DARAH BERJALAN

2.2.1 Definisi Donor darah Berjalan


Donor darah berjalan adalah donor yang dilakukan tiap hari. Donor darah
berjalan ini adalah program PMI untuk memenuhi pasokan darah di PMI karena

PMI sering mengalami kekurangan pasokan darah sedangkan yang


membutuhkan donor darah sangat banyak.
Donor darah berjalan merupakan salah satu strategi yang dilakukan
Departemen Kesehatan dalam hal ini direktorat Bina Kesehatan Ibu. Melalui
program pemberdayaan perempuan, keluarga dan masyarakat, dalam upaya
mempercepat penurunan AKl.
Donor darah berjalan adalah para donor aktif yang kapan saja bisa dipanggil.
Termasuk kerja mobil ambulance dilapangan yang mendatangi instansi
pemerintahan dan swasta terkait sediaan darah lewat program yang mereka
buat.
Untuk menguatkan program tersebut Menteri Kesehatan Dr.dr. Siti Fadilah Supari,
Sp.JP(K) mencanangkan dimulainya penempelan stiker perencanaan Persalinan
dan Pencegahan Komplikasi (P4K) secara nasional. Dengan pencanangan ini,
semua rumah yang di dalamnya terdapat ibu hamil akan ditempeli stiker berisi
nama, tanggal taksiran persalinan, penolong persalinan, tempat persalinan,
pendamping persalinan, transportasi dan calon pendonor darah. Dengan
demikian, setiap kehamilan sampai dengan persalinan dan nifas dapai dipantau
oleh masyarakat sekitar dan tenaga kesehatan sehingga persalinan tersebut
berjalan dengan aman dan selamat.

Kebutuhan akan darah dari tahun ke tahun semakin meningkat yaitu mencapai 3
juta kantong per tahun. Sementara PMI setiap tahunnya hanya dapat
mengumpulkan sekitar 1.2 juta kantong. Masih kurangnya jumlah kantong darah
yang harus dikumpulkan disebabkan masih minimnya geliat masyarakat untuk
mendonorkan darah mereka. Oleh karena itu perlu dilakukan penggalangan
Donor Darah Sukarela (DDS).

2.2.2 Manfaat Donor Darah


Selain segi sosial dan derma yang dapat dijadikan dorongan mengapa kita perlu
mendonorkan darah secara rutin, terdapat beberapa manfaat medis dari donor
darah secara teratur. Donor darah terutama baik bagi mereka yang memiliki
kandungan besi dalam darah berlebihan karena besi yang berlebih cenderung
akan menumpuk pada berbagai organ vital seperti jantung, liver, ginjal dan
mengganggu fungsinya (hemokromatosis). Selain itu, beberapa penelitian medis,
walaupun belum sempurna dijelaskan secara medis, mengemukakan bahwa
donor darah rutin akan membantu kelancaran aliran darah (sistem
kardiovaskular). Pengurangan kekentalan darah sehingga menjamin kelancaran
suplai darah bagi tubuh tersebut ditengarai menyebabkan efek positif bagi
jantung, sehingga pernah ada penelitian yang menyatakan bahwa donor darah
rutin mampu membantu mengurangi angka kejadian serangan jantung pada
pria.

Mungkin kekhawatiran efek samping dari donor darah seperti yang dijadikan
alasan bagi kebanyakan dari kita adalah benar, namun angka kejadiannya
jarang. Dengan berbagai tahapan persiapan dan skrining sebelum mendonor
maka semua efek samping tersebut nyaris tidak akan terjadi. Kekhawatiran akan
terjadinya kekurangan darah (anemia) misalnya. Dengan pemeriksaan kadar Hb
sebelumnya maka hal tersebut dapat dicegah. Selama Hb orang dewasa diatas
12, donor darah relatif aman untuk dilakukan, malah dianjurkan. Memar dapat
terjadi pada bekas tusukan jarum, namun jarang luas dan hilang sempurna tidak
lebih dari setengah minggu. Salah satu yang lumayan sering dijumpai adalah
terjadinya reaksi hipovolemia yang berupa tekanan darah turun mendadak pasca
donor sehingga membuat si pendonor merasa pusing, lemas dan mual.
Hal ini dapat dicegah misalnya dengan menanyakan sebelumnya adakah
riwayat kejadian tersebut pada donor sebelumnya, atau apakah ada riwayat
penyakit tertentu, memeriksa tekanan darah sebelumnya, sesudah donor maka
berbaring sekitar 10 menit lebih dulu sebelum berdiri dan berjalan, serta dengan
diberikannya makanan dan minuman manis segera setelah donor. Kekhawatiran
untuk terinfeksi penyakit serius seperti HIV misalnya, adalah berlebihan. Selama
peralatan seperti jarum yang dipakai adalah steril dan masih baru, hal tersebut
pastinya dapat dicegah. Justru resiko terinfeksi lebih besar terjadi pada mereka
yang menerima transfusi darah ketimbang si pendonor karena beberapa
ketidaksempurnaan dalam skrining darah.
Dari sudut medis tindakan menyumbang darah merupakan kebiasaan
baik bagi kesehatan pendonor. Salah satunya, dengan berdonor darah secara
teratur secara tidak langsung pendonor telah melakukan pemeriksaan kesehatan
secara teratur pula. Karena sebelum mendonorkan darah terlebih dahulu
dilakukan pemeriksaan kesehatan secara lengkap.
Darah yang disumbangkan dapat expired (kedaluwarsa) bila tidak terpakai. Selsel darah merah harus digunakan dalam 42 hari. Platelet harus digunakan dalam
5 hari, dan plasma dapat dibekukan dan digunakan dalam jangka waktu 1 tahun.
Selain itu, donor darah akan membantu menurunkan risiko terkena serangan
jantung dan masalah jantung lainnya. Penelitian menunjukkan, mendonorkan
darah akan mengurangi kelebihan zat besi dalam tubuh. Walau masih perlu
penelitian lagi untuk memastikannya, kelebihan zat besi diduga berperan
menimbulkan kelainan pada jantung. Kelebihan itu akan membuat kolesterol
jahat (LDL) membentuk ateros/derosis (plak lemak yang akan menyumbat
pembuluh darah).
Jika donor darah dilakukan 2-3 kali setahun, atau setiap 4 bulan sekali,
diharapkan kekentalan darah berkurang sehingga mengurangi kemungkinan
terjadinya penyumbatan pembuluh darah. Sistem produksi sel sel darah juga
akan terus terpicu untuk memproduksi sel-sel darah baru yang akan membawa
oksigen keseluruh jaringan tubuh. Sirkulasi darah yang baik akan meningkatkan
metabolisme dan merevitalisasi tubuh.

Siklus pembentukan sel-sel darah baru yang lancar dan metabolisme tubuh yang
berjalan baik, membuat berbagai penyakit dapat dihindarkan. Selama 24 jam
setelah berdonor maka volume darah akan kembali normal. Sel-sel darah akan
dibentuk kembali dalam waktu 4-8 minggu.
Merupakan salah satu kegiatan yang diadakan didesa-desa yang ingin
menyukseskan program Desa Siaga. Kegiatan ini dilaksanakan dalam upaya
menurunkan angka kematian ibu melalui penyaluran donor darah untuk ibu
hamil atau ibu bersalin yang membutuhkannya. Kegiatan donor darah berjalan
melibatkan peran serta masyarakat, khususnya keluarga dari ibu hamil dan ibu
bersalin. Masyarakat diharapkan dapat membangun sistem jaringan donor darah
dalam suatu kelompok masyarakat desa, sehingga dalam situasi darurat donor
secepatnya dapat diberikan kepada ibu melahirkan.
Secara umum proses pembentukan donor darah berjalan hampir sama dengan
pembentukan dana sehat hanya saja pada tahap sosialisasi memerlukan
bantuan dari palang merah indonesia ( PMI ) untuk menjelaskan masalah donor
darah agar masyarakat bertambah pengetahuannya. Dengan demikian
diharapkan dapat terjadi peningkatan peran serta masyarakat dalam
pelaksanaan donor darah. Pelaksanaan kegiatan donor darah berjalan melibakan
seluruh anggota masyarakat termasuk ibu hamil. Pada tahap awal, setiap ibu
hamil diharapkan memiliki lima orang dewasa dalam keluarganya untuk
diikutsertakan dalam proses pemeriksaan kehamilan dan pemberian konseling
mengenai segala persiapan kehamilan dan dalam menghadapi persalinan.
Kelima orang tersebut diperiksa golongan darahnya untuk persiapan sebagai
pendonor apabila terjadi perdarahan apabila sewaktu-waktu, seorang ibu hamil
atau ibu bersalain memerlukan donor darah, bidan dapat segera menghubungi
anggota keluarganya yang memiliki golongan darah yang sama. Sistem
sederhanai ini diharapkan dapat memberikan dampak besar terhadap
keberhasilan program Desa Siaga terutama untuk menurunkan angka kematian
ibu hamil, bersaln, nifas , serta bayi.

2.2.3 Tahapan Donor Darah Berjalan


Adapun donor darah dapat dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu :
1.
Fasilitasi warga untuk menyepakati pentingnya mengetahui golongan
darah.
2.
Jika warga belum mengetahui golongan darahnya, maka perlu dilakukan
pemeriksaan golongan darah bagi seluruh warga yang memenuhi syarat untuk
menjadi donor darah.
3.
Hubungi pihak Puskesmas untuk menyelenggarakan pemeriksaan darah.
Jika Puskesmas tidak mempunyai layanan pemeriksaan darah, maka mintalah
Puskesmas melakukan rujukan. Jika diperlukan hubungi unit tranfusi darah PMI
terdekat.

4.
Buatlah daftar golongan darah ibu hamil dan perkiraan waktu lahir,
kumpulkan nama warga yang mempunyai golongan darah yang sama dengan
ibu hamil. Catat nama dan alamat mereka ataupun cara menghubungi yang
tercepat dari semua warga yang bergolongan darah sama dengan ibu hamil.
5.
Usahakan semua ibu hamil memiliki daftar calon donor darah yang sesuai
dengan golongan darahnya.
6.
Buatlah kesepakatan dengan para calon donor darah untuk selalu siap 24
jam, sewaktu-waktu ibu hamil memerlukan tranfusi.
7.
Buat kesepakatan dengan Unit Tranfusi darah, agar para warga yang telah
bersedia menjadi pendonor darah diprioritaskan untuk diambil darahnya,
terutama tranfusi bagi ibu bersalin yang membutuhkannya.
8.
Kader berperan memotivasi serta mencari sukarelawan apabila ada salah
seorang warganya yang membutuhkan darah.

2.3 AMBULANCE DESA

2.3.1 Definisi Ambulance Desa

Ambulans desa adalah mobil milik warga yang secara sukarela disiagakan
untuk membantu ibu hamil yang telah tiba masa persalinannya atau ibu hamil
yang diharuskan untuk memeriksakan diri ke fasilitas yang lebih memadai dari
apa yang ada di tempat ia tinggal.

Ambulan desa adalah salah satu bentuk semangat gotong royong dan
saling peduli sesama warga desa dalam sistem rujukan dari desa ke unit rujukan
kesehatan yang berbentuk alat transportasi.

Ambulan desa adalah suatu alat transportasi yang dapat digunakan untuk
mengantarkan warga yang membutuhkan pertolongan dan perawatan di tempat
pelayanan kesehatan.

2.3.2 Tujuan Ambulance Desa


a)

Tujuan Umum

Membantu mempercepat penurunan AKI karena hamil, nifas dan melahirkan.


b)

Tujuan Khusus

Mempercepat pelayanan kegawat daruratan masa1ah kesehatan, bencana serta


kesiapsiagaan mengatasi masalah kesehatan yang terjadi atau mungkin terjadi.

2.3.3 Sasaran Ambulance Desa


Pihak-pihak yang berpengaruh terhadap perubahan prilaku individu dan
keluarga yang dapat menciptakan iklim yang kondusif terhadap perubahan
prilaku tersebut. Semua individu dan keluarga yang tanggap dan peduli terhadap
permasalahan kesehatan dalam hal ini kesiapsiagaan memenuhi sarana
transportasi sebagai ambulan desa.

2.3.4 Kriteria Ambulance Desa

Kendaraan yang bermesin yang sesuai standart ( mobil sehat ).

Mobil pribadi, perusahaan, pemerintah pengusaha .

ONLINE (siap pakai)

2.4 PERAN AKTIF SUAMI DALAM SATGAS GSI


Desa/Kelurahan Siap, Antar, Jaga (Siaga) adalah Desa/Kelurahan yang
melaksanakan/menjalankan program GSI dan mempunyai/melaksanakan langkah
sebagai berikut :
1.
Mempunyai SK tentang Satgas Revitalisasi GSI Desa/Kel termasuk rencana
kerja Satgas tersebut
2.

Mempunyai data dan peta bumil yang akurat dan selalu diperbaharui

3.

Telah terbentuknya pengorganisasian Tabulin/Dasolin

4.

Telah terbentuknya pengorganisasian ambulans desa

5.

Telah terbentuknya pengorganisasian donor darah desa

6.

Telah terbentuknya pengorganisasian kemitraan dukun bayi dengan bidan

7.
Telah terbentuknya pengorganisasian penghubung/liason (kader
penghubung)
8.
9.

Adanya mekanisme/tata cara rujukan


Adanya pengorganisasian : Suami Siaga, Warga Siaga, Bidan Siaga

10. Adanya/telah terbentuknya Pondok Sayang Ibu


11. Terlaksananya penyuluhan kepada tokoh masyarakat, tokoh agama,
keluarga, suami dan ibu hamil tentang peningkatan kualitas hidup perempuan,

pencegahan kematian ibu, kematian bayi, ASI eksklusif, kesehatan reproduksi


dan wajib belajar bagi perempuan
12. Tersedianya/terlaksananya pencatatan dan pelaporan

Dalam upaya mencapai tujuan negara untuk mensejahterakan masyarakat telah


dilakukan berbagai upaya pembangunan di daerah sampai tingkat
desa/kelurahan. Salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas sumber daya
manusia adalah melalui penurunan Angka Kematian Ibu saat hamil, melahirkan
dan masa nifas (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Sejak tahun 1996 telah
diluncurkan suatu gerakan yaitu Gerakan Sayang Ibu (GSI) yang
pencanangannya dilakukan oleh Presiden RI pada tangal 22 Desember 1996 di
Kabupaten Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah.
Gerakan Sayang Ibu (GSI) adalah gerakan bersama antara pemerintah dan
masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan utamanya dalam
percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia. Penurunan AKI dan
AKB berkontribusi dalam meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
daerah dan Negara yang salah satu indikatornya adalah derajat kesehatan.
Upaya percepatan penurunan AKI dan AKB juga merupakan komitmen
internasional dalam rangka target mencapai target Millenium Development
Goals (MDGs). Adapun target penurunan AKB adalah sebesar dua per tiga dan
AKI sebesar tiga perempatnya dari 1990-2015.
Dalam pelaksanaan Gerakan Sayang Ibu (GSI), Kecamatan merupakan lini
terdepan untuk mensinergikan antara pendekatan lintas sektor dan masyarakat
dengan pendekatan sosial budaya secara komprehensif utamanya dalam
mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB). Sebagai suatu gerakan, Gerakan Sayang Ibu (GSI) telah memberikan
kontribusi yang dirasakan manfaatnya dengan adanya data,

Panduan penilaian

Kecamatan Sayang Ibu

Panduan penilaian

berkurangnya jumlah kematian ibu karena hamil, melahirkan dan nifas, serta
meningkatnya rujukan yang berhasil ditangani.
Dengan adanya perubahan sistem pemerintahan dan kebijakan sektor
pemerintah, maka pelaksanaan Gerakan Sayang Ibu (GSI) perlu disesuaikan agar
dapat bersinergi dan terintegrasi dengan program dan kegiatan lain yang ada
pada daerah. Oleh karena itu diperlukan Revitalisasi Gerakan Sayang Ibu (GSI).
Revitalisasi Gerakan Sayang Ibu (GSI) adalah upaya pengembangan Gerakan
Sayang Ibu (GSI) melalui upaya ekstensifikasi, intensifikasi dan institusionalisasi.

Untuk mendorong pelaksanaan Revitalisasi Gerakan Sayang Ibu (GSI) perlu


dilaksanakan berbagai upaya termasuk melalui penilaian untuk mengetahui
keberhasilan pelaksanaan Revitalisasi Gerakan Sayang Ibu (GSI) terutama di
tingkat Kecamatan. Dengan adanya penilaian Kecamatan Sayang Ibu diharapkan
peran pembinaan dan fasilitasi Kab./Kota dan Provinsi menjadi lebih optimal.

Gerakan Sayang Ibu

GERAKAN SAYANG IBU


GERAKAN SAYANG IBU

Syafrudin, SKM, M.Kes.

A. PENGERTIAN
Gerakan sayang Ibu (GSI) adalah gerakan yang mengembangkan kualitas
perempuan utamanya melalui percepatan penurunan angka kematian ibu yang
dilaksanakan bersama-sama oleh pemerintah dan masyarakat dalam rangka
meningkatkan sumber daya manusia dengan meningkatkan pengetahuan,
kesadaran, dan kepedulian dalam upaya integrative dan sinergis.
GSI didukung pula oleh Aliansi Pita Putih (White Ribbon Alliance) yaitu
suatu aliansi yang ditujukan untuk mengenang semua wanita yang meninggal
karena kehamilan dan melahirkan. Pita putih merupakan symbol kepedulian
terhadap keselamatan ibu yang menyatukan individu, organisasi dan masyarakat
yang bekerjasama untuk mengupayakan kehamilan dan persalinan yang aman
bagi setiap wanita.
GSI diharapkan dapat menggerakkan masyarakat untuk aktif terlibat
dalam kegiatan seperti membuat tabulin, pemetaan bumil dn donor darah serta
ambulan desa. Untuk mendukung GSI, dikembangkan juga program suami SIAGA
dimana suami sudah menyiapkan biaya pemeriksaan dan persalinan, siap
mengantar istri ke tempat pemeriksaan dan tempt persalinan serta siap menjaga
dan menunggui saat istri melahirkan.

3 (tiga) unsur pokok :

Pertama

: Gerakan Sayang Ibu merupakan gerakan yang dilaksanakan oleh masyarakat


bersama dengan pemerintah.

Kedua

Gerakan

Sayang

Ibu

mempunyai

tujuan

untuk

peningkatan dan perbaikan kualitas hidup perempuan sebagai sumber daya


manusia.
Ketiga

Gerakan Sayang Ibu bertujuan untuk mempercepat

penurunan angka kematian ibu karena hamil, melahirkan dan nifas.

B. TUJUAN GERAKAN SAYANG IBU


1)

Menurunkan angka kematian ibu karena hamil, melahirkan dan nifas serta
menurunkan angka kematian bayi.

2)

Meningkatkan pengetahuan ibu atau kaum perempuan mengenai Penyakit


menular Seksual (PMS).

3)

Meningkatkan pengetahuan ibu atau kaum perempuan mengenai perawatan


kehamilan, proses melahirkan yang sehat, pemberian ASI Ekslusif dan perawatan
bayi.

4)

Memantapkan komitmen dan dukungn terhadap Gerakan Sayang Ibu.

5)

Meningkatkan kepedulian dan dukungan sector terkait terhadap upaya-upaya


penanggulangan penyebab kematian ibu dan bayi secara terpadu.

6)

Memantapkan kesadaran dan kepedulian masyarakat dalam mengembangkan


dan membangun mekanisme rujukan sesuai dengan kondisi daerah.

7)

Meningkatkan kepedulian dan peran serta institusi masyarakat dan swasta


(LSM, organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi) dalam perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi dalam pengumpulan data ibu hamil,
bersalin dan nifas di tingkat kelurahan dan kecamatan.

8)

Meningkatkan fungsi dan peran institusi kesehatan baik pemerintah maupun


swasta dalam pelayanan kesehatan yang aman, ramah dan nyaman bagi ibui
dan bayi.

9)

Meningkatkan upaya masyarakat dalam mengubah budaya masyarakat yang


merugikan kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas serta bayi yang dilahirkan.

10)

Meningkatkan upaya pengembangan dana perawatan ibu hamil, bersalin, nifas


serta perawatan bayi di setiap wilayah kelurahan dibawah koordinasi camat.

C. SASARAN GERAKAN SAYANG IBU


Langsung

: Caten (Calon Penganten)


Pasangan Usia Subur (PUS)
Ibu hamil, bersalin dan nifas
Ibu meneteki masa perawatan bayi
Pria/Suami dan seluruh anggota keluarga

Tidak langsung

: Sektor terkait

Institusi kesehatan
Institusi Masyarakat
Tokoh masyarakat dan agama
Kaum bapak/pria
Media massa

D. RUANG LINGKUP GERAKAN SAYANG IBU


a)

Meningkatkan kualitas hidup perempuan dan anak melalui upaya penurunan


angka kematian ibu dan bayi.

b)

Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku suami istri dan masyarakat


mengenai hak-hak Reproduksi dan Kesehatan Reproduksi.

c)

Menghilagkan hambatan-hambatan yang mempengaruhi upaya peningkatan


kualitas hidup perempuan.

E. STRATEGI GERAKAN SAYANG IBU


Melalui pendekatan kemasyarakatan, dikembangkan dalam bentuk :
Desentralisasi
Kemandirian
Keluarga
Kemitraan

F. PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN GERAKAN SAYANG


IBU
Melalui langkah-langkah sebagai berikut :
Identifikasi masalah
Penentuan masalah
Penentuan tujuan
Pengembangan alternatif pemecahan masalah
Penentuan rencana operasional
Terdiri dari

: Langkah kegiatan ( jadwal kegiatan)


Tenaga pelaksana
Dukungan dana dan saran
Monitoring dan Pelaporan
Evaluasi kegiatan

G. PELAKSANAAN KEGIATAN GERAKAN SAYANG IBU

nsur Opersional

atan advokasi dan KIE

embangan pesan advokasi dan KIE GSI


c.

Pemberdayaan dalm keluarga, masyarakat dan tempat pelayanan kesehatan

d.

Memadukan kegiatan GSI, pondok bersalin dan posyandu

nsur Pendukung

ntasi dan penelitian

ataan, pemantauan, pemetaan bumil, bulin, bufas dan bayi

embangan tata cara rujukan

dukung upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan

ngkatan peran bidan

k Satgas Gerakan Sayang Ibu meliputi :


a)

Menyusun rencana kerja dalam rangka menurunkan AKI dan AKB serta
mengumpulkan dana untuk ambulance kecamatan dan tabulin.

b)

Advokasi kepada TOMA, TOGA dan TOPOL dapat mendukung GSI wilayah
tersebut.

c)

Penyuluhan kepada keluarga serta bumil, bulin, bufas dan ibu yang mempunyai
bayi di masyarakat.

d)

Mengumpulkan data informasi bumil, bulin, bufas dan bayi yang dilakukan.

e)

Memberikan tanda pada bumil beresiko tinggi untuk kemudian dipantau dan di
informasikan ke bidan puskesmas.

f)

Membantu merujuk.

Memantau Keberhasilan Gerakan sayang Ibu (GSI)


Beberapa hal yang perlu dipantau untuk melihat keberhasilan
pelaksanaan GSI antara lain :

Sektoral terkait berperan aktif dalam kegiatan operasional

Setiap persalinan ditolong oleh tenakes


c)

Kecamatan dan kelurahan dapat melaksanakan kegiatan KIE dengan baik

d)

Kecamatan dan kelurahan dapat melakukan rujukan dengan baik artinya :

Tersedianya kendaraan untuk membantu bumil melahirkan dan nifas yang


membutuhkan

Tersedianya biaya untuk rujukan

Sarana pelayanan kedaruratan medik untuk setiap kasus emergensi kehamilan,


persalinan dan nifas

H. INDIKATOR KEBERHASILAN SEBELUM DAN SESUDAH GSI


Semakin dan mantapnya peranan organisasi masyarakat dalam GSI, seperti :

1.

Meningkatkan dan mantapnya masyarakat menjadi kader KIE GSI

2.

Mendata ibu hamil dalam lingkungannya termasuk data mengenai :

Jumlah ibu hamil

Umur kehamilan, riwayat kehamilan, persalinan dan rencana persalinan

Mengenai kehamilan yang beresiko dan rencana tindak lanjutnya

3.

Menyampaikan data-data tersebut kepada Satgas GSI setempat

4.

Semakin tumbuhnya ide-ide baru dari masyarakat

Semakin meningkat dan mantapnya pengetahuan dan pemahaman mengenai


GSI, seperti :
1.

Mengenai kelainan kehamilan sedini mungkin dan segera membawanya ke


fasilitas kesehatan.

empersiapkan biaya persalinan dan perlengkapan bayi


3.

Memeriksakan ibu hamil di sarana kesehatan atau bidan terdekat minimal 4 kali

4.

Mempersiapkan segala kemungkinan yang dapat timbul selama kehamilan dan


persalinan (mempersiapkan donor darah, kendaraan, dsb)

5.

Melaksanakan keadilan dan kesetaraan gender dalam rumah tangga

6.

Memberi keluarga untuk mendapatkan pendidikan


Setinggi mungkin sesuai dengan kemampuan ekonomi keluarga :

1.
2.

Menghindarkan perkawinan remaja putri sebelum usia 20 tahun


Suami-istri

merencanakan

mempertimbangkan

kesehatan

jumlah
istri

anak,
serta

waktu
memberi

mengandung
peluang

istri

dengan
untuk

meningkatkan potensinya dalam berbagai bidang kehidupan


3.

Semua kehamilan merupakan kehamilan yang diinginkan

4.

Memperhatikan makanan ibu hamil dan menghindarkan ibu hamil bekerja keras

Ibu hamil semakin mengenali masalah kehamilan seperti :


1.

Menyiapkan biaya persalinan dan perawatan bayi

2.

Melaksanakan berbagai kegiatan demi kesehatan kehamilan dan kelahirannya

3.

Memberikan perawatan kepada bayi yang dilahirkan

Hambatan
Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah baik dengan GSI ataupun Safe
Motherhood telah memungkinkan ditambahnya sarana dan prasarana untuk
mengajak ibu hamil dan melahirkan makin dekat pada pelayanan medis yang
bermutu.
Akan tetapi GSI juga menemui hambatan dalam pelaksanaannya, antara lain :
1.

Secara Struktural

Berbagai program tersebut masih sangat birokratis sehingga orientasi yang


terbentuk semata-mata dilaksanakan karena ia adalah program wajib yang harus
dilaksanakan berdasarkan SK (Surat Keputusan).
2.

Secara Kultural
Masih

kuatnya

anggapan/pandangan

masyarakat

bahwa

kehamilan

dan

persalinan hanyalah persoalan wanita.

MODEL ASUHAN KEBIDANAN : PRINSIP-PRINSIP SAYANG


IBU
Asuhan kebidanan merupakan metode pemberian asuhan yang berbeda dengan
model perawatan medis. Bidan-bidan diseluruh dunia sependapat bahwa prinsipprinsip asuhan kebidanan adalah sebagai berikut :
anak merupakan suatu proses alamiah dan fisiologis
2.

Menggunakan cara-cara yang sederhana, tidak melakukan intervensi tanpa


adanya indikasi sebelum berpaling ke teknologi

3.

Aman, berdasarkan fakta, dan memberi konstribusi pada keselamatan jiwa ibu

4.

Terpusat pada ibu, bukan terpusat pada pemberi asuhan kesehatan/lembaga


(Sayang Ibu)

5.

Menjaga privasi dan kerahasiaan ibu

6.

Membantu ibu agar merasa aman, nyaman dan didukung secara emosional

7.

Memastikan bahwa kaum ibu mendapatkan informasi, penjelasan dan konseling


yang cukup

8.

Mendorong ibu dan keluarga agar menjadi peserta aktif dalam membuat
keputusan setelah mendapat penjelasan mengenai asuhan yang akan mereka
dapatkan

9.

Menghornati praktek-praktek adapt, dan keyakinan agama mereka

10. Memantau kesejahteraan fisik, psikologis, spiritual dan social ibu/keluarganya


selama masa kelahiran anak
11. Memfokuskan perhatian pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit

Penggunaan

obat-obatan

atau

prosedur

pengobatan

selama

kehamilan,

persalinan, atau postpartum secara rutin, dapat mengakibatkan terjadinya


cedera bagi ibu dan bayinya. Contoh-contoh semacam itu yang sudah
memperlihatkan tidak adanya bukti-bukti manfaatnya seperti episiotomi, enema
dan penghisapan bagi semua bayi secara rutin. Bidn yang sudah terampil perlu
mengetahui kapan untuk tidak melakukan sesuatu apapun. Asuhan selama masa
kehamilan, kelahiran dan postpartum dan juga pengobtan komplikasi harus
didasarkan bukti-bukti ilmiah.
JANGAN MENYAKITI artinya bahwa intervensi tidak boleh dilakukan tanpa
indikasi-indikasi. Bidan yang sudah terampil mengetahui waktu yang tepat untuk
tidak melakukan tindakan apapun.

Kehamilan dan persalinan merupakan suatu proses normal., alamiah dan sehat.
Sebagai bidan kita harus mendukung dan melindungi proses persalinan. Sebagai
bidan kita yakin bahwa model asuhan kebidanan, mendukung dan melindungi
proses persalinan normal dan merupakan cara yang paling sesuai bagi mayoritas
kaum ibu selama kehamilan dan persalinan.

ASUHAN SAYANG IBU


Dokumen WHO/Safe Motherhood menjelaskan salah satu cara untuk memberikan
asuhan yang bersifat Sayang Ibu. Diseluruh dunia asuhan jenis ini kini sedang
dimasyarakatkan dan sudah terbukti efektif karena kaum ibu merasa nyaman
dengan asuhan ini dan akan terus berupaya mendapatkannya. Hal ini kebetulan

pula konsisten dengan caranya bidan-bidan memberikan jasa pelayanannya


secara tradisional.

Jika layanan diberikan dengan penuh hormat dan rasa peduli yang peka sesuai
kebutuhan ibu serta memberikan rasa percaya yang besar, maka ibu akan lebih
memilih asuhan yang seperti ini dan merekomendasikan hal ini pada ibu-ibu
yang lain.

Badan Coalition for Improving Maternity Services (CIMS) melahirkan Safe


Motherhood Initiative pada tahun 1987. Badan ini terdiri dari sejumlah individu
dan organisasi nasional yang misiny untuk mempromosikn kesempurnaan model
asuhan persalinan yang dapat meningkatkan hasil kelhiran serta menghemat
biaya. Misi ini berdasarkan penelitian, saying ibu, bayi dan kelurganya dan
memfokuskan pada pencegahan dan kesempurnaan sebagai alternative untuk
penapisan, diagnosa dan program perawatan yang berbiaya tinggi.
Salah satu prinsip yang mendasari pemikiran ini ialah bahwa model asuhan
kebidanan ini, yang mendukung dan melindungi proses kelahiran normal,
merupakan langkah yang paling sesuai untuk mayoritas ibu selama masa
kehamilan dan melahirkan. Badan ini merumuskan 10 langkah bagi rumah
sakit/pusat pelayanan persalinan/rumah-rumah biasa yang harus diikuti agar
supaya bisa mendapatkan predikat sayang ibu. Sebagaimana dikutip dari
bahan CIMS dalam bacaan tersebut, kesepuluh langkah tersebut ialah :
1.

Menawarkan suatu askes kepada semua ibu yang sedang melahirkan untuk
mendapatkan

seseorang

yang

akan

menemani

(suami,anak-anak,teman)

menurut pilihannya dan mendapatkan dukungan emosional serta fisik secara


berkesinambungan.
2.

Memberi informasi kepada public mengenai praktek-praktek tersebut, termasuk


intervensi-intervensi dan hasil asuhannya.

3.

Memberikan asuhan yang sifatnyapeka dan responsive bertalian dengan


kepercayaan, nilai dan adat istiadat yang dianut ibu.

4.

Memberi kebebasan bagi ibu yang akan melahirkan untuk berjalan-jalan,


bergerak kemanapun ia suka dan mengambil posisi pilihannya serta menasehati
agar tidak mengambil posisi lithotomi (kecuali jika komplikasi yang dialami
mengharuskan demikian).

5.

Merumuskan kebijakan dan prosedur yang jelas untuk pemberian asuhan yang
berkesinambungan (yakni, berkomunikasi dengan pemberi asuhan sebelumnya
rujukan sudah terjadi, dan menghubungkan ibu dengan nara sumber masyarakat
yang

mungkin

ia

perlukan,

misalnya

konseling

pemberian

ASI/keluarga

berencana.
6.

Tidak rutin menggunakan praktek-praktek dan prosedur yang tidak didukung


oleh penelitian ilmiah tentang manfaatnya, termasuk dan tidak terbatas pada :

Pencukuran

Enema

IV (Intravena)

Menunda kebutuhan gizi

Merobek selaput ketuban secara dini

Pemantauan janin secara elektronik


Dan juga agar membatasi penggunaan oxytocin, episiotomi dan bedah Caesar
dengan menetapkan tujuan dan mengembangkan cara mencapai tujuan
tersebut.
7. Mengajarkan petugas pemberi asuhan dalam metoda meringankan rasa
nyeri tanpa penggunaan obat-obatan.
8. mendorong semua ibu (dan keluarganya), termasuk mereka yang bayinya
sakit dan kurang bulan, agar mengelus, mendekap, memberi ASI dan
mengasuh bayinya sendiri sedapat mungkin.
9. Menganjurkan agar jangan menyunat bayi baru lahir jika bukan karena
kewajiban agama.

10.Berupaya untuk mencapai ketentuan WHO-UNICEF mengeni Sepuluh


Langkah Sayang Bayi Prakarsa RS untuk mempromosikan pemberia ASI
yang baik.

CIMS menyatakan bahwa lndasan filosofis dari suhan saying ibu adalah sebagai
berikut :
1. Kelahiran adalah suatu proses alamiah
Kelahiran adalah suatu proses normal, alamiah dan sehat. Sebagai bidan, kita
harus mendukung dan melindungi proses kelahiran tersebut. Sebgai bidn kita
percaya bahwa model asuhan kebidanan yang mendukung dan melindungi
proses normal dari kelahiran, adalah yang paling sesuai bagi sebagian besar
wanita selama masa kehamilan dan kelahiran.
2. Pemberdayaan
Ibu-ibu beserta keluarganya memiliki kearifan dan lebih memahami apa yang
mereka perlukan untuk bisa melahirkan. Keyakinan dan kemampuan seorang
wanita untuk melahirkan dan mengasuh bayinya akan diperkuat atau diperlemah
oleh setiap orang yang turut memberi asuhan, serta oleh lingkungan dimana ia
melahirkan.
Jika kita bersifat negative dan megeritik, hal itu akan dapat mempengaruhi
sorang ibu. Bahkan dapat juga mempengaruhi lamanya proses persalinan
tersebut. Sebagai bidan kita harus mendukung wanita yang sedang melahirkan
dan

bukan

untuk

mengendalikan

proses

kelahiran

tersebut.

Kita

harus

menghormati bahwa ibu tersebut merupakan actor utama dan bahwa si pemberi
asuhan merupakan actor pendukung Selma proses persalinan tersebut.
3. Otonomi
Ibu beserta keluarganya memerlukan informasi agar supya mereka bisa
membuat keputusan yang sesuai dengan keinginannnya. Kita harus mengetahui
dan menjelaskan informsi secara benar tentang resiko dan keuntungan dari
semua prosedur, obat-obtan, dan tes. Kita juga harus mendukung ibu untuk
membuat keputusan sesuai pilihannya sendiri mengenai apa yang terbaik

baginya dan bayinya berdasarkan nilai-nilai dan kepercayaan yang dianutnya


(termasuk kepercayaan adat dan agamanya.
4. Jangan Menimbulkan Penderitaan
Intervensi sebaiknya tidak dilakukan sebagai sesuatu yang rutin, kecuali ada
indikasi kearah itu. Pengobatan dalam kehamilan, melahirkan atau pada masa
postpartum dengan pengujian dan obat-obatan serta prosedur secara rutin dapat
menimbulkan resiko, baikbagi ibu mupn bayinya. Contoh-contoh dari prosedur
semacam itu yng sudah terbukti tidak ada mnfaat nyata adalah meliputi
episiotomi rutin bagi para primipara, enema, dan penghisapan lender bagi
semua bayi baru lahir. Bidan yang terampil perlu memahami kapan untuk tidak
melakukan

apapun.

Asuhan

selama

kehamilan,

melahirkan

dan

masa

postpartum, dan juga pengobatan untukkomplikasi harus didasari bukti ilmiah.

5. Tanggung Jawab
Setiap pemberi asuhan bertabggung jawab atas kualitas yang diberikannya.
Praktek suhan persalinan seharusnya tidak didasari pada kebutuhan si pemberi
asuhan tetapi semata-mata untuk kebutuhan ibu dan bayi. Asuhan berkualitas
tinggi yang berfokus pada klien, dan bersifat saying ibu yang berdasarkan pada
penelitian ilmiah merupakan tanggung jawb dari setiap bidan.

GERAKAN SAYANG IBU (GSI)


A.

Pengertian

Gerakan

Sayang

Ibu

adalah

Suatu

Gerakan

yang

dilaksanakan oleh masyarakat, bekerjasama dengan


pemerintah

untuk

meningkatkan

kualitas

hidup

perempuan melalui berbagai kegiatan yang mempunyai


dampak terhadap upaya penurunan angka kematian ibu
karena hamil, melahirkan dan nifas serta penurunan
angka kematian bayi.

B.

Landasan filosofis asuhan sayang ibu


Menurut Coalition for Improving Maternity Services
(CIMS) menyatakan bahwa landasan asuhan sayang ibu
adalah sebagai berikut :

1.

Kelahiran adalah suatu proses alamiah


Kelahiran adalah suatu proses yang normal, alamiah
dan sehat. Sebagai idan kita harus mendukung dan
melindungi proses kelahiran tersebut. Sebagai bidan
kita percaya bahwa model asuhan kebidanan yang
mendukung

dan

melindungi

proses

normal

dari

kelahiran, adalah yang paling sesuai bagi sebagian


wanita selama masa kehamilan dan kelahiran.
2.

Pemberdayaan
Ibu-ibu beserta keluarganya memiliki kearifan dan lebih
memahami

apa

yang

mereka

perlukan

untuk

bisa

melahirkan. Keyakinan dan kemampuan seorang wanita


untuk

melahirkan

dan

mengasuh

bayinya

akan

diperkuat atau diperlemah oleh setiap orang turut

memberi asuhan serta oleh lingkungan diamana ia


melahirkan.
3.

Otonomi
Ibu

beserta

keluara

memerluakan

informasi

agar

mereka bisa membuat keputusan yang sesuai dengan


keinginan mereka. Kita harus memberi informasi secara
benar

tentang

resiko

dan

keuntunga

dari

semua

prosedur, obat dan tes. Kita juga harus mendukung ibu


untuk membuat keputusan sesuai pilihannya sendiri
mengenai apa yang terbaik baginya brtdsarkan nilainilai dan kepercayaan yang dianut.
4.

Jangan menimbulkan penderitaan


Intervensi sebaiknya tidak dilakukan sebagai sesuatu
yang rutin, kecuali ada indkasi kearah itu. Pengobatan
dalam kehamilan, melahhirkan dan post partum denga
pegujian dan dan obat dapat menimblkan resiko

5.

Tanggung jawab
Setiap pemberi asuhan bertanggung jaab atas kualitas
asuhan yang diberikanya. Asuhan berkualitas tinggi
yanng terfokus pada kllien dan bersifat sayang ibu yang
berdasarkan penelituan ilmiah merupakan tanggung
jawab dari semua bidan.

C.

Tujuan Gerakan Sayang Ibu

Tujuan umum Gerakan Sayang Ibu adalah meningkatkan


pengetahuan, kepedulian, komitmen dan peran serta
masyarakat dalam upaya integratif dan sinergis pada
program percepatan penurunan kematian ibu guna
mewujudkan manusia yang berkualitas
Tujuan khusus Gerakan Sayang Ibu yaitu
1.

Meningkatkan pengetahuan dan kepedulian pejabat


pemerintah daerah dan sektor terkait tentang berbagai
faktor

yang

menyebabkan

kematian

ibu

dan

peningkatan upaya penanggulangan secara integratif


2.

Mekanisme

rjukan

sehingga

keterlambatan

pertolongan dapat dihindari


3.

Meningkatkan upaya masyarakat dalam pendataan


ibu hamil dan mengubah kebiasaan yang merugikan
kesehatan ibu hamil

4.

Meningkatkan peran dan


kesehan

dalam

upaya

institusi dan petugas

pendataan

ibu

hamil

dan

pelayanan kesehatan
5.

Meningkatkan pengembangan dana ibu hamil di


setiap wilayah kelurahan atau desa oleh PKK dan
Lembaga Kesehatan Masyarakat Desa (LKMD).

D.

Kebijakan Gerakan Sayang Ibu

Kebijakan dalam gerakan sayang ibu meliputi:

1.

Meningkatkan komitmen dan tanggung jawab


pejabat pemerintah daerah, instansi terkait, masyaraka,
dan keluarga terhadap upaya penurunan kematian ibu.

2.

Meningkatkan peran instansi pemerintah, swasta,


masyarakat dan keluarga dalam memahami masalah
kesehatan wanita sebelum hamil, selama hamil,
persalinan, dan masa nifas.

3.

Membantu meningkatkan kesadaran keluarga dan


anggota keluarga lainnya dalam pengambilan keputusan
untuk mengatasi keterlambatan rujukan.

4.

Meningkatkan kepedulian pejabat pemerintah,


instansi terkait, dan masyarakat dalam mencukupi dana
yang dibutuhkan untuk rujukan ibu hamil resiko tinggi,
terutama dari keluarga pra-sejahtera.

5.

Peningkatan kesadaran dan kepedulian aparat


pemerintah dan masyarakat terhadap pentingnya
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan ibu dan
anak melalui advokasi dan penyuluhan atau pelatihan
berwawasan gender atau kemitraan wanita dan pria.

E.

Strategi Pelaksanaan Gerakan Sayang Ibu


Strategi pelaksanaan Gerakan Sayang Ibu adalah
dengan:

1.

Menyusun rencana, pelaksanaan, pengendalian,


monitoring dan evaluasi yang berdasarkan percepatan
penurunan AKI.

2.

Pemberdayaan ibu hamil dan keluarganya sehingga


ibu hamil dapat menggunakan haknya untuk
memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai dan
keluarganya bekerja sama dalam mengumpulkan dana.

3.

Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) bagi bidan,


dukun bayi, Petugas Lapangan Keluarga Berencana

(PLKB), PKK, LKMD, dan tokoh masyarakat sehingga


para pemuka masyarakat memahami tentang kesehatan
ibu hamil, wanita, dan keluarganya.
4.

Pengembangan mekanisme pendataan ibu hamil


secara terpadu oleh PKK, kader, dasawisma, petugas
kesehatan, PLKB, dan lain-lain.
Data yang dikumpulkan meliputi ibu hamil, ibu bersalin,
kelahiran, kematian ibu, dan kematian bayi. Data secara
berkala di laporkan ke Puskesmas dengan tembusan ke
camat dan selanjutnya dilaporkan ke pemerintah
daerah.

5.

Pengembangan mekanisme rujukan oleh masyarakat


sehingga masyarakat diharapkan mampu mendeteksi
adanya risiko tinggi kehamilan kemudian merujuk ke
fasilitas kesehatan terdekat dengan didukung dana dan
sarana transportasi masyarakat.

6.

Pengembangan kualitas pelayanan kesehatan, baik


di Puskesmas maupun rumah sakit dengan senantiasa
meningkatkan keterampilan petugas dan sarana untuk
perbaikan mutu pelayanan.

F.

Sasaran GSI
Sasaran langsung Gerakan Sayang Ibu adalah ibu
sebelum hamil/WUS, ibu hamil, ibu nifas, dan keluarga
ibu hamil (suami, orang tua, mertua). Sasaran tidak
langsung Gerakan Sayang Ibu, yaitu sebagai berikut.

1.

Pejabat pemerintah di setiap jenjang administrasi,


khususnya pejabat pemerintah daerah dan instansi
terkait hendaknya membina dan mengoordinasi
kegiatan GSI.

2.

Ulama dan tokoh masyarakat di setiap jenjang


terutama dalam menanggulangi 4 terlambat.

3.

Instansi masyarakat di setiap jenjang (LKMD, PKK,


LSM, dan organisasi massa yang lain).

4.

Sektor terkait yang ada di kelurahan (Puskesmas,


PLKB, rumah sakit swasta, poliklinik swasta, rumah
bersalin, bidan praktik swasta, dokter praktik swasta)
diharapkan ikut berperan langsung dalam setiap
kegiatan GSI.

G.

Pengorganisasian GSI
Pengorganisasian Gerakan Sayang Ibu dilakukan:

1.

Di pemerintah daerah, dibentuk kelompok kerja GSI


yang mengacu pada kelompok kerja GSI provinsi.

2.

Di tingkat kecamatan, dibentuk satgas atau satuan


tugas GSI dengan susunan:
Ketua

: Camat

Sekretaris

: Kepala seksi kesejahteraan sosial

Anggota : Kepala Puskesmas


Tim penggerak PKK
Kepala Kantor Urusan Agama (KUA)
PLKB
Petugas penyuluh pertanian
Kementerian Pendidikan Nasional kecamatan
3.

Di tingkat kelurahan, dibentuk satuan tugas GSI


dengan susunan:
Ketua

: Lurah

Sekretaris : Sekretaris kelurahan

Anggota : Ketua LKMD


Ketua tim penggerak PKK kelurahan
Seksi LKMD
Kaur kesra
Petugas Puskesmas pembina kelurahan
PLKB pembina kelurahan

H.

Mekanisme Operasional GSI


Mekanisme operasional GSI dilaksanakan melalui
pendekatan fungsional, yaitu memperhatikan tugas
pokok, fungsi, kewenangan, dan tanggung jawab
masing-masing instansi pemerintah dan lembaga yang
terkait dalam semangat kebersamaan dan keterpaduan
dan perlu ditumbuhkan hubungan kerja sama antara
instansi pemerintah dan masyarakat melalui:

1.

Pemerintah mengambil prakarsa dan tanggung


jawab dalam menumbuhkan partisipasi masyarakat dan
membina kemampuan masyarakat untuk merencanakan,
mengorganisasi, dan melaksanakan berbagai kegiatan
yang berkaitan dengan GSI.

2.

Pemerintah dan masyarakat bekerja sama dalam


memantau hasil kegiatan GSI.

3.

Pemerintah menyediakan bantuan sumber daya bagi


masyarakat dalam hal tenaga terampil, teknologi, dan
informasi untuk perencanaan, pelaksanaan, dan
pemantauan kegiatan GSI.

I.

Kegiatan GSI
Kegiatan GSI meliputi:

1.
a.

b.

Kegiatan operasional.
Pembentukan kelompok kerja GSI dengan
pembentukan satuan tugas kecamatan sayang ibu dan
satuan tugas kelurahan sayang ibu.
Penyusunan rencana kerja terpadu, terutama:

Meningkatkan cakupan ibu hamil (ANC)

Deteksi risiko tinggi ibu hamil

Mengembangkan tabungan ibu bersalin (tabulin)


melalui berbagai cara, yakni:

Setiap calon pengantin wanita (CPW) diwajibkan


memiliki tabulin sebesar Rp5.000 di Tabanas atau
tabungan lainnya.

Setiap ibu hamil menabung secara berkala melalui


koordinasi dasawisma atau PKK.

Setiap ibu hamil menabung secara berkala dan


dikoordinasi oleh bidan yang direncanakan akan
menolong persalinannya dengan sepengetahuan satuan
tugas kecamatan.

Mengembangkan mekanisme kemitraan dengan


pengusaha atau tokoh masyarakat untuk menggalang
dana tabulin bagi ibu hamil yang tidak mampu.

c.

Pemantauan dan bimbingan terpadu pelaksanaan


GSI secara berjenjang.

d.

Laporan umpan balik secara berkala tentang hasil


pelaksanaan GSI kepada semua instansi terkait.

2.

Kegiatan sosialisasi, yang dilakukan melalui:

a.

Penyuluhan melalui semua jalur komunikasi yang


tersedia dan diharapkan masyarakat berperan aktif
dalam:

Mendata ibu hamil untuk memeriksakan


kehamilannya

Mendeteksi adanya risiko ibu hamil

Merencanakan persalinan yang aman

Mendorong keluarga ibu untuk melaksanakan


tabulin

Membantu proses pengambilan keputusan di


tingkat keluarga saat ibu bersalin akan dirujuk

Melaksanakan pendataan kelahiran, kematian ibu


bersalin, dan kematian bayi

b.

Materi penyuluhan ditekankan pada:

Perencanaan kehamilan

Pentingnya pemeriksaan kehamilan

Deteksi dini risiko ibu hamil

Rencana persalinan yang aman

Rujukan dini terencana

Pendataan dan pelaporan kehamilan, kematian ibu


dan bayi

c.

Penyuluhan dapat dilaksanakan oleh:

Pejabat pemerintah

Petugas kesehatan

Tokoh agama/ masyarakat


3.

Organisasi masyarakat (PKK,LKMD, LSM)


Kegiatan pada tingkat administrasi.

a.

Tingkat kelurahan

Membentuk satuan tugas GSI

Menyusun rencana kerja GSI dalam menggalakan


tabulin,

Mengumpulkan data ibu hamil ibu bersalin, ibu


nifas, kematian ibu/bayi, dan melaporkan hasilnya
kepada satgas GSI kecamatan

Penyuluhan kepada tokoh masyarakat dan keluarga


sasaran

Melaporkan hasil kegiatan GSI kelurahan kepada


satgas GSI kecamatan setiap bulan selmbat-lambatnnya
pada tanggal 20.

Meningkatkan pendapatan keluarga, khususnnya


keluarga yang memiliki ibu hamil, melalui berbagai
program usaha peningkatan pendapatan keluarga
(UPPK/UPPK Sejahtera)

Petugas puskesmas pembina kelurahan dan PLKB


memberdayakan keluarga dan ibu hamil melalui
peningkatan pengetahuan tentang kesehatan ibu dan
anak agar setiap ibu hamil memiliki tabulin

b.

Tingkat kecamatan
Membentuk satuan tugas GSI
Menyusun rencana kerja kecamatan sayang ibu dan
menggalakan tabulin serta menyampaikan rencana
kerja ke kelompok kerja (pokja) GSI kota/ kabupaten

Menyelenggarakan koordinasi perencanaan,


pelaksanaan dan pengendalian kegiatan dalam instansi
terkait GSI kecamatan

Memberi bimbingan dalam pemecahan masalah


kepada satuan tugas GSI kelurahan

Menghimpun hasil kegiatan satuan tugas kelurahan


dan melaporkan hasilnya kepada keompok kerja GSI
kota/ Kabupaten setiap bulan selambat-lambatnya pada
tanggal 25

Penyuluhan kepada tokoh masyarakat dan keluarga


sasaran
Kegitan pembinaan, pemantauan, dan penilaian
terhadap GSI dilakukan secara berjenjang mulai dari
tingkat kota/ kabupaten sampai tigkat kelurahan.

1.

Pembinaan
Aspek yang harus dibina, adalah sebagai berikut

a.

Kelembagaan GSI meliputi kelengkapan, kesiapan


organisasi, pelaksanaan, metode yang akan dipakai,
sarana, tenaga yang dipersiapkan, dan informasi yang
diperlukan

b.

Progaram meliputi peningkatan kualitas


penyelenggaraan program mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, sampai pengendalian.

c.

Pembentukan kesepakatan denagn semua sektor


dan masyarakat bahwa ibu hamil merupakan aset
daerah dan tanggung jawab bersama.

2.

Pemantauan
Pemantauan dilaksanakan dengan:

a.

Kunjungan langsung ke lapangan dengan


menggunakan formulir pemantauan

b.

Pencatatan dan pelaporan kemajuan program yang


dibuat oleh pelaksana program

c.

Rapat koordinasi kelurahan dan kecamatan


dilaksanakan secara berkala guna menilai kemajuan dan
kendala yang ditemukan dan menyusun rencana kerja

3.

Penilaian

a.

Penilaian mengenai input, proses, output, dan


dampak pelaksanaan GSI

b.

Penilaian meliputi dukungan pemerintah dan sektor


terkait tokoh masyarakat, tokoh agam, LSM, organisasi
profesi dalam pelaksanaan GSI.

c.

Menilai kemajuan pencatatan, pelaporan dan


pengembangan dana tabulin

d.

Tolak ukur keberhasilan, yaitu sebagai berikut:


Semua pasangan usia subur telah memperoleh
penyuluhan dan pelayanan kesehatan serta KB

Ibu hamil memiliki akses terhadap ANC (K1) = 90%

Kunjungan K4 sesuai rumus (1,1,2) = 100%

Deteksi risiko tinggi ibu hamil = 80%

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan =


90%

Semua ibu bersalin dengan risiko tinggi


memperoleh pertolongan memadai

Bayi baru lahir diperiksa 3 kali (KN2) = 90%

Ibu hamil yang memiliki tabulin = 90%

J.

Peran Kader/PKK dalam GSI

1.

Peran kader/PKK dalam GSI sangat berpengaruh


karena kader/PKK melakukan kegiatan ibu-ibu dengan
pengaderan 5T:
Tanggap (harus mengetahui tugasnya)
Tangguh (dengan segala lingkungan harus pantang
menyerah)
Trengginas (harus terampil dalam menentukan sikap)
Tanggung jawab (merasa ikut bertanggung jawab
terhadap deteksi risiko tinggi ibu hamil)
Tanpa imbalan (tidak mengharapkan imbalan, tetapi
melaksanakan tugasnya demi tugas sosial)

2.

Pelaksanaan, pencatatan dan pelaporan

a.

Melakukan pendataan dan deteksi dini risiko tinggi


pada semua ibu hamil

b.

Meningkatkan penyuluhan kepada ibu hamil tentang


pentingnya pemeriksaan kesehatan

c.

Memberi penyuluhan kepada ibu hamil supaya


pertolongan persalinannya ditolong oleh tenaga
kesehatan

d.

Pemberdayaan ibu hamil dengan meningkatkan


kesadaran dan mengambil keputusan dengan melihat
latar belakang

e.

Peningkatan kepedulian dari suami, keluarga, dan


masyarakat perlu diperhatikan karena mempunyai
peranan yang penting untuk mendorong ibu hamil
dalam menentukan sikap

f.

Merujuk ibu hamil dengan faktor risiko kepada


petugas kesehatan

g.

Memberikan penyuluhan tentang pengadaan dana


ibu hamil dengan cara menabung (tabulin).

K.

Prinsip Gerakan Sayang Ibu


Badan coalition for improving maternity services (CIMS)
melahirkan safe mother hood initiative pada tahun
1987. Badan ini terdiri dari sejumlah individu dan
organisasi nasional yang misinya untuk mempromosikan
kesempurnaan model asuhan persalinan yang dapat
meningkatkan hasil kelahiran serta meghemat biaya.
Misi ini berdasarkan penelitian, sayang ibu, bayi dan
keluarganya dan memfokuska pada pencegahan dan
kesempurnaan sebagai alternatif penapisan, diagnosa
dan program perawatan yang berbiaya tinggi.
Salah satu prinsip yang mendasari pemikiran ini ialah
bahwa model asuahan kebidanan ini, yang mendukung
dan melindungi proses kelahiran normal, merupakan
langkah yang paling sesuai untuk mayoritas ibu selama
masa kehamilan dan melahirkan. Badan ini merumuskan
10 langkah bagi rumah sakit/pusat pelayanan persalinan
yang harus diikuti agar mendapat predikat sayang ibu:

1.

Menawarkan suatu akses pada semua ibu yang


sedang melahirkan untuk mendapatkan seseorang yang
akan menemani menurut pilihannya dan mendapatkan
dukungan emosional serta fisik secara
berkesinambungan

2.

Memberi informasi kepada publik mengenai praktek


tersebut termasuk intervensi dan hasil asuhannya

3.

Memberikan asuhan yang sifatnya peka dan


responsive bertalian dengan kepercayaan, nilai, dan
adat istiadat

4.

Memberi kebebasan pada ibu yang akan melahirkan


untuk berjalan-jalan dan memilih posisi persalinan

5.

Merumuskan kebijakan dan prosedur yang jelas


untuk pemberian asuhan yang berkesinambungan

6.

Tidak rutin menggunakan praktek dan prosedur yang


tidak didukung oleh penelitian ini tentang manfaatnya

7.

Mengajarkan petugas pemberi asuhan dalam metode


meringankan rasa nyeri tanpa obat

8.

Mendorong semua ibu dan keluarga, termasuk


mereka yang bayinya sakit dan kurang bulan, agar
mengelus, mendekap, memberi ASI dan mengasuh
bayinya sendiri sedapat mungkin

9.

Menganjurkan agar jangan menyunat bayi baru lahir


jika bukan karena kewajiban agama

10. Berupaya untuk mencapai ketentuan WHO-UNICEF


mengenai 10 langkah sayang bayi prakarsa rumah sakit
untuk mempromosikan pemberian ASI yang baik

L.
1.

Hambatan Pelaksanaan GSI


Hambatan secara struktural
Berbagai program tersebut masih sangat birokratis
sehingga orientasi yang terbentuk semata-mata
dilaksanakan karena ia adalah program wajib yang
harus dilaksanakan berdasarkan Surat Keputusan (SK).

2.

Hambatan secara kultural


Masih kuatnya anggapan atau pandangan masyarakat
bahwa kehamilan dan persalinan hanyalah persoalan
wanita.
Diposkan oleh RIZKI AULIA RAHMAWATI di 00.41
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke
FacebookBagikan ke Pinterest
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Arsip Blog
2014 (5)
2013 (25)
o November (1)
o Oktober (13)
o Juli (6)
TINGKAT KESUBURAN
GERAKAN SAYANG IBU (GSI)
DASAWISMA
DRUGS ABUSE
ANATOMI DAN FISIOLOGI ORGAN REPRODUKSI
WANITA
GIZI PADA REMAJA
o Mei (3)
o Maret (2)
2012 (1)

Mengenai Saya

RIZKI AULIA RAHMAWATI


Lihat profil lengkapku

Template Ethereal. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai