Penasehat
SKD
Bapemas PPP A & KB
2.
Ketua I
Ketua II
3.
Sekretaris I
Sekretaris II
SEKRETARIS
Ibu. Yuni Astanti
Ibu. Sri Mulyani
RW. VIII
RW. II
Bendahara I
Bendahara II
BENDAHARA
Ibu. Nuryanti
Ibu. Suryani
RW V
Kelurahan
SEKSI-SEKSI
Ibu. Sariningsih
Ibu. Afrida
Ibu. Emi Nurhayati
Ibu. Suryani
Ibu. Sri Hartini
Ibu. Eni Darmakno
Ibu. Sri Handayani
Ibu. Sumarsinah
Ibu. Yaminah
SKD
RW. I
RW. II
RW. III
RW. IV
RW. VI
RW. VII
RW. VIII
RW. IX
RW. V
RW. XIII
RW. IX
4.
RW. II
Kelurahan
5.
Pendataan
Pendanaan
7.
Ambulan
Warga
(Transportasi)
RW. II
RW. II
Linmas
Linmas
Humas
Ibu. Sinanti
Ibu. Sri Rejeki
Ibu. Hartini
Ibu.Sri Wahyuni
RW. II
RW. II
RW. VII
RW. VI
9.
10. Inventaris
Bp. Wagimin
RW. I
RW. III
Bp. Soekamto
Bp. Rusjak
Bp. Rudin Palil
Ibu. Sri Haryanti
Ibu. Minarti
RW. IV
RW. IX
RW. IV
RW. IV
RW. IV
Home
Subscribe to: Posts (Atom)
PRESS RELEASE
Bertempat di Pendopo Kec.Megaluh Kabupaten Jombang pada hari Senin tanggal 21
Nopember 2005 telah dilaksanakan penilaian lomba Gerakan Sayang Ibu oleh Tim Penilai
Tingkat I Jawa Timur.
Ketua Satgas Kec.Megaluh ( Drs. SARMIYANTO, MM ) mengucapkan selamat datang pada
Tim Penilai Tk.I Jawa Timur serta melaporkan antara lain :
Latar belakang Gerakan Sayang Ibu karena banyaknya angka kematian ibu penyebab tersebut
berkaitan dengan status gizi ibu hamil (Anemia Gizi ), kesehatan lingkungan, kesadaran
hidup sehat dan jangkauan serta mutu pelayanan kesehatan ibu bersalin, usia ibu yang terlalu
muda, usia ibu yang terlalu tua, jumlah anak yang banyak, jarak hamil serta berbagai
penyakit yang berrisiko tinggi.
Tahun 2004 di Kec.Megaluh terdapat satu (1) orang Ibu hamil meninggal dunia ( Ibu Siti
Khomariah dari Desa Gongseng ) disebabkan sebelum ibu tersebut hamil telah mengidap
penyakit jantung.
Mengingat sebagian besar kematian ibu sesungguhnya dapat dicegah dengan upaya empat (4)
terlambat yaitu :
1. Terlambat merndeteksi dini
2. Terlambat untuk mengadakan musyawarah dengan keluarga
3. Terlambat memperoleh transportasi dalam rujukan
4. Terlambat memperoleh penanganan gawat darurat secara terpadu
Tujuan :
Mempercepat penurunan AKI ( angka Kematian Ibu ) dan AKB ( angka kematian bayi )
Kegiatan Satgas GSI di Kec. Megaluh antara lain :
1. Sosialisasi Gerakan sayang ibu
2. Pendataan Sasaran GSI
3. Pelayanan Kwesehatan pada sasaran GSI
4. Penanganan rujukan / ambulance desa
5. Pengembangan Tabulin ( tabungan ibu bersalin )
6. Pemeriksaan Golongan Darah
7. Pelayanan KIA gratis pada Gakin
8. Penunjukan Kader Gizi
9. Audit Maternal / parenatal Kasus kematian Ibu/bayi
10. Warga Siaga
11. Pengembangan kualitas pelayanan kesehatan
Selanjutnya untuk ibu hamil yang beresiko rumahnya ditempeli Stiker berwarna untuk warna
hujau berarti ibu hamil resiko rendah, warna merah berarti ibu hamil resiko sangat tinggi,
Identifikasi sumber dana yang sudah ada dan yang akan dikembangkan.
Dana terhimpun, masyarakat yang berpartisipasi dalam pembiayaan
kesehatan masyarakat.
Tabulin atau tabungan ibu bersalin merupakan bagian dari program yang
ada, dimana Ikatan Bidan Indonesia (IBI) selaku mitra Depkes dan BKKBN turut
membina masyarakat untuk sosialisasi program ini. Selain itu utk biaya
melahirkan, Tabulin juga bisa dipakai sebagai penunjang biaya pasca persalinan.
Beragam penyuluhan yang menjadi program penting dalam siaga ini, karena
dalam penyuluhan warga selalu diingatkan akan biaya kehamilan akan 3
TERLAMBAT, yaitu terlambat mengenali tanda bahaya , terlambat sampai RS dan
terlambat mendapat pertolongan bidan / dokter. Juga bahaya 4 TERLALU yaitu :
terlalu sering, terlalu muda, terlalu tua,terlalu banyak. Yang merupakan faktor
resiko terjadinya komplikasi persalinan.
Sebelum ada desa siaga sudah dimulai dengan tabungan Ibu bersalin (Tabulin).
Jadi kita menerangkan ke Ibu hamil dan keluarganya, meskipun kaya. Justru
orang kaya tersebut memberikan contoh kepada orang-orang yang tidak mampu
untuk menabung. Dan Ibu hamil di berikan buku yang dibawa setiap
pemeriksaan.
Kebutuhan akan darah dari tahun ke tahun semakin meningkat yaitu mencapai 3
juta kantong per tahun. Sementara PMI setiap tahunnya hanya dapat
mengumpulkan sekitar 1.2 juta kantong. Masih kurangnya jumlah kantong darah
yang harus dikumpulkan disebabkan masih minimnya geliat masyarakat untuk
mendonorkan darah mereka. Oleh karena itu perlu dilakukan penggalangan
Donor Darah Sukarela (DDS).
Mungkin kekhawatiran efek samping dari donor darah seperti yang dijadikan
alasan bagi kebanyakan dari kita adalah benar, namun angka kejadiannya
jarang. Dengan berbagai tahapan persiapan dan skrining sebelum mendonor
maka semua efek samping tersebut nyaris tidak akan terjadi. Kekhawatiran akan
terjadinya kekurangan darah (anemia) misalnya. Dengan pemeriksaan kadar Hb
sebelumnya maka hal tersebut dapat dicegah. Selama Hb orang dewasa diatas
12, donor darah relatif aman untuk dilakukan, malah dianjurkan. Memar dapat
terjadi pada bekas tusukan jarum, namun jarang luas dan hilang sempurna tidak
lebih dari setengah minggu. Salah satu yang lumayan sering dijumpai adalah
terjadinya reaksi hipovolemia yang berupa tekanan darah turun mendadak pasca
donor sehingga membuat si pendonor merasa pusing, lemas dan mual.
Hal ini dapat dicegah misalnya dengan menanyakan sebelumnya adakah
riwayat kejadian tersebut pada donor sebelumnya, atau apakah ada riwayat
penyakit tertentu, memeriksa tekanan darah sebelumnya, sesudah donor maka
berbaring sekitar 10 menit lebih dulu sebelum berdiri dan berjalan, serta dengan
diberikannya makanan dan minuman manis segera setelah donor. Kekhawatiran
untuk terinfeksi penyakit serius seperti HIV misalnya, adalah berlebihan. Selama
peralatan seperti jarum yang dipakai adalah steril dan masih baru, hal tersebut
pastinya dapat dicegah. Justru resiko terinfeksi lebih besar terjadi pada mereka
yang menerima transfusi darah ketimbang si pendonor karena beberapa
ketidaksempurnaan dalam skrining darah.
Dari sudut medis tindakan menyumbang darah merupakan kebiasaan
baik bagi kesehatan pendonor. Salah satunya, dengan berdonor darah secara
teratur secara tidak langsung pendonor telah melakukan pemeriksaan kesehatan
secara teratur pula. Karena sebelum mendonorkan darah terlebih dahulu
dilakukan pemeriksaan kesehatan secara lengkap.
Darah yang disumbangkan dapat expired (kedaluwarsa) bila tidak terpakai. Selsel darah merah harus digunakan dalam 42 hari. Platelet harus digunakan dalam
5 hari, dan plasma dapat dibekukan dan digunakan dalam jangka waktu 1 tahun.
Selain itu, donor darah akan membantu menurunkan risiko terkena serangan
jantung dan masalah jantung lainnya. Penelitian menunjukkan, mendonorkan
darah akan mengurangi kelebihan zat besi dalam tubuh. Walau masih perlu
penelitian lagi untuk memastikannya, kelebihan zat besi diduga berperan
menimbulkan kelainan pada jantung. Kelebihan itu akan membuat kolesterol
jahat (LDL) membentuk ateros/derosis (plak lemak yang akan menyumbat
pembuluh darah).
Jika donor darah dilakukan 2-3 kali setahun, atau setiap 4 bulan sekali,
diharapkan kekentalan darah berkurang sehingga mengurangi kemungkinan
terjadinya penyumbatan pembuluh darah. Sistem produksi sel sel darah juga
akan terus terpicu untuk memproduksi sel-sel darah baru yang akan membawa
oksigen keseluruh jaringan tubuh. Sirkulasi darah yang baik akan meningkatkan
metabolisme dan merevitalisasi tubuh.
Siklus pembentukan sel-sel darah baru yang lancar dan metabolisme tubuh yang
berjalan baik, membuat berbagai penyakit dapat dihindarkan. Selama 24 jam
setelah berdonor maka volume darah akan kembali normal. Sel-sel darah akan
dibentuk kembali dalam waktu 4-8 minggu.
Merupakan salah satu kegiatan yang diadakan didesa-desa yang ingin
menyukseskan program Desa Siaga. Kegiatan ini dilaksanakan dalam upaya
menurunkan angka kematian ibu melalui penyaluran donor darah untuk ibu
hamil atau ibu bersalin yang membutuhkannya. Kegiatan donor darah berjalan
melibatkan peran serta masyarakat, khususnya keluarga dari ibu hamil dan ibu
bersalin. Masyarakat diharapkan dapat membangun sistem jaringan donor darah
dalam suatu kelompok masyarakat desa, sehingga dalam situasi darurat donor
secepatnya dapat diberikan kepada ibu melahirkan.
Secara umum proses pembentukan donor darah berjalan hampir sama dengan
pembentukan dana sehat hanya saja pada tahap sosialisasi memerlukan
bantuan dari palang merah indonesia ( PMI ) untuk menjelaskan masalah donor
darah agar masyarakat bertambah pengetahuannya. Dengan demikian
diharapkan dapat terjadi peningkatan peran serta masyarakat dalam
pelaksanaan donor darah. Pelaksanaan kegiatan donor darah berjalan melibakan
seluruh anggota masyarakat termasuk ibu hamil. Pada tahap awal, setiap ibu
hamil diharapkan memiliki lima orang dewasa dalam keluarganya untuk
diikutsertakan dalam proses pemeriksaan kehamilan dan pemberian konseling
mengenai segala persiapan kehamilan dan dalam menghadapi persalinan.
Kelima orang tersebut diperiksa golongan darahnya untuk persiapan sebagai
pendonor apabila terjadi perdarahan apabila sewaktu-waktu, seorang ibu hamil
atau ibu bersalain memerlukan donor darah, bidan dapat segera menghubungi
anggota keluarganya yang memiliki golongan darah yang sama. Sistem
sederhanai ini diharapkan dapat memberikan dampak besar terhadap
keberhasilan program Desa Siaga terutama untuk menurunkan angka kematian
ibu hamil, bersaln, nifas , serta bayi.
4.
Buatlah daftar golongan darah ibu hamil dan perkiraan waktu lahir,
kumpulkan nama warga yang mempunyai golongan darah yang sama dengan
ibu hamil. Catat nama dan alamat mereka ataupun cara menghubungi yang
tercepat dari semua warga yang bergolongan darah sama dengan ibu hamil.
5.
Usahakan semua ibu hamil memiliki daftar calon donor darah yang sesuai
dengan golongan darahnya.
6.
Buatlah kesepakatan dengan para calon donor darah untuk selalu siap 24
jam, sewaktu-waktu ibu hamil memerlukan tranfusi.
7.
Buat kesepakatan dengan Unit Tranfusi darah, agar para warga yang telah
bersedia menjadi pendonor darah diprioritaskan untuk diambil darahnya,
terutama tranfusi bagi ibu bersalin yang membutuhkannya.
8.
Kader berperan memotivasi serta mencari sukarelawan apabila ada salah
seorang warganya yang membutuhkan darah.
Ambulans desa adalah mobil milik warga yang secara sukarela disiagakan
untuk membantu ibu hamil yang telah tiba masa persalinannya atau ibu hamil
yang diharuskan untuk memeriksakan diri ke fasilitas yang lebih memadai dari
apa yang ada di tempat ia tinggal.
Ambulan desa adalah salah satu bentuk semangat gotong royong dan
saling peduli sesama warga desa dalam sistem rujukan dari desa ke unit rujukan
kesehatan yang berbentuk alat transportasi.
Ambulan desa adalah suatu alat transportasi yang dapat digunakan untuk
mengantarkan warga yang membutuhkan pertolongan dan perawatan di tempat
pelayanan kesehatan.
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
Mempunyai data dan peta bumil yang akurat dan selalu diperbaharui
3.
4.
5.
6.
7.
Telah terbentuknya pengorganisasian penghubung/liason (kader
penghubung)
8.
9.
Panduan penilaian
Panduan penilaian
berkurangnya jumlah kematian ibu karena hamil, melahirkan dan nifas, serta
meningkatnya rujukan yang berhasil ditangani.
Dengan adanya perubahan sistem pemerintahan dan kebijakan sektor
pemerintah, maka pelaksanaan Gerakan Sayang Ibu (GSI) perlu disesuaikan agar
dapat bersinergi dan terintegrasi dengan program dan kegiatan lain yang ada
pada daerah. Oleh karena itu diperlukan Revitalisasi Gerakan Sayang Ibu (GSI).
Revitalisasi Gerakan Sayang Ibu (GSI) adalah upaya pengembangan Gerakan
Sayang Ibu (GSI) melalui upaya ekstensifikasi, intensifikasi dan institusionalisasi.
A. PENGERTIAN
Gerakan sayang Ibu (GSI) adalah gerakan yang mengembangkan kualitas
perempuan utamanya melalui percepatan penurunan angka kematian ibu yang
dilaksanakan bersama-sama oleh pemerintah dan masyarakat dalam rangka
meningkatkan sumber daya manusia dengan meningkatkan pengetahuan,
kesadaran, dan kepedulian dalam upaya integrative dan sinergis.
GSI didukung pula oleh Aliansi Pita Putih (White Ribbon Alliance) yaitu
suatu aliansi yang ditujukan untuk mengenang semua wanita yang meninggal
karena kehamilan dan melahirkan. Pita putih merupakan symbol kepedulian
terhadap keselamatan ibu yang menyatukan individu, organisasi dan masyarakat
yang bekerjasama untuk mengupayakan kehamilan dan persalinan yang aman
bagi setiap wanita.
GSI diharapkan dapat menggerakkan masyarakat untuk aktif terlibat
dalam kegiatan seperti membuat tabulin, pemetaan bumil dn donor darah serta
ambulan desa. Untuk mendukung GSI, dikembangkan juga program suami SIAGA
dimana suami sudah menyiapkan biaya pemeriksaan dan persalinan, siap
mengantar istri ke tempat pemeriksaan dan tempt persalinan serta siap menjaga
dan menunggui saat istri melahirkan.
Pertama
Kedua
Gerakan
Sayang
Ibu
mempunyai
tujuan
untuk
Menurunkan angka kematian ibu karena hamil, melahirkan dan nifas serta
menurunkan angka kematian bayi.
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
Tidak langsung
: Sektor terkait
Institusi kesehatan
Institusi Masyarakat
Tokoh masyarakat dan agama
Kaum bapak/pria
Media massa
b)
c)
nsur Opersional
d.
nsur Pendukung
Menyusun rencana kerja dalam rangka menurunkan AKI dan AKB serta
mengumpulkan dana untuk ambulance kecamatan dan tabulin.
b)
Advokasi kepada TOMA, TOGA dan TOPOL dapat mendukung GSI wilayah
tersebut.
c)
Penyuluhan kepada keluarga serta bumil, bulin, bufas dan ibu yang mempunyai
bayi di masyarakat.
d)
Mengumpulkan data informasi bumil, bulin, bufas dan bayi yang dilakukan.
e)
Memberikan tanda pada bumil beresiko tinggi untuk kemudian dipantau dan di
informasikan ke bidan puskesmas.
f)
Membantu merujuk.
d)
1.
2.
3.
4.
Memeriksakan ibu hamil di sarana kesehatan atau bidan terdekat minimal 4 kali
4.
5.
6.
1.
2.
merencanakan
mempertimbangkan
kesehatan
jumlah
istri
anak,
serta
waktu
memberi
mengandung
peluang
istri
dengan
untuk
4.
Memperhatikan makanan ibu hamil dan menghindarkan ibu hamil bekerja keras
2.
3.
Hambatan
Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah baik dengan GSI ataupun Safe
Motherhood telah memungkinkan ditambahnya sarana dan prasarana untuk
mengajak ibu hamil dan melahirkan makin dekat pada pelayanan medis yang
bermutu.
Akan tetapi GSI juga menemui hambatan dalam pelaksanaannya, antara lain :
1.
Secara Struktural
Secara Kultural
Masih
kuatnya
anggapan/pandangan
masyarakat
bahwa
kehamilan
dan
3.
Aman, berdasarkan fakta, dan memberi konstribusi pada keselamatan jiwa ibu
4.
5.
6.
Membantu ibu agar merasa aman, nyaman dan didukung secara emosional
7.
8.
Mendorong ibu dan keluarga agar menjadi peserta aktif dalam membuat
keputusan setelah mendapat penjelasan mengenai asuhan yang akan mereka
dapatkan
9.
Penggunaan
obat-obatan
atau
prosedur
pengobatan
selama
kehamilan,
Kehamilan dan persalinan merupakan suatu proses normal., alamiah dan sehat.
Sebagai bidan kita harus mendukung dan melindungi proses persalinan. Sebagai
bidan kita yakin bahwa model asuhan kebidanan, mendukung dan melindungi
proses persalinan normal dan merupakan cara yang paling sesuai bagi mayoritas
kaum ibu selama kehamilan dan persalinan.
Jika layanan diberikan dengan penuh hormat dan rasa peduli yang peka sesuai
kebutuhan ibu serta memberikan rasa percaya yang besar, maka ibu akan lebih
memilih asuhan yang seperti ini dan merekomendasikan hal ini pada ibu-ibu
yang lain.
Menawarkan suatu askes kepada semua ibu yang sedang melahirkan untuk
mendapatkan
seseorang
yang
akan
menemani
(suami,anak-anak,teman)
3.
4.
5.
Merumuskan kebijakan dan prosedur yang jelas untuk pemberian asuhan yang
berkesinambungan (yakni, berkomunikasi dengan pemberi asuhan sebelumnya
rujukan sudah terjadi, dan menghubungkan ibu dengan nara sumber masyarakat
yang
mungkin
ia
perlukan,
misalnya
konseling
pemberian
ASI/keluarga
berencana.
6.
Pencukuran
Enema
IV (Intravena)
CIMS menyatakan bahwa lndasan filosofis dari suhan saying ibu adalah sebagai
berikut :
1. Kelahiran adalah suatu proses alamiah
Kelahiran adalah suatu proses normal, alamiah dan sehat. Sebagai bidan, kita
harus mendukung dan melindungi proses kelahiran tersebut. Sebgai bidn kita
percaya bahwa model asuhan kebidanan yang mendukung dan melindungi
proses normal dari kelahiran, adalah yang paling sesuai bagi sebagian besar
wanita selama masa kehamilan dan kelahiran.
2. Pemberdayaan
Ibu-ibu beserta keluarganya memiliki kearifan dan lebih memahami apa yang
mereka perlukan untuk bisa melahirkan. Keyakinan dan kemampuan seorang
wanita untuk melahirkan dan mengasuh bayinya akan diperkuat atau diperlemah
oleh setiap orang yang turut memberi asuhan, serta oleh lingkungan dimana ia
melahirkan.
Jika kita bersifat negative dan megeritik, hal itu akan dapat mempengaruhi
sorang ibu. Bahkan dapat juga mempengaruhi lamanya proses persalinan
tersebut. Sebagai bidan kita harus mendukung wanita yang sedang melahirkan
dan
bukan
untuk
mengendalikan
proses
kelahiran
tersebut.
Kita
harus
menghormati bahwa ibu tersebut merupakan actor utama dan bahwa si pemberi
asuhan merupakan actor pendukung Selma proses persalinan tersebut.
3. Otonomi
Ibu beserta keluarganya memerlukan informasi agar supya mereka bisa
membuat keputusan yang sesuai dengan keinginannnya. Kita harus mengetahui
dan menjelaskan informsi secara benar tentang resiko dan keuntungan dari
semua prosedur, obat-obtan, dan tes. Kita juga harus mendukung ibu untuk
membuat keputusan sesuai pilihannya sendiri mengenai apa yang terbaik
apapun.
Asuhan
selama
kehamilan,
melahirkan
dan
masa
5. Tanggung Jawab
Setiap pemberi asuhan bertabggung jawab atas kualitas yang diberikannya.
Praktek suhan persalinan seharusnya tidak didasari pada kebutuhan si pemberi
asuhan tetapi semata-mata untuk kebutuhan ibu dan bayi. Asuhan berkualitas
tinggi yang berfokus pada klien, dan bersifat saying ibu yang berdasarkan pada
penelitian ilmiah merupakan tanggung jawb dari setiap bidan.
Pengertian
Gerakan
Sayang
Ibu
adalah
Suatu
Gerakan
yang
untuk
meningkatkan
kualitas
hidup
B.
1.
dan
melindungi
proses
normal
dari
Pemberdayaan
Ibu-ibu beserta keluarganya memiliki kearifan dan lebih
memahami
apa
yang
mereka
perlukan
untuk
bisa
melahirkan
dan
mengasuh
bayinya
akan
Otonomi
Ibu
beserta
keluara
memerluakan
informasi
agar
tentang
resiko
dan
keuntunga
dari
semua
5.
Tanggung jawab
Setiap pemberi asuhan bertanggung jaab atas kualitas
asuhan yang diberikanya. Asuhan berkualitas tinggi
yanng terfokus pada kllien dan bersifat sayang ibu yang
berdasarkan penelituan ilmiah merupakan tanggung
jawab dari semua bidan.
C.
yang
menyebabkan
kematian
ibu
dan
Mekanisme
rjukan
sehingga
keterlambatan
4.
dalam
upaya
pendataan
ibu
hamil
dan
pelayanan kesehatan
5.
D.
1.
2.
3.
4.
5.
E.
1.
2.
3.
5.
6.
F.
Sasaran GSI
Sasaran langsung Gerakan Sayang Ibu adalah ibu
sebelum hamil/WUS, ibu hamil, ibu nifas, dan keluarga
ibu hamil (suami, orang tua, mertua). Sasaran tidak
langsung Gerakan Sayang Ibu, yaitu sebagai berikut.
1.
2.
3.
4.
G.
Pengorganisasian GSI
Pengorganisasian Gerakan Sayang Ibu dilakukan:
1.
2.
: Camat
Sekretaris
: Lurah
H.
1.
2.
3.
I.
Kegiatan GSI
Kegiatan GSI meliputi:
1.
a.
b.
Kegiatan operasional.
Pembentukan kelompok kerja GSI dengan
pembentukan satuan tugas kecamatan sayang ibu dan
satuan tugas kelurahan sayang ibu.
Penyusunan rencana kerja terpadu, terutama:
c.
d.
2.
a.
b.
Perencanaan kehamilan
c.
Pejabat pemerintah
Petugas kesehatan
3.
a.
Tingkat kelurahan
b.
Tingkat kecamatan
Membentuk satuan tugas GSI
Menyusun rencana kerja kecamatan sayang ibu dan
menggalakan tabulin serta menyampaikan rencana
kerja ke kelompok kerja (pokja) GSI kota/ kabupaten
1.
Pembinaan
Aspek yang harus dibina, adalah sebagai berikut
a.
b.
c.
2.
Pemantauan
Pemantauan dilaksanakan dengan:
a.
b.
c.
3.
Penilaian
a.
b.
c.
d.
J.
1.
2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
K.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
L.
1.
2.
Mengenai Saya