Anda di halaman 1dari 7

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS DISI
JL. Wates, km 4,5
Email : trainingdisi@gmail.com

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS DISI


NOMOR ……………………….TAHUN ………..

TENTANG
PELAYANAN KLINIS TENTANG PENGKAJIAN, RENCANA ASUHAN,
PEMBERIAN ASUHAN DAN PENDIDIKAN PASIEN/KELUARGA DI PUSKESMAS
DISI

KEPALA PUSKESMAS DISI,


Menimbang : a. Bahwa proses kajian pasien merupakan proses yang
berkesinambungan dan dinamis, baik untuk pasien
rawat jalan maupun rawat inap, proses pasien
menentukan asuhan yang akan dilakukan;
b. bahwa untuk menyelenggarakan pengkajian, rencana
asuhan dan pemberian asuhan di puskesmas yang
bermutu maka asuhan pasien diberikan oleh tenaga
sesuai dengan kompetensi lulusan dengan kejelasan
perincian wewenang menurut peraturan perundang-
undangan;
c. bahwa sehubungan dengan butir a dan b tersebut di atas
perlu menetapkan Keputusan Kepala Puskesmas Disi
tentang pelayanan klinis tentang pengkajian, rencana
asuhan, pemberian asuhan dan pendidikan
pasien/keluarga di puskesmas disi;

Mengingat : 1. Undang - undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun


2004 tentang Praktik Kedokteran;
2. Undang - undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
27 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
43 Tahun 2019 Tentang Puskesmas;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 14 Tahun 2021
tentang Standar Kegiatan Usaha dan Produk pada
Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko
Sektor Kesehatan;
7. Peraturan Menteri Kesehatan No. 34 Tahun 2022 tentang
Akreditasi Pusat Kesehatan Masyarakat, Klinik,
Laboratorium Kesehatan, Unit Transfusi Darah, Tempat
Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat Praktik Mandiri
Dokter Gigi;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/1186/2022 Tentang Panduan Praktik
Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Tingkat Pertama;
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/165/2023 Tentang Standar
Akreditasi Puskesmas;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS DISI TENTANG


PELAYANAN KLINIS TENTANG PENGKAJIAN, RENCANA
ASUHAN, PEMBERIAN ASUHAN DAN PENDIDIKAN
PASIEN/KELUARGA DI PUSKESMAS DISI.
KESATU : Pelayanan klinis tentang pengkajian, rencana asuhan,
pemberian asuhan dan pendidikan pasien/keluarga di
puskesmas dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten
sesuai dengan kewenangan klinis yang dimilikinya.
KEDUA : Ketentuan tentang pelayanan klinis tentang pengkajian,
rencana asuhan, pemberian asuhan dan pendidikan
pasien/keluarga di puskesmas disi sebagaimana yang
dimaksud pada pada diktum kesatu dimuat dalam lampiran
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
keputusan Puskesmas Disi.
KETIGA : Pada saat keputusan ini berlaku, Keputusan Kepala
Puskesmas Disi Nomor 440.1/ /2022 tentang pelayanan
klinis tentang pengkajian, rencana asuhan, pemberian
asuhan dan pendidikan pasien/keluarga di puskesmas disi
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
KEEMPAT : Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan
ketentuan apabila terdapat kekeliruan akan diadakan
perbaikan/perubahan sebagai mana mestinya.

Ditetapkan di Magelang
pada tanggal ………………………..

KEPALA PUSKESMAS DISI,

NAMA
LAMPIRAN
KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS
NOMOR ……………
TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN KLINIS DI
PUSKESMAS DISI

PELAYANAN KLINIS TENTANG PENGKAJIAN, RENCANA ASUHAN,


PEMBERIAN ASUHAN DAN PENDIDIKAN PASIEN/KELUARGA DI
PELAYANAN KLINIS DI PUSKESMAS DISI

a) Kajian pasien meliputi:


(1) mengumpulkan data dan informasi tentang kondisi
fisik, psikologis, status sosial, dan riwayat penyakit.
Untuk mendapatkan data dan informasi tersebut,
dilakukan anamnesis (data subjektif = S) serta
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (data
objektif = O);
(2) analisis data dan informasi yang diperoleh yang
menghasilkan masalah, kondisi, dan diagnosis untuk
mengidentifikasi kebutuhan pasien (asesmen atau
analisis = A); dan
(3) membuat rencana asuhan (perencanaan asuhan = P),
yaitu menyusun solusi untuk mengatasi masalah atau
memenuhi kebutuhan pasien.
b) Pada saat pasien pertama kali diterima, dilakukan kajian
awal, kemudian dilakukan kajian ulang secara
berkesinambungan baik pada pasien rawat jalan maupun
pasien rawat inap sesuai dengan perkembangan kondisi
kesehatannya.
c) Kajian awal dilakukan oleh tenaga medis,
keperawatan/kebidanan, dan tenaga dari disiplin yang lain
meliputi status fisis/neurologis/mental, psikososiospiritual,
ekonomi, riwayat kesehatan, riwayat alergi, asesmen nyeri,
asesmen risiko jatuh, asesmen fungsional (gangguan fungsi
tubuh), asesmen risiko gizi, kebutuhan edukasi, dan
rencana pemulangan.
d) Pada saat kajian awal perlu diperhatikan juga apakah
pasien mengalami kesakitan atau nyeri. Nyeri adalah
bentuk pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan yang berhubungan dengan adanya
kerusakan jaringan atau cenderung akan terjadi kerusakan
jaringan atau suatu keadaan yang menunjukkan
kerusakan jaringan.

e) Kajian pasien dan penetapan diagnosis hanya boleh


dilakukan oleh tenaga profesional yang kompeten. Tenaga
profesional yang kompeten adalah tenaga yang dalam
melaksanakan tugas profesinya dipandu oleh standar dan
kode etik profesi serta mempunyai kompetensi sesuai
dengan pendidikan dan pelatihan yang dimiliki yang dapat
dibuktikan dengan adanya sertifikat kompetensi.
f) Proses kajian tersebut dapat dilakukan secara individual
atau jika diperlukan dilakukan oleh tim kesehatan
antarprofesi yang terdiri atas dokter, dokter gigi, perawat,
bidan, dan tenaga kesehatan pemberi asuhan yang lain
sesuai dengan kebutuhan pasien. Jika dalam pemberian
asuhan diperlukan tim kesehatan, harus dilakukan
koordinasi dalam penyusunan rencana asuhan terpadu.
g) Pasien mempunyai hak untuk mengambil keputusan
terhadap asuhan yang akan diperoleh.
h) Salah satu cara melibatkan pasien dalam pengambilan
keputusan tentang pelayanan yang diterimanya adalah
dengan cara memberikan informasi yang mengacu pada
peraturan perundang-undangan (informed consent). Dalam
hal pasien adalah anak di bawah umur atau individu
yang tidak memiliki kapasitas untuk membuat keputusan
yang tepat, pihak yang memberi persetujuan mengacu pada
peraturan perundang-undangan. Pemberian informasi yang
mengacu pada peraturan perundang-undangan itu dapat
diperoleh pada berbagai titik waktu dalam pelayanan,
misalnya ketika pasien masuk rawat inap dan sebelum
suatu tindakan atau pengobatan tertentu yang berisiko.
Informasi dan penjelasan tersebut diberikan oleh dokter
yang bertanggung jawab yang akan melakukan tindakan
atau dokter lain apabila dokter yang bersangkutan
berhalangan, tetapi tetap dengan sepengetahuan dokter
yang bertanggung jawab tersebut.

i) Pasien atau keluarga terdekat pasien diberi peluang untuk


bekerja sama dalam menyusun rencana asuhan klinis yang
akan dilakukan.

j) Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil kajian yang


dinyatakan dalam bentuk diagnosis dan asuhan yang akan
diberikan, dengan memperhatikan kebutuhan biologis,
psikologis, sosial, spiritual, serta memperhatikan nilai
budaya yang dimiliki oleh pasien, juga mencakup
komunikasi, informasi, dan edukasi pada pasien dan
keluarganya.

k) Perubahan rencana asuhan ditentukan berdasarkan hasil


kajian lanjut sesuai dengan perubahan kebutuhan pasien.
l) Pada kondisi tertentu (misalnya pada kasus penyakit
tuberkulosis (TBC) dengan malanutrisi, perlu penanganan
secara terpadu dari dokter, nutrisionis, dan penanggung
jawab program TBC, pasien memerlukan asuhan terpadu
yang meliputi asuhan medis, asuhan keperawatan, asuhan
gizi, dan asuhan kesehatan yang lain sesuai dengan
kebutuhan pasien.
m) Untuk meningkatkan luaran klinis yang optimal perlu ada
kerja sama antara petugas kesehatan dan pasien/keluarga
pasien. Pasien/keluarga pasien perlu mendapatkan
penyuluhan kesehatan dan edukasi yang terkait dengan
penyakit dan kebutuhan klinis pasien menggunakan
pendekatan komunikasi interpersonal antara pasien dan
petugas kesehatan serta menggunakan bahasa yang
mudah dipahami agar mereka dapat berperan aktif dalam
proses asuhan dan memahami konsekuensi asuhan yang
diberikan.
KEPALA PUSKESMAS DISI,

NAMA

Anda mungkin juga menyukai