PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam melakukan suatu penelitian pengumpulan data merupakan langkah yang amat
penting, karena data yang dikumpulkan akan digunakan untuk pemecahan masalah yang
sedang diteliti atau menguji hipotesis yang dirumuskan. Pengumpulan data merupakan
suatu prosedur yang sistematis dan standar untuk mempeoleh data yang diperlukan, selalu
ada hubungan antara metode pengumpulan data dengan masalah penelitian yang ingin
dipecahkan.
Ada beberapa jenis teknik pengumpulan data yang dapat digunakan oleh peneliti saat
akan
mengumpulakan
data,
diantaranya
adalah
wawancara,
observasi,
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:
1. Apa itu teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan teknik analisis data?
2. Apa saja jenis-jenis dari teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, serta analisis
data?
3. Bagaimana cara melakukan teknik pengumpulan data, instrumen penelitian dan
menganalisis data ?
1
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini, yaitu:
1. Mengetahui pengertian dari teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan
teknik analisis data.
2. Mengetahui jenis-jenis dari teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan
teknik analisis data.
3. Mengetahui cara menggunakan atau melakukan teknik pengumpulan data, instrumen
penelitian, dan teknik analisis data.
BAB II
PEMBAHASAN
wawancara dengan subjek yang diteliti, ia harus mampu mengamati situasi sosial yang terjadi
dalam konteks yang sesungguhnya, ia dapat memfoto fenomena, simbol dan tanda yang
terjadi, ia mungkin pula merekam dialog-dialog yang terjadi. Peneliti tidak akan mengakhiri
fase pe-ngumpulan data sebelum ia yakin bahwa data yang terkumpul dari bermacam sumber
yang berbeda dan terfokus pada situasi sosial yang diteliti, telah mampu menjawab tujuan
penelitian. Dalam konteks ini validitas, reliabilitas dan tri-angulasi (triangulation) telah
dilakukan dengan benar, sehingga ketepatan (ac-curacy) dan kredibilitas (credibility) tidak
diragukan lagi oleh siapapun.
Beberapa teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif adalah sebagai berikut:
1. Wawancara (Interviuwing)
Wawancara merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk mengumpulkan
data penelitian. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa wawancara (interview) adalah
suatu kejadian atau suatu proses interaksi antara pewawancara (interviewer) dengan
sumber informasi atau orang yang diwawancarai (interviewee) melalui komunikasi
langsung. Atau dapat pula dikatakan bahwa wawancara merupakan percakapan tatap
muka (face to fece) antara pewawancara dengan sumber informasi, dimana
pewawancara bertanya langsung tentang sesuatu objek yang diteliti dan telah dirancang
sebelumnya.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WAWANCARA
Ada empat faktor (Warwick- Lininger, 1975), yang menentukan keberhasilan dalam
percakapan tatap muka mauun percakaan melalui media. Lebih-lebih lagi kalau
percakapan itu menyangkut moral dan nilai-nilai. Keempat faktor tersebut adaah
sebagai berikut:
Pewawancara
Beberapa karakteristik yang perlu dimiliki pewawancara :
1) Kemampuan dan keterampilan mewawancarai sumber informasi
2) Kemampuan memahami dan menerima serta merekam hasil wawancara yang
telah dilakukan
3) Karakteristik sosial pewawancara
4) Rasa percaya diri dan motivasi yang tinggi
5) Rasa aman yang dimiliki
Kondisi di atas akan dapat memacu pewawancara untuk mengendalikan diri serta
mampu untuk menyamapaikan pertanyaan dengan baik dan memahami jawaban
yang diberikan oleh sumber informasi.
Sumber Informasi
Beberapa hal yang perlu dan diperlukan dari sumber informasi adalah:
1) Kemampuan memahami/menangkap pertanyaan dan mengolah jawaban dari
pertanyaan yang diajukan pewawancara.
2) Karakteristik sosial (sikap, penampilan, relasi/hubungan) sumber informasi.
3) Kemampuan untuk menyatakan pendapat.
4) Rasa aman dan percaya diri
Dengan keadaan dan patokan di atas, setiap sumber informasi akan dapat
memberikan jawaban yang tepat dan bermanfaat.
Materi Pertanyaan
Keterlaksanaan wawancara dengan baik adalah harapan dari setiap pewawancara.
Karena itu pewawancara perlu menghayati berbagai faktor yang terdapat di dalam
materi pertanyaan sehingga memungkinkan wawancara berjalan dengan baik.
Diantara faktor-faktor yang penting dipahami dalam isi/materi pertanyaan adalah :
1) Tingkat kesukaran materi yang ditanyakan. Materi pertanyaan hendaklah dalam
ruang lingkup kemampuan sumber informasi. Jangan terlalu sukar dan jangan
pula terlalu mudah.
2) Kesensitifan materi pertanyaan. Peneliti hendaklah menyadari sejak dini, hal-hal
yang menyangkut moral, agam, ras atau kedirian tiap sumber informasi yang
selalu mengundang subjektivitas, keengganan atau keenolakan untuk memberi
jawaban. Dalam kaitan itulah jatidiri, kemampuan dan keterampilan peneliti
diuji dan sangat diperlukan. Usahakan materi yang sensitif dijadikan normatif
dan tidak menyinggung kedirian seseorang maupun orang lain.
Situasi Wawancara
Dalam situasi wawancara, sekurang-kurangnya ada empat kondisi yang perlu
mendapat perhatian.
1) Waktu pelaksanaan
2) Tempat pelaksanaan
3) Keadaan lingkungan pada waktu wawancara
4) Sikap masyarakat
c) Dapatkah pewawancara menggali semua data yang diinginkan dan menata atau
merekamnya dengan baik dalam konteks yang sebenarnya?
Andaikata ada pertanyaan yang tertinggal apakah informasi itu mudah diperdapat
kembali?
Seandainya pewawancara tidak dapat menguasai kondisi tersebut diatas, maka situasi
wawancara menjadi tidak menarik dan tidak hidup, sehingga informasi yang di dapat
tidak lengkap dan kurang berarti untuk penelitian yang sedang dilakuakn. Banyak
informsi yang seharusnya dapat dilacak dan diambil, namun karena kekurangmampuan
pewawancara melacak dengan baik atau karena kekurangpercayaan sumber informasi
sebagai sumber informasi, maka informasi tersebut tidak dapat direkam atau tidak
tercatat dengan baik.
Disamping itu beberaa faktor lain yang menyebabkan kesalahan data/informasi adalah
informan/sampel yang diambil kurang tepat atau mungkin juga disebabkan daftar
pertanyaan yang kurang mewakili objek penelitian. Kesalahan itu terjadi pada sumber
informasi yang kurang tepat, antara lain disebabkan oleh : (a) Kesalahan sengaja karena
sumber informasi tidak mengetahui jawabannya atau pertanyaan yang diajukan terlalu
sensitif atau karena ia tidak mau memberi jawaban karena jawaban itu tidak diinginkan
di dalam masyarakat, (b) Kesalah yang tidak disengaja, umpamanya: menyangkut
ketelitian dalam menjawab pertanyaan, dan (c) Kesalahan kebetulan, seperti sumber
informasi lelah dalam menginterpretasikan pertanyaan, kegagalan dalam mengingat
jawaban.
Disamping itu masih mungkin terjadi beberapa kesalahan, ditinjau dari segi
pewawancara, yaitu:
a) Kesalahan dalam bertanya, antara lain merobah kata dalam pertanyaan
b) Kesalahan dalam proses pertanyaan
c) Kesalahan dalam mencatat hasil wawancara
d) Peniruan yang mencolok
e) Kesalahan dalam memelihara motivasi sumber informasi
f) Kesalahan dalam bersikap dan bertingkah laku
JENIS WAWANCARA
Walaupun wawancara merupakan percakapan tatap muka atau wawanmuka, namun
kalau ditinjau dari betuk pertanyaan yang diajukan maka wawancara dapat
dikategorikan atas tiga bentuk yaitu:
Wawancara terencana-terstruktur
Adalah suatu bentuk wawancara dimana pewawancara dalam hal ini peneliti
menyusun secara terinci dan sistematis rencana atau pedoman pertanyaan menurut
pola tertentu dengan menggunakan format yang baku. Dalam hal ini pewawancara
hanya membacakan pertanyaan yang telah disusun dan kemudian mencatat sumber
informasi secara tepat.
Wawancara terencana-tidak terstruktur
5
Ada tiga hal yang perlu mendapat perhatian oleh pengamat dalam pengumpulan
data, yaitu :
Apa yang diamati.
Apabila diamati dan bagaimana mencatatnya.
Berapa banyak kesimpulan pengamat dilibatkan.
Apabila yang diamati itu adalah tingkah laku individu, maka perlu dipertimbangkan
manakah yang menjadi fokus observasi. Simon dan bayer mengemukakan kelas
tingkah laku sebagai berikut:
Afetif.
Kognitif.
Psikomotor.
Prosedur, rutinitas dan kontrol.
Lingkungan fisik observasi.
Struktur sosiologis.
Aktivitas.
Sistem khusus lainnya.
Tetapi kalau dilihat dari pola umum tingkah laku individu, maka apa yang diamati itu
akan menyangkut: (a) tingkah laku non verbal, mencakup gerakan tubuh dan ekpresi
dari individu sesuai dengan kegiatan yang dilakukan, (b) tingkah laku linguistik yang
berkaitan dengan pernyataan isis yang dibicarakan dan struktur percakaan, (c)
tingkah laku khusus dalam hubungan dengan keadaan di sekitar individu, dan (d)
tingkah laku ekstra linguistik seperti kecepatan percakapan, kerasnya percakapan atau
ejaan yang digunakan.
Dalam observasi ada dua pendekatan yang dapat digunakan:
Pendekatan deduktif : peneliti/pengamat mula dengan konsep, dan kemudian
dispesifikasi sehingga menghasilkan bagian tertentu yang ingin diungkapkan.
Oleh karena itu, pendekatan deduktif dilaksanakan apabila peneliti langsung
menerapkan apa yang diamati itu ke dalam kategori tertentu.
Pendekatan induktif : dimulai dari yang khusus, dengan menggunakan indikatorindikator dan berakhir dengan konse. Pendekatan ini menunda definisi atau
konsep sampai beberapa aspek dapat diidentifikasi dengan baik. Kesulitan
pendekatan ini adalah kesukaran dalam menginterpretasikan apa yang diobservasi
sebelumnya, sebab indikator itu tidak langsung diterapkan ke dalam konsep atau
kategori yang telah ditetakan.
2) Tipe-tipe observasi.
Dilihat dari segi terkontrol tidaknya observasi itu maka dapat pula dibedakan atas :
Observasi terkontrol/Observasi terstruktur : peneliti/pengamat menentukan
dengan jelas dan secara ekplisit apa yang diamati. Apa yang diamati itu dirinci
dengan jelas sampai pada bagian-bagian yang sekecil-kecilnya, dengan alokasi
dan penentuan waktu yang tepat dan rigid serta endekatan mana yang sesuai
dengan masing-masing bagian yang diamati.
3) Observasi partisipatif.
Secara sederhana dapat dikemukakan bahwa observasi partisipatif adalah suatu
proses atau suatu cara pengumpulan data dimana peneliti berpengalaman dalam
suatu program secara mendalam, mengamati tingkah laku sebagai sesuatu yang
berlangsung secara alami. Peneliti mencoba mengerti setiap situasi bersama
informan/sumber informasi.
Data dikumpulkan melalui kontak langsung dengan situasi atau realita yang
sebenarnya.
a. Jenis-jenis observasi partisipatif.
Keikutsertaan peneliti dalam kegiatan kelompok sesuai dengan aspek yang
diteliti, tergantung pada teknik mana yang dipilih oleh peneliti tersebut.
Observer berpartisipasi secara utuh : jenis ini menekankan bahwa peneliti
secara alami adalah merupakan anggota dari kelompok/program yang
dijadikan objek penelitian. Ia ikut secara aktif dalam setiap kegiatan dari awal
sampai program berakhir. Ia adalah bagian dari kelompok dan program secara
utuh.
Berpartisipasi sebagai pengamat : tipe ini menekankan bahwa peneliti hanya
berfungsi dalam kelompok sebagai pengamat. Ia diterima oleh kelompok
selama waktu mengamati kegiatan kelompok.
Pengamat sebagai partisipan : peneliti adalah pengamat dan juga sebagai
partisipan. Ia tahu bahwa fungsinya yaitu (1) berpartisipasi secara kreatif
dalam kelompok, namun ia tetap sebagai orang di luar kelompok, (2)
mengumpulkan informasi/data tentang program atau aspek yang ditelitinya.
Pengamat : peneliti/pengumpul data tidak mempunyai peran untuk
berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiata. Ia lebih merupakan pengamat yang
secara diam-diam mengamati atau menghayati program yang sedang
dilaksanakan, walaupun hanya sebagai pengamat lengkap.
b. Kelemahan-kelemahan teknik obserasi artisipatif.
Pencatatan tingkah laku dan kejadian dilakukan sesudah peristiwa berlangsung
karena itu peneliti memikirkan kembali, menciptakan kembali apa yang
sebenarnya terjadi ada waktu kegiatan berlangsung. Hal ini kadang-kadang
menyebabkan terjadinya kekurang-tepatan atau terjadi distorsi dari
data/informasi yang dikumpulkan.
Data yang dikumpulkan adalah persepsi dan reaksi seseorang maka akan
mengalami kesulitan dalam menyusun kesimpulan yang bersifat kuantitatif.
Peneliti hidup dalam periode waktu tertentu bersama sumber informas, maka
ada kecendrungan hilangnya sifat objektif dari peneliti dan munculnya sifat
kebersamaan sebagai anggota kelompok sehingga mengganggu kemurnian
data yang dikumpulkan.
10
Teknik ini membtuhkan waktu yang lama dan biaya yang relatif tinggi,.
Sebagi suatu teknik yang teridentifikasi oleh sumber informasi tentang adanya
pengamat yang terlibat langsung akan menyebabkan anggota sumber informasi
tidak bersifat seadanya lagi.
Sebagi suatu teknik yang tidak teridentifikasi adanya pengamat yang
berpartisipasi,
ada kemungkinan apa
yang dilakukan sumber
informasi/anggota staf kelompok tidak dalam posisi peran formalnya.
4) Pencatat observasi.
Keberhasilan pencatatan semua kejadian dan tingkah laku yang diamati sangat
banyak ditentukan oleh kemampuan pengamat sendiri. Apabila tidak ada gangguan,
rintangan atau hambatan antara engamat dan yang diamati maka pencatatan secara
spontan adalah sesuatu yang tepat untuk digunakan. Pencatatan terhadap suatu objek
yang diamati hendaklah dilakukan secepat mungkin sesudah observasi dilakukan,
selagi apa yang diamati masih segar dalam pikiran pengamat dan disempurnakan
kembali pada waktu berikutnya.
Suatu hal yang perlu diperhatikan lagi adalah objek, individu atau kejadian yang
diamati tidak tahu bahwa pencatatan sedang dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar
supaya objek tersebut tidak bersifat reaktif. Alat bantu yang dapat digunakan dalam
observasi ialah : daftar cek. Daftar cek merupakan sejumlah pertanyaan dengan
alternatif ya atau tidak. Butir pertanyaan itu disusun sesuai dengan apa yang
akan diamati.
3. Dokumen
Dokumen merupakan catatan atau karya seseorang tentang sesuatu yang sudah berlalu.
Dokumen tentang orang atau sekelompok orang, peristiwa atau kejadian dalam situasi
sosial yang sesuai dan terkait dengan fokus penelitian adalah sumber informasi yang
sangat berguna dalam penelitian kualitatif. Dokumen itu dapat berbentuk teks tertulis,
artefacts, gambar maupun foto. Dokumen tertulis dapat pula berupa sejarah kehidupan,
biografi, karya tulis, dan ceritera. Disamping itu ada pula material budaya, atau hasil
karya seni yang merupakan sumber informasi dalam penelitian kualitatif. Dalam
penelitian antropologi dokumen material budaya atau artefacts sangat bermakna, karena
pada dokumen atau material budaya maupun artefacts itu tersimpan nilai-nilai yang
tinggi sesuai dnegan waktu, zaman dan konteksnya.
B. TEKNIK ANALISA DATA
Dalam penelitian kualitatif analisis data yang terbaik dilakukan sejak awal penelitian.
Peneliti tidak boleh menunggu data lengkap terkumpul dan kemudian menganalisisnya.
Peneliti sejak membaca dan menganalisis data yang terkumpul, baik berupa transkrip
interview, catatan lapangan, dokumen atau material lainnya secara kritis analitis sembari
melakukan uji kredibilitas atau pemeriksaan keabsahan data secara kontinyu. Peneliti
kualitatif, jangan sekali-kali membiarkan data penelitiannya menumpuk dan kemudian baru
dilakukan analisis data.
Ketepatan dan keakrutan data yang terkumpul sangat diperlukan, namun tidak dapat pula
dipungkiri bahwa aktor/sumber informasi yang berbeda akan memberikan informasi yang
berbeda pula. Disamping itu, aktifitas dan tempat yang berlainan akan ikut mewarnai data
11
yang terkumpul. Lebih susah lagi kalau peneliti sebagai instrumen pengumpul data yang
kurang tanggap dan membatasi diri dalam melaukan uji kredibilitas/keabsahan data pada
waktu di lapangan.
1. Analisis sebelum ke lapangan
Sebelum ke lapangan analisis data yang telah dilakukan. Hasil studi pendahuluan
maupun data sekunder baik berupa : dokumentasi, buku, karya, foto dan material lainnya
yang diduga berkaitan dengan maslah yang akan diteliti sangat menentukan, terutama sekali
dalam menentukan fokus penelitian.
Fokus penelitian dapat berubah kembali, walaupun peneliti telah turun ke lapangan, dan
akan melakukan pengumpulan data. Namun dalam interaksi dengan aktor (sumber informasi),
aktifitas-aktifitas yang dilakukan dan tempat kejadian yang telah direncanakan, fokus yang
sejak semula diduga masalah yang esensial dan penting untuk diteliti, ternyata masih terdapat
lagi situasi lain yang mendesak dan penting untuk diteliti. Dalam hal yang demikian, perlu
lebih berhati-hati dan teliti lagi dalam memperbaiki atau merubah fokus atau topik penelitian
sehingga tidak terjadi pengulangan karena kekurang hati-hatian penelitian dalam mencari
fokus penelitian yang uptodate, essensial, sangat mendesak dan labih bermakna bagi
kehidupan individu dan masyarakat.
2. Analisis selama di lapangan
Banyak model analisis data yang dapat digunakan sesuai dengan tipe dan strategi
penemuan yang digunakan. Beberapa di antara model tersebut adalah sebagai berikut :
1. Model bogdan dan biklen.
Seperti telah disinggung ada uraian-uraian sebelum ini, analisis data penelitian kualitatif,
bersifat deskriptif, induktif, naratif dan kontinyu. Ini berarti bahwa sejak awal turun ke
lapangan analisis data telah dilakukan. Bahkan telah diantisipasi sebelum turun ke
lapangan, pada saat menyusun penelitian. Sehubungan dengan itu Bigden dan Biklen
(1984) menyarankan beberapa langkah yang perlu diperhatikan, sebagai berikut :
Paksa dan motivasi dirimu untuk membuat keputusan mempersempit studi.
Paksa dan dorong dirimu untuk membuat keputusan agar memusatkan studi.
Kembangkan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat analitis serta terarah pada studi
yang telah ditetapkan.
Rencanakan sesi-sesi pengumpuan data dengan mengingat apa yang ditemukan pada
observasi pendahuluan.
Tulis banyak komentar-komentar pengamat tentang ide-ide anda hasilkan.
Tulis memo kepada dirimu sendiri tentang apa yang anda pelajari.
Uji cobakan ide-ide dan tema-tema tentang subjek kepada informan.
Mulai mengajaki kepustakaan sementara saudara masih di lapangan.
Bermainlah dengan metafora, analogi, dan konsep-konsep.
Cara lain yang dapat digunakan adalah mencoba memunculkan/meningkatkan
hubungan-hubungan konkrit dalam latar tertentu dan kejadian-kejadian yang teramati
dalam setting biasa kepada abstraksi yang lebih tinggi, seperti perubahan kata dalam
suatu pernyataan atau menggunakan kalimat pendek untuk menangkap jiwa
kebersamaan yang bersifat general. Jangan taku berspekulasi selagi menguntungkan
sumber informasi atau aktor.
12
data lain, namun perlu diingat bahwa seandainya menambah data, berarti perlu
dilakukan lagi reduksi, display data dan penarikan kesimpulan berikutnya.
3. Model Spradley.
Rangkaian enelitian Etnografis Spradley mencakup Sekuen Penelitian Maju Bertahap
sebagai berikut :
Menetapkan informan,
Melakukan wawancara terhadap informan,
Membuat catatan etnografis,
Mangajukan pertanyaan deskriptif,
Melakukan analisis wawancara etnografis,
Membuat analisis domain,
Mengajukan pertanyaan struktural,
Membuat analisis taksonomi,
Mengajukan pertanyaan kontras,
Membuat analisis komponensial,
Menemukan tema-tema,
Menulis etnografi.
Berpijak pada sequen penelitian etnografis tersebut, kalau ditarik keluar dari sequen itu
ada lima tahap analisis data penelitian etnografis, yaitu :
a) Analisis wawancara etnografis : merupakan penyelididkan terhadap berbagai hal
yang telah dikonseptualisasikan oleh informan sebelumya. Hal ini dimaksudkan
untuk menemukan berbagai masalah untuk ditanyakan ada wawancara selanjutnya.
b) Analisis domain : memperoleh gambaran umum dan menyeluruh dari objek
penelitian atau situasi sosial. Hal ini didapat setelah melalui pertanyaan umum dan
rinci sebagai kelanjutan analisis wawancara etnografis, sehingga peneliti
menemukan dan menetapkan berbagai domain atau kategori tertentu sebagai pijakan
penelitian selanjutnya. Makin banyak domain yang dipillih makin banyak pula
waktu yang diperlukan untuk penelitian.
- Makna budaya : pada waktu peneliti ingin memberi makna catatan lapangan itu,
peneliti perlu menghayati bahwa antara catatan yang satu dengan yang lain
mungkin mempunyai makna ketersinggungan tersendiri. Oleh karena itu, dalam
menghayati situasi sosial, hendaklah dilihat pula dalam konteks budaya atau
makna budaya yang tersimpan di dalamnya.
- Unsur-unsur domain budaya : (1) istilah cover merupakan istilah atau nama
untuk suatu domain budaya, (2) istilah tercakup merupakan istilah-istilah yang
lebih rinci atau semua kategori lebih kecil yang tercakup dalam domain budaya
tersebut, (3) hubungan semantik merupakan hubungan dalam satu kategori
tunggal, dan hubungan satu dengan yang lain dalam dua kategori dalam upaya
menemukan domain budaya.
- Langkah-langkah analisis domain : (1) memilih satu hubungan semantik tunggal,
(2) menyiapkan satu lembar kerja analisis, (3) memilih sampel dari sebuah entri
lapangan atau pernyataan informan, (4) cari istilah cover dan istilah tercakup
14
yang mungkin melengkapi hubungan semantik, (5) ulangi pencarian domaindomain menggunakan hubungan semantik yang berbeda, (6) buat sebuah daftar
semua domain yang sudah teridentifikasi.
c) Analisis taksanomi : adalah menjabarkan domain-domain yang dipilih menjadi lebih
rinci untuk mengetahui struktur internalnya, setelah melakukan kegiatan
mengajukan pertanyaan struktural. Hal ini dilakukan melalui observasi dan
wawancara terseleksi. Adapun langkah-langkah anaisis taksonomi yaitu : (1) pilihlah
satu domain untuk analisis taksonomi, (2) melihat kesamaan berdasarkan hubungan
semantik yang sama, (3) mencari sub bagian yang memungkinkan didapat beberapa
istilah tercakup tambahan, (4) mencari domain yang lebih luas, lebih inklusif yang
dapat masuk ke dalam sub bagian dari domain yang sedang anda analisis, (5) buatlah
sebuah taksonomi sementara, (6) formulasikan pertanyaan struktural untuk
membuktikan berbagai hubungan taksonomik dan memperoleh berbagai istilah baru
dalam analisis anda, (7) lakukan wawancara struktural tambahan, (8) buatlah satu
taksonomi lengkap.
d) Analisis komponensial : yaitu mencari ciri-ciri spesifik pada setiap struktur internal
dengan mengontraskan antar elemen. Hal ini dilakukan setelah melaksanakan
mengajukan pertanyaan kontras antar elemen. Pertanyaan kontras itu dapat
dilakukan dalam beberapa bentuk, antara lain: (1) pertanyaan untuk membuktikan
perbedaan, (2) pertanyaaan perbedaan langsung, (3) pertanyaan perbedaan diadik,
(40 pertanyaan perbedaan triadik, (5) pertanyaan yang memilih rangkaian kontras,
dan (6) pertanyaan bertingkat. Agar analisis komponensial dilakukan dengan benar,
ikuti langkah-langkah sebagai berikut :
- Pilihlah suatu rangkaian kontras untuk dianalisis.
- Temukan semua kontras yang telah ditemukan sebelumnya.
- Siapkan suatu kertas kerja paradigma.
- Identifikasi dimensi-dimensi kontras yang mempunyai nilai kembar.
- Gabungkan dimensi-dimensi kontras yang sangat terkait menjadi dimensi
kontras yang mempunyai nilai ganda.
- Siapkan pertanyaan kontras untuk memperoleh atribut-atribut yang hilang serta
dimensi-dimensi kontras yang baru.
- Lakukan observasi dan wawancara selektif untuk memperoleh informasi yang
diperlukan.
- Siapkan suatu paradigma yang lengkap.
e) Analisis tema : yaitu mencari hubungan diantara domain secara keseluruhan serta
dikaitkan dengan tema-tema budaya secara keseluruhan yang menjadi fokus
penelitian. Tema-tema budaya dalam hal ini merupakan prinsip-prinsip kognitif yang
bersifat tersirat maupun tersurat, berulang dalam sejumlah domain dan bereran
sebagai suatu hubungan diantara berbagai subsistem dalam makna budaya. Beberapa
cara yang dapat digunakan etnografer dalam menemukan tema-tema budaya adalah
sebagai berikut :
- Melebur dalam kehidupan masyarakat.
- Membuat inventaris budaya.
- Mencari kemiripan diantara berbagai dimensi kontras.
- Mengidentifikasi domain-domain yang mengatur.
- Membuat diagram skematis tentang latar budaya.
15
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pengumpulan data suatu prosedur yang sistematis dan standar untuk mempeoleh
data yang diperlukan, selalu ada hubungan antara metode pengumpulan data dengan
masalah penelitian yang ingin dipecahkan. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam
berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari segi cara atau
teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan
interview (wawancara), observasi (pengamatan), dan metode dokumentasi.
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk memperoleh,
mengolah, dan menginterpretasikan informasi yang diperoleh dari para responden yang
dilakukan dengan menggunakan pola ukur yang sama. Instrumen yang baik harus
memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel.
Kegiatan dalam analisis data adalah : mengelompokan data berdasarkan variabel
dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dan seluruh responden,
menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab
rumusan masalah dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis, langkah terakhir
tidak dilakukan.
Analisis data kualitatif bertujuan untuk mempermudah memahami apa yang
terdapat di balik semua data tersebut, mengelompokannya, meringkasnya menjadi suatu
yang kompak dan mudah dimengerti, serta menemukan pola umum yang timbul dari data
tersebut. Terdapat dua macam
penelitian, yaitu statistik deskriptif dan stastistik inferensial. Statistik inferensial meliputi
statistik parametris dan statistik non parametris.
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf, A Muri. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan.
Padang : UNP Press
17