Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam melakukan suatu penelitian pengumpulan data merupakan langkah yang amat
penting, karena data yang dikumpulkan akan digunakan untuk pemecahan masalah yang
sedang diteliti atau menguji hipotesis yang dirumuskan. Pengumpulan data merupakan
suatu prosedur yang sistematis dan standar untuk mempeoleh data yang diperlukan, selalu
ada hubungan antara metode pengumpulan data dengan masalah penelitian yang ingin
dipecahkan.
Ada beberapa jenis teknik pengumpulan data yang dapat digunakan oleh peneliti saat
akan

mengumpulakan

data,

diantaranya

adalah

wawancara,

observasi,

triangulasi/gabungan, dan dokumentasi. Setelah melakukan pengumpulan data dalam


melaksanakan penelitian, peneliti menerapkan teknik penelitian menggunakan instumen
atau alat, agar data yang diperoleh lebih baik. Di dalam penelitian data mempunyai
kedudukan yang paling tinggi, karena data merupakan penggambaran variabel yang
diteliti, dan berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis. Oleh karena itu benar tidaknya
data, sangat menentukan bermutu tidaknya hasil penelitian. Sedangkan benar tidaknya
data, tergantung dari baik tidaknya instrumen pengumpulan data.
Data yang telah terkumpul kemudian dilakukan teknik penelitian menggunakan instrumen
atau alat kemudian data tersebut dianalisis. Analisis data di sini berfungsi untuk mamberi
arti, makna dan nilai yang terkandung dalam data itu. Dalam penelitian kualitatif, analisis
data merupakan kegiatan sebelum atau dipertengahan data dari seluruh reponden atau
sumber data lain terkumpul. Dengan demikian pada makalah ini akan dibahas tentang
teknik pengumpulan data, instrumen penelitian dan teknik analisis data.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:
1. Apa itu teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan teknik analisis data?
2. Apa saja jenis-jenis dari teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, serta analisis
data?
3. Bagaimana cara melakukan teknik pengumpulan data, instrumen penelitian dan
menganalisis data ?
1

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini, yaitu:
1. Mengetahui pengertian dari teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan
teknik analisis data.
2. Mengetahui jenis-jenis dari teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan
teknik analisis data.
3. Mengetahui cara menggunakan atau melakukan teknik pengumpulan data, instrumen
penelitian, dan teknik analisis data.

BAB II
PEMBAHASAN

A. INSTRUMEN DAN TEKNIK PENGUMULAN DATA


Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif peneliti adalah instrumen
penelitian. Keberhasilan dalam pengumpulan data sangat banyak ditentukan oleh kemampuan
peneliti menghayati situasi sosial yang dijadikan fokus penelitian. Ia dapat melakukan
2

wawancara dengan subjek yang diteliti, ia harus mampu mengamati situasi sosial yang terjadi
dalam konteks yang sesungguhnya, ia dapat memfoto fenomena, simbol dan tanda yang
terjadi, ia mungkin pula merekam dialog-dialog yang terjadi. Peneliti tidak akan mengakhiri
fase pe-ngumpulan data sebelum ia yakin bahwa data yang terkumpul dari bermacam sumber
yang berbeda dan terfokus pada situasi sosial yang diteliti, telah mampu menjawab tujuan
penelitian. Dalam konteks ini validitas, reliabilitas dan tri-angulasi (triangulation) telah
dilakukan dengan benar, sehingga ketepatan (ac-curacy) dan kredibilitas (credibility) tidak
diragukan lagi oleh siapapun.
Beberapa teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif adalah sebagai berikut:
1. Wawancara (Interviuwing)
Wawancara merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk mengumpulkan
data penelitian. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa wawancara (interview) adalah
suatu kejadian atau suatu proses interaksi antara pewawancara (interviewer) dengan
sumber informasi atau orang yang diwawancarai (interviewee) melalui komunikasi
langsung. Atau dapat pula dikatakan bahwa wawancara merupakan percakapan tatap
muka (face to fece) antara pewawancara dengan sumber informasi, dimana
pewawancara bertanya langsung tentang sesuatu objek yang diteliti dan telah dirancang
sebelumnya.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WAWANCARA
Ada empat faktor (Warwick- Lininger, 1975), yang menentukan keberhasilan dalam
percakapan tatap muka mauun percakaan melalui media. Lebih-lebih lagi kalau
percakapan itu menyangkut moral dan nilai-nilai. Keempat faktor tersebut adaah
sebagai berikut:
Pewawancara
Beberapa karakteristik yang perlu dimiliki pewawancara :
1) Kemampuan dan keterampilan mewawancarai sumber informasi
2) Kemampuan memahami dan menerima serta merekam hasil wawancara yang
telah dilakukan
3) Karakteristik sosial pewawancara
4) Rasa percaya diri dan motivasi yang tinggi
5) Rasa aman yang dimiliki
Kondisi di atas akan dapat memacu pewawancara untuk mengendalikan diri serta
mampu untuk menyamapaikan pertanyaan dengan baik dan memahami jawaban
yang diberikan oleh sumber informasi.

Sumber Informasi
Beberapa hal yang perlu dan diperlukan dari sumber informasi adalah:
1) Kemampuan memahami/menangkap pertanyaan dan mengolah jawaban dari
pertanyaan yang diajukan pewawancara.
2) Karakteristik sosial (sikap, penampilan, relasi/hubungan) sumber informasi.
3) Kemampuan untuk menyatakan pendapat.
4) Rasa aman dan percaya diri
Dengan keadaan dan patokan di atas, setiap sumber informasi akan dapat
memberikan jawaban yang tepat dan bermanfaat.

Materi Pertanyaan
Keterlaksanaan wawancara dengan baik adalah harapan dari setiap pewawancara.
Karena itu pewawancara perlu menghayati berbagai faktor yang terdapat di dalam
materi pertanyaan sehingga memungkinkan wawancara berjalan dengan baik.
Diantara faktor-faktor yang penting dipahami dalam isi/materi pertanyaan adalah :
1) Tingkat kesukaran materi yang ditanyakan. Materi pertanyaan hendaklah dalam
ruang lingkup kemampuan sumber informasi. Jangan terlalu sukar dan jangan
pula terlalu mudah.
2) Kesensitifan materi pertanyaan. Peneliti hendaklah menyadari sejak dini, hal-hal
yang menyangkut moral, agam, ras atau kedirian tiap sumber informasi yang
selalu mengundang subjektivitas, keengganan atau keenolakan untuk memberi
jawaban. Dalam kaitan itulah jatidiri, kemampuan dan keterampilan peneliti
diuji dan sangat diperlukan. Usahakan materi yang sensitif dijadikan normatif
dan tidak menyinggung kedirian seseorang maupun orang lain.

Situasi Wawancara
Dalam situasi wawancara, sekurang-kurangnya ada empat kondisi yang perlu
mendapat perhatian.
1) Waktu pelaksanaan
2) Tempat pelaksanaan
3) Keadaan lingkungan pada waktu wawancara
4) Sikap masyarakat

Keempat komponensial tersebut saling berpengaruh dan berinteraksi sehingga


menunjang dan mungkin juga menghambat pencapaian tujuan wawancara. Apabila
semua komponensial berfungsi dengan baik sesuai dengan fungsinya masing-masing
maka tujuan wawancara akan tercapai dengan baik, sebaliknya apabila banyak
komponensial yang tidak berfungsi, maka wawancara yang dilakukan akan mengalami
kelambanan dan mungkin juga tidak berhasil. Namun perlu digarisbawahi bahwa secara
terinci keberhasilan dalam pengumpulan data dari sumber informasi sangat ditentukan
oleh kemampuan pewawancara untuk memancing, menggali, dan mengikutsertakan
sumber informasi sehingga ia tertarik dan terlibat secara aktif serta mampu
menyampaikan informasi yang sebenarnya.
Dalam kaitan itu, pewawancara hendaklah mampu menjawab pertanyaan berikut:
a) Dapatkah pewawancara menciptakan hubungan yang akurat dan menyenangkan
dengan sumber informasi?
Apabila pewawancara mamu menciptakan situasi dan hubungan yang akrab maka
sumber informasi akan percaya dan akan siap merespon dengan baik.
b) Mampukah pewawancara menyampaikan pertanyaan dengan baik, tepat dan sesuai
dengan kemampuan serta tingkat pemahamn sumber informasi?
Andaikata pewawancara mampu bertanya dengan baik, maka ia akan mendapat nilai
tambah dibandingkan pewawancara lain yang kurang mampu. Lebih-lebih lagi kalau
pewawancaranya kaku dan kurang menarik.

c) Dapatkah pewawancara menggali semua data yang diinginkan dan menata atau
merekamnya dengan baik dalam konteks yang sebenarnya?
Andaikata ada pertanyaan yang tertinggal apakah informasi itu mudah diperdapat
kembali?
Seandainya pewawancara tidak dapat menguasai kondisi tersebut diatas, maka situasi
wawancara menjadi tidak menarik dan tidak hidup, sehingga informasi yang di dapat
tidak lengkap dan kurang berarti untuk penelitian yang sedang dilakuakn. Banyak
informsi yang seharusnya dapat dilacak dan diambil, namun karena kekurangmampuan
pewawancara melacak dengan baik atau karena kekurangpercayaan sumber informasi
sebagai sumber informasi, maka informasi tersebut tidak dapat direkam atau tidak
tercatat dengan baik.
Disamping itu beberaa faktor lain yang menyebabkan kesalahan data/informasi adalah
informan/sampel yang diambil kurang tepat atau mungkin juga disebabkan daftar
pertanyaan yang kurang mewakili objek penelitian. Kesalahan itu terjadi pada sumber
informasi yang kurang tepat, antara lain disebabkan oleh : (a) Kesalahan sengaja karena
sumber informasi tidak mengetahui jawabannya atau pertanyaan yang diajukan terlalu
sensitif atau karena ia tidak mau memberi jawaban karena jawaban itu tidak diinginkan
di dalam masyarakat, (b) Kesalah yang tidak disengaja, umpamanya: menyangkut
ketelitian dalam menjawab pertanyaan, dan (c) Kesalahan kebetulan, seperti sumber
informasi lelah dalam menginterpretasikan pertanyaan, kegagalan dalam mengingat
jawaban.
Disamping itu masih mungkin terjadi beberapa kesalahan, ditinjau dari segi
pewawancara, yaitu:
a) Kesalahan dalam bertanya, antara lain merobah kata dalam pertanyaan
b) Kesalahan dalam proses pertanyaan
c) Kesalahan dalam mencatat hasil wawancara
d) Peniruan yang mencolok
e) Kesalahan dalam memelihara motivasi sumber informasi
f) Kesalahan dalam bersikap dan bertingkah laku

JENIS WAWANCARA
Walaupun wawancara merupakan percakapan tatap muka atau wawanmuka, namun
kalau ditinjau dari betuk pertanyaan yang diajukan maka wawancara dapat
dikategorikan atas tiga bentuk yaitu:
Wawancara terencana-terstruktur
Adalah suatu bentuk wawancara dimana pewawancara dalam hal ini peneliti
menyusun secara terinci dan sistematis rencana atau pedoman pertanyaan menurut
pola tertentu dengan menggunakan format yang baku. Dalam hal ini pewawancara
hanya membacakan pertanyaan yang telah disusun dan kemudian mencatat sumber
informasi secara tepat.
Wawancara terencana-tidak terstruktur
5

Adalah apabila peneliti/pewawancara menyusun rencana wawancara yang mantap,


tetapi tidak menggunakan format dan urutan yang baku.
Wawancara bebas
Berlangsung secara alami, tidak diikat atau diatur oleh suatu pedoman, atau oleh
suatu format yang baku.
ATURAN UMUM WAWANCARA
Beberapa aturan umum yang perlu diperhatikan pewawancara adalah sebagai berikut :
1) Penampilan dan sikap.
2) Pewawancara hendaklah terbiasa dengan model pertanyaan yang akan disampaikan.
3) Ikuti kata-kata dalam pertanyaan dengan tepat.
4) Catat jawaban pertanyaan secara tepat dan benar.
5) Bila jawaban belum jelas, gunakan teknik menjaring, yaitu menggali informasi lebih
dalam sehingga terdapat jawaban yang lebih spesifik, tepat dan makna lebih jelas.
PENYUSUNAN PEDOMAN WAWANCARA
Langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:
1) Melakukan studi literatur untuk memahami dan menjernihkan masalah secara tuntas.
Menentukan domain yang mewakili masalah yang sebenarnya.
Mengidentifikasi sampel secara lebih terinci, termasuk dalam hal ini alamat
sumber informasi serta identitas lainnya.
Menentukan tipe wawancara yang akan digunakan.
2) Menentukan bentuk pertanyaan wawancara.
Apakah menggunakan bentuk langsung atau tidak langsung.
Apakah khusus atau tidak khusus.
Apakah yang ditanyakan fakta atau pendapat.
Apakah berupa pertanyaan atau pernyataan.
3) Menentukan isi pertanyaan wawancara.
Nyatakan pertanyaan dalam urutan yang jelas.
Mulai dari pertanyaan fakta dan sederhana.
Pertanyaan yang kompleks, tunda sampai kegiatan akhir.
Setelah urutan ditentukan, gunakan bahan yang tidak meragukan dalam bentuk
yang khusus sehingga dipahami sumber informasi.
Pewawancara jangan mencoba berkomunikasi sebagai responden karena akan
mengurangi hormat dari sumber informasi.
Hindari pertanyaan yang membimbing.
PROSEDUR WAWANCARA
a) Pewawancara hendaklah menciptakan situasi yang menyenangkan dan sadar akan
fungsinya.
b) Memilih waktu yang tepat.
c) Andaikata pewawancara tidak dapat melaksanakan hari pertama kunjungan
terhadap sumber informasi, bicarakanlah dengan baik, kapan waktu sumber
informasi yang tersedia lagi.
d) Pada waktu wawancara :
6

1. Ikuti tataaturan yang telah ditetapkan dalam petunjuk.


2. Tanyakan pertanyaan dengan hati-hati dan berusahalah agar bersifat informal.
3. Janganlah menyarankan jawaban atau membuat persetujuan atau menolak suatu
jawaban yang diberikan sumber informasi.
4. Janganlah menginterpretasikan suatu pertanyaan.
5. Jangan menambah kata dari pertanyaan yang ada.
6. Ikutilah urutan pertanyaan yang ada dalam pedoman pertanyaan.
7. Jangan bertanya berdasarkan pertanyaan yang telah dihafal.
8. Jangan bersifat reaktif terhadap jawaban sumber informasi.
9. Tugas wawancara mengambil dan mengumpulkan informasi bukan memberi
informasi.
10. Usahakan merekam atau mencatat dengan baik, semua jawaban dari sumber
informasi.
11. Usahakan untuk tidak menceriterakan pertanyaan berikutnya, sebelum
pertanyaan yang diberikan dijawab sumber informasi.
12. Usahakan selama wawancara tidak ada orang lain yang mengganggu
wawancara.
13. Usahakan datang sendirian kepada sumber informasi, kecuali kalau meruakan
suatu tim.
14. Selalulah melakukan konsultasi dengan pembimbing.
15. Usahakan selalu bersikap sabar dan terjauh dari perbuatan emosional.
16. Usahakan untuk selalu wajar dalam tindakan.
17. Usahakan selama wawancara untuk selalu memusatkan perhatian sumber
informasi pada pertanyaan.
18. Pada akhir wawancara, jangan lupa mengucapkan terimakasih kepada sumber
informasi atas bantuannya. Bersamaan dengan itu, perlu diminta kesedian
sumber informasi untuk diwawancarai lagi kalau ada data yang kurang legkap.

KEUNTUNGAN DAN KELEMAHAN WAWANCARA


Beberapa keuntungan penggunaan teknik wawancara dalam pengumpulan data
penelitian sebagai berikut:
a. Berhubung karena pewawancara langsung menemui responden maka response
rate juga lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan kuesioner.
b. Sampel penelitian lebih sesuai dengan rencana karena semua sumber informasi
akan dapat ditemui.
c. Dapat mengumpulkan informasi pelengkap yang akan digunakan untuk
memperkuat pembuktian atau analisis pada penyusunan laporan hasil penelitian.
d. Visualisasi informasi dapat disajikan dan pewawancara dapat memberikan respon
dan meminta informasi lebih terinci dan terarah ada fokus persoalan.
e. Dapat melengkai dan memperbaiki kembali informasi yang kurang atau salah.
f. Dapat menangkap situasi apakah informasi yang diberikan itu informasi spontan
atau sengaja diatur khusus untuk tujuan penelitian itu.
g. Dapat mengontrol jawaban masing-maisng pertanyaan.

h. Pertanyaan-pertanyaan yang sensitif dapat ditanyakan dengan hati-hati kepada


sumber informasi atau dimanipulasi sedemikian rupa sehingga sumber informasi
merasa tidak tersinggung oleh pertanyaan itu.
i. Mudah dirubah. Untuk mendapatkan informasi yang lebih spesifik, pewawancara
dapat merubah situasi dengan mendorong dan memancing sumber informasi
untuk menjawab yang lebih spesifik atau mengajukan pertanyaan tambahan yang
lebih sesuai dengan tujuan.
j. Lebih lengkap. Pewawancara dapat menjamin bahwa semua pertanyaan dijawab
oleh sumber informasi.
Walaupun wawancara merupakan teknik yang tepat sebagai alat pengumpul data
untuk jenis penelitian tertentu, namun banyak pula kelemahan yang perlu
diperhatikan sebelum menggunakan teknik ini. Diantara kelemahan-kelemahan itu
adalah sebagai berikut:
a. Biaya yang diperlukan lebih tinggi.
b. Waktu yang dibutuhkan lebih banyak.
c. Kecondongan (bias) pewawancara.
d. Kurang anonim.
e. Tidak ada kesempatan berkonsultasi.
2. Observasi
Apabila diperhatikan kedua teknik pengumpul data yang telah dibicarakan, jelas bahwa
kedua jenis teknik tersebut hanya dapat mengungkapkan tingkah laku verbal, tetapi
kurang mampu mengungkap tingkah laku non-verbal. Disamping itu, kedua teknik
tersebut lebih mengarah pada penelitian survey dan kurang dapat digunakan untuk
mengatahui atau menyelidiki tingkah laku non-verbal adalah dengan menggunakan
teknik observasi.
Apabila kita mengacu pada fungsi pengamat dalam kelompok kegiatan, maka observasi
dapat dibedakan lagi dalam dua kelompok, yaitu :
a. Participant observer, yaitu suatu bentuk observasi dimana pengamat secara teratur
berpartisipasi dan terlibat dalam kegiatan yang diamati. Dalam hal ini pengamat
mempunyai fungsi ganda, sebagai peneliti yang tidak diketahui dan dirasakan oleh
anggota yang lain, dan kedua sebagai anggota kelompok, peneliti berperan aktif
sesuai dengan tugas yang dipercayakan kepadanya.
b. Non-participation observer, yaitu suatu bentuk observasi dimana pengamta (atau)
tidak terlibat langsung dalam kegiatan kelompok, atau dapat juga dikatakan
perngamat tidak ikut serta dalam kegiatan yang diamatinya.
Kunci keberhasilan observasi sebagai teknik pengumpulan data sangat banyak
ditentukan pengamat sendiri, sebab pengamat melihat, mendengar, mencium atau
mendengarkan suatu objek penelitian dan kemudian ia menyimpulkan dari apa yang
diamati itu. Pengamat adalah kunci keberhasilan dan ketepatan hasil penelitian. Ialah
yang memberi makna tentang apa yang diamatinya dalam realita dan dalam konteks
yang alami; dialah yang bertanya, dan dia pulalah yang melihat bagaimana hubungan
antara satu aspek dengan aspek yang lain pada objek yang diamatinya.
1) Beberapa pertimbangan dalam melakukan observasi.
8

Ada tiga hal yang perlu mendapat perhatian oleh pengamat dalam pengumpulan
data, yaitu :
Apa yang diamati.
Apabila diamati dan bagaimana mencatatnya.
Berapa banyak kesimpulan pengamat dilibatkan.
Apabila yang diamati itu adalah tingkah laku individu, maka perlu dipertimbangkan
manakah yang menjadi fokus observasi. Simon dan bayer mengemukakan kelas
tingkah laku sebagai berikut:
Afetif.
Kognitif.
Psikomotor.
Prosedur, rutinitas dan kontrol.
Lingkungan fisik observasi.
Struktur sosiologis.
Aktivitas.
Sistem khusus lainnya.
Tetapi kalau dilihat dari pola umum tingkah laku individu, maka apa yang diamati itu
akan menyangkut: (a) tingkah laku non verbal, mencakup gerakan tubuh dan ekpresi
dari individu sesuai dengan kegiatan yang dilakukan, (b) tingkah laku linguistik yang
berkaitan dengan pernyataan isis yang dibicarakan dan struktur percakaan, (c)
tingkah laku khusus dalam hubungan dengan keadaan di sekitar individu, dan (d)
tingkah laku ekstra linguistik seperti kecepatan percakapan, kerasnya percakapan atau
ejaan yang digunakan.
Dalam observasi ada dua pendekatan yang dapat digunakan:
Pendekatan deduktif : peneliti/pengamat mula dengan konsep, dan kemudian
dispesifikasi sehingga menghasilkan bagian tertentu yang ingin diungkapkan.
Oleh karena itu, pendekatan deduktif dilaksanakan apabila peneliti langsung
menerapkan apa yang diamati itu ke dalam kategori tertentu.
Pendekatan induktif : dimulai dari yang khusus, dengan menggunakan indikatorindikator dan berakhir dengan konse. Pendekatan ini menunda definisi atau
konsep sampai beberapa aspek dapat diidentifikasi dengan baik. Kesulitan
pendekatan ini adalah kesukaran dalam menginterpretasikan apa yang diobservasi
sebelumnya, sebab indikator itu tidak langsung diterapkan ke dalam konsep atau
kategori yang telah ditetakan.
2) Tipe-tipe observasi.
Dilihat dari segi terkontrol tidaknya observasi itu maka dapat pula dibedakan atas :
Observasi terkontrol/Observasi terstruktur : peneliti/pengamat menentukan
dengan jelas dan secara ekplisit apa yang diamati. Apa yang diamati itu dirinci
dengan jelas sampai pada bagian-bagian yang sekecil-kecilnya, dengan alokasi
dan penentuan waktu yang tepat dan rigid serta endekatan mana yang sesuai
dengan masing-masing bagian yang diamati.

Observasi tidak terkontrol/Observasi terstruktur : memberikan fleksibilitas lebih


besar kepada pengamat dalam melakukan observasi. Fleksibilitas itu antara lain
dalam pengaturan waktu ataupun keadaan di lingkungan observasi itu.

3) Observasi partisipatif.
Secara sederhana dapat dikemukakan bahwa observasi partisipatif adalah suatu
proses atau suatu cara pengumpulan data dimana peneliti berpengalaman dalam
suatu program secara mendalam, mengamati tingkah laku sebagai sesuatu yang
berlangsung secara alami. Peneliti mencoba mengerti setiap situasi bersama
informan/sumber informasi.
Data dikumpulkan melalui kontak langsung dengan situasi atau realita yang
sebenarnya.
a. Jenis-jenis observasi partisipatif.
Keikutsertaan peneliti dalam kegiatan kelompok sesuai dengan aspek yang
diteliti, tergantung pada teknik mana yang dipilih oleh peneliti tersebut.
Observer berpartisipasi secara utuh : jenis ini menekankan bahwa peneliti
secara alami adalah merupakan anggota dari kelompok/program yang
dijadikan objek penelitian. Ia ikut secara aktif dalam setiap kegiatan dari awal
sampai program berakhir. Ia adalah bagian dari kelompok dan program secara
utuh.
Berpartisipasi sebagai pengamat : tipe ini menekankan bahwa peneliti hanya
berfungsi dalam kelompok sebagai pengamat. Ia diterima oleh kelompok
selama waktu mengamati kegiatan kelompok.
Pengamat sebagai partisipan : peneliti adalah pengamat dan juga sebagai
partisipan. Ia tahu bahwa fungsinya yaitu (1) berpartisipasi secara kreatif
dalam kelompok, namun ia tetap sebagai orang di luar kelompok, (2)
mengumpulkan informasi/data tentang program atau aspek yang ditelitinya.
Pengamat : peneliti/pengumpul data tidak mempunyai peran untuk
berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiata. Ia lebih merupakan pengamat yang
secara diam-diam mengamati atau menghayati program yang sedang
dilaksanakan, walaupun hanya sebagai pengamat lengkap.
b. Kelemahan-kelemahan teknik obserasi artisipatif.
Pencatatan tingkah laku dan kejadian dilakukan sesudah peristiwa berlangsung
karena itu peneliti memikirkan kembali, menciptakan kembali apa yang
sebenarnya terjadi ada waktu kegiatan berlangsung. Hal ini kadang-kadang
menyebabkan terjadinya kekurang-tepatan atau terjadi distorsi dari
data/informasi yang dikumpulkan.
Data yang dikumpulkan adalah persepsi dan reaksi seseorang maka akan
mengalami kesulitan dalam menyusun kesimpulan yang bersifat kuantitatif.
Peneliti hidup dalam periode waktu tertentu bersama sumber informas, maka
ada kecendrungan hilangnya sifat objektif dari peneliti dan munculnya sifat
kebersamaan sebagai anggota kelompok sehingga mengganggu kemurnian
data yang dikumpulkan.
10

Teknik ini membtuhkan waktu yang lama dan biaya yang relatif tinggi,.
Sebagi suatu teknik yang teridentifikasi oleh sumber informasi tentang adanya
pengamat yang terlibat langsung akan menyebabkan anggota sumber informasi
tidak bersifat seadanya lagi.
Sebagi suatu teknik yang tidak teridentifikasi adanya pengamat yang
berpartisipasi,
ada kemungkinan apa
yang dilakukan sumber
informasi/anggota staf kelompok tidak dalam posisi peran formalnya.

4) Pencatat observasi.
Keberhasilan pencatatan semua kejadian dan tingkah laku yang diamati sangat
banyak ditentukan oleh kemampuan pengamat sendiri. Apabila tidak ada gangguan,
rintangan atau hambatan antara engamat dan yang diamati maka pencatatan secara
spontan adalah sesuatu yang tepat untuk digunakan. Pencatatan terhadap suatu objek
yang diamati hendaklah dilakukan secepat mungkin sesudah observasi dilakukan,
selagi apa yang diamati masih segar dalam pikiran pengamat dan disempurnakan
kembali pada waktu berikutnya.
Suatu hal yang perlu diperhatikan lagi adalah objek, individu atau kejadian yang
diamati tidak tahu bahwa pencatatan sedang dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar
supaya objek tersebut tidak bersifat reaktif. Alat bantu yang dapat digunakan dalam
observasi ialah : daftar cek. Daftar cek merupakan sejumlah pertanyaan dengan
alternatif ya atau tidak. Butir pertanyaan itu disusun sesuai dengan apa yang
akan diamati.
3. Dokumen
Dokumen merupakan catatan atau karya seseorang tentang sesuatu yang sudah berlalu.
Dokumen tentang orang atau sekelompok orang, peristiwa atau kejadian dalam situasi
sosial yang sesuai dan terkait dengan fokus penelitian adalah sumber informasi yang
sangat berguna dalam penelitian kualitatif. Dokumen itu dapat berbentuk teks tertulis,
artefacts, gambar maupun foto. Dokumen tertulis dapat pula berupa sejarah kehidupan,
biografi, karya tulis, dan ceritera. Disamping itu ada pula material budaya, atau hasil
karya seni yang merupakan sumber informasi dalam penelitian kualitatif. Dalam
penelitian antropologi dokumen material budaya atau artefacts sangat bermakna, karena
pada dokumen atau material budaya maupun artefacts itu tersimpan nilai-nilai yang
tinggi sesuai dnegan waktu, zaman dan konteksnya.
B. TEKNIK ANALISA DATA
Dalam penelitian kualitatif analisis data yang terbaik dilakukan sejak awal penelitian.
Peneliti tidak boleh menunggu data lengkap terkumpul dan kemudian menganalisisnya.
Peneliti sejak membaca dan menganalisis data yang terkumpul, baik berupa transkrip
interview, catatan lapangan, dokumen atau material lainnya secara kritis analitis sembari
melakukan uji kredibilitas atau pemeriksaan keabsahan data secara kontinyu. Peneliti
kualitatif, jangan sekali-kali membiarkan data penelitiannya menumpuk dan kemudian baru
dilakukan analisis data.
Ketepatan dan keakrutan data yang terkumpul sangat diperlukan, namun tidak dapat pula
dipungkiri bahwa aktor/sumber informasi yang berbeda akan memberikan informasi yang
berbeda pula. Disamping itu, aktifitas dan tempat yang berlainan akan ikut mewarnai data
11

yang terkumpul. Lebih susah lagi kalau peneliti sebagai instrumen pengumpul data yang
kurang tanggap dan membatasi diri dalam melaukan uji kredibilitas/keabsahan data pada
waktu di lapangan.
1. Analisis sebelum ke lapangan
Sebelum ke lapangan analisis data yang telah dilakukan. Hasil studi pendahuluan
maupun data sekunder baik berupa : dokumentasi, buku, karya, foto dan material lainnya
yang diduga berkaitan dengan maslah yang akan diteliti sangat menentukan, terutama sekali
dalam menentukan fokus penelitian.
Fokus penelitian dapat berubah kembali, walaupun peneliti telah turun ke lapangan, dan
akan melakukan pengumpulan data. Namun dalam interaksi dengan aktor (sumber informasi),
aktifitas-aktifitas yang dilakukan dan tempat kejadian yang telah direncanakan, fokus yang
sejak semula diduga masalah yang esensial dan penting untuk diteliti, ternyata masih terdapat
lagi situasi lain yang mendesak dan penting untuk diteliti. Dalam hal yang demikian, perlu
lebih berhati-hati dan teliti lagi dalam memperbaiki atau merubah fokus atau topik penelitian
sehingga tidak terjadi pengulangan karena kekurang hati-hatian penelitian dalam mencari
fokus penelitian yang uptodate, essensial, sangat mendesak dan labih bermakna bagi
kehidupan individu dan masyarakat.
2. Analisis selama di lapangan
Banyak model analisis data yang dapat digunakan sesuai dengan tipe dan strategi
penemuan yang digunakan. Beberapa di antara model tersebut adalah sebagai berikut :
1. Model bogdan dan biklen.
Seperti telah disinggung ada uraian-uraian sebelum ini, analisis data penelitian kualitatif,
bersifat deskriptif, induktif, naratif dan kontinyu. Ini berarti bahwa sejak awal turun ke
lapangan analisis data telah dilakukan. Bahkan telah diantisipasi sebelum turun ke
lapangan, pada saat menyusun penelitian. Sehubungan dengan itu Bigden dan Biklen
(1984) menyarankan beberapa langkah yang perlu diperhatikan, sebagai berikut :
Paksa dan motivasi dirimu untuk membuat keputusan mempersempit studi.
Paksa dan dorong dirimu untuk membuat keputusan agar memusatkan studi.
Kembangkan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat analitis serta terarah pada studi
yang telah ditetapkan.
Rencanakan sesi-sesi pengumpuan data dengan mengingat apa yang ditemukan pada
observasi pendahuluan.
Tulis banyak komentar-komentar pengamat tentang ide-ide anda hasilkan.
Tulis memo kepada dirimu sendiri tentang apa yang anda pelajari.
Uji cobakan ide-ide dan tema-tema tentang subjek kepada informan.
Mulai mengajaki kepustakaan sementara saudara masih di lapangan.
Bermainlah dengan metafora, analogi, dan konsep-konsep.
Cara lain yang dapat digunakan adalah mencoba memunculkan/meningkatkan
hubungan-hubungan konkrit dalam latar tertentu dan kejadian-kejadian yang teramati
dalam setting biasa kepada abstraksi yang lebih tinggi, seperti perubahan kata dalam
suatu pernyataan atau menggunakan kalimat pendek untuk menangkap jiwa
kebersamaan yang bersifat general. Jangan taku berspekulasi selagi menguntungkan
sumber informasi atau aktor.
12

2. Model Miles dan Huberman.


Miles dan Huberman menegaskan bahwa dalam penelitian kualitatif, data yang
terkumpul melalui berbagai teknik pengumpulan data yang berbeda-beda, seperti
interviu, observasi, kutipan dan sari dokumen, catatan-catatan melalui tape, terlihat lebih
banyak berupa kata-kata dari pada angka-angka. Oleh karena itu, data tersebut harus
diproses dan dianalisis sebelum dapat digunakan. Miles dan Huberman menawarkan
pola umum analisis dengan mengikuti model alir, dalam kerangka model alir peneliti
melakukan tiga kegiatan analisis data secara serempak yaitu :
Reduksi Data.
Reduksi data menunjuk kepada proses pemilihan, pemokusan, penyederhanaan,
pemisahan, dan pentransformasian data mentah yang terlihat dalam catatancatatan tertulis lapangan. Oleh karena itu reduksi data berlangsung selama kegiatan
penelitian dilaksanakan. Ini berarti pula reduksi data telah dilakukan sebelum
pengumpulan data di lapangan, yaitu pada waktu penyusunan proposal, pada saat
menentukan kerangka konseptual, tempat, perumusan-pertanyaan penelitian, dan
pemilihan pendekatan dalam pengumpulan data.
Reduksi data adalah kegiatan yang tidak terpisahkan dari analisis data. Peneliti
memilih data mana akan diberi kode, mana yang ditarik keluar, dan pola-pola
rangkuman sejumlah potongan-potongan atau apa pengembangan ceritanya
merupakan pilihan-pilihan analitis. Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang
mempertajam, memilih, memfokuskan, membuang, dan mengorganisasikan data
dalam satu cara, dimana kesimpulan akhir dapat digambarkan dan diverifikasi.
Data Display.
Display dalam konteks ini adalah kumpulan informasi yang telah tersusun yang
membolehkan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Data display dalam
kehidupan sehari-hari, atau dalam interaksi sosial masyarakat terasing, maupun
lingkungan belajar di sekolah, atau data display surat kabar, sangat berbeda antara
satu dengan yang lain. Namun dengan melihat tayangan atau data display dari suatu
fenomena akan membantu seseorang memahami apa yang terjadi atau mengerjakan
sesuatu. Kondisi yang demikian, akan membantu pula dalam melakukan analisis
lanjut berdasarkan pemahaman yang bersangkutan.
Bentuk display data dalam penelitian kualitatif yang paling sering adalah teks naratif
dan kejadian atau peristiwa itu terjadi di masa lampau.
Kesimpulan/Verifikasi.
Luasnya dan lengkapnya catatan lapangan, jenis metodologi yang digunakan dalam
pengesahan dan pengolahan data, serta pengalaman peneliti dalam penelitian
kualitatif, akan memberi warna kesimpulan penelitian. Sejak awal peneliti harus
mengambil inisiatif, bukan membiarkan data menjadi rongsokan yang tidak
bermakna. Reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan harus dimulai sejak
awal, inisiatif berada di tangan peneliti, tahap demi tahap kesimpulan telah dimulai
sejak awal. Ini berarti apabila proses sudah benar dan data yang dianalisis telah
memenuhi standar kelayakan dan konfromitas, maka kesimpulan awal yang di ambil
akan dapat dipercayai.
Kesimpulan yang dibuat bukan sekali jadi. Kesimpulan menuntut verifikasi oleh
orang lain yang ahli dalam bidang yang diteliti, atau mungkin jiga mencek dengan
13

data lain, namun perlu diingat bahwa seandainya menambah data, berarti perlu
dilakukan lagi reduksi, display data dan penarikan kesimpulan berikutnya.
3. Model Spradley.
Rangkaian enelitian Etnografis Spradley mencakup Sekuen Penelitian Maju Bertahap
sebagai berikut :
Menetapkan informan,
Melakukan wawancara terhadap informan,
Membuat catatan etnografis,
Mangajukan pertanyaan deskriptif,
Melakukan analisis wawancara etnografis,
Membuat analisis domain,
Mengajukan pertanyaan struktural,
Membuat analisis taksonomi,
Mengajukan pertanyaan kontras,
Membuat analisis komponensial,
Menemukan tema-tema,
Menulis etnografi.
Berpijak pada sequen penelitian etnografis tersebut, kalau ditarik keluar dari sequen itu
ada lima tahap analisis data penelitian etnografis, yaitu :
a) Analisis wawancara etnografis : merupakan penyelididkan terhadap berbagai hal
yang telah dikonseptualisasikan oleh informan sebelumya. Hal ini dimaksudkan
untuk menemukan berbagai masalah untuk ditanyakan ada wawancara selanjutnya.
b) Analisis domain : memperoleh gambaran umum dan menyeluruh dari objek
penelitian atau situasi sosial. Hal ini didapat setelah melalui pertanyaan umum dan
rinci sebagai kelanjutan analisis wawancara etnografis, sehingga peneliti
menemukan dan menetapkan berbagai domain atau kategori tertentu sebagai pijakan
penelitian selanjutnya. Makin banyak domain yang dipillih makin banyak pula
waktu yang diperlukan untuk penelitian.
- Makna budaya : pada waktu peneliti ingin memberi makna catatan lapangan itu,
peneliti perlu menghayati bahwa antara catatan yang satu dengan yang lain
mungkin mempunyai makna ketersinggungan tersendiri. Oleh karena itu, dalam
menghayati situasi sosial, hendaklah dilihat pula dalam konteks budaya atau
makna budaya yang tersimpan di dalamnya.
- Unsur-unsur domain budaya : (1) istilah cover merupakan istilah atau nama
untuk suatu domain budaya, (2) istilah tercakup merupakan istilah-istilah yang
lebih rinci atau semua kategori lebih kecil yang tercakup dalam domain budaya
tersebut, (3) hubungan semantik merupakan hubungan dalam satu kategori
tunggal, dan hubungan satu dengan yang lain dalam dua kategori dalam upaya
menemukan domain budaya.
- Langkah-langkah analisis domain : (1) memilih satu hubungan semantik tunggal,
(2) menyiapkan satu lembar kerja analisis, (3) memilih sampel dari sebuah entri
lapangan atau pernyataan informan, (4) cari istilah cover dan istilah tercakup
14

yang mungkin melengkapi hubungan semantik, (5) ulangi pencarian domaindomain menggunakan hubungan semantik yang berbeda, (6) buat sebuah daftar
semua domain yang sudah teridentifikasi.
c) Analisis taksanomi : adalah menjabarkan domain-domain yang dipilih menjadi lebih
rinci untuk mengetahui struktur internalnya, setelah melakukan kegiatan
mengajukan pertanyaan struktural. Hal ini dilakukan melalui observasi dan
wawancara terseleksi. Adapun langkah-langkah anaisis taksonomi yaitu : (1) pilihlah
satu domain untuk analisis taksonomi, (2) melihat kesamaan berdasarkan hubungan
semantik yang sama, (3) mencari sub bagian yang memungkinkan didapat beberapa
istilah tercakup tambahan, (4) mencari domain yang lebih luas, lebih inklusif yang
dapat masuk ke dalam sub bagian dari domain yang sedang anda analisis, (5) buatlah
sebuah taksonomi sementara, (6) formulasikan pertanyaan struktural untuk
membuktikan berbagai hubungan taksonomik dan memperoleh berbagai istilah baru
dalam analisis anda, (7) lakukan wawancara struktural tambahan, (8) buatlah satu
taksonomi lengkap.
d) Analisis komponensial : yaitu mencari ciri-ciri spesifik pada setiap struktur internal
dengan mengontraskan antar elemen. Hal ini dilakukan setelah melaksanakan
mengajukan pertanyaan kontras antar elemen. Pertanyaan kontras itu dapat
dilakukan dalam beberapa bentuk, antara lain: (1) pertanyaan untuk membuktikan
perbedaan, (2) pertanyaaan perbedaan langsung, (3) pertanyaan perbedaan diadik,
(40 pertanyaan perbedaan triadik, (5) pertanyaan yang memilih rangkaian kontras,
dan (6) pertanyaan bertingkat. Agar analisis komponensial dilakukan dengan benar,
ikuti langkah-langkah sebagai berikut :
- Pilihlah suatu rangkaian kontras untuk dianalisis.
- Temukan semua kontras yang telah ditemukan sebelumnya.
- Siapkan suatu kertas kerja paradigma.
- Identifikasi dimensi-dimensi kontras yang mempunyai nilai kembar.
- Gabungkan dimensi-dimensi kontras yang sangat terkait menjadi dimensi
kontras yang mempunyai nilai ganda.
- Siapkan pertanyaan kontras untuk memperoleh atribut-atribut yang hilang serta
dimensi-dimensi kontras yang baru.
- Lakukan observasi dan wawancara selektif untuk memperoleh informasi yang
diperlukan.
- Siapkan suatu paradigma yang lengkap.
e) Analisis tema : yaitu mencari hubungan diantara domain secara keseluruhan serta
dikaitkan dengan tema-tema budaya secara keseluruhan yang menjadi fokus
penelitian. Tema-tema budaya dalam hal ini merupakan prinsip-prinsip kognitif yang
bersifat tersirat maupun tersurat, berulang dalam sejumlah domain dan bereran
sebagai suatu hubungan diantara berbagai subsistem dalam makna budaya. Beberapa
cara yang dapat digunakan etnografer dalam menemukan tema-tema budaya adalah
sebagai berikut :
- Melebur dalam kehidupan masyarakat.
- Membuat inventaris budaya.
- Mencari kemiripan diantara berbagai dimensi kontras.
- Mengidentifikasi domain-domain yang mengatur.
- Membuat diagram skematis tentang latar budaya.
15

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Pengumpulan data suatu prosedur yang sistematis dan standar untuk mempeoleh
data yang diperlukan, selalu ada hubungan antara metode pengumpulan data dengan
masalah penelitian yang ingin dipecahkan. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam
berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari segi cara atau
teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan
interview (wawancara), observasi (pengamatan), dan metode dokumentasi.
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk memperoleh,
mengolah, dan menginterpretasikan informasi yang diperoleh dari para responden yang
dilakukan dengan menggunakan pola ukur yang sama. Instrumen yang baik harus
memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel.
Kegiatan dalam analisis data adalah : mengelompokan data berdasarkan variabel
dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dan seluruh responden,
menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab
rumusan masalah dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis, langkah terakhir
tidak dilakukan.
Analisis data kualitatif bertujuan untuk mempermudah memahami apa yang
terdapat di balik semua data tersebut, mengelompokannya, meringkasnya menjadi suatu
yang kompak dan mudah dimengerti, serta menemukan pola umum yang timbul dari data
tersebut. Terdapat dua macam

statistik yang digunakan untuk analisis data dalam


16

penelitian, yaitu statistik deskriptif dan stastistik inferensial. Statistik inferensial meliputi
statistik parametris dan statistik non parametris.

DAFTAR PUSTAKA

Yusuf, A Muri. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan.
Padang : UNP Press

17

Anda mungkin juga menyukai