Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM


I.

Konsep Dasar Teori


A. Pengertian
Gangguan proses pikir adalah keadaan dimana individu mengalami kerusakan
dalam pengoperasian kognitif dan aktifitas (Townsend, 2008)
Waham adalah keyakinan terhadap sesuatu yang salah dan secara kukuh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita
normal. (Stuart dan Sundeen, 2009)
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi
dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal
dari pemikiran klien yang sudah kehilangan control. (Depkes, 2010)
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas
yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang
budaya, ketidakmampuan merespon stimulus internal dan eksternal melalui proses
interaksi atau informasi secara akurat (Keliat,2011)
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor Perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal
seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stress dan ansietas yang berakhir dengan
gangguan persepsi, klien menekan perasaannya sehingga pematangan fungsi
intelektual dan emosi tidak efektif
b. Faktor Social Budaya
Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan timbulnya
waham.
c. Faktor Psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda/bertentangan, dapat menimbulkan
ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap kenyataan
d. Faktor Biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran ventrikel di
otak atau perubahan pada sel kortikal dan limbic.
2. Faktor Presipitasi
1

a. Faktor Social Budaya


Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang berarti atau
diasingkan dari kelompok
b. Faktor Biokimia
Dopamine, norepineprin, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat menjadi
penyebab waham pada seseorang.
c. Faktor Psikologis
Kecemasan yang memandang dan terbatasnya kemampuan untuk mengatasi
masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan
yang menyenangkan.
3. Mekanisme Koping
Waham adalah anggapan tentang orang yang hypersensitive, dan mekanisme ego
spesifik, reaksi formasi dan penyangkalan. Klien dengan waham menggunakan
mekanisme pertahanan reaksi formasi, penyangkalan dan proyeksi. Pada reaksi
formasi, digunakan sebagai pertahanan melaawan agresim kebutuhan, ketergantungan
dan perasaan cinta. Kebutuhan akan ketergantungan ditransformasikan menjadi
kemandirian yang kokoh.
Penyangkalan, digunakan untuk menghindari kesadaran akan kenyataan yang
menyakitkan. Proyeksi digunakan utuk melindungi diri dari mengenal impuls yang
tidak dapat di terima dari dirinya sendiri. Hypersensitifitas dan perasaan inferioritas
telah dihypotesiskan telah menyebabkan reaksi formasi dan proyeksi waham dan
suporioritas.
Waham juga dapat muncul dari hasil pengembangan pikiran rahaasia yang
menggunakan fantasi sebagai cara untuk menngkatkan harga diri mereka yang
terluka. .
4. Rentang Respon

a. Pikiran logis
a. Kadang-kadang
a. Gangguan isi
b. Persepsi akurat
proses piker
pikir halusinasi
c. Emosi konsisten
b. Perubahan
terganggu
dengan
b. Ilusi
proses emosi
pengalaman
c. Emosi berlebihan
c. Perilaku tidak
d.
Perilaku
sesuai
d.
Perilaku
yang
tidak
terorganisasi
Gambar: Rentang Respon Perubahan Proses Pikir Waham. Sumber : Keliat,2011
e. Hubungan sosial
biasa
d. Isolasi sosial
e. Menarik diri
2

5. Fase-Fase
Fase terjadinya waham adalah sebagai berikut (Yosep, 2014):
a. Fase lack of human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik
secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada
orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien
sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang
secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara reality dengan self
ideal sangat tinggi. Misalnya ia seorang sarjana tetapi menginginkan dipandang
sebagai seorang yang dianggap sangat cerdas, sangat berpengalaman dan
diperhitungkan dalam kelompoknya. Waham terjadi karena sangat pentingnya
pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya
penghargaan saat tumbuh kembang (life span history).
b. Fase lack of self esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan
antara self ideal dan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan
kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui
kemampuannya.

Misalnya,

saat

lingkungan

sudah

banyak

yang

kaya,

menggunakan teknologi komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi serta


memiliki kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self ideal yang
melebihi lingkungan tersebut. Padahal self reality-nya sangat jauh. Dari aspek
pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh, support system semuanya sangat
rendah.
c. Fase control internal external
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa
yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai
dengan kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang
sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap
penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena
kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan
sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien
itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan klien secara adekuat karena besarnya
3

toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar


pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien
tidak merugikan orang lain.
d. Fase environment support
Adanya beberapa orang yang memercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu
yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang.
Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma
(super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.

e. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayainya dan
mendukungnya. Selanjutnya klien lebih sering menyendiri dan menghindari
interaksi sosial (isolasi sosial).
f. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul
sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak
terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi.
6. Klasifikasi Jenis dan Sifat Masalah
Jenis-jenis waham antara lain :
a. Waham Kebesaran
Keyakinan klien yang berlebihan tentang kebesaran dirinya atau kekuasaan.
Penderita merasa dirinya orang besar, berpangkat tinggi, orang yang pandai
sekali, orang kaya.
Contoh : saya ini pejabat di Departemen Kesehatan atau Saya punya tambang
emas
b. Waham Berdosa
Timbul perasaan bersalah yang luar biasa dan merasakan suatu dosa yang besar.
Penderita percaya sudah selayaknya ia di hukum berat.
c. Waham Dikejar
Individu merasa diranya senantiasa di kejar-kejar oleh orang lain atau kelompok
orang yang bermaksud berbuat jahat padanya.
d. Waham Curiga
4

Klien yakin bahwa ada orang atau kelompok orang yang sedang mengencam
dirinya. Individi jga merasa dirinya selalu disindir oleh orang-orang sekitarnya.
Biasanya individu yang mempunyai waham ini mencari-cari hubungan antara
dirinya dengan orang lain disekitarnya, yang bemaksud menyindirnya atau
menuduh hal-hal yang tidak senonoh terhadap dirinya. Dalam bentuk yang lebi
ringan, kita kenal Ideas Of Reference yaitu ide atau perasaan bahwa peristiwa
tertentu dan perbuatan-perbuatan tertentu dari orang lain (senyuman, gerak-gerik
tangan, nyanyian dan sebainya) mempunyi hubungan dengan dirinya.
Contoh: Saya tahu, seluruh saudara saya ingin menghancurkan hidup saya
karena mereka iri dengan kesuksesan saya
e. Waham Cemburu
Meyakini bahwa ada seseorang atau

kelompok

yang

berusaha

merugikan/mencederai dirinya, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai


kenyataan.
Contoh: Banyak polisi mengintai saya, tetangga saya ingin menghancurkan
hidup saya, suster akan meracuni makanan saya.
f. Waham somatik atau Hipokondria
Keyakinan tentang berbagai penyakit yang berada dalam tubuhnya ususnya yang
membusuk, otak yang mencair.
g. Waham Keagamaan
Keyakinan klien terhadap suatu gma secara berlebihan. Keyakinan dan
pembicaraan klien selalu tentang agama.
Contoh : Kalau saya mau masuk surga, saya harus menggunakan pakaian putih
setiap hari
h. Waham Nihilistik
Klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada lagi diduniaatau sudah meninggal
dunia.
Contoh : ini kan alam kubur ya, semua yang ada disiniadalah roh-roh
i. Waham Pengaruh
Klien merasa pikiran, emosi dan perbuatannya diawasi atau di pengaruhi oleh
orang lain atau kekuatan.
j. Waham Somatik
Klien yakin bahya bagian tubuhnya terganggu, terserang penyakit atau didalam
tubuhnya terdapat binatang.
Contoh : saya sakit kanker, setelah pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan
tanda-tanda kanker namun pasien terus mengatakan bahwa ia terserang kanker.
k. Waham Sisip Pikir
5

Klien yakin bahwa ada pikiran orang lain yang disisipkan/dimasukkan kedalam
pikiranya.
l. Waham Siar Pikir
Klien yakin bahwa orang lain mengetahui isi pikirannya, padahal dia tidak pernah
menyatakan pikirannya kepada orang lain, padahal dia tidak pernah menyatakan
pikirannya kepada orang tersebut.
m. Waham Kontrol Pikir
Klien yakin bahwa pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar.
Proses berpikir meliputi 3 aspek yaitu bentuk pikiran,isi pikiran dan arus pikiran.
Menurut Kaplan, berpikir merupakan aliran gagasan,, symbol dan asosiasi yang
diaaraahkan oleh tujuan, dimulai oleh suatu masalah atau tugas dan mengarah pada
kesimpulan yang berorientasi pada kenyataan.
a. Gangguan bentuk pikir
Dalam kategori ini termasukl semua penyimpangan dari pemikiran rasional,
logis dan terarahh pada tujuan.
1) Dereisme/pikiran dereistik
Titik berat pada tidak adanya sangkutpaut terjadi antara proses mental
individu dan pengalamannya yang sedang berjalan. Proses mentalnya
tidak sesuai dengan kenyataan, logika atau pengalaman
2) Pikiranotistik
Menandakan bahwa penyebab distorsi arus asosiasi adalah dari dalam
pasien itu sendiri dalam bentuk lamunan, fantasi, waham atau halusinasi.
Cara berpikir seperti ini hanya akan memuaskan keinginannya yang tidak
terpenuhi tanpa memperdulikan keaadaan sekitarnya. Hidup dalam alam
pikirannya sendiri.
3) Bentuk pikiran non realistic
Bentuk pikiran yang sama sekali tidak berdasarkan pada kenyataan,
mengambil sesuatu kesimpulan yang aneh dan tidak masuk akal.
b. Gangguan arus piker
Yaitu tentang cara dan lajunya proses asosiasi dalam pemikiran yang timbul
dalam berbagi jenis.
1) Perverasi: berulang-ulang menceritakan suatu ide, pikiran atau tema secara
berlebihan
2) Asosiasi longgar: mengatakan hal-hal yang tidak ada hubungannya satu
sama lain, misalnya saya mau makan semua orang dapat berjalan-jalan.
Bila ekstrim, maka akan terjadi inkoherensi
6

3) Inkoherensi: gangguan dalam bentuk bicara, sehingga satu kalimat pun


sudah sulit ditanggap atau diikuti maksudnya
4) Kecepatan bicara: untuk mengutarakan pikiran mungkin lambat sekali atau
sangat cepat
5) Benturan: pikiran tiba-tiba berhenti di tengah sebuah kalimat. Pasien tidak
dapat menerangkan mengapa ia berhenti
6) Logorea: banyak bicara, kata-kata dikeluarkan bertubi-tubi tanpa control,
mungkin konhern atau inconhern
7) Neologisme: membentuk kata-kata baru yang tidak dipahami oleh umum,
misalnya: saya radiitu, semua partinum
8) Irelevansi: isi pikiran atau ucapan yang tidak ada hubungannya dengan
pertanyaan atau dengan hal yang sedanng dibicarakan
9) Pikian berputar-putar (circumstantiality): menuju secara tidak langsung
kepada ide pokok dengan menambahkan banyak hal yang remeh-remeh
yang majemuk dan tidak relevan
10) Main-main dengan kata-kata
11) Afasi: mungkin sensori (sukar mengerti bicara oraang lain), motorik (tidak
dapat atau sukar bicara), atau kedua-duanya sekaligus.
c. Gangguan isi piker
Dapat terjadi baik pada isi pikiran nonverbal maupun isi pikiran yang
diceritakan misalnya:
1) Kegembiraan yang luar biasa (ecstasy): dapat timbul secara mengambang
pada orang yang normal selama fase perumulaan narkosa (anastesi umum)
2) Fantasi : isi pikiran tentang suatu keadaan atau kejadian yang
diharapkan/diiginkan, tetapi dikenal sebagai tidak nyata.
3) Fobia: rasa takut yang irasional terhadap sesuatu benda atau keadaan yang
tidak dapat dihilangkan atau ditekan oleh pasien, biarpun diketahui bahwa
hal itu irasional adanya
4) Isi pikiran yang kukuh (persisten) timbul, biarpun tidaak dikendalikannya
dan diketahui bahwa hal itu tidak wajar atau mungkin.
d. Status Mental
Berdandan dengan baik dan berpakaian rapi, tetapi mungkin terlihat
ekstrinsik dan aneh. Tidak jarang bersikap curiga atau bermusuhan terhadap
orang lain. Klien biasanya cerdik ketika dilakukan pemeriksaan sehingga
dapat memanipulasi data. Selain itu perasaan hatinya konsisten dengan isi
waham.
e. Sensori dan Kognisi
7

Tidak memiliki kelainan dalam orientasi kecuali klien waham spesifik


terhadap orang, tempat, dan waktu. Daya ingat atau kognisi lainnya biasanya
akurat. Pengendalian impuls pada klien waham perlu diperhatikan bila terlihat
adanya rencana untuk bunuh diri, membunuh, atau melakukan kekerasan pada
orang lain. Gangguan proses piker waham biasanya diawali dengan adanya
riwayat penyakit berupa kerusakan pada bagian korteks dan limbik otak. Bisa
dikarenakan terjatuh atau di dapatp ketika lahir. Hal ini mendukung terjadinya
perubahan emosional seseorang yang tidak stabil. Bila berkepanjangan akan
menimbulkan perasaan rendah diri, kemudian mengisolasi diri dari orang lain
dan lingkungan. Waham kebesaran akan timbul sebagai manifestasi
kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhannya. Bila respons
lingkungan kurang mendukung terhadap perilakunya dimungkinkan akan
timbul risiko perilaku kekerasan pada orang lain.

7. Tanda-Tanda dan Gejala


a. Kognitif
1) Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata
2) Individu sangat percaya pada keyakinannya
3) Sulit perfikir realita
4) Tidak mampu mengambil keputusan
b. Afektif
1) Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
2) Afek tumpul
c. Perilaku dan hubungn Sosial
1) Hipersensitif
2) Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
3) Depresi
4) Ragu-ragu
5) Mengancam secara verbal
6) Aktifitas tidak tepat
7) Streotif
8) Impulsive
9) Curiga
d. Fisik
1) Hygiene kurang
2) Muka pucat
3) Sering menguap
8

4) BB menurun
8. Penatalaksanaan
Terapi pada gangguan jiwa khususnya skizofrenia pada dewasa ini sudah cukup
dikembangkan sehingga klien tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih
manusiawi daripada masa sebelumnya. Penatalaksanaan dapat dibagi menjadi dua
yaitu penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan keperawatan.
a. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis pada gangguan proses piker yang mengarah pada
diagnose medis skizofrenia, khususnya dengan gangguan proses piker:
waham, yaitu;
1) Psiko farmakologi
Menurut Harawi (2003), jenis obat psikofarmaka dibagi menjadi 2
golongan yaitu :
a) Golongan generasi pertama (typical)
Obat yang termasuk golongan
Chorpromazine

HCL

generasi

Largactil,

pertama

Promactil,

misalnya:

Meprosetil

),

Trifluoperazine HCL ( stelazine, thioridazine HCL (melleril), dan


haloperidol
b) Golongan kedua (atypical)
Obat yang termasuk generasi kedua misalnya : Risperidone,
olanzapine, quantiapine dan Clzapine
2) Psikoterapi
Therapy kerja baik sekali untuk mendorong penderita lagi dengan orang
lain perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri
lagi karena bila ia menaril diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang
baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan bersama.( Marimis,2005)
3) Therapy Kejang Listrik (ECT)
ECT adalah untuk menimbulkan kejang granmall secara artificial dengan
melewatkan aliran listrik melalui electrode yang dipasang satu atau dua
temples. Terapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak
mempan dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang
listrik 4-5 joule per detik (Marimis 2005)
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Terapi Modalitas
9

Biasanya yang dilakukan yaitu terapi modalitas atau prilaku merupakan


pengobatan untuk skizofrenia yang diujukan pada kemampuan dan
kekurangan klien. Teknik perilaku menggunakan latihan ketrampilan
social untuk meningkatkan kemampuan social. Kemampuan memenuhi
diri sendiri dan latihan praktis skizofrenia biasaya memusatkan pada
rencana dan masalah dalam hubungan kehidupan yang nyata.
2) Terapi aktifitas kelompok
Therapy aktifitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy aktivitas
kelompok

stimulasi

kognitif/persepsi, therapy aktivitas

kelompok

stimulasi sensori, therapy aktifitas kelompok stimulasi realita dan therapy


aktivitas kelompok sosialisasi
C. Pohon Masalah

Effect
Core Problem
Causa

Risiko Tinggi Perilaku Kekerasan


Perubahan Proses Pikir: Waham
Isolasi Social

Harga Diri Rendah Kronis


Gambar: Pohon masalah perubahan proses pikir waham
Sumber: Fitria (2012)

II.

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Menurut tim Depkes RI (1994), pengkajian adalah langkah awal dan dasar proses
keperawatan secara menyeluruh. Pada tahap ini pasien yang dibutuhkan dikumpulkan
untuk menentukan masalah keperawatan.

10

Patricia A Potter et al (1993) dalam bukunya menyebutkan bahwa pengkajian terdiri


dari 3 kegiatan yaitu: pengumpulan data, pengelompokan data atau analisa data dan
perumusan diagnosa keperawatan. Data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber data
yaitu sumber data primer (klien) dan sumber data sekunder seperti keluarga, teman
terdekat klien, tim kesehatan, catatan dalam berkas dokumen medis klien dan hasil
pemeriksaan. Untuk mengumpulkan data dilakukan dengan berbagai cara, yaitu: dengan
observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik.
Beberapa faktor yang perlu dikaji:
a. Faktor Predisposisi
1) Genetik : Diturunkan
2) Neurobiologis : adanya gangguan pada konteks pre frontal dan konteks limbik
3) Neurotransmiter : abnormalitas pada dopamin ,serotonin ,dan glutamat.
4) Virus : paparan virus influinsa pada trimester III
5) Psikologi : ibu pencemas ,terlalu melindungi ,ayah tidak peduli.
b. Faktor presipitasi
1) Proses pengolahan informasi yang berlebihan
2) Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal
3) Adanya gejala pemicu
Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat. Isi
pengkajiannya meliputi:
1. Identifikasi klien
Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien
tentang: Nama klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu pertemuan, topik
pembicaraan.

2. Keluhan utama
Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang
ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah dan
perkembangan yang dicapai.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa
pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik, seksual, penolakan
dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.
11

Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin mengakibatkan


terjadinya gangguan:
a. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis
dari klien.
b. Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan dan
perkembangan individu pada prenatal, neonatus dan anak-anak.
c. Sosial Budaya
Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan),
kehidupan yang terisolasi serta stress yang menumpuk.
4. Aspek fisik/biologis
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan.
Ukur tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada keluhan.
5. Aspek psikososial
Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat
menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait dengan komunikasi,
pengambilan keputusan dan pola asuh.
6. Konsep diri
a. Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian yang disukai dan
tidak disukai.
b. Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien terhadap status
dan posisinya dan kepuasan klien sebagai laki-laki / perempuan.
c. Peran: tugas yang diemban dalam keluarga / kelompok dan masyarakat dan
kemampuan klien dalam melaksanakan tugas tersebut.
d. Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan dan penyakitnya.
e. Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan penghargaan orang lain
terhadap dirinya, biasanya terjadi pengungkapan kekecewaan terhadap dirinya
sebagai wujud harga diri rendah.
f. Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok yang
diikuti dalam masyarakat.
g. Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.
7. Status mental

12

Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik
klien, alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek klien, interaksi selama
wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat
konsentasi dan berhitung, kemampuan penilaian dan daya tilik diri.
8. Kebutuhan persiapan pulang
a. Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan.
b. Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta
membersihkan dan merapikan pakaian.
c. Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien.
d. Istirahat dan tidur klien, aktivitas di dalam dan di luar rumah.
e. Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah minum obat.
f. Masalah psikososial dan lingkungan.
g. Dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien.
9. Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian yang dimiliki
klien disimpulkan dalam masalah.
10. Aspek medik
Terapi yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain seperti terapi psikomotor, terapi
tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi okupasi, terapi lingkungan.
Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi dan perkembangan klien supaya dapat
melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang mungkin muncul:
1. Perubahan proses pikir : waham
2. Risiko tingggi perilaku kekerasan
3. Isolasi social

13

14

Anda mungkin juga menyukai