Leona
BAB I
STATUS PASIEN
I.
IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Ny. S
Umur
: 51 tahun
Pekerjaan
Agama
: Islam
Status Pernikahan
: Janda
Alamat
Suku
: Jawa
Dirawat di ruang
: Flamboyan
Tanggal masuk RS
: 10 Januari 2017
II.
ANAMNESA
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis kepada
anak pasien pada tanggal 17 Januari 2017 jam 15.00 WIB di Ruang
Flamboyan RSUD RAA Soewondo Pati.
1. Keluhan Utama
: Lemas setengah badan
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Lokasi
: Lengan dan tungkai kanan
Onset
: 7 hari yang lalu (10 Januari 2017)
Kronologi
: Pasien mengeluhkan pingsan 1 hari SMRS (9
Januari 2017). Sesaat sebelum pingsan, pasien sempat merasakan
pusing secara tiba tiba. Pasien pingsan kurang lebih selama 3 jam.
Setelah sadarkan diri pasien merasa lemas diseluruh tubuh.
Keesokan harinya pasien tidak dapat berbicara namun masih dapat
mendengar dan masih mengerti jika orang lain berbicara, setengah
Leona
: Disangkal
: (+) sejak 10 tahun yang lalu
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
Leona
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga dengan dua orang anak. Pasien
sudah bercerai pada tahun 2009. Pasien tinggal bersama dengan ibu dan
keluarga adiknya. Biaya perawatan pasien dirumah sakit ditanggung oleh
BPJS PBI. Kesan ekonomi: Kurang.
III.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 17 Januari 2017, jam 15.00 WIB di
ruang Flamboyan RSUD RAA Soewondo Pati dan berdasarkan RM (10/1/17).
1. STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran
: CM, GCS 14 15, E4V5M6
Status Gizi (IMT) : 24,4 kg/m2 status gizi lebih / overweight
Tanda Vital
- Tekanan Darah : 190/110 mmHg 150/80 mmHg
- Nadi
: 98 x/menit 62 x/menit, regular
- Laju Nafas
: 24x/menit 19 x/menit, regular
- Suhu
: 37,0 36,5 C
2. STATUS INTERNUS
- Kepala/leher
: normosefali, deformitas (-), hematoma (-)
- Mata
: RCL +/+, RCTL +/+
: Konjungtiva anemis -/: Sklera ikterik -/: Pupil isokor, 3mm/3mm
- Thorax
Paru
Inspeksi
Leona
Inspeksi
: cembung, bekas luka (-)
Auskultasi
: bising usus normal, bruits (-)
Perkusi
: timpani
Palpasi : nyeri tekan epigastrik (+)
: hepatomegali (-), splenomegali (-)
- Ekstremitas
:
Superior
Inferior
Akral hangat
+/+
+/+
Edema
-/-/Varises
-/-/CRT (detik)
<2/<2
<2/<2
3. STATUS NEUROLOGIS
I. Fungsi Luhur
Kesadaran
Kualitatif
: compos mentis
Kuantitatif GCS
: E4M6V4 E4M6V5
Orientasi
: tempat, waktu dan situasi baik
Daya ingat
Baru
: baik
Lama
: baik
Gerakan abnormal
: tidak ditemukan
Gangguan berbahasa
: tidak ditemukan
Afasia motorik
: Afasia sensorik
:2. Nervus Cranialis
Nervus Kranialis
N. I (Olfactorius)
Daya Penghidu
Kanan
Kiri
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
N.II (Opticus)
a Reflek cahaya langsung
b Daya penglihatan
c Lapang pandang
(+)
Baik
Sama dengan
Fundus okuli
pemeriksa
Tidak dilakukan
(+)
Baik
Sama dengan
pemeriksa
Tidak dilakukan
N.III (Oculomotorius)
a Ptosis
b Gerak mata keatas
c Gerak mata kebawah
d Gerak mata media
e Ukuran pupil
f Bentuk pupil
g Reflek cahaya langsung
h Strabismus divergen
N.IV (Trochlearis)
a Gerak mata lateral bawah
b Strabismus konvergen
c Diplopia
N.V (Trigeminus)
a Menggigit
b Membuka mulut
c Sensibilitas
d Reflek kornea
e Reflek bersin
f Reflek masseter
g Reflek zigomatikus
N.IV (Trochlearis)
d Gerak mata lateral bawah
e Strabismus konvergen
Diplopia
N.V (Trigeminus)
h Menggigit
i Membuka mulut
j Sensibilitas
k Reflek kornea
l Reflek bersin
m Reflek masseter
n Reflek zigomatikus
N.VI (Abducens) :
a Pergerakan mata (ke lateral)
b Strabismus konvergen
c Diplopia
N. VII (Facialis)
a Kerutan kulit dahi
Leona
(-)
(+)
(+)
(+)
3 mm
Bulat, reguler
(+)
(-)
(-)
(+)
(+)
(+)
3 mm
Bulat, reguler
(+)
(-)
(+)
(-)
(-)
(+)
(-)
(-)
(+)
(+)
(+)
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
(+)
(+)
(+)
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
(+)
(-)
(+)
(-)
(-)
(+)
(+)
(+)
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
(+)
(+)
(+)
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
(-)
(-)
(-)
(+)
(-)
(-)
(+)
(+)
(-)
b Mengerutkan dahi
c Mengangkat alis
d Menutup mata
e Lipatan nasolabia
f Sudut mulut
g Meringis
h Tik fasial
i Daya kecap 2/3 depan
N. VIII (Vestibulocochlearis)
a Test berbisik
b Tes rinne
c Tes weber
d Tes schwabach
e Nistagmus
Leona
(+)
(+)
(+)
Mendatar
Tertinggal
Tertinggal
(-)
Tidak dilakukan
Simetris
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
(-)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(-)
Tidak dilakukan
Simetris
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
(-)
N IX (Glossopharyngeus), N X
(Vagus)
a Arkus faring
b Uvula
c Daya kecap 1/3 belakang
d Reflek muntah
e Sengau
f Bersuara
g Menelan
N XI (Accesorius)
a Memalingkan muka
b Mengangkat bahu
N XII (Hypoglossus)
a Kedudukan lidah saat didalam
b Saat menjulurkan lidah
c Pergerakan lidah
d Artikulasi
e Tremor lidah
f Trofi otot lidah
g Fasikulasi lidah
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
(-)
(+)
(+)
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Deviasi Kiri
Deviasi Kanan
Tidak bisa ke Kiri
Kurang jelas
(-)
(-)
(-)
Leona
Sensoris
Taktil
Nyeri
Thermi
Diskriminasi 2 titik
Lokasi
Dextra
1
Normotonus
Eutrofi
Sinistra
Bebas
5
Normotonus
Eutrofi
Sensoris
Taktil
Nyeri
Thermi
Diskriminasi 2 titik
Lokasi
Dextra
Anestesi
Anestesi
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Sinistra
Dalam batas normal
Dalam batas normal
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Dextra
Sinistra
(+++)
(+++)
(++)
Eutrofi
(++)
(++)
(++)
Eutrofi
(-)
(-)
(-)
(-)
Refleks
Fisiologis
Biseps
Triseps
Radius
Trofi
Patologis
Hoffman
Trommer
3. Anggota Gerak Bawah
Motorik
Pergerakan
Kekuatan
Tonus
Klonus
Trofi
Dextra
1
Normotonus
Eutrofi
Sinistra
Bebas
5
Normotonus
Eutrofi
7
Sensoris
Taktil
Nyeri
Thermi
Diskriminasi 2 titik
Lokasi
Refleks
Fisiologis
Patella
Archilles
Patologis
Babinski
Chaddock
Oppenheime
Gordon
Schaeffer
Gonda
Bing
Rossolimo
Mendel Bechtrew
Laseque test
Kerniq test
Leona
Dextra
Anestesi
Anestesi
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Sinistra
Dalam batas normal
Dalam batas normal
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Dextra
Sinistra
(++)
(++)
(++)
(++)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
5. Saraf Otonom
- Miksi
- Defekasi
- Sekresi keringat
:+
:+
:+
Leona
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
i. Pemeriksaan laboratorium darah rutin (10 Januari 2017)
Pemeriksaan
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Eritrosit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
Hasil
13.7
41.6
9.0
5.20
261
80.0
26.3
32.9
Satuan
gr/dl
%
10^3 ul
10^6 ul
10^3 ul
Fl
Pg
g/dl
Nilai Rujukan
11.7 15.5
35 47
3.6 11.0
4.2 5.4
150 450
79.0 99.0
27.0 31.0
33.0 37.0
Hasil
151
28.2
0.72
273
186
4.3
Satuan
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
Nilai Rujukan
75 160
10 50
0.6 1.2
< 200
0 150
2.4 7.0
Leona
iii. Radiologi
Kesan:
10
Kesadaran
Muntah
Nyeri kepala
Diastolik
Hiperlipidemia
Leona
: 2,5 x 0 = 0
:2x0 =0
:2x1 =2
: 0,1 x 110= 11
: -3 x 1 = -3
Total : 0 + 0 + 2 + 11 - 3 12 = -12
Interpretas:
>1 : SNH
0 : perlu pemeriksaan lanjutan
<1 : SNH
5. RESUME
Ny. L, 51 tahun, datang dibawa keluarganya ke RSUD RAA
Soewondo pada tanggal 10 Januari 2016 dengan keluhan tangan dan kaki
sebelah kanan lemas dan tidak dapat digerakkan. Gejala muncul setelah
sehari sebelumnya pasien tiba tiba pingsan. Setelah sadarkan diri pasien
merasa lemas diseluruh tubuh namun masih bisa menggerakkan keempat
anggota gerak tubuhnya. Kelemahan pada tangan dan kaki kanan dirasakan
terus menerus dan mengganggu aktivitas. Pasien juga mengeluhkan sakit
kepala yang dirasakan diseluruh kepala, dirasakan sepanjang hari, memberat
dengan aktivitas dan berkurang dengan istrahat. Pasien juga mengeluhkan
badan terasa lemas, bicara pelo, mata sebelah kanan tidak dapat melirik ke
samping kanan. Riwayat HT (+) sejak 10 tahun yang lalu, pasien mengaku
tidak rutin minum obat yang didapatkan dari dokter keluarga.
Pada pemeriksaan neurologis didapatkan kesadaran compos
mentis, GCS 15. Pemeriksaan nervus cranialis: parese N. 6 (Abducens), N. 7
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Saraf RSUD RAA Soewondo Pati
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta
Periode Januari Februari 2017
11
Leona
6. DIAGNOSIS
1. Diagnosa Klinis : Hemiplegi dextra, Hemianestesi
dextra, Hipertensi Grade 1, Dislipidemia
2. Diagnosa Topis : Lobus temporal kiri
3. Diagnosa Etiologi : Stroke Hemorrhage
4. Faktor Resiko
: Hipertensi, Dislipidemia
7. TATALAKSANA
a. Non medikamentosa dan Edukasi
Menjelaskan kepada keluarga dan pasien mengenai keadaan yang
12
Leona
b. Medikamentosa
Inj Asering 20 tpm
Inj. Citicolin 2x500 mg
Inj. Asam Traneksamat 2x500 mg
Inj. Ketorolac 3x1
Inj Ranitidin 3x1
Amlodipin 2x5 mg (po)
8. PROGNOSIS
Ad vitam
: ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Stroke dan Stroke Hemoragik
Menurut definisi WHO, stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang secara
cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa
adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular. Stroke hemoragik adalah stroke
yang terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami ruptur sehingga terjadi
perdarahan ke dalam ruang subaraknoid atau langsung ke dalam jaringan otak.1, 2
2.2. Epidemiologi Stroke dan Stroke Hemoragik
Stroke merupakan penyebab kematian ketiga dan penyebab utama kecacatan.3
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Saraf RSUD RAA Soewondo Pati
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta
Periode Januari Februari 2017
13
Leona
Sekitar 0,2% dari populasi barat terkena stroke setiap tahunnya yang sepertiganya
akan meninggal pada tahun berikutnya dan sepertiganya bertahan hidup dengan
kecacatan, dan sepertiga sisanya dapat sembuh kembali seperti semula. Dari
keseluruhan data di dunia, ternyata stroke sebagai penyebab kematian mencapai
9% (sekitar 4 juta) dari total kematian per tahunnya.1
Insidens kejadian stroke di Amerika Serikat yaitu 500.000 pertahunnya
dimana 10-15% merupakan stroke hemoragik kuhusnya perdarahan intraserebral.
Mortalitas dan morbiditas pada stroke hemoragik lebih berat dari pada stroke
iskemik. Dilaporkan hanya sekitar 20% saja pasien yang mendapatkan kembali
kemandirian fungsionalnya. Selain itu, ada sekitar 40-80% yang akhirnya
meninggal pada 30 hari pertama setelah serangan dan sekitar 50% meninggal pada
48 jam pertama. Penelitian menunjukkan dari 251 penderita stroke, ada 47%
wanita dan 53% kali-laki dengan rata-rata umur 69 tahun (78% berumur lebih dari
60 tahun. Pasien dengan umur lebih dari 75 tahun dan berjenis kelamin laki-laki
menunjukkan outcome yang lebih buruk.3
hati,
komplikasi
obat
trombolitik
atau
anti
koagulan,
14
Leona
Keterangan
Umur merupakan faktor risiko yang paling kuat untuk
stroke. Sekitar 30% dari stroke terjadi sebelum usia 65; 70%
terjadi pada mereka yang 65 ke atas. Risiko stroke adalah
Hipertensi
Seks
Riwayat keluarga
dizigotik
yang
menunjukkan
kecenderungan
15
Diabetes mellitus
Leona
Penyakit jantung
mikrosirkulasi serebral.
Individu dengan penyakit jantung dari jenis apa pun
memiliki lebih dari dua kali lipat risiko stroke dibandingkan
dengan mereka yang fungsi jantungnya normal.
Penyakit Arteri koroner
dan lesi
16
Leona
bahwa
risiko
merokok
stroke
jelas
untuk
menyebabkan
segala
usia
dan
hematokrit
adalah
dari
isi
sel
darah
merah;
atau
paraproteinemia,
biasanya
trombosit
akibat
trombositosis.
Perdarahan
Peningkatan
tingkat fibrinogen
dan kelainan
17
Leona
Penyalahgunaan
obat
subarachnoid
dan
difarction
otak
telah
hiperkolesterolemia
menurun
dengan
lakunar.
Pil KB, estrogen tinggi yang dilaporkan meningkatkan risiko
stroke pada wanita muda. Penurunan kandungan estrogen
menurunkan masalah ini, tetapi tidak dihilangkan sama
sekali. Ini adalah faktor risiko paling kuat pada wanita yang
lebih dari 35 tahun . Mekanisme diduga meningkat
koagulasi, karena stimulasi estrogen tentang produksi
Diet
18
Leona
pembuluh darah
perifer
Infeksi
Homosistinemia
atau
homosistinuria
Migrain
Suku bangsa
Lokasi geografis
19
Leona
dewasa,
dan
perdarahan
lebih
umum
dari
aterosklerosis.
Sirkadian dan
faktor musim
Pendarahan
20
Leona
B. Perdarahan Subaraknoid
Perdarahan subaraknoid biasanya hasil dari cedera kepala. Namun, perdarahan
karena cedera kepala menyebabkan gejala yang berbeda dan tidak dianggap
sebagai stroke.5
Perdarahan subaraknoid dianggap stroke hanya jika terjadi secara spontan
yaitu, ketika perdarahan tidak hasil dari kekuatan-kekuatan eksternal, seperti
kecelakaan atau jatuh. Sebuah perdarahan spontan biasanya hasil dari pecahnya
aneurisma mendadak di sebuah arteri otak, yaitu pada bagian aneurisma yang
menonjol di daerah yang lemah dari dinding arteri itu.5
Aneurisma biasanya terjadi di percabangan arteri. Aneurisma dapat
muncul pada saat kelahiran (bawaan), atau dapat berkembang kemudian, yaitu
setelah bertahun-tahun dimana tekanan darah tinggi melemahkan dinding arteri.
Kebanyakan perdarahan subaraknoid adalah hasil dari aneurisma kongenital.5
Mekanisme lain yang kurang umum adalah perdarahan subaraknoid dari
pecahnya koneksi abnormal antara arteri dan vena (malformasi arteri) di dalam
atau di sekitar otak. Sebuah malformasi arteri dapat muncul pada saat kelahiran,
tetapi biasanya hanya diidentifikasi jika gejala berkembang. Jarang sekali suatu
bentuk bekuan darah pada katup jantung yang terinfeksi, perjalanan (menjadi
emboli) ke arteri yang memasok otak, dan menyebabkan arteri menjadi meradang.
arteri kemudian dapat melemah dan pecah.5
2.6. Patofisiologi Stroke Hemoragik
Penghentian total aliran darah ke otak menyebabkan hilangnya kesadaran dalam
waktu 15-20 detik dan kerusakan otak yang irreversibel terjadi setelah tujuh
hingga sepuluh menit. Penyumbatan pada satu arteri menyebabkan gangguan di
area otak yang terbatas (stroke). Mekanisme dasar kerusakan ini adalah selalu
defisiensi energi yang disebabkan oleh iskemia. Perdarahan juga menyebabkan
iskemia dengan menekan pembuluh darah di sekitarnya.6
Dengan menambah Na+/K+-ATPase, defisiensi energi menyebabkan
penimbunan Na+ dan Ca2+ di dalam sel, serta meningkatkan konsentrasi K +
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Saraf RSUD RAA Soewondo Pati
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta
Periode Januari Februari 2017
21
Leona
arteri
serebri
posterior
menyebabkan
hemianopsia
kontralateral parsial dan kebutaan pada penyumbatan bilateral. Selain itu, akan
terjadi kehilangan memori.6
Penyumbatan arteri karotis atau basilaris dapat menyebabkan defisit di
daerah yang disuplai oleh arteri serebri media dan anterior. Jika arteri koroid
anterior tersumbat, ganglia basalis (hipokinesia), kapsula interna (hemiparesis),
dan traktus optikus (hemianopsia) akan terkena. Penyumbatan pada cabang arteri
komunikans posterior di talamus terutama akan menyebabkan defisit sensorik.6
Penyumbatan total arteri basilaris
menyebabkan paralisis
semua
eksteremitas dan otot-otot mata serta koma. Penyumbatan pada cabang arteri
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Saraf RSUD RAA Soewondo Pati
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta
Periode Januari Februari 2017
22
Leona
Paralisis palatum molle dan takikardia (saraf vagus [X]). Paralisis otot
lidah (saraf hipoglosus [XII]), mulut yang jatuh (saraf fasial [VII]),
strabismus (saraf okulomotorik [III], saraf abdusens [V]).
23
Leona
preferensi, bidang visual kana terpotong, dan aphasia mungkin terjadi. Jika
belahan nondominant (biasanya kanan) terlibat, sebuah sindrom hemiparesis kiri,
kerugian hemisensory kiri, preferensi tatapan ke kanan, dan memotong bidang
visual kiri. Sindrom belahan nondominant juga dapat mengakibatkan pengabaian
dan kekurangan perhatian pada sisi kiri.3
Jika cerebellum yang terlibat, pasien beresiko tinggi untuk herniasi dan
kompresi batang otak. Herniasi bisa menyebabkan penurunan cepat dalam tingkat
kesadaran, apnea, dan kematian. Tanda-tanda lain dari keterlibatan cerebellar atau
batang otak antara lain: ekstremitas ataksia, vertigo atau tinnitus, mual dan
muntah, hemiparesis atau quadriparesis, hemisensori atau kehilangan sensori dari
semua empat anggota, gerakan mata yang mengakibatkan kelainan diplopia atau
nistagmus, kelemahan orofaringeal atau disfagia, wajah ipsilateral dan
kontralateral tubuh.3,7
A. Perdarahan Intraserebral
Sebuah perdarahan intraserebral dimulai tiba-tiba. Di sekitar setengah dari jumlah
penderita, serangan dimulai dengan sakit kepala parah, sering selama aktivitas.
Namun, pada orang tua, sakit kepala mungkin ringan atau tidak ada. Gejala
disfungsi otak menggambarkan perkembangan yang terus memburuk sebagai
perdarahan. Beberapa gejala, seperti kelemahan, kelumpuhan, hilangnya sensasi,
dan mati rasa, sering hanya mempengaruhi satu sisi tubuh. Orang mungkin tidak
dapat berbicara atau menjadi bingung. Visi dapat terganggu atau hilang. Mata
dapat menunjukkan arah yang berbeda atau menjadi lumpuh. Mual, muntah,
kejang, dan hilangnya kesadaran yang umum dan dapat terjadi dalam beberapa
detik untuk menit.3,7
B. Perdarahan Subaraknoid
Sebelum robek, aneurisma yang biasanya tidak menimbulkan gejala kecuali
menekan pada saraf atau kebocoran sejumlah kecil darah, biasanya sebelum pecah
besar (yang menyebabkan sakit kepala), menghasilkan tanda-tanda peringatan,
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Saraf RSUD RAA Soewondo Pati
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta
Periode Januari Februari 2017
24
Leona
seperti berikut:3,7
Sakit kepala, yang mungkin luar biasa tiba-tiba dan parah (kadang-kadang
disebut sakit kepala halilintar)
Penglihatan ganda
meninggal sebelum mencapai rumah sakit. Beberapa orang tetap berada dalam
koma atau tidak sadar dan sebagian lainnya bangun, merasa bingung, dan
mengantuk. Dalam beberapa jam atau bahkan menit, penderita mungkin menjadi
tidak responsif dan sulit untuk dibangunkan. 7
Dalam waktu 24 jam, darah dan cairan serebrospinal di sekitar otak
mengiritasi lapisan jaringan yang menutupi otak (meninges), menyebabkan leher
kaku serta sakit kepala terus, sering dengan muntah, pusing, dan nyeri pinggang. 3
Sekitar
25%
dari
orang
yang
mengalami
gejala-gejala
yang
menit atau jam. Demam adalah gejala umum selama 5 sampai 10 hari pertama.
Sebuah perdarahan subaraknoid dapat menyebabkan beberapa masalah serius
lainnya, seperti: 7
25
Leona
Kemudian,
jaringan otak tidak mendapatkan oksigen yang cukup dan dapat mati,
seperti pada stroke iskemik. Vasospasm dapat menyebabkan gejala mirip
dengan stroke iskemik, seperti kelemahan atau hilangnya sensasi pada satu
sisi tubuh, kesulitan menggunakan atau memahami bahasa, vertigo, dan
koordinasi terganggu.
26
Leona
dapat digunakan.3
CT non kontras otak dapat digunakan untuk membedakan stroke
hemoragik dari stroke iskemik. Pencitraan ini berguna untuk membedakan stroke
dari patologi intrakranial lainnya. CT non kontras dapat mengidentifikasi secara
virtual hematoma yang berdiameter lebih dari 1 cm.3
MRI telah terbukti dapat mengidentifikasi stroke lebih cepat dan lebih bisa
diandalkan
daripada
mengidentifikasi
CT
scan,
malformasi
terutama
vaskular
yang
stroke
iskemik.
mendasari
atau
MRI
dapat
lesi
yang
menyebabkan perdarahan.3
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah elektrokardiogram (EKG)
untuk memulai memonitor aktivitas hantung. Disritmia jantung dan iskemia
miokard memiliki kejadian signifikan dengan stroke.3
Stroke dapat didiagnosa banding dengan penyakit-penyakit lain seperti:
ensefalitis, meningitis, migrain, neoplasma otak, hipernatremia, stroke iskemik,
perdarahan
subaraknoid,
hematoma
subdural,
kedaruratan
hipertensif,
27
Leona
28
Leona
29
Leona
30
Leona
hypervolemic-hypertensive-hemodilution,
mempertahankan
cerebral
perfusion
pressure
dengan
tujuan
sehingga
dapat
31
Leona
32
Leona
b. Obat-obat antihipertensi diberikan bila TDS lebih dari 160 mmHg dan
TDD lebih dari 90 mmHg atau MAP diatas 130 mmHg.
c. Obat antihipertensi yang dapat dipakai adalah Labetalol (IV) 0,5-2
mg/menit sampai mencapai maksimal 20 mg/jam atau esmolol infuse
dosisnya 50-200 mcg/kg/menit. Pemakaian nitroprussid tidak danjurkan
karena menyebabkan vasodilatasi dan memberikan efek takikardi.
d. Untuk menjaga TDS jangan meurun (di bawah 120 mmHg) dapat diberikan
vasopressors, dimana hal ini untuk melindungi jaringan iskemik penumbra
yang mungkin terjadi akibat vasospasme.
7. Hiponatremi
Bila Natrium di bawah 120 mEq/L berikan NaCl 0,9% IV 2-3 L/hari. Bila perlu
diberikan NaCl hipertonik 3% 50 mL, 3 kali sehari. Diharapkan dapat terkoreksi
0,5-1 mEq/L/jam dan tidak melebihi 130 mEq/L dalam 48 jam pertama.8
Ada yang menambahkan fludrokortison dengan dosis 0,4 mg/hari oral atau
0,4 mg dalam 200 mL glukosa 5% IV 2 kali sehari. Cairan hipotonis sebaiknya
dihindari karena menyebabkan hiponatremi. Pembatasan cairan tidak dianjurkan
untuk pengobatan hiponatremi.8
8. Kejang
Resiko kejang pada PSA tidak selalu terjadi, sehingga pemberian antikonvulsan
tidak direkomendasikan secara rutin, hanya dipertimbangkan pada pasien-pasien
yang mungkin timbul kejang, umpamanya pada hematom yang luas, aneurisma
arteri serebri media, kesadaran yang tidak membaik. Akan tetapi untuk
menghindari risiko perdarahan ulang yang disebabkan kejang, diberikan anti
konvulsan sebagai profilaksis.8
Dapat dipakai fenitoin dengan dosis 15-20 mg/kgBB/hari oral atau IV.
Initial dosis 100 mg oral atau IV 3 kali/hari. Dosis maintenance 300-400
mg/oral/hari dengan dosis terbagi. Benzodiazepine dapat dipakai hanya untuk
menghentikan kejang.8
33
Leona
34
Leona
Antagonis H2
Antasida
35
Leona
pengendalian faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi, dan pengendalian faktor
risiko yang dapat dimodifikasi seperti hipertensi, diabetes mellitus, riwayat TIA,
dislipidemia, dan sebagainya.8
DAFTAR PUSTAKA
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Saraf RSUD RAA Soewondo Pati
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta
Periode Januari Februari 2017
36
Leona
37