KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Hari/Tanggal Ujian/ Presentasi Kasus: .
RUMAH SAKIT: RSAU Dr. Esnawan Antariksa
Nama:
Nim :
Dr. Pembimbing/ Penguji : dr. Rini
Tanda Tangan
..
..
I. Identitas Pasien
Nama
Jenis Kelamin
Usia
Status perkawinan
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
No RM
Dirawat diruang
Tanggal masuk
II.
: Ny. V
: Perempuan
: 52 tahun
: Kawin
: S1
:
: Halim Perdanakusuma
: 08-37-19
: ICU
: 07 Januari 2016
Subjektif
Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara aloanamnesis dengan suami pasien pada 7 Januari
2016, pukul 21.00
Keluhan Utama : Penurunan Kesadaran sekitar 2 jam SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pagi hari SMRS, OS mengeluh badan terasa capek dan lemas namun OS masih
bisa beraktivitas dan pergi bekerja, tidak ada gangguan penglihatan, gangguan
gerk tangan dan kaki (-), kelainan pada otot wajah (-), pasien masih dapat
berkomunikasi dengan baik.
2 jam SMRS OS tiba-tiba terjatuh saat sedang berada di dalam kamar mandi dan
OS mengalami penurunan kesadaran. OS tidak dapat berbicara, jari tangan kanan
OS terlipat kaku dan kaki kanan OS lemah serta gigi pasien tampak seperti
mengunci. Mekanisme jatuh tidak diketahui. Suami pasien juga mengatakan
bahwa OS mengalami muntah 1 kali saat diperjalanan menuju rumah sakit dan
muntahan berupa sisa makanan, darah (-). Tidak terdapat demam.
Objektif
1. Status Presens
Kesadaran
Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
Suhu
Kepala
Leher
Dada
: Terdapat jaringan parut post thoracotomi
Pulmo
Inspeksi
: Simetris kiri dan kanan dalam keadaan statis dan dinamis
Palpasi
: Fremitus normal, kiri = kanan
Perkusi
: Sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Cor
Inspeksi
: Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi
: Ictus cordis teraba kuat angkat
Perkusi
: Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Irama reguler, bising (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi
: Perut datar
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi
: Supel, hepar dan lien tidak teraba
Perkusi
: Timpani
Corpus Vertebrae
:
Inspeksi
: Deformitas (-)
Palpasi
: Massa (-), deformitas (-)
Alat kelamin
2. Status Psikikus
Cara berpikir
Perasaan hati
Tingkah laku
Ingatan
Kecerdasan
3. Status Neurologikus
a. Rangsangan Meningeal
1. Kaku kuduk
2. Brudzinski I
3. Brudzinski II
4. Kernig
2. N-II (Optikus)
a. Visus
b. Warna
c. Funduskopi
d. Lapang pandang
: sulit di nilai
b. Ptosis
:- /-
c. Pupil
e. Refleks Pupil
langsung
: + /+
tidak langsung
: +/ +
4. N-V (Trigeminus)
a. Sensorik
N-V1 (ophtalmicus)
N-V2 (maksilaris)
sulit dinilai
sulit dinilai
N-V3 (mandibularis)
b. Motorik
sulit dinilai
sulit dinilai
5. N-VII (Fasialis)
b. Motorik
Angkat alis
sulit dinilai
Menutup mata
+/+
Menggembungkan pipi :
sulit dinilai
Menyeringai`
sulit dinilai
Gerakan involunter
-/-
6. N. VIII (Vestibulocochlearis)
a. Keseimbangan
Nistagmus
Tidak ditemukan
Tes Romberg
b. Pendengaran
Tes Rinne
Tes Schwabach
Tes Weber
b. Refleks batuk
d. Refleks muntah
e. Posisi uvula
sulit dinilai
8. N-XI (Akesorius)
a. Kekuatan M. Sternokleidomastoideus :
+ /+
b. Kekuatan M. Trapezius
+ /+
9. N-XII (Hipoglosus)
a. Tremor lidah
: sulit di nilai
4
b. Atrofi lidah
: sulit di nilai
: sulit di nilai
: sulit di nilai
e. Fasikulasi
: sulit di nilai
c. Pemeriksaan Motorik
1. Refleks
a. Refleks Fisiologis
Biceps
N/N
Triceps
N/N
Achiles
N/N
Patella
N/ N
b. Refleks Patologis
Babinski
-/-
Oppenheim
-/-
Chaddock
-/-
Gordon
-/-
Scaeffer
-/-
Hoffman-Trommer
-/-
2. Kekuatan Otot
3333
5555
Ket:
3. Tonus Otot
a. Hipotoni
: - /-
b. Hipertoni
: -/-
d. Sistem Ekstrapiramidal
5
1. Tremor
2. Chorea
3. Balismus
2. Tandem Walking
1. Atensi
2. Konsentrasi
tidak baik
3. Disorientasi
4. Kecerdasan
5. Bahasa
afasia
6. Memori
7. Agnosia
f. Fungsi Kortikal
baik
g. Susunan Saraf Otonom
Inkontinensia
:-
Hipersekresi keringat
:-
4. Pemeriksaan Penunjang
EKG
12,1
gr/dl
P: 13.2 - 17.3
W: 11.7 -15.5
Lekosit
15500*
mm3
P : 3800 10600
W: 3600 11000
Hematokrit
35
P: 40 52
W: 35 47
Trombosit
308000
mm3
Faal Ginjal
Ureum
26
mg/dl
10 -50
Kreatinin
0.9
mg/dl
P: 0.9 -1.3
W: 0.6 11
Glukosa sewaktu
172
mg/dl
<120
Hasil pemeriksaan:
IV.
lemah serta gigi pasien tampak seperti mengunci. Mekanisme jatuh tidak
diketahui. OS juga mengalami muntah 1 kali saat diperjalanan menuju rumah
sakit. Sebelumnya OS pernah mengalami stroke non hemoragik pada tahun
2013 dengan tangan dan kaki kiri lemah. Tahun 2014, terdapat riwayat operasi
jantung dengan diagnosa Myxom Left Atrium. Pada tahun 2015, OS
mengalami stroke berulang, tangan kiri, kaki kiri lemah dan wajah mencong ke
bagian kanan.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya penurunan kesadaran dengan GCS
(E3 V1 M5), terdapat penurunan kekuatan motorik pada anggota gerak atas
sebelah kanan, serta terdapat gangguan bahasa yaitu afasia sensoris.
Pada pemeriksaan CT Scan tanpa kontras didapatkan kesan Infark di temporal
V.
VI.
VII.
VIII. Follow Up
08/01/2016
S : Pasien tidak dapat berkomunikasi dengan baik
O : KU tampak sakit sedang, GCS E3M5V3, TD=138/83mmHg, HR 83x/menit,
Suhu 36.8C, RR 20x/menit.
Mata: CA -/-, RCL +/+, RCTL +/+, Pupil isokor
Thoraks: Pulmo: Suara Nafas Vesikuler, Wh-/-, Rh-/Cor: SJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Nyeri tekan (-), Bising usus (+)
Ekstremitas : Oedem (-)
10
Nama
Pemeriksaan
Darah rutin
Hb
Lekosit
Ht
Trombosit
Faal Hati
Protein total
Albumin
Globulin
Diabetes
Glukosa sewaktu
ELEKTROLIT
Natrium
Kalium
Clorida
Hasil
Satuan
13,1
14100*
38
302000
gr/dl
mm3
%
Mm3
9.0*
3.4
5.6*
g/dL
g/dL
g/dL
156*
mg/dL
143
3.8
107*
mmEq/L
mmEq/L
mmEq/L
11/01/2016
S
: Susah berkomunikasi
O
: GCS= E3M6V3, TD= 107/55, HR= 75x/menit, RR=24x/menit, Suhu=36,7C
SpO2=97%
Mata: CA -/-, RCL +/+, RCTL +/+, Pupil isokor
Thoraks: Pulmo: Suara Nafas Vesikuler, Wh-/-, Rh-/Cor: SJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Nyeri tekan (-), Bising usus (+)
Ekstremitas : Oedem (-)
Kateter (+) urin bening
A
: SNH
P
: RL 20 tpm
Citicolin 500 mg IV
Aspilet 80mg 1x1
CPG 75 mg 1x1
Nama pemeriksaan
Hasil
Satuan
11
Darah rutin
Hb
Lekosit
Ht
Trombosit
Faal Hati
Bilirubin total
Bilirubin direk
Bilirubin indirek
Protein total
Albumin
Globulin
Alkalifosfatase
SGOT
SGPT
Profil lemak
Kolesterol total
Trigliserida
Faal Ginjal
Ureum
Kreatinin
Asam Urat
Diabetes
Glukosa puasa
ELEKTROLIT
Natrium
Kalium
Clorida
12.2
11200*
37
383000
gr/dl
mm3
%
mm3
1.2*
0.5*
0.7
6.6
4.0
2.6
124
21
16
mg/dL
mg/dL
mg/dL
g/dL
g/dL
g/dL
u/l
u/l
u/l
158
53
mg/dL
mg/dL
38
0.8
5.4
mg/dL
mg/dL
mg/dL
83
mg/dL
140
3.4*
101
mmEq/L
mmEq/L
mmEq/L
PEMBAHASAN KASUS
penunjang
dapat
disimpulkan
pasien
menderita
stroke
non
hemoragik/isfark.
A. ANAMNESIS
Dari anamnesis data yang menunjang adalah defisit neurologis berupa
kelemahan gerak pada sisi kanan, afasia, dan penurunan kesadaran. Dari
anamnesis juga ditemukan faktor resiko berupa riwayat stroke sebelumnya
sebanyak 2 kali dan terdapat riwayat myxom left atrium yang dapat menjadi
resiko terjadinya trombus pada otak.
12
B. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik yang menunjang ke arah diagnosis kerja yaitu adanya
penurunan kesadaran dengan GCS (E3 V1 M5), terdapat penurunan kekuatan
motorik pada anggota gerak atas sebelah kanan, serta terdapat gangguan bahasa
yaitu afasia sensoris.
Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko penyebab tersering
serangan stroke iskemik. Namun demikian tidak menutup kemungkinan stroke
yang menyerang pasien merupakan stroke hemoragik, dikarenakan tekanan
darah yang begitu tinggi sampai 200/140 mmHg dapat menyebabkan pecahnya
pembuluh darah cerebri.
Pemeriksaan rangsang meningeal dan kaku kuduk yang negatif dapat
membantu menyingkirkan kemungkinan ICH terutama bila ICH sampai mengisi
ventrikel. Pemeriksaan nervus kranialis, sebagian besar sulit dinilai karena
terdapat penurunan kesadaran dan adanya gangguan bahasa . Dari pemeriksaan
motorik didapatkan kekuatan otot menurun pada anggota gerak atas sebelah
kanan.
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik sebelum dilakukannya CTscan dapat dilakukan penegakkan diagnosis berdasarkan sistem skoring:
Siriraj skor
Skor Stroke Siriraj
Rumus :
(2,5 x derajat kesadaran) + (2 x nyeri kepala) + (2 x muntah) + (0,1 x
tekanan diastolik) (3 x penanda ateroma) 12
Keterangan :
Derajat
0 = kompos mentis; 1 = somnolen;
kesadaran
2 = sopor/koma
Muntah
Nyeri kepala
Ateroma
Hasil :
Skor > 1
Perdarahan supratentorial
Skor < 1
Infark serebri
Skor pasien:
(2,5 x 1) + (2 x 0) + (2 x 0) + (0,1 x 80) - (3 x 1) 12 = -1,5
infark cerebri
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
13
TINJAUAN PUSTAKA
STROKE NON HEMORAGIK / STROKE ISKEMIK
A. Definisi
Menurut WHO (World Health Organization) 2005 stroke adalah suatu
gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala
klinik baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat
langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan gangguan peredaran
darah otak non traumatik.
Stroke non hemoragik didefinisikan sebagai sekumpulan tanda klinik yang
berkembang oleh sebab vaskular. Gejala ini berlangsung 24 jam atau lebih pada
umumnya terjadi akibat berkurangnya aliran darah ke otak, yang menyebabkan
cacat atau kematian.1
B. Etiologi
Pada tingkatan makroskopik, stroke non hemoragik paling sering disebabkan
oleh emboli ektrakranial atau trombosis intrakranial. Selain itu, stroke non
14
hemoragik juga dapat diakibatkan oleh penurunan aliran serebral. Pada tingkatan
seluler, setiap proses yang mengganggu aliran darah menuju otak menyebabkan
timbulnya kaskade iskemik yang berujung pada terjadinya kematian neuron dan
infark serebri.2
1. Emboli
Sumber embolisasi dapat terletak di arteria karotis atau vertebralis akan
tetapi dapat juga di jantung dan sistem vaskuler sistemik.3
a) Embolisasi kardiogenik dapat terjadi pada:
Penyakit jantung dengan shunt yang menghubungkan bagian kanan
dengan bagian kiri atrium atau ventrikel;
Penyakit jantung rheumatoid akut atau menahun yang meninggalkan
gangguan pada katup mitralis;
Fibralisi atrium;
Infark kordis akut;
Embolus yang berasal dari vena pulmonalis
Kadang-kadang pada kardiomiopati, fibrosis endrokardial, jantung
miksomatosus sistemik;
b) Embolisasi akibat gangguan sistemik dapat terjadi sebagai:
Embolia septik, misalnya dari abses paru atau bronkiektasis.
Metastasis neoplasma yang sudah tiba di paru.
Embolisasi lemak dan udara atau gas N (seperti penyakit caisson).
Emboli dapat berasal dari jantung, arteri ekstrakranial, ataupun dari rightsided circulation (emboli paradoksikal). Penyebab terjadinya emboli
kardiogenik adalah trombi valvular seperti pada mitral stenosis,
endokarditis, katup buatan), trombi mural (seperti infark miokard, atrial
fibrilasi, kardiomiopati, gagal jantung kongestif) dan atrial miksoma.
Sebanyak 2-3% stroke emboli diakibatkan oleh infark miokard dan 85% di
antaranya terjadi pada bulan pertama setelah terjadinya infark miokard.2
2. Trombosis
Stroke trombotik dapat dibagi menjadi stroke pada pembuluh darah
besar (termasuk sistem arteri karotis) dan pembuluh darah kecil (termasuk
sirkulus Willisi dan sirkulus posterior). Tempat terjadinya trombosis yang
paling sering adalah titik percabangan arteri serebral utamanya pada daerah
distribusi dari arteri karotis interna. Adanya stenosis arteri dapat
15
D. Klasifikasi
Berdasarkan subtipe penyebab :4
a. Stroke lakunar
Terjadi karena penyakit pembuluh halus hipersensitif dan menyebabkan
sindrom stroke yang biasanya muncul dalam beberapa jam atau kadangkadang lebih lama. Infark lakunar merupakan infark yang terjadi setelah
oklusi aterotrombotik salah satu dari cabang-cabang penetrans sirkulus
Willisi, arteria serebri media, atau arteri vertebralis dan basilaris. Trombosis
yang terjadi di dalam pembuluh-pembuluh ini menyebabkan daerah-daerah
infark yang kecil, lunak, dan disebut lacuna. Gejala-gejala yang mungkin
16
Suatu penyumbatan total dari aliran darah pada sebagian otak akan
menyebabkan hilangnya fungsi neuron yang bersangkutan pada saat itu juga. Bila
anoksia ini berlanjut sampai 5 menit maka sel tersebut dengan sel penyangganya
yaitu sel glia akan mengalami kerusakan ireversibel sampai nekrosis beberapa jam
kemudian yang diikuti perubahan permeabilitas vaskular disekitarnya dan masuknya
cairan serta sel-sel radang.
Di sekitar daerah iskemi timbul edem glia, akibat berlebihannya H+ dari
asidosis laktat. K+ dari neuron yang rusak diserap oleh sel glia disertai rentensi air
yang timbul dalam empat hari pertama sesudah stroke. Edem ini menyebabkan
daerah sekitar nekrosis mengalami gangguan perfusi dan timbul iskemi ringan tetapi
jaringan otak masih hidup. Daerah ini adalah iskemik penumbra. Bila terjadi stroke,
maka di suatu daerah tertentu dari otak akan terjadi kerusakan (baik karena infark
maupun perdarahan). Neuron-neuron di daerah tersebut tentu akan mati, dan neuron
yang rusak ini akan mengeluarkan glutamat, yang selanjutnya akan membanjiri selsel disekitarnya. Glutamat ini akan menempel pada membran sel neuron di sekitar
daerah primer yang terserang. Glutamat akan merusak membran sel neuron dan
membuka kanal kalsium (calcium channels). Kemudian terjadilah influks kalsium
yang mengakibatkan kematian sel. Sebelumnya, sel yang mati ini akan
mengeluarkan glutamat, yang selanjutnya akan membanjiri lagi neuron-neuron
disekitarnya. Terjadilah lingkaran setan. Neuron-neuron yang rusak juga akan
melepaskan radikal bebas, yaitu charged oxygen molecules (seperti nitric acida atau
NO), yang akan merombak molekul lemak didalam membran sel, sehingga
membran sel akan bocor dan terjadilah influks kalsium. Stroke iskemik
menyebabkan berkurangnya aliran darah ke otak yang menyebabkan kematian sel.
F. Diagnosis
1.
Gambaran Klinis
a) Anamnesis
Stroke harus dipertimbangkan pada setiap pasien yang mengalami
defisit neurologi akut (baik fokal maupun global) atau penurunan tingkat
kesadaran. Tidak terdapat tanda atau gejala yang dapat membedakan stroke
hemoragik dan non hemoragik meskipun gejala seperti mual muntah, sakit
kepala dan perubahan tingkat kesadaran lebih sering terjadi pada stroke
18
pertolongan.
Penderita atau penolong tidak mengetahui gejala-gejala stroke.
Terdapat beberapa kelainan yang gejalanya menyerupai stroke seperti
kejang, infeksi sistemik, tumor serebral, subdural hematom, ensefalitis,
dan hiponatremia.2
b) Pemeriksaan Fisik
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk mendeteksi penyebab stroke
ekstrakranial, memisahkan stroke dengan kelainan lain yang menyerupai
stroke, dan menentukan beratnya defisit neurologi yang dialami.
Pemeriksaan fisik harus mencakup pemeriksaaan kepala dan leher untuk
mencari tanda trauma, infeksi, dan iritasi menings. Pemeriksaan juga
dilakukan untuk mencari faktor resiko stroke seperti obesitas, hipertensi,
kelainan jantung, dan lain-lain.2
c) Pemeriksaan Neurologi
Tujuan pemeriksaan neurologi adalah untuk mengidentifikasi gejala
stroke, memisahkan stroke dengan kelainan lain yang memiliki gejala seperti
stroke, dan menyediakan informasi neurologi untuk mengetahui keberhasilan
terapi. Komponen penting dalam pemeriksaan neurologi mencakup
pemeriksaan status mental dan tingkat kesadaran, pemeriksaan nervus
kranial, fungsi motorik dan sensorik, fungsi serebral, gait, dan refleks tendon
profunda. Tengkorak dan tulang belakang pun harus diperiksa dan tandatanda meningimus pun harus dicari. Adanya kelemahan otot wajah pada
stroke harus dibedakan dengan Bells palsy di mana pada Bells palsy
19
mengerutkan dahinya.2,5
Gambaran Laboratorium
Pemeriksaan darah rutin diperlukan sebagai dasar pembelajaran dan
mungkin
pula
menunjukkan
faktor
resiko
stroke
seperti
polisitemia,
pemberian
trombolitik
sesegera
mungkin.
Selain
itu,
20
ulang mengenai waktu terjadinya stroke. Tanda lain terjadinya stroke non
hemoragik adalah adanya insular ribbon sign, hiperdense MCA (oklusi
MCA), asimetris sulkus, dan hilangnya perberdaan gray-white matter.3
CT perfusion merupakan modalitas baru yang berguna untuk
mengidentifikasi daerah awal terjadinya iskemik. Dengan melanjutkan
pemeriksaan scan setelah kontras, perfusi dari region otak dapat diukur.
Adanya hipoatenuasi menunjukkan terjadinya iskemik di daerah tersebut.3
Pemeriksaan CT scan non kontras dapat dilanjutkan dengan CT
angiografi (CTA). Pemeriksaan ini dapat mengidentifikasi defek pengisian
arteri serebral yang menunjukkan lesi spesifik dari pembuluh darah
penyebab stroke. Selain itu, CTA juga dapat memperkirakan jumlah perfusi
karena daerah yang mengalami hipoperfusi memberikan gambaran
hipodense.3
b) MR angiografi (MRA)
MRA juga terbukti dapat mengidentifikasi lesi vaskuler dan oklusi
lebih awal pada stroke akut. Sayangnya, pemerikasaan ini dan pemeriksaan
MRI lainnya memerlukan biaya yang tidak sedikit serta waktu pemeriksaan
yang agak panjang. Protokol MRI memiliki banyak kegunaan untuk pada
stroke akut.3
21
untuk mengidentifikasi trombi pada atrium kiri. Modalitas lain yang juga
berguna untuk mendeteksi kelainan jantung adalah EKG dan foto thoraks.3
G. Penatalaksanaan
Terapi pada stroke iskemik dibedakan menjadi fase akut dan pasca fase akut:1
1. Fase Akut (hari ke 0 14 sesudah onset penyakit)
Sasaran pengobatan pada fase ini adalah menyelamatkan neuron yang
menderita jangan sampai mati dan agar proses patologik lainnya yang
menyertai tidak mengganggu/mengancam fungsi otak. tindakan dan obat
yang diberikan haruslah menjamin perfusi darah ke otak tetap cukup, tidak
justru berkurang. Karena itu dipelihara fungsi optimal:1
Respirasi
: jalan napas harus bersih dan longgar
Jantung
: harus berfungsi baik, bila perlu pantau EKG
Tekanan darah
: dipertahankan pada tingkat optimal, dipantau
mellitus kronis
Balans cairan
22
dengan
cara
23
25
BAB V
KESIMPULAN
26
DAFTAR PUSTAKA
Stroke,
Ischemic.
[Online].
Available
from:
http://emedicine.medscape.com/article/793904-overview
3. Feigin, Valery. Stroke Panduan Bergambar Tentang Pencegahan dan
Pemulihan Stroke. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer. 2006.
4. Anonim. Mekanisme gangguan vaskular susunan saraf. Dalam: eds.
Mardjono M, Sidharta P. Neurologi klinis dasar. Jakarta: Penerbit Dian
Rakyat; 2004. h. 274-8.
5. D. Adams. Victors. Cerebrovasculer
diseases
in
Principles
of
prevensi
sekunder
dalam
Farmakoterapi
dalam
Neurologi.
27